The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Ramadanus,s.pd.i Ramadanus,s.pd.i, 2023-11-26 22:51:22

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 (2)

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 (2)

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional Penulis : RAMADANUS : SDN 15 TANAH GARAM : CGP ANGKATAN 8 REFLEKSI DIRI Bapak dan ibu guru, kita sebagai pendidik tentunya pernah mengalami perasaan emosi dalam diri kita, seperti marah,kecewa,kesal,khwatir,kesal,gelisah,sedih bahkan stres karena tumpukan tugas yang begitu banyak., atau tingkah laku anaksepeti kenkan ,mengganggu teman, malas belajar, dll. Bapak ibu ,bagaimana cara kita mengontrol diri? Maka kita akan mempelajari pembelajaran sosial emosional, begitu juga dengan materi sebelunya. Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD) bahwa pendidik adalah penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pemikiran KHD tersebut mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Kita merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya). “Jika kita gagal merencanakan, berarti sama saja kita sedang merencanakan kegagalan.” ~ Benjamin Franklin “Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia.” Ki Hajar Dewantara Kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995. Sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian ini, bertujuan untuk mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah. Menerapkan PSE dengan kerangka CASEL (Collaborative for the Advancement of Social and Emotional Learning). Pembelajaran Sosial Emosional dalam kerangka CASEL ini mencakup 5 komponen yaitu: Kesadaran Diri (Self Awareness), Pengelolaan Diri (Self Management), Kesadaran Sosial (Social Awareness), Kemampuan Berinteraksi Sosial (Relationship Skills), Pengambilan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making).


Pertanyan pemantik Apakah kesimpulan tentang perubahan keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial emosional? 1. Pengertian Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional 2. Tujuan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi di antaranya: (Kesadaran diri) Memahami, menghayati dan mengelola emosi (Manajemen diri) Menetapkan dan mencapai tujuan positif (Kesadaran sosial) Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (Keterampilan membangun relasi) Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) Membuat keputusan yang bertanggung jawab 3. Capaian Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang sportif Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Meningkatkan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah Menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora. dan emosional. 4. 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) Kesadaran Diri: kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan. Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda. Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubunganhubungan yang sehat dan suportif. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok. 5. Well-Being Well-being adalah kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan


dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Well-Being (kesejahteraan hidup) 6. Implementasi Kompetensi Sosial dan Emosional Pengajaran KSE secara eksplisit Murid secara khusus memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan selaras dengan perkembangan budaya Integrasi KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik Tujuan KSE diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani. Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah Lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan komunitas 7. Kesadaran Diri (Mindfulnes) PSE berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dapat memberikan perhatian secara berkualitas yang didasarkan keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan hati (compassion) yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan sulit. Kesadaran diri memberikan penghargaan terhadap perbedaan, pemahaman diri dan orang lain, kemampuan menghadapi tantangan dan perspektif yang berbeda-beda dari orang lain (resiliensi) 8. Penerapan PSE di Kelas PSE Teknik Rutin, Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dan Protokol. Penerapan PSE dengan teknik Rutin, Terintegrasi dalam Mata Pelajaran, dan Protokol. PSE Rutin merupakan penerapan PSE yang terjadwal, misalnya kegiatan rutin yang dilakukan di sekolah seperti kegiatan membuat lingkaran pada pagi hari dimana masingmasing siswa menulis atau menyampaikan apa yang akan dicapai selama belajar pada hari tersebut. PSE Terintegrasi mata pelajaran dapat dilakukan di sela-sela penyampaian materi, misalnya dengan diskusi kasus atau diskusi penyelesaian masalah secara berkelompok. PSE Protokol menjadi kegiatan sekolah yang sudah menjadi sebuah tata tertib dan kebijakan sekolah dilakukan secara mandiri oleh peserta didik, misalnya membangun hubungan sosial yang positif, penyelesaian masalah tanpa kekerasan dan lain sebagainya. 9. PSE Teknik STOP PSE dengan STOP (Stop, Take a deep breath, Observe, dan Proceed) artinya S-Berhenti, T-ambil nafas dalam, O-amati sensasi pada tubuh, perasaan, pikiran dan lingkungan, P- selesai dan lanjutkan. STOP sebagai teknik pembelajaran yang bermanfaat dalam membangun kesadaran penuh (mindfulness), meredakan ketegangan, mengembalikan dan membangun fokus murid. 10. Keterkaitan Antar Materi Keterkaitan antar materi sebagai bentuk penguasaan pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari dengan mengaitkan materi awal sampai dengan materi modul 2.2 Modul 1.1 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Filosofi Pendidikan KHD Dari filosofi pendidikan KHD – Guru sebagai Pamong, guru membutuhkan pemahaman dan penguasaan terhadap KSE yang matang. Mampu menciptakan ekosistem sekolah yang mendorong pertumbuhan budi pekerti selain aspek intelektual. Harus paham benar dengan situasi lahir batin dirinya sendiri dan muridnya. Murid diajak untuk menyadari, melihat, mendengarkan, merasakan, mengalami pengalaman belajar yang dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosionalnya


Modul 1.2 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak Guru dapat menumbuhkan nilai dan peran pada guru dan murid dalam pengelolaan emosi sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang. Modul 1.3 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Visi Guru Penggerak Guru dapat mewujudkan visi yang diharapkan dengan melakukan prakarsa perubahan dengan memberikan pembelajaran kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga diharapkan dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Modul 1.4 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Budaya Positif Guru dan murid dapat mengenali dan memahami emosi masing-masing sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, dan nyaman yang berpengaruh dalam penerapan budaya positif baik berupa disiplin positif maupun keyakinan kelas dengan sebaik mungkin sesuai dengan kesadaran diri dan manajemen diri. Modul 2.1 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Pembelajaran Berdiferensiasi Guru dapat melakukan pembelajaran dengan mengidentifikasi perasaan dan emosi. Hal ini sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang memetakan kebutuhan murid diantaranya kesiapan murid, minat, dan profil belajar murid dengan menggunakan strategi diferensiasi konten, proses, dan produk, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan murid agar pembelajaran semakin menyenangkan dan dapat mewujudkan merdeka belajar. Sebelum mempelajari modul 2.2, penulis berpikir bahwa kompetensi sosial dan emosional akan terbentuk dengan tersendirinya bersamaan dengan pembelajaran di kelas sehingga penulis hanya fokus pada proses penyampaian materi (kognitif) sesuai dengan kurikulum. Setelah mempelajari modul ini, saya menyadari pembelajaran sosial emosional berpihak kepada murid karena pengembangan ketrampilan sosial dan emosional akan membawa dampak baik secara akademik dan murid yang berkembang secara sosial dan emosional bersamaan dengan berkembangnya sesuai dengan zaman . Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik,berpihak kepada murid maupun kesejahteraan psikologis (well-being), 3 (tiga) hal mendasar dan penting yang penulis pelajari adalah, Peningkatan 5 (lima) kompetensi sosial emosional, yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional. Penerapan PSE berbasis kesadaran penuh yang terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus dan eksplisit dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah. Berkaitan dengan tiga hal mendasar di atas, perubahan yang penulis terapkan di kelas dan sekolah bagi murid-murid: Pengajaran eksplisit, yaitu dengan melakukan pengajaran eksplisit sebagai implementasi PSE ke pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten


dalam menumbuhkan, melatih dan berefleksi tentang 5 KSE dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan ragam budaya. Pembelajaran akademik terintegrasi KSE, yaitu dengan mengintegrasikan KSE ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, seni, musik, dan pendidikan jasmani. Keterlibatan murid, yaitu mengajak warga sekolah menghormati dan meningkatkan persepektif dan pengalaman murid dengan melibatkan murid sebagai pemimpin, pemecah masalah, dan pembuat keputusan. 11. Perubahan yang penulis terapkan di kelas dan sekolah bagi rekan sejawat: Menjadi teladan, yaitu menerapkan KSE dalam peran dan tugas, menciptakan budaya saling memberi apresiasi, dan menumbuhkan rasa peduli dengan teman sejawat. Belajar, yaitu membiasakan melakukan refleksi KSE pribadi, berkolaborasi antar rekan sejawat, mengembangkan pola pikir bertumbuh, memahami tahapan perkembangan murid, meluangkan waktu untuk berintropeksi (self-care) dan mengagendakan sesi berbagi praktik baik. Berkolaborasi, yaitu membuat kesepakatan bersama-sama, membuat komunitas belajar profesional, membuat sistem mentoring rekan sejawat, dan mengintegrasikan KSE dalam pelaksanaan rapat guru. Akhirnya, peran kita sebagai pendidik adalah tugas mulia sekaligus membutuhkan keuletan dan kesabaran. Mari terus belajar, berefleksi, bertumbuh, berbagi, dan berkolaborasi untuk menjadi lebih baik bagi murid-murid kita. TERIMA KASIH Tergerak Bergerak Menggerakan


Click to View FlipBook Version