The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by SAMHARI R, 2020-11-14 06:02:38

RIYADUSH SHOLIHIN DENGAN SYARAH

RIYADUSH SHOLIHIN DENGAN SYARAH

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

308. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasannya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Janganlah seseorang tetangga itu melarang tetangganya yang lain untuk
menancapkan kayu di dindingnya -untuk pengokoh atap dan lain-lain."

Abu Hurairah r.a. lalu berkata: "Mengapa engkau semua saya lihat tampaknya
menentang dari sunnah - peraturan Nabi s.a.w. -ini? Demi Allah, niscayalah akan saya
lemparkan sunnah itu antara bahu-bahumu - maksudnya: Saya paksakan untuk diterimanya,
sekalipun tampaknya berat dilakukan." (Muttafaq 'alaih)

Diriwayatkan dengan kata: Khusyubahu dan idhafah dan jama', tetapi diriwayatkan
pula dengan kata: Khasyabatan dengan tanwin atas ifrad (yakni dalam bentuk mufrad).

309. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti
tetangganya - baik dengan kata-kata atau perbuatan. Dan barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tetangganya dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau - kalau tidak
dapat berkata baik - maka hendaklah berdiam saja - yakni jangan malahan berkata yang tidak
baik." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Syuraih al-Khuza'i r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berbuat
baik kepada tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah memuliakan tamunya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka hendaklah berkata yang baik atau hendaklah berdiam saja."

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan lafaz seperti di atas ini dan Imam Bukhari
meriwayatkan sebagiannya.

Keterangan:

Hadis di atas, juga yang ada di bawahnya itu, mengandung pengertian bahwa jika kita
ingin dianggap sebagai seorang mu'min yang benar-benar sempurna keimanannya, maka
tiga hal ini wajib kita laksanakan dengan baik.

(a) Jangan menyakiti tetangga, tetapi hendaknya berbuat baik kepadanya, termasuk di
dalamnya tetangga yang dekat atau yang jauh, ada hubungan kekeluargaan atau tidak, juga
tanpa pandang apakah ia seorang Muslim atau kafir. Ringkasnya semua diperlakukan sama
dalam soal ketetanggaan.

(b) Memuliakan tamu, baik yang kaya ataupun yang miskin, yang sudah kenal atau
belum, kenalnya sudah lama atau baru saja bertemu dan berkenalan, seagama ataupun tidak
dan lain-lain, bahkan musuhpun katau datang ke tempat kita, wajib pula kita muliakan
sebagai tamu.

Cara memuliakannya ialah dengan jalan menampakkan wajah yang manis, berseri-seri
di mukanya, berbicara dengan sopan, menyatakan gembira atas kedatangannya dan segera
memberikan jamuan sepatutnya bilamana ada, tanpa memaksa-maksakan diri atau mengada-
adakan, sehingga berhutang dan lain-lain.

(c) Kalau dapat mengeluarkan kata-kata yang baik, itulah yang sebagus-bagusnya
untuk dijadikan bahan percakapan. Tetapi jika tidak dapat berbuat sedemikian, lebih baik
berdiam diri saja.

Dalam mengulas sabda Rasulullah s.a.w. yang terakhir ini. Imam as-Syafi'i r.a. berkata:
"Jadi hendaknya difikirkan sebelumnya perihal apa yang hendak dikatakan itu. Manakala

200

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

memang baik untuk dikeluarkan, maka yang terbagussekali ialah berkata-kata yang baik
tersebut. Maksudnya kata-kata yang baik ialah yang tidak akan menyebabkan timbulnya
kerusakan atau permusuhan, serta tidak pula akan menjurus ke arah pembicaraan yang
diharamkan oleh syariat ataupun dimakruhkan. Inilah yang dianggap sebagai kata-kata yang
memang betul-betul baik. Tetapi sekiranya akan membuat keonaran, permusuhan dan
kekacauan atau akan menjurus kepada pembicaraan yang keruh, apalagi yang haram, maka
di situlah tempatnya kita tidak boleh berbicara dan lebih baik berdiam diri saja."

310. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: Ya Rasulullah,
sesungguhnya saya itu mempunyai dua orang tetangga, maka kepada yang manakah di
antara keduanya itu yang saya beri hadiah? "Rasulullah s.a.w. menjawab: "Kepada yang
terdekat pintunya denganmu." (Riwayat Bukhari)

311. Dari Abdullah bin Amr radhiallahu 'anhuma, katanya: ''Rasulullah s.a.w.
bersabda:

"Sebaik-baiknya kawan di sisi Allah Ta'ala ialah yang terbaik Kubungannya dengan
kawannya dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah Ta'ala ialah yang terbaik pergaulannya
dengan tetangganya."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

201

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 40

Berbakti Kepada Kedua Orangtua Dan Mempererat Keluarga

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan sembahlah Allah serta jangan menyekutukan sesuatu denganNya. juga berbuat baiklah
kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang menjadi kerabat,
tetangga yang bukan kerabat, teman seperjalanan, orang yang dalam perjalanan dan bambasahaya
yang menjadi milik tangan kananmu." (an-Nisa': 36)

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan namaNya engkau semua saling menuntut hak
dan peliharalah kekeluargaan." (an-Nisa': 1)

"Orang-orang yang berakal ialah mereka yang memperhubungkan apa yang diperintahkan
untuk diperhubungkan oleh Tuhan - yakni shilatur rahmi." (ar-Ra'ad: 21)

Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan Kami - Allah - berwasiat kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua
orangtuanya." (al-Ankabut: 8)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan Tuhanmu telah menentukan supaya engkau semua jangan menyembah melainkan Dia
dan supaya engkau semua berbuat baik kepada kedua orangtua. Dan kalau salah seorang di antara
keduanya atau keduanya ada di sisimu sampai usia tua, maka janganlah engkau berkata kepada
keduanya dengan ucapan "cis", dan jangan pula engkau menggertak keduanya, tetapi ucapkanlah
kepada keduanya itu ucapan yang mulia - penuh kehormatan.
"Dan turunkanlah sayap kerendahan - maksudnya: Rendahkanlah dirimu - terhadap kedua
orangtuamu itu dengan kasih-sayang dan katakanlah: "Ya Tuhanku, kasihanilah kedua orang tuaku
itu sebagaimana keduanya mengasihi aku di kala aku masih kecil." (al-lsra': 23-24)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan Kami - Allah - berwasiat kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya.
Ibunya telah mengandungnya dengan menderita kelemahan di atas kelemahan - yakni terus -menerus -
dan ceraian susuannya dalam dua tahun. Hendaknya engkau bersyukur kepadaKu dan kepada kedua
orangtuamu." (Luqman: 14)

312. Dari Abu Abdirrahman yaitu Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: Saya bertanya
kepada Nabi s.a.w.: "Manakah amalan yang lebih tercinta disisi Allah?" Beliau menjawab:
"Yaitu shalat menurut waktunya." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau menjawab:
"Berbakti kepada orang tua." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau menjawab:
"Yaitu berjihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)

313. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

202

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

"Tidak cukuplah seseorang anak terhadap orangtuanya - sebagaimana imbangan
jasa,kecuali apabila anak itu menemui orangtuanya sebagai hambasahaya, lalu membelinya
kemudian memerdekakannya." (Riwayat Muslim)

314. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah
memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah menghubungi - mempereratkan - kekeluargaannya dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau - jikalau tidak dapat - berdiam
sajalah." (Muttafaq 'alaih)

315. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah
Ta'ala menciptakan seluruh makhluk, kemudian setelah selesai dari semuanya itu lalu rahim
- kekeluargaan - itu berdiri terus berkata: "Ini adalah tempat orang yang bermohon
kepadaMu - Tuhan - daripada perpisahan." Allah berfirman: "Ya, apakah engkau rela jikalau
Aku perhubungkan orang yang menghubungimu - kekeluargaan - dan Aku memutuskan
orang yang memutuskanmu?" Rahim menjawab: "Ya." Allah berfirman lagi: "Jadi keadaan
yang sedemikian itu tetap untukmu - yang meng hubungi atau yang memutuskan."

Selanjutnya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bacalah jikalau engkau semua menghendaki - firman Allah yang artinya: "Apakah
barangkali andaikata engkau semua berkuasa, engkau semua akan membuat kerusakan
di bumi dan memutuskan ikatan kekeluargaan? Orang-orang yang sedemikian itulah yang
dilaknat oleh Allah, kemudian ditulikan pendengarannya oleh Allah serta dibutakan
penglihatannya." - Surah Muhammad: 22-23. (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan demikian: "Kemudian Allah Ta'ala
berfirman:
"Barangsiapa yang menghubungimu - kekeluargaan - maka Aku menghubungkannya
dan barangsiapa memutuskan kamu, maka Aku juga memutuskannya."

316. Dari Abu Hurairah r.a. lagi, katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada
Rasulullah s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya
persahabati dengan sebaik-baiknya - yakni siapakah yang lebih utama untuk dihubungi
secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia bertanya lagi: "Lalu siapakah?" Beliau
menjawab: "Ibumu." Orang itu sekali lagi bertanya: "Kemudian siapakah?" Beliau menjawab
lagi: "Ibumu." Orang tadi bertanya pula: "Kemudian siapa lagi." Beliau menjawab: "Ayahmu."
(Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan:
"Ya Rasulullah. Siapakah orang yang lebih berhak untuk dipersahabati - dihubungi -
secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu ayahmu, lalu
orang yang terdekat denganmu, yang terdekat sekali denganmu."
Ashshahabah artinya persahabatannya. Sabdanya tsumma abaka, demikian ini
dimanshubkan dengan fi'il yang dibuang, jelasnya birra abaka yakni berbaktilah kepada
ayahmu. Dalam riwayat lain disebutkan tsumma abuka dan ini jelas artinya.

203

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

317. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Melekat pada tanahlah
hidungnya, melekat pada tanahlah hidungnya, sekali lagi melekat pada tanahlah hidungnya -
maksudnya memperoleh kehinaan besarlah - orang yang sempat menemui kedua
orangtuanya di kala usia tua, baik salah satu atau keduanya, tetapi orang tadi tidak dapat
masuk syurga - sebab tidak berbakti kepada orangtuanya." (Riwayat Muslim)

318. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya ada seorang lelaki berkata: "Ya
Rasulullah, sesungguhnya saya itu mempunyai beberapa orang kerabat, mereka saya
hubungi - yakni saya pereratkan ikatan kekeluargaannya, tetapi mereka memutuskannya,
saya berbuat baik kepada mereka itu, tetapi mereka berbuat buruk pada saya, saya bersikap
sabar kepada mereka itu, tetapi mereka menganggap bodoh mengenai sikap saya itu."
Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Jikalau benar sebagaimana yang engkau katakan itu, maka
seolah-olah mereka itu engkau beri makanan abu panas -yakni mereka mendapat dosa yang
besar sekali. Dan engkau senantiasa disertai penolong dari Allah dalam menghadapi mereka
itu selama engkau benar dalam keadaan yang sedemikian itu." (Riwayat Muslim)

Tusiffuhum dengan dhammahnya ta' dan kasrahnya sin muhmalah serta syaddahnya
fa'.

Almallu dengan fathahnya mim dan syaddahnya lam yaitu abu panas. Jadi maksudnya
seolah-olah engkau memberi makanan abu panas kepada mereka itu. Ini adalah kata
perumpamaan bahwa kaum kerabat yang bersikap seperti di atas itu tentu mendapatkan
dosa sebagaimana seorang yang makan abu panas mendapatkan sakit karena makan itu.
Terhadap orang yang berbuat baik ini tidak ada dosanya samasekali, tetapi orang-orang yang
tidak membalas dengan sikap baik itulah yang mendapatkan dosa besar karena mereka
melalaikan hak saudaranya dan memberikan kesakitan - hati dan perasaan - padanya.

Wallahu a'lam.

319. Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang ingin
supaya diluaskan rezekinya dan diakhirkan ajalnya, maka hendaklah mempereratkan ikatan
kekeluargaannya." (Muttafaq 'alaih) Makna Yunsa-alahu fi atsarihi yaitu diakhirkan ajalnya
yakni diperpanjangkan usianya.

320. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Abu Thalhah adalah seorang dari golongan kaum
Anshar di Madinah yang banyak hartanya, terdiri dari kebun kurma. Di antara harta-
hartanya itu yang paling dicintai olehnya ialah kebun kurma Bairuha'. Kebun ini letaknya
menghadap masjid - Nabawi di Madinah. Rasulullah s.a.w. suka memasukinya dan minum
dari airnya yang nyaman. Ketika ayat ini turun, yang artinya: "Engkau semua tidak akan
memperoleh kebajikan sehingga engkau semua suka menafkahkan dari sesuatu yang engkau
semua cintai," maka Abu Thalhah berdiri menuju ke tempat Rasulullah s.a.w., lalu berkata:
"Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman:

‫ﺒﻮ ﹶﻥ‬‫ﺗ ِﺤ‬ ‫ﻤﺎ‬ ‫ﺗﻨِﻔﹸﻘﻮﹾﺍ ِﻣ‬ ‫ﺘﻰ‬‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻨﺎﹸﻟﻮﹾﺍ ﺍﹾﻟِﺒ‬‫ﺗ‬ ‫ﹶﻟﻦ‬

(ali-lmran: 92)

- artinya sebagaimana di atas. Padahal hartaku yang paling saya cintai ialah kebun kurma
Bairuha', maka sesungguhnya kebunku itu saya sedekahkan untuk kepentingan agama Allah
Ta'ala. Saya mengharapkan kebajikan serta sebagai simpanan - di akhirat - di sisi Allah. Maka
dari itu gunakanlah kebun itu ya Rasulullah, sebagaimana yang Allah memberitahukan

204

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

kepada Tuan. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Aduh, yang sedemikian itu adalah
merupakan harta yang banyak keuntungannya - berlipat ganda pahalanya bagi yang
bersedekah, yang sedemikian itu adalah merupakan harta yang banyak
keuntungannya."Saya telah mendengar apa yang engkau ucapkan dan sesungguhnya saya
berpendapat supaya kebun itu engkau berikan kepada kaum keluargamu - sebagai sedekah."

Abu Thalhah berkata: "Saya akan melaksanakan itu, ya Rasulullah." Selanjutnya Abu
Thalhah membagi-bagikan kebun Bairuha' itu kepada keluarga serta anak-anak pamannya."
(Muttafaq 'alaih)

Perihal lafaz-lafaznya sudah dijelaskan di muka dalam bab "infak dari apa-apa yang
dicintai" - harap diperiksa dalam Hadis no. 298.

321. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ada seorang
lelaki menghadap Nabi s.a.w. lalu berkata: "Saya berbai'at kepada Tuan untuk ikut berhijrah
serta berjihad yang saya tujukan untuk mencari pahala dari Allah Ta'ala." Beliau bertanya:
"Apakah salah seorang dari kedua orangtuamu itu masih ada yang hidup?" Orang itu
menjawab: "Ya, bahkan keduanya masih hidup." Beliau bersabda: "Apakah maksudmu
hendak mencari pahala dari Allah Ta'ala?" Ia menjawab: "Ya." Beliau bersabda: "Kalau begitu
kembali sajalah ke tempat kedua orangtuamu, lalu berbuat baiklah dalam mengawani
keduanya itu."(Muttafaq 'alaih)

Ini adalah lafaznya Imam Muslim. Dalam riwayat Imam-imam Bukhari dan Muslim
lainnya disebutkan pula demikian:

"Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w. lalu memohon izin kepada beliau
untuk ikut berjihad, lalu beliau bersabda: "Adakah kedua orangtuamu masih hidup?" Ia
menjawab: "Ya." Lalu beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu, berjihadlah dalam kedua
orangtuamu itu - dengan berbuat baik dan memuliakan keduanya itu."

322. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya:

"Bukannya orang yang menghubungi - mempererat kekeluargaan - itu dengan orang
yang mencukupi - yakni yang sama-sama menghubunginya, tetapi orang yang menghubungi
itu ialah orang yang apabila keluarganya itu memutuskan ikatan kekeluargaannya, lalu ia
suka menghubunginya - menyambungnya kembali." (Riwayat Bukhari)

323. Dari Aisyah radhiallahu 'anha dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Rahim - kekeluargaan -
itu tergantung pada 'Arasy sambil berkata: "Barangsiapa yang menghubungi aku -
mempererat kekeluargaan, maka Allah menghubunginya dan barangsiapa memutuskan aku,
maka Allah memutuskannya." (Muttafaq 'alaih)

324. Dari Ummul mu'minin iaitu Maimunah binti al-Harits radhiallahu 'anha,
bahawasanya dia memerdekakan seorang hamba sahayanya - perempuan - dan tidak
meminta izin lebih dulu kepada Nabi s.a.w. Ketika datang hari gilirannya yang waktu itu
beliau berputar untuknya, maka Maimunah berkata: "Adakah Tuan mengetahui, ya
Rasulullah, bahwa saya telah memerdekakan hamba-sahayaku?" Beliau s.a.w. bersabda:
"Adakah itu sudah engkau kerjakan." Ia menjawab: "Ya, sudah." Beliau bersabda: "Alangkah
baiknya kalau hamba sahaya itu engkau berikan saja kepada pamanmu dari jurusan ibu,
kerana yang sedemikian itu adalah lebih besar pahalanya untukmu." (Muttafaq 'alaih)

205

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

325. Dari Asma' binti Abu Bakar as-Shiddiq radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ibuku
datang ke tempatku sedang dia adalah seorang musyrik di zaman Rasulullah s.a.w. - Iaitu di
saat berlangsungnya perjanjian Hudaibiyah antara Nabi s.a.w. dan kaum musyrikin.

Kemudian saya meminta fatwa kepada Rasulullah s.a.w., saya berkata: "Ibuku datang
padaku dan ia ingin meminta sesuatu, apakah boleh saya hubungi ibuku itu, padahal ia
musyrik?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ya, hubungilah ibumu." (Muttafaq 'alaih)

Ucapan Asma': Raghibah ertinya ialah ingin sekali meminta sesuatu yang ada padaku.
Ada yang mengatakan bahwa yang dating itu benar-benar ibunya sendiri dari nasabnya,
tetapi ada puia yang mengatakan bahwa itu adalah ibunya dari susuan yakni yang pernah
menyusuinya waktu kecil. Yang shahih ialah pendapat yang pertama yakni ibunya sendiri.

326. Dari Zainab as-Tsaqafiyah iaitu isteri Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu
wa'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bersedekahlah engkau semua, hai kaum
wanita dari perhiasan-perhiasanmu." Zainab berkata: "Saya lalu kembali ke tempat Abdullah
bin Mas'ud, lalu saya berkata: "Sesungguhnya engkau ini seorang lelaki yang ringan
tangannya - maksudnya dalam keadaan kurang harta, dan sesungguhnya Rasulullah s.a.w.
telah memerintahkan kita untuk memberikan sedekah. Maka datanglah engkau kepada
beliau dan tanyakanlah, jikalau sekiranya yang sedemikian itu mencukupi daripadaku, maka
akan saya berikan saja padamu maksudnya ialah jikalau hartaku sendiri ini boleh diberikan
kepada sesama keluarga, tentu lebih baik untuk kepentingan keluarga saja. Tetapi jikalau
tidak mencukupi yang sedemikian itu - yakni tidak boleh kepada keluarga sendiri, maka
akan saya berikan kepada orang lain."

Abdullah - suaminya - berkata: "Bahkan engkau saja yang datang pada beliau."

Kemudian saya - Zainab - berangkat, tiba-tiba ada seorang wanita dari kaum Anshar
yang sudah ada di pintu Rasulullah s.a.w., sedang keperluanku sama benar dengan
keperluannya.

Rasulullah s.a.w. itu besar sekali kewibawaan yang ada padanya. Kemudian Bilal
keluar menemui kita, lalu kita berkata: "Datanglah kepada Rasulullah s.a.w., kemudian
beritahukanlah bahawasanya ada dua orang wanita sedang menanti di pintu untuk bertanya
kepada Tuan: "Apakah sedekah itu mencukupi, jikalau diberikan saja kepada suami-
suaminya serta anak-anak yatim yang ada dalam tanggungannya? Tetapi janganlah
diberitahukan siapa kita yang datang ini!" Bilal lalu masuk kepada Rasulullah s.a.w.,
kemudian menanyakan soal di atas itu. Rasulullah s.a.w. bertanya: "Siapakah kedua orang
itu?" Bilal menjawab: "Seorang wanita dari kaum Anshar dan yang seorang Zainab."
Rasulullah s.a.w. bertanya: "Zainab yang mana - sebab nama Zainab banyak." Bilal menjawab:
"Zainab isteri Abdullah." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Kedua wanita itu mendapatkan dua pahala -jikalau diberikan kepada keluarganya
sendiri, yaitu pahala karena kekeluargaan dan pahala sedekahnya." (Muttafaq 'alaih)

327. Dari Abu Sufyan yaitu Shakhr bin Harb r.a. dalam Hadisnya yang panjang perihal
kisahnya Hercules, bahawasanya Hercules berkata kepada Abu Sufyan: "Dia menyuruh
apakah kepadamu semua?" - yang dimaksudkan ialah Nabi s.a.w. Abu Sufyan menjawab:
Saya lalu berkata: "Nabi itu mengucapkan demikian: "Sembahlah Allah yang Maha Esa dan
jangan menyekutukan sesuatu denganNya.Juga tinggalkanlah apa-apa yang diucapkan oleh
nenek moyangmu - tentang i'tikad yang salah-salah.Dia menyuruh pula kepada kita supaya
kita melakukan shalat, berkata benar, menahan diri dari menjalankan keharaman serta
mempererat kekeluargaan."(Muttafaq 'alaih)

206

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

328. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Engkau semua akan
membebaskan suatu tanah yang di situ digunakan sebutan qirath - untuk mata wangnya."
Dalam sebuah riwayat lagi disebutkan: "Engkau semua akan membebaskan Mesir, yaitu
tanah yang di situ digunakanlah nama qirath, maka berwasiatlah kepada penduduk di situ
dengan baik-baik, sebab sesungguhnya mereka itu mempunyai hak kehormatan serta
kekeluargaan."

Dalam riwayat lain disebutkan: "Jikalau engkau telah membebaskannya, maka berbuat
baiklah kepada penduduknya, sebab sesungguhnya mereka itu mempunyai hak kehormatan
dan kekeluargaan," atau dalam riwayat lain disebutkan: "Mereka mempunyai hak
kehormatan dan periparan - dari kata ipar." (Riwayat Muslim)

Para ulama berkata: "Rahim yang dimiliki oleh penduduk Mesir ialah karena Hajar,
ibunya Nabi Ismail adalah dari bangsa mereka sedang "shihr" atau ipar ialah karena Mariah,
ibunya Ibrahim, putera Rasulullah s.a.w. juga dari bangsa Mesir itu.

329. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Ketika ayat ini turun iaitu yang ertinya: Dan
berilah peringatan kepada kaum keluarga-mu yang dekat-dekat - as-Syu'ara' 214, lalu
Rasulullah s.a.w. mengundang kaum Quraisy, kemudian merekapun berkumpullah,
undangan itu ada yang secara umum dan ada lagi yang khusus, lalu beliau bersabda: "Hai
Bani Ka'ab bin Luay, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Murrah bin Ka'ab,
selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdu Syams, selamatkanlah dirimu
semua dari neraka. Hai Bani Abdu Manaf, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani
Hasyim, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdul Muththalib,
selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Fathimah - puteri Rasulullah s.a.w.,
selamatkanlah dirimu dari neraka, karena sesungguhnya saya tidak dapat memiliki sesuatu
untukmu semua dari Allah - maksudnya saya tidak dapat menolak siksa yang akan diberikan
oleh Allah padamu, jikalau engkau tidak berusaha menyelamatkan diri sendiri dari neraka.
Hanya saja engkau semua itu mempunyai hubungan kekeluargaan belaka - tetapi ini jangan
diandal-andalkan untuk dapat selamat di akhirat. Saya akan membasahinya dengan airnya."
(Riwayat Muslim)

Sabdanya Rasulullah: Bibalaliha, itu dengan fathahnya ba' kedua dan boleh pula
dengan dikasrahkan. Albalal artinya air. Makna Hadis: Saya akan membasahinya dengan
airnya ialah saya akan menghubungi kekeluargaan itu. Beliau s.a.w. menyerupakan
terputusnya kekeluargaan itu sebagai sesuatu yang panas yang dapat dipadamkan dengan
air dan yang panas ini dapat didinginkan dengan mempereratkan kekeluargaan itu.

330. Dari Abu Abdillah, iaitu 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya
mendengar Nabi s.a.w. bersabda secara terang-terangan tidak dirahsiakan lagi, iaitu:
"Sesungguhnya keluarga Abu Fulan itu bukannya kekasihku. Hanyasanya kekasihku ialah
Allah dan kaum mu'minin yang shalih. Tetapi mereka itu ada hubungan kekeluargaan
denganku yang saya akan membasahi dengan airnya - yakni saya pereratkan ikatan
kekeluargaan dengan mereka." Muttafaq 'alaih, sedang lafaznya adalah dari Imam Bukhari.

331. Dari Abu Ayyub, iaitu Khalid bin Zaidal-Anshari r.a. bahawa ada seorang lelaki
berkata: "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepada saya suatu amalan yang dapat memasukkan
saya ke dalam syurga." Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: "Engkau supaya menyembah kepada

207

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Allah dan janganlah engkau menyekutukan sesuatu denganNya, juga supaya engkau
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mempererat ikatan kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)

332. Dari Salman bin 'Amir r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:

"Jikalau seseorang dari engkau semua itu berbuka, maka berbukalah atas kurma, sebab
sesungguhnya kurma itu ada berkahnya, tetapi jikalau tidak menemukan kurma, maka
hendaklah berbuka atas air, sebab sesungguhnya air itu suci."

Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda:

"Bersedekah kepada orang miskin adalah memperoleh satu pahala sedekah saja, tetapi
kepada - orang miskin - yang masih ada hubungan kekeluargaan, maka memperoleh dua kali,
iaitu pahala sedekah dan pahala mempereratkan kekeluargaan." Hadis hasan yang
diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

333. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Di bawah saya ada seorang
wanita - maksudnya: Saya mempunyai seorang isteri - dan saya mencintainya, sedangkan
Umar - ayahnya membencinya, lalu Umar berkata kepadaku: "Ceraikanlah isterimu itu!"
sedang saya enggan melakukannya. Umar lalu mendatangi Nabi s.a.w. kemudian
menyebutkan keadaan yang sedemikian itu, maka Nabi s.a.w. bersabda: "Ceraikanlah wanita
itu." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Imam Termidzi
mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

334. Dari Abuddarda' r.a. bahwasanya ada seorang lelaki datang kepadanya:
"Sesungguhnya saya mempunyai seorang isteri dan sesungguhnya ibuku menyuruh
kepadaku supaya aku menceraikannya." Kemudian Abuddarda' berkata: "Saya mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Orangtua adalah pintu yang paling tengah di antara pintu-pintu syurga." Maka
jikalau engkau suka, buanglah pintu itu - tidak perlu mengikuti perintahnya atau tidak
berbakti padanya, tetapi ini adalah dosa besar, atau jagalah pintu tadi - dengan mengikuti
perintah dan berbakti dan ini besar pahalanya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia
mengatakan bahawa ini adalah Hadis shahih.

335. Dari Albara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:

"Bibi adalah sebagai gantinya ibu."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.

Dalam bab ini terdapatlah beberapa Hadis yang masyhur-masyhur dalam kitab Hadis
yang shahih. Di antaranya adalah Hadis orang-orang yang tertahan dalam gua - lihat Hadis
no. 12 - dan Hadis Juraij - lihat Hadis no. 260. Keduanya sudah disebutkan lebih dulu. Masih
banyak lagi Hadis-hadis yang masyhur dalam kitab shahih, tetapi saya hilangkan untuk
meringkaskannya.

Di antara Hadis-hadis itu yang terpenting ialah Hadisnya 'Amr bin'Abasah r.a.,sebuah
Hadis panjang yang mengandung beberapa huraian yang banyak sekali darihal kaedah-
kaedah Islam dan adab-adabnya. Hadis itu akan saya uraikan dengan selengkapnya Insya
Allah dalam bab Raja' (Mengharapkan), Di dalam Hadis itu disebutkan di antaranya:

"Saya - yakni 'Amr bin 'Abasah - masuk kepada Nabi s.a.w. di Makkah - yakni pada
waktu permulaan nubuwat atau diangkatnya sebagai Nabi, lalu saya berkata padanya:

208

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

"Siapakah Tuan itu?" Beliau menjawab: "Nabi." Saya bertanya: "Apakah Nabi itu?" Beliau
menjawab: "Saya diutus oleh Allah." Saya bertanya lagi: "Dengan apakah Tuan diutus oleh
Allah?" Beliau menjawab: "Allah mengutus saya dengan perintah mempereratkan ikatan
kekeluargaan, mematahkan semua berhala dan supaya Allah itu di Maha Esakan, iaitu tidak
ada sesuatu apapun yang dipersekutukan denganNya," dan ia menyebutkan kelengkapan
Hadis itu selanjutnya.

Wallahu Ta'ala a'lam.
Wa bihil'aunu walquwwah (Dengan Allah kita dapat memperoleh pertolongan dan
kekuatan).

209

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 41

Keharamannya Berani — Kepada Orangtua — Dan
Memutuskan Ikatan Kekeluargaan

Allah Ta'ala berfirman:
"Apakah barangkali, andaikata engkau semua berkuasa, maka engkau semua akan membuat
kerosakan di bumi dan memutuskan ikatan kekeluargaanmu semua.
"Orang-orang yang sedemikian itu adalah orang-orang yang dilaknat oleh Allah, lalu Allah
memekakkan pendengaran mereka dan membutakan penglihatan mereka." (Muhammad: 22-23)

Allah Ta'ala juga berfirman:
"Dan orang-orang yang merosak janji Allah sesudah teguhnya dan pula memutuskan apa-apa
yang diperintah oleh Allah untuk dihubungkannya serta membuat kerosakan di bumi, maka mereka
itulah yang mendapatkan kelaknatan dan akan memperoleh kediaman yang buruk." (ar-Ra'ad: 25)

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan Tuhanmu telah menentukan supaya engkau semua jangan menyembah melainkan Dia
dan supaya engkau semua berbuat baik kepada kedua orang tua. Dan kalau salah seorang di antara
keduanya ada di sisimu sampai usia tua, maka janganlah engkau berkata kepada keduanya dengan
ucapan "cis", dan jangan pula engkau menggertak keduanya, tetapi ucapkanlah kepada keduanya itu
ucapan yang mulia - penuh kehormatan.
"Dan turunkaniah sayap kerendahan - maksudnya: Rendahkanlah dirimu - terhadap kedua
orangtuamu itu dengan kasih-sayang dan katakanlah: "Ya Tuhanku, kasihanilah kedua orangtuaku itu
sebagaimana keduanya mengasihi aku di kala aku masih kecil." (al-lsra': 23-24)

336. Dari Abu Bakrah iaitu Nufai' bin al-Harits r.a'., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda:

"Tidakkah engkau semua suka saya memberitahukan perihal sebesar-besarnya dosa
besar?" Beliau menyabdakan ini sampai tiga kali. Kita-para sahabat- menjawab: "Baiklah,ya
Rasulullah." Beliau s.a.w. bersabda: "Menyekutukan kepada Allah dan berani kepada kedua
orangtua." Semula beliau s.a.w. bersandar lalu duduk kemudian bersabda lagi: "Ingatlah,
juga mengucapkan kejustaan serta menyaksikan secara palsu." Beliau s.a.w. senantiasa
mengulang-ulanginya kata-kata yang akhir ini, sehingga kita mengucapkan: "Alangkah
baiknya, jikalau beliau diam berhenti mengucapkannya." (Muttafaq 'alaih)

337. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w, bersabda:

"Dosa-dosa besar itu ialah menyekutukan kepada Allah, berani kepada kedua
orangtua, membunuh seseorang - tidak sesuai dengan haknya - serta bersumpah secara
palsu." (Riwayat Bukhari)

Alyaminul ghamus ialah sesuatu yang disumpahkan oleh seseorang dengan dusta dan
disengaja, dinamakan ghamus, sebab sumpah sedemikian itu menerjunkan orang yang
bersumpah itu ke dalam dosa.

210

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

338. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w.
bersabda:

"Termasuk dalam golongan dosa-dosa besar ialah jikalau seseorang itu memaki-maki
kedua orang tuanya sendiri." Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah,adakah seseorang itu
memaki-maki kedua orang tuanya sendiri." Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, iaitu apabila
seseorang itu memaki-maki ayah seseorang, lalu orang yang dimaki-maki ayahnya itu lalu
memaki-maki ayahnya sendiri. Atau seseorang itu memaki-maki ibu orang lain, lalu orang
yang dimaki-maki ibunya ini, memaki-maki ibunya sendiri." (Muttafaq ''alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan:

"Sesungguhnya termasuk sebesar-besarnya dosa besar ialah apabila seseorang itu
melaknat kepada kedua orang tuanya sendiri." Beliau s.a.w. ditanya: "Ya Rasulullah,
bagaimanakah seseorang itu melaknat kedua orang tuanya sendiri?" Beliau s.a.w. bersabda:
"Iaitu orang tadi memaki-maki ayah orang lain, lalu orang ini memaki-maki ayahnya sendiri
atau orang itu memaki-maki ibu orang lain, lalu orang ini memaki-maki ibunya sendiri."

339. Dari Abu Muhammad, iaitu Jubair bin Muth'im r.a. bahawasanya Rasulullah
s.a.w. bersabda:

"Tidak akan masuk syurga seseorang yang memutuskan." Sufyan berkata dalam
riwayatnya bahawa yang dimaksudkan ialah memutuskan ikatan kekeluargaan. (Muttafaq
'alaih)

340. Dari Abu Isa, iaitu al-Mughirah bin Syu'bah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:

"Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadamu semua akan berani kepada para
ibu,juga mencegah - tidak melaksanakan apa-apa yang wajib atas dirinya, meminta yang
bukan miliknya serta menanam anak-anak perempuan hidup-hidup. Allah membenci kepada
kata-kata qil wa qal - yakni: katanya dari si Anu, ujarnya dari si Anu, tetapi tidak ada
kepastiannya, juga memperbanyak pertanyaan serta menyia-nyiakan harta dibelanjakan
kepada sesuatu yang bukan semestinya." (Muttafaq 'alaih)

Sabda Nabi s.a.w. man'an ialah mencegah atau tidak menunaikan apa-apa yang
diwajibkan atau yang sudah menjadi kewajipan dirinya. Hati ertinya meminta yang bukan
milik atau haknya, Wa'dul banal, iaitu menanam anak-anak perempuan dengan hidup-hidup.
Qil wa qal maknanya ialah segala sesuatu yang didengarnya - sekalipun belum pasti
kebenarannya. Orang yang suka qil wa qal itu suka mengatakan: "Dikatakan oleh si Fulan itu
begini, atau si Fulan itu berkata demikian, semua kata-kata itu tidak dapat diketahui
kebenarannya atau bahkan tidak disangka bahwa kata-kata itu benar. Cukuplah seseorang
itu disebut berdusta, jikalau ia mempercakapkan segala apa yang didengarnya. Idha'atul mal,
iaitu ditabzirkan,diobralkan atau dibelanjakan untuk jurusan-jurusan yang tidak diizinkan
oleh syariat, iaitu baik yang berhubungan dengan tujuan-tujuan keakhiratan atau keduniaan,
atau tidak suka menyimpannya, padahal mungkin sekali untuk disimpan - yakin ia kuasa
menyimpan. Katsratus sual, yakni banyak bertanya atau meminta sesuatu yang ia sendiri
tidak memerlukan itu.

Dalam bab ini masih banyak lagi Hadis-hadis yang sudah disebutkan dalam
bab .sebelumnya seperti Hadis - yang ertinya: "Dan Aku memutuskan orang yang
memutuskan engkau - kekeluargaan, juga Hadis - yang ertinya: "Barangsiapa yang memutus-
kan aku - kekeluargaan, maka Allah memutuskan ia - lihat Hadis-hadis no. 315 dan 323.

211

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 42

Keutamaan Berbakti Kepada Kawan-kawan Ayah, Ibu,
Kerabat, Isteri Dan Lain-lain Orang Yang Sunnah Dimuliakan

341. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya suatu kebaktian yang terbesar kebaktiannya ialah jikalau seseorang itu
menghubungi - yakni mempererat hubungan - kepada kekasih ayahnya."

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya ada seorang lelaki dari
golongan A'rab -golongan Arab yang berdiam di pedalaman - bertemu dengannya di suatu
jalanan Makkah, lalu Abdullah bin Umar mengucapkan salam padanya dan dibawanya
menaiki keledai yang dinaikinya sendiri,juga orang itu diberi sorban yang melilit di
kepalanya.

Ibnu Dinar berkata: "Kita berkata kepadanya: "Semoga Allah memberikan kebaikan
padamu, sesungguhnya itu adalah orang A'rab dan orang-orang A'rab itu rela dengan apa-
apa yang remeh." Lalu Abdullah bin Umar menjawab: "Sesungguhnya ayahnya orang ini
adalah kecintaan Umar bin Al khaththab - ayahnya sendiri - r.a., sedangkan saya pernah
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya kebaktian yang terbesar
kebaktiannya ialah jikalau seseorang itu menghubungi - mempereratkan hubungan - kepada
kekasih ayahnya."

Dalam riwayat lain dari Ibnu Dinar dari !bnu Umar radhiallahu anhum, bahawasanya
ia keluar ke Makkah. Ia mempunyai seekor keldai dan mengasuhkan diri sambil naik di
atasnya, jikalau ia sudah bosan naik unta. Ia juga mempunyai sorban yang diikatkan pada
kepalanya. Pada suatu hari ketika ia menaiki keldainya, tiba-tiba berlalulah di mukanya itu
seorang A'rab, kemudian ia bertanya: 'Bukankah anda itu si Fulan anak si Fulan itu?" Ia
menjawab: 'Benar." Orang itu lalu diberi olehnya keldai dan berkata: "Naikilah ini." Juga
diberi selembar sorban dan berkata: "Ikatlah kepalamu dengan sorban ini." Sebagian sahabat
Abdullah bin Umar lalu berkata: "Semoga Allah mengampuni untukmu. Engkau telah
memberikan kepada orang A'rab ini seekor keldai yang engkau gunakan untuk
mengistirahatkan diri, juga engkau beri selembar sorban yang engkau ikatkan di kepalamu,"
Abdullah lalu menjawab: "Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya tergolong sebesar-besar kebaktian ialah jikalau seseorang itu menghubungi -
mempereratkan hubungan - kepada kekasih ayahnya, setelah ayahnya itu meninggal dunia."

Sesungguhnya ayahnya orang A'rab itu adalah sahabat dari Umar r.a. - yakni ayahnya
Abdullah.

Yang meriwayatkan semua Hadis-hadis di atas itu adalah Imam Muslim.

342. Dari Abu Usaid - dengan dhammahnya hamzah dan fathahnya sin - iaitu Malik
bin Rabi'ah as-Sa'idi r.a., katanya: "Pada suatu ketika kita semua duduk-duduk di sisi
Rasulullah s.a.w., tiba-tiba datanglah kepadanya seorang lelaki dari Bani Salamah. Orang itu
bertanya: "Ya Rasulullah, apakah masih ada sesuatu amalan yang dapat saya amalkan
sebagai kebaktian saya kepada dua orang tuaku setelah keduanya meninggal dunia?" Beliau
s.a.w. menjawab: "Ya, masih ada. Iaitu mendoakan keselamatan untuk keduanya,
memohonkan pengampunan kepadanya, melaksanakan janji kedua orang itu setelah

212

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

wafatnya, mempereratkan hubungan kekeluargaan yang tidak dapat dihubungi kecuali
dengan adanya kedua orang tua itu serta memuliakan sahabatnya." (Riwayat Abu Dawud)

343. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya tidak pernah cemburu kepada
seseorang pun dari semua isteri-isteri Nabi s.a.w. sebagaimana cemburu saya kepada
Khadijah, padahal saya tidak pernah melihatnya sama sekali, tetapi Nabi s.a.w.
memperbanyak menyebutkannya - yakni sering-sering disebut-sebutkan kebaikannya.
Kadang-kadang Nabi s.a.w. menyembelih kambing kemudian memotong-motongnya
seanggota demi seanggota, kemudian dikirimkanlah kepada kawan-kawan Khadijah itu.
Kadang-kadang saya juga berkata kepada Nabi s.a.w. itu: "Seolah-olah tidak ada wanita lain
di dunia ini melainkan Khadijah." Beliau s.a.w. lalu menjawab: "Sesungguhnya keadaannya
adalah sebagaimana yang ada itu dan memang dari dialah saya mendapatkan anak."
(Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan:

"Beliau s.a.w. jika menyembelih kambing, lalu tentu menghadiahkan kepada kekasih-
kekasih Khadijah dengan sebagian dari kambing itu, seberapa yang cukup untuk diberikan."

Dalam riwayat lain lagi disebutkan:

"Rasulullah s.a.w. jikalau menyembelih kambing, lalu bersabda: "Kirimkanlah yang ini
kepada kawan-kawan Khadijah."

Lagi dalam sebuah riwayat disebutkan:

"Halah binti Khuwailid iaitu saudarinya Khadijah meminta izin untuk menemui
Rasulullah s.a.w., kemudian beliau mengingat Khadijah ketika saudarinya itu meminta izin
menemuinya - sebab suaranya serupa benar dengan suara Khadijah dan ini mengingatkan
benar-benar pada beliau s.a.w. pada zaman yang lampau semasih bergaul sebagai suami
isteri. Kemudian beliau s.a.w. memperhatikan - bergembira - sekali untuk menemuinya itu
dan bersabda: "Ya Allah, ini adalah Halah binti Khuwailid."

Ucapannya: Fartaha dengan menggunakan ha' dan dalam Aljam'u bainas shahihain
oleh Humaidi disebutkan: Farta'a dengan menggunakan 'ain, ertinya ialah memperhatikan
padanya. Kalau fartaha artinya menjadi gembira.

344. Dari Anas bin Malik r.a., katanya: "Saya keluar bersama Jarir bin Abdullah Albajili
r.a. dalam suatu bepergian. Jarir - yang usianya lebih tua dari Anas r.a. - selalu melayani saya,
lalu saya berkata padanya: "Jangan berbuat demikian itu - yakni melayani saya." Kemudian ia
berkata: "Sesungguhnya saya telah melihat kaum Anshar melakukan sesuatu untuk
Rasulullah s.a.w., maka saya bersumpah tidak akan mengawani seorang pun dari kaum
Anshar itu, melainkan saya akan melayaninya." 33 (Muttafaq 'alaih)

33 Maksudnya untuk memuliakan Nabi s.a.w.

213

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 43

Memuliakan Ahli Baitnya Rasulullah s.a.w. Dan Menerangkan
Keutamaan Mereka

Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya Allah menghendaki akan menghilangkan kotoran daripadamu semua, hai ahlul
bait - yakni keluarga Rasulullah - dan membersihkan engkau semua dengan sebersih-bersihnya." (al-
Ahzab: 33)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Dan barangsiapa yang memuliakan tanda-tanda suci - agama Allah, maka sesungguhnya
yang sedemikian itu adalah menunjukkan ketaqwaan hati." (al-Haj:32)

Keterangan:

Ahli bait Rasulullah s.a.w., yang di dalamnya termasuk pula zurriyah atau
keturunannya dan yang dalam hukum Agama Islam sama sekali tidak boleh diberi sedekah
dan merekapun haram pula menerimanya apabila diberi, di negeri kita pada umumnya
diberi nama "Sayyid" bagi yang lelaki dan "Sayyidah" bagi yang wanita. Golongan sayyid
atau sayyidah itu adalah dari keturunan Sayidina

Hasan r.a. Adapun jika dari keturunan Sayidina Husain r.a., maka diberi nama "Syarif"
bagi yang lelaki dan "Syarifah" bagi yang perempuan. Makna sebenarnya, sayyid adalah
pemuka dari kata Saada Yasuudu, artinya mengepalai atau mengetuai, sedang Syarif artinya
adalah orang yang mulia dari kata Syarufe Yasyrufu, maknanya mulia.

Dalam Hadis yang tertera di bavvah ini tercantum suatu anjuran kepada kita semua,
agar kita memuliakan kepada golongan mereka, tetapi ini tidak bererti bahwa kita tidak perlu
memuliakan kepada golongan selain mereka itu. Perihal penghormatan terhadap siapa pun
juga manusianya, tetap wajib. Jadi dalam hal penghormatan sama sekali tidak ada
diskriminasi atau perbedaan, baik mengenai caranya, menemui atau berhadapan dengannya
dan lain-lain lagi. Jadi jikalau di antara golongan mereka ada yang meminta supaya
dimuliakan lebih dari golongan selain mereka, maka hal itu tidak dapat dibenarkan, sebab
manusia yang termulia di sisi Allah hanyalah yang terlebih ketaqwaannya kepada Allah
Ta'ala itu belaka.

Sebagian golongan ada yang menggunakan ayat di bawah ini sebagai nash atau dalil
bahawa Nabi Muhammad s.a.w. menyuruh ummatnya agar keturunan beliau s.a.w. lebih
dimuliakan, lebih dihormati dan dialu-alukan daripada golongan lainnya. Ayat yang
digunakan pedoman itu ialah yang berbunyi:

"Katakanlah - wahai Muhammad! Untuk ajakan itu, aku tidak meminta upah atau bayaran
kepadamu semua, melainkan kekasih sayangan terhadap keluarga". (asy-Syura:23)

Oleh sementara golongan, keluarga yang wajib dikasih-sayangi ialah keluarga
Rasulullah s.a.w., dengan makna bahwa mereka yang diberi nama Sayyid, Sayyidah, Syarif
atau Syarifah itu wajib lebih dimuliakan dan dihormati melebihi yang lain. Jadi makna Al-
qurbaa dikhususkan kepada keturunan Sayidina Hasan dan Sayidina Husain radhiallahu
'anhuma yang keduanya itu putera Sayidina Ali r.a. dan isterinya bernama Sayidatina
Fathima radhiallahu 'anha yakni puteri Rasulullah s.a.w. Tetapi beberapa ahli tafsir
menjelaskan bahawa makna dari lafaz Alqurbaa itu bukan dikhususkan untuk golongan

214

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

keturunan Sayidina Hasan serta Sayidina Husain r.a. itu saja. Baiklah kita meneliti sejenak
apa yang dijelaskan dalam Ash-Shawi, sebuah hasyiyah dari Tafsir Jalalain dan hasyiyah atau
kupasan tersebut ditulis oleh Imam Ahmad ash-Shawi al-Maliki. Di antara kupasannya
mengenai lafaz Alqurbaa beliau berkata:

"Para ahli tafsir sama berselisih pendapat dalam memberikan makna ayat ini," yang
dimaksudkan ialah "kasih-sayang pada keluarga, sehingga jumlah pendapat itu menjadi tiga
macam. Selanjutnya secara ringkasnya beliau menyatakan:

(a) Kekeluargaan.

(b) Kerabat atau rasa kefamilian antara seluruh kaum muslimin.

(c) Mentaqarrubkan atau mendekatkan diri kepada Allah dengan
melaksanakan amal perbuatan yang baik dan diridhai olehNya.

Jadi kalau yang digunakan menurut bagian (a) yakni yang pertama, maka benarlah
bahawa zurriyah Nabi s.a.w. itulah yang dimaksudkan, sebagaimana juga tertera dalam
Hadis di bawah ini, yaitu no. 345.

Namun demikian, kalau ada yang mengatakan bahawa golongan mereka itu adalah
manusia suci dari dosa, ataupun sudah pasti masuk syurga, atau pada akhir hayatnya pasti
memperoleh husnul khatimah atau lain-lain yang bukan-bukan, maka sama sekali tidak
dapat diterima, sebab, memang tidak ada keterangan dalam al-Quran atau Hadis yang
terjamin kebenarannya, sebab suci atau terjaga dari dosa (ma'shum minadz-dzunub)
hanyalah para Nabi 'alaihimush shalatu wassalam, sedangkan masuk syurga ataupun
memperoleh husnul khatimah adalah semata-mata di dalam ketentuan Allah Subhanahu wa
Ta'ala.

Sesudah kita meninjau salah satu kitab tafsir yang ditulis oleh angkatan tua, kini
marilah kita meneliti apa yang ditulis oleh salah seorang ahli tafsir dari angkatan sekarang
atau dalam abad kita ini, yaitu seorang Sayyid juga yang bernama Sayid Quthb dalam
kitabnya yang bernama Fi-Dhilalil Quran yang ertinya "Di bawah naungan al-Quran."
Keringkasan dari huraian beliau itu adalah sebagai berikut:

"Dalam menyampaikan agama Allah yakni Agama Islam kepada ummatnya yang
dimulainya dengan golongan kaum Quraisy, Nabi s.a.w. mendapat banyak tentangan dan
permusuhan, beliau s.a.w. disakiti dan lain-lain. Padahal yang melakukan penganiayaan
sedemikian itu adalah kaumnya sendiri, kaum Quraisy yang terdiri dari berbagai bathn atau
perkampungan, padahal dalam setiap bathn dari golongan kaum Quraisy itu beliau pasti
mempunyai ikatan kekeluargaan. Jadi yang diharapkan oleh beliau s.a.w. hendaklah
mempunyai rasa kasih-sayang sebab toh juga masih ada ikatan kekeluargaan yakni Alqurbaa.

Sayid Quthb tidak memberikan ulasan selain yang diringkaskan di atas itu.

Wallahu A'lam bish-shawaab.

345. Dari Yazid bin Hayan, katanya: "Saya berangkat bersama Hushain binSabrah dan
Umar bin Muslim ke tempat Zaid bin Arqam r.a. Ketika kita sudah duduk-duduk di
dekatnya, lalu Hushain berkata padanya: "Hai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan
yang banyak sekali. Engkau dapat kesempatan melihat Rasulullah s.a.w., mendengarkan
Hadisnya, berperang besertanya dan juga bersembahyang di belakangnya. Sungguh-sungguh
engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak sekali. Cubalah beritahukan kepada kita
apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah s.a.w. Zaid lalu berkata: "Hai anak
saudaraku, demi Allah,sungguh usiaku ini telah tua dan janji kematianku hampi rtiba, juga
saya sudah lupa akan sebagian apa yang telah pernah saya ingat dari Rasulullah s.a.w. Maka

215

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

dari itu, apa yang saya beritahukan kepadamu semua, maka terimalah itu, sedang apa yang
tidak saya beritahukan, hendaklah engkau semua jangan memaksa-maksakan padaku untuk
saya terangkan." Selanjutnya ia berkata: "Rasulullah s.a.w. pernah berdiri berkhutbah di
suatu tempat berair yang disebut Khum, terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau s.a.w.
lalu bertahmid kepada Allah serta memujiNya, lalu menasihati dan memberikan peringatan,
kemudian bersabda:

"Amma Ba'du, ingatlah wahai sekalian manusia, hanyasanya saya ini adalah seorang
manusia, hampir sekali saya didatangi oleh utusan Tuhanku - yakni malaikatul-maut,
kemudian saya harus mengabulkan kehendakNya - yakni diwafatkan. Saya meninggalkan
untukmu semua dua benda berat - agung - yaitu pertama Kitabullah yang di dalamnya ada
petunjuk dan cahaya. Maka ambillah amalkanlah - dengan berpedoman kepada Kitabullah
itu dan peganglah ia erat-erat." Jadi Rasulullah s.a.w. memerintahkan untuk berpegang teguh
serta mencintai benar-benar kepada kitabullah itu.

Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Dan juga ahli baitku. Saya memperingatkan
kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku, sekali lagi
saya memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan
ahli baitku."

Hushain lalu berkata kepada Zaid: "Siapakah ahli baitnya itu, hai Zaid. Bukankah
isteri-isterinya itu termasuk dari golongan ahli baitnya?" Zaid menjawab: "Ahli baitnya
Rasulullah s.a.w. ialah Ahli keluarga keturunan - Ali, Alu Aqil, Alu Ja'far dan Alu Abbas."
Hushain mengatakan: "Semua orang dari golongan mereka ini diharamkan menerima
sedekah." Zaid berkata: "Ya, benar." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan:
"Ingatlah dan sesungguhnya saya meninggalkan kepadamu semua dua benda berat-
agung, pertama ialah Kitabullah. Itu adalah tali agama Allah. Barangsiapa yang
mengikutinya ia dapat memperoleh petunjuk, sedang barangsiapa yang meninggalkan -
mengabaikan - padanya, ia akan berada dalam kesesatan."
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Abu Bakar as-Shiddiq r.a. dalam sebuah
Hadis mauquf 'aiaih, bahawasanya dia
berkata: "Intailah Muhammad s.a.w. dalam ahli baitnya." (Riwayat Bukhari)
Maknanya Urqubuhu ialah jagalah dan hormati serta memuliakanlah ia, dengan
menghormati serta memuliakan ahli baitnya Rasulullah s.a.w. itu.
Wallahu a'lam.

216

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 44

Memuliakan Alim Ulama, Orang-orang Tua, Ahli Keutamaan
Dan Mendahulukan Mereka Atas Lain-lainnya, Meninggikan
Kedudukan Mereka Serta Menampakkan Martabat Mereka

Allah Ta'ala berfirman:

"Katakanlah - hai Muhammad, adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang
yang tidak mengetahui. Hanyasanya yang mengingat ialah orang-orang yang menggunakan
fikirannya." (az-Zumar: 9)

347. Dari Abu Mas'ud yaitu'Uqbah bin 'Amr al-Badri al-Anshari r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Yang berhak menjadi imamnya sesuatu kaum - waktu shalat ialah yang terbaik
bacaannya terhadap kitabullah - al-Quran. Jikalau semua jamaah di situ sama baiknya dalam
membaca kitabullah, maka yang terpandai dalam as-Sunnah - Hadis. Jikalau semua sama
pandainya dalam as-Sunnah,maka yang terdahulu hijrahnya.Jikalau dalam hijrahnya sama
dahulunya, maka yang tertua usianya.

Janganlah seseorang itu menjadi imamnya seseorang yang lain dalam daerah
kekuasaan orang lain itu dan jangan pula seseorang itu duduk dalam rumah orang lain itu di
atas bantainya- orang lain tadi, kecuali dengan izinnya - yang memiliki." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan oleh Imam Muslim: "Maka yang terdahulu masuknya
Islam" sebagai ganti "yang tertua usianya."

Dalam riwayat lain lagi disebutkan:

"Yang berhak menjadi imamnya sesuatu kaum - waktu shalat ialah yang terbaik
bacaannya terhadap kitabullah - al-Quran, dan orang yang terdahulu pandai membacanya.
Jikalau dalam pembacaan itu sama - dahulu dan pandainya, maka hendaklah yang menjadi
imam itu seorang yang terdahulu hijrahnya. Jikalau dalam hijrahnya sama dahulunya, maka
hendaknya menjadi imam seorang yang tertua usianya."

Yang dimaksudkan bisulthanihi yaitu tempat kekuasaannya atau tempat yang
ditentukan untuknya. Takrimatihi dengan fathahnya ta' dan kasrahnya ra' ialah sesuatu yang
dikhususkan untuk diri sendiri, baik berupa bantal, hamparan, kasur ataupun lain-lainnya.

348. Dari Abu Mas'ud r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. mengusap bahu-bahu kita
dalam shalat dan bersabda:

"Ratakanlah - saf-saf dalam shalat - dan jangan bersilih-silih lebih maju atau lebih ke
belakang, sebab jikalau tidak rata, maka hatimu semua pun menjadi berselisih. Hendaklah
menyampingi saya - dalam shalat itu - orang-orang yang sudah baligh dan orang-orang yang
berakal di antara engkau semua. Kemudian di sebelahnya lagi ialah orang-orang yang
bertaraf di bawah mereka ini lalu orang yang bertaraf di bawah mereka ini pula." (Riwayat
Muslim)

Sabda beliau s.a.w.: Liyalini diucapkan dengan takhfifnya nun -tidak disyaddahkan-
serta tidak menggunakan ya'sebelum nun ini, tetapi ada yang meriwayatkan dengan

217

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

syaddahnya nun dan ada ya' sesudah nun itu - lalu dibaca liyalianni -. Annuha yakni akal.
Ululahlami ialah orang-orang yang sudah baligh, ada pula yang mengertikan: ahli hilm -
kesabaran - dan fadhal - keutamaan.

349. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Hendaklah menyampingi saya - dalam shalat - itu orang-orang yang sudah baligh
dan berakal, kemudian orang-orang yang bertaraf di bawah itu." Ini disabdakannya sampai
tiga kali. Beliau s.a.w. lalu melanjutkan: "Jauhilah olehmu semua akan berkeras-keras suara
seperti pasar. (Riwayat Muslim)

350. Dari Abu Yahya, ada yang mengatakan, namanya: Abu Muhammad, iaitu Sahal
bin Abu Hatsmah - dengan fathahnya ha' muhmalah dan sukunnya tsa' mutsallatsah - al-
Anshari r.a., katanya: "Abdullah bin Sahal dan Muhayyishah bin Mas'ud berangkat ke
Khaibar dan pada saat itu antara penduduk Khaibar - dengan Nabi s.a.w. - ada persetujuan
perdamaian. Kemudian kedua orang itu berpisah.Setelah itu Muhayyishah mendatangi
tempat Abdullah bin Sahal, tetapi yang didatangi ini sudah dalam keadaan berlumuran
darah dan telah terbunuh. Muhayyishah lalu menanamnya, terus berangkat kembali ke
Madinah. Setelah itu Abdur Rahman bin Sahal, Muhayyishah dan Huwayyishah, yakni
putera-putera Mas'ud, berangkat ke tempat Nabi s.a.w., lalu Abdur Rahman mulai berbicara,
kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Yang tua saja yang berbicara, yang tua saja yang
berbicara," sebab Abdur Rahman adalah yang termuda antara orang-orang yang menghadap
itu. Abdur Rahman lalu berdiam diri dan kedua orang itulah yang berbicara. Sesudah itu
Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua bersumpah dan dapat menghaki orang
yang membunuhnya itu?" Seterusnya Abu Yahya yang merawikan Hadis ini - menyebutkan
kelengkapan Hadis di atas. (Muttafaq 'alaih)

351. Dari Jabir r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. mengumpulkan antara dua orang lelaki
dari golongan orang-orang yang terbunuh dalam peperangan Badar - yakni dikumpulkan
dalam sebuah kubur, kemudian beliau bertanya - kepada sahabat-sahabatnya: "Manakah di
antara kedua orang ini yang lebih banyak hafalnya pada al Quran?" Ketika beliau s.a.w.
diberi isyarat antara salah satunya, maka yang dikatakan lebih banyak hafalannya al-Quran
itulah yang lebih didahulukan untuk dimasukkan dalam liang lahad." (Riwayat Bukhari)

352. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Saya pernah melihat diri saya sendiri dalam impian di waktu saya sedang bersugi
dengan menggunakan sebatang kayu siwak. Kemudian datanglah padaku dua orang lelaki,
yang satu lebih tua daripada yang lainnya. Lalu siwak itu hendak saya berikan kepada orang
yang lebih muda, tiba-tiba ada seorang yang berkata padaku: "Berikanlah kepada yang tua."
Oleh sebab itu, maka saya berikanlah kepada yang tertua di antara kedua orang tadi."
Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai musnad dan oleh Imam Bukhari sebagai
ta'liq.

353. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Setengah daripada cara
mengagungkan Allah Ta'ala ialah dengan jalan memuliakan orang Islam yang sudah beruban
serta orang yang hafal al-Quran yang tidak melampaui batas ketentuan -dalam membacanya

218

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

- dan tidak pula meninggalkan membacanya. Demikian pula memuliakan seorang sultan -
penguasa pemerintahan yang adil."

Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud.

354. Dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari neneknya r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda:

"Tidak termasuk golongan kita - ummat Islam - orang yang tidak belas kasihan kepada
golongan kecil di antara kita - baik usia atau kedudukannya - serta tidak termasuk golongan
kita pula orang yang tidak mengerti kemuliaan yang tua di antara kita."

Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi. Imam
Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih. Dalam riwayat Abu Dawud
disebutkan: "hak orang yang tua dari kita."

355. Dari Maimun bin Abu Syabib bahawasanya Aisyah radhiallahu 'anha dilalui oleh
seorang peminta-minta lalu olehnya diberi sepotong roti, juga dilalui oleh seorang lelaki yang
mengenakan pakaian baik serta berkeadaan baik, lalu orang itu didudukkan kemudian ia
makan. Kepada Aisyah ditanyakan, mengapa berbuat demikian - yakni tidak dipersamakan
cara memberinya. Lalu ia berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Letakkanlah masing-masing
manusia itu di tempatnya sendiri-sendiri." Diriwayatkan oleh Abu Dawud, tetapi kata Imam
Abu Dawud: "Maimun itu tidak pernah menemui Aisyah."

Hadis ini disebutkan oleh Imam Muslim dalam permulaan kitab shahihnya sebagai
ta'liq, lalu katanya: "Dan disebutkan dari Aisyah, katanya: "Rasulullah s.a.w. memerintahkan
kepada kita supaya kita menempatkan para manusia itu di tempatnya sendiri-sendiri - yakni
yang sesuai dengan kedudukannya."

Imam Hakim Abu Abdillah menyebutkan ini dalam kitabnya Ma'rifatu 'ulumil Hadis
dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis shahih.

356. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Uyainah bin Hishn datang - di
Madinah - lalu bertemu di rumah anak saudaranya-sepupunya - yaitu Hurbin Qais. Hur ini
adalah di antara golongan orang-orang yang dekat hubungannya dengan Umar r.a. dan
memang para ahli membaca al-Quran itu menjadi sahabat dalam majlisnya Umar dan yang
diajaknya bermusyawarat, baik pun mereka itu golongan orang-orang yang sudah tua
ataupun yang masih pemuda.

'Uyainah berkata kepada sepupunya: "Hai anak saudaraku, engkau ini mempunyai
wajah - yakni dikenal amat baik - di sisi Amirul mu'minin ini - maksudnya Umar, maka dari
itu mintakanlah izin untukku supaya aku dapat bertemu dengannya. Hur memintakan izin
lalu Umar mengizinkannya. Setelah 'Uyainah masuk lalu ia berkata: "Ingat hai anaknya
Alkhaththab, demi Allah, engkau ini tidak dapat memberikan banyak keenakan pada kita
dan engkau tidak memerintah kepada kita dengan cara yang adil."

Umar r.a. marah padanya sehingga hampir saja bermaksud akan memberikan
hukuman pada 'Uyainah itu. Tetapi Hur kemudian berkata pada Umar: "Hai Amirul
mu'minin, sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman kepada Nabinya s.a.w. - yang ertinya:
"Berilah pengampunan, perintahkan dengan kebajikan dan janganlah menghiraukan kepada orang-
orang yang bodoh." (al-A'raf: 199) dan sesungguhnya orang ini - yakni 'Uyainah - adalah
termasuk golongan orang-orang yang bodoh."

219

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Demi Allah, maka Umar tidak suka melanggar ayat tersebut ketika dibacakan padanya
dan Umar adalah orang yang paling dapat menahan dirinya - yakni paling mentaati - kepada
isi kitabullah Ta'ala itu." (Riwayat Bukhari)

357. Dari Abu Said yaitu Samurah bin jundub r.a., katanya: "Niscayalah saya dahulu
itu sebagai seorang anak-anak di zaman Rasulullah s.a.w., maka saya menghafal - berbagai
ajaran - dari beliau. Juga beliau tidak pernah melarang saya berbicara, melainkan jikalau di
situ ada orang yang lebih tua usianya daripadaku sendiri." (Muttafaq 'alaih)

358. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah seseorang pemuda
itu memuliakan seseorang tua kerana usianya, melainkan Allah akan mengira-ngirakan
untuknya orang yang akan memuliakannya nanti, jikalau ia telah berusia tua -maksudnya
setelah tuanya pasti akan dimuliakan anak-anak yang lebih muda daripadanya."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa Hadis ini adalah Hadis
gharib.

220

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 45

Berziarah Kepada Para Ahli Kebaikan, Duduk-duduk Dengan Mereka,
Mengawani Mereka, Mencintai Mereka, Meminta Mereka Supaya
Berziarah — Ke Tempat Kita, Meminta Doa Dari Mereka Serta
Berziarah Ke Tempat-tempat Yang Utama

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan ketika Musa berkata kepada bujangnya: "Saya tidak akan berhenti berjalan sehingga
sampai di pertemuan dua sungai atau aku berjalan sampai bertahun-tahun sehingga firman Allah:
"Musa berkata kepadanya - yakni Hidhir -: "Bolehkah aku mengikuti engkau dengan maksud supaya
engkau mengajarkan kepadaku kebenaran yang telah diajarkan kepadamu?” 34 (al-Kahfi: 60-66)

Keterangan:

Orang yang hendak dicari oleh Nabiullah Musa a.s. yang dianggapnya lebih pandai
daripadanya sendiri itu ialah Hidhir. Sebagian alim-ulama ada yang mengatakan bahwa
Hidhir itu adalah seorang Nabi, ada pula yang mengatakan, ia seorang waliullah yang
memiliki karamah (keistimewaan yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa sebagai
tanda kemuliaan yang dikurniakan oleh Allah padanya, jadi sama halnya dengan mu'jizat
bagi seseorang Nabi atau Rasul), juga ada yang mengatakan bahawa ia adalah orang shalih
saja. Jadi dalam hal ini banyak pendapat alim-ulama Islam. Mana yang benar, hanyalah Allah
Ta'ala yang Maha Mengetahui. Juga diperselisihkan pula oleh beliau-beliau itu perihal
kematian atau masih hidupnya Hidhir itu sampai saat ini, hingga tibanya hari kiamat nanti
sebagaimana diperselisihkannya tentang kematian atau masih hidupnya Nabiullah Isa al-
Masih a.s. Tegasnya ada sebagian ulama yang menyatakan pendapatnya bahwa kedua beliau
itu masih hidup dan baru akan mati nanti setelah datangnya hari kiamat, tetapi hidupnya
Hidhir a.s. di bumi dan Isa a.s. di langit. Juga ada sebagian ulama yang menyatakan
pendapatnya bahawa keduanya itu sudah mati. Wallahu A'lam bishshawaab.

Ketika Nabiullah Musa a.s. hendak mencari Hidhir, Allah memberikan petunjuk
kepadanya bahawa tempat Hidhir itu ada di Majma'ul Bahrain yakni tempat pertemuan dua

34 Firman Allah Ta'ala dalam surah al-Kahfi di atas adalah ayat 60, sedang yang di bawahnya adalah ayat 65.

Adapun ayat-ayat yang terletak di antara keduanya itu ialah ayat-ayat 61, 62, 63, 64 dan 65.
Kelengkapannya adalah sebagai berikut:

- Sesudah keduanya (yakni Musa dan bujangnya) telah sampai di pertemuan kedua lautan itu, mereka
lupa kepada ikannya (yang dibawa sebagai bekal), lalu ikan itu melompat mengambil jalannya sendiri di lautan
(61)

- Setelah keduanya berjalan lebih jauh, ia (Musa) berkata pada bujangnya: "Ambillah makanan kita,
sungguh kita telah merasa lelah sebab (jauhnya) perjalanan kita ini (62)

- Bujangnya menjawab; "Tidakkah Tuan ketahui bahawa ketika kita mencari tempat perlindungan
(peristirahatan) di batu besar tadi, saya benar-benar lupa kepada ikan itu dan tiada lain yang menyebabkan saya
terlupa itu selain syaitan jua. Ikan itu lalu mengambil jalannya di lautan. Ini amat mengherankan sekali untuk
mengingatnya (63)

- Ia (Musa) berkata: "Itulah tempat yang kita cari," kemudian keduanya kembali mengikuti jejaknya
semula (64)

- Lalu keduanya mendapati seseorang dari hamba-hamba Kami (Tuhan) yang telah Kami berikan
kurnia kepadanya iaitu kerahmatan dari sisi Kami dan Kami ajarkan kepadanya ilmu pengetahuan dari
berbagai ilmu yang ada pada Kami (65)

221

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

lautan. Inipun diperselisihkan pula, ada yang mengatakan bahawa lautan di situ maksudnya
dua sungai. Jadi Majma'ul Bahrain, artinya ialah pertemuan dua sungai yakni Sungai Nil Biru
dan Nil Putih. Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan memang betul-betul
pertemuan dua lautan, yakni lautan Hitam yang dulu masuk wilayah kerajaan Parsi di
zaman kejayaannya dan lautan Tengah yang dulu masuk wilayah kerajaan Romawi di zaman
keemasannya. Jadi kalau

Ini yang dianggap benar, maka pertemuan kedua lautan itu ialah di selat Bospores
yang kini masuk wilayah Turki. Namun demikian, semua pendapat itu masih merupakan
serba kemungkinan dan belum dapat dipastikan keshahihannya. Wallaahu A'lam
bishshawaab.

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi
dan sore, mereka menginginkan keridhaan Tuhan." (al-Kahfi: 28)

359. Dari Anas r.a., berkata: "Abu Bakar berkata kepada Umar radhiallahu 'anhuma
setelah wafatnya Rasulullah s.a.w.: "Marilah berangkat bersama kita ke tempat Ummu Aiman
35 agar kita dapat berziarah padanya, sebagaimana Rasulullah s.a.w. juga menziarahinya.
Setelah keduanya sampai di tempatnya, Ummu Aiman menangis, lalu keduanya bertanya:
"Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui bahawa apa yang
ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w.?" Ummu Aiman lalu menjawab:
"Sesungguhnya saya bukannya menangis kerana saya tidak mengerti bahawa apa yang ada
di sisi Allah adalah lebih baik untuk Rasulullah s.a.w. itu, tetapi saya menangis ini ialah
kerana sesungguhnya wahyu itu kini telah terputus dari langit."

Jawapan Ummu Aiman menyebabkan tergeraknya hati kedua orang tersebut untuk
menangis lalu kedua orang itu pun mulai pula menangis bersama Ummu Aiman." (Riwayat
Muslim)

360. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. bahawasanya ada seorang lelaki berziarah
kepada seorang saudaranya di suatu desa lain, kemudian Allah memerintah seorang
malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan - yang dilaluinya. Setelah orang itu melalui
jalan itu, berkatalah malaikat kepadanya: "Ke mana engkau menghendaki?" Orang itu
menjawab: "Saya hendak ke tempat seorang saudaraku di desa ini." Malaikat bertanya lagi:
"Adakah suatu kenikmatan yang hendak kau peroleh dari saudaramu itu?" Ia menjawab:
"Tidak, hanya saja saya mencintainya kerana Allah." Malaikat lalu berkata: "Sesungguhnya
saya ini adalah utusan Allah untuk menemuimu - guna memberitahukan - bahawa
sesungguhnya Allah itu mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena
Allah." (Riwayat Muslim)

361. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang meninjau orang sakit atau berziarah kepada saudaranya kerana
Allah, maka berserulah seseorang yang mengundang-undang: "Engkau melakukan kebaikan
dan baik pulalah perjalananmu, serta engkau dapat menduduki tempat dalam syurga."

35 Ummu Aiman adaiah perawat serta pengasuh Rasulullah s.a.w. di waktu kecilnya. Ia adalah seorang
hambasahaya, lalu dimerdekakan oleh beliau s.a.w. setelah beliau s.a.w. dewasa. Suaminya bernama Zaid bin
Haritsah. Amat besar penghormatan Nabi s.a.w. terhadap Ummu Aiman itu serta sangat dimuliakan, bahkan
beliau s.a.w. pernah bersabda: "Ummu Aiman ummi" ertinya: "Ummu Aiman itu adalah ibuku."

222

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan
dan dalam sebagian naskah disebutkan sebagai Hadis gharib.

362. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Hanyasanya perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk adalah sebagai
pembawa minyak misik - yang baunya harum - dan peniup perapian - pandai besi. Pembawa
minyak misik ada kalanya memberikan minyaknya padamu, atau engkau dapat membelinya,
atau - setidak-tidaknya - engkau dapat memperoleh mencium - bau yang harum
daripadanya. Adapun peniup perapianmu, maka ada kalanya akan membakarkan
pakaianmu atau engkau akan memperoleh bau yang busuk daripadanya." (Muttafaq 'alaih)

363. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Seseorang wanita itu dikawini
kerana empat perkara, iaitu kerana ada hartanya, kerana keturunannya, kerana
kecantikannya dan kerana teguh agamanya. Maka dari itu dapatkanlah - yakni usahakanlah
untuk memperoleh - yang mempunyai keteguhan agama, tentu kedua tanganmu merasa
puas - yakni hatimu menjadi tenteram." (Muttafaq 'alaih)

Adapun maknanya Hadis di atas itu ialah bahwasanya para manusia itu dalam
ghalibnya menginginkan wanita itu kerana adanya empat perkara di atas itu, tetapi engkau
sendiri hendaklah menginginkan lebih-lebih yang beragama teguh. Wanita sedemikian itulah
yang harus didapatkan dan berlumbalah untuk mengawininya.

364. Dari Ibnu Abbas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda Jibril a.s.: "Apakah sebabnya
Tuan tidak suka berziarah pada kami yang lebih banyak lagi - lebih sering - daripada yang
Tuan berziarah sekarang ini?" Kemudian turunlah ayat - yang ertinya: - Dan kami tidak turun
melainkan dengan perintah Tuhanmu. BagiNya adalah apa yang ada di hadapan serta di
belakang kita 36 dan apa saja yang ada di antara yang tersebut itu." (Maryam: 64) (Riwayat
Imam Bukhari)

365. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah engkau
bersahabat, melainkan orang yang mu'min dan janganlah makan makananmu itu kecuali
orang yang bertaqwa." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi
dengan isnad yang tidak mengapa - untuk dijadikan pegangan.

366. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Seseorang itu
adalah menurut agama kekasihnya. Maka hendaklah seseorang dari engkau semua itu
melihat – meneliti benar-benar - orang yang dijadikan kekasihnya itu."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dengan isnad shahih
dan Imam Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

367. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:

36 Maksudnya ialah bahawa bagi Allah itu adalah semua yang ada di muka dan di belakang kita serta apa pun
yang ada di antara keduanya itu, baik mengenai waktu dan tempat. Oleh sebab itu kita semua ini tidak dapat
berpindah dari satu keadaan atau tempat kepada keadaan atau tempat yang lain, kecuali dengan perintah dan
kehendak Allah sendiri.

223

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

"Seseorang itu beserta orang yang dicintainya." (Muttafaq 'alaih)

Dalam suatu riwayat lain disebutkan: Abu Musa r.a. berkata: "Nabi s.a.w. ditanya:
"Ada seseorang mencintai sesuatu kaum, tetapi ia tidak pernah menemui mereka itu,
bagaimanakah?" Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Seseorang itu beserta orang yang dicintainya."

368. Dari Anas r.a. bahawasanya ada seorang A'rab - orang Arab pedalaman - berkata
kepada Rasulullah s.a.w.: "Bilakah datangnya hari kiamat?" Rasulullah s.a.w. bersabda
kepadanya: "Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menemuinya?" A'rab itu
menjawab: "Kecintaanku kepada Allah dan RasulNya." Kemudian beliau s.a.w. bersabda:
"Engkau akan menyertai orang yang engkau cintai." (Muttafaq 'alaih)

Ini adalah lafaz Imam Muslim. Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim lainnya,
disebutkan demikian:

A'rab berkata: "Saya tidak menyiapkan sesuatupun untuk menemui hari kiamat itu,
baik yang berupa banyaknya puasa, shalat atau sedekah, tetapi saya ini adalah mencintai
Allah dan RasulNya."

369. Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah
s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapat Tuan mengenai seseorang yang
mencintai sesuatu kaum, tetapi tidak pernah menemui kaum itu?" 37 Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Seseorang itu beserta orang yang dicintainya." (Muttafaq 'alaih)

370. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Para manusia ini adalah
bagaikan benda logam, sebagaimana juga logam emas dan perak. Orang-orang pilihan di
antara mereka di zaman Jahiliyah adalah orang-orang pilihan pula di zaman Islam, jikalau
mereka menjadi pandai - dalam hal agama. Ruh-ruh itu adalah sekumpulan tentera yang
berlain-lainan, maka mana yang dikenal dari golongan ruh-ruh tadi tentulah dapat menjadi
rukun damai, sedang mana yang tidak dikenalinya dari golongan ruh-ruh itu tentulah
berselisihan - maksudnya ruh baik berkumpulnya ialah dengan ruh baik, sedang yang buruk
dengan yang buruk." (Riwayat Muslim)

Imam Bukhari meriwayatkan sabda Nabi s.a.w. Al-Arwah dan seterusnya itu dari
riwayat Aisyah radhiallahu 'anha.

Keterangan:

Dalam menafsiri pengertian perihal ruh itu ada yang saling kenal-mengenal yakni
'Ta'aruf dan ada yang tidak saling kenal-mengenal yakni Tanakur, maka Imam Ibnu
Abdissalam berkata sebagai berikut:

"Hal itu yakni kenal atau tidak kenal, maksudnya adalah mengenai keadaan sifat.
Artinya andaikata anda mengetahui seseorang yang berlainan sifatnya dengan anda,
misalnya anda seorang yang berbakti kepada Allah dan yang dikenal itu orang yang tidak
berbakti atau mengaku ketiadaan Allah, sekalipun kenal orangnya, tetapi tidak saling kenal-
mengenal jiwa, ruh ataupun faham yang dianutnya. Sebaliknya jika orang itu sama dengan

37 Dalam riwayat Imam Ibnu Hibban ada tambahannya sesudah kata-kata "Walam yalhaq bihim", sedang
tambahannya itu berbunyi:

Ertinya:

"Dan orang itu tidak dapat mengamalkan sebagaimana yang diamalkan oleh kaum yang dicintainya
itu."

224

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

anda perihal keadaan sifatnya, sama-sama berbaktinya kepada Allah, sama-sama berjuang
untuk meluhurkan kalimat Allah, sama-sama membenci kepada kemungkaran dan
kemaksiatan, maka selain kenal orangnya, juga sesuai jiwanya, sesuai ruhnya dan sejalan
dalam faham yang dianutnya. Oleh sebab itu dalam sebuah Hadis lain disebutkan bahawa
seseorang yang merasa jiwanya itu masih lari atau enggan mengikuti ajakan orang yang
mulia dan utama amalannya, pula bagus kelakuannya, hendaknya segera mencari sebab-
sebabnya, sekalipun ia sudah mengaku sebagai manusia muslim. Selanjutnya setelah
penyakitnya ditemukan, hendaknya secepatnya diubati dan dibuang apa yang menyebabkan
ia sakit sedemikian. Cara inilah yang sebaik-baiknya untuk menyelamatkan diri dari sifat
yang buruk, sehingga ruhnya dan jiwanya dapat saling berkenalan dengan golongan orang-
orang yang baik pula ruh dan jiwanya."

371. Dari Usair bin Amr, ada yang mengatakan bahawa ia adalah bin Jabir - dengan
dhammahnya hamzah dan fathahnya sin muhmalah, katanya: "Umar bin Alkhaththab ketika
didatangi oleh sepasukan pembantu - dalam peperangan - dari golongan penduduk Yaman,
lalu ia bertanya kepada mereka: "Adakah di antaramu semua seorang yang bernama Uwais
bin 'Amir?" Akhirnya sampailah Uwais itu ada di mukanya, lalu Umar bertanya: "Adakah
anda bernama Uwais." Uwais menjawab: "Ya." Ia bertanya lagi: "Benarkah dari keturunan
kabilah Murad dari lingkungan suku Qaran?" Ia menjawab: "Ya." Ia bertanya pula: "Adakah
anda mempunyai penyakit supak, kemudian anda sembuh daripadanya, kecuali hanya di
suatu tempat sebesar wang dirham?" Ia menjawab: "Ya." Ia bertanya lagi: "Adakah anda
mempunyai seorang ibu?" Ia menjawab: "Ya." Umar lalu berkata: "Saya pernah mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Akan datang padamu semua seorang bernama Uwais bin 'Amir beserta sepasukan
mujahidin dari ahli Yaman, ia dari keturunan Murad dari Qaran. Ia mempunyai penyakit
supak lalu sembuh dari Penyakitnya itu kecuali di suatu tempat sebesar wang dirham. Ia juga
mempunyai seorang ibu yang ia amat berbakti padanya. Andaikata orang itu bersumpah
akan sesuatu atas nama Allah, pasti Allah akan melaksanakan sumpahnya itu - dengan sebab
amat berbaktinya terhadap ibunya itu. Maka jikalau engkau kuasa meminta padanya agar ia
memintakan pengampunan - kepada Allah - untukmu, maka lakukanlah itu!" Oleh sebab itu,
mohonkanlah pengampunan kepada Allah - untukku. Uwais lalu memohonkan
pengampunan untuk Umar. Selanjutnya Umar bertanya lagi: "Ke manakah anda hendak
pergi?" Ia menjawab: "Ke Kufah." Umar berkata: "Sukakah anda, sekiranya saya menulis -
sepucuk surat - kepada gabenor Kufah - agar anda dapat sambutan dan pertolongan yang
diperlukan." Ia menjawab: "Saya lebih senang menjadi golongan manusia yang fakir-miskin."

Setelah tiba tahun mukanya, ada seorang dari golongan bangsawan Kufah berhaji, lalu
kebetulan ia menemui Umar, kemudian Umar menanyakan padanya perihal Uwais. Orang
itu menjawab: Sewaktu saya tinggalkan, ia dalam keadaan buruk rumahnya lagi sedikit
barangnya - maksudnya sangat menderita." Umar lalu berkata: "Saya pernah mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Akan datang padamu semua seorang bernama Uwais bin 'Amir beserta sepasukan
mujahidin dari ahli Yaman, ia dari keturunan Murad dari Qaran. Ia mempunyai penyakit
supak lalu sembuh dari penyakitnya itu kecuali di suatu tempat sebesar wang dirham. Ia juga
mempunyai seorang ibu yang ia amat berbakti padanya. Andaikata orang itu bersumpah
akan sesuatu atas nama Allah, pasti Allah akan melaksanakan sumpahnya itu. Maka jikalau
engkau kuasa meminta padanya agar ia memintakan pengampunan - kepada Allah untukmu,
maka lakukan itu!" Orang bangsawan itu lalu mendatangi Uwais dan berkata: "Mohonkanlah
pengampunan - kepada Allah -untukku. Uwais berkata: "Anda masih baru saja waktunya

225

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

melakukan bepergian yang baik - yakni ibadat haji, maka sepatutnya memohonkanlah
pengampunan untukku." Uwais lalu melanjutkan katanya: "Adakah anda bertemu dengan
Umar?" Ia menjawab: "Ya". Uwais lalu memohonkan pengampunan untuknya. Orang-orang
banyak lalu mengerti siapa sebenarnya Uwais itu, mereka mendatanginya, kemudian Uwais
berangkat - keluar dari Kufah menurut kehendaknya sendiri." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: "Dari Usair bin Jabir bahawasanya
ahli Kufah sama bertemu kepada Umar r.a. dan di antara mereka ada seorang lelaki yang
menghina-hinakan Uwais. Umar lalu bertanya: "Apakah di situ ada seorang dari keturunan
Qaran?" Orang yang dimaksudkan itu lalu datang padanya. Umar kemudian berkata:
"Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. telah bersabda: "Sesungguhnya ada seorang lelaki dari
Yaman, akan datang padamu semua. Ia bernama Uwais. Dia tidak meninggalkan sesuatu di
Yaman itu melainkan seorang ibu. Ia mempunyai penyakit supak, lalu berdoa kepada Allah
Ta'ala, lalu Allah melenyapkan penyakitnya tadi, kecuali di suatu tempat sebesar wang dinar
atau dirham. Maka barangsiapa di antara engkau semua bertemu dengannya, hendaklah
meminta padanya agar ia memohonkan pengampunan - kepada Allah - untuknya."

Juga disebutkan dalam riwayat Imam Muslim lagi dari Umar, katanya: "Saya
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya sebaik-baiknya kaum tabi'in ialah seorang lelaki bernama Uwais. Ia
mempunyai seorang ibu dan pada tubuhnya ada putih-putih - karena penyakit supak,
maka suruhlah ia supaya memohonkan pengampunan untuk semua."

Sabda Nabi s.a.w. Ghabraan-un nas, dengan fathahnya ghain mu'jamah,saknahnya ba'
serta mad (dibaca panjang ra'nya). Ertinya golongan manusia yang fakir-miskin dan rakyat
jelata atau rendahan dan tidak diketahui pula dari lingkungan mana sebenarnya orang itu,
sedang Al-Amdad adalah jamaknya Madad, yaitu para penolong dan pembantu yang
memberikan pertolongan serta bantuan kepada kaum Muslimin dalam berjihad atau
perjuangan menegakkan agama Allah.

372. Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: "Saya meminta izin kepada Nabi s.a.w.
untuk menunaikan umrah, lalu beliau mengizinkan dan bersabda: "Jangan melupakan kita,
hai saudaraku, untuk mendoakan kita." Beliau s.a.w. telah mengucapkan suatu kalimat -
meminta ikut disertakan dalam doa - yang saya tidak senang memperoleh seisi dunia ini
sebagai gantinya" - maksudnya bahawa kalimat yang disabdakan oleh beliau s.a.w. bagi
Umar r.a. amat besar nilainya yakni melebihi dari nilai dunia dan seisinya.

Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi
mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

373. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi s.a.w. berziarah ke Quba' 38
sambil berkendaraan serta berjalan, kemudian beliau bersembahyang dua rakaat." (Muttafaq
'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan: "Nabi s.a.w. mendatangi masjid Quba' setiap hari
Sabtu sambil berkenderaan dan berjalan dan Ibnu Umar juga melakukan seperti itu."

38 Quba' adalah sebuah desa yang jaraknya dari Madinah ada sefarsakh atau kira-kira 5 km. Di situ ada
masjidnya yang terkenal, yakni masjid yang didirikan oleh Nabi s.a.w. yang pertama kali, sedang yang kedua
ialah masjid Nabawi di Madinah.

226

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 46

Keutamaan Mencintai Kerana Allah Dan Menganjurkan Sikap
Sedemikian, Juga Memberitahukannya Seseorang Kepada Orang Yang

Dicintainya Bahawa Ia Mencintainya Dan Apa Yang Diucapkan
Oleh Orang Yang Diberitahu Sedemikian Itu

Allah Ta'ala berfirman:

"Muhammad adalah Rasulullah dan orang-orang yang beserta Muhammad itu mempunyai
sikap keras - tegas - terhadap kaum kafir, tetapi saling kasih-mengasihi antara sesama kaum
mu'minin." sampai ke akhir surat. (al-Fath: 29)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Dan orang-orang yang telah lebih dulu dari mereka bertempat tinggal dalam kampung -
Madinah - serta beriman 39, mereka menunjukkan kasih-sayang kepada orang yang berpindah
ke kampung mereka itu." (al-Hasyr: 9)

374. Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:

"Ada tiga perkara, barangsiapa yang tiga perkara itu ada di dalam diri seseorang,
maka orang itu dapat merasakan manisnya keimanan iaitu: jikalau Allah dan RasulNya lebih
dicintai olehnya daripada yang selain keduanya, jikalau seseorang itu mencintai orang lain
dan tidak ada sebab kecintaannya itu melainkan karena Allah, dan jikalau seseorang itu
membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah dari kekafiran
itu, sebagaimana bencinya kalau dilemparkan ke dalam api neraka." (Muttafaq 'alaih)

375. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Ada tujuh macam orang yang
akan dapat diberi naungan oleh Allah dalam naunganNya pada hari tiada naungan
melainkan naunganNya 40 - yakni pada hari kiamat, iaitu: imam - pemimpin atau kepala -
yang adil, pemuda yang tumbuh - sejak kecil - dalam beribadat kepada Allah Azza wa jalla,
seseorang yang hatinya tergantung - sangat memperhatikan - kepada masjid-masjid, dua
orang yang saling cinta-mencintai kerana Allah, keduanya berkumpul atas keadaan yang
sedemikian serta berpisah pun demikian pula, seseorang Ielaki yang diajak oleh wanita yang
mempunyai kedudukan serta kecantikan wajah, lalu ia berkata: "Sesungguhnya saya ini takut
kepada Allah," - ataupun sebaliknya yakni yang diajak itu ialah wanita oleh seorang Ielaki,
seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu menyembunyikan amalannya itu -
tidak menampak-nampakkannya, sehingga dapat dikatakan bahawa tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya dan seseorang yang ingat kepada

39 Yang dimaksudkan ialah kaum Anshar radhiallahu 'anhuma, sebab merekalah yang menetap terus di
Madinah dan telah meresaplah rasa keimanan dalam jiwa mereka.

40 Naungan Tuhan ini dapat diartikan secara sebenarnya yakni naungan dari 'arasynya Tuhan, tetapi dapat pula
diertikan sebagai kinayah yakni dalam lindungan Tuhan dan ditempatkan di tempat yang dimuliakan.

227

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Allah di dalam keadaan sepi lalu melelehkan airmata dari kedua matanya." 41 (Muttafaq
'alaih)

376. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman pada hari kiamat: "Manakah orang-orang yang
saling cinta-mencintai kerana keagunganKu? Pada hari ini mereka itu akan saya beri
naungan pada hari tiada naungan melainkan naunganKu sendiri." (Riwayat Muslim)

377. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, engkau semua tidak
dapat masuk syurga sehingga engkau semua beriman dan engkau semua belum disebut
beriman sehingga engkau semua saling cinta-mencintai. Sukakah engkau saya beri petunjuk
pada sesuatu yang apabila itu engkau semua lakukan, maka engkau semua dapat saling
cinta-mencintai? Sebarkanlah ucapan salam antara engkau semua." (Riwayat Muslim)

378. Dari Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. bahawasanya ada seorang Ielaki berziarah
kepada seorang saudaranya di suatu desa lain, kemudian Allah memerintah seorang
malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan," kemudian dihuraikannya Hadis itu
sampai kepada sabdanya: "Sesungguhnya Allah itu menctntaimu sebagaimana engkau
mencintai saudaramu itu kerana Allah." (Riwayat Muslim)

Hadis ini telah lalu dalam bab yang sebelum ini - lihat Hadis no. 260.

379. Dari Albara' bin 'Azib radhiallahu'anhuma dari Nabi s.a.w. bahawasanya beliau
bersabda mengenai golongan sahabat Anshar:

"Tidak mencintai kaum Anshar itu melainkan orang mu'min dan tidak membenci
mereka itu melainkan orang munafiq; barangsiapa yang mencintai mereka, maka ia dicintai
oleh Allah dan barangsiapa membenci mereka, maka mereka dibenci oleh Allah." (Muttafaq
'alaih)

380. Dari Mu'az r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Allah 'Azzawajalla berfirman:
"Orang-orang yang saling cinta-mencintai kerana keagunganKu, maka mereka itu
akan memiliki mimbar-mimbar dari cahaya yang diinginkan pula oleh para nabi dan para
syahid - mati dalam peperangan untuk membela agama Allah."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan
shahih.

381. Dari Abu ldris al-Khawlani rahimahullah, katanya: "Saya memasuki masjid
Damsyik, tiba-tiba di situ ada seorang pemuda yang bercahaya giginya - yakni suka sekali
tersenyum - dan sekalian manusia besertanya. Jikalau orang-orang itu berselisih mengenai
sesuatu hal, mereka lalu menyerahkan persoalan itu kepadanya dan mereka mengeluarkan

41 Meleleh airmatanya, maksudnya ialah kerana ingatannya memusat betul-betul kepada Allah, merasa banyak
dosa yang dilakukan, juga karena amat rindu untuk segera bertemu denganNya dalam keadaan diridhai
olehNya.

228

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

huraian dari pendapatnya, kemudian saya bertanya mengenai dirinya, lalu menerima
jawapan: "Ini adalah Mu'az bin Jabal. Setelah hari esoknya, saya datang pagi-pagi sekali, lalu
saya dapati Mu'az sudah mendahului saya datang paginya. Ia saya temui sedang
bersembahyang. Kemudian saya menantikannya sehingga ia menyelesaikan shalatnya.
Seterusnya sayapun mendatanginya dari arah mukanya, lalu saya mengucapkan salam
padanya, kemudian saya berkata: "Demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu kerana
Allah." Ia berkata: "Kerana Allahkah?" Saya menjawab: "Ya, kerana Allah." Ia berkata:
"Kerana Allah?" Saya menjawab: "Ya, kerana Allah." Mu'az lalu mengambil belitan
selendangku,kemudian menarik tubuhku kepadanya, terus berkata: "Bergembiralah engkau,
kerana sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Tabaraka
wa Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Wajiblah kecintaanKu itu kepada orang-orang
yang saling cinta-mencintai kerana Aku, duduk-duduk bersama kerana Aku, saling ziarah-
menziarahi kerana Aku dan saling hadiah-menghadiahi kerana Aku."

Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Almuwaththa' dengan
isnadnya yang shahih.

Sabda Nabi s.a.w.: Hajartu ertinya berpagi-pagi sekali mendatangi, ini adalah dengan
syaddahnya jim. Sabdanya s.a.w.: Aallahi, faqultu: Allah. Yang pertama dengan hamzah
mamdudah untuk istifham - pertanyaan, sedang yang kedua tanpa mad.

382. Dari Abu Karimah iaitu al-Miqdad - di sebagian naskah disebut al-Miqdam-bin
Ma'dikariba r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:

"Jikalau seseorang itu mencintai saudaranya, maka hendaklah memberitahukan pada
saudaranya itu bahawa ia mencintainya."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan
bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

383. Dari Mu'az r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya dan
bersabda:

"Hai Mu'az, demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu. Kemudian saya hendak
berwasiat padamu hai Mu'az, iaitu: Janganlah setiap selesai shalat meninggalkan bacaan -
yang ertinya:

Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk tetap mengingatMu serta bersyukur padaMu,
juga berilah saya pertolongan untuk Beribadat yang sebaik-baiknya padaMu."

Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Nasa'i dengan
isnad shahih.

384. Dari Anas r.a. bahawasanya ada seorang lelaki yang berada di sisi Nabi s.a.w.,
lalu ada seorang lelaki lain berjalan melaluinya, lalu orang yang di dekat beliau berkata: "Ya
Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang ini." Nabi s.a.w. bertanya: "Adakah engkau
sudah memberitahukan padanya tentang itu?" Ia menjawab: "Tidak - belum saya
beritahukan." Nabi s.a.w. bersabda: "Beritahukanlah padanya." Orang yang bersama beliau
s.a.w. lalu menyusul orang yang melaluinya tadi, lalu berkata: "Sesungguhnya saya
mencintaimu." Orang itu lalu menjawab: "Engkau juga dicintai oleh Allah yang kerana Allah
itulah engkau mencintai aku."

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

229

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 47

Tanda-tanda Kecintaan Allah Kepada Seseorang Hamba Dan
Anjuran Untuk Berakhlak Sedemikian Serta Berusaha
Menghasilkannya

Allah Ta'ala berfirman:

"Katakanlah- wahai Muhammad, jikalau engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah saya,
tentu engkau semua dicintai oleh Allah, serta Allah mengampuni dosamu semua dan Allah itu adalah
Maha Pengampun lagi Penyayang," (ali-lmran: 31)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Hai sekalian orang yang beriman, siapa yang bermurtad dari agamanya, maka Allah akan
mendatangkan kaum yang dicintai olehNya dan merekapun mencintaiNya. Mereka itu bersikap lemah-
lembut kepada kaum mu'minin dan bersikap keras terhadap kaum kafirin. Mereka berjihad fi sabilillah
dan tidak takut celaan orang yang suka mencela. Demikian itulah keutamaan Allah, dikurniakan
olehNya kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah adalah Maha Luas kurniaNya serta Maha
Mengetahui." (al-Maidah: 54)

385. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Barangsiapa yang
memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahukan padanya bahawa ia akan Kuperangi -
Kumusuhi. Tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat
Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya.
Tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan melakukan hal-hal yang sunnah,
sehingga akhirnya Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah
telinganya yang ia pakai untuk mendengarkan, Akulah matanya yang ia pakai untuk melihat,
Akulah tangannya yang ia pakai untuk mengambil dan Aku pulalah kakinya yang ia pakai
untuk berjalan. Jikalau ia meminta sesuatu padaKu, pasti Kuberi dan jikalau ia mohon
perlindungan padaKu, pasti Kulindungi." (Riwayat Imam Bukhari)

Makna lafaz Aadzantuhu ertinya: "Aku (Tuhan) memberitahukan kepadanya (yakni
orang yang mengganggu kekasihKu itu) bahawa aku memerangi atau memusuhinya,
sedang lafaz Ista'aadzanii, ertinya "Ia memohonkan perlindungan padaKu." Ada yang
meriwayatkan dengan ba', lalu berbunyi Ista-aadza bii dan ada yang meriwayatkan dengan
nun, lalu berbunyi Ista-aadzanii.

Keterangan:

Hadis sebagaimana di atas itu sudah tercantum dalam no. 85 dengan huraian
sekadarnya. Namanya Hadis Qudsi yakni yang menyatakan firman-firman Allah selain yang
tercantum dalam al Quran. Dalam Hadis ini dijelaskan betapa tingginya darjat seseorang itu
apabila telah diakui sebagai kekasih oleh Allah Ta'ala atau yang lazim disebut waliullah.

Banyak orang yang salah pengertian perihal siapa yang dapat disebut waliullah itu.
Sebagian ada yang mengatakan bahawa waliullah ialah semacam dukun yang dapat
menyembuhkan beberapa orang sakit atau yang dapat meneka nasib seseorang dikemudian
harinya, atau orang yang tidak mudah ditemui kerana selalu menghilang-hilang saja dan
siapa yang ditemui olehnya adalah orang yang bahagia, dan bahkan ada yang mengatakan

230

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

bahwa waliullah itu tidak perlu bersembahyang dan berpuasa sebab sudah menjadi kekasih
Allah. Persangkaan bagaimana di atas itu tidak benar, sebab memang tidak sedemikian itu
sifatnya waliullah.

Maka yang lebih dulu perlu kita ketahui ialah: Siapakah yang sebenarnya dapat
disebut waliullah atau kekasih Allah itu? Jawabnya: Dalam al-Quran, Allah berfirman:

"Tidak ada yang dianggap sebagai kekasih Allah, melainkan orang-orang yang bertaqwa
kepadaNya."

Alangkah ringkasnya pengertian waliullah itu, tetapi benar-benar dapat menyeluruhi
semua keadaan.

Kalau ada pengertian waliullah selain yang difirmankan oleh Allah sendiri itu, jelaslah
bahawa itu hanyalah penafsiran manusia sendiri dan tidak berdasarkan kepada agama sama
sekali. Waliullah yang berupa orang-orang yang bertaqwa kepada Allah itulah yang dijamin
oleh Allah akan mendapatkan perlindungan dan penjagaanNya selalu dan siapa saja yang
hendak memusuhinya, pasti akan ditumpas oleh Allah, sebab Allah sendiri menyatakan
permusuhan terhadap orang tadi.

Sekarang bagaimanakah taraf pertamanya agar supaya kita dikasihi oleh Allah?

Jawabnya: Mendekatkan (bertaqarrublah) kepada Allah dengan penuh melakukan
segala yang difardhukan (diwajibkan). Inilah cara taqarrub yang sebaik-baiknya dalam taraf
permulaan. Kemudian sempurnakanlah taqarrub kepada Allah Ta'ala itu dengan jalan
melakukan hal-hal yang sunnah-sunnah. Kalau ini telah dilaksanakan, pastilah Allah akan
menyatakan kecintaanNya. Selanjutnya, apabila seseorang itu telah benar-benar bertaqarrub
kepada Allah dan Allah sudah mencintainya, maka baik pendengarannya, penglihatannya,
tindakan tangan dan kakinya semuanya selalu mendapatkan petunjuk dari Allah, selalu
diberi bimbingan dan hidayat serta pertolongan oleh Allah. Bahkan Allah menjanjikan kalau
orang itu meminta apa saja, pasti dikabulkanNya, mohon perlindungan dari apa saja, pasti
dilindungiNya. Dengan demikian, maka seringkali timbullah beberapa macam karamah
dengan izin Allah.

Karamah ialah sesuatu yang tampak luar biasa di mata umum yang dapat dilakukan
oleh seseorang waliullah itu, semata-mata sebagai suatu kemuliaan atau penghargaan yang
dikurniakan oleh Allah kepadanya. Tetapi ingatlah bahawa tidak seorang waliullah pun yang
dapat mengetahui bahawa dirinya itu menjadi waliullah. Kalau seseorang sudah mengatakan
sendiri bahawa dirinya itu waliullah, jelaslah bahwa ia telah tertipu oleh anggapan atau
persangkaannya sendiri dan sudah pasti ia telah tertipu oleh ajakan syaitan yang
menyesatkan.

Selain itu, bagaimana juga hal-ehwal dan keadaan seseorang waliullah itu, pasti ia
tidak dapat mengetahui hal-hal yang ghaib, misalnya mengetahui apa yang tersimpan dalam
hati orang lain, mengetahui nasib orang di kemudian harinya, kaya miskinnya dan lain-lain
lagi.

Dalam al-Quran, Allah berfirman:

"Allah yang Maha Mengetahui perkara ghaib, maka tidak diberitahukanlah keghaiban-
keghaiban itu kepada siapapun jua, selain kepada Rasul yang dipilih olehNya."

386. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya:

"Jikalau Allah Ta'ala itu mencintai seseorang hamba, maka Dia memanggil Jibril untuk
memberitahukan bahawa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu - hai Jibril - si
Fulan itu. Jibril lalu mencintainya, kemudian ia mengundang kepada seluruh penghuni langit

231

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

memberitahukan bahawa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua - hai
penghuni-penghuni langit - si Fulan itu. Para penghuni langitpun lalu mencintainya. Setelah
itu diletakkanlah penerimaan baginya - yang dimaksudkan ialah kecintaan padanya - di
kalangan penghuni bumi." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala apabila mencintai seseorang hamba, lalu memanggil Jibril
kemudian berfirman: "Sesungguhnya Saya mencintai si Fulan, maka cintailah ia." Jibril lalu
mencintainya. Seterusnya Jibril memanggil pada seluruh penghuni langit lalu berkata:
"Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua si Fulan itu." Orang
itupun lalu dicintai oleh para penghuni langit. Selanjutnya diletakkanlah penerimaan –
kecintaan itu baginya dalam hati para penghuni bumi. Dan jikalau Allah membenci
seseorang hamba, maka dipanggillah Jibril lalu berfirman: "Sesungguhnya Saya membenci si
Fulan itu, maka bencilah engkau padanya."Jibril lalu membencinya,kemudian ia memanggil
semua penghuni langit sambil berkata: "Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka
bencilah engkau semua padanya." Selanjutnya diletakkanlah rasa kebencian itu dalam hati
para penghuni bumi."

387. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahawasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan
seseorang untuk memimpin sepasukan tentara ke medan peperangan. Orang itu suka benar
membaca untuk kawan-kawannya dalam shalat mereka dengan Qulhu wallahu ahad sebagai
penghabisan bacaannya. Setelah mereka kemhali, hal itu mereka sampaikan kepada
Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: "Cuba tanyakanlah pada orang itu, mengapa
melakukan yang semacam itu?" Mereka sama bertanya padanya, kemudian orang itu
menjawab: "Sebab itu adalah sifatnya Allah yang Maha Penyayang, maka dari itu saya
senang sekali membacanya." Maka bersabdalah Rasulullah s.a.w. - setelah diberitahu
jawapan orang itu: "Beritahukanlah padanya bahawasanya Allah Ta'ala mencintainya."
(Muttafaq 'alaih)

232

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 48

Ancaman Dari Menyakiti Orang-orang Shalih, Kaum Yang
Lemah Dan Fakir Miskin

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min, lelaki atau perempuan dengan tiada
kesalahan yang mereka lakukan, maka sesungguhnya orang-orang itu telah memikul kebohongan serta
dosa yang terang-terangan." (al-Ahzab: 58)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Dan terhadap anak yatim, janganlah engkau bersikap bengis, serta terhadap orang yang
meminta, janganlah engkau membentak-bentak." (ad-Dhuha: 9-10)

Adapun Hadis-hadis - dalam bab ini - adalah banyak, diantaranya Hadisnya Abu
Hurairah r.a. dalam bab sebelum ini, yaitu: "Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka
Aku memberitahukan padanya bahawa ia Kuperangi - lihat Hadis no. 385, di antaranya lagi
ialah Hadisnya Sa'ad bin Abu Waqqash r.a. yang dahulu dalam bab bersikap lemah-lembut
kepada anak yatim - lihat Hadis no. 261, juga sabdanya Rasulullah s.a.w.: "Hai Abu Bakar,
jikalau engkau sampai membuat kemarahan kepada mereka, maka engkau juga membuat
kemarahan pada Tuhanmu," lihat Hadis no. 262.

388. Dari Jundub bin Abdullah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa bersembahyang Subuh, maka ia adalah dalam tanggungan Allah, maka
itu janganlah sampai Allah itu menuntut kepadamu semua dengan sesuatu dari
tanggunganNya - maksudnya jangan sampai meninggalkan shalat Subuh, sebab kalau
demikian, lenyaplah ikatan janji untuk memberikan tanggungan keamanan dan lain-lain
antara engkau dengan Tuhanmu itu.

Sebab sesungguhnya barangsiapa yang dituntut oleh Allah dari sesuatu
tanggungannya, tentu akan dicapainya - yakni tidak mungkin terlepas, kemudian Allah akan
melemparkannya atas mukanya dalam neraka Jahanam." 42 (Riwayat Muslim)

42 Keterangannya harap diperiksa dalam Hadis no. 232.

233

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 49

Menjalankan Hukum-hukum Terhadap Manusia Menurut
Lahirnya, Sedang Keadaan Hati Mereka Terserah Allah Ta'ala

Allah Ta'ala berfirman:
"Maka jikalau orang-orang itu bertaubat dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka
bebaskanlah jalannya - yakni merdekakanlah menurut kemauan hatinya." (at-Taubah: 5)

389. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Saya diperintah untuk memerangi semua manusia, sehingga mereka suka
menyaksikan bahawa tiada Tuhan kecuali Allah dan bahawasanya Muhammad adalah
pesuruh Allah dan mendirikan shalat serta menunaikah zakat. Maka jikalau mereka telah
melakukan yang sedemikian itu, terpeliharalah daripadaku darah serta harta benda mereka,
melainkan dengan haknya Islam, sedang hisab - perhitungan amal - mereka adalah terserah
kepada Allah Ta'ala. (Muttafaq 'alaih)

390. Dari Abu Abdillah iaitu Thariq bin as-Syam r.a., katanya: "Saya mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang mengucapkan La ilaha illallah dan kafir mengingkari - dengan
sesuatu yang disembah selain daripada Allah, maka haramlah harta benda serta darahnya,
sedang hisabnya adalah terserah kepada Allah." (Riwayat Muslim)

391. Dari Abu Ma'bad yaitu al-Miqdad bin al-Aswad r.a., katanya: "Saya berkata
kepada Rasulullah s.a.w.: "Bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau saya bertemu seseorang
dari golongan kaum kafir, kemudian kita berperang, lalu ia memukul salah satu dari kedua
tanganku dengan pedang dan terus memutuskannya. Selanjutnya ia bersembunyi
daripadaku di balik sebuah pohon, lalu ia mengucapkan: "Saya masuk Agama Islam karena
Allah," apakah orang yang sedemikian itu boleh saya bunuh, ya Rasulullah sesudah ia
mengucapkan kata-kata seperti tadi itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Jangan engkau
membunuhnya." Saya berkata lagi: "Ia sudah memutuskan salah satu tangan saya, kemudian
mengucapkan sebagaimana di atas itu setelah memutuskannya." Rasulullah s.a.w. bersabda
lagi: "Jangan engkau membunuhnya, kerana jikalau engkau membunuhnya, maka ia adalah
menempati tempatmu sebelum engkau membunuhnya dan sesungguhnya engkau adalah di
tempatnya sebelum ia mengucapkan kata-kata yang diucapkannya itu." (Muttafaq 'alaih)

Maknanya innahu bimanzilatika: sesungguhnya ia di tempatmu ialah bahawa orang itu
harus dipelihara darahnya sebab telah dihukumi sebagai orang Islam. Adapun maknanya
innaka biman zilatihi: sesungguhnya engkau di tempatnya ialah bahawa halal darahnya
dengan qishash untuk para ahli warisnya, bukan kerana ia dalam kedudukannya sebagai
orang kafir. Wallahu a'lam.'

392. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. mengirim
kita ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kita berpagi-pagi menduduki tempat
air mereka. Saya dan seorang lagi dari kaum Anshar bertemu dengan seseorang lelaki dari

234

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

golongan mereka - musuh. Setelah kita dekat padanya, ia lalu mengucapkan: La ilaha illallah.
Orang dari sahabat Anshar itu menahan diri daripadanya - tidak menyakiti sama sekali,
sedang saya lalu menusuknya dengan tombakku sehingga saya membunuhnya.

Setelah kita datang - di Madinah, peristiwa itu sampai kepada Nabi s.a.w., kemudian
beliau bertanya padaku: "Hai Usamah, adakah engkau membunuhnya setelah ia
mengucapkan La ilaha illallah?" Saya berkata: "Ya Rasulullah, sebenarnya orang itu hanya
untuk mencari perlindungan diri saja - yakni mengatakan syahadat itu hanya untuk mencari
selamat, sedang hatinya tidak meyakinkan itu." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Adakah ia
engkau bunuh setelah mengucapkan La ilaha illallah?" Ucapan itu sentiasa diulang-ulangi
oleh Nabi s.a.w., sehingga saya mengharap-harapkan, bahawa saya belum menjadi Islam
sebelum hari itu - yakni bahwa saya mengharapkan menjadi orang Islam itu mulai hari itu
saja, supaya tidak ada dosa dalam diriku." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan: Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukankah ia telah
mengucapkan La ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?" Saya menjawab: "Ya
Rasulullah, hanyasanya ia mengucapkan itu semata-mata kerana takut senjata." Beliau s.a.w.
bersabda: "Mengapa engkau tidak belah saja hatinya, sehingga engkau dapat mengetahui,
apakah mengucapkan itu kerana takut senjata ataukah tidak - yakni dengan keikhlasan."
Beliau s.a.w. mengulang-ulangi ucapannya itu sehingga saya mengharap-harapkan bahwa
saya masuk Islam mulai hari itu saja.

393. Dari Jundub bin Abdullah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan
sepasukan dari kaum Muslimin kepada suatu golongan dari kaum musyrikin dan bahawa
mereka itu telah bertemu - berhadap-hadapan. Kemudian ada seseorang lelaki dari kaum
musyrikin jikalau menghendaki menuju kepada seorang dari kaum Muslimin lalu ditujulah
tempatnya lalu dibunuhnya. Lalu ada seorang dari kaum Muslimin menuju orang itu di
waktu lengahnya. Kita semua memperbincangkan bahawa orang itu adalah Usamah bin Zaid.
Setelah orang Islam itu mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik tadi mengucapkan:
"La ilaha illallah." Tetapi ia terus dibunuh olehnya. Selanjutnya datanglah seorang pembawa
berita gembira kepada Rasulullah s.a.w. - memberitahukan kemenangan, beliau s.a.w.
bertanya kepadanya - perihal jalannya peperangan - dan orang itu memberitahukannya,
sehingga akhirnya orang itu memberitahukan pula perihal orang yang membunuh di atas,
apa-apa yang dilakukan olehnya. Orang itu dipanggil oleh beliau s.a.w. dan menanyakan
padanya, lalu sabdanya: "Mengapa engkau membunuh orang itu?" Orang tadi menjawab: "Ya
Rasulullah, orang itu telah banyak menyakiti di kalangan kaum Muslimin dan telah
membunuh si Fulan dan si Fulan." Orang itu menyebutkan nama beberapa orang yang
dibunuhnya. Ia melanjutkan: "Saya menyerangnya, tetapi setelah melihat pedang, ia
mengucapkan: "La ilaha illallah." Rasulullah s.a.w. bertanya: "Apakah ia sampai kau bunuh?"
Ia menjawab: "Ya." Kemudian beliau bersabda: "Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan
La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?" Orang itu berkata: "Ya Rasulullah,
mohonkanlah pengampunan - kepada Allah - untukku." Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari
kiamat?" Beliau s.a.w. tidak menambahkan sabdanya lebih dari kata-kata: "Bagaimanakah
yang hendak kauperbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?"
(Riwayat Muslim)

394. Dari Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, katanya: "Saya mendengar Umar bin
Alkhaththab r.a. bersabda: "Sesungguhnya sekalian manusia itu dahulu diterapi dengan
hukum sesuai dengan adanya wahyu yakni di zaman Rasulullah s.a.w., dan sesungguhnya

235

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

wahyu itu kini telah terputus - tidak datang lagi, sebab Nabi s.a.w. telah wafat. Maka
hanyasanya kami - Umar r.a. - menuntut engkau semua dengan dasar apa yang tampak pada
kami iaitu mengenai perbuatan-perbuatan yang engkau semua lakukan. Jadi barangsiapa
yang menampakkan perbuatan baik pada kami, maka kami berikan keamanan dan kami
dekatkan kedudukannya pada kami, sedang urusan apa yang dalam hatinya tidak sedikitpun
kami persoalkan, kerana Allah akan menghisabnya dalam hal isi hatinya itu. Tetapi
barangsiapa yang menampakkan kelakuan buruk pada kami, maka kami tidak akan
memberikan keamanan padanya dan tidak akan percaya ucapannya, sekalipun ia
mengatakan bahawasanya niat hatinya adalah baik." (Riwayat Bukhari)

236

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 50

Takut — Kepada Allah Ta'ala

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan kepadaKu, maka takutlah engkau semua!" (al-Baqarah: 40)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Sesungguhnya tindakan siksaan Tuhannya itu adalah sangat dahsyatnya." (al-Buruj: 12)

Allah Ta'ala juga berfirman:

"Dan demikianlah tindakan Tuhanmu jikalau menindak kepada penduduk negeri, yang mereka
itu melakukan kezaliman, sesungguhnya tindakan penghukuman Allah itu adalah amat pedih dan
keras. Sesungguhnya hal yang sedemikian itu niscaya merupakan keterangan untuk orang yang takut
akan siksa hari akhir. Itulah hari yang seluruh manusia dikumpulkan dan itulah pula hari yang
disaksikan. Tidaklah Kami akan mengundurkan hari itu, melainkan sampai waktu yang ditentukan.
Iaitu pada hari yang tidak seorang pun akan berbicara, melainkan dengan izinNya dan di antara para
manusia itu ada yang celaka dan ada pula yang berbahagia. Adapun orang-orang yang celaka, maka
tempatnya adalah dalam neraka. Mereka di situ menarik nafas panjang dan mengerang." (Hud: 102-
106)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Dan Allah memperingatkan engkau semua akan kewajipanmu terhadap Allah sendiri - supaya
tidak terkena siksanya." (ali-lmran: 28)

Juga Allah Ta'ala berfirman:

"Pada hari seseorang manusia lari meninggalkan saudaranya, ibu dan ayahnya, juga isteri dan
anak-anaknya. Setiap seseorang pada hari itu mempunyai urusan yang membuat diri sendiri sibuk -
dari urusan orang lain." (Abasa: 34-37)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu, sesungguhnya pergoncangan hari
kiamat itu adalah suatu peristiwa yang dahsyat. Pada hari itu engkau lihat perempuan yang
menyusukan melupakan anak yang disusukannya, juga setiap perempuan yang mengandung
melahirkan kandungan-kandungannya; engkau lihat pula seluruh manusia itu dalam keadaan mabuk,
tetapi mereka itu sebenarnya tidaklah mabuk, meiainkan siksa Allah jualah yang sangat hebatnya." (al-
Haj: 1-2)

Allah Ta'ala juga berfirman:

"Dan orang yang takut di waktu berdiri di hadapan Tuhannya,ia akan memperoleh dua buah
taman syurga." (ar-Rahman: 46)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Dan para ahli syurga setengahnya berhadap-hadapan dengan setengahnya sambil saling tanya
menanyakan. Mereka berkata: "Sesungguhnya kita pada masa dahulu - ketika di dunia - merasa takut
terhadap keluarga kita. Tetapi Allah mengurniakan kepada kita dan melindungi kita dari siksa angin
yang amat panas. Sesungguhnya kita bermohon kepadaNya sejak saat sebelum ini, sesungguhnya
Allah adalah Maha Pemberi karunia lagi Penyayang." (at-Thur: 25-28)

237

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Ayat-ayat dalam bab ini amat banyak sekali dan dapat dimaklumi, sedang tujuannya
ialah untuk menunjukkan kepada bagian yang lainnya - sebagai penjelasan - dan begitulah
hasilnya.

395. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Kami diberitahu oleh Rasulullah s.a.w. dan ia
adalah seorang yang benar lagi dapat dipercaya, sabdanya:

"Sesungguhnya seseorang di antara engkau semua itu dikumpulkan kejadiannya
dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai mani, kemudian merupakan segumpal
darah dalam waktu empat puluh hari itu pula,selanjutnya menjadi sekerat daging dalam
waktu empat puluh hari lagi. Selanjutnya diutuslah seorang malaikat, lalu meniupkan ruh
dalam tubuhnya dan diperintah untuk menulis empat kalimat, iaitu mengenai catatan
rezekinya, ajal serta amalnya dan apakah ia termasuk orang celaka ataupun bahagia. Maka
demi Zat yang tiada Tuhan selain daripadaNya, sesungguhnya seseorang di antara engkau
semua, niscayalah melakukan dengan amalan ahli syurga, sehingga tiada di antara dirinya
dengan syurga itu melainkan hanya jarak sezira' - sehasta, tetapi telah didahului oleh catatan
kitabnya, lalu ia melakukan dengan amalan ahli neraka, kemudian akhirnya masuklah ia
dalam neraka itu. Dan sesungguhnya ada pula seseorang di antara engkau semua itu, niscaya
mengamalkan dengan amalannya ahli neraka, sehingga tidak ada antara orang itu dengan
neraka, melainkan hanya jarak sezira' saja, tetapi telah didahului oleh catatan kitabnya,- lalu
ia mengamalkan dengan amalan ahli syurga dan akhirnya masuklah ia dalam syurga itu."
(Muttafaq 'alaih)

Keterangan:

Dalam Hadis ini ada beberapa hal yang perlu kita maklumi, iaitu:

(a) Malak yang dikirimkan ini, memang diserahi oleh Allah untuk melihat rahim ibu
anak itu sejak ia berupa mani. Di waktu ini malak itu berkata: "Wahai Tuhan, apa dijadikan
terus apa tidak? Kalau tidak terus ditakdirkan oleh Allah menjadi manusia, lalu dijadikan
darah kotor yang terlempar sia-sia. Tetapi apabila memang dikehendaki jadi, malak itu lalu
berkata: "Wahai Tuhan, laki-lakikah atau perempuankah ini, bagaimana rezekinya, bila
ajalnya, (waktu meninggalnya), bagaimana kelakuannya dan di bumi mana ia nanti
meninggal (di kubur)." Allah lalu berfirman: "Pergilah ke Lauh Mahfuzh, akan engkau temui
semuanya." Malak itu lalu naik ke atas Lauh Mahfuzh dan mencatat semuanya.

Jadi semua apa yang terjadi atas diri kita ini benar-benar telah digariskan oleh Allah
menurut takdir yang dikehendaki. Tetapi kita tetap harus berusaha menjadi hamba Allah
yang baik segala-galanya, sebab kita semua tentu tidak tahu takdir apa yang akan kita alami.
Jadi marilah kita berusaha dan berikhtiar, sebab hanya di tangan Allahlah semua takdir itu.

Kembali ke atas, iaitu sesudah anak itu ditulis semua ketentuan-ketentuannya, lalu 40
hari jadi nuthfah, 40 hari 'alaqah dan 40 hari lagi berupa mudhghah, kemudian ditiupkan
ruhnya. Selanjutnya ialah sebagaimana firman Allah dalam al-Quran:

"Lalu kami ubahlah mudhghah itu menjadi tulang-belulang, kemudian tulang-belulang itu
kami beri daging, selanjutnya Kami lupakanlah suatu makhluk lain (yakni jadi manusia benar-benar).
Maha Sucilah Allah itu, sebaik-baiknya Zat yang membuat."

(b) Yang meniupkan jiwa dalam tubuh manusia itu malak, tetapi ini tidak bererti
bahawa malak yang memberi ruh kita, tetapi Allah jualah yang memberikan, hanya saja
dengan tiupan malak itulah yang merupakan sebab musababnya manusia diberi ruh oleh
Allah. Jadi tiupan ini hanyalah sebagai perantaraan belaka.

Adapun ruh itu adalah benda halus yang hanya Allah saja yang Mengetahui akan
keadaannya. Dalam al-Quran disebutkan:

238

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

"Dan orang-orang itu sama bertanya padamu (Muhammad) tentang halnya ruh. Katakanlah:
"Ruh itu adalah dari urusan Tuhanku. Engkau semua ini tidak diberi pengetahuan oleh Allah
melainkan hanya sedikit sekali."

(c) Empat kalimat ertinya empat ketentuan dari Allah.
(d) Maksudnya sehasta ialah kerana sangat dekat jaraknya.
Adapun Hadis-hadis yang menguraikan bab ini, maka amat banyak sekali pula. Maka
dari itu kita akan menyebutkan sebagian dari Hadis-hadis itu, dan dengan Allah jualah
datangnya pertolongan.

396. Dari Ibnu Mas'ud r.a. pula, katanya: Rasulullah S.A.W bersabda:
"Pada hari kiamat itu -yakni disaat seluruh hamba Allah sedang berdiri untuk dihisab
atau diperhitungkan amalannya, didatangkanlah di Jahannam sebanyak tujuh puluh ribu
kendali dan beserta setiap kendali ada tujuh puluh ribu malaikat yang sama menariknya."
(Riwayat Muslim)

397. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya seringan-ringan siksa ahli neraka pada hari kiamat itu adalah
seseorang yang di bagian bawah kedua kakinya diletakkan dua buah bara api yang
dengannya itu dapat mendidihlah otaknya. Orang itu tidak meyakinkan bahawa ada orang
lain yang lebih sangat siksanya daripada dirinya sendiri-jadi ia mengira bahawa dirinya
itulah yang mendapat siksa yang terberat, padahal orang itulah yang teringan sekali
siksanya." (Muttafaq 'alaih)

398. Dari Samurah bin Jundub r.a. bahawasanya Nabiullah s.a.w. bersabda:
"Di antara para ahli neraka itu ada orang yang dijilat oleh api neraka sampai pada
kedua tumitnya, di antara mereka ada yang dijilat oleh api sampai kedua lututnya, ada juga
yang sampai ke empat ikat pinggangnya dan ada pula yang sampai di tulang lehernya."
(Riwayat Muslim)
Alhuj-zah ialah tempat mengikat sarung yang ada di bawah pusat. Dan Attarquwah
dengan fathah ta' dan dhammahnya qaf ialah tulang yang ada di tengah leher dan setiap
manusia itu mempunyai dua buah tulang tarquwah ini yang terletak di tepi lehernya.

399. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah S.A.W
bersabda:

"Seluruh manusia akan berdiri di hadapan Tuhan Seru sekalian alam - yakni berdiri
bangun dari masing-masing kuburnya untuk diadili dan dihisab atau diperhitungkan
amalannya sewaktu di dunia - sehingga di antara engkau semua itu ada orang yang
tenggelam kerana keringatnya sendiri sampai di pertengahan telinganya kerana dahsyatnya
keadaan, berdesak-desak serta amat teriknya matahari di saat itu. (Muttafaq 'alaih)

400. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengucapkan sebuah khutbah yang
saya tidak pernah mendengar suatu khutbah pun seperti itu - kerana amat menakutkan.
Beliau s.a.w. bersabda:

239

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

"Andaikata engkau semua dapat mengetahui apa yang dapat saya mengetahuinya,
niscayalah engkau semua akan tertawa sedikit saja dan akan menangis banyak-banyak."

Para sahabat Rasulullah s.a.w. lalu menutupi masing-masing wajahnya sambil
terdengar suara isaknya. (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan:

Rasulullah s.a.w. menerima berita bahawa ada sesuatu tentang sahabat-sahabatnya,
lalu beliau berkhutbah, kemudian bersabda:

"Ditunjukkanlah syurga dan neraka padaku maka belum pernah saya melihat sesuatu
yang melebihi penglihatanku pada hari itu tentang bagusnya syurga dan buruknya neraka.
Dan andaikata engkau semua dapat melihat apa yang dapat saya lihat, maka niscayalah
engkau semua akan ketawa sedikit dan menangis banyak-banyak."

Maka tidak pernah datang pada para sahabat Rasulullah s.a.w. laitu hari yang lebih
dahsyat lagi dari hari itu - tentang ngerinya khutbah yang diberikan oleh beliau s.a.w. Para
sahabat sama menutupi masing-masing kepalanya sambil terdengar suara esaknya.

Alkhanin dengan menggunakan kha' mu'jamah ialah tangis dengan dengungan serta
timbulnya suara esakan dari hidung.

401. Dari al-Miqdad r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Didekatkanlah matahari pada hari kiamat itu dari para makhluk hingga jarak
matahari tadi adalah bagaikan kadar semil saja."

Sulaim bin 'Amir yang meriwayatkan Hadis ini dari al-Miqdad berkata: "Demi Allah,
saya sendiri tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan kata mil itu, apakah ertinya itu
jarak semil bumi ataukah mil yang ertinya alat untuk mengambil celak - dari tempatnya -
guna celak mata."

Rasulullah s.a.w. bersabda seterusnya: "Maka keadaan manusia-manusia pada hari itu
adalah menurut kadar masing-masing amalannya dalam banyak sedikitnya keringat - yang
keluar dari badannya.

Di antara mereka ada yang berkeringat sampai di kedua tumitnya dan di antaranya
ada yang sampai di kedua lututnya dan di antaranya ada pula yang sampai di tempat
pengikat sarungnya yang ada di kedua lambungnya, bahkan di antaranya ada yang
dikendalikan oleh keringat itu dengan sebenar-benarnya dikendalikan - yakni seperti kendali
kuda yaitu keringat tadi sampai masuk ke mulut dan kedua telinganya." Ketika
menyabdakan ini Rasulullah s.a.w. menunjuk dengan tangannya ke arah mulutnya."
(Riwayat Muslim)

402. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Para manusia sama berkeringat pada hari kiamat, sehingga keringatnya itu turun
dalam bumi sedalam tujuh puluh hasta dan keringat itu mengendalikan mereka hingga
mencapai ke telinga-telinga mereka - mengendalikan maksudnya sampai ke mulut dan
telinga seperti kendali." (Muttafaq 'alaih)

Maknanya Yadzhabu fil-ardhi ialah turun dan menyelam.

403. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Kita semua bersama Rasulullah s.a.w., tiba-
tiba terdengarlah suara benda yang jatuh keras, lalu beliau bersabda: "Adakah engkau semua
mengetahui suara apakah ini?" Kita semua berkata: "Allah dan RasulNya yang lebih

240

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

mengetahui." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Ini adalah batu yang di Iemparkan ke dalam
neraka sejak tujuh puluh tahun yang lalu dan kini sudah sampai di dasar neraka itu. Maka
dari itu engkau semua dapat mendengarkan suara jatuhnya." (Riwayat Muslim)

404. Dari 'Adi bin Hatim r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Tiada seorangpun dari engkau semua, melainkan akan diajak cara oleh Tuhannya,
tidak ada antara ia dengan Tuhannya seorang tarjuman pun - perantara sebagai juru
bahasanya. Orang itu lalu melihat ke arah kanannya, tetapi tidak ada yang dilihat olehnya,
melainkan amalan yang telah ia lakukan dahulu saja - sebelum itu, dan ia melihat ke arah
kirinya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan amalan yang ia lakukan dahulu
saja,seterusnya ia melihat ke arah mukanya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan
neraka yang ada di hadapan mukanya itu. Maka dari itu, takutlah engkau semua pada siksa
api neraka, sekalipun dengan jalan sedekah dengan belahan kurma." (Muttafaq 'alaih)

405. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya itu
dapat melihat apa yang engkau semua tidak dapat melihatnya. Langit bersuara dan memang
sepatutnyalah jikalau ia bersuara, sebab tiada tempat terluang selebar empat jari di langit itu,
melainkan tentu ada malaikatnya yang meletakkan dahinya sambil bersujud kepada Allah
Ta'ala. Demi Allah, andaikata engkau semua dapat melihat apa yang dapat saya lihat,
nescayalah engkau semua akan ketawa sedikit dan pasti akan menangis banyak-banyak, juga
engkau semua tidak akan merasakan berlezat-lezat dengan para wanita di atas hamparan,
bahkan nescayalah engkau semua akan ke luar ke jalan-jalan untuk memohonkan
pertolongan kepada Allah Ta'ala."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Aththat dengan fathahnya hamzah dan syadahnya tha' dan taiththu dengan fathahnya
ta' dan sesudahnya itu hamzah yang dikasrahkan, juga al-athithu, ialah suara sekedup atau
tempat duduk di atas unta ataupun lain-lainnya. Maknanya ialah bahawasanya kerana
banyak malaikat yang ada di langit yang sama beribadat itu telah menyebabkan langit itu
merasa berat, sehingga bersuara tadi, sedang ashshu'udat dengan dhammahnya shad dan 'ain
ertinya ialah jalan dan ertinya taj-aruna ialah memohonkan pertolongan.

406. Dari Abu Barzah - dengan menggunakan r.a. kemudian zai - iaitu Nadhlah
bin'Ubaid al-Aslami r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Tidak henti-hentinya kedua kaki seseorang hamba - di hadapan Allah - pada hari
kiamat - untuk ditentukan, apakah masuk syurga atau neraka, sehingga ia ditanya perihal
umurnya, untuk apa dihabiskannya, perihal ilmunya, untuk apa ia melakukannya, perihal
hartanya, dari mana ia memperolehnya dan untuk apa dinafkahkannya, juga perihal
tubuhnya, untuk kepentingan apa dirosakkannya - yakni sampai matinya itu digunakan
apa."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan
shahih.

407. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. membaca - yang ertinya: "Pada
hari itu - yakni hari kiamat - bumi akan memberitahukan kabar-kabarnya," kemudian beliau
s.a.w. bersabda : "Adakah engkau semua mengetahui, apakah kabar-kabarnya itu?" Para
sahabat berkata: "Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui." Beliau s.a.w. lalu bersabda:

241

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

"Sesungguhnya kabar-kabar yang akan diberitahukan itu ialah bahawa bumi itu akan
menyaksikan pada setiap hamba, lelaki atau perempuan, perihal apa yang dilakukan di atas
bumi itu. Bumi akan mengucapkan: "Orang ini akan melakukan begini dan begitu pada hari
ini dan itu. Inilah kabar-kabarnya."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

408. Dari Abu Said al-Khudri r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bagaimanakah saya akan dapat bersenang-senang sedang malaikat yang bertugas
meniup terompet sudah meletakkan mulutnya pada hujung terompet - sebagai tanda sudah
dekatnya hari kiamat, sambil mendengarkan perintah, kapan saja ia diperintah untuk
meniupnya itu, maka seketika itu pula ia akan meniupkannya." Berita yang sedemikian
dirasakan amat berat sekali oleh para sahabat Rasulullah s.a.w., lalu beliau s.a.w. bersabda
kepada mereka: "Ucapkan sajalah: Hasbunallah wa ni'mal wakil - yakni cukuplah kita semua
menyerahkan diri kepada Allah dan Dia adalah sebaik-baiknya Zat yang diserahi."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
Alqarn ialah terompet yang difirmankan oleh Allah Ta'ala -yang ertinya: Dan ditiuplah
dalam terompet. Demikianlah yang ditafsirkan oleh Rasulullah s.a.w.

409. Dari Abu Hurairah r-a- katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang takut bermalam, tentu ia terus berjalan di waktu malam - untuk
pulang - dan barangsiapa yang berjalan walam-malam, tentu sampai di rumah. Ingatlah
bahawasanya harta-benda Allah itu adalah mahal sekali. Ingatlah bahawasanya harta-benda
Allah yang dimaksudkan itu ialah syurga."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini dalah Hadis hasan.
Adlaja dengan sukunnya dal, ertinya ialah berjalan di waktu permulaan malam.
Adapun maksudnya ialah supaya kita semua giat-giat untuk melakukan ketaatan kepada
Allah.
Wallahu a'lam.

410. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda:

"Dikumpulkanlah sekalian manusia di padang mahsyar pada hari kiamat dengan
telanjang kaki, telanjang tubuh dan tidak berkhitan kemaluannya." Saya bertanya: "Ya
Rasulullah, kalau begitu kaum wanlta dan kaum pria semuanya dapat melihat antara yang
sebagian dengan sebagian yang lainnya." Beliau s.a.w. menjawab: "Hai Aisyah, peristiwa
pada hari itu lebih sangat untuk menjadi perhatian mereka daripada memperhatikan orang
lain."

Dalam riwayat lain disebutkan:
"Peristiwa pada hari itu lebih penting untuk diperhatikan oleh setiap orang - daripada
yang sebagian melihat kepada sebagian yang lain." (Muttafaq 'alaih)
Ghurlan dengan dhammahnya ghain ertinya tidak berkhitan.

242

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

Bab 51

Mengharapkan

Allah Ta'ala berfirman:

"Katakantah, hai hamba-hambaKu yang melampaui batas dalam menceiakakan dirinya sendiri -
yang berlebih-lebihan daiam melakukan kemaksiatan, janganlah engkau semua berputus asa dari
rahmat Allah - yakni dari pengampunanNya, sesungguhnya Allah itu dapat mengampuni segala
macam dosa, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (az-Zumar: 53)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Dan Kami tidak akan memberikan pembalasan, melainkan kepada orang yang sangat keras
kepala." (Saba': 17)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahawa siksaan itu adalah untuk orang yang
mendustakan dan membelakang tidak suka menerima petunjuk Allah." (Thaha: 48)

Juga Allah Ta'ala berfirman:

"Dan rahmatKu melebar - meliputi - segala sesuatu." (al-A'raf: 156)

Keterangan:

Judul dalam bab ini ialah "Mengharapkan", maksudnya mengharapkan agar supaya
kita mendapatkan keridhaan, kerahmatan, kasih sayang serta pengampunan dari Allah Ta'ala.

Seseorang yang mengharapkan sebagaimana di atas itu dari Allah Ta'ala ada kalanya
disertai dengan amal perbuatan yang menyebabkan dapat dikabulkan permohonannya itu
oleh Allah,tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Jadi hanya mengharapkan saja tanpa
berbuat sesuatu yang menyebabkan terkabulnya. Mengharapkan sebagaimana yang tersebut
pertama itu disebut Raja' sedang yang kedua disebut Tamanni.

Secara ringkasnya, apabila kita mengharapkan keselamatan di dunia dan akhirat dan
kita sertai amal perbuatan yang nyata, memenuhi apa-apa yang diperintahkan oleh Allah,
meninggalkan apa-apa yang dilarang olehNya, segala kewajipan yang dibebankan kepada
kita, baik terhadap Allah, maupun terhadap masyarakat kita penuhi maka insya Allah
terkabullah harapan kita dan di akhirat akan kita temui pula pahalanya yakni masuk dalam
syurga. Sebaliknya kalau semua itu tidak kita laksanakan, apalagi jika ditambah dengan
mengerjakan kemungkaran dan kemaksiatan, kemudian mengharapkan pengampunan Allah,
maka jangan diharap akan dikabulkan bahkan sebaliknya, iaitu di dunia hati kita tidak
tenang dan selalu gelisah, sedang azab Allah di akhirat sudah menanti-nantikan iaitu
dilemparkan ke dalam api neraka.

Jadi yang wajib kita lakukan ialah Raja' dan bukannya Tamanni.

411. Dari 'Ubadah bin ash-Shamit r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Allah yang
Maha Esa, tiada sekutu bagiNya,dan bahawasanya Muhammad adalah hambaNya serta
RasulNya, dan bahawasanya Isa adalah hamba Allah dan RasulNya serta kalimatNya
diberikan kepada Maryam - kerana wujudnya itu tanpa ayah, juga sebagai ruh daripadaNya -
kerana dapat menghidupkan orang yang mati dengan izin Allah, menyaksikan pula bahwa

243

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

syurga dan neraka itu benar adanya, maka orang yang sedemikian itu akan dimasukkan oleh
Allah ke dalam syurga sesuai dengan amalan yang dilakukan olehnya."(Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Barangsiapa yang menyaksikan bahawasanya
tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawasanya Muhammad adalah Rasulullah maka Allah
mengharamkan ia masuk neraka."

412. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Allah Azzawajalla berfirman -
dalam Hadis Qudsi: "Barangsiapa yang datang - mengerjakan - kebaikan, maka baginya
adalah pahala sepuluh kali lipatnya atau Aku tambahkan dan barangsiapa yang datang -
melakukan - kejelekan balasannya kejelekan ialah kejelekan yang seperti itu atau Aku
ampunkan dosanya. Barangsiapa yang mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat
padanya sehasta, barangsiapa yang mendekat padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya
sedepa. Barangsiapa yang datang di tempatKu dengan berjalan, maka Aku akan
mendatanginya dengan bergegas-gegas. Barangsiapa yang menemui Aku dengan membawa
kesalahan hampir sepenuh bumi, maka asalkan ia tidak menyekutukan sesuatu denganKu,
tentu Aku akan menemuinya dengan pengampunan sebanyak kesalahan yang dilakukan
olehnya." (Riwayat Muslim)

Makna Hadis di atas ialah barangsiapa yang mendekat kepadaKu dengan melakukan
ketaatan, maka Aku akan mendekatinya dengan memberikan kerahmatanKu, jikalau itu
ditambah oleh orang itu, maka kerahmatan itu pun Kutambahkan. Jikalau seseorang itu
datang padaKu dengan berjalan dan bergegas-gegas dalam melakukan ketaatan padaKu,
maka Aku akan mendatanginya dengan bergegas-gegas pula yakni bahawa Aku akan
menuangkan padanya kerahmatan yang berlimpah-ruah dan Aku mendahuluinya untuk
melakukan itu dan Aku tidak memerlukan supaya ia berjalan terlalu banyak untuk dapat
sampai kepada yang dimaksudkan itu.

Qurabul ardhi dengan dhammahnya qaf dan ada yang mengatakan dengan kasrahnya,
tetapi dengan dhammah adalah lebih shahih dan lebih tersohor, sedang maknanya ialah
sesuatu yang hampir sepenuh bumi. Wallahu a'lam.

413. Dari Jabir r.a., katanya: "Ada seorang A'rab - orang Arab dari pedalaman - datang
kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Ya Rasulullah, apakah dua hal yang mewajibkan itu?"
Beliau s.a.w. menjawab: "Barangsiapa yang mati tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah,
maka masuklah ia dalam syurga - jadi ini yang mewajibkan ia masuk syurga. Sebaliknya
barangsiapa yang mati dan menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka masuklah ia dalam
neraka - jadi ini yang mewajibkan ia masuk neraka." (Riwayat Muslim)

414. Dari Anas r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. dan Mu'az ada di belakangnya sama-
sama menaiki suatu kendaraan. Beliau s.a.w. bersabda: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab:
"Labbaik, ya Rasulullah, wa sa'daik," - ini adalah kata-kata mengiyakan bagi orang Arab yang
amat sopan sekali.

Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab: "Labbaik, ya Rasulullah wa
sa'daik." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab: "Labbaik, ya Rasulullah
wa sa'daik." Tiga kali banyaknya. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hamba
pun yang menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawasanya
Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya, dengan penuh keyakinan dalam hatinya,
melainkan Allah akan mengharamkan orang itu masuk ke dalam neraka." Mu'az berkata: "Ya
Rasulullah, bukankah lebih baik jikalau berita ini saya kabarkan kepada seluruh manusia,

244

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

supaya mereka itu ikut bergembira." Beliau s.a.w. menjawab: "Kalau itu diberitahukan tentu
orang-orang akan hanya bertawakal saja - yakni tanpa beramal ibadat dan merasa akan
selamat dengan ucapan syahadat belaka dan yang sedemikian tentulah salah jadinya. Oleh
sebab itu Mu'az memberitahukan sabda beliau s.a.w. ini sewaktu hendak matinya saja karena
takut berdosa." (Muttafaq 'alaih)

Perkataan Anas r.a.: Ta-atstsuman iaitu takut berdosa kerana menyimpan ilmu ini -
yakni apa-apa yang diterima dari Nabi s.a.w. itu.

415. Dari Abu Hurairah r.a. atau dari Abu Said al-Khudri radhiallahu 'anhuma - yang
merawikan Hadis ini ragu-ragu apakah dari Abu Hurairah atau dari Abu Said, tetapi keragu-
raguan semacam ini tidak membahayakan shahihnya Hadis dalam diri sahabat, sebab semua
itu adalah orang-orang adil, katanya: "Ketika terjadi perang Tabuk, maka orang-orang sama
menderita kelaparan, lalu mereka berkata: "Ya Rasulullah bagaimana andaikata Tuan izinkan
saja kita menyembelih unta-unta kita, kemudian kita dapat bersama-sama makan dan
berminyak - dengan lemaknya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Lakukanlah itu - yakni
sembelihlah." Kemudian datanglah Umar r.a. lalu berkata: "Ya Rasulullah, jikalau Tuan
membolehkan itu dilaksanakan, maka berkuranglah kendaraan yang dapat dinaiki, tetapi
panggillah orang-orang itu dengan membawa sisa-sisa bekalnya sendiri, kemudian berdoalah
kepada Allah untuk mereka agar mendapatkan keberkahan, barangkali Allah akan
memberikan keberkahan dalam makanan mereka." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Ya."
Beliau s.a.w. meminta didatangkan selembar kulit kering kemudian dibeberkannya, lalu
menyuruh orang-orang itu meletakkan sisa-sisa bekalnya. Di situ ada seorang yang datang
dengan membawa segenggam gandum, yang lainnya datang dengan segenggam kurma,
yang lainnya pula dengan sekerat roti, sehingga berkumpullah di atas kulit tadi sekadar
makanan yang amat sedikit. Selanjutnya Rasulullah mendoakan agar makanan itu
mendapatkan keberkahan Allah, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Ambillah itu di masing-masing
wadahmu." Orang-orang sama mengambilnya di wadahnya sendiri-sendiri sehingga tidak
sebuah wadah pun yang mereka tinggalkan di kalangan tentera itu melainkan sudah diisi
penuh-penuh. Mereka dapat makan sampai kenyang dan masih ada sisa kelebihannya.
Seterusnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan
Allah dan bahawasanya saya adalah Rasulullah. Tiada seseorang hamba pun yang menemui
kedua kalimat syahadat itu - setelah matinya nanti, sedangkan ia tidak ragu-ragu, lalu ditolak
dari masuk syurga - maksudnya orang yang diketahui mempunyai keyakinan yang mantap
mengenai dua kalimat syahadat itu, pasti tidak terhalang untuk masuk syurga." (Riwayat
Muslim)

416. Dari 'Itban bin Malik r.a., ia adalah salah seorang yang ikut menyaksikan perang
Badar, katanya: "Saya bersembahyang sebagai imam untuk kaumku iaitu Bani Salim. Antara
tempatku dengan tempat mereka itu dihalang-halangi oleh sebuah lembah yang jikalau
banyak turun hujan, maka sukar saya melaluinya untuk menuju ke masjid mereka itu. Oleh
sebab itu saya datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu saya berkata kepadanya: "Sesungguhnya
saya ini sudah kurang terang penglihatanku dan sesungguhnya lembah yang ada di antara
tempatku dengan tempat kaumku itu mengalir airnya jikalau banyak hujan datang, maka
sukarlah bagiku untuk melaluinya. Jadi saya ingin sekali jikalau Tuan mendatangi tempatku
lalu bersembahyang di suatu tempat di rumahku, yang seterusnya akan saya gunakan
sebagai tempat bersembahyang." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan saya lakukan
permintaanmu itu." Maka besoknya datanglah Rasulullah s.a.w. di tempatku.bersama Abu
Bakar r.a. sesudah tinggi hari - yakni tengah siang. Rasulullah s.a.w. meminta izin masuk lalu

245

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

saya izinkan, tetapi beliau tidak suka duduk sehingga akhirnya berkata: "Di manakah tempat
yang engkau inginkan supaya saya bersembahyang dirumahmu ini?" Saya menunjukkan
pada suatu tempat yang saya inginkan supaya beliau bersembahyang di rumahmu ini?" Saya
menunjukkan pada suatu tempat yang saya inginkan supaya beliau bersembahyang di situ.
Rasulullah s.a.w. lalu berdiri, kemudian bertakbir dan kita berbaris di belakangnya. Beliau
s.a.w. bersembahyang dua rakaat kemudian bersalam dan kitapun bersalam pula ketika
beliau bersalam. Seterusnya beliau s.a.w. saya tahan untuk makan hidangan berupa khazirah
yang sengaja dibuat untuk menghormatinya. Penduduk desa itu sama mendengar
bahawasanya Rasulullah ada di rumahku, Lalu banyaklah orang-orang yang berkumpul dari
para penduduknya itu sehingga banyaklah kaum lelaki di rumahku itu. Kemudian ada
seorang lelaki berkata: "Apakah yang dikerjakan Malik itu, saya tidak mengetahuinya."
Orang lelaki lain berkata: "Ia memang seorang munafik yang tidak cinta kepada Allah dan
RasulNya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Janganlah berkata sedemikian itu. Tidakkah
engkau ketahui bahwa ia mengucapkan La ilaha illallah, yang dengan itu semata-mata
mencari keridhaan Allah Ta'ala?" Orang itu berkata: "Allah dan RasulNya adalah lebih
mengetahui. Adapun kita, maka demi Allah, tidak pernah kita mengetahui akan
kecintaannya dan tidak pula pembicaraannya melainkan condong kepada kaum
munafik saja."Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan untuk
masuk neraka orang yang mengucapkan La ilaha illallah yang dengannya itu ia mencari
semata-mata keridhaan Allah." (Muttafaq 'alaih)

'Itban dengan kasrahnya 'ain muhmalah dan sukunnya ta' mutsannat, yakni bertitik
dua di atas dan sesudahnya itu ada ba' muwahhadah.

Khazirah dengan kha' mu'jamah dan zai ialah tepung yang dimasak dengan lemak.
Adapun tsaba rijalun dengan tsa' mutsallatsah ertinya ialah datang dan berkumpul semua
orang-orang lelaki itu.

417. Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: "Kepada Rasulullah s.a.w.
disampaikanlah tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang wanita dari golongan kaum tawanan
itu berjalan ketika menemukan seorang anak yang juga termasuk dalam kelompok tawanan
tadi. Wanita itu lalu mengambil anak tersebut lalu diletakkannya pada perutnya, kemudian
disusuinya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua dapat mengira-ngirakan
bahawa wanita ini akan sampai hati meletakkan anaknya dalam api?" Kita - yakni para
sahabat - menjawab: "Tidak, demi Allah - maksudnya wanita yang begitu sayang pada
anaknya, tidak mungkin akan sampai meletakkan anaknya dalam api." Selanjutnya beliau
s.a.w. bersabda: "Niscayalah Allah itu lebih kasih sayang kepada sekalian hamba-hambaNya
daripada kasih sayangnya wanita ini kepada anaknya." (Muttafaq 'alaih)

418. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Ketika Allah menciptakan semua makhluk, maka ditulislah olehNya dalam suatu
kitab, maka kitab itu ada di sisiNya di atas 'arasy, yang isinya: Bahawasanya kerahmatanKu
itu dapat mengalahkan kemurkaanKu." Dalam riwayat lain disebutkan: "Telah mengalahkan
kemurkaanKu" dan dalam riwayat lainnya lagi disebutkan: "Telah mendahului
kemurkaanKu." - maksudnya bahwa kerahmatan itu jauh lebih besar daripada
kemurkaanNya. (Muttafaq 'alaih)

Keterangan:

Maksudnya "KerahmatanKu itu mengalahkan atau mendahului kemurkaanKu" itu
ialah bahwa kemurkaan Allah Ta'ala ataupun keridhaanNya itu kembali kepada pengertian

246

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih

iradah yakni kehendak Allah sendiri. Jadi sudah menjadi kehendak Allah bahawa pahala itu
tentulah diberikan kepada orang yang mentaatiNya, sedangkan seseorang hamba Allah yang
memperoleh kemuliaan dari Allah itu bererti mendapatkan keridhaan serta kerahmatanNya.
Sebaliknya jika Allah berkehendak menyiksa orang yang melakukan kemaksiatan itupun
sudah sepatutnya, sedang kehinaan yang diterima oleh manusia semacam itulah yang
dinamakan kemurkaan Allah. Jadi pengertian mendahului dan mengalahkan di sini ialah
kerana banyaknya kerahmatan dan apa saja yang terkandung dalam makna rahmat atau
kasih sayang Allah itu.

419. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Allah menjadikan kerahmatan itu sebanyak seratus bagian, olehNya ditahanlah yang
sembilanpuluh sembilan dan diturunkanlah ke bumi yang satu bagian saja. Maka dari kerahmatan
yang satu bagian itu sekalian makhluk dapat saling sayang-menyayangi, sehingga seekor
binatangpun pasti mengangkat kakinya dari anaknya karena takut kalau akan mengenai - menginjak -
anaknya itu."

Dalam riwayat lain disebutkan:

Sesungguhnya Allah Ta'ala memiliki sebanyak seratus kerahmatan dan olehNya
diturunkanlah satu bagian dari seratus kerahmatan itu untuk diberikan kepada golongan jin, manusia,
binatang dan segala yang merayap. Maka dengan satu kerahmatan itu mereka dapat saling kasih-
mengasihi, dengannya pula dapat sayang menyayangi, bahkan dengannya pula binatang buas itu
menaruh iba hati kepada anaknya. Allah mengakhirkan yang sembilanpuluh sembilan kerahmatan
itu yang dengannya Allah akan merahmati hamba-hambaNya pada hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)

Juga diriwayatkan Hadis seperti itu dari riwayat Salman al-Farisi r.a., katanya: "Rasulullah
s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya Allah itu memiliki seratus kerahmatan, maka di antara seratus itu ada satu
bagian kerahmatan yang dengannya sekalian makhluk dapat saling kasih-mengasihi antara
sesamanya, sedang yang sembilanpuluh sembilan untuk hari kiamat nanti."

Dalam riwayat lain disebutkan:

"Sesungguhnya Allah itu di waktu menciptakan semua langit dan bumi, diciptakan pula
olehNya seratus kerahmatan, setiap kerahmatan itu dapat merupakan tutup yang memenuhi alam di
antara langit dan bumi. 43 Kemudian dari seratus tadi yang satu kerahmatan dijadikan untuk
diletakkan di bumi, maka dengan satu kerahmatan inilah seseorang ibu dapat mengasihi anaknya,
binatang buas dan burung, sebagian kepada setengah yang lainnya. Selanjutnya apabila telah tiba hari
kiamat, Allah akan menyempurnakan dengan kerahmatan ini - yakni dilengkapkan menjadi seratus
penuh."

420. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. dalam suatu riwayat yang diceritakannya
dari Tuhannya yakni Allah Ta'ala sabdanya:

"Jikalau seseorang hamba itu melakukan sesuatu dosa lalu ia berkata: "Ya Allah, ampunilah
dosaku," maka berfirmanlah Allah Tabaraka wa Ta'ala: "HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa,
lalu ia mengerti bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula
memberikan hukuman sebab adanya dosa itu." Kemudian apabila hamba itu mengulangi untuk
berbuat dosa lagi, lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah dosaku," maka Allah Tabaraka wa Ta'ala
berfirman: "HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa lagi, tetapi ia tetap mengetahui bahwa ia
mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab

43 Ini andaikata diperagakan menjadi suatu yang berbentuk sebagai benda, maka karena banyaknya kerahmatan
itu, sehingga dapat memenuhi antara langit dan bumi karena amat besar dan agungnya.

247

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
adanya dosa itu." Seterusnya apabila hamba mengulangi dosa lagi lalu berkata: "Ya Tuhanku,
ampunilah dosaku," maka Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "HambaKu berbuat dosa lagi, tetapi ia
mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan
hukuman sebab adanya dosa itu. Aku telah mengampuni dosa hambaKu itu, maka hendaklah ia
berbuat sekehendak hatinya." (Muttafaq 'alaih)

Firman Allah Ta'ala: Falyaf'al ma-sya'a yakni bolehlah ia mengerjakan sekehendak hatinya itu
maksudnya ialah selama melakukan yang sedemikian itu yakni melakukan dosa lalu segera bertaubat,
maka Aku - Allah - mengampuninya, sebab sesungguhnya taubat itu dapat melenyapkan dosa-dosa
yang sebelumnya.

421. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku
ada di dalam genggaman kekuasaanNya, andaikata engkau semua tidak ada yang melakukan dosa,
niscayalah Allah akan melenyapkan engkau semua, lalu mendatangkan suatu kaum lain yang
melakukan dosa kemudian mereka meminta pengampunan kepada Allah Ta'ala, lalu Allah
mengampuni mereka itu." (Muttafaq 'alaih)

422. Dari Abu Ayyub, yaitu Khalid bin Zaid r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda:

"Andaikata engkau semua tidak ada yang melakukan dosa, niscayalah Allah akan
menciptakan suatu makhluk baru yang melakukan dosa, lalu mereka memohonkan pengampunan
padaNya, kemudian Allah mengampuni mereka itu." (Riwayat Imam Muslim)

423. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Kita semua pada suatu ketika duduk-duduk bersama-
sama Rasulullah s.a.w., juga menyertai kita Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma dalam suatu
kelompok - antara tiga sampai sembilan orang. Kemudian berdirilah Rasulullah s.a.w. meninggalkan
kita semua, tetapi agak lambat datangnya kembali. Kita semua takut kalau-kalau akan terputuskan
dari kita - maksudnya kalau memperoleh bahaya, maka dari itu kita semua menjadi takut dan kitapun
berdiri. Saya - yakni Abu Hurairah r.a. - adalah pertama-tama orang yang merasa takut itu. Maka
keluarlah saya untuk mencari Rasulullah s.a.w., sehingga sampailah saya di suatu dinding milik
orang Anshar - Abu Hurairah lalu menceriterakan Hadis ini yang agak panjang, sehingga pada sabda
Nabi s.a.w., yaitu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pergilah, maka setiap orang yang engkau temui di balik
dinding ini, asalkan ia menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dengan hatinya yang benar-
benar meyakinkan sedemikian itu, maka berilah kabar gembira bahwa ia akan masuk syurga."
(Riwayat Muslim)

424. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w.
membaca firman Allah Azzawajalla mengenai riwayat Nabi Ibrahim a.s., yaitu - yang artinya: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu menyesatkan sebagian besar manusia, maka barangsiapa
yang mengikuti aku, maka sesungguhnya ia adalah termasuk dalam golonganku," sampai akhirnya
ayat. 44 Nabi Isa a.s. - juga diceriterakan dalam firman Allah yang artinya: "Jikalau Engkau - ya Tuhan
- menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hambaMu sendiri dan jikalau
Engkau memberi pengampunan kepada mereka, maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Mulia
lagi Bijaksana. 45 Beliau s.a.w. lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa: "Ya Allah, ummatku,
ummatku," dan terus menangis. Kemudian Allah Azzawajalla berfirman: "Hai Jibril, pergilah ke

44 Lengkapnya ayat di atas ialah: "Dan barangsiapa yang tidak mengikuti aku, maka sesungguhnya Engkau
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Surat Ibrahim 36.

45 Surah al-Maidah, 118.

248

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
Muhammad - dan Tuhanmu sebenarnya adalah lebih mengetahui sebabnya - lalu tanyakan-lah
padanya, apa yang menyebabkan ia menangis?" Nabi s.a.w. didatangioleh Jibril lalu Rasulullah s.a.w.
memberitahukan apa yangj telah diucapkannya, sedangkan Allah adalah lebih Maha Mengetahui.
Kemudian Allah Ta'ala berfirman: "Hai Jibril, pergilah ke Muhammad dan katakanlah:
"Sesungguhnya Kami akan memberikan keridhaan pada ummatmu dan Kami tidak akan membuat
keburukan padamu - yakni membuat engkau menjadi susah." (Riwayat Muslim)

425. Dari Mu'az bin Jabal r.a., katanya: "Saya ada di belakang Nabi s.a.w. ketika menaiki seekor
keledai, lalu beliau s.a.w. bertanya: "Hai Mu'az, adakah engkau tahu, apakah haknya Allah atas
sekalian hambaNya dan apakah haknya hamba-hamba itu atas Allah?" Saya menjawab: "Allah dan
RasulNya adalah lebih mengetahui." Beliau lalu bersabda: "Sesungguhnya haknya Allah atas semua
hamba-hambaNya ialah supaya mereka itu menyembahNya dan tidak menyekutukan sesuatu dengan
Allah, sedang haknya hamba-hamba atas Allah ialah Allah tidak akan menyiksa siapa saja yang tidak
menyekutukan sesuatu dengan Allah itu." Saya lalu berkata: "Bukankah baik sekali jikalau berita
gembira ini saya beritahukan kepada seluruh manusia?" Beliau s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau
mem-beritakan ini kepada mereka sebab mereka nantinya akan menyerah bulat-bulat - tanpa suka
beramal." (Muttafaq 'alaih)

426. Dari Albara'bin 'Azib radhiallahu'anhumadari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Seorang Muslim itu apabila ditanya dalam kubur, maka ia akan menyaksikan bahwasanya
tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa-sanya Muhammad adalah Rasulullah. Yang sedemikian itu
adalah sesuai dengan firmannya Allah Ta'ala - yang artinya: "Allah mem-bertkan ketetapan kepada
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang mantap, baik di dalam kehidupan dunia ini, maupun
dalam akhirat." (Muttafaq 'alaih)

427. Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya orang kafir itu apabila
melakukan sesuatu amal kebaikan, maka dengannya itu ditujukan untuk didapatkannya sesuatu
makanan di dunia - yakni tujuannya semata untuk memperoleh rezeki di dunia saja, sedangkan orang
mu'min, maka sesungguhnya Allah Ta'ala memberikan simpanan untuknya berupa beberapa
kebajikan di akhirat dan diikutkan pula dengan memperoleh rezeki di dunia dengan sebab
ketaatannya."

Dalam riwayat lain disebutkan:
"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang mu'min akan kebaikannya, dengannya itu
akan diberikan rezeki di dunia dan dengannya pula akan diberi balasan baik di akhirat. Adapun
orang kafir, maka ia akan diberi makan - yakni rezeki - dengan kebaikan-kebaikan yang merupakan
hasil amalannya karena Allah Ta'ala di dunia, sehingga apabila ia telah menjadi - yakni memasuki - ke
akhirat, maka sama sekali tidak ada lagi kebaikan baginya yang dapat diberikan balasannya."
(Riwayat Muslim)

428. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perumpamaan shalat-shalat lima
waktu itu adalah seperti sungai yang mengalir secara melimpah-ruah pada pintu rumah seseorang
dari engkau semua. Ia mandi di situ setiap hari lima kali." (Riwayat Muslim)

429. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda:

"Tiada seorang muslimpun yang meninggal dunia, kemudian berdiri untuk menyembahyangi
jenazahnya itu sebanyak empat puluh orang yang semuanya tidak menyekutukan sesuatu dengan
Allah, melainkan Allah akan mengaruniakan syafaat kepada orang yang mati tadi." (Riwayat Muslim)

249


Click to View FlipBook Version