The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by natasyatiyani123, 2022-06-06 10:46:06

Pembelajaran Tematik "Kearifan Lokal Kabupaten Ponorogo"

Modul Pembelajaran IPS SD

Modul Pembelajaran

Tematik

"KEARIFAN LOKAL KABUPATEN

PONOROGO"

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan modul “Pembelajaran Tematik Kearifan
Lokal Kabuaten Ponorogo” dengan baik.

Penyusunan e-modul ini diarahkan untuk mengasah pengetahuan siswa Sekolah Dasar
(SD) tentang kearifan lokal Kabupaten Ponorogo. Dalam penyusunan modul ini, tentunya penulis
tidak dapat menyelesaikan modul tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu
kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
menyelesaikan e-modul ini. Kepada Ibu Chumi Zahroul Fitriyah, S. Pd., M. Pd. sebagai dosen
pengampu mata kuliah serta tim penulis yang terlibat dalam pembuatan e-modul sehingga e-modul
dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini tentunya masih memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu, penulis berlapang dada menerima kritik dan saran dari berbagai pihak
demi kesempurnaan modul dimasa yang akan datang. Semoga yang disampaikan dalam modul ini
juga bermanfaat bagi pembaca

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................i
PRAKATA ...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iv
KEARIFAN LOKAL KABUPATEN PONOROGO........................................................1
1.1 Pendahuluan .................................................................................................................1
1.2 Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) ......................................................................1
1.3 Kompetensi Dasar (KD) ...............................................................................................2
1.4 Indikator ........................................................................................................................2
1.5 Kegiatan Belajar 1 ........................................................................................................4

1.5.1 Sejarah Kabupaten Ponorogo ................................................................................4
1.5.2 Latihan ...................................................................................................................7
1.5.3 Rangkuman ............................................................................................................7
1.5.4 Tes Formatif 1 ........................................................................................................8
1.5.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...........................................................................9
1.6 Kegiatan Belajar 2 ........................................................................................................11
1.6.1 Keberagaman Budaya, Agama, dan Ekonomi Kabupaten Ponorogo ....................11
1.6.2 Latihan ...................................................................................................................15
1.6.3 Rangkuman.............................................................................................................16
1.6.4 Tes Formatif 2 ........................................................................................................17
1.6.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................................19
1.7 Kegiatan Belajar 3.........................................................................................................21
1.7.1 Keberagaman Budaya, Agama, dan Ekonomi Kabupaten Ponorogo.....................21
1.7.2 Latihan....................................................................................................................23
1.7.3 Rangkuman.............................................................................................................24
1.7.4 Tes Formatif 3 ........................................................................................................25
1.7.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................................27
1.8 Kunci Jawaban...............................................................................................................28
1.9 Daftar Pustaka ..............................................................................................................29

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.5.1 ........................................................................................................................4
Gambar 1.5.2 .......................................................................................................................4
Gambar 1.5.3 ........................................................................................................................5
Gambar 1.5.4 ........................................................................................................................6
Gambar 1.7.1 ........................................................................................................................22

iv

KEARIFAN LOKAL KABUPATEN PONOROGO

1.1 Pendahuluan
Modul ini memuat pembelajaran IPS di SD. Untuk itu perlu memperhatikan tujuan

pembelajaran yang menjadi acuan penyusunan seluruh modul ini. Pembahasan modul mencakup
Sejarah Kabupaten Ponorogo, keberagaman budaya, agama, dan ekonomi, serta letak geografis
Kabupaten Ponorogo.

Setelah mempelajari modul ini siswa diharapkan dapat mengetahui kearifan lokal yang ada
di Kabupaten Ponorogo, selain itu siswa diharapkan sebagai berikut:
1. Secara lebih terperinci, siswa dapat mengetahui sejarah Kabupaten Ponorogo
2. Dapat menyebutkan kebudayaan yang terdapat di Kabupaten Ponorogo
3. Mengetahui sebagian besar mata pencaharian masyarakat Kabupaten Ponorogo
4. Menjelaskan wilayah Kabupaten Ponorogo

Modul Pembaruan Pembelajaran ini terdiri atas 3 kegiatan belajar, yaitu:
1. Sejarah Kabupaten Ponorogo
2. Keberagaman budaya, agama, dan ekonomi Kabupaten Ponorogo
3. Letak Geografis Kabupaten Ponorogo

Modul ini dilengkapi dengan setiap kegiatan belajar diikuti oleh latihan, rangkuman, tes
formatif serta tindak-lanjut dari proses belajar yang siswa tempuh.

1.2 Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)
a. Sikap

• Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang yang beriman, berakhlak mulia,
percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.

1

b. Keterampilan

• Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan
konkret

• Terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya.

c. Pengetahuan

• Memiliki pengetahuan prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, humaniora, dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

• Terkait penyebab fenomena dan kejadian yang tampak mata yang mencakup penyebab,
alternatif solusi, kendala, dan solusi akhir.

1.3 KOMPETENSI DASAR (KD)
PPKn
3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia
yang terikat persatuan dan kesatuan.
Bahasa Indonesia
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
IPS
3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi
setempat sebagai indentitas bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

1.4 INDIKATOR
PPKn
3.4.1 Menjelaskan bentuk keragaman budaya di kabupaten Ponorogo
Bahasa Indonesia
3.7.1 Menganalisis karakteristik wilayah Kabupaten Ponorogo
2

IPS
3.2.1 Menjelaskan sejarah, ekonomi, agama, dan letak geografis kabupaten Ponorogo

3

1.5 Keegiatan Belajar 1
1.5.1 Sejarah Kabupate Ponorogo

Gambar 1.5.1 Kantor Pemerintah Kabupaten Ponorogo (source image: Ponorogokab.go.id)

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi
Jawa Timur. Ponorogo terletak di bagian barat daya provinsi Jawa Timur dimana berjarak
kurang lebih 200 KM dari ibukota Provinsi Jawa Timur yaitu Surabaya, selain itu kabupaten
ini juga berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah tepatnya Kabupaten Wonogiri.
Ponorogo terkenal akan kesenian Reog Ponorogo yang sudah mendunia. Selain itu Ponorogo
juga memiliki salah satu pondok pesantren terkenal di Indonesia yaitu Pondok Modern
Darussalam Gontor yang menerapkan sistem pondok modern, penerapan kedisiplinan yang
tinggi, penguasaan bahasa asing (Inggris dan Arab), dan kaderisasi alumni yang kuat.
Sebelum kita mempelajari lebih lanjut kebudayaan-kebudayaan, letak geografis dan lain-
lainnya mari kita ketahui terlebih dahulu sejarah dari Kabupaten Ponorogo.

Gambar 1.5.2 Reog Ponorogo: salah satu kesenian Ponorogo yang mendunia (source image:
exploringindonesia.com)

4

Dalam buku Babad Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997), kisah awal wilayah
Kabupaten Ponorogo ini tidak bisa dilepaskan dari cerita tentang Bathoro Katong atau dikenal
juga dengan Raden Katong. Bathoro Katong merupakan adipati/bupati pertama Kadipaten
Ponorogo yang dinobatkan pada tahun 1873. Sejarah Ponorogo seperti dikutip dari Antara
News, Senin (11/4/2022), peneliti Reog, Rido Kurniati menjelaskan bahwa Bathoro Katong
memiliki nama asli Lembu Karnigoro. Ia adalah putra kelima Prabu Brawijaya V yakni adik
Raja Demak Raden Patah. Agar masyarakat yang masih banyak menganut Hindu-Budha bisa
mudah menerima, Raden Patah memberi nama adiknya Bathoro Katong. Bathoro Katong
berasal dari kata “batara” yang berarti dewa dan “katon” yang berarti menampakkan diri
sehingga Bathoro Katong berarti dewa yang mewujud atau menampakkan diri dalam wujud
manusia. Selanjutnya, dikutip dari laman resmi ponorogo.go.id, diceritakan dalam buku
Babad Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997) bahwa kawasan Kabupaten Ponorogo dipilih
setelah Bathoro Katong tiba di wilayah Wengker. Ia lalu memilih tempat itu karena memenuhi
syarat untuk pemukiman. Lokasi tersebut saat ini adalah dusun Plampitan Kelurahan Setono
Kecamatan Jenangan. Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan,
yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya
terus berupaya mendirikan pemukiman. Sebelum wilayah itu disebut sebagai Ponorogo,
sejarah mencatat, sekitar 1482 Masehi, Bathoro Katong pun mulai melakukan konsulidasi di
wilayah itu.

Gambar 1.5.3 Makam Bathoro Katong pendiri Kabupaten Ponorogo (source image: cendananews)

Antara tahun 1482-1486 M, Raden Bathoro Katong mulai menyusun kekuatan dan
melakukan pendekatan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh penduduknya. Dengan persiapan

5

dalam rangka merintis mendirikan kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden
Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati
yang pertama. Namun, Kadipaten Ponorogo ini mulai berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496
Masehi. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Ponorogo. Penetapan
tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala
di daerah Ponorogo dan sekitarnya, juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History,
sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo.

Gambar 1.5.4 Pusat Kota Ponorogo (source image: BANGSAONLINE)

Masih dalam cerita yang sama oleh Poerwowidjojo (1997), sejarah asal usul nama
Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong,
Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo. Kesepakatan nama Ponorogo terjadi pada Jum’at saat
bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah Katongan sekarang).
Di dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan adalah
“Pramana Raga” kemudian lama kelamaan berubah menjadi Ponorogo. Pramana Raga, nama
pertama sebelum akhirnya wilayah ini menjadi Ponorogo, terdiri dari dua kata yaitu Praman
yang berarti daya kekuatan, rahasia hidup, permono dan wadi. Sedangkan, Raga berarti badan
atau jasmani. Kedua kata tersebut dapat diartikan bahwa di balik badan, watak manusia
tersimpan suatu rahasia hidup berupa olah batin yang mantap dan mapan yang berkaitan
dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang
memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri dan
kapanpun berada.

6

1.5.2 Latihan 1
Untuk meningkatkan pemahaman kalian terkait materi yang sudah dipaparkan,

selesaikanlah soal berikut!
1. Siapakah Bathoro Katong itu? Jelaskan dengan rinci!
2. Jelaskan secara singkat, padat, jelas sejarah berdirinya Kabupaten Ponorogo!

1.5.3 Rangkuman
Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

Jawa Timur. Ponorogo terkenal akan Reog dan Pondok Pesantren Modern Darussalam
Gontor nya, selain kedua itu masih banyak lagi kebudayaan dan tradisi yang dimiliki oleh
Kabupaten Ponorogo. Dalam buku Babad Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997), kisah
awal wilayah Kabupaten Ponorogo ini tidak bisa dilepaskan dari cerita tentang Bathoro
Katong atau dikenal juga dengan Raden Katong. Bathoro Katong merupakan adipati/bupati
pertama Kadipaten Ponorogo yang dinobatkan pada tahun 1873. Diceritakan dalam buku
Babad Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997) bahwa kawasan Kabupaten Ponorogo
dipilih setelah Bathoro Katong tiba di wilayah Wengker (sekarang Ponorogo). Dengan
persiapan dalam rangka merintis mendirikan kadipaten didukung semua pihak, Bathoro
Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan
ia menjadi adipati yang pertama. Namun, Kadipaten Ponorogo ini mulai berdiri pada
tanggal 11 Agustus 1496 Masehi. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari
jadi Kota Ponorogo. Kesepakatan nama Ponorogo terjadi pada Jum’at saat bulan purnama,
bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah Katongan sekarang). Di dalam
musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan adalah
“Pramana Raga” kemudian lama kelamaan berubah menjadi Ponorogo. Pramana Raga,
nama pertama sebelum akhirnya wilayah ini menjadi Ponorogo, terdiri dari dua kata yaitu
Praman yang berarti daya kekuatan, rahasia hidup, permono dan wadi. Sedangkan, Raga
berarti badan atau jasmani. Kedua kata tersebut dapat diartikan bahwa di balik badan,
watak manusia tersimpan suatu rahasia hidup berupa olah batin yang mantap dan mapan.

7

1.5.4 Tes Formatif 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1. Di provinsi mana Kabupaten Ponorogo berada?
a. Jawa Barat
b. Jawa Timur
c. Jawa Tengah
d. Kalimantan Timur

2. Salah satu kesenian yang berasal dari Kabupaten Ponorogo adalah ....
a. Tari Gandrung
b. Tari Lilin
c. Reog
d. Ondel-ondel

3. Siapa adipati pertama Kabupaten Ponorogo?
a. Bathoro Katong
b. Joyodipo
c. Klono Sewandono
d. Ki Ageng Kutu

4. Kapan Bathoro Katong dinobatkan sebagai adipati Ponorogo?
a. Tahun 1837
b. Tahun 1873
c. Tahun 1486
d. Tahun 1468

5. Tertulis dalam buku apa kisah awal berdirinya Ponorogo?
a. Babad Bhumi Karangkitri
b. Antara News
c. Bhre Kerabhumi
d. Babad Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997)

8

6. Pada tanggal berapa ditetapkan sebagai berdirinya Kabupaten Ponorogo?
a. 14 Agustus 1496
b. 12 September 1469
c. 11 Agustus 1496
d. 20 Mei 1567

7. Berikut ini para rekan dari Bathoro Katong, kecuali ....
a. Selo Aji
b. Kyai Mirah
c. Joyodipo
d. Ki Ageng Kutu

8. Apa nama sebutan Ponorogo ketika awal berdiri?
a. Permana Raga
b. Pramana Raga
c. Praman Rogo
d. Pono Rogo

9. Di mana musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan
Joyodipo saat akan membuat nama Ponorogo?
a. Di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah Katongan sekarang)
b. Di alun-alun kota
c. Di Telaga Ngebel
d. Di perkampungan warga

10. Apa arti kata Praman dalam nama Ponorogo?
a. Kekuatan
b. Badan
c. Watak
d. Kanuragan

1.7.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat dibagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

9

Tingkat penguasaan = ℎ x 100%



Arti tingkat kepuasaan: 90 – 100% = Baik Sekali
80 – 89% = Baik
70 – 79% = Cukup

< 70% = Kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan modul
selanjutnya. Jika masih dibawah 80%, Anda harus mengulang materi Kegiatan Belajar 1, terutama
bagian yang belum dikuasai.

10

1.6 Kegiatan Belajar 2
1.6.1 Keberagaman Budaya, Agama, dan Ekonomi Kabupaten Ponorogo
A. Seni Budaya di Kabupaten Ponorogo
Kabupaten Ponorogo selama ini dikenal seni budayanya. Ada bermacam – macam
kesenian yang berkembang di kabupaten Ponorogo. Ada seni tradisional seperti wayang kulit,
wayang orang, ludruk, ketoprak, seni gajah – gajahan, karawitan, dan masih banyak lagi. Ada
pula seni budaya modern seperti musik pop dan dangdut, hadroh kontemporer. Dari semua
seni yang ada di kabupaten Ponorogo yang menjadi icon seni atau yang paling popular adalah
seni reog Ponorogo.
Seni reog Ponorogo dalam segi prespektif sejarahnya terdapat beberapa versi. Hal
tersebut disebabkan karena terjadinya percampuran antara fakta sejarah yang sebenarnya,
yang konon biasanya mengangkat tema politik kekuasaan, berbaur dengan cerita rakyat yang
bernuansa fiktif dan dijadikan media komunikasi dalam kisah sejarah. Salah satu versi sejarah
reog Ponorogo, bahwa konon reog Ponorogo diangkat dari sejarah kerajaan Bantarangin yang
berlokasi di daerah Ponorogo sekitar abad 11 Masehi. Berawal dari raja Bantarangin yang
bernama prabu Kelono Sewandono yang akan mempersunting putri raja Kediri yaitu Prabu
Kertojoyo, putri raja Prabu Kertojoyo itu bernama Songgolangit. Singkat cerita dalam
lamarannya itu putri Songgolangit menyodorkan tiga syarat yang haruh dipenuhi kelono
Sewandono. Syarat pertama yaitu menghadirkan gamelan yang baru sama sekali belum
pernah ada di muka bumi, syarat kedua yaitu bermacam – macam hewan untuk menghiasi
kebun binatang, dan syarat ketiga yaitu manusia berkepala harimau. Proses lamaran itu terjadi
perselisihan antara Kelono Sewandono dengan patih Kediri Singolodro yang juga ingin
menikahi Putri Songgolangit. Dari kisah peperangan itu unsur – unsur atau tokoh – tokoh
pemeran seni reog diangkat, barong sae yang berupa kepala harimau dengan dhadak merak di
atasnya itu personifikasi patih Kediri yang menjilma harimau, gamelan dan pengiringnya,
penari topeng ganongan personifikasi dari raja Wengker baru Bantaringan Kelono
Sewandono dan patihnya Kelono Wijaya, dan lain sebagainya.
Versi lain menyebutkan bahwa sejarah reog Ponorogo erat kaitannya dengan keberadaan
kerajaan Majapahit Hindu menjelang runtuhnya dan awal penyebaran islam kerajaan Demak
Bintoro, yang menggunakan seni dan tradisi sebagai sarana komunikasi dan adanya persepsi
bahwa ada tooh dalam kisah itu yang berupaya membelokkan keadaan sebenarnya dalam

11

rangka mempertahankan nilai – nilai yang terkandung dalam media seni budaya yang
dimaksud.

Pada masa pemerintahan Majapahit di bawah Prabu kertabumi atau brwijaya V, ada
seorang sastrawan dari Bali bergelar Pujangga Anom ketut Surya Bhawana atau
Suryongalam. Yang kemudian terkenal dengan nama Ki Ageng Kutu diberi kekuasaan di
sebuah padepokan bernama Wengker. Ki Ageng Kutu ini memutuskan untuk menetap di
tanah perdikan Wengker karena kecewa dengan sang raja yang tidak lagi menjaga wibawanya
di depan rakyatnya, karena terlalu mengikuti kehendak istrinya dalam mengatur jalannya
pemerintahan..Dibuatlah pagelaran seni sebagai tontonan, yang dijadikan media untuk
mengkritik atau menyindir sang raja. Tontonan itu berupa seni budaya berupa tarian kepala
macan dengan seekor burung merak di atas kepalanya, menggambarkan seorang raja
Brawijaya V yang lemah dikuasai oleh istrinya. Ki Ageng Kutu dipersonifikasi sebagai bujang
ganong, menganlogikan sang istri rajanlang lebih dominan.

Versi sejarah reog seperti itu. Meskipun terkait dengan penyebaran Islam, faktanya di
masyarakat seni budaya reog tidak selalu identic dengan ajaran Islam, bahkan ada
kecenderungan berseberangan dengan Islam. Kelompok orang 0 orang dalam paguyuban reog
dan pendukung reog yang cenderung abangan berseberangan dengan kaum santri. Faktanya
sering terjadi dalam penampilan pagelaran reog itu unsur – unsur yang melanggar nilai – nilai
Islam seperti adanya praktik minuman keras, pergaulan bebas antara laki – laki dan
perempuan, dan lain sebagainya.

Untuk melestarikan seni budaya reog Ponorogo sebagai aset budaya bangsa Indonesia,
telah dilakukan upaya – upaya pelestariannya sejak tahun 1984 oleh bupati – bupati Ponorogo
bersama departemen atau kementrian Pariwisata, Seni Budaya, Pemuda dan Olah raga, dan
Yayasan Reyog Ponorogo. Yayasan Reyog Ponorogo yang didirikan pada tahun 1999 ini
mempunyai tugas di antaranya memelihara, melestarikan dan memajukan kesenian reog
Ponorogo yang nantinya sebagai daya tarik wisata yang berdampak pada pendapatan
masyarakat, menggunakan dan mengembangkan padepokan reog.
B. Agama di Kabupaten Ponorogo

Berbeda dengan data kependudukan di atas, data pemeluk agama menurut Badan Pusat
Statistik dalam Sensus Penduduk tahun 2011, penganut Islam berjumlah 1.004.899 jiwa
(98,11%) dari jumlah seluruh penduduk yang mencapai 1.013.769, diikuti Kristen berjumlah

12

3.168 jiwa (0,33%), Katholik berjumlah 3.039 jiwa (0,27%), Buddha berjumlah 340 jiwa
(0,03%), Hindu berjumlah 72 jiwa (0,01%), Kong Hu Cu berjumlah 14 jiwa (0,002%), agama
lainnya berjumlah 25 jiwa (0,003%), tidak terjawab dan tidak ditanyakan berjumlah 10,640
jiwa (1,24%). Komposisi itu pada tahun 2012 sedikit mengalami perubahan. Berdasarkan data
BPS Kabupaten Ponorogo 2013, penduduk Kabupaten Ponorogo mayoritas memeluk agama
Islam 1.007.074 jiwa (99,33%) dari jumlah semua semuanya yang mencapai 1.013.789 jiwa
diikuti Protestan 3.169 jiwa (0,31%), Katholik 3.056 jiwa (0,30%), Buddha 340 jiwa (0,03%)
dan Hindu 72 jiwa (0,007%).

Jumlah keseluruhan tempat peribadat di Ponorogo tahun 2011 adalah sejumlah 4233
buah. Masjid berjumlah 1448, musholla berjumlah 2754 buah, gereja Protestan berjumlah 21
buah, gereja Katolik 8 buah, dan wihara berjumlah 2 buah. Dari jumlah pendudukan
kabupaten Ponorogo yang beragama, yang beragama islam 1.007.074 jiwa (99,34%) jumlah
jamah haji pada tahun 2013 sebanyak 365 orang, pada tahun 2014 sebanyak 339 orang, pada
tahun 2014 sebanyak 339 orang, dan pada tahun 2015 sebanyak 302 orang. Kuota haji sampai
2032 saat ini sudah terpenuhi. Artinya pendaftar haji tahun 2015 menunggu keberangkatannya
pada tahun 2032 (menunggu selama 17 tahun). Ini merupakan salah satu indicator bahwa
sebenarnya cukup banyak umat Islam di Ponorogo itu yang mampu, relative kaya dan
diperkirakan sudah memiliki harta yang sudah mencapai nisab zakat.

Data fisik sarana keagamaan tersebut di atas menurut observasi penulis belum
mencerminkan tingkat keagamaan masyarakat yang sesungguhnya. Meskipun sarana ibadah
seperti masjid dan musholla sudah memadai, namun masih banyak umat muslim yang masih
pada peringkat abangan. Muslim Islam abangan dengan indikasi tidak menjalankan sholat 5
waktu atau jika laki – laki tidak sholat Jumat, tidak puasa Ramadhan, mampu tetapi tidak
berzakat. Menurut pengamatan penulis, jumlah muslim abangan di Ponorogo tidak kurang
dari 20% jumlah muslim seluruhnya, sedangkan muslim yang taat, menurut hemat penulis
tidak lebih dari 50%. Estimasi ini berdasarkan pengamatan penulis di masjid – masjid dan
musholla pada waktu jama’ah Maghrib dan Isya. Mereka yang rajin ke masjid tidak lebih dari
20%.
C. Perekonomian di Kabupaten Ponorogo

Kondisi perekonomian penduduk kabupaten Ponoorogo dapat dilihat dari beberapa
indikator. Di antaranya mata pencahariannya, mata pencaharian penduduk kabupaten

13

Ponorogo bervariasi. Mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian (51,78%), perdagangan,
rumah makan dan hotel (17, 34), sektor jasa sosial dan perorangan (11,38%). Sektor pertanian
dihasilkan dari luas sawah 34.800 hektar sawah dengan produksi 4.266.523 kwt dari 99,2%
padi sawah. Disusul produksi palwija berupa ketela 681.779 ton, jagung 241.330 ton, dan
produk pangan yang lainnya.

Kinerja perekonomian kabupaten Ponorogo dapat digambarkan dari perolehan Produk
Domestikregional Bruto (PDRB). Pada tahun 2012 perekonomian kabupaten Ponorogo terus
menunjukkan kinerja yang semakin membaik. Hal itu ditunjukkan oleh semakin menguatnya
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada beberapa tahun terakhir. Selain pertumbuhan, proses
pembangunan ekonomi juga membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi terjadi terutama disorong oleh penigkatan pendapatan yang pada
gilirannya membawa perubahan pola konsumsinya. Terlihat pola struktur ekonomi dari tahun
ke tahun dan perkembangan kegiatan pembangunan yang dilakukan baik secara umum
maupun secara lintas sektoral. Perkembangan struktur ekonomi dapat dibedakan dari peranan
tiga sektor pendukung PDRB yaitu: (1) Sektor Primer yag terdiri dari Sektor Pertanian, Sektor
Pertambangan dan Penggalian; (2) Sektor Sekunder yang terdiri dari Sektor Industri
Pengolahan, Sektor LGA, dan Sektor Konstruksi; (3) Sektor Tersier yang tediri dari Sektor
PHR, Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan,
dan sektor jasa-jasa.

Secara umum, sejalan dengan tujuan pembangunan ekonomi jangka panjang, struktur
ekonomi kabupaten Ponorogo selama lima tahun terakhir menunjukkan kondisi yang cukup
dinamis. Usaha perdagangan di kabupaten Ponorogo dirinci menjadi 3 golongan, yaitu
perdagangan besar dengan aset lebih dari 200 juta, perdagangan menengah dengan aset antara
50 sampai 200 juta, dan perdagangan keci dengan aset kurang dari 50 juta. Berkenaan dengan
usaha perdagangan ini, pada tahun 2012 telah diterbitkan 1.304 surat izin usaha perdagangan
(SIUP) oleh kantor pelayanan perijinan terpadu (KPPT), terbagi menjadi 31,47 % untuk usaha
perdagangan kecil, 9,19 % untuk perdagangan menengah, dan sisanya untuk perdagangan
besar, 12, 99 %.

Jumlah angkatan kerja tahun 2012 sebanyak 494.714 (73,41 %). Sedangkan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) 16.141 (3,26 %). Jumlah penduduk miskin tahun 2012 masih
cukup banyak yaitu 100.400 jiwa (11,7 %), dikarenakan usaha pengentasan kemiskinan

14

meliputi perbaikan berbagai aspek sosial dan ekonomi yang kompleks. Penduduk miskin
dalam konteks ini adalah seseorang atau rumah tangga yang kondisi kehidupannya serba
kekurangan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan minimal yang layak bagi
kehidupan. Garis kemiskinan sebesar 229.337 rupiah/kapita/bulan.

Sektor Pertanian, dan Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran (PHR) masih memberikan
sumbangan terbesar pada PDRB kabupaten Ponorogo tahun 2012 masing-masing sebesar Rp
3.210.357,51 juta dan Rp 2.790.641,75 juta atau mempunyai peranan sebesar 33,84 % dan
29,42 %.

Dalam ketenagakerjaan kabupaten Ponorogo terkenal sebagai daerah pengirim Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar di Jawa Timur. Meskipun remitansi TKI pada tahun
2012 yang mencapai Rp 230,195 milyar menurun 9,12 % dibanding tahun sebelumnya namun
sedikit banyak mereka telah turut andil adalah menggerakkan pertumbuhan berbagai sektor
seperti PHR, bangunan, angkutan dan komunikasi serta keuangan. Di samping variasi mata
pencaharian, potensi perekonomian suatu wilayah dicerminkan oleh Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB)nya. PDRB kabupaten Ponorogo pada tahun 2012 sebesar 9,4 trilliun
rupiah.

1.6.2 Latihan
Untuk memperdalam pemahaman kalian mengenai materi diatas, kerjakanlah Latihan berikut!
1) Apa penyebab terjadinya beberapa versi sejarah reog Ponorogo?
2) Berdasarkan data BPS adakah perubahan dari tahun 2011 ke 2012? Sebutkan

perubahannya!
3) Mengapa di tahun 2012 tingkat perekonomian kabupaten Ponorogo mengalami

peningkatan?

15

Petunjuk jawaban latihan

1) Hal tersebut disebabkan karena terjadinya percampuran antara fakta sejarah yang
sebenarnya, yang konon biasanya mengangkat tema politik kekuasaan, berbaur dengan
cerita rakyat yang bernuansa fiktif dan dijadikan media komunikasi dalam kisah sejarah.

2) Sensus Penduduk tahun 2011, penganut Islam berjumlah 1.004.899 jiwa (98,11%) dari
jumlah seluruh penduduk yang mencapai 1.013.769, diikuti Kristen berjumlah 3.168 jiwa
(0,33%), Katholik berjumlah 3.039 jiwa (0,27%), Buddha berjumlah 340 jiwa (0,03%),
Hindu berjumlah 72 jiwa (0,01%), Kong Hu Cu berjumlah 14 jiwa (0,002%), agama
lainnya berjumlah 25 jiwa (0,003%), tidak terjawab dan tidak ditanyakan berjumlah 10,640
jiwa (1,24%). Komposisi itu pada tahun 2012 sedikit mengalami perubahan. Berdasarkan
data BPS Kabupaten Ponorogo 2013, penduduk Kabupaten Ponorogo mayoritas memeluk
agama Islam 1.007.074 jiwa (99,33%) dari jumlah semua semuanya yang mencapai
1.013.789 jiwa diikuti Protestan 3.169 jiwa (0,31%), Katholik 3.056 jiwa (0,30%), Buddha
340 jiwa (0,03%) dan Hindu 72 jiwa (0,007%).

3) Pada tahun 2012 perekonomian kabupaten Ponorogo terus menunjukkan kinerja yang
semakin membaik. Hal itu ditunjukkan oleh semakin menguatnya pertumbuhan ekonomi
yang terjadi pada beberapa tahun terakhir. Selain pertumbuhan, proses pembangunan
ekonomi juga membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Perubahan struktur
ekonomi terjadi terutama disorong oleh peningkatan pendapatan yang pada gilirannya
membawa perubahan pola konsumsinya.

1.6.3 Rangkuman

Kabupaten Ponorogo selama ini dikenal seni budayanya. Ada bermacam – macam
kesenian yang berkembang di kabupaten Ponorogo. Ada seni tradisional seperti wayang kulit,
wayang orang, ludruk, ketoprak, seni gajah – gajahan, karawitan, dan masih banyak lagi. Ada
pula seni budaya modern seperti musik pop dan dangdut, hadroh kontemporer. Dari semua
seni yang ada di kabupaten Ponorogo yang menjadi icon seni atau yang paling popular adalah
seni reog Ponorogo. Berbeda dengan data kependudukan di atas, data pemeluk agama
menurut Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk tahun 2011, penganut Islam berjumlah

16

1.004.899 jiwa (98,11%) dari jumlah seluruh penduduk yang mencapai 1.013.769, diikuti
Kristen berjumlah 3.168 jiwa (0,33%), Katholik berjumlah 3.039 jiwa (0,27%), Buddha
berjumlah 340 jiwa (0,03%), Hindu berjumlah 72 jiwa (0,01%), Kong Hu Cu berjumlah 14
jiwa (0,002%), agama lainnya berjumlah 25 jiwa (0,003%), tidak terjawab dan tidak
ditanyakan berjumlah 10,640 jiwa (1,24%). Komposisi itu pada tahun 2012 sedikit mengalami
perubahan. Berdasarkan data BPS Kabupaten Ponorogo 2013, penduduk Kabupaten
Ponorogo mayoritas memeluk agama Islam 1.007.074 jiwa (99,33%) dari jumlah semua
semuanya yang mencapai 1.013.789 jiwa diikuti Protestan 3.169 jiwa (0,31%), Katholik 3.056
jiwa (0,30%), Buddha 340 jiwa (0,03%) dan Hindu 72 jiwa (0,007%). Kondisi perekonomian
penduduk kabupaten Ponoorogo dapat dilihat dari beberapa indikator. Di antaranya mata
pencahariannya, mata pencaharian penduduk kabupaten Ponorogo bervariasi. Mayoritas
penduduk bekerja di sektor pertanian (51,78%), perdagangan, rumah makan dan hotel (17,
34), sektor jasa sosial dan perorangan (11,38%). Sektor pertanian dihasilkan dari luas sawah
34.800 hektar sawah dengan produksi 4.266.523 kwt dari 99,2% padi sawah. Disusul produksi
palwija berupa ketela 681.779 ton, jagung 241.330 ton, dan produk pangan yang lainnya.
Kinerja perekonomian kabupaten Ponorogo dapat digambarkan dari perolehan Produk
Domestikregional Bruto (PDRB).

1.6.4 Tes Fomatif 2

Pilih salah satu jawaban yang ppaling tepat!

1. Apa seni yang paling menjadi sorotan di Kabupaten Ponorogo …

a. Reog Ponorogo
b. Wayang kulit
c. Hadrah
d. Ludruk
2. Apa penyebab terjadinya perbedaan versi pada sejarah reog Ponorogo …

a. Terjadinya persamaan pemikiran
b. Terjadinya percampuran antara fakta sejarah yang sebenarnya
c. Terjadinya perselisihan antara pemimpin kerajaan

17

d. Terjadinya perbedaan pendapat diantara kerajaan
3. Di tahun berapakah upaya pelestarian reog Ponorogo mulai dilakukkan …

a. 1987
b. 1984
c. 1894
d. 1897
4. Pada tahun 1999 didirikan Yayasan Reyog Ponorogo, apa tugas dari didrikannya
Yayasan tersebut …

a. Memelihara kesenian reog Ponorogo.

b. Melestarikan kesenian reog Ponorogo.

c. Menajukan kesenian reog Ponorogo.

d. Jawaban a, b, dan c benar.
5. Berapa jiwakah penganut agama Islam di tahun 2011 …

a. 1.104.998 jiwa
b. 1.400.988 jiwa
c. 1.004.899 jiwa
d. 1.044.989 jiwa
6. Berpakah jumah keseluruhan tempat beribadat pada tahun 2011 …

a. 4233 buah
b. 4332 buah
c. 4333 buah
d. 3234 buah
7. Mata pencaharian terbanyak di kabupaten Ponorogo adalah …

a. Nelayan
b. Pertanian
c. Sector sosial

18

d. Perhotelan
8. Berapa jiwakah penduduk miskin yang ada pada tahun 2012 …

a. 100.400 jiwa
b. 200.400 jiwa
c. 300.400 jiwa
d. 400.000 jiwa
9. Sektor apakah yang masih memberikan sumbangan terbesar pada PDRB kabupaten
Ponorogo …

a. Pedagang saja
b. Nelayan dan Buruh
c. Pertanian, Perdagangan, Hotel, dan Restoran
d. Kesenian
10. Berapakah PDRB kabupaten Ponorogo di tahun 2012 …

a. 4,9 trilliun rupiah.
b. 9,4 trilliun rupiah.
c. 11 trilliun rupiah.
d. 12 trilliun rupiah.

1.6.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat dibagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Tingkat penguasaan = ℎ x 100%



Arti tingkat kepuasaan: 90 – 100% = Baik Sekali
19

80 – 89% = Baik
70 – 79% = Cukup

< 70% = Kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan modul
selanjutnya. Jika masih dibawah 80%, Anda harus mengulang materi Kegiatan Belajar 3,
terutama bagian yang belum dikuasai.

20

1.7 Kegiatan Belajar 3

1.7.1 Letak Geografis Kabupaten Ponorogo

Geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di bumi atau posisi
daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis ditentukan
pula oleh segi astronomis, geologis, fisiografis dan social budaya. Letak geografis adalah
posisi keberadaan sebuah wilayah berdasarkan letak dan bentuknya dimuka bumi. Letak
geografis biasanya di batasi dengan berbagai fitur geografi yang ada di bumi dan nama daerah
yang secara langsung bersebelahan dengan daerah tersebut. Fitur bumi yang dimaksud disini
contohnya seperti benua, laut, gunung, samudera, gurun, dan lain sebagainya. Dalam
pembahasan kali ini akan membahas letak geografis Kabupaten Ponorogo yang akan
dijelaskan dibawah ini.

A. Luas dan Batas Wilayah Kabupaten Ponorogo

Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah 1.371,78 km² atau menempati sekitar
3,5% (tiga setengah persen) luas wilayah Provinsi Jawa Timur, dengan yang dibagi menjadi
2 sub-area yaitu area dataran tinggi yang meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, dan
Ngebel sisanya merupakan area dataran rendah. Sungai yang melewati ada 14 sungai dengan
panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan
produksi padi maupun hortikultura. Batas wilayah kabupaten Ponorogo adalah sebagai
berikut:

Utara : Kabupaten Madiun, Magetan, dan Nganjuk

Selatan : Kabupaten Pacitan dan Trenggalek

Barat : Kabupaten Pacitan dan Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah)

Timur : Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek

Secara administratif, Kabupaten Ponorogo terdiri dari 21 kecamatan, yang meliputi 307
desa/kelurahan, 1.002 dusun/lingkungan, 2.274 Rukun Warga (RW) dan 6.869 Rukun
Tetangga (RT). Jarak Kabupaten Ponorogo dengan ibukota Provinsi Jawa Timur (Surabaya)
kurang lebih 200 km arah timur laut dan ke ibukota (Jakarta) kurang lebih 800 km ke arah
barat.

21

Gambar 1.7.1 Peta Kabupaten Ponorogo (source Wikipedia.org)

B. Karakteristik Wilayah Kabupaten Ponorogo

Sebagian besar wilayah merupakan kota lama yang menjadi pusat kota Ponorogo.
Dengan demikian wilayah ini menampung hampir segala kegiatan perkotaan bagi kota
Ponorogo. Dominasi kegiatan yang menonjol dalam wilayah ini antara lain adalah
perdagangan, pelayanan umum atau pemerintahan, Pendidikan, wisata, dan sebagainya.

Adapun penyebaran penggunaan lahan dalam wilayah Ponorogo untuk kelompok
Pemerintah Perkantoran berada didua tempat yaitu, disekitar alun-alun dan sebelah timur,
dibagian timur kota menuju arah masuk kota sepanjang jalan Gajah Mada. Kegiatan industri
hanya mengambil lokasi dibeberapa tempat relatif kecil. Fasilitas sosial seperti Rumah Sakit
terletak disebelah utara kota berdekatan dengan kawasan perkantoran. Kelompok perkantoran
yang terletak dibagian timur kota terutama kantor-kantor perwakilan (sektoral). Kawasan
perdagangan baik orientasi lokal maupun hinterland (untuk melayani sekitar kota Ponorogo)
berada disekitar alun-alun bagian utara, barat, dan sepanjang Jalan Pemuda.

C. Letak Geografis Kabupaten Ponorogo
Ditinjau dari segi geografis, Kabupaten Ponorogo berbatasan langsung dengan Provinsi

Jawa Tengah. Kabupaten Ponorogo ada di kelilingi oleh Gunung Bayangkaki dan Gunung
Wilis sebelah timur dan Gunung Beruk sebelah selatan dan Gunung Cumbri sebelah barat.
Sehingga sebagian besar wilayah Kabupaten Ponorogo itu terletak di dataran rendah, dan juga

22

Kabupaten Ponorogo tidak memiliki pantai. Akibatnya iklim di Kabupaten Ponorogo cukup
panas, berada di sekitaran 30-32 derajat celcius.

Kabupaten Ponorogo terletak di koordinat 111°17’ - 111°52’ BT dan 7°49’ - 8°20’ LS
dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut. Kabupaten
ini terletak di sebelah barat dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi
Jawa Tengah atau lebih tepatnya 220 km arah barat daya dari ibu kota provinsi Jawa Timur,
Surabaya.

D. Topografi Kabupaten Ponorogo

Kondisi topografi Kabupaten Ponorogo bervariasi mulai daratan rendah sampai
pegunungan. Berdasarkan data yang ada, sebagai besar wilayah kabupaten ponorogo yaitu 79
% terletak di ketinggian kurang dari 500 m di atas permukaan laut, 14,4% berada di antara
500 hingga 700 m di atas permukaan laut dan sisanya 5,9% berada pada ketinggian di atas
700 m. Secara topografis dan klimatologis, Kabupaten Ponorogo merupakan dataran rendah
dengan iklim tropis yang mengalami dua musim kemarau dan musim penghujan dengan suhu
udara berkisar antara 18˚ s/d 31˚ Celcius. Bila dilihat menurut luas wilayahnya, Kecamatan
yang memiliki wilayah terluas (di atas 100 km2) secara berturut-turut adalah Kecamatan
Ngrayun, Kecamatan Pulung dan Kecamatan Sawoo.

Wilayah Kabupaten Ponorogo yang digunakan untuk lahan pertanian mencapai 34.801
Ha dan non persawahan atau perkebunan seluas 52.457 Ha. Lahan ini kemudian terbagi lagi
ke dalam lahan sawah irigasi sebesar 32.775 Ha dan sisanya adalah sawah non irigasi seluas
2.026 Ha.

1.7.2 Latihan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut!

1. Apa yang dimaksud letak geografis?

2. Mengapa Kabupaten Ponorogo termasuk dataran rendah?

3. Sebutkan batas-batas Kabupaten Ponorogo!

23

Petunjuk jawaban latihan

1. Letak geografis adalah posisi keberadaan sebuah wilayah berdasarkan letak dan
bentuknya dimuka bumi.

2. Sebab sebagai besar wilayah kabupaten ponorogo yaitu 79 % terletak di ketinggian
kurang dari 500 m di atas permukaan laut, 14,4% berada di antara 500 hingga 700 m di
atas permukaan laut dan sisanya 5,9% berada pada ketinggian di atas 700 m.

3. Utara : Kabupaten Madiun, Magetan, dan Nganjuk

Selatan : Kabupaten Pacitan dan Trenggalek

Barat : Kabupaten Pacitan dan Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah)

Timur : Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek

1.7.3 Rangkuman

Letak geografis adalah posisi keberadaan sebuah wilayah berdasarkan letak dan
bentuknya dimuka bumi. Letak geografis biasanya di batasi dengan berbagai fitur geografi
yang ada di bumi dan nama daerah yang secara langsung bersebelahan dengan daerah
tersebut. Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah 1.371,78 km² atau menempati
sekitar 3,5% (tiga setengah persen) luas wilayah Provinsi Jawa Timur, dengan yang dibagi
menjadi 2 sub-area yaitu area dataran tinggi yang meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko,
Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan area dataran rendah.

Sebagian besar silayah Kabupaten Ponorogo merupakan kota lama yang menjadi pusat
kota Ponorogo. Dengan demikian wilayah ini menampung hampir segala kegiatan
perkotaan bagi kota Ponorogo. Kabupaten Ponorogo terletak di koordinat 111°17’ - 111°52’
BT dan 7°49’ - 8°20’ LS dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas
permukaan laut. Berdasarkan data yang ada, sebagai besar wilayah kabupaten ponorogo
yaitu 79 % terletak di ketinggian kurang dari 500 m di atas permukaan laut, 14,4% berada
di antara 500 hingga 700 m di atas permukaan laut dan sisanya 5,9% berada pada ketinggian
di atas 700 m. Secara topografis dan klimatologis, Kabupaten Ponorogo merupakan dataran

24

rendah dengan iklim tropis yang mengalami dua musim kemarau dan musim penghujan
dengan suhu udara berkisar antara 18˚ s/d 31˚ Celcius.

1.7.4 Tes Formatif 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Kabupaten Ponorogo terletak di koordinat ….

a. 111°17’ - 111°52’ BT dan 7°49’ - 8°20’ LS
b. 7° 43' — 8° 46' LS dan 113° 53' — 114° 38' BT
c. 07°46'48" - 08°46'42" LS dan 112°31'42" - 112°48'48" BT
d. 08º3'40” – 08º50'48” LS dan 114º25'53” – 115º42'40” BT

2. Letak Kabupaten ponorogo berdasarkan letak Geografisnya adalah …
a. Berbatasan langsung dengan Madura
b. Berbatasan langsung dengan Jawa Tengah
c. Berada di tengah Provinsi Jawa Timur
d. Berbatasan langsung dengan Pulau Bali

3. Batas wilayah sebelah barat Kabupaten Ponorogo yaitu ….
a. Kabupaten Pacitan dan Trenggalek
b. Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek
c. Kabupaten Madiun, Magetan, dan Nganjuk
d. Kabupaten Pacitan dan Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah)

4. Posisi keberadaan sebuah wilayah berdasarkan letak dan bentuknya dimuka bumi
disebut ….
a. Letak Astronomi
b. Garis bujur
c. Letak Geografis

25

d. Garis Lintang

5. Kabupaten Ponorogo termasuk kedalam daerah …
a. Dataran Rendah
b. Dataran Tinggi
c. Perkebunan
d. Pegunungan

6. Jarak Kabupaten Ponorogo dengan Ibukota Provinsi Jawa timur yaitu ….
a. 500 Km arah barat daya
b. 200 km arah timur laut
c. 300 km arah tenggara
d. 200 km arah barat

7. Yang termasuk kedalam dataran tinggi di Kabupaten Ponorogo, kecuali ….
a. Kecamtan Ngrayun
b. Kecamatan Ngebel
c. Kecamatan Babadan
d. Kecamatan Sooko

8. Luas wilayah Kabupaten Ponorogo yaitu ….
a. 1.371,78 km²
b. 5.782 km²
c. 47.800 km²
d. 1.589 km²

26

9. Kecamatan di Kabupaten Ponorogo yang memiliki wilayah terluas, kecuali ….

a. Kecamatan Ngrayun
b. Kecamatan Pulung
c. Kecamatan Badegan
d. Kecamatan Sawoo

10. Dibawah ini gunung yang mengelilingi Kabupaten Ponorogo adalah ….
a. Gunung Raung, Gunung Ijen, Gunung Ranti, dan Gunung Merapi
b. Gunung Panderman, Gunung Butak, Gunung Welirang, dan Gunung Semeru
c. Gunung Slamet, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, dan Gunung Sumbing
d. Gunung Bayangkaki, Gunung Wilis, Gunung Bruk, Gunung Cumbri

1.7.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat dibagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi Kegiatan Belajar 3.

Tingkat penguasaan = ℎ x 100%



Arti tingkat kepuasaan: 90 – 100% = Baik Sekali
80 – 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
< 70% = Kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan modul
selanjutnya. Jika masih dibawah 80%, Anda harus mengulang materi Kegiatan Belajar 3,
terutama bagian yang belum dikuasai.

27

1.8 Kunci Jawaban

Tes Formatif 1

1. B
2. C
3. A
4. B
5. D
6. C
7. D
8. B
9. A
10. A

Tes Formatif 2
1. A
2. B
3. B
4. D
5. C
6. A
7. B
8. A
9. C
10. B

Tes Formatif 3
1. A
2. B
3. D
4. C
5. A
6. B
7. C
8. A
9. C
10.D

28

1.9 Daftar Pustaka
Kominfo. 2018. Parade Budaya Bukti Keragaman Seni Ponorogo. https://ponorogo.go.id/

2018/09/10/parade-budaya-bukti-keragaman-seni-ponorogo/ [Diakses pada 28 Mei 2022]
Ririn. 2019. Sejarah Singkat Berdirinya Ponorogo. https://wartaindo.news/sejarah-singkat-

berdirinya-ponorogo/ [Diakses pada 4 Juni 2022]
Unknown. https://ponorogo.go.id/profil/sejarah-ponorogo/ [Diakses pada 4 Juni 2022]
Unknown. 2021. Gambaran Umum Kondisi Daerah. https://sawoo.ponorogo.go.id/wp-

content/uploads/2016/10/BAB-2-GAMBARAN-UMUM-1212.pdf [Diakses pada 26 Mei
2022]

29

TERIMA KASIH


Click to View FlipBook Version