BAB NIKAH Nikah artinya : “Suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya”. Dalam pengertian yang luas, pernikahan adalah merupakan suatu ikatan lahir antara dua orang, laki-laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syari’at Islam. Hukum Nikah Pada dasarnya pernikahan itu diperintahkan / dianjurkan oleh syara’ Firman Allah swt. Artinya: “Maka kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua, tiga dan empat, tetapi kalau kamu kuatir tidak dapat berlaku adil (antara perempuan-perempuan itu), hendaklah satu saja “. Dari Anas bin Malik ra., bahwasanya Nabi saw. Memuji Allah dan menyanjung-Nya beliau berkata : “Akan tetapi aku shalat, aku tidur, aku berpuasa, aku makan dan aku mengawini perempuan; barangsiapa yang tidak suka dengan perbuatanku, maka bukanlah dia dari golonganku”. (H. R. Bukhari dan Muslim) a. Hukum nikah ada lima : 1. Jaiz (boleh), ini asal hukumnya. 2. Sunnat, bagi orang yang berkehendak serta cukup nafkah sandang pangan dan lainlainnya. 3. Wajib, bagi orang yang cukup sandang pangan dan dikhawatirkan terjerumus ke lembah perzinaan. 4. Makruh, bagi orang yang tidak mampu memberi nafkah. 5. Haram, bagi orang yang berkehendak menyakiti perempuan yang akan dinikahi b. Rukun nikah ada lima: 1. Pengantin laki-laki. 2. Pengantin perempuan. 3. Wali. 4. Dua orang saksi. 5. Ijab dan qabul. 1
c. Syarat pengantin laki-laki: 1. Tidak dipaksa/terpaksa. 2. Tidak dalam ihram haji atau umrah. 3. Islam. d. Syarat pengantin perempuan: 1. Bukan perempuan yang dalam iddah 2. Tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain. 3. Antara laki-laki dan perempuan tersebut bukan muhrim. 4. Tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah. 5. Bukan perempuan musyrik. e. Wali: 1. Wali nasab. 2. Wali hakim. f. Syarat wali: 1. Islam. 2. Laki-laki. 3. Baligh dan berakal. 4. Merdeka bukan sahaya. 5. Bersifat adil. g. Wali hakim: Wali hakim ialah kepala Negara yang beragama islam, dan dalam hal ini biasanya kekuasaannya di Indonesia dilakukan oleh Kepala Pengadilan Agama. h. Perempuan berwali hakim karena: 1. Tidak ada wali nasab. 2. Tidak cukup syarat wali yang lebih dekat. 3. Wali yang lebih dekat ghoib. 4. Wali tidak mau menikahkan. i. Syarat saksi: 1. Laki-laki. 2. Islam 3. Akil baligh. 4. Mendengar. 5. Bisa bicara dan melihat. 6. Waras (berakal) 7. Adil. 2
j. Ijab dan qabul. Ucapan wali dari pihak perempuan atau wakilnya sebagai penyerahan kepada pihak pengantin laki-laki. k. Mahar atau maskawin Maskawin hukumnya wajib, karena termasuk syarat nikah, tetapi menyebutkannya dalam nikah hukumnya sunnat. l. Kewajiban suami: memberikan nafkah mencukupi kebutuhan rumah tangga. m. Kewajiban istri: mentaati suami dan menggauli suaminya dengan baik. 3