The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Filsafat Pendidikan adalah yang memandang pendidikan sebagai suatu proses memanusiakan manusia.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by aylafamily6, 2022-12-01 01:07:37

FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat Pendidikan adalah yang memandang pendidikan sebagai suatu proses memanusiakan manusia.

Keywords: #filsafat #pendidikan

FILSAFAT PENDIDIKAN

Dosen Pengampuh :
Prof. Dr. Sri Sumarni, M.Pd
Dr. Makmum Raharjo, M.Sn

Disusun Oleh :
Yayang Azirianti
06141181924002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan atas kehadirat ALLAH SWT. Karena atas karunia dan
rahmat kesehatan yang telah diberikannya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah

ini yang berjudul “FILSAFAT PENDIDIKAN”. Tak lupa shalawat serta salam selalu

tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, para sahabat
dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.

Adapun maksud saya membuat makalah ini adalah untuk memenuhi syarat penilaian
dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan. Pada penulisan makalah ini saya banyak sekali
mendapat saran, dukungan dan bimbingan dari semua pihak.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik isi maupun cara penulisannya. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.

Inderalaya, 28 November 2022

Penulis

2

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................4
BAB II ..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5

A. Asas-Asas Keharusan Atau Perlunya Pendidikan Bagi Manusia ................................................5
B. Fungsi Filsafat Dalam Ilmu Pendidikan ......................................................................................5
C. Tujuan Aliran Idealisme Dan Pandangan Filosofis Idealisme .................................................... 7
D. Aliran-Aliran Filsafat Materialisme dan Pemikiran Tokoh Materialisme .................................. 8
E. Contoh Implementasi Filsafat Realisme ......................................................................................9
F. Aliran Pragmatisme dan Pandangan Filsafat Pragmatisme Terhadap Pendidikan ......................9
G. Konsep-Konsep dalam Aliran Filsafat Progresivisme .............................................................. 10
H. Pemikiran Pendidikan Eksistensialisme ....................................................................................10
I. Kurikulum Filsafat Esensialisme dan Tujuan Pembelajaran Filsafat Esensialisme ..................11
J. Kelebihan dan Kekurangan Filsafat Esensialisme .................................................................... 12
K. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Filsafat Perenialisme ......................................................... 12
L. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Filsafat Behaviorisme ........................................................14
M. Pandangan Ki Hajar Dewantara Terhadap Pendidikan dan Kelebihan serta Kukarangan
Teori Ki Hajar Dewantara ................................................................................................................. 15
N. Nilai-Nilai Pancasila ................................................................................................................. 16
BAB III ..................................................................................................................................................19
PENUTUP .............................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 20

3

BAB I
PENDAHULUAN
Pada kehidupan modern seperti saat ini, filsafat diartikan sebagai ilmu yang mencari
hakikat sesuatu, berupaya melakukan penafsiran-penafsiran atas pengalaman-pengalaman
manusia dan merupakan suatu upaya untuk menjawab pertanyaan yang timbul dalam
berbagai bidang kehidupan manusia. Jawaban tersebut merupakan hasil dari pemikiran yang
mendasar yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
aspek kehidupan manusia. Pada prinsipnya, konsep filsafat menempatkan sesuatu kebenaran
berdasarkan kemampuan nalar manusia, yang merupakan tolak ukur suatu peristiwa yang
terjadi sebelum dan sesudahnya. Filsafat sangat berperan penting di dalam dunia pendidikan
yaitu untuk memberikan sebuah acuan dalam bidang filsafat pendidikan untuk mewujudkan
cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa.
Filsafat pendidikan yang lahir dan menjadi tumpuan konsep dalam ilmu pendidikan,
sebagai ilmu pengetahuan yang normatif, merupakan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-
kaidah nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku manusia yang hidup ditengah-tengah
masyarakat serta tugas dari pendidikan, sebagai aspek kebudayaan yaitu menyalurkan nilai-
nilai hidup, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai norma tingkah laku kepada subjek
didik yang bersumber dari filsafat, kebudayaan, dan agama yang berlaku dalam suatu
masyarakat atau negara. (Djamaluddin, 2017)

4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Asas-Asas Keharusan Atau Perlunya Pendidikan Bagi Manusia

Menurut (Muhni & Sumantri, 2015) ada beberapa asas-asas keharusan atau perlunya
pendidikan bagi manusia yaitu :

1. Manusia sebagai Makhluk yang Belum Selesai
Manusia disebut “Homo Sapiens” artinya makhluk yang mempunyai

kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Berawal dari rasa ingin tahu maka timbullah
ilmu pengetahuan. Dalam hidupnya manusia digerakkan sebagain oleh kebutuhan
untuk mencapai sesuatu, dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam
masyarakat. Manusia tidak mampu menciptakan dirinya sendiri, adanya manusia di
dunia bukan pula sebagaihasil evolusi tanpa pencipta sebagaimana diyakini penganut
Evolusionisme, melainkan sebagau ciptaan tuhan.
2. Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia

Sejak kelahirannya manusia memang adalah manusia, tetapi ia tidak secara
otomatis menjadi manusia dalam arti dapat memenuhi berbagai aspek hakikat
manusia. Sebagai individu atau pribadi, manusia bersifat otonom, ia bebas
menentukan pilihannya ingin menjadi apa atau menjadi siapa di masa depannya.
3. Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka

Manusia berkembang sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya atau
mampu menjadi manusia, sebaliknya mungkin pula ia berkembang ke arah yang
kurang sesuai atau bahkan tidak sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaannya.

B. Fungsi Filsafat Dalam Ilmu Pendidikan

Hubungan antar filsafat dengan pendidikan adalah, filsafat menelaah suatu realitas
dengan luas dan menyeluruh, sesuai dengan karateristik filsafat yang radikal, sistematis,
dan menyeluruh. Konsep tentang dunia dan tujuan hidup manusia yang merupakan hasil
dari studi filsafat, akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan pendidikan. Nantinya
bangun sistem pendidikan dan praktek pendidikan akan dilaksanakan berorientasi kepada
tujuan pendidikan.

5

Hubungan antar filsafat dengan filsafat pendidikan: bahwa filsafat tidak hanya
melahirkan ilmu atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan.
Bahkan Jhon Dewey berpendapat bahwa filsafat adalah teori umum pendidikan. Filsafat
pendidikan haruslah minimal dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam
pendidikan. Filsafat bukanlah hasil dari riset atau eksperimen. Benar atau salahnya tidak
mungkin diuji dengan fakta. Filsafat adalah hasil pemikiran. Maka pemikiran pula yang
akan menerima atau menolak. Keterangan ini mengisyaratkan bahwa filsafat adalah
hasil pemikiran yang tentunya dalam proses peningkatan ilmu terdapat klasifikasi, yang
pro dan kontra. Pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu adalah ilmu, sedangkan
pendapat lain mengatakan bahwa filsafat itu tidak terkait dengan ilmu.

Walaupun antara kebenaran yang disajikan oleh agama mungkin serupa dengan
kebenaran yang dicapai oleh filsafat, tetapi tetap ada agama tidak bisa disamakan dengan
filsafat. Perbedaan ini disebabkan cara yang berbeda. Di satu pihak agama ber-alat-kan
kepercayaan, di lain pihak filsafat berdasarkan penelitian yang menggunakan potensi
manusiawi, dan meyakininya sebagai satu satunya alat ukur kebenaran, yaitu akal
manusia, namun demikian tidak mutlak filsafat tidak bisa mengkaji agama untuk
menemukan kebanaran-Nya. Menyikapi masalah kebenaran dalam filsafat dan kebanaran
Agama pada umumnya dimaknai di satu sisi agama ber-alat-kan kepercayaan, di lain
pihak filsafat berdasarkan penelitian yang menggunakan potensi manusiawi, jika
kebenaran yang dibicarakan dengan mempergunakan alat yang sama seperti akal
manusia dan terdapat perbedaan yang gambarannya tidak bisa dipertemukan, pada
dasarnya hal yang kita cari dapat dikatakan bukan kebenaran. Karena namanya
kebenaran walaupun bagaimana wujudnya tetap mengandung makna (kebenaran). Dalam
membicarakan kebanaran pastilah wujudnya akan nampak perbedaan dengan bukan
kebenaran. Kebenaran yang diwujudkan ajaran Agama dan hubungannya dengan
kebenaran Filsafat sukar untuk dipisahkan, jika hal kebenaran yang kita fikirkan betul-
betul kebenaran, karena kebenaran wujudnya sama, tidak berobah dan bahkan sangat
menyolok perbedaannya dengan yang namanya bukan kebenaran. Arti dari perbedaan
antara kebenaran dan bukan kebenaran ibarat siang dan malam. Kecuali jika diakali atau
diserupakan, sehingga dia seakan menampakkan suatu kebenaran, hal ini bisa terjadi jika
pelakunya tidak dibarengi dengan iman. Peranan imanlah yang dapat mengantar suatu
pesan untuk dipikirkan lebih jauh dan menghasilkan suatu kebenaran yang bermanfaat
dalam bidang filsafat pendidikan. (Atmadja, 2018)

6

C. Tujuan Aliran Idealisme Dan Pandangan Filosofis Idealisme

Adapun tujuan dan pandangan dari aliran filsafat idealisme menurut (Rusdi, 2017)
adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut idealisme adalah mendorong anak didik untuk mencari

kebenaran. Mencari kebenaran dan hidup dalam kebenaran tersebut berarti bahwa
individu-individu pertama kali harus mengetahui kebenaran tersebut. Pendidikan
idealisme mempunyai tujuan yaitu merubah pribadi untuk menuju Tuhan, bersikap benar
dan baik.

Sementara itu Ali Maksum mengatakan bahwa tujuan pendidikan idealisme adalah
membentuk anak didik agar menjadi manusia yang sempurna yang berguna bagi
masyarakatnya.25 la mengutip Brameld bahwa pendidikan adalah self development of
mind as spritual subtance. Pendidikan dalam pandangan ini lebih menekankan pada
pengkayaan pengetahuan (transfer of knowladge) pada anak didik. Lembaga pendidikan
harus membekali pengetahuan, teori-teori dan konsep-konsep tanpa harus
memperhitungkan tuntutan dunia praktis (kerja dan industri). Idealisme yakni, kalau anak
didik itu menguasai berbagai pengetahuan maka mereka tidak akan kesulitan
menghadapi hidup.
2. Pandangan Filosofis Idealisme

Pandangan filosofis idealisme dapat dilihat pada cabang-cabang filsafat yaitu ontologi,
epistemology, dan aksiologi.

1) Realitas Akal Pikiran (Kajian Ontologi)
Realitas bagi idealisme adalah dunia penampakan yang ditangkap dengan
panca indera dan dunia realitas yang ditangkap melalui kecerdasan akal
pikiran (mind). Para penganut idealism berpandangan bahwa seseorang
haruslah telah mempunyai ide tentang kursi dalam akal pikirannya sebelum ia
dapat membuat kursi untuk diduduki.

2) Kebenaran sebagai Ide dan Gagasan (Kajian Epistemologi)
Ketika idealisme menekankan realitas dunia ide dan akal pikiran dan jiwa,
maka dapat diketahui bahwa teori mengetahui (epistemology)nya pada
dasarnya adalah suatu penjelajahan secara mental mencerap ide-ide, gagasan,
dan konsep-konsep.

7

3) Nilai-nilai dari Dunia Ide (Kajian Aksiologi)
Aksiologi idealism berakar kuat pada cara mentafsirnya. Dalam pandangan ini
nilai kebaikan dipandang dari sudut diri absolute. Ketika manusia dapat
menyelaraskan diri dan mampu mengejewantahkan diri dengan yang absolute
sebagai moral etik, maka kehidupan etik telah diperolehnya.

D. Aliran-Aliran Filsafat Materialisme dan Pemikiran Tokoh Materialisme

1. Aliran-Aliran Filsafat Materialisme
1) Materialisme Dialektis
Materialisme Dialektis adalah dasar filosofis yang dikembang dari Marxisme
dan Komunisme. Istilah yang tidak pernah benar-benar digunakan oleh Marx
sendiri yang mengacu pada gagasan tentang sintesis dari Dialektika (konsep
bahwa ide atau event – tesis – menghasilkan kebalikannya – yang antitesis –
akhirnya mengarah ke rekonsiliasi yang berlawanan – sintesis baru yang lebih
maju ) dan Materialisme (dalam hal Dialektika juga dapat diterapkan pada
masalah material seperti ekonomi).
2) Materialisme Historis
Materialisme Historis adalah pendekatan metodologis Marxis untuk
mempelajari masyarakat , ekonomi dan sejarah yang pertama kali
diartikulasikan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, dan telah diperluas dan
disempurnakan oleh banyak orang. studi akademis sejak. Materialisme
Historis pada dasarnya adalah penerapan prinsip Materialisme Dialektis untuk
sejarah dan sosiologi. Menurut Marx agar manusia bisa bertahan hidup,
mereka perlu memproduksi dan mereproduksi kebutuhan material kehidupan,
dan produksi ini dilakukan melalui pembagian kerja berdasarkan pada
hubungan produksi yang sangat pasti antara manusia. Hubungan-hubungan ini
membentuk basis ekonomi masyarakat, dan dengan sendirinya ditentukan oleh
cara produksi yang berlaku dan masyarakat, serta suprastruktur budaya dan
institusionalnya, secara alami bergerak dari tahap ke tahap ketika kelas
dominan digantikan oleh kelas baru yang muncul dalam pergolakan sosial dan
politik . Meskipun Marx sendiri mengatakan bahwa dia hanya mengusulkan
pedoman untuk penelitian sejarah, pada abad ke 20 konsep Materialisme
Historis telah menjadi batu kunci doktrin Komunis modern.

8

2. Pemikiran Tokoh Materialisme
1) Demokritos adalah seorang pelopor pemikiran materialism klasik dan biasa
dikenal sebagai “atomisme”
2) Julient de Lamettrie yang berpendapat bahwa manusia dan hewan itu sama,
sama dalam artian manusia dan hewan dianggap sebagai mesin.
3) Ludwig Feuerbach menurutnya sesuatuu yang ada hanyalah materi kalaupun
sesuatu tersebut benar ada maka ia pasti memiliki jumlah dan jumlah itu
sendiri bisa diukur.
4) Karl Marx mendapat gelar dokter dalam pemikirannya yang dipengaruhi oleh
ajaran hegel. Pemikirannya disebut hiatoria materialisme dan dialektik
materialisme.

E. Contoh Implementasi Filsafat Realisme
Filsafat realisme menekankan bahwa hakikat realitas bersifat alamiah, hadir dengan

sendirinya. Keberadaan dan makna suatu benda di dunia tidak berkaitan dengan persepsi
manusia terhadap hal tersebut. Begitu pula dengan manusia, hakikatnya bergantung pada
apa yang dikerjakannya. Implikasinya, filsafat pendidikan realisme menekankan pada
keterampilan peserta didik dalam menyesuaikan diri di lingkungan alam maupun
lingkungan sosial.

F. Aliran Pragmatisme dan Pandangan Filsafat Pragmatisme Terhadap Pendidikan

Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesutau, asal saja hanya
membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa
diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis
yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup
praktis”.

Filsafat pragmatisme berpandangan bahwa semua sesuatu yang terbukti dan nyata
adanya dan melihat hasilnya secaa praktis. Aliran ini menggunakan logika pengamatan
sebaai dasar, karena yang ditampilkan manusia dalam dunia nyata itu fakta, dan tak dapat
terpisahkan. Pragmatisme pendidikan memposisikan anak didik sebagai pihak yang
sangat penting dan mesti dipahami dengan baik dan benar. Dengan pemahaman yang

9

baik dan benar terhadap kebutuhan anak didik, diharapkan agar anak didik dapat
menikmati sistem pendidikan yang diterapkan kepada mereka.

G. Konsep-Konsep dalam Aliran Filsafat Progresivisme

Asosiasi Pendidikan Progresif menentang (1) guru otoriter, (2) pengajaran berbasis
buku secara eksklusif, (3) menghafal secara pasif informasi faktual, (4) isolasi sekolah
dari masyarakat, dan (5) menggunakan kekerasan fisik atau psikologis untuk mengelola
ruang kelas. Para pendidik progresif ini secara positif menegaskan hal itu : (1) anak harus
bebas untuk 7 berkembang secara alami; (2) minat, dimotivasi oleh pengalaman langsung,
adalah stimulus terbaik untuk belajar; (3) guru harus memfasilitasi pembelajaran; (4)
kerja sama erat sangat penting antara sekolah dan rumah; dan (5) sekolah progresif harus
menjadi laboratorium untuk eksperimen. Menentang kurikulum mata pelajaran
konvensional, progresif berpengalaman dengan kurikulum alternatif, menggunakan
kegiatan, pengalaman, pemecahan masalah, dan proyek. Guru progresif yang berpusat
pada anak berusaha membebaskan anak-anak dari pengekangan dan penindasan
konvensional. Progresif yang lebih berorientasi sosial, yang disebut rekonstruksi sosial,
berusaha menjadikan sekolah sebagai pusat reformasi sosial yang lebih besar. Dipimpin
oleh George Counts dan Harold Rugg, para ahli rekonstruksi sosial percaya bahwa guru
dan sekolah perlu menyelidiki dan dengan sengaja bekerja untuk menyelesaikan masalah
sosial, politik, dan ekonomi masalah.

H. Pemikiran Pendidikan Eksistensialisme

Menurut (Rohmah, 2019) pemikiran pendidikan eksistensialisme dibedakan menjadi 4
yaitu pemaksaan pendidikan modern, pedagogi eksistensialis, epistemologi eksistensialis,
dan kurikulum eksistensialis yang penjelasannya seperti di bawah ini :

1. Pemaksaan Pendidikan Modern
Tradisi pendidikan di Amerika didasarkan pada konsep sekolah umum Horace Mann
dan Henry Bernard mereka memahami bahwa sekolah sebagai instrument untuk
menggabungkan berbagai kelompok ras, sosial, etnis, agama, dan ekonomi menjadi
identitas nasional yang sama. Pada pendidikan di Amerika Kontemporer kebanyakan
menggunakan teori psikologi pendidikan yang pembelajarannya menekankan
pengakuan dan penyesuaian sosial, sehingga aktivitas belajar berpusat pada kelompok.

10

Sedangkan pendidik eksistensialis mengkritisi aktivitas belajar yang terlalu
menekankan pada kelompok. Hal ini dikarenakan ada beberapa individu yang masih
kesepian dan cemas.
2. Pedagogi Eksistensialis
Eksistensialisme erat kaitannya dengan pendidikan, karena keduanya bersinggung
satu dengan yang lainnya pada masalah-masalah yang sama, yaitu manusia, hidup,
hubungan antar manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan. Pusat pembicaraan
eksistensialisme adalah keberadaan manusia, sedangkan pendidikan hanya dilakukan
oleh manusia.
3. Epistemologi Eksistensialis
Epistemologi eksistensialis menganggap bahwa individu bertanggung jawab akan
pengetahuannya sendiri. Sumber pengetahuan yang utama adalah pengalaman pribadi.
Epsitemologi eksistensialis muncul dari pengalaman dan pengetahuan manusia yang
bersifat subyektif, pribadi, rasional, dan irasional.
4. Kurikulum Eksistensialis
Kurikulum eksistensialis menempatkan siswa sebagai aktor yang memberikan makna
pada subjek yang ia apropriasi, yaitu dengan memasukkannya kedalam dirinya sendiri
dan menafsirkannya sesuai dengan proyeknya sendiri.

I. Kurikulum Filsafat Esensialisme dan Tujuan Pembelajaran Filsafat Esensialisme

Kurikulum pada aliran esensialisme yaitu kurikulum yang berpusat pada penguasaan
materi, kurikulum tersebut merupakan dasar yang essensial general education yang
diperlukan dalam hidup belajar dengan tepat, berkaitan dengan disiplin tersebut akan
dapat mengembangkan pikiran dan kemampuan nalar siswa. Tujuan pembelajaran
menurut aliran filsafat esensialisme adalah untuk meneruskan warisan budaya dan
warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakomulasi dan telah bertahan dalam
kurun waktu yang lama, serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu
yang lama, selain itu tujuan pendidikan esensialisme adalah mempersiapkan manusia
untuk hidup, tidak berarti sekolah tidak lagi bertanggung jawab tetapi sekolah member
kontribusi bagaimana merancang sasaran mata pelajaran sedemikian rupa (Menurut
Usiono yang dikutip oleh (Rohiyatun, 2020).

11

J. Kelebihan dan Kekurangan Filsafat Esensialisme

1. Kelebihan Aliran Esensialisme
1) Ide atau gagasa manusia diuji sumber dari tuhan
2) Memberikan dasar pendidikan yang flesibilitas, maksudnya memberikan
keterbukaan terhadao perubahan dan toleran tidak terikat dengan doktrin
tertentu.
3) Pendidikan berpijak pada yang mempunyai nilai kestabilan.

2. Kekurangan Aliran Esensialisme
1) Sekolah tidak boleh menetapkan kebijakan sosial yang mengakibatkan adanya
orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan.
2) Para pemikir esensialis umumnya berpandangan filsafat yang berbeda, bahkan
memandang ilmu sastra, bahkan pelajaran ipa, teknik dan kejuruan yang
penting diperlukan siswa agar mmemberi kontribusi pada masyarakat.
3) Inisiatif ditekankan pada guru, bukan siswa.

K. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Filsafat Perenialisme

1. Kelebihan

1) Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang
menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan.
Dalam pandangan perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan
perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.

2) Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan
sains. Untuk menjadi terpelajar secara kultural, para siswa harus berhadapan
pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling
signifikan yang diciptakan oleh manusia.

3) Perenialisme tetap percaya terhadap asas pembentukan kebiasaan dalam
permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
merupakan landasan dasar.

4) Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
12

Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun
praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang.

5) Dalam pendidikan perenialisme, siswa diberi kebebasan untuk
mengembangkan bakat dan kemampuannya dan siswa diberi kebebasan untuk
mengemukakan pendapatnya.

6) Siswa belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau
pertanyaan yang timbul di awal pembelajaran. Dengan mendapatkan sendiri
jawaban itu, siswa pasti akan lebih mengingat materi yang sedang dipelajari.

7) Membentuk output yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah memilki
keahlian dan kecakapan yang langsung dapat diterapkan dalam kehidupan
masyarakat.

2. Kelemahan

1) Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan
sehari-hari. Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada
kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan
waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

2) Perenialis kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut
mereka perubahan banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian,dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-
kultural.

3) Focus perenialis mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin
pengetahuan abadi , hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian pada
realitas peserta didik dan minat-minat siswa.

4) Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah.
Mengurangi bimbingan dan pengaruh guru.

13

5) Dalam pendidikan perenialisme, siswa menjadi orang yang mementingkan diri
sendiri, ia menjadi manusia yang tidak memiliki self discipline, dan tidak mau
berkorban demi kepentingan umum.

L. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Filsafat Behaviorisme

1. Kelebihan
Dalam penerapan teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviourisme

terdapat beberapa kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut ini:
1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli, teliti dan peka pada situasi dan kondisi
belajar para siswa.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok dalam upaya untuk memperoleh
kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung
unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan,
dan sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid menjadi terbiasa
belajar secara mandiri. Jika siswa menemukan kesulitan baru ditanyakan
kepada guru yang bersangkutan.
4) Teori ini baik diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
hadiah dan pujian.

2. Kekurangan
Dalam pelaksanaannya teori pembelajaran behaviorisme memiliki kekurangan,

diantaranya adalah sebagai berikut ini:
1) Teori pembelajaran behaviorisme memandang belajar sebagai kegiatan yang
dialami langsung, padahal belajar merupakan kegiatan yang ada dalam sistem
syaraf pada manusia yang tidak terlihat kecuali melalui gejala-gejala yang ada.
2) Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan kaku
seperti mesin atau robot, sedangkan manusia mempunyai kemampuan self
control yang bersifat kognitif, dengan kemampuan ini, manusia akan mampu
menolak kebiasaan yang tidak cocok dan sesuai dengan dirinya.

14

3) Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima,
mengingat antara manusia dengan binatang memiliki perbedaan yang cukup
mencolok

M. Pandangan Ki Hajar Dewantara Terhadap Pendidikan dan Kelebihan serta
Kukarangan Teori Ki Hajar Dewantara

Pandangan Ki Hadjar Dewantara TerhadapPendidikan. Menurut beliau, pendidikan
adalah upaya untuk memerdekakanmanusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang
mandiri agar tidka tergantungkepada orang lain baik lahir maupun batin.Ada beberapa
falsafah yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, yaitu :

1. Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai dengankodratnya.
2. Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat dengan berbagai

kekhasan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapai hiduptertib dan damai.
3. Adat istiadat sifatnya selalu berubah (dinamis).
4. Untuk mengetahui karateristik masyarakat saat ini diperlukan kajianmendalam

tentang kehidupan masyarakat tersebut di masa lampau,sehingga dapat diprediksi
kehidupan yang akan dating pada masyarakattersebut.
5. Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsurlain, hal ini
terjadi karena pergaulan antar bangsa.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Ki Hajar Dewantara
1. Kelebihan

1) Menekankan pada pendidikan budi pakerti (karakter) pada diri
anak.Sebagaimana disebutkan bahwa pendidikan menurut Ki Hadjar
Dewantaraadalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pakerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran, dan tubuh anak.

2) Menekankan pada pengembangan berbagai kemampuan dan potensi anak.Hal
ini didasarkan pada pengertian bahwa pendidikan merupakan tuntunandalam
hidup tumbuhnya anak-anak.

3) Menekankan kasih sayang dan lebih bersifat humanis-religius. Hal ini
dikarenakan seorang guru tidak diperkenankan memaksakan kehendak kepada
anak. Seorang guru adalahseperti orang yang menanam padi, hanya dapat
menuntun tumbuhnya, memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi,
danmemberikan pupuk, namun tidak bisa mengganti kodrat iradatnya padi.

15

4) Menekankan jiwa nasionalisme pada anak-anak. Hal ini
dikarenakan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dilatar belakangi dan berada pad
a masa penjajahan, sehingga pemikiran tersebut dapat mempererat persatuan d
ankesatuan bangsa.

5) Menekankan padan pentingnya pendidikan keluarga. Hal ini didasarkan
pada pandangan Ki Hadjar Dewantara, yang menyebutkan bahwa keluargamer
upakan sebaik-baiknya tempat untuk melakukan pendidikan sosial.

2. Kekurangan
Adapun yang kekurangan pandangan Ki Hadjar Dewantara sebagai berikut:
1) Keluarga sangat berperan sentral, sehingga baik-buruknya anak
sangat bergantung pada keluarga.
2) Menganggap sekolah sebagai tempat pendidikan yang kurang penting,karena
lebih menekankan pada pendidikan keluarga dan sekolah dinomorduakan.
3) Kurikulum pembelajaran yang jelas, sehingga sangat sulit untuk
diterapkandalam pendidikan.
4) Tidak bisa diaplikasikan dalam semua jenjang pendidikan. Sebab
pandangankeduanya lebih cocok diaplikasikan pada jenjang pendidikan dasar.
5) Membutuhkan banyak pengorbanan dari orang tua, karena harus terusmenerus
memberikan pendidikan kepada anaknya.

N. Nilai-Nilai Pancasila
Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan

merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai dapat berada di dua kawasan:
kognitif dan afektif. Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan bisa dikatakan
abstraksi (Simon, 1986). Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani
manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari
keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi). Langkah-langkah awal dari
“nilai” adalah seperti halnya ide manusia yang merupakan potensi pokok human
being. Nilai tidaklah tampak dalam dunia pengalaman. Dia nyata dalam jiwa manusia.
Dalam ungkapan lain ditegaskan oleh Simon (1986) bahwa sesungguhnya yang
dimaksud dengan nilai adalah jawaban yang jujur tapi benar dari pertanyaan “what
you are really, really, really, want.” Studi tentang nilai termasuk dalam ruang lingkup
estetika dan etika.

16

Estetika cenderung kepada studi dan justifikasi yang menyangkut tentang
manusia memikirkan keindahan, atau apa yang mereka senangi. Misalnya,
mempersoalkan atau menceritakan si rambut panjang, pria pemakai anting-anting,
nyanyian-nyanyian bising, dan bentuk-bentuk seni lainnya. Sedangkan etika
cenderung kepada studi dan justifikasi tentang aturan atau bagaimana manusia
berperilaku. Ungkapan etika sering timbul dari pertanyaan-pertanyaan yang
mempertentangkan antara benar salah, baik-buruk. Pada dasarnya, studi tentang etika
merupakan pelajaran tentang moral yang secara langsung merupakan pemahaman
tentang apa itu benar dan salah. Bangsa Indonesia sejak awal mendirikan negara,
berkonsensus untuk memegang dan menganut Pancasila sebagai sumber inspirasi,
nilai dan moral bangsa.

Konsensus bahwa Pancasila sebagai anutan untuk pengembangan nilai dan moral
bangsa ini secara ilmiah filosofis merupakan pemufakatan yang normatif. Secara
epistemological, bangsa Indonesia punya keyakinan bahwa nilai dan moral yang
terpancar dari asas Pancasila ini sebagai suatu hasil sublimasi dan kritalisasi dari
sistem nilai budaya bangsa dan agama yang kesemuanya bergerak vertikal dan
horizontal serta dinamis dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya, untuk
mensinkronkan dasar filosofis-ideologi menjadi wujud jati diri bangsa yang nyata dan
konsekuen secara aksiologikal bangsa dan negara Indonesia berkehendak untuk
mengerti, menghayati, membudayakan dan melaksanakan Pancasila. Upaya ini
dikembangkan melalui jalur keluarga, masyarakat, dan sekolah. Refleksi filsafat yang
dikembangkan oleh Notonegoro untuk menggali nilai-nilai abstrak, hakikat nilai-nilai
Pancasila, ternyata kemudian dijadikan pangkal tolak pelaksanaannya yang berujud
konsep pengamalan yang bersifat subjektif dan objektif.

Pengamalan secara objektif adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan
atau kemasyarakatan yang penjelasannya berupa suatu perangkat ketentuan hukum
yang secara hierarkis berupa pasal-pasal UUD, Ketetapan MPR, Undang-undang
Organik dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Pengamalan secara subjektif
adalah pengamalan yang dilakukan oleh manusia individual, baik sebagai pribadi
maupun sebagai warga masyarakat ataupun sebagai pemegang kekuasaan yang
penjelmaannya berupa tingkah laku dan sikap dalam hidup sehari-hari. Nilai-nilai
yang bersumber dari hakikat Tuhan, manusia, satu rakyat dan adil dijabarkan menjadi
konsep Etika Pancasila, bahwa hakikat manusia Indonesia adalah untuk memiliki sifat

17

dan keadaan yang berperi Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi-Kemanusiaan, berperi-
Kebangsaan, berperi-Kerakyatan, dan berperi-Keadilan Sosial.

18

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang memandang pendidikan sebagai proses

memanusiakan peserta didik sehingga mampu berkembang dan beraktualisasi diri dengan
segenap potensi asli yang ada dalam dirinya. Ilmu pengetahuan berkembang dari rasa ingin
tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Ilmu pengetahuan merupakan upaya khusus
manusia untuk menyingkapkan realitas, supaya memungkinkan manusia berkomunikasi satu
sama lain, membangun dialog dengan mengakui yang lain, dan meningkatkan harkat
kemanusiaannya. Banyak sekali aliran-aliran filsafat pendidikan yaitu ada aliran filsafat
idealisme, materialisme, realisme, pragmatisme, progresivisme, eksistensialisme

19

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, N. B. (2018). Saraswati dan Ganesha Sebagai Simbol Paradigma Interpretativisme
dan Positivisme. El-Afkar, 7(1), 69–74.

Djamaluddin, A. (2017). FILSAFAT PENDIDIKAN (Educational Phylosophy). Istiqra’, 1(2),
129–136.

Muhni, D. A. I., & Sumantri, M. S. (2015). Hakikat Manusia dan Pendidikan. Jurnal Filsafat,
1–43.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.ut.ac.id/402
8/1/MKDK4001-
M1.pdf&ved=2ahUKEwia4d2nmoHkAhVKqY8KHfb4BcAQFjAJegQIBxAB&usg=AO
vVaw1JH5ksrCgIlrXdlkYefnAv

Rohiyatun, B. (2020). Jurnal Visionary (VIS) Prodi AP UNDIKMA 2020. Jurnal Visionary ,
9(1), 62–70.

Rohmah, L. (2019). Eksistensialisme dalam Pendidikan. Edugama: Jurnal Kependidikan Dan
Sosial Keagamaan, 5(1), 86–100. https://doi.org/10.32923/edugama.v5i1.960

Rusdi. (2017). Filsafat Idealisme (Implikasinya dalam Pendidikan). Jurnal Dinamika Ilmu,
13(2), 291–306. https://doi.org/10.21093/di.v13i2.70

20


Click to View FlipBook Version