Essay Agenda Pembelajaran 2 [email protected]| 1 KEPEMIMPINAN STRATEGIS UNTUK MEM-”BIRU”-KAN MERAHNYA RAPOR PENDIDIKAN; USULAN DARI KABUPATEN KARO1 Anderiasta Tarigan2 Abstrak Rapor pendidikan merupakan sebuah platform yang dirancang dan dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk memudahkan evaluasi sistem pendidikan mulai dari satuan pendidikan sampai di tingkat nasional. Walaupun penggunaannya baru saja dimulai, harus diakui ikhtiar satu data merupakan basis perencanaan bagi dunia pendidikan kita. Kepemimpinan strategis bagi Pemerintah Daerah dibutuhkan agar rapor pendidikan dapat dijadikan rujukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Tulisan ini berupaya menguraikan perkembangan filsafat, sains, seni maupun teknologi yang dapat dikembangkan seputar manusia dan pendidikan sebagai realitas intersubjektif manusia dan gambaran masa depan yang mungkin untuk menemukan format pengembangan pendidikan. Bagian awal akan menguraikan perkembangan filsafat, sains, seni dan teknologi khususnya yang dominan menjelaskan adanya baku-kait antara manusia dan pendidikan. Bagian selanjutnya menguraikan bagaimana kondisi rapor pendidikan Kabupaten Karo di tengah kodrat zaman dan kodrat alam yang terus berubah. Dan bagian terakhir ditawarkan serangkaian pilihan yang mungkin dalam menggagas sebentuk dukungan kebijakan oleh pemerintah daerah guna meningkatkan kualitas rapor pendidikan. PROLOG Thomas Friedman suatu kali di New York Times memberikan komentar atas buku yang ditulis Paul Gilding dengan judul The Great Disruption (2012)3 , berikut petikannya …“One of those who have been warning about climate crisis for a long time is Paul Gilding, the Australian environment a business expert. He has a name for the moment–when both Mother Nature and Father Greed have hit the wall at once .” Komentar Thomas Friedman tersebut sudah disampaikan sekitar 11 tahun silam namun tetap relevan menggambarkan situasi saat ini, sebentuk paradoks manusia dengan segala atributnya, tidak terkecuali dalam memaknai pendidikan. Pendidikan yang diyakini segenap manusia sebagai padu-serasi kemampuan olah pikir, kekuatan raga, kehalusan rohani dan kepekaan rasa ternyata digunakan sekadar memperoleh kenikmatan yang disebut kebahagiaan maupun merawat hubungan dengan semesta4 . Tulisan ini berupaya menguraikan perkembangan filsafat, sains, seni maupun teknologi yang dapat dikembangkan seputar manusia dan pendidikan. Dalam semesta pemikiran tentang manusia dan pendidikan inilah dicoba menemukenali relevansi rapor pendidikan dan format dukungan teknis yang sesuai bagi pemerintah daerah agar pendidikan tak lekang dimakan zaman. 1 Essay agenda pembelajaran 2 pada PKN Tk.II Angkatan 9 BPSDM Provsu Tahun 2023. 2 Peserta Diklat PKN Tk.II Angkatan 9 BPSDM Provsu Tahun 2023, saat ini menjabat Kadis Pendidikan Pemkab Karo. 3 Gilding, Paul, 2012 : The Great Disruption : Why the climate crisis will bring on the end of shopping and the birth of a new world, Bloomsbury Press, London 4 Ulasan lengkap masa depan pendidikan dapat dibaca dalam laporan UNESCO, 2021 : Reimagining our Futures Together : A New Social Contract for Education, http://www.unesco.org/open-access/term-use-ccbysa-en, diakses 20 Januari 2023.
Essay Agenda Pembelajaran 2 [email protected]| 2 PEMBAHASAN : RAPOR PENDIDIKAN DALAM SEMESTA PENDIDIKAN Baku kait manusia dan pendidikan sebagai realitas yang senantiasa dihampiri manusia sepanjang zaman melalui seperangkat filsafat, sains, seni maupun teknologi. Ketika menyoal pendidikan, pada dasarnya manusia menyoal dirinya sendiri karena tidak ada pendidikan tanpa kehadiran manusia di dalamnya. Manusia (termasuk komunitas masyarakat yang dibentuknya) dan pendidian hanyalah realitas inter-subjektif5 , yang tidak ada bedanya dengan kosep negara, uang, atau perusahaan - meminjam konstruksi Yuval Noah Harari (2014 & 2015). Bukti-bukti sejarah menunjukkan bentuk pendidikan mulai dari yunani kuno, zaman imperium Romawi, abad pertengahan sampai modern/postmodern selalu mendapat panggung untuk dikaji kembali. Inilah sebentuk uraian Ellwood P. Cubberley (2003) melalui bukunya The History of Education. Apabila kita mengikuti uraian Harari (2014) maka pendidikan dapatlah dipadankan sebagai fiksi “pemikiran dan tindakan untuk hidup bersama” dalam suatu komunitas sekolah, masyarakat, negara-bangsa, bahkan warga satu dunia untuk mencapai kebaikan bersama. Sebuah realitas intersubjektif yang memungkinkan manusia dapat bekerjasama dalam jumlah yang sangat besar melampaui batasan geografis walaupun tanpa saling mengenal. Hanya manusia (homo sapiens) - di antara ras homo lainnya yang pernah ada di bumi, memiliki kemampuan unik membuat narasi fiksi seperti itu sehingga kerjasama dalam jumlah besar tanpa saling mengenal, menjadi mungkin. Melalui kemampuannya menciptakan fiksi inilah ras homo sapiens berkembang dari sekumpulan “insignificant ape” (kera tak berguna) - terjemahan bebas penulis, menjadi penguasa dunia. Keunikan berikutnya, fiksi sebagai realitas intersubjektif yang diciptakannya malah lebih berkuasa dari dirinya sendiri. Peristiwa perang sebagai misal, mulai dari perang memperebutkan “uang”- fiksi ekonomi, perang mempertahankan kedaulatan “negara”- fiksi identitas/nasionalisme, maupun membela “hukum dan keadilan” sampai titik darah penghabisan - sebagai fiksi hukum (legal fiction). Keunikan juga terjadi dalam praktik, ketika manusia menamai unsur alam sebagai periodik unsur kimia, kemudian meraciknya menjadi bom atom membuat luluh-lantak kota Nagasaki dan Hiroshima, menandai berakhirnya perang dunia kedua. Mengenalkan taksonomi bagi hewan dan tumbuhan menurut genus dan spesies, sambil menyebut dirinya homo sapiens, tapi tak mengakui saudara sepupunya simpanse, gorilla atau orang utan. Mengakui filsafat sebagai pemikiran terbuka dan seluas cakrawala, tetapi tega memaksa Socrates minum racun menjemput ajalnya karena filsafatnya dianggap meracuni orang muda. Gambaran keunikan manusia sebagaimana digambarkan sedikit banyaknya menegaskan adanya baku-kait antara manusia, masyarakat dan pendidikan-nya. Baku-kait juga menjadi gambaran adanya kompleksitas permasalahan. Kompleksitas permasalahan misalnya terentang mulai dari ancaman kepunahan sebagaimana digambarkan Jared Diamond (2005)6 ataupun Elizabeth Kolbert (2014) 7 sampai pada hidup berkelimpahan sebagai optimisme baru yang disampaikan Peter H. Diamandis dan Steven Kotler (2012)8 . 5 Konsep tentang realitas inter-subjektif dapat dibaca dalam Harari, Yuval Noah, 2014, Sapiens; A Brief History of Humankind, McClelland & Stewart-Random House, Canada; lihat juga dalam Harari, Yuval Noah, 2015 : Homo Deus, A Brief History of Tomorrow , Harvill Seckcer, London 6 Diamond, Jared, 2005, Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed, Penguin Books Ltd, London. 7 Kolbert, Elizabeth, 2014, The Sixth Extinction, An Unnatural History, Henry Holt and Company, UK. 8 Diamandis, Peter. H., and Steven Kotler, 2012, Abundance ; The Future is Better Than You Think, Free Press, New York
Essay Agenda Pembelajaran 2 [email protected]| 3 Berangkat dari gambaran sebagaimana diuraikan di atas disandingkan dengan kondisi empirik di lapangan, dewasa ini pendidikan lebih cenderung dimaknai sebatas dinamika kebijakan layanan urusan wajib pendidikan dan transformasi pembelajaran. Senada dengan itu, pendidikan juga bergerak dinamis mulai dari level filosofis, kebijakan, operasional maupun individual. Memadukan antara dinamika kebijakan dan transformasi pembelajaran tentunya membutuhkan dukungan teknis dari pihak-pihak yang peduli masa depan pendidikan kita, masa depan generasi kita maupun masa depan bumi kita yang menjadi rumah bersama. Sebagai gambaran, ketika membedah rapor pendidikan daerah masih kental nuansa kebijakan yang menempatkan pendidikan di antara dua ujung ekstrim sebagai isu sektoral sekaligus lintas sektoral. Demikian juga di level satuan pendidikan, transformasi pembelajaran berjalan dalam dua jalur ekstrim antara menunggu arahan pusat dan sudut lainnya mulai melakukan inisiasi pembelajaran berdiferensiasi secara lokal. Selanjutnya, ditengah-tengah belum padunya regulasi sangat dimungkinkan bermunculan berbagai perbedaan persepsi, konflik kepentingan, bahkan pemaksaan kehendak yang berujung pada toleransi kepada pihak-pihak yang justru intoleran. Observasi partisipatoris Kepala Dinas dalam mengawal pelaksanaan kurikulum merdeka, perencanaan berbasis data, rencana aksi daerah untuk SDG di Kabupaten Karo, maret 2022-Desember 2022, terdapat kenyataan bahwa semua masih mencari bentuk karena ambivalensi regulasi, perbedaan persepsi antar aktor. Kondisi ini memungkinkan peluang kekuatan status quo, resistensi kelompok yang diuntungkan selama ini melakukan serangan balik sehingga muncul gejala baru pendidikan jalan di tempat. Apa yang terjadi di Kabupaten Karo setidaknya menjadi wake up call bagi kita semua bahwa pendidikan tidak cukup hanya sebatas kebijakan apalagi transformasi pembelajaran yang tambal sulam yang mungkin jauh dari perenungan filosofis, sains, seni dan teknologi. Justru karena itu pula dukungan kebijakan strategis oleh pemerintah daerah agar rapor pendidikan tak selalu merah menemukan relevansinya. Kebijakan pemerintah daerah yang tepat guna ”Assisting at Right Level- AaRL” sebagaimana dikenal dalam kebijakan merdeka belajar sebagai “Teaching at Right Level- TaRL” bagi anak didik kita dapat dijalankan secara paralel. Kabupaten Karo sendiri, memulai sebuah inisiatif baru dengan kebijakan SHARE (Stakeholder Awareness for Restoration Education) yang diniati nantinya menjadi gerakan yang berisikan 4 (empat) pilar : Share Vision, Share Working, Share Funding, Share Performance. Memadukan inisiatif lokal dengan dukungan pemangku kepentingan di jajaran pendidikan dapatlah dimulai dari sini. Ketika titik berangkat sudah disepakati, sepanjang jalan mencari titik temu, kita pun memiliki keyakinan bersama akan sampai di titik tujuan “menghadirkan generasi emas yang cerdas berkarakter – pelajar Pancasila”. PENUTUP Melalui penelusuran jejak filsafat, sains, seni dan teknologi semakin terang bahwa terdapat baku kait antara manusia dengan pendidikan di sepanjang peradaban. Baku kait tersebut sangat ditentukan kekuatan abstraksi, deskripsi dan narasi yang dimiliki manusia untuk menjawab keingintahuan/ketidaktahuan, mengungkap penderitaan sekaligus harapan, dan merenungi hakekatnya sebagai mahkluk ciptaan. Kini kita di simpang jalan, memilih untuk memulihkan keutuhan kemanusiaan kita atau membiarkan kodrat zaman melampaui kemanusiaan kita (posthuman), waktulah yang akan menjawabnya… Soli Deo Gloria