2282 Tafsir Al-Azhar (Juzu' 8)
&,ivll'i11i{2ffi';g) 'ot
'4t',i#t r'v Y :# 3;4'$ W3 "#H^11';;fil,1
W.ll'trcifr)V>
"Telah berpecah'belah Yahudi kepada 77 atau 72 pecahan, dan
berpecah-beloh Nosroni kepada 71 atau 72 pecahan, dan akan berpecah-
belah ummatku kepada 73 pecahan." (Begini bunyi lafaz yang dirawikan oleh
Abu Dawud, dari Abu Hurairah).
Dan satu Hadis lagi, dirawikan oleh Abu Dawud juga, dariHadis Mu'awiyah
begini bunyinya:
:c/$i{Sbt,313$,?6'#*i\fu ,i":,1;rLY$
'*q',6 oA ei *fr#t q'ii{'6 1{e;.' l*;/t r>('J'
"Ketahuilah bahwasanya Rosulullah s.a.w. pernah berdiri di hadapan
kami, lalu berkata: "sesungguh nya dari Ahlul Kitab yang sebelum kamu telah
berpecah-betah 72 agama, dan agama yang inipun akan berpecah-belah pula
menjadi 73. Dan yang 72 okon mosuk neraka dan yang safu okon mosuk
syurgo, yaitu al-Jama'ah."
Dan ada pula tambahan dalam satu riwayat yang lain:
dA,&t4t{.tStyivievA,iqic{#u6;'r6
',t5'9)l:;it:'a2'^4 i;! ( sV,{I^!')
"Don sesungguhnya akan keluar pada ummatku suatu kaum yang
mengiringkan kepada mereka hawanafsu ifu sebogoimana aniing mengiring'
kan tuannya. Tidak ada yang tinggal lagi urat-urat dan tidak pula bagian-
bog'on onggota tubuh, melainkan dimasukinya."
Yaitu anjing yang mengikuti tuannya itu menggigit tuannya, sehingga
menjalarlah segala penyakit anjing itu ke seluruh bagian tubuh orang yang
digigitnya itu.
Surot A[An'am (Ayat 159) 2283
Dan pada sebuah Hadis lain yang dirawikan oleh TermidzidariAbdullah
bin'Amr bin al-'Ash, beginipula bunyinya:
'5!x
A.Y*Y,*\3YJ&iq; ,J6
"Sesungguhnya akan datanglah kepada ummatku sebagaimana yang
telah datang kepada Bani Israil, jejak terompah menuruti jeiak terompah. Dan
bahwa Bani Israil telah terpecah-belah kepada 72 agama, dan akan terpecah'
belah pula ummatku kepada 73 agama, semuanya akan masuk neraka,
kecuali agama satu saja." Lalu mereka bertanya: "Siapakah dia (yang sotu itu)
y a, Rasulull ah?" B eliau j aw ab : " Y aitu b ar angsiapa y ang a da dia me nur uti aku
dan s ahabat - s ahab at ku. "
Demikianlah Hadis tentang perpecahan-perpecahan 71 atau 72 AhlulKitab
dan 73 Ummat Muhammad s.a.w. itu tersebut dalam tafsir-tafsir dan di dalam
kitab-kitab Hadis, dengan berbagai lafaz, dan lagi riwayat lain yang tidak kita
salinkan dalam tafsir yang kecil ini, sebab artinya dalam bahasa kita adalah
sama.
Sekarang, marilah kita bicarakan Hadis-hadis yang dapat menambah jelas
ayat iniuntuk kita fahamkan lebih mendalam. Mula-mula sekali, didalam ayat ini
kita bertemu pengakuan dari Allah dan Rasulsendiribahwa dalam tiap agama
akan terdapat berbagai ragam jalan fikiran. Atau yang disebut Bo'yi.
Imam Malik pernah berkata: "Rasulullah s.a.w. telah meninggal, dan
telah sempurna urusan ini semuanya dan lengkap. Maka yang mestinya kita ikut
ialah jejak yang ditinggalkan oleh Rasulullah s.a.w. dan sekali-kalijangan diikut
Ra'yi (pendapat orang). Karena apabila engkau ikuti pendapat seseorang, akan
datang pulalah seorang yang lain dengan ra'yinya pula, yang lebih kuat ra'yinya
darira'yiengkau, lalu engkau ikutipula. Pada pandanganku halini tidak akan
habis-habisnya."
Yang dimaksud oleh Imam Malik Ro'yi di sini ialah yang bersangkut dengan
sekalian urusan agama, mengenai akidah, ibadah dan halal dan haram. Bukan
yang berkenaan dengan dunia dan kepentingan negara dan siasat dan
pelaksanaan hukum. Sebab dalam hal yang berkenaan dengan urusan-urusan
dunia itu Imam Malik mempunyai suatu ajaran yang bernama Al'Mashalihil
Mursalah yaitu kemuslihatan umum, yang memang jadi tujuan juga oleh
diutusnya Rasul. Sebab itu maka Asy-Syatibi di dalam kitabnyaAll'fishom pada
Bab IX menyatakan bahwa mujtahid yang mempergunakan ijtihadnya di dalam
masalah-masalah ijtihadiyah tidaklah kena oleh ayat ini.
22U Talsir Al'Azhar (Juzu'8)
Tentu saja tidak kena para mujtahid itu oleh ayat ini. Karena kalau mereka
kena, tentu agama menjadi sempit. Padahal dalam perkembangan zaman,
banyaklah timbul soal-soal yang wajib diselesaikan dengan secara ijtihad, yang
di zaman Rasul sendiri sebelum ada. Masalah ijtihadiyah ialah masalah yang
tidak ada Nash padanya, dan belum pernah Ulama yang dahulu, terutama Salaf,
memperbincangkan soal itu.
Ijtihad dalam halfiqh, yang berarti memahamkan agama telah dimulai oleh
Ulama-ulama yang dahulu. sejak sahabat-sahabat sampai kepada Tabi'in dan
Ulama Mutaqaddimin sudah ada ijtihad. Tetapi ulama-ulama yang dahulu itu
selalu mengatakan bahwa pendapat ijtihad merekaadalahZhanni belaka, tidak
pasti dan tidak yakin. Keempat Imam sama saja bunyi seruan mereka, yaitu
pendapat mereka hanya boleh dipakai bila kenyataannya tidak berlawanan
dengan al-Quran dan Hadis. Imam Syafi'i terkenal dengan perkataan beliau:
A-i'r13iqrA?ti)
"Kalau terdapat Hodis yong shahih (benar) maka itulah mazhabku-"
Maka yang menimbulkan perpecahan bukanlah beberapa iitihad, tetapi
apabila suatu hasil ijtihad telah dipegang dengan yakin, dan tidak boleh ditinjau
atau dirubah lagi. Lalu timbulberbagaiMazhab, dan tiap Mazhab mengatakan
bahwa pihak merekalah yang benar. Kadang-kadang ternyata pendapat
seorang Mujtahid itu setelah diselidiki dengan seksama, berbeda dengan
maksud suatu Hadis yang shahih. Hadis shahih itu tidak dipakai orang, karena
orang telah memegang hasil ijtihad imamnya, dengan tak mau beranjak lagi-
Dan ...... timbul perpecahan!
Imam-imam yang berempat tidaklah berselisih. Mereka sendiri hormat
menghormati di dalam pendapat masing-masing dan dapat bertolak ansur.
Tetapi pengikut yang datang di belakang telah pecah, seakan-akan Mazhab
menjadi suatu agama tersendiri, sampai menjadi pembicaraan di dalam
kalangan Mazhab Hanafi, apa bolehkah seorang laki-laki bermazhab Hanafi
kawin dengan seorang perempuan bermazhab Syafi'i. Di negeri Makkah
sendiri, pusat perhimpunan Kiblat Kaum Muslimin, pernah beratus tahun
lamanya terjadi sembahyang berjamaah di Masjidil Haram empat Imam bergeler
di tiap waktu, karena pengikut Mazhab yang ini tidak mau mengikut Imam
Mazhab yang itu, sebab amalan dalam soal furu'ada perbedaan berkecil-kecil.
Barulah pada tahun 1925 setelah negeri Makkah ditaklukkan oleh lbnu Sa'ud,
sembahyang berjamaah di Masjidil Haram dijadikan hanya satu kali di tiap
waktu. Sebelum itu, menurut ceritera orang tua-tua, penganut Mazhab Hanafi
akan duduk saja menganggur seketika jamaah dengan Imam Mazhab lain, dan
mereka baru mau sembahyang setelah Imam mereka tampil ke muka, yaitu
yang paling penghabisan.
Pengetahuan kita tentang pecah-pecahan agama Yahudi tidaklah luas.
Tetapi Nasrani dapat kita ketahui serba sedikit, sebab Zending dan Missi agarr.l
Surat Al-An'am (Ayat 159) 2285
ini berusaha menyebarkan agama mereka. Mereka bukan saja menjadi 7l atau
72 golongan, yang disebut SEI(IE, bahkan golongan Protestan yang memisah-
kan diri dari Katholik saja, tidak kurang dari 200 Sekte, masing-masing
mendakwakan bahwa gereja merekalah yang benar, dan yang lain sudah agama
lain. Sebabitupengikut Sekte Methodis misalnya, tidaklah akan sukamemasuki
gereja Baptis. Apatah lagi orang Katholik akan masuk ke gereja Protestan.
Dalam Islam belumlah sampai separah itu. Tetapi karena kurang hati-hati,
sampailah di Makkah sendiri pada tahun 1925 itu pengikut Mazhab Hanafitidak
mau sembahyang di belakang Imam Mazhab Syafi'i dan demikian pula yang lain.
Syukurlah Raja Abdul Aziz lbnu Sa'ud bertindak menyuruh satukan sem-
bahyang kembali. Maka dengan kenyataan sejarah ini, nyarislah bertemu
ancaman Rasulullah s.a.w. bahwa ummatnya akan mengikutijejak Bani Israil,
terompah atas terompah (setapak demi setapak). Sampai beliau ancamkan
bahwa perpecahan itu bukan lagi mazhab, bahkan telah menjadi Mllah, yang
berarti agama juga. Maka peringatan Rasulullah s.a.w. yang demikian, bukanlah
menerangkan suatu takdir yang mesti diikut, melainkan menyuruh awas jangan
sampai meniru itu. Sebab beliau katakan bahwa yang akan selamat hanya satu,
yaitu yang mengikuti ajaran beliau dan sahabat-sahabat beliau jua.
Sayid Muhammad Rasyid Ridha didalam Tafsirnya mendaftarkan empat
hal yang menyebabkan tirnbulnya perpecah-belahan menjadi golongan-
golongan dalam Islam. Yang setelah kita selidiki ternyata, soal-soal di luar
agamalah yang dibawa ke dalam agama, timbul lo'oshsbub (dengan keras
mempertahankan pendirian) dan timbul pertentangan yang hebat di antara
Islam sesama Islam.
Menurut beliau pokok perpecahan itu ialah:
1. Soal politik dan perebutan kekuasaan.
2. Membela jenis dan keturunan.
3. Pertentangan Mazhab-mazhab dalam soal Ushuldan Furu'.
4. Berkata dalam soal agama memperturutkan Ra'yi.
[-atu beliau tambah lagi dengan sebab kelima, yaitu hasutan musuh-musuh
agama dari antara Kerajaan-kerajaan Islam. Seketika Bani Abbas hendak
merebut kekuasaan dari Bani Umaiyah, Mazhab Syi'ah Ahlul Baitlah yang
dijadikan dasar. Dan seketika terjadi peperangan hebat yang melemahkan
kekuasaan Islam pada abad ketujuhbelas Masehi, di antara Kerajaan Turki
Osmani dengan Kerajaan lran Shafawi, I3n9 lebih dijadikan dasar ialah
pertentangan Mazhab Sunni dengan Syi'ah. Sampai Kerajaan Shafawi men-
jelaskan bahwa mazhab resmi Iran hanya satu, yaitu Syi'ah ltsna'Asyariyah.
Iran dengan Afghanisthan, yang satu keturunan menjadi pecah, sebab
Afghanisthan bermazhab Sunni Hanafi sedang lran bermazhab Syi'ah.
Maka dalam abad ketujuhbelas itu pulalah mulai penjajahan barat
mengembang ke Dunia Islam.
2286 Talsir Al'Azhar (Juzu'8)
Di zaman Kerajaan Bani Abbas kerapkali terjadi perebutan pengaruh
untuk menjadi Qadhi Kerajaan diantara pengikut Hanafi dan Syafi'i. Setelah
Kerajaan Fathimiyah menguasai Mesir, mereka memaksakan Mazhab Syi'ah.
Tetapi setelah Salahudin al-Ayyubi dapat menguasai Mesir kembali, beliau
resmikan lagi Mazhab Syafi'i. Dan setelah naik raja-raja Mameluk (Mamalik),
pernah diangkat empat Qadhisupaya keempat Mazhab dipuaskan.
DiTanah Jawa beberapa puluh tahun yang lalu amat hebat pertentangan di
kalangan saudara-saudara orang Arab yang datang ke Indonesia dalam hal gelar
"Sayid". Orang keturunan Ba'alawi mempertahankan gelar "Sayid" itu, sebab
hanya boleh dipakai oleh keturunan 'Alawi saja. sedang orang Al-lrsyad
berjuang pula agar gelar "sayid" itu jangan hanya boleh dipakaioleh keturunan
'Alawi, melainkan boleh juga dipakai oleh keturunan yang lain. Bertahun-tahun
lamanya timbul dendam yang sangat mendalam di antara kedua belah pihak.
Dan penjajah Belanda "tidak keberatan" campurtangan.
Dan kadang-kadang timbul perselisihan yang membawa perpecah-belahan
karena soal Furu' (ranting) yang membawa juga kepada permusuhan dan
dendam kesumat. Misalnya ketika timbul perselisihan tentang sunnat atau
tidaknya melafazkan niat (Ushalli) seketika hendak memulaisembahyang. Atau
tentang Bid ah tidaknya berdiri (Qiyam) membaca Marhaban seketika mem-
peringati Maulid Nabi Muhammad s.a.w. Atau tentang sunnatkah atau
bid'ahkah membaca Talqin, yaitu mengajarkan beberapa ajaran kepada mayat
sesudah dia dikuburkan. Dan tumbuh juga perpecah-belahan dan bergolong-
golongan seketika memperbincangkan sampaikah atau tidak apabila seorang
membaca Surat Yasin, lalu menghadiahkan pahalanya membaca itu kepada
seseorang yang telah mati.
Disinilah kita berjumpa suatu ujung yang sulit. Kalau soal-soal demikian
tidak dibicarakan, timbullah kebekuan dalam agama, dan terhentilah penye-
lidikan mencari mana yang lebih dekat kepada sunnah, artinya terhentilah
penyelidikan agama secara ilmiah. Tetapi biasanya pula, kalau telah mulai
dibicarakan, timbullah perselisihan, ada yang membantah dan ada yang
mempertahankan. Lalu timbul lo'oshshub. Berkeras mempertahankan suatu
pendirian, baik pendirian mempertahankan atau pendirian merombak. Di
sinilah asal-usul berkaum muda dan berkaum tua. Maka timbullah apa yang
diperingatkan Allah dalam al-Quran dijelaskan oleh Nabidalam Hadis tadi, yaitu
berpecah-belah dan bergolong-golongan.
Tetapi haruslah kita dengan telitidan seksama memahamkan ayat-ayat dan
Hadis-hadis ini. Agama bukan melarang kita membahas dan menyelidiki soal-
soal agama, Ushul dan Furu', Ijtihadiyah dan Khilafiyah' Agama bukan
melarang itu, bahkan menganjurkannya. Sebab kita disuruh berfikir, berfaham
dan mempergunakan akal. Tetapi yang dilarang ialah memaksakan pendapat
sendiri kepada orang lain, atau dengan paksa mempertahankan pendirian
sendiri dan memandang musuh atau lawan terhadap orang lain yang tidak
sefaham. Dan lebih celaka lagikalau perselisihan faham dalam soal-soalyang
Surat Al-An'am (Ayat 159) 2287
demikian sudah dijadikan latar belakang politik, untuk mempertahankan
kedudukan golongan. Apatah lagikalau sudah kafir mengkafirkan.
Di dalam ayat ini Tuhan menjelaskan bahwa Nabi Muhammad tidaklah
masuk ke dalam salah satupun daripada partai atau golongan yang telah
berpecah-belah itu, walaupun masing-masing mempertahankan bahwa mereka-
lah yang paling dekat kepada Nabi. Barulah Nabi masuk kembali kepada
golongan itu apabila mereka telah masuk kembali. Bersatu bukanlah persatuan
faham yang dipaksakan; bersatu ialah hormat menghormatisebab Nabisendiri
di dalam Hadis-hadis yang kita salinkan tadi tetap menyatakan bahwa,
meskipun telah berpecah menjadi 73 partai, namun semuanya itu masih tetap
beliau sebut "ummati" ummatku!
Dalam Sejarah Islam terkenal timbulnya golongan Khawarij, Syi'ah,
Mu'tazilah, Asy'ariyah, Al-Maturidiyah dan golongan yang menamakan dirinya
Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Kalau Ta'ashshub golongan telah memuncak,
masing-masing mengatakan bahwa pihak merekalah yang lebih benar, dan
pihak yang lain adalah salah belaka. Padahal kalau kita analisa secara baru,
dapatlah kita simpulkan bahwa pada tiap-tiap golongan itu ada yang benar dan
ada yang salah. Karena semuanya adalah hasil pendapat. Kalau pintu untuk
bertukar fikiran telah ditutup dengan Ta'ashshub, masih bisalah selalu ada
peninjauan untuk memperbaiki mana yang salah dan menyetujui mana yang
benar. Sebab Nabisendiripun telah bersabda:
^sia*.#'tJg
"Tidaklah akan berkumpul ummatku di atas suatu yang sesot."
Artinya tidak ada golongan yang telah memutuskan bahwa jalan yang akan
mereka tempuh ialah jalan sesat!
Meskipun Syria dan Lebanon itu sama-sama Arab, sama-sama Syam tetapi
oleh karena di Syria lebih banyak penduduk Islam dan Lebanon lebih banyak
penduduk Kristen, maka penjajah Perancis berusaha memecah kedua negeri
ini. Keduanya merdeka, tetapipecah. Dan diLebanon dalam jumlah penduduk
yang I juta itu terdapat 40 persen orang Kristen dan 50 persen orang Islam.
Padahal maksud negara-negara penjajah, terutama Perancis hendak membuat
negara itu bercorak Kristen. Untuk itu dihembuskan perpecahan di antara
golongan-golongan Islam, yaitu Ahlul Sunnah, Syi'ah dan Duruz. Dan oleh
karena pandainya penjajah melakukan jarumnya, merekapun mengakuilah
adanya perpecahan itu. Merasalah golongan Sunni bahwa mereka lain dari
Syi'ah dan Syi'ah lain dari Duruz. Karena mereka berpecah, maka golongan
yang terbesar ialah yang 40 persen, bukan yang 60 persen.
Penjajah Perancis di negeri-negeri Islam Afrika Utara (Tunisia, Marokko
dan Aljazair) pun menanamkan pula perpecahan di antara golongan Arab
dengan golongan Barbar. Dengan jalan demikian pula mereka dapat dijajah.
2288 Talsir Al'Azhar (Juzu'8)
Beratus tahun di antara Persia (lran) dengan Arab bermusuhan karena
berlainan Mazhab. Tetapi pada tahun 193l seketika terjadi Kongres Islam di
Palestina, Ulama-ulama Ahlus Sunnah telah mempersilahkan Mujahid Mazhab
Syi'ah yang terkenal dari Najaf (lrak) menjadilmam sembahyang berjamaah,
yaitu Maulana Al-Kasyif Al-Ghitha'. Padahal seketika perselisihan diperdalam,
Ahlus Sunnah amat keberatan menjadi ma'mum terhadap Syi'ah.
Hal yang luarbiasa ini telah terjadi sebab pemuka-pemuka Islam itu telah
insaf bahwa tangan lainlah yang memecahkan mereka. Bukan mereka yang
pecah.
Contoh kecil dalam hal itu pernah juga terjadidi Indonesia ini. Sayid Alibin
Abdulrrahman Al-Habsyi Kwitang pernah menjadi Imam sembahyang Idul
Fithri di tanah lapang, padahal pada pendapat beliau lebih baik (afdhal) di mesjid
saja. Almarhum Kiyai H.A. Wahid Hasyim pernah juga di tahun 1950 menjadi
Imam shalat'led ditanah lapang Gambir Jakarta. Tetapi setelah perselisihan
golongan diperhebat kembalidiantara yang afdhal ke tanah lapang dan yang
afdhalke mesjid saja, pernah kejadian berkali-kali (seumpama pernah kejadian
di Tegal) bahwa ada orang sembahyang di dalam mesjid dengan Imam dan
Khathibnya sendiri, padahal tanah lapang (alon-alon) itu adalah di hadapan
mesjid. Memang diTanah Jawa, alon-alon adalah dimuka mesjid. Tentu kita
dapat mengatakan bahwa kalau misalnya Nabi kita Muhammad s.a.w. hidup,
tentu beliau tidak akan ikut pada kedua sembayang itu. Karena kedua pihak
sama mengerti pendapat masing-masing dan dapat dimusyawaratkan dengan
baik, kalau tidak ada Ta'ashshub, atau dengan keras mempertahankan
golongan.
Maka Sabda Nabi tentang 73 pecahan dan golongan itu, hanya satu yang
masuk syurga yaitu yang masuk Al-Jama'ah, atau yang berpegang pada yang
aku bersama sahabat memegangnya, dapatlah tiap-tiap golongan mendabik
dada mengatakan bAhwa kamilah golongan yang satu itu, dan yang lain salah
semuanya. Sehingga perpecahan bertambah hebat. Sebab si manusia sendiri
telah menentukan syurga hanya monopoli kepunyaan golongannya. Tetapi
kalau Hadis ini difahamkan kembali dengan seksama, niscaya tiap-tiap golongan
itu akan sama-sama berusaha mencari manakah amalan yang diridhai oleh
Allah dan Rasul supaya dia masuk syurga. Bukan berlomba menyalah golongan
lain, melainkan tiap-tiap golongan berlomba membuat amalan yang lebih baik.
Pedoman initelah dlberikan Allah pula didalam Surat al-Hujurat (Surat 49 ayat
11). Yaitu supaya suatu kaum jangan menghina kaum yang lain, dan segolongan
perempuan jangan menghina golongan perempuan yang lain, karena mungkin
pada yang dihinakan itu ada amalannya yang lebih baik daripada amalan si
penghina itu.
Lantaran kita kaum Muslimin yang datang di belakang inipun karena
meninjau kembali beberapa keterangan daripada orang-orang dahulu yang
banyak membicarakan soal 73 partai ini. Seumpama lbnu Hazmin dalam'At
Foshl"atau as-safarani didalam kitab ?qridohnya, bahwa Amir Syakib Arsalan
sendiri didalam komentarnya atas kitab "Hodhirul'Alamillslomy"pun menuruti
Surat Al-An'am (Ayat 159) 2289
cara itu. Yaitu ketika menerangkan 73 golongan dalam Islam lalu disebut:
Golongan Syi'ah itu terdiri dari Syi'ah Itsna'Asyariyah, Syi'ah Isma'iliyah, Syi,ah
Qaramithah, Kaisaniyah, Zaidiyah dan lain-lain. Adapun Mu'tazitah itu terdiri
dari........ lalu dihitung pula beberapa pecahannya. Adapun Khawarij itu terdiri
dari Hururiyah dan Ibadiyah dan ........ lalu didaftarkan pula beberapa nama,
sehingga semuanya jadi berjumlah 72. Lalu diterangkan bahwa Ahli sunnah wal
Jama'ah ialah ini! Padahalorang Syi'ah membuat pula daftar demikian dan pada
penutupnya mereka mengatakan pula bahwa yang benar hanya satu, yaitu
Mazhab AhlulBait.
Moga-moga berdekatlah faham penulis tafsir inidengan kebenaran. Pada
pendapat Penulis jika Rasulullah s.a.w. menyebut bahwa ummatnya akan
berpecah menjadi 73 golongan, artinya ialah akan terdapat banyak sekati
persimpang-siuran fikiran. Kita teringat bahwa di dalam pemakaian bahasa
Arab, yang berlaku juga dalam al-Quran, bahwa kalimat tujuh atau tujuhpuluh
adalah menunjukkan banyak, bukan berartitepat tujuhpuluh buah, oleh karena
ini bukan kelompok, hanyalah penggolongan fikiran, maka jalan fikiran yang
banyak bersimpang-siur itu bisa sesat semua, keucali mana yang berpegang
teguh kepada apa yang dipegang Rasulullah s.a.w. dan sahabat-sahabatnya.
Oleh sebab itu, supaya fikiran kita yang banyak simpang-siurnya itu jangan
membawa kesesatan hendaklah masing-masing kita selalu berusaha mendekati
mana yang sesuai dengan kehendak Rasulullah s.a.w. Maka kita pakailah akal,
ijtihad Mashalihil Mursalah, Qiyas,lstihsan dan sebagainya, dengan demikian
kita mengharapkan selalu moga-moga hasil yang kita usahakan itu sesuailah
hendaknya dengan kehendak Allah dan Rasul. Dan kalau kita beroleh pendapat
yang baru, lalu menurut pendapat kita apa yang dipegang oleh golongan lain
adalah salah, janganlah dengan terburu nafsu kita menyalahkannya. Karena
barangkali penyelidikannya belum sampai kepada apa yang kita selidiki. Dan
jika ada orang yang menyatakan pendapat baru, kita jangan pula lekas marah.
Karena kerapkali yang menghalangi kita menerima kebenaran baru itu
bukanlah karena benarnya apa yang kita pegang, melainkan karena tiap-tiap
manusia itu menurut Ilmu Jiwa amat berat bercerai dari kebiasaannya.
Dan masing-masing kita memperdalam Iman dan memperbanyak amal.
Dan masing-masing kita tidak merasa golongan tersendiri. Tetapi masing-
masing kita sadar bahwa Nabikita Muhammad s.a.w. tetap mengatakan bahwa
kita semuanya ini adalah "Ummati" ummatku semua. Maka tersebutlah di
ujung ayat: "Lain tidak perkara mereka itu, kepada Allahlah. Kemudian Dia
akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan." (ujung ayat
15e).
Membaca ujung ayat ini setiap kita Muslimin, yang telah disebut oleh Rasul
Ummati, ummatku. Berusahalah berbuat baik, bukan fanatik, bukan me-
nyalahkan orang lain lalu mendabik dada mau benar sendiri. Bukan memper-
tebal pertentangan dan bukan memp€runcing golongan dan sekali-kali tidak
memisah dariagama. Moga-moga di hadapan Allah kita menerima perhitungan
yang baik, bukan ummat yang menjadibiang keladidaripada perpecahan yang
22gO Talsir Al'Azhar (Juzu'|)
telah menyebabkan Islam menjadimundur dan penjajahan asing telah masuk
karena kelemahan kita.
Marilah kita hormati kebebasan fikiran, biarpun sampai lebih daripada 73
macam, asal semuanya bukan mendakwakan dia yang paling benar, melainkan
semuanya berusaha mencari yang lebih benar. Berpadu dan bersatu, bertolong-
tolongan, mempertahankan kemerdekaan agama dan tanahair, menolak
penjajahan dan menentang segala campurtangan asing yang akan merusak
binasakan Quwwah yang ada dalam Islam.
Memecah-belah Agama Di Zaman Moden
segala yang kita curai paparkan di atas itu, adalah hasilpenyelidikan atas
buah fitiran ahli-ahli tafsir yang telah terdahulu. Tetapi di zaman moden ini
timbul lagi keadaan-keadaan baru yang membawa pecah-belahnya kekuatan
Islam, secara baru pula. Orang bukan lagi berpecah-belah kepada Mazhab di
dalam agama atau firqah-firqah yang terkenal, yang menimbulkan nama
Mu.tazilah, Khawarij, Syi'ah, Murji'ah, dan sebagainya, yang telah tersebut
namanya dalam sejarah perkembangan fikiran Islam. Karena meskipun timbul
dan Firqah dalam Islam, perselisihan hanya terjadi dalam suasana
Mazhab
sesama sendiri, dalam melakukan taat kepada Allah. Misalnya di antara
ketaatan memegang yang tertulis, yaitu Mazhab Salaf dan kebebasan memakai
fikiran, yaitu Mu'tazilah.
Banyak terdapat aliran Filsafat, baik mengenai urusan kenegaraan, atau
ekonomi atau kemasyarakatan. Terdapat berbagai faham dan ajaran dengan
berbagai nama. Seumpama Sosialisme, Komunisme, Liberalisme, Pragmatisme,
Demokrasi dan sebagainya. orang-orang yang masih mengakui beragama
Islam tetapi tidak mengkaji sedalam-dalamnya ajaran Islam sendiri lalu me-
minjam atau mempertahankan ideologi-ideologi yang lain itu dan meninggalkan
Syariat Islam sendiri. Mereka mengambil sosiolisme sebagai dasar dari negara
mereka, karena dunia sekarang katanya sedang diliputi oleh faham sosialisme'
Bahkan ada di antara peniru itu yang berkata bahwa ajaran Islam tidak sesuai
lagi dengan zaman. Ajaran Islam hanya sesuai dengan masyarakat Arab' tidak
colok dengan masyarakat kita. Padahalsosialisme yang mereka ambilalih dari
ajaran orang lain itu terpaksa juga kadang-kadang mereka sesuoikon dengan
iklim negeri mereka sendiri.
Maka dengan sendirinya mereka berpecah-belah dari Agama Islam, dan
pindah demikian saja kepada ajaran lain. Padahalajaran lain itu hanya buatan
manusia yang bisa berubah karena perubahan ruang dan perubahan waktu.
Ada pula yang mengakui bahwa beberapa ajaran dariideologi lain itu sesuoi
dengan titum. Otet sebab ajaran itu sesuai dengan Islam' mereka tinggalkan
Islair itu sendiridan mereka pilih ajaran lain itu. Padahal kalau mereka berfikir
sihat, kalau memang ajaran lain itu ada sebahagian yang sesuai dengan Islam,
mengapa tidak Islam saja mereka pertahankan dan perlengkapi mana yang
Surat Al-An'am (Ayat 160) 2D1
kurang dari segi pelaksanaan? Dan itulah sebabnya maka kerapkali terdapat
seorang Islam yang taat mengerjakan sembahyang lima waktu, padahal mereka
mempertahankan Nosionalisme yang sempit. Itu pula sebabnya maka ada
Ulama yang berpidato di muka umum dengan mengemukakan beberapa ayat
dan Hadis Nabiuntuk membela Sosialisme atau Komunisme.
Islam adalah satu ajaran yang datang darilangit, mengandung Syariat dan
Ibadat, Mu'amalat (kemasyarakatan) dan kenegaraan. Semuanya datang dari
satu sumber, yaitu Tauhid, kepercayaan kepada Allah. Dia tidak boleh dipreteli,
misalnya dijalankan sembahyangnya saja, tetapi kenegaraan diambildariajaran
lain. Dituruti aturan nikah kawinnya saja, padahal ajaran ekonominya di-
kesampingkan. Apabila ada keyakinan bahwa ada ajaran lain untuk mengatur
masyarakat yang lebih baik dari Islam, kafirlah orangnya, walaupun dia masih
sembahyang.
Bahaya yang menimpa Islam sekarang, ialah bahwa penganutnya sendiri
meninggalkan ajarannya, lalu memakai ajaran lain. Mencela dan mengatakan
Islam tidak sesuai dengan Zaman Moden, namun orang-orang itu masih juga
mengakui dirinya orang Islam. Mereka berpecah-belah dari agamanya dan
membentuk kelompok sendirididalam mengekor kepada faham lain.
Kemudian datanglah lanjutan ayat, memberikan penghargaan yang tinggi
terhadap amal dan perbuatan yang baik.
"Dan borangsiopo yang datang dengan satu kebajikan, maka untuknyo
adalah sepuluh kali ganda." (pangkal ayat 160).
Sesudah menerangkan perpecah-belahan yang membawa timbulnya
golongan-golongan, Allah menerangkan bahwa Rasulullah s.a.w. tidaklah
masuk kepada salah satu golongan manapun. Masing-masing diri dalam masing-
masing golongan bertanggungjawab sendiri tentang pendiriannya di hadapan
Allah, dan Allah kelak akan menerangkan duduk perkara yang sebenarnya
sejelas-jelasnya. Sekarang dengan ayat ini diperintahkan kita masing-masing
memperbanyak berbuat baik. Buktikanlah pendirian yang diyakini kebaikannya
dengan amalan yang baik pula.
Artinya ialah barangsiapa yang datang kepada Tuhannya di Hari Kiamat
dengan sifat-sifat yang baik, yang telah dicapkan pada dirinya oleh imannya,
dibuktikan pula iman itu dengan amal yang shalih, maka dia akan mendapat
ganjaran, atau pahala atau balasan dari sisi Allah dengan sepuluh ganda
kebaikan. Satu dia berbuat baik, sepuluh ganda gantinya dari Allah. Sebab
kesudian berbuat amal yang baik ialah dari sebab di dalam jiwa sendiri memang
telah tertanam keinginan berbuat baik.
Pada umumnya kita bertemu, baik didalam al-Quran ataupun penjelasandi
dalam Hadis bahwa suatu kebaikan akan dibalas sepuluh kali ganda. Tetapi
tersebut di dalam Surat al-Baqarah (Surat 2 ayat 261), bahwa orang yang
menafkahkan hartanya pada jalan Allah adalah seumpama menanam satu benih
biji, yang bertangkaitujuh dan tiap-tiap satu tangkaiberbuah seratus, menjadi
2n2 Talsir Al'Azhar (Juzu'8)
satu bijiyang ditanam akan memberikan hasil 700 buah biji lagi. Dan selanjutnya
diterangkan bahwa Allah akan melipat-gandakan lagi bagi siapa yang di-
kehendakiNya. Dan di dalam surat al-Baqarah juga ayat 245,dan di dalam
al-Hadid (Surat 57 ayat 11), dan Surat al-Taghabun (Surat 64 ayat 17) terdapat
keterangan yang sama bahwa barangsiapa yang sudi meminjami Allah dengan
pinjaman yang baik, Allah berjanjiakan membayarnya kembaliberlipat ganda.
Maka apabila dipertemukan ketiga macam ayat ini, kita mendapat kesimpulan
bahwasanya seorang yang berbuat suatu kebaikan, maka sek urang-kurangnya
dia akan mendapat balasan dari Tuhan Allah sepuluh ganda. Dan ke atasnya
sampai berlipat ganda bahkan sampai sangat banyak. Sebab perkataan dari 700
adalah arti daripada sangat banyaknya ganda yang akan diberikan Allah. Sebab
cara orang menafkahkan hartabenda itu memang bertingkat-tingkat pula.
Keikhlasan memberi, menjaga perasaan yang diberi, kadang-kadang diberikan
dengan rahasia, bukan karena ingin cari nama, atau memulai terlebih dahulu
mengeluarkan harta supaya dituruti oleh teman yang lain, lepas dari meng-
harapkan balasan di belakang hari. Semuanya itu ada tingkatnya. Kadang-
kadang seorang yang kurang mampu, tetapi oleh karena ikhlasnya diberikannya
agak banyak jika dibandingkan dengan kekuatannya yang terbatas itu. Niscaya
dL akan mendapat pahala lebih besar dariorang kaya-raya yang memberikan di
bawah dari kepatutan menilik kepada kekayaannya.
Misalnya ada seorang yang kekayaannya hanya satu juta, lalu dia mem-
berikan duaratus ribu. Tentu pahala orang ini lebih besar daripada orang yang
kekayaannya seratus juta, sedang dia hanya memberi satu juta. Meskipun pada
jumlah nampak di lahir, lebih banyak satu juta daripada duaratus ribu. Dalam
salah satu perlombaan mengeluarkan harta guna membelanjai Jalan Allah, Abu
Bakar pernah memberikan seluruh hartabendanya dan Umar memberikan
separuh dari kekayaannYa.
Uang sepuluh rupiah di tangan seorang fakir-miskin jauh lebih mahal
harganya daripada uang satu juta di tangan seorang yang Multi Millioner. Kalau
si miskin memberikan uang sepuluh rupiah itu untuk Jalan Allah, artinya dia
memberikan sepiring nasi yang akan dimakannya. sedang orang kaya yang
memberikan satu juta belum berarti apa-apa jika dibandingkan dengan yang
tinggal dalam tangannya. Memberikan harta dengan hati gembira untuk
membangunkan kebajikan, baik di dalam keadaan miskin atau keadaan
mampu, karena mengharapkan balasannya di akhirat, lebih baik daripada
mengeluarkan sambil.bersungut dalam hati, meskipun di muka kelihatan manis
juga. Namun batas paling sedikit daripada ganjaran yang akan diberikan Allah
ialah satu dibalas sepuluh. Dan ke atasnya tidaklah ada batasnya, entah
tujuhratus entah lebih. Sebab itu ketika sampai di akhirat untuk menerima
balasan itu, segala orang akan ditimpa oleh penyesalan, walau dia orang yang
dermawan sekalipun. Melihat pergandaan pahala yang diterima, mereka akan
menyesal, mengapa hanya sekian aku memberi dahulunya, sedang aku
sanggup memberi lebih, padahal begini besar ganjaran yang diterima lantaran
pengurbanan yang aku berikan dahulu itu.
Surat Al-An'am (Ayat 160) 2293
Dan datanglah sambungan ayat: "Dan barangsiopo yang datang dengan
satu kejahatan, maka tidaklah dia akan diganjari, melainkan seumpamanya.,,
Artinya, barangslapa yang datang diakhirat menghadap Tuhan dengan sifat-
sifat jahat yang telah tertanam dalam diri orang karena kufur atau berbuat
perbuatan-perbuatan keji dan munkar, maka ganjaran siksaan yang akan
diterimanya adalah setimpaldengan kejahatannya itu sebab sudah sewajarnya-
lah bahwasanya suatu kejahatan meninggalkan bekas yang buruk dalam jiwa,
maka itulah yang akan dibalasidengan adiloleh Allah. "sedong mereka tidaktah
akan dianiayo." (ujung ayat 160).
Artinya, suatu kejahatan tidaklah dibalas dengan sepuluh kaliganda siksa.
suatu kejahatan yang mestinya menerima hukuman 10 tahun misalnya,
tidaklah akan ditambah darisepuluh tahun menjadiduapuluh tahun atau lebih.
Dan orang yang tidak terang salahnya tidaklah akan dihukum. Maka ayat ini
memberikan kejelasan benar bagi kita bahwasanya sifat Rahman dan Rahim
Tuhan Allah lebih berpokok daripada sikap murkaNya. Dan sifat adilNya
adalah penyempurna belaka daripada sifat Rahman dan RahimNya.
Maka dapatlah difahamkan lagi ayat inisetelah diikutidengan merenung-
kan sebuah Hadis yang dirawikan oleh Bukhari daripada Abu Hurairah.
Menceriterakan perintah Allah kepada Malaikat-malaikat yang mencatat
amalan makhluk:
Y{3"}a1{,6JK>$'\i{"'}A3Q*',9(;\,n;t'J5
(ryirtl*-,-)l
"Berkata Allah: "Apabila berkehendak hambaKu okan mengamalkan
suatu amalan yang jahat, maka janganlah kamu tuliskan itu atasnya sebelum
dia kerjakan. Maka kalau mereka kerjakan juga, tuliskanlah atasnya se-
umpamanya. Dan jika ditinggalkannya karena Aku, tuliskanlahbuatnya satu .
kebaikan. Dan jika dia hendak mengerjakan sofu kebaikan, tetapibelum jadi
dikerjakannya, tuliskan jugalah untuknya satu kebaikan. Tetapi jikalongsung
dikerjakannya, tuliskan jugalah untuknya sepuluh kali lipat sompoi tujuhratus
kali lipt."
(16f) Katakanlah: "Sesungguhnya aku * .rl - -, u .. 2. i ,2
telah diberipetunjuk akan daku
oleh Tuhanku kepada jalan yang !'r.)L -.i r4'r^,rL,t;
lurus. Agama yang teguh, agama z> zi- y'z .l
-'r.Ljtru, yEt+:ti^:-../- /. ./ / /
2294 Talsir Al-Azhar (Juzu'B)
Ibrahim yang jujur, dan tidaklah c# aspti
dia itu dari orang-orang yang
musyrikin."
(162) Katakanlah: "sesungguhnya 4G;G6; S/; ei;'y
sembahyangku, ibadatku, hidup-
ku dan matiku adalah karena
Allah, Tuhan sarwa sekalian
alam."
(163) Tidak ada sekutu bagiNya; dan J2e=tloUz97z,l-.,L,.4r.\Fd...:)e ,alcl,-r"t Y
. . ),.
begitulah aku diperintah. Dan Irr&',r) .. nJt*rJ ll
d -'..
aku adalah yang mula pertama I
menyerah diri.
:t *t I3 z -)- l.
( 164) Katakanlah: "Apakah yang selain
Allah akan aku harapkan menjadi zG ,f
Tuhan? Padahal Dialah Tuhan grlr:L.1s, Jy-,7tl/t-.,27,,
daritiap-tiap sesuatu? Dan tidak-
lah mengusahakan tiap-tiap diri '{; et.+'ly,f i ,Ct;
melainkan untuk dirinyalah. Dan ,, .,r. zt z
tidaklah akan menanggung se- i,sst.t
y."{ti,#'+;L, f tig;t t)sL-, z il'.,1
orang penanggung akan tang- .Jl
gungan orang lain. Kemudian,
kepada Tuhan kamulah tempat iriw
kamu kembali. Maka Dialah yang
akan memberitakan kepada
kamu tentang apa yang telah
pernah kamu perselisihkan."
(165) Dan Dialah yang telah menjadi- glv 4b 5r'. // >l zzz i-zlz
kan kamu Khalifah Bumi, dan oll-.-.
telah dia angkatkan setengah q" oi fu&:d,,J>.-l:
u2 .rz .l.ra )-.
kamu atas yang setengah bebe-
(f 4t EI z azc..')- rL7t;?,v,-v/ >l-zl-2.
rapa derajat. Untuk menguji .&Ub;i;tpt ,,,. iL,a i,=Vl
kamu pada apa-apa yang telah
Dia datangkan kepada kamu.
Sesungguhnya Tuhan engkau itu
sangat cepat siksaanNya dan se-
sungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun, lagi Penyayang.
Surat Al-An'am (Ayat 161) 2n5
Pendirian Yong Tegas
Sejak daripada ayat 150 dan sampai ayat 160, mulailah Surat al-An'am
mendekati akhirnya. Yaitu Surat yang diturunkan sekaligus dalam satu malam
seketika masih zaman Makkah itu. Isinya, sebagaimana telah kita ketahui,
sebahagian besar adalah ajakan, seruan dan da'wah kepada kaum musyrikin
dengan berbagaimacam dalildan cara. Tetapi setelah dia akan sampaikepada
akhirnya, diberikanlah bimbingan kepada ummat yang beriman seluruhnya
supaya meneruskan perjuangan ini, menegakkan Tauhid sebagai pokok
kepercayaan kepada Allah dan mengikut Rasul. Lalu diberiperingatan bahaya
perpecahan, sehingga ditegaskan bahwasanya mulai satu langkah saja menuju
kepada perpecah-belahan telah disebut memecah agama dan hidup bergolong-
golongan. Maka diperingatkanlah kepada ummat tadi, bahwa Rasul Allah
tidaklah masuk ke dalam salah satupun daripada tiap-tiap yang telah membuat
golongan sendiri-sendiri itu. Barulah mereka akan kembali ke dalam kebenaran
apabila kembali kepada Jalan Rasul yang satu itu. Rasul tetap dalam jalan itu,
selangkahpun dia tidak menyeleweng. Hadis mengatakan bahwa walaupun
sampai 73 golongan, yang akan selamat hanya satu, yaitu yang kembali kepada
apa yang dipegang oleh Rasuldan sahabat-sahabatnya. Sebab itu maka segala
yang telah berpecah, sadarlah akan hal itu dan kembalilah kepada jalan Rasul.
Moga-moga semua akan bertemu kembali. Dan segala-galanya itu, berapa
banyak yang kembali dan berapa langkah pula kekembalian itu, semuanya akan
dipertanggungfawabkan di hadapan Tuhan kelak. Maka ayat 159 membuka
pintu supaya berpacu berbuat yang baik atau menanamkan sifat-sifat yang baik
dalam diri, sebab satu kebaikan akan diberi ganjaran sepuluh ganda, bahkan
sampai tujuhratus ganda. Dan sifat-sifat atau perbuatan yang salah akan
mendapat ganjaran pula dengan yang setimpal dan yang adil.
Dengan kedua ayat ini, ummat yang beriman sudah diberijalan. Bahagialah
mereka jika jalan itu mereka turuti. Allah Maha Tahu bahwasanya dasar dan
niat baiklah yang lebih asli dalam jiwa manusia. Kejahatan hanyalah dorongan
nafsu yang mendatang.
Sekarang sampailah Surat kepada akhir penutupnya. Dipenutup ini Rasul
disuruh mengatakan sikapnya di dalam memimpin ummat. Sikap tegas yang
diikut oleh ummat.
"Katakanlah: Sesungguhnya aku, telah diberi petunjuk akan daku oleh
Tuhanku kepada jalan yang lurus." (pangkal ayat 161). Ini memperjelas lagi
bunyi ayat 153 di atas. Hanya satu Jalan itu, yang selainnya adalah jalan
bersimpang-siur, bukan Jalan Tuhan, tetapi jalan-jalan syaitan. Dan memper-
jelas lagi ayat 159 di atas tadi, yaitu akan berpecah-belah dari agama
barangsiapa yang menyeleweng darijalan itu lalu membuat golongan-golongan,
yang Rasuldisuruh menegaskan bahwa beliau tidak masuk ke dalam golongan
yang manapun, sebab beliau tetap pada jalan yang lurus yang telah ditentukan
2D6 Tafsir Al-Azlnr (Juat'8)
Alhh kepadanya itu. Jalan yang lurus itu ialah: '?goma yang fqguh," yakni
tegak dan tetap. Tidak berkisar ke kanan dan ke kin. "Agama lbrahim yang
jujur." Yang lurus dan tidak condong ke mana-mana hanya tetap tujuannya
kepada Tuhan: "Dan tidaklah dia itu dari orang-orang wng musyrikin-" (uiung
ayat 161).
Dengan keterangan ujung ayat ini, jelaslah bahwa jalan yang ditempuh oleh
Nabi Muhammad s.a.w. ini bukanlah ialan yang baru dibuat, melainkan jalan
yang satu itu saja, jalan agama lbrahim. Sebab jalan yang lurus dan yang satu itu,
tidaklah akan berubah-rubah selama-lamanya, dan tidaklah lbrahim itu orang
yang mempersekutukan yang lain dengan Allah, tidaklah dia memperhamba-
kan dirinya kepada benda.
Jalan yang lurus, agama yang teguh, agama yang jujur dari Ibrahim itu, ialah
percaya kepada Allah Yang Maha Esa, dan Istiqamah, artinya tidak bergeser
walaupun serambut daripada pendirian itu. Dan ikhlas, bersih ke luar dan ke
dalam, sehingga isi hati dapat dilihat pada seri waiah. Kepercayaan yang teguh
kepadaNya, menyebabkan beribadat hanya semata-mata kepadaNya pula.
Pokok ajaran ini dinamai: Millatulbrahim, Agama Nabi lbrahim. Sebab segala
ajaran Rasul-rasul yang datang sebelum lbrahim atau sesudahnya, pokok ajaran
yang mereka baura hanya inti ajaran Ibrahim itu juga. Cara melakukan lbadat
bisaberbeda, itulah yangdinamai syariat, namun yangakandiibadati tidakakan
berubah-rubah selamalamanya, yaitu Allah Yang Tunggal itu jua. Dtegaskan
dalam ayat ini bahwa Ibrahim itu sekali-kali tidak pernah mempersekutukan
yang lain dengan Allah. Dan dengan mengemukakan bahwa yang dijalankan
oleh Muhammad s.a.w. ini tidak lain daripada Agama lbrahim, terpanggillah
kembali Ahlul Kitab dan Musyrikin Quraisy. Karena kedua pihaknya tidak ada
yang ingkar akan keutamaan lbrahim, baik sebagai nenek ataupun sebagai
dasar dari agama yang mereka peluk, yang sudah banyak tambahan-
tambahannya dan bid'ahnya. Yang sudah menjadi bergolong{olongan sampai
7l atau 73 golongan itu.
Selain daripada ayat ini, banyaklah kita bertemu bahwa pokok agama yang
dibawa Rasul-rasul umumnya dan Muhammad s.a.w. khususnya ialah Agama
Ibrahim ini. Kita bertemu ini di dalam surat an-Nahl (Surat 16 ayat 120) yang di
sana Ibrahim sampai dibahasakan sebagai "*orang ummat" dan di ayat 123
dijelaskan lasi kepada Rasul bahua dia diberi Wahyu ialah supaya mengikuti
Agama lbrahim itu; dan kitapun akan bertemu lagi siapa lbrahim di dalam Surat
al-Hai (Surat 221 dan Surat yang memakai ruunanya sendiri, Surat lbrahim,
(Surat 14), demikian juga di Surat al-Baqarah dan Ali Imran, dan banyak lagi
Surat yang lainnya, yang kalau kita pelajari dengan seksama, akan bertambah
mengertilah kita apa tujuan dari ajaran Muhammad s.a.w. dan mengerti pula
betapa. hebat perlawanan Musa dan Harun kepada Fir'aun karena menentang
memperfuhan manusia.
"Katakanlah-' "Sesungguhnya *mbahyangku, ibadatku, hidupku dan
motiku, adalah karena Allah, Tulun xrntxr sekolion alam-" (ayat 1@).
Surat Al-An'am (Agnt 162-16it) 297
Setelah di ayat yang dahulu itu dijelaskan bahwa Allahlah ss[agai
pemusatan Iman untuk menegakkan Akidah, maka di ayat ini dijelaskan lagi
lanjutan iman kepada Allah itu dengan kesatuan tujuan ibadat kepadaNya pula.
sebab kita telah wrcaya bahwa Dia Esa, maka kita sotukan pula ibadat kita
kepadaNya. Nabi Muhammad s.a.w. mempelopori ibadat itu. sebab itu disuruh
beliau menyatakan dengan tegas bahwa sembahyang beliau hanya karena Allah
dan untuk Allah.
Pertama *mbahyang. Karena inilah pokok. Tanda percaya kepadaNya
dan tanda cinta kepadaNya, diri sedia selalu menghadapNya. Bila datang
panggilan, maka di saat itu juga aku hadir. Allah Maha Elesar, Allah Maha Besar!
Yang lain kecil dan remeh belaka. Kemudian itu ialah lbadatku semuanya. Di
sini disebut nusukr', yang diartikan pada umumnya untuk sekalian ibadat.
Sedangkan pangkal pokok arti dipakai untuk penyembelihan kurban ketika
mengerjakan Haji untuk Allah- Kemudian itu dipakai untuk pekerjaan Flaji itu
sendiri. Maka ke manapun hendak dipakai maknanya, namun fujuannya hanya
satu, yaitu baik ketika aku menyembelih kurban ataupun seketika aku Wuquf di
'Arafah atau Tawaf keliling Ka'bah atau Sa'i (berjalan) di antara Shafa dan
Marwah, ataupun yang lain, semuanya aku kerjakan karena Allah, untuk Allah.
Bahkan bukan itu saja, hidupku inipun dan matikupun untuk Allah, karena
Allah. semuanya itu aku serahkan kepada Tuhanku, Allah. Tuhan dari sarura
sekalian alam ini. Tidak dua, tidak berbilang, hanya SATU.
Dengan s€genap kesadaran hidupku ini aku kurbankan untuk mencapa.i
ridhaNya dan dengan s€genap kesadaran puh aku bersedia bila saja datang
panggilan maut, buat menghadap hadratNya.
"Tidak ada sekufu bogiNyo. " (pangkal ayat f6).Tiadaberserikat yang lain
dengan Dia di dalam menguasai, mengatur dan memelihara alam ini. "Dsn
begitulah oku diprintah." Sehingga jika sekiranya orang bertanya kepadaku,
mengapa engkau sembahyang, mengapa engkau bernusuk (beribadat), aku
akan menjawab teqas: 'Sebab begitulah yang diperintahkan Tuhanku itu
kepadaku." Dan sekiranya ada orang bertanlra gurn apa engkau hidup, akupun
akan menjawab: "Aku diperintahkan Tuhan hidup buat menyembahNya!" Dan
jika orang bertanya untuk siapa engkau bersedia mati, kalau Allah meminta
pengurbanan jiwamu, sebagai tanda kasihmu akan Allah? Akupun akan
menjawab: "Aku bersedia mati untuk Allah!" Dan aku tidak takut menghadapi
maut, sebab aku dengan demikian akan pulang kepada Allah. "Don o ku adalah
yang mulo prtama menyerah diri" (ujung ayat 163).
Sifat-sifat Ketuhanan Allah sudah terang dan nyata, jalan lurus menuju-
Nyapun sudah terang. Teranglah bahura Dia Esa dalam seluruh kekuasaanNya.
Sebab itu kepadaNyalah tiap-tiap orang yang berfikiran waras akan menyerah-
kan dirinya. Dan bebas merdeka tiaptiap orang yang berfikiran waras daripada
pengaruh yang lain. Sebab yang lain itu adalah alam belaka, makhluk belaka dan
benda belaka.
=...-
2n8 Talsir Al'Azhar (Juzu'8)
Diriku ini ingin bebas, ingin merdeka darisegala benda itu, lalu menyerah
kepada Dia, Allah Yang Esa itu. Menyerah diriitulah yang disebut Muslim, dan
penyerahan diri itulah yang disebut ISLAM. DisiniMuhammad s.a.w. disuruh
rhenegaskan bahwa di dalam menentukan langkah penyerahan yang sekarang
ini, adalah beliau orang yang pertama. Beliau yang berjalan di muka sekali, di
dalam perjalanan menuju menyerah dirikepada Allah, dan yang lain, kalau mau
selamat ikutilah dia.
Dan ini pulalah tuntunan tegas kepada manusia seluruhnya supaya mari
bersama-sama menempuh jalan menyerah diri kepada Allah itu, menjadi
MUSLIMIN. Sebab beliau bukan hanya mengajak dan menyuruh, tetapi
berjalan di muka sekali, menjadi orang pertama, menjadi Imam yang akan
dicontoh diteladan.
Ucapan yang diajarkan Tuhan kepada Rasululah s.a.w. ini, adalah inti sejati
Tauhid, tawakkal yang sempurna kepada Allah, dalam tiap gerak jantung dan
gerak hidup. Setiap ibadat, sejak dari sembahyang, puasa, zakat dan naik haji,
i"Inuunyu untuk Allah. Hidup dan matidiserahkan kepada Allah. Kehidupan
yang nyata dan kehiduapn dalam cita, samasekali meyakinkan penyerahan
yang bulat kepada Allah dan keridhaan m.enerima ketentuanNya'
Dipangkal ayat dijelaskan "Katakan!" Artinya ialah bahwa ucapan iniyaitu
bakal hidup, Tauhid yang sejati dan pengabdian yang sempurna, semuanya
hanya kepada Allah Rabbul'Alamin. Timbulucapan yang demikian ialah karena
hati telah sampai kepada puncak keyakinan bahwa yang menjaga memelihara,
yang melindungidan menentukan hanya Allah saja. Ditegaskan lagibahwa Dia
iidat bersekutu dengan yang tain. Laa syarikalohu. Tidak ada sekutu bagiNya.
Dan segala yang aku kerjakan ini, aku kerjakan sebab demikian aku diperintah-
kan. Dan untuk buktinya, akupun tampil ke muka, aku orang yang pertama.
Dan segala akibat dari pengakuanku ini, walau mati sekalipun aku sudi
menerimanya.
Dalam satu doa iftitah pembukaan sembahyang, sebelum kita membaca
al-Fatihah, Nabipun mengajarkan agar kita ummatnya membaca pula ayat ini.
Kita sebagai ummat Nabi hendaklah meniru Nabididalam segala langkahnya,
agar sampai ke akhirat kelakpun kita tetap di dalam rombongan yang
mlngiringkannya. Kitapun disuruh Islom yang kamil, menyerah yang sepenuh'
nya menjabdikan diri, beribadat kepada Allah. Dan kita diperintah mengerjakan
ibadat menurut yang dicontohkan oleh Rasul, maka kitapun taat. Sami'nawa
otho'na. Kami dengar dan kami patuhi!
Ayat ini dilanjutkan lagi dengan penegasan lain, sebagai tantangan kepada
orang yang masih ragu-ragu atas pendirian ini'
"Katakanlah: Apakah yong selain Alloh akan aku harapkan meniadi
Tuhan? Padahal Dialah Tuhan dari tiap-tiap sesuotu?'(pangkal ayat 164).
Katakanlah. Supaya manusia-manusia yang menentangmu itu tidak ragu'
ragu dan tidak meraba-raba lagi tentang bagaimana pendirianmu yang se-
benarnya.
Surat Al-An'am (Ayat 164) 2n9
Apakah aku akan mempertuhan berhala? Padahal berhala itu dijadikan
oleh manusia daripada kayu atau daripada batu, sedang bahan kayu dan batu
itu datang dari Allah juga?
Apakah aku akan mempertuhan Malaikat, padahal Malaikat tidak bisa
bergerak kalau tidak Allah mengizinkan? Apakah kepada sesama manusia aku
akan bertuhan, padahal asal-usul kejadian manusia itupun sama dengan asal-
usul kejadianku sendiri?
Apakah aku akan mengharap selain Allah menjadi Tuhan, padahalhanya
Allah yang menentukan nasibku, yang menjamin hidupku, yang membuat aku
bisa tegak didunia inidan Dia pula yang menentukan haridepanku.
Apakah aku mengharapkan yang selain Allah menjadi Tuhan, padahal
seluruh alam ini,langit dan bumiiniadalah dalam genggamanNya, dan aku tidak
ada arti apa-apa dalam kebesaran alam itu.
Kalau segala sesuatu itu, sejak dari berhala dan patung sampai kepada
malaikat dan sesama manusia, baru ada karena diadakan Allah, dan akan
lenyap kalau Allah hendak melenyapkan, mengapa ke sana aku hendak
menyerahkan nasibku? Demikianpun orang Nasrani, mereka percaya bahwa
Lahut yaitu Tuhan Pencipta ialah Allah, tetapimereka katakan bahwa Almasih
di dalam keadaan Nosufnya, yang berarti kemanusiaannya, Hulul atau
menjelma Lahut ke dalam Nasut itu, sehingga menyembah Almasih bagi
mereka ialah menyembah Allah juga. Maka dengan ini Nabi Muhammad s.a.w.
telah memberikan pimpinan yang tegas bagikita bahwa itupun tidak mungkin.
Kalau sekiranya Allah menjelma ke dalam Almasih Nasut, Almasih manusia,
maka di kala Dia menjelma itu tentunya Allah tidak ada di tempat lain, tetapi
terkurung di tempat terbatas sehingga Allah Maha Pengatur langit dan bumi,
bintang-bintang, bulan dan matahari, diperkecil lalu dimasukkan ke dalam
tubuh manusia. Dan ketika dia disalib, sebagairangkaian darikepercayaan itu,
payahlah buat menyelesaikan fikiran, apakah ketika itu Allah masih Hulul
menjelma dalam tubuh Isa atau telah meninggalkan Isa. Dan kalau dikatakan
bahwa Dia telah pergi dari dalam tubuhnya itu, sebagai dibuktikan dengan
perkataan yang dikatakan Almasih: "Ya, Tuhanku, ya Tuhanku, mengapa
engkau tinggalkan daku," maka teranglah bahwa yang disalib itu adalah
manusia, bukan Tuhan. Dan memang sejak semula, sampai wafatnya, bahkan
sampai sekarang setelah tubuhnya tak ada lagi, memanglah Almasih itu
manusia, bukan Tuhan. Dan Tuhan dari Almasih itu adalah Allah.
Sebagai akibat daripada pernyataan keyakinan hidup itu, bahwa ibadat
sembahyang dan ibadat yang lain, bahkan hidup dan mati semuanya tertuju
kepada SATU jurusan, yaitu ALLAH yang tidak bersekutu dengan yang lain,
Allah yang MAHA KUASAatas seluruh alam, dan sebagaiakibat puladaripada
lanjutan kepercayaan bahwa tidak suatupun yang diharap-harapkan hendak
dijadikan Tuhan buat disembah, sebab yang mencipta seluruh alam ini hanya
Allah; dan sebagai akibat dari semuanya itu jelaslah bahwa Diri Peribadi ini
bebas dari segala pengaruh. Tidak ada tempat takut melainkan Allah, bahkan
tidak ada yanglain tempat bertanggungjawab atas segala amal yang diamalkan,
2W Tdsir Al-Azhar (Juzu'&)
usaha yang diusahakan, melainkan Allah. Dosaku tidak orang lain yang akan
menanggung, sebaliknya dosa orang lainpun tidak ada yang akan menanggung.
Masing-masing kita langsung bertanggungiawab kepada $llah. Dan itulah
penjelasan lanjutan aYat.
" Dan tidaklah akan menangpng srrrrang wnanggung okan fonggungan
oranglain." Kalau aku bersalah, yang akan menanggung kesalahanku itu, yang
akan bertanggungiawab ialah aku sendiri di hadapan Allah. Tanggungan dosaku
tidaklah akan ditanggung oleh orang lain. Dalam menyelesaikan suatu ke-
salahan, aku akan berhadapan langsung dengan Allah. Tidaklah ada s€orang
malaikat, atau seorang guru, atau seorang Nabi yang akan menjadi penanggung
dari dosaku. Terutama terhadap Nabi Isa Almasih a.s. jikalau ada yang berbuat
dosa sepuas-puas hatiku, lalu Almasih yang akan menebus dosaku itu dengan
dirinya sendiri, tidaklah mungkin. Aku yang membuat suatu beban berat,
tidaklah Almasih yang mesti memikulnya. Dan tidak berhala, dan tidak patung,
dan tidak pastor, dan tidak tuan syekh yang berkubur pada satu pekuburan.
Dengan ini teranglah bahwa Akidah Tauhid itu, yaitu mempercayai bahwa Allah
itu Esa adanya, lalu beribadat kepadaNya saia, mempunyai ekor yang lain hgi,
yaitu tanggungiawab tiap-tiap peribadi tentang dosa, hanya kepadaNya yang
SATU itu juga-
,,Kemudian, kepada Tuhan kamulah tempt kamu kembali - Mako Dialah
yang akan memberitakon kepo.da kamu tentang aW yang telah pemah kamu
pritXit t on.,, (ujung ayat 164). Art!y1, akan kembalilah kamu kepadaNya
saia di hari akhirat itu, sesudah melalui hidup dunia ini- Kembali kepadaNya
saia, tidak kepada yang lain. waktu ituhh diberitahukan kepadamu dengan
hidup di dunia yang telah menjadi berselisih
-iekla-"srrUuukti kesalahanmu seketika Ada yang menyembah berhala dan macam-
banyak yang disembah-
rnu.u- p,rli berhalanya. Ada yang menyembah gunung, ada yang menyembah
Isa Almasih, ada yang menyembah Budha Gauthama, menyembah matahari,
bulan, bintang dan bahkan ada yang menyembah kemaluan ayahnya- Pada
Allah sendiri j,r"lutr kiranya segala keputusan, dan batallah segala yang kamu
sembah selain dari DLA itu.
Dengan ayat ini, terutama yang menerangkan bahwa seorang tidak akan
--u"enrrntuukrbrgeogtriak,rnangtgyhaabndegiabhtaenlpaahthaamnlgaagtbiu,anmcgaeaannnjaoodl-riFaponetgrihcoulahminaa,ltaadhua, SptiuadrtaloakthYadodasifianghudanaamnnksyaeanb. aAbgpaaaihntwayhaa
lagi sotofush-sholihin pun tidak pula meninggalkan contoh yang dapat ditiru
dJam amalan seperti ini. Sekarang kebiasaan tambahan itu telah merata di
mana-rn:rna. Dan kalau dicari dari mana asal mulanya menurut ilmiah,
sebagaimana tuntutan kepada orang Quraisy tentang binatang larangan dan
ladang larangan pada ayat l4il dan f44 di atas tadi, akan payah pula orang
mencari dasarnya.
Kita baca misalnya surat Yasin atau al-Fatihah atau Tahlil- Kita mengharap
moga-moga Allah me-mberi kita pahala pembacaan itu. Soal pahala adalah soal
Kurnia Allah, meniadi soal yang ghaib- Bukan sebagai suatu kwitansi yang
Surat Al-An'am (Atpt 764) 2il1
terang diterima dengan tangan. lalu pahala itu kita hadiahkan kepada orang
yang telah rnati.
Sudah terangkah pahala itu ada di tangan kita? Dan siapakah yang akan
menyampaikan hadiah pahala itu kepada si mati? Mscaya kita mengharap
supaya Allah juga yang memberikan kepada si mati itu bukan? Maka setelah
pahala yang telah kita terima itu kita minta tolong kepada Allah menghadiah-
kannya, masihkah kita berpahala juga? Kalau memang perbuatan ini berasal
dari agama, alangkah s€nangnya orang yang telah mati itu. Selalu dikirimi
pahala oleh orang yang hidup, yaitu pahala "hangat-hangat", yang baru
diterimanya sendiri dari Allah, sedang orang yang telah mati itu tidak ada
memikul kewajiban lagi, buat mengamalkan suatu amalan. Dan kalau ini
diselesaikan benar-benar dengan fikiran tenang, niscaya orang yang lalai-hlai
beragama di kala hidup tidaklah merasa bahwa salahnya berat. Sebab setelah
dia mati dia selalu akan dapat kirirrnn "pahala" dari saudaranya, ya,ng
diusahakan oleh saudaranya itu sendiri.
Yang terang sebagai Sunnah dan teladan dari Rasulullah s.a.w. hanyalah
mendoakan kepada Allah, moga-moga Muslimin dan Muslimat, yang hidup atau
yang mati diberi rahmat, kumia dan kelapangan oleh Allah. Berdoa demikian
memang berpahala, dan pahalanya itu adalah untuk yang berdoa. Adapun doa
itu dikabulkan atau tidak oleh Allah, terserahlah kepada Allah sendiri. Ini sangat
jauh bedanya dengan membaca Surat Yasin, lalu dapat pahala dan pahala itu
dikirim kepada si mati, untuk dia-
Masih adakah hubungan orang yang telah mati dengan orang yang masih
hidup? Tentu masih ada, kalau orang yang telah mati itu meninqgalkan amalan
yang terus-menerus akan diterima hasilnya setelah dia mati. Jadi bukan dia
menerima kiriman hasil amalan orang lain, melainkan amalnya sendiri juga. Ini
dijelaskan oleh Hadis yang dirawikan oleh Muslim, Abu Dawud, Termidzi dan
an-Nasa'i dari Abu Hurairah. Demikian bunyinya:
EdPJLv,3L lcQla.VLt?,jgJy$$tct2bl-$21\V:1s23,')f(,,/b-l).r(r.4r..J-i1Vr!,rll)(,,D{tr'ttitt/r,4r.:t'sc/ v'${t,51
*Apbila mati seorang Anak Adam, putuslah amalnya, kecuali daiyang
tiga: Yaitu *dekah Jariyah, Ilmu yang diambil orarry manf aotnya dari dia, dan
Anak yang shalih yang mendoakannyru-"
Ketiganya ini adalah amal orang itu sendiri seketika dia hidup. setelah dia
mati, amal itu masih tinggal dan berkembang, dan dia menerima hasilnya saja.
Sedekah Jariyah, yaitu sedekah yang dapat diambil orang faedahnya berlama
masa, seumpama kebun wakaf atau menggali sumur, atau mewakafkan tanah
untuk mesjid dan lain-lain. Ilmu yang bermanfaat, selama masih ilmu itu
berkembang, niscaya dia akan menerirna hasilnya juga. sudah hancur badan-
nya dalam kubur, namun jasanya dengan ilmu yang ditinqgalkannya itu masih
2302 Tolsir Al-Azhor (Juzu'$)
dirasaiorang. Seumpa-ma Thomas Alva Edison mendapat ilmu tentang Lampu
Listrik. Maka selama faedah Listrik itu masih dipakai orang di dunia ini, sampai
menyambungsuara Khutbah Jum'at dari Hari Raya Islam, Thomas Alva Edison
masih menerima pahala jasanya. (Jika amalnya disertaiiman. Corr).
Dan anak yang shalih ialah berkat didikan si ayah juga, yang setelah matisi
ayah masih menerima doanya. Dia akan selalu mendoakan kepada Allah, ya
Tuhanku, beri rahmatlah ayah bundaku yang telah wafat itu. Dia diberipahala
oleh Allah karena mendoakan ayah bundanya, dengan tidak usah mengirimkan
pahala itu kepada ayah bundanya, sebab Tuhan sendirilah yang akan melapangi
ayah bundanya jika doa anak itu dikabulkan.
Dan sebuah Hadis lagi, yang menganjurkan berjasa diwaktu hidup untuk
diterima hasilnya setelah meninggal dunia:
k i;*,it fu;t'U; SU, 3u &i\ o{ d( i,J
r*'V,i4:;":J&g'W!jiYk {g9, +,'+rjJi;'Jl#,'^:ay?UAJ'SJAYA *,il;;*51b"t;l
( -,^), j €tL, J<tiJr ot2.) +{r',t1.t
"Daripada Anas bin Malik r.a. berkata dia, berkata Rasululah s.o.tu..'
"Adalah tujuh perkara yang akan mengalir pahalanya untuk seorang hamba
Allah, padahal dia sudoh di dalam kuburnya sesudoh matinya. Yaitu
barangsiapa yang mengajarkan suatu ilmu, atau memperluas sungai, atau
menggali sumur, atalt menanamakan pohon korma, atau membangun sebuah
mesjid, atau mewariskon sebuah Mashhal al-Quran atau meninggalkan
seorang anak yang memohonkan ampunan Tuhan untuknya sesudoh mati'
nya."
Oleh sebab itu, selain dari mengajarkan ilmu yang berfaedah, mengeruk
sungai supaya perahu-perahu yang berlayar di atasnya tidak kandas, atau
membuat tanggul untuk membagi-bagikan air sungai bagi mengairi sawah lebih
luas, adalah termasuk Amal Jariyah juga. Apatah lagi menggalikan sumur untuk
orang minum, atau menanamkan pohon-pohon di pinggir jalan yang buahnya
bisa menghilangkan dahaga orang yang lalu lintas pun termasuk AmalJariyah.
Isi Hadis ini telah memperluas apa yang dimaksud dengan AmalJariyah,
yang hosilnya tetap akan diterima, walaupun seseorang telah tinggaltulang di
dalam kubur.
Dan adakah lagi amal yang lain yang masih dapat diterima oleh seorang
yang telah matiatau hasilnya sesudah dia mati?
Masih ada. Yaitu sebagai yang disebutkan oleh sabda NabiMuhammad
s.a.w. yang dirawikan oleh Muslim dariJarir bin AbdilMalik al-Bajali:
Surat Al-An'am (Ayat 164) 2303
#tfu'U*;p l;,-G- -:u,*16Vn,,u.:MV- ,:;AJi'V'NA'JLfi"h\^eVi;.vfv,r\v)3:{('ltttiqAtu;:.*re'1r3is.Pf.12'rat_1Q'r;C*),o3'|1,\)t'',4G*3"t?(/,,iry:>t,".t4A/VLv?,'-ti4.>,;L\'Jftr:r-tt)/$'U|bUrq/e),,r;fQ:;&,z;*t-3,*l''/")',-U,(1.i".,11.
t ulNtst)t t 12 &.t; 7V't2)
"Barangsiapa yong menjejakkan di dalam Islom sesuo tu jejak yangbaik,
maka untuk dialah pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya,
dengon tidak okan dikurangi dari pahala mereko yanglain itu sedikitpun. Dan
barangsiapa yang menjejakkan dalam Islam akan satu jejak yang buruk,
adalah atasnya dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya dan tidak
dikurangi (pula) dari dosa mereka yang lain itu sedikitpun."
Jejak yang baik ialah meninggalkan contoh yang baik dan bermanfaat, yaitu
membuka jalan baru yang dahulu belum dikenal, sehingga mencapaiyang lebih
maju. Bukan menambah-nambah agama yang telah ada dan cukup, melainkan
menambah jalan buat melancarkannya. Seumpama mendapat alat pencetak,
sehingga al-Quran dan kitab-kitab agama dapat disebarkan lebih banyak.
Karena dia mendapat jalan baru itu, dia mendapat pahala. Dan selama orang
Iain menuruti jejaknya itu, orang yang menuruti dapat pahala dan diapun tetap
dapat pahala juga. Sebaliknya orang yang membuat contoh jalan baru yang
buruk, yang jahat, supaya orang datang memuja kepada kubur itu, dia
mendapat kepala doso sebab dia yang memulai. Dan selama manusia masih
berduyun datang memuja kubur itu, yang memuja itu berdosa dan yang
memulai perbuatan itu dahulunya masih tetap menerima dosanya, walaupun
dia sudah lama mati.
Dengan kedua Hadis ini kita mendapat pengetahuan bahwa meskipun
orang telah meninggal dunia, masih ada jalan buat dia menerima juga pahala
terus-terusan, dari amalnya di waktu hidup, bukan dengan meminta kepada
orang lain membaca Tohlilatau al-Fatihah atau Surof Yosin,lalu supaya orang
lain itu sudipula menghadiahkan pahala membaca itu kepadanya. Sebab cara
yang demikian terlalu berbelit-belit jalannya dan tidak dijamin akan sampai.
Sebab ayat-ayat terlalu banyak mengatakan bahwa tiap-tiap orang akan
bertanggungjawab langsung kepada Allah, diperiksa tentang dosa dan pahala-
nya, walaupun yang sebesar-besar zarrahpun akan diperlihatkan dan akan
dipertimbangkan dihadapannya. Tidak ada ayat atau Hadis yang menyebutkan
bahwa kalau ada datang kiriman pahalo dari dunia, beberapa daftar dosa itu
akan dihapuskan oleh Allah. Sedang dengan menanam AmalJariyah, ilmu yang
memberi manfaat dan doa anak yang shalih, memang ada jaminan dari Hadis
Rasulullah s.a.w. yang shahih, dan bisa dikerjakan pada masa hidup inijuga.
Demikian pula Hadis tentang Sunnoh yang baik dan sunnah yang buruk tadi.
23M Tafsir Al-Azhar (Juzu'8)
Semuanya akan terus menerima pahala, walaupun telah hancur tulang di dalam
kubur. Seumpama Kiyai H.A. Dahlan Pendiri Perserikatan Muhammadiyah dan
Kiyai Hasyim 'Asy'ari Pendiri Nahdhatul Ulama, maka selama kedua per-
gerakan Islam itu masih mengembangkan sayap amalnya yang baik di Indonesia
ini, menurut Hadis ini beliau-beliau itu masih tetap menerima pahala daribekas
Sunnah yang baik yang beliau-beliau tinggalkan itu. Dan Imam Ghazali akan
masih tetap menerima pahala selama kitab-kitab karangan beliau masih
dipelajari orang. Dan di atas dari itu semuanya, Nabi kita Muhammad s.a.w.
yang telah meninggal 13 setengah abadyang lalu, masih tetap menerima pahala
yang baik dari bekas usaha beliau, selama shalawat dan salam terhadap diri
beliau masih terdengar di permukaan bumi ini. Sebab yang beliau terima ialah
bekas amalan beliau tatkala hidup, yang berpanjang-panjang bekasnya itu
sampai ke akhir zaman.
Akhir penutup Surat ini ialah:
"Don Dialah yang telah menjadikan kamu Khalilah Bumi, don telah Dia
angkatkan setengah kamu atas yang setengah beberapa derajot-" (pangkal
ayat 165).
Arti Khalifah ialah Pengganti atau Penyambung. Ayat ini telah diartikan
dengan dua macam. Pertama, kamu wahai insan telah diangkat oleh Allah
menjadiKhalifahNya dalam bumiini. Untuk tafsiran yang seperti inilebih baik
dipakai kalimat aslinya saja, yaitu Khalifah. Karena sukar memberinya arti
dalam bahasa Indonesia atau Melayu. Sebab, sebagaimana telah kita ketahui di
dalam Surat al-Baqarah, Allah telah menjadikan Adam menjadiKhalifahNya di
bumi. Maka manusia turunan Adam inipun mengikutilah akan jejak neneknya
itu, meneruskan menerima Khalifah Allah di bumi ini. Atau tafsiran yang kedua,
Ummat Muhammad ini menjadi khalifah daripada ummat-ummat yang telah
lalu. Jadi bukan Khalifah Allah, melainkan pengganti tugas nenek-moyang atau
penyambung usaha orang dahulu-dahulu. Tugas menjadi Khalifah ialah me-
ramaikan bumi, memeras akal budi buat mencipta, berusaha, mencari dan
menambah ilmu dan membangun, berkemajuan dan berkebudayaan, mengatur
siasat negeridan bangsa dan benua. Maka didalam memikulkewajiban menjadi
Khalifah itu ditakdirkanlah bahwa derajat manusia tidak sama, sebab yang
setengah dilebihkan dariyang lain. Ada yang pintar, ada yang bodoh, ada yang
kuat dan ada yang lemah, ada yang mulia, ada yang hina, ada yang menjadi
penguasa, ada yang menjadi rakyat jelata. "Untuk menguii kamu pada apa'apa
yang telah Dia datangkan kepada kamu." Artinya, sesungguhnya derajat
manusia tidak sama, namun seluruh manusia diberi akal dan diberi pula
petunjuk dengan agama, diutus Rasul-rasulditurunkan kitab-kitab. Bagaimana
perbedaan nasib tadi menjadi ujianlah tentang kesanggupan manusia itu melalui
hidup masing-masing. Didalam perjuangan hidup didunia, yang pintar supaya
memimpin yang bodoh, yang kuat supaya membela yang lemah. Namun pada
sisi Allah yang mulia ialah barangsiapa yang lebih takwa kepadaNya. Yang
tahan menderita dan bersyukur jika dapat untung. Dan sampaidiakhirat kelak
Surat Al-An'am (Ayat 165) 2gN
manusiapun akan mendapat ganjaran sesuai dengan niat dan amalnya, dengan
iman atau kufurnya, dengan tauhid atau syiriknya.
Malia dalam ayat ini bertemulah kita kembali intisari dari rauhid. Bahwa-
sanya seluruh manusia dalam sifat kemanusiaannya adalah sama tugasnya,
sama'sama Khalifah. Baik Khalifah Allah menurut tafsir yang pertama, atau
Khalifah dari ummat yang dahulu sebagai tafsiran yang kedua. Dengan
demikian maka seluruh manusia itu terjadilangsung
dan berhubungan langsung dengan Allah, Tidak amdaen,u,orruatnkgehteenngdaahk,,AylaLnhg,
membatas di antara manusia dengan Allah. perbedaan nasib boleh diteiimi
sebagai suatu kenyataan, tetapi bukan berarti bahwa orang disuruh bermalas-
malas. Sebab selain dariketentuan Maha Raya dariAllah, namun pada tiap-tiap
peribadi insan itu ada tersimpan suatu alat pemberian Allah untuk bekil
hidupnya, yaitu kesadaran hidup yang timbuldariakalnya.
Meskipun ada orang pandai dan ada orang bodoh, namun keduanya sama-
sama makhluk Allah. Perbedaan keadaan, pertingkatan derajat di antara
manusia adalah ujian semata-mata, bukan buat lemah dan melempem, melain-
kan buat diatasi. Kalau bukan buat diatasi, tidaklah insan akan dinamaiKhalifah
Bumi. Di dalam al-Quran, kita selalu bertemu ayat-ayat yang mengandung
Ibtilaa', walanobluwannakum, walaqad fatonno, sesungguhnya akan Kami uji
kamu, sesungguhnya telah Kami cobai kamu. Dengan ujian dan cobaan itu
menanglah siapa yang sabar dan syukur, yang gigih dan tidak mengenal
putusasa. Dan dalam melaksanakan tugas jadi Khalifah itu, umurpun sampai,
kitapun matidan kembali ke Hadhrat Allah, mempertanggungiawabkan usaha
kita sebagai Khalifah. Maka bersabdalah ruhan sebagai penutup ayat dan
penutup Surat:
"Sesungguhnya Tuhan engkau itu sangat cepof siksoonNyo dan se-
sungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,lagi Penyayang. " (ujung ayat 165).
Di dalam keadaan yang berbagai ragam itu hendakrah kita manusia
melaksanakan kewajiban yang dipikulkan Allah dengan sebaik-baiknya. Biar-
pun derajat hidup berbeda-beda, yang seorang menjadi petani, yang seorang
menjadi saudagar, yang satu lagi menjadi Jendral, yang lain menjadi pemegang
kekuasaan tertinggi di dalam satu Negara, dan yang lain lagi hanya menjadi
sopir pembawa mobil, namun segala kewajiban hidup yang bermacam-macam
itu hendaklah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. sebab meskipun tidak
sama coraknya, namun semuanya itu hanyalah semata-mata pelaksanaan
belaka daripada tugas yang asal, menjadi Khalifah bumi. Tempat bertanggung-
jawab tiap-tiap orang dengan berbagai rona kehidupan itu ialah Allah. Kalau
sekiranya seseorang tidak melakukan kewajibannya dengan baik, berdosalah
dia dihadapan Allah dan akan segeralah dia menerima siksaan Tuhan. Tetapi
kalau misalnya dia bersalah, Ialu dia sadar akan kesalahannya itu dan segera
diperbaikinya, niscaya akan diampuni Allah dosanya, sebab Alrah Maha
Pengampun, dan akan ditunjuki Allah dia jalan, sebab Allah Maha penyayang.
Dia tidak senang jika hambaNya sesat.
I
23C6 Talsir Al-Azhar (Juzu'$)
Dengan ayat ini kita mendapat faham yang sedalam-dalamnya bahwatiap-
tiap kita wajib ridha menerima wajah hidup yang telah ditakdirkan Tuhan buat
kita, dan diwajibkan pula menjalankan peranan kita dengan setia'
Diibaratkan tiap-tiap kita iniseumpama anak-anak sandiwara yang bermainl
menjalankan lakon masing-masing di atas pentas kehidupan. Ada yang,
membawakan lakon raja, menjadi menterifimenjadi khadam, menjadi Jendral"
menjadi perajurit, menjadi buruh dan tani, pendeknya menjalani segala corak
kehidupan.
Yang akan dihargai sutradara bukanlah macamnya permainan, bukanlah
menjadi raja atau menteri, khadam atau petani. Yang akan dihargainya ialah
bagaimana masing-masing menjalankan tugasnya. Kalau salah menjalankan
permainan atau sumbang, murkalah yang membagikan tugas. Kalau dijalankan
dengan baik, mendapatlah penghargaan. Dan kalau salah atau khilaf, lalu
segera diperbaiki dan bermain lebih baik, akan diampunilah kesalahan itu.
Sebab Tuhan Allah sebagai Pengatur Pentadbir Maha Agun$ amat Penyayang
kepada orang y.ng beramal dengan sungguh-sungguh.
Akan berjalanlah permainan itu sampai habii dengan baik dan jaya, kalau
masing-masing pemain menjalankan peranan yang diserahkan kepadanya
dengan sebaik-baiknya. Nampak oleh penonton yang menyaksikan, adalah
mereka itu semuanya berbagai corak dan bertingkat berderajat, namun dalam
pandangan yang mengatur jalannya permainan itu; yaitu sutradara hanya satu
sa'ja,-iyua.itu pemain.
sesungguhnya Allah Ta'ala dalam kecepatan ?qob siksaNya terhadap
orang yang musyrikin dan kafir, sangat pula lekas memberi ampun kepada
orangyangtaubat dan kembali ke dalam jalan yang benar dan suka berbuat baik
dan memperbaiki. Bahkan RahmatNya dapat mengalahkan murkaNya. Asal
. berbuat yang baik, Dia sambut dengan memberikan sepuluh ganjaran yang
tetap dan pasti, dan biSa iuga lebih, sampai 700 kali ganda. Dan terlanjur salah
karena sifat kejahatan, akan diberiNya balasan yang setimpal dengan seadil'
adilnya. Kalau sekiranya segala salah dapat hukuman, sudah lamalah kita gagal
dalam hidup ini. Kita tahu bahwa rnaaflah yang lebih banyak dikurniakan Tuhan
Allah kepada kita.
, Oleh sebab itu marilah kita mohonkan agar DIA menuntun ialan kita,
mengampuni kekhilafan kita, dan mencurahkan RahmatNya dengan segala
senang hati. Dalam keadaan yang bagaimana juapun janganlah hendaknya
terlepas daripada Taufiq dan HidavatNya.
Amin.
Selesai Tafsir Surat AL-AN'AM
Pada HaTiARBA'A 20 RABIUL AKHIR 1385
18 AGUSTUS 1965