Rangga Almahendra adalah suami Hanum Salsabiela Rais, teman perjalanan sekaligus
penulis kedua buku ini. Menamatkan pendidikan dasar hingga menengah di Yogyakarta, kemudian
berkuliah di Institut Teknologi Bandung dan S-2 di Universitas Gadjah Mada; keduanya lulus dengan
predikat cum laude.
Memenangi beasiswa dari pemerintah Austria untuk studi S-3 di WU Vienna, Rangga
berkesempatan bertualang bersama istrinya menjelajah Eropa. Rangga mempresentasikan salah
satu paper doktoralnya dalam Strategic Management Conference di Washington DC dan Roma,
yang kemudian menjadi inspirasi kisah ini.
Pada 2010, ia menyelesaikan studinya dan meraih gelar doktor dalam bidang International
Business & Management. Tercatat sebagai dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah
Mada dan Johannes Kepler University. Rangga sebelumnya bekerja di PT Astra Honda Motor dan
ABN AMRO Jakarta.
Kini dia menjabat sebagai Direktur Utama ADiTV (www.aditv.co.id), ketua umum Ikatan Alumni
Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Yogyakarta, dan Manager of Office of International Affairs FEB-
UGM. Rangga dapat dihubungi melalui surel [email protected] dan Twitter @rangga_alma.
Kata Mereka tentang 99 Cahaya di Langit Eropa
“Karya seni luar biasa yang digarap dengan halus dan cantik sehingga dialog-dialognya terkesan
alami sekalipun penuh falsafah. Begitu banyak nilai yang ditayangkan di dalamnya, baik itu
perdamaian, persaudaraan, maupun toleransi.”
—Susilo Bambang Yudhoyono,
Presiden Republik Indonesia (2004–2014)
“Novel perjalanan ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan teknologi selalu berjalan
berdampingan, saling mengisi, menentukan masa depan suatu peradaban.”
—B.J. Habibie
“Film yang bagus. Novelnya wajib dibaca masyarakat kita yang majemuk. Film dan bukunya
membuka wawasan tentang Islam, toleransi, dan perdamaian.”
—Jusuf Kalla
“Very inspiring!!!”
—Ippho Santoso
“Indah dan penuh makna….”
—Merry Riana
“Terima kasih sudah berbagi kisah perjalanan selama di Eropa. ‘Jurnal’ Mbak Hanum dan Mas
Rangga meneguhkan saya, bahwa jika kita mendengarkan kerinduan terdalam di hati, kita pasti akan
dipertemukan dengan orang-orang yang akan membuka cakrawala berpikir kita. Dan dalam
kerinduan terdalam demi kemanusiaan, terletak kehendak Sang Pencipta kita.”
—Dionius Bismoko Mahamboro, Romo
“Film ini telah berhasil menceritakan warisan Islam di Eropa yang belum banyak kita ketahui. Film
ini mengingatkan orang Eropa, bahwa Islam tidak hanya merupakan cara hidup, tetapi juga
merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari sejarah peradaban Eropa.”
—Mr. Olof Skoog,
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia
“Cara Hanum dan Rangga bertutur sangat mengalir dan memikat. Inspirasinya tidak lekang oleh
zaman.”
—Mr. Harsha Joesoef,
Pengusaha dan Mantan Duta Besar RI untuk Slovakia
“’Buku istimewa. Lebih daripada sekadar ‘personal account’ dan perjalanan spiritual Hanum-
Rangga di Eropa, melainkan juga adalah novel sejarah Islam di Eropa.”
—Azyumardi Azra
“Pengalaman Hanum-Rangga dan kehidupan di luar negeri serta interaksi dengan realitas
sekulerisme membuat mereka mampu bertutur ‘out of the box’ tanpa mengurangi esensi Islam
sebagai rahmatan lil alamin.”
—Najwa Shihab,
Jurnalis dan Pembawa Acara Mata Najwa, Metro TV
“Hanum dan Rangga mampu merangkai kepingan mosaik tentang kebesaran Islam di Eropa
beberapa abad lalu. Lebih jauh lagi, melihat nilai-nilai Islam dalam kehidupan Eropa. Islam dan Eropa
sering ditempatkan dalam stigma ‘berhadapan’; sudah saatnya ditempatkan dalam kerangka stigma
‘saling menguatkan’.”
—Anies Baswedan
Kata Mereka tentang Berjalan di Atas Cahaya
“Tidak mudah menghadirkan buku berbeda di tengah maraknya buku-buku bertema traveling.
Dalam buku ini Hanum Rais, Tutie Amaliah, dan Wardatul Ula memberikan alternatif dengan
pendekatan berbeda, komunikatif dan akrab, serta membekali pembacanya.”
— Asma Nadia
“Sebagai moslem designer, saya suka traveling. Saya sangat suka cerita Mbak Hanum yang
inspiratif, khususnya memberi perspektif baru tentang traveling yang harus diniati mencari rida
Allah.”
–Dian Pelangi
“Seru! Jalan-jalan ke Eropa dan dapat kisah inspiratif ‘hanya’ seharga buku ini. Beneran!”
—K.H. Yusuf Mansur
Lincoln
Memorial
Wonument
Miliki buku karya
Hanum Salsabiela Rais
yang lain