1.1.A.5.1. RUANG KOLABORASI KEKUATAN SOSIO-KULTURAL DENGAN PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA REFLEKSI FILOSOFIS PENDIDIKAN NASIONAL KI HADJAR DEWANTARA HASIL DISKUSI KELOMPOK 1 CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125 KOTA SEMARANG
FASILITATOR CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125 KOTA SEMARANG FASILITATOR CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125 KOTA SEMARANG Henny Widyawati S,S.E.,M.Pd
PENGAJAR PRAKTIK CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125 KOTA SEMARANG PENGAJAR PRAKTIK CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125 KOTA SEMARANG Tri Prasetyo H., S.E, S.Pd
PENGAJAR PRAKTIK CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125 KOTA SEMARANG PENGAJAR PRAKTIK CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125 KOTA SEMARANG Sri Sunarheti, S.Pd
Chitra Sintarani, S.Pd. Chitra Sintarani, S.Pd. GURU KELAS IV DI SD NEGERI SAMBIROTO 02 KOTA SEMARANG GURU KELAS IV DI SD NEGERI SAMBIROTO 02 KOTA SEMARANG CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125 CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125
Wuny Surya, S.Pd. GURU KELAS 2 DI SD NEGERI TLOGOSARI KULON 01 KOTA SEMARANG GURU KELAS 2 DI SD NEGERI TLOGOSARI KULON 01 KOTA SEMARANG CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125 CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125
Istichomah, S.Pd. GURU KELAS IV DI SD NEGERI BUGANGAN 03 KOTA SEMARANG GURU KELAS IV DI SD NEGERI BUGANGAN 03 KOTA SEMARANG CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125 CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125
Ika Trihesti, S.Pd. GURU KELAS I DI SD NEGERI SENDANGMULYO 03 KOTA SEMARANG GURU KELAS I DI SD NEGERI SENDANGMULYO 03 KOTA SEMARANG CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125 CGP ANGKATAN 8 KELAS 08.125
RUANG KOLABORASI PERTANYAAN DISKUSI Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD? Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda? Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.
Sosiokultural juga didefinisikan sebagai gagasan-gagasan, kebiasaan, keterampilan, seni, dan alat yang memberi ciri pada sekelompok orang pada waktu tertentu. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD? Sosiokultural membantu seseorang untuk mengetahui peran sebagai individu dan tanggung jawab dirinya terhadap kelompok.
Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD? Sosiokultural membantu seseorang untuk mengetahui peran sebagai individu dan tanggung jawab dirinya terhadap kelompok. Pendidikan di Indonesia kerap kali menerapkan sosiokultural dalam pembelajaran karakter siswanya. Hal tersebut menjadi salah satu upaya untuk mengurangi pengaruh budaya asing yang sulit untuk dihindari.
Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD? Implementasi pembelajaran sosiokultural dalam pendidikan dapat dilakukan melalui pengenalan dan pendekatan secara langsung terhadap budaya lokal di Indonesia. Dengan begitu, para siswa akan mengetahui keberagaman budaya Indonesia dan menumbuhkan perasaan memiliki serta mencintai budaya Indonesia.
Ki Hajar Dewantara (KHD) dalam pemikirannya menjelaskan bahwa pendidikan dan pengajaran di Indonesia merupakan upaya yang dilakuakan sebagai usaha bersama dalam mempersiapkan dan menyediakan kebutuhan hidup manusia baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbudaya. KI HAJAR DEWANTARA
Upaya tersebut dilakukan sebagai langkah untuk mempersiapkan pelajar Indonesia sebagai masyarakat global namun sesuai dengan Pancasila dan kearifan lokal. Oleh sebab itu tujuan utama dari pendidikan nasional harus sejalan dengan pemikiran KHD.
Bahasa Jawa / Unggah-Ungguh Basa Sopan Santun / Tata Krama Permainan Tradisional: Gobag Sodor Tari Tradisional: Tari Semarangan Adat Istiadat: Dugderan Baju Adat: Kebaya Encim SOSIO-KULTURAL KOTA SEMARANG
Kekuatankonteks sosio-kultural(nilai-nilai luhur budaya)didaerahSemarang yang sejalandengan pemikiran Ki Hajar Dewantaramenurut kamiadalah Bahasa Jawa / Unggah-Ungguh Basa Adat Istiadat: Dugderan
Masyarakat di Kota Semarang memiliki kebiasaan sebagai orang Jawa untuk berkomunikasi menggunakan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari dan mengedepankan tata krama atau sopan santun Dalam berbahasa Jawa ada unggahungguh basa atau tingkatan bahasa. Bahasa yang dipakai untuk berbicara dengan orang dewasa dan seumuran sangat berbeda. Bahasa Jawa / Unggah-Ungguh Basa
Unggah-ungguh bahasa Jawa ini sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa anak harus belajar sesuai dengan kodrat alam / sesuai daerah tempat mereka tinggal dan tumbuh. Jangan sampai sebagai orang Jawa kita kehilangan keJawaan kita ditengah pengaruh budaya asing yang luar biasa. Bahasa Jawa / Unggah-Ungguh Basa
Selain itu dengan mengajarkan unggahungguh bahasa Jawa ini mengajarkan tentang budi pekerti dalam menghormati orang lain sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa budi pekerti adalah kemampuan kodrat manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan menentukan karakter seseorang. Bahasa Jawa / Unggah-Ungguh Basa
Upacara adat dugderan biasanya diselenggarakan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Upacara ini dimulai dengan pemukulan beduk yang dilanjutkan dengan dentuman meriam. Suara yang dihasilkan dari kegiatan inilah yang menjadi dasar penamaan ritual adat Dugderan. Biasanya, setelah upacara usai diadakan pawai keliling kota mengenakan pakaian adat. Upacara Adat: DUGDERAN
Acara Dugderan ini melibatkan interaksi aktif semua kalangan masyarakat bahkan lintas agama sehingga dalam pelaksanaannya siswa jadi mengerti tentang nilai toleransi, kerja sama/gotong royong, dan tolong menolong. Upacara Adat: DUGDERAN
Upacara Dugderan mampu mendukung siswa dalam mengembangkan kemampuan dan kreatifitas dalam membuat manggar dan umbul-umbul warak ngendog. Tujuan pendidikan yang harus dicapai menurut Ki Hajar Dewantara adalah terbentuknya manusia Indonesia yang merdeka, yaitu yang selalu memiliki inisiatif tanpa harus menunggu intruksi, selalu berfikir kreatif, selalu berinovasi dan berkarya serta memiliki budi pekerti luhur Upacara Adat: DUGDERAN
NILAI-NILAI LUHUR KEARIFAN LOKAL DUGDERAN 01 02 03 04 05 06 Nilai Gotong Royong Nilai Tolong Menolong Nilai Religius Nilai Tanggung Jawab Nilai Saling Menghormati Nilai Toleransi
Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan! "Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan dapat memfasilitasi peserta didik untuk tumbuh sesuai dengan kodratnya, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman" .
"Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan dapat memfasilitasi peserta didik untuk tumbuh sesuai dengan kodratnya, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman" . Kodrat Alam yang dimaksud adalah kekuatan, potensi, atau keadaan diri yang secara alamiah melekat pada diri masing-masing peserta didik. Kodrat Zaman adalah kekuatan, potensi, atau keadaan diri yang berubah sesuai dengan kondisi sosial, budaya masyarakat, atau perkembangan zaman. Kota Semarang memiliki potensi keberagaman budaya dan toleransi yang luar biasa yang bisa ditanamkan kepada anak. Siswa lahir di Kota Semarang maka kodrat alamya nya anak memiliki hidup di lingkungan yang memakai unggah-ungguh bahasa Jawa.
LAKU MURID YANG INGIN DITEBALKAN / DITANAMKAN DI KELAS/SEKOLAH KAMI SESUAI KONTEKS LOKAL SOSIAL BUDAYA 01 02 03 04 05 06 Sikap Gotong Royong Sikap Tolong Menolong Sikap Religius Sikap Tanggung Jawab Sikap Saling Menghormati Sikap Toleransi