The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by iinkurnia875, 2023-09-15 01:57:49

Peran Sekolah Sebagai Sistem Sosial

Peran Sekolah Sebagai Sistem Sosial

Peran Sekolah Sebagai Sistem Sosial Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sehingga, manusia dalam kehidupannya saling membutuhkan antara satu sama lainnya. Selain itu, dalam kaitannya dengan pendidikan, diperlukan sistem sosial dan organisasi yang tinggi. Karena itu, pendidikan dalam masyarakat jelas memainkan peran dan menempati posisi penting, baik dalam pembentukan karakter maupun sebagai sarana peningkatan kecerdasan serta keterampilan anggota masyarakat, serta berinteraksi satu dengan yang lain maupun dalam menyikapi perubahan serta dinamika kehidupan. Di sisi lain, masyarakat juga memainkan peran yang tak kalah penting dalam pembentukan dan pelaksanaan sistem pendidikan, dan karenanya memiliki pengaruh yang besar dalam penentuan konten yang disampaikan dalam sebuah sistem pendidikan. Hubungan timbal balik yang telah lama menjadi perhatian dan kajian sosial dalam bentuk pemaparan secara detail yang terkait dengan pendidikan dan interaksi sosial individu. Yang juga menjadi pelaksana serta objek dalam hubungannya sekolah dengan masyarakat serta fenomena pendidikan dari kacamata pendidikan sosial. Lingkungan sekolah secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang terdiri dari sejumlah variabel dan faktor utama yang dapat diidentifikasi sebagai budaya sekolah, kebijakan dan politik sekolah, dan kurikulum formal dan bidang studi. Salah satu dari faktorini mungkin menjadi fokus dari reformasi sekolah pada awalnya, namun perubahan itu harus tepat pada masing-masing variabel dalam membantu menciptakan dan mendukung lingkungan sekolah multi budaya yang efektif. Sistem sosial adalah proses bertingkah laku (dalam masyarakat) yang saling memengaruhi dan terdapat kegiatan berulang tetap secara teratur. Faktor penting yang memiliki kekuatan mengintegrasikan system sosial adalah consensus antaranggota masyarakat tentang nilai-nilai tertentu. Reaksi dari suatu system social terhadap perubahan-perubahan yangdatang dari luar (extra system echange) tidak selalu bersifat adjustive. Sebuah system social dalam kurun waktu tertentu dapat juga mengalami konflik-konflik social yang bersifatvisious circle. Sistem sosial artinya himpunan dari berbagai subsistem yang terdapat dalam kehidupan masyarakat yang saling berinteraksi dan membentuk kehidupan bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam sistem sosial, berbagai aksi yang ada diorganisasikan menjadi peranperan, dan peran-peran itu menjadi satuan-satuan yang lebih besar, yaitu institusi. Institusi disebut suatu komplek keutuhan peran yang melembaga dan secara struktur penting dalam sistem sosial yang ada. Institusi yang dimaksudkan adalah kelembagaan peran dan fungsi dari tindakan yang menyatu dalam satuan sistem sosial, Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan (sekolah) harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala hal. Dalam hal ini lembaga pendidikan (sekolah) memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sistem. Kedua, mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan diposisi kebutuhan.


Kemudian sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat: a) Pengembangan pribadi b) Pengembangan warga c) Pengembangan Budaya d) Pengembangan bangsa. Di dalam sistem sosial, paling tidak harus ada hal-hal sebagai berikut: a) Dua orang atau lebih b) Terjadi interaksi antara orang-orang yang ada c) Mempunyai tujuan atau sesuatu yang hendak dicapai d) Memiliki struktur, simbol, dan harapan-harapan bersama. Kemudian dalam sistem sosial terdapat beberapa unsur. Unsur-unsur dalam sistem sosial adalah satuan dari interaksi sosial, yang kemudian membentuk struktur; artinya unsurunsur itu merupakan bagian-bagian yang saling bergantungan dan menyatu dalam sistem sosial. Secara umum unsur-unsur sistem sosial terdiri dari status, peranan dan perbedaan sosial; akan tetapi sesungguhnya secara lebih luas sangat banyak komponen yang terkandung dalam pengertian sosial itu. Menurut Alvin L. Bertrand\45, ada sepuluh unsur yang terkandung dalam sistem sosial, yaitu: 1. Keyakinan (pengetahuan) 2. Perasaan (sentimen) 3. Tujuan, sasaran atau cita-cita 4. Norma 5. Status dan peranan 6. Tingkatan atau pangkat 7. Kekuasaan atau kekuatan (power) 8. Sanksi 9. Sarana atau fasilitas 10. Tekanan ketegangan.


Sekolah sebagai sistem sosial merupakan organisasi yang dinamis dan berkomunikasi secara aktif. Sekolah sebagai sebuah sistem sosial yang di dalamnya melibatkan dua orang atau lebih yang saling berkomunikasi untuk mencapai tujuan. Sekolah sebagai system social pada hakikatnya merupakan susunan dari peran dan status yang berbeda-beda, dimana masingmasing bagian tersebut terkonsentrasi pada satu kekuatan legal structural yang menggerakkan daya orientasi demi mencapai tujuan tertentu. Tentu saja sistem social tersebut bermuara pada status sekolah sebagai lembaga formal. Sosialisasi dan enkulturasi melalui pendidikan dengan belajar adat (kebiasaan sosial). Variabel dan faktor sekolah sebagai sistem sosial itu antara lain : 1. Kebijakan dan politik sekolah Kebijakan dan politik sekolah sangat menentukan ke arah mana anak didik akan dikembangkan potensinya. Kebijakan dan politik sekolah yang bernuansa khas dan unggul dapat dikembangkan oleh sekolah itu secara terencana dan berkelanjutan. 2. Budaya sekolah dan kurikulum yang tersembunyi (hidden curriculum) Budaya yang berlangsung di sekolah dan kurikulum yang tersembunyi sangat menentukan kepribadian yang dikembangkan pada lingkungan sekolah. Misalnya di Sekolah Dasar tertentu dibudayakan untuk setiap hari guru atau kepala sekolah menyambut kedatangan siswa di depan pagar secara bergiliran untuk bersalaman untuk mengajarkan nilai keakraban, kekeluargaan, rasa saling hormat dan kasih sayang. 3. Gaya belajar dan sekolah Gaya belajar siswa hendaknya diperhitungkan oleh sekolah dalam pembuatan kebijakan dan dalam menciptakan gaya (style) sekolah itu dalam menciptkan kondisi belajar yang nyaman dan akrab dengan kondisi siswa. Tentu tidak sama gaya sekolah perkotaan dengan segala fasilitasnya dengan gaya sekolah pedesaan. 4. Bahasa dan dialek sekolah Bahasa dan dialek sekolah di sini berkaitan dengan bahasa dan dialek yang digunakan di sekolah di mana sekolah itu berada. SD di Jawa, khususnya Jawa Tengah atau sebagian Jawa Timur yang banyak menggunakan bahasa dan dialek Jawa dapat membuat program mingguan misalnya. Kegiatan ini untuk menumbuh sikap hormat dan kesantunan pada anak didik lewat penggunaan bahasa dan dialek yang dibudayakan di sekolah. 5. Partisipasi dan input masyarakat Bila kesadaran masyarakat akan pendidikan tinggi dan komite sekolah dipimpin oleh orang yangmemiliki wawasan pendidikan yang baik maka sekolah itu akan banyak mendapat bantuan dari masyarakat, baik dana maupun pemantauan ke arah pengembangan sekolah ke depan. Untuk itu Komite Sekolah perlu dipimpin oleh orang


yang bukan saja dikenal, disegani dan berpengaruh di masyarakat, tetapi juga orang yang memiliki komitemen yang tinggi terhadap kemajuan pendidikan putra-putrinya. 6. Program penyuluhan/konseling Program bimbingan dan penyuluhan/konseling akan berperanan dalam membantu mengatasi kesulitan belajar pada anak, baik itu anak yang mengalami kelambatan belajar maupun anak yang memiliki bakat khusus. Kemungkinan ada anak yang lemah dalam mata pelajaran tertentu ternyata dia memiliki bakat yang besar dalam menari dan menyanyi yang membutuhkan penyaluranbakat yang memadai. 7. Prosedur asesmen dan pengujian Asesmen dan pengujian tidak identik dengan duduk di kelas dan mengerjakan soal dalam bentuk paper-pencil test. Asesmen bersifat holistik yang menggambarkan kemampuan aktual keseharian anak. Anak akan dinilai secara beda dalam arti dikurangi skornya bila dia terlibat dalam tindakan yang kurang bermoral atau sebaliknya, siswa yang menunjukkan penampilan dan sikap yang baik akan mendapat skor tambahan. 8. Materi pembelajaran Materi pelajaran pada semua bidang studi atau bidang yang paling cocok dapat memasukkan materi budaya itu dalam pembelajaran. Perlu ada bidang studi Pendidikan Multikultural tersendiri di sekolah dasar untuk lebih mengenalkan budaya secara lebih terencana, terorganisir dan matang, bukan sekedar dititipkan pada materi yang ada pada bidang studi yang lain 9. Gaya dan strategi mengajar. Tentunya guru yang sedang mengajar anak didiknya tentunya sarat dengan nilai budaya. Dia memiliki ideologi dan nilai-nilai budaya yang diperoleh sepanjang hidupnya. Hal itu tentunya sangat mewarnai gaya dan strategi mengajar yang dia gunakan di sekolah. 10. Sikap, persepsi, kepercayaan dan perilaku staf sekolah Seluruh staf yang mendukung pembelajaran akan sangat membantu menciptakan kondisi pembelajaran yang diinginkan dan begitu juga sebaliknya. Staf sekolah bukan sekedar berurusan dengan benda mati seperti kertas, penggaris, alat tulis atau tanaman yang ada disekolah, namun bergaul dengan seluruh komponen sekolah. Sikap sinis dan tidak peduli dari staf sekolah akan sangat mempengaruhi kinerja sekolah. Untuk itu perlulah memilih orang yang benar-benar cocok untuk profesi itu.(sutarno : 2010 : unit6)


Sebagai sebuah sistem sosial, Dengan adanya kelas di sekolah dapat menunjukkan bahwa adanya keterkaitan antara unsur-unsur yang telah melekat di dalamnya. Adapun unsur-unsur yang berada di sekolah tersebut meliputi: guru, peserta didik, serta sarana dan prasarana yang menjadi pendukung dan penunjang isi kelas. Dari unsur-unsur tersebut, guru dan peserta didik menjadi unsur yang utama dalam mengkaji dinamika kelas yang merupakan bagian dari sistem sosial di sekolah. Dalam hal ini guru berperan untuk membimbing serta mengarahkan sebagai mitra belajar maupun sebagai konsultan. Dengan demikian, perkembangan teknologi informasi di dalam dunia pendidikan tidak dapat menggantikan peran seorang guru di kelas. Kelas adalah organisasi kecil yang kedudukannya berada di lingkungan sekolah. Dalam hal ini, sama seperti organisasi, yang membutuhkan manajemen. Konsep dasar yang perlu dicermati dan diperhatikan dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tugas guru seperti mengontrol, mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi untuk diterapkan saat ini. Sekarang aktifitas guru yang terpenting adalah mengelola, mengorganisir, dan mengkoordinasikan segala aktifitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Ruang kelas terdiri dari beberapa unsur yang saling fungsional antara satu dengan yang lain, yaitu guru, murid dan manajemen sekolah. Setiap aktor memperhatikan status dan peran sebelum mereka bertindak dan berperilaku. Status aktor, apakah ia sebagai guru, murid, atau manajemen Kegiatan Pengelolaan Mengatur peserta didik (kondisi emosional) - Tingkah laku - Kedisiplinan - Minat/ Perhatian - Gairah belajar - Dinamika kelompok Mengatur fasilitas belajar mengajar (kondisi fisik) - Ventilasi - Pencahayaan - Kenyamanan - Letak duduk - Penempatan siswa


sekolah, memiliki perilaku yang diharapkan dari seseorang untuk dimainkan, dikenal juga sebagai peran. Status sebagai manajemen sekolah diharapkan memainkan peran sebagai pengelola yang efektif dari sisi teknis administratif serta penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang dibutuhkan. Selanjutnya, status sebagai guru diharapkan untuk berperilaku sebagai seorang pendidik, pengayom, pengasuh, dan pemberi motifasi bagi peserta didik. Adapun status sebagai peserta didik, umumya, diharapkan untuk berperilaku sebagai seorang penuntut ilmu pengetahuan, pekerja keras, dan pencari kebenaran. Dalam ruang kelas, hubungan antara pendidik dan peserta didik dengan status dan peran mereka masing-masing membentuk suatu jaringan hubungan yang berpola. Pola jaringan hubungan antara guru dan murid akan memberikan dampak terhadap perilaku, kompetensi, kapital sosial budaya, dan keberhasilan peserta didik dimasa akan datang. Topik ini merupakan bahan kajian dalam teori ruang kelas dengan pendekatan interaksi. Dalam pendekatan interaksi, pendidik dan peserta didik dituntun oleh harapan peran yang melekat pada posisi dan status mereka.9 Agar kelas dapat berkembang secara optimal, maka pendidik harus memperhatikan lima faktor yang dapat membentuk lingkungan belajar di kelas, yaitu: (1) ukuran kelas; (2) komposisi sosial kelas; (3) suasana/iklim sosial dalam kelas; (4) komunikasi sosial dalam kelas; dan (5). teknologi kelas. Lembaga pendidikan (sekolah) baik pendidikan informal, formal maupun non formal semua itu termasuk bagian dari sistem social yang di dalamnya memiliki fungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan (sekolah) tidak terlepas dari peran dan andil masyarakat dalam kepengurusannya. Masyarakat mempunyai peranan penting dalam sekolah karena masyarakat juga dapat menjadi pusat dalam konteks pembangunan manusia seutuhnya, selain keluarga dan sekolah. Sistem sosial pada dasarnya menunjuk pada sesuatu dari bentuk masyarakat yang dalam skala besar, seperti bangsa, negara atau dapat pula menunjuk pada sektor tertentu, seperti sektor pendidikan, ekonomi, politik atau dapat pula menunjuk pada skala kecil seperti keluarga. Dengan persiapan dan orientasi yang jelas diharapkan lembaga-lembaga pendidikan akan mampu mencetak kader-kader perubahan ke arah perbaikan di masyarakat. Kholik, Nur. "Peranan sekolah sebagai lembaga pengembangan pendidikan multikultural." Jurnal Tawadhu 1.2 (2017): 244-271. Khoiiri, Moch Yaziidul, and Mar’atus Sholikhah. "Sekolah dan kelas sebagai sistem sosial dan organisasi." JURNAL PIKIR: Jurnal Studi Pendidikan dan Hukum Islam 8.1 (2022): 66-79. Saruji, Husen. "Sekolah Sebagai Instrumen Konstruksi Sosial Di Masyarakat." Istiqra: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam 7.2 (2020): 1-9.


Abdullah, Muin. "LEMBAGA PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM SOSIAL (Studi Tentang Peran Lembaga Pendidikan di Indonesia Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional)." Mamba’ul’Ulum 18.1 (2022): 38-48.


Click to View FlipBook Version