The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Miss Indecisive Lawyer (Adeliany Azfar) (z-lib.org)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by alfiperpus, 2022-10-30 23:42:37

Miss Indecisive Lawyer (Adeliany Azfar) (z-lib.org)

Miss Indecisive Lawyer (Adeliany Azfar) (z-lib.org)

Lelaki yang kehilangan berat badan sebanyak lima kilo
itu mengembuskan napas panjang, kemudian meneguk
minumannya perlahan.

“Sudah. Aku tidak ingin menjadi aktor lagi,” jawabnya
mantap seraya menghunjamkan pandangan ke arah Su-
Yeon lekat-lekat. “Dan aku ingin berhenti menyakitimu,”
lanjutnya yang serta-merta membuat perasaan hangat seolah
membuncah dari tubuh wanita yang kini tergeragap dari
duduknya.

Pipi Su-Yeon langsung bersemu merah. Wine mungkin
bisa menjadikan alasan mengapa sekarang pipinya bisa
terlihat seperti itu. Demi Tuhan, mengapa ia masih merona
hanya karena Rye-On memperlakukannya secara romantis?
Mereka bukan baru kenal kemarin sore!

“Terlepas dari semua itu,” Rye-On mengalihkan
pandang, “kontrakku dengan VE berakhir dua bulan lagi.
Tadinya, aku tak pernah akan memikirkan dua kali untuk
memperpanjangnya. Tapi setelah apa yang terjadi, sepertinya
aku ingin berhenti bekerja sama dengan mereka.”

Releks Su-Yeon menggeleng. “Lalu bagaimana dengan
Key Oppa? Atau Yoon-Hee?”

Ah, Su-Yeon jadi ingat akan sahabat-sahabatnya itu. Saat
tahu apa yang dialami Su-Yeon beberapa hari belakangan,
Yoon-Hee membuatkan sebuah gaun sederhana, tapi
nyentrik untuknya. Sampai sekarang Su-Yeon masih belum
memutuskan akan mengenakan gaun berwarna perpaduan
hijau, biru tua, dan kuning cerah itu ke mana. Sementara
Yeon-Joo berjanji akan membuatkan gaun pengantin kalau
ia dan Rye-On menikah nanti. Bagi Su-Yeon, ini adalah
tawaran yang super menggembirakan. Soo-Ae berjanji
akan memberitakan mengenai Rye-On yang baik-baik saja,
sedangkan Chae-Rin mengatakan sedang membuatkan lagu

243


yang terinspirasi dari kisah cinta Rye-On dan sahabatnya
yang pelik. Wanita-wanitanya itu memang selalu ada saat
dibutuhkan. Meski Su-Yeon tahu kalau sembilan puluh persen
dari ucapan mereka adalah omong kosong, tapi setidaknya
mereka meluangkan waktu untuk menghiburnya.

Rye-On terkekeh pendek. “Dia sudah ada sebelum aku
masuk ke VE. Kau tak perlu mencemaskannya.”

Sambil mengembuskan napas lega, Su-Yeon menatap
Rye-On yang tampak lebih kuat dibanding Rye-On beberapa
minggu lalu. Ada pancaran semangat dari binar matanya.

Akhirnya, Su-Yeon mengangguk, kemudian menjangkau
tangan Rye-On yang menangkup di atas meja. “Apa pun
keputusanmu, Rye-On,” ia mengeratkan genggamannya, “aku
dukung sepenuhnya.”

Di hadapannya, Rye-On tersenyum lebar seraya
menggumamkan terima kasih. Rye-On lalu tersenyum lebar.
“Tapi sebelum itu, kurasa kita harus melakukan sesuatu.”

Mendengar itu, Su-Yeon langsung mengerang tertahan.
“ Benar, inilah waktunya.”

Lelaki itu mengangguk mantap. “Yup, ini waktunya,”
ulangnya penuh keyakinan.

***

244


Epilog

“nuna?!” panggil Hyun-Jae dengan raut kaget saat melihat
kakaknya berdiri di depan pintu apartemen mereka di Deokso.
Anak itu memang lebih dulu pulang setelah membujuk Ae-Ri
waktu itu. Lagi pula, menurut Eomma, Hyun-Jae tidak bisa
serius belajar jika terus-terusan berada di Seoul. “Kenapa
tidak bilang akan pulang?” tanyanya sambil celingukan
memperhatikan Su-Yeon yang melambai singkat ke arahnya
sambil tersenyum lebar.

“Kenapa kau tidak—Hyung!” jerit Hyun-Jae kemudian
saat melihat Rye-On tiba-tiba muncul dari sisi kanan. “Ka-
kau ke sini? Wah, aku rindu sekali padamu!” katanya sambil
menerjang Rye-On yang nyaris terjungkal karena Hyun-Jae
hampir bisa dibilang menubruk tubuhnya.

245


“Sudah, sudah, kau berlebihan sekali,” tegur Su-Yeon seraya
menepuk-nepuk punggung adiknya yang masih memeluk
kekasihnya begitu erat. “Kenapa kau malah mengabaikanku?”
protesnya kemudian seakan baru tersadar akan kejanggalan itu.

“Aku sudah bosan pada Nuna,” jawabnya tidak tahu diri,
membuat Su-Yeon nyaris menggeplak kepalanya.

“Kau i—”
“Ahn Su-Yeon?” Tiba-tiba terdengar suara Eomma dari
arah dalam, membuat mereka bertiga membeku. Astaga,
mereka lupa keberadaan Eomma. “Kaukah itu?” tanyanya
dengan suara yang terdengar semakin dekat.
Ketiganya saling pandang. Sambil melepaskan pelukan
dari Rye-On, Hyun-Jae menepuk pundak lelaki itu pelan. “Good
luck, Hyung,” katanya, lalu berlari ke dalam, digantiin dengan
sosok Eomma yang tampak kaget melihat siapa yang datang.
“Aku pulang!” kata Su-Yeon tertahan saat tak ada
komentar yang keluar dari mulut ibunya.
“Kenapa tidak bilang akan datang?” tanyanya, berusaha
mengabaikan Rye-On yang berdiri di sebelah putrinya.
“Untung aku sedang menyiapkan makan malam,” beri
tahunya.
Su-Yeon menggigit bibir dan melirik Rye-On gelisah.
“Eomma, ini Kim Rye-On....”
“Jangan banyak bicara! Cepat ajak tamumu masuk,”
suruh ibunya, lalu bergegas ke dapur.
“Annyeong haseyo, Eomoni!” kata Rye-On akhirnya
setelah lama ia berpandangan dengan Su-Yeon yang balas
mengedikkan bahu. Ia juga tidak tahu situasi macam apa
yang terjadi. Tidak biasanya Eomma bertingkah begitu. Sambil
melangkah maju dan membungkukkan badan sembilan puluh
derajat, Rye-On kembali buka suara, “Saya Kim Rye-On,”
lanjutnya memperkenalkan diri.

246


Tak lama, Appa keluar dari kamar dengan rambut kusut.
“Lho, ada tamu?” tanyanya enteng sebelum duduk di sofa
ruang tengah.

“Annyeong haseyo, Abeoji. Saya Kim Rye-On.” Kali ini, ia
membungkuk ke hadapan pria yang tengah membuka koran
tersebut.

Appa melirik sedikit, lalu mengangguk. “Duduklah.
Entah mengapa aku seperti sudah lama mengenalmu,”
komentarnya setelah menatap Rye-On agak lama.

Lagi-lagi, Su-Yeon dan Rye-On saling tatap. Keduanya
benar-benar tidak tahu apa yang merasuki orangtua Su-Yeon
tersebut.

“Appa dan Eomma memintaku mencarikan judul drama
Hyung,” seru Hyun-Jae dari kamarnya. “Mereka berdua
menonton semuanya secara maraton,” lanjutnya, kali ini
sambil melongokkan kepala di pintu.

Baik Su-Yeon atau Rye-On lantas ternganga.
“Be-benarkah?” tanya Su-Yeon tergeragap. Bagaimana
bisa ayah dan ibunya meluangkan waktu berharga mereka
untuk menyaksikan tayangan yang selama ini mereka cela?
Dari sofa, Appa mengangguk-angguk. “Aktingmu boleh
juga,” komentarnya, lalu kembali memfokuskan pandangan
ke surat kabar yang membentang di depannya.
Tak lama, Eomma memanggil semuanya untuk berkumpul
di meja makan. Ada banyak sekali hidangan di meja, membuat
Rye-On yang selama ini hanya melahap makanan restoran
atau instan terkagum-kagum. Di lain sisi, ia masih merasa
asing bergabung bersama keluarga Ahn. Cara penyambutan
mereka yang aneh masih membuatnya agak waswas.
“Jadi apa Hyung masih akan menjadi selebritas setelah
apa yang terjadi?” tanya Hyun-Jae sambil memasukkan
sesendok nasi ke mulutnya.

247


Rye-On yang sedari tadi berusaha fokus menelan
makanannya, langsung menggeleng cepat-cepat. Bukankah
ibu Su-Yeon tidak suka profesinya itu? “Aku... aku ingin
mengundurkan diri,” jawabnya setelah melihat Su-Yeon
memberi kode agar dirinya mengatakan yang sebenarnya.

“Benarkah?” tanya anak itu lagi dengan raut kaget bukan
main. “Itu artinya kau akan jadi pengangguran?”

“Ya!” Su-Yeon langsung menegurnya karena kelewatan.
“Tidak. Aku akan melanjutkan sekolah profesi untuk
menjadi,” Rye-On melirik ayah dan ibu Su-Yeon yang tampak
menanti jawabannya penuh minat, “pengacara,” lanjutnya
akhirnya.
Appa lantas berdeham, diam-diam menyembunyikan
senyum. Pun dengan Eomma yang tak bisa mengaburkan
binar dalam matanya.
“Wow, keren!” sambut Hyun-Jae seraya mengacungkan
jempol. “Tapi kalau kau pensiun, aku tak bisa ketemu Ae-Ri
lagi, dong,” desahnya kecewa.
“Kau kan tahu di mana dia tinggal,” komentar Rye-On
ala kadar. Pikirannya masih menganalisa gerak-gerik ayah
dan ibu kekasihnya.
“Dengar-dengar, kau suka abalone ya?” Akhirnya Eomma
bertanya juga.
“Y-ya, Eomoni.” Rye-On mengangguk.
Ia mengangguk-angguk. “Nanti kubuatkan jeonbojuk
kalau kau sudah jadi menantuku.”
Dari sisi lain, Appa ikutan bertanya, “Jadi, kapan kalian
menikah?”
Di hadapannya, Rye-On lantas terbatuk dengan wajah
memerah.
Apa itu artinya mereka sudah mendapatkan restu?
Di sebelahnya, Su-Yeon tersenyum lebar. Wanita itu
lalu menggenggam tangannya di bawah meja dengan mata

248


berkaca-kaca. Ia tidak menyangka bahwa orangtuanya akan
membiarkan mereka menikah. Tadinya, ia memikirkan akan
ada drama seperti yang sudah-sudah. Namun, ternyata apa
yang dipikirkannya salah. Benar apa yang dikatakan semua
orang, bahwa tempat terbaik di seluruh muka bumi ini adalah
rumah. Dan menghabiskan waktu bersama keluarga.

Melihat kerendahan hati Appa dan Eomma tersebut,
Su-Yeon lantas buka suara, “Terima kasih, Appa, Eomma.”
Karena sudah membiarkan lelaki pilihanku menjadi anggota
baru keluarga kita.

Appa mengangguk, pun dengan Eomma yang sama
terharunya dengan putrinya. “Melihat apa yang terjadi,
kami tahu kalau Kim Rye-On adalah lelaki yang tepat untuk
mendampingimu.”

“Jagalah Su-Yeon untuk kami, Rye-On. Dia adalah putri
kami satu-satunya. Tak bisa kukatakan betapa beruntungnya
kau mendapatkan dia,” ujar Appa penuh kesungguhan.

Dari posisinya, Rye-On lantas berdiri dan membungkuk
hormat kepada calon mertuanya tersebut.

“Meski aku tidak akan bisa memperlihatkan seisi dunia
kepadanya,” katanya sambil memandangi Su-Yeon lekat, “tapi
aku akan menunjukkan seperti apa itu bahagia.”

Mendengar kalimat tersebut, Su-Yeon tak bisa lagi
membendung air matanya. Di hadapan keluarga yang
dicintainya, lelaki yang memiliki hatinya mengatakan apa
yang selama ini ingin ia dengar.

Jika ditanya apa momen yang paling berharga dalam
hidupnya, tanpa ragu lagi Su-Yeon akan menjawab, “Hari ini.”

Karena hari inilah kebahagiaannya tergenapi.

—end—

249


Tentang Penulis

adelIany Azfar adalah seorang gadis minang yang
dilahirkan dua puluh lima tahun lalu di sebuah kota kecil di
Sumatera Barat, Batusangkar.

Adelia senang membaca novel roman, baik novel lokal
atau terjemahan. Selain senang membaca, Adelia juga senang
mendengarkan musik dari berbagai genre. Semua disesuaikan
dengan mood.

Ia bermimpi untuk dapat memiliki sebuah penerbitan
sendiri suatu hari nanti. Karena bagaimanapun, Adelia
percaya bahwa sesuatu yang besar dimulai dari sebuah mimpi.
Jadi, ia tak pernah takut untuk memimpikan sesuatu yang di
luar jangkauannya karena dirinya percaya bahwa keajaiban
itu nyata.
Adelia dapat dihubungi di:
Instagram: @adeliaazfar

250


Ahn Su-Yeon

Usia 27 tahun. Karier gemilang sebagai pengacara.
Punya pacar seorang aktor yang sedang naik daun.
Dikelilingi para sahabat yang menyayanginya.
Namun, satu hal yang tidak dimilikinya, yaitu restu
orangtua untuk meresmikan hubungan dengan
Rye-On, kekasihnya. Alasannya hanya satu, ibunya
tidak suka punya menantu seorang selebritas. Heol!

Kim Rye-On

Usia 27 tahun. Lulusan sekolah hukum. Memilih

pengacara sukses. Digila-gilai lawan mainnya yang
menawan. Namun, selain belum mendapatkan restu
untuk menikahi Ahn Su-Yeon, Rye-On juga
dihadapkan pada kenyataan di mana ia harus memilih
antara wanita atau karier yang dicintainya.


Click to View FlipBook Version