KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga ebook ini dapat
tersusun sampai dengan selesai . Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam pembelajaran batuan beku dan mineral.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
ebook ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………… I
Daftar isi………………………………………. II
Daftar gambar…………………………………. III
BAB 1 Batuan…………………………………………. 1
Batuan Beku…………………………………………… 12
Batuan sedimen………………………………………... 13
Batuan metamorf……………………………………… 18
BAB 2 Mineral………………………………………… 21
BAB 3 Perkembangan teknologi pertambangan………. 27
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.0……………………. 1 Gambar 2.6………………… 19
Gambar 1.1…………………… 2 Gambar 2.7………………… 21
Gambar 1.2…………………… 3 Gambar 2.8………………… 23
Gambar 1.3…………………… 3 Gambar 2.9………………… 25
Gambar 1.4…………………… 4
Gambar 1.5…………………… 4
Gambar 1.6…………………… 5
Gambar 1.7…………………… 6
Gambar 1.8…………………… 7
Gambar 1.9…………………… 8
Gambar 2.0…………………… 10
Gambar 2.1…………………… 10
Gambar 2.2…………………… 11
Gambar 2.3…………………… 11
Gambar 2.4…………………… 12
Gambar 2.5…………………… 12
BAB 1 BATUAN
Dalam The Penguin Dictionary of Geology, yang dinamakan dengan batuan (rock) adalah material
penyusun kerak bumi yang tersusun baik oleh satu jenis mineral (monomineralic) maupun oleh
banyak jenis mineral (polymineralic).
Berdasarkan proses terjadinya batuan dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Batuan beku (Igneous rock)
2. Batuan sedimen (Sedimentary rock)
3. Batuan metamorf/malihan (Metamorphic rock)
1.
1.1 BATUAN BEKU
Batuan ini adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan maupun di atas permukaan.
Magma merupakan cairan silikat kental dan pijar yang bersifat mobile dengan suhu berkisar
1500-2500ºC terdapat pada kerak bumi bagian.
JENIS-JENIS BATUAN BEKU
Jenis Batuan beku berdasarkan genetiknya:
1. Batuan beku intrusive
Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma di dalam bumi, disebut juga dengan batuan
plutonik. Berdasarkan kontak dengan batuan sekitarnya, tubuh batuan beku intrusi dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu:
a. Konkordan, yaitu intrusi yang sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya, antara lain
1. Sill: intrusi yang melembar (sheetlike) sejajar dengan batuan sekitar dengan ketebalan
beberapa milimeter sampai beberapa kilometer.
Gambar 1.1 bentuk tubuh sil
2. Laccolith: sill dengan bentuk kubah (planconvex) di bagian atasnya.
2.
Gambar 1.2 bentuk tubuh laccolith
3. Lopolith: bentuk lain dari sill dengan ketebalan 1/10 sampai 1/12 dari lebar tubuhnya dengan
bentuk seperti melensa dimana bagian tengahnya melengkung ke arah bawah karena elastisitas
batuan di bawahnya lebih lentur.
Gambar 1.3 bentuk tubuh lapolith
4. Phacolith: massa intrusi yang melensa yang terletak pada sumbu lipatan.
3.
Gambar 1.4 bentuk tubuh phacolith
b. Diskordan, intrusi yang memotong perlapisan batuan di sekitarnya, antara lain:
1. Dike: intrusi yang berbentuk tabular yang memotong struktur lapisan batuan sekitarnya.
Gambar 1.5 bentuk tubuh dike
2. Batholith: intrusi yang tersingkap di permukaan, berukuran >100km 2 , berbentuk tak
beraturan, dan tak diketahui dasarnya.
3. Stock: intrusi yang mirip dengan batholith, dengan ukuran yang tersingkap di permukaan
<100km2.
4.
Gambar 1.6 tubuh intrusi secara utuh
2. Batuan beku ekstrusi
Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma baik di daratan maupun di bawah permukaan laut
yang disebut juga dengan batuan vulkanik.
Jenis Batuan beku berdasarkan kandungan silika
Berdasarkan kandungan silikanya, batuan beku terbagi atas:
1. Batuan beku asam: silika > 65%
2. Batuan beku menengah: silika 65-52%
3. Batuan beku basa: silika 52-45%
4. Batuan beku ultrabasa: silika <45%
Jenis Batuan Beku berdasarkan indeks warna
Berdasarkan indeks warna/komposisi mineral gelapnya (mafic), maka batuan beku terbagi atas:
1. Leucocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 0-30%
2. Mesocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 30-60%
3. Melanocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 60-90%
4. Hypermelanic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 90-100%
REAKSI DERET BOWEN
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka
mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran.
Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh N.L.. Bowen (kanada) disusun
suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction
Gambar 1.7 deret reaksi bowen
Apabila temperatur magma turun hingga mencapai titik jenuhnya maka magma tersebut mulai
mengkristal
Unsur-unsur yang sukar larut akan mengkristal terlebih dahulu, misalnya mineral asesoris
(apatit, zirkon, ilmenit, magnetit, rutil, titanit, chromit dll)
Mineral utama pembentuk batuan yang mula-mula mengkristal adalah olivin, Mg piroksen
(ortho piroksen), klino piroksen, amfibol, plagioklas dst Deret Bowen
Unsur-unsur yang mudah larut akan mengkristal paling akhir dan akan terjebak di sekitar kristal yang
telah terbentuk dahulu.
Dari Deret Bowen ini dikenal dua kelompok mineral utama pembentuk batuan, yaitu:
1. Mineral mafic, mineral-mineral utama pembentuk batuan yang bewarna gelap, hal ini
disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu Magnesium dan Ferrum(Mafic=Magnesium Ferric). Yang
termasuk mineral ini adalah: olivin, piroksen, amfibol, dan biotit.
2. Mineral felsic, mineral-mineral utama pembentuk batuan beku yang bewarna terang, hal ini disebabkan
oleh kandungan kimianya, yaitu feldspar + lenad (mineral-mineral feldsparthoid) + silika. Yang termasuk
mineral ini adalah: plagioklas, kalium feldspar (potassium feldspar), muskovit dan kuarsa.
Mineral pembentuk batuan beku berdasarkan kejadiannya, dibedakan menjadi :
1. Mineral Primer:Terjadi pada saat proses pembentukan batuan.
2. Mineral Sekunder : Terbentuk pada saat setelah proses pembekuan batuan (leburan silikat) berakhir.
KLASIFIKASI BATUAN BEKU
Gambar 1.8 klasifikasi batuan beku
7.
CONTOH GAMBAR BATUAN BEKU
Gambar 1.9 bentuk batuan beku
8.
Deskripsi Batuan
1. Nama batuan
2. Warna Warna terbagi dua, yaitu: a. Warna Segar :
a. warna segar adalah warna yang belum terkontaminasi oleh lingkungan sekitar (warna di
bagian dalam batu).
b. Warna Lapuk : warna lapuk adalah warna yang telah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar
(warna dibagian luar batu).
3. Komposisi mineral
Dapat ditentukan berdasarkan indeks warnanya, apakah leucocratic, mesocratic, melanocratic,
atau hypermelanic. Lihat juga komposisi mineral pembentuk batuannya, misalnya: kuarsa,
plagioklas,dll.
4. Tekstur (properties of individual grain)
Tekstur dibagi lagi menjadi:
a. Granularitas(grain size) Granularitas terbagi tiga, yaitu:
i. Afanitik: berbutir halus atau besar butiran (phenocryst) < 1mm, tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang.
ii. Porfiritik: berbutir sedang atau besar butiran (phenocryst) 1-5mm, dapat dilihat dengan
bantuan loupe.
iii. Faneritik: berbutir kasar atau besar butiran (phenocryst) > 5mm, dapat dilihat dengan mata
telanjang.
b. Derajat Kristalisasi
Umumnya menunjukkan kecepatan pendinginan. Derajat Kristalisasi terbagi tiga, yaitu:
i. Holohyalin: secara keseluruhan tersusun atas gelas/massa dasar. Hal ini terjadi karena
pendinginan cepat.
9.
Gambar 2.0 contoh holohyaline
ii. Hipokristalin/Hipohyalin: tersusun atas kristal (phenocryst) dan gelas (groundmass).
Gambar 2.1 contooh hipokristalin
10.
iii. Holokristalin: secara keseluruhan tersusun atas kristal (phenocryst). Hal ini terjadi karena
pendinginan lambat.
Gambar 2.2 contoh holokristalin
c. Bentuk Kristal
Umumnya menunjukkan rangkaian kristalisasi. Bentuk kristal terbagi tiga, yaitu:
i. Euhedral: bentuk kristalnya masih utuh (apakah ia kubik, monoklin, triklin atau yang lainnya).
ii. Subhedral: bentuk kristalnya sebagian tidak utuh.
iii. Anhedral: bentuk kristalnya sudah tidak utuh lagi sehingga tidak dapat dilihat apakah ia
kubik, monoklin, atau yang lainnya.
5. Struktur
- Masif: secara keseluruhan kenampakan batuan terlihat seragam/ monoton.
- Vesikuler: pada massa batuan terdapat lubang-lubang kecil yang berbentuk bulat atau elips
dengan penyebaran yang tidak merata. Lubang ini merupakan ruang tempat gas terperangkap
pada waktu magma membeku.
Gambar 2.3 batuan dengan struktur vesikuler 11.
- Amigdaloidal: vesikuler yang telah terisi oleh mineral sekunder.
- Scorius: vesikuler yang penyebarannya merata.
- Lava bantal (Pillow lava): lava yang memperlihatkan struktur seperti kumpulan bantal, Ini
disebabkan karena ia terbentuk di laut (gunungapi bawah laut).
Gambar 2.4 batuan dengan struktur lava bantal
- Columnar joint: struktur yang memperlihatkan bentuk seperti kumpulan tiang, ini disebabkan
adanya kontraksi saat proses pendinginannya.
Gambar 2.5 batuan dengan struktur columnar joint
12.
1.2 BATUAN SEDIMEN
Kata sedimen berasal dari bahasa latin sedimentum, yang berarti “penenggelaman” atau
secara sederhana dapat diartikan dengan “endapan”, yang digunakan untuk material padat yang
diendapkan oleh fluida.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari rombakan batuan lainnya
(batuan beku, batuan metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri) melalui proses pelapukan
(weathering), erosi, pengangkutan (transport), dan pengendapan, yang pada akhirnya mengalami
proses litifikasi atau pembatuan. Mekanisme lain yang dapat membentuk batuan sedimen adalah
proses penguapan (evaporasi), longsoran, erupsi gunungapi.
Batuan sedimen hanya menyusun sekitar 5% dari total volume kerak bumi. Tetapi karena
batuan sedimen terbentuk pada permukaan bumi, maka meskipun jumlahnya relatif sedikit akan
tetapi dalam hal penyebaran batuan sedimen hampir menutupi batuan beku dan metamorf. Batuan
sedimen menutupi sekitar 75% dari permukaan bumi.
Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi
karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah
penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi
hancur atau larut dalam air. Pelapukan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Pelapukan fisika, adalah proses dimana batuan hancur menjadi bentuk yang lebih kecil oleh berbagai
sebab, tetapi tanpa adanya perubahan komposisi kimia dan kandungan mineral batuan tersebut yang
signifikan.
2. Pelapukan kimia, adalah proses dimana adanya perubahan komposisi kimia dan mineral dari batuan.
3. Pelapukan biologi, Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan manusia,
binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga.
Erosi
Erosi adalah suatu pengikisan dan perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang
disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Erosi tidak
sama dengan pelapukan, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan
proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Transportasi
Transportasi adalah pengangkutan suatu material (partikel) dari suatu tempat ke tempat lain oleh suatu
gerakan media (aliran arus) hingga media dan material terhenti (terendapkan). Media transportasi (fluida)
antara lain gravitasi, air, es, dan udara. Gerakan fluida dapat terbagi ke dalam dua cara yang berbeda
1. Aliran laminar, semua molekul-molekul di dalam fluida bergerak saling sejajar terhadap yang
lain dalam arah transportasi. Dalam fluida yang heterogen hampir tidak ada terjadinya
pencampuran selama aliran laminar.
2. Aliran turbulen, molekul-molekul di dalam fluida bergerak pada semua arah tapi dengan jaring
pergerakan dalam arah transportasi. Fluida heterogen sepenuhnya tercampur dalam aliran
turbulen.
Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah satu dari tiga mekanisme
1. Menggelinding (rolling) di dasar aliran udara atau air tanpa kehilangan kontak dengan
permukaan dasar.
2. Saltasi (saltation), bergerak dalam serangkaian lompatan, secara periode meninggalkan
permukaan dasar dan terbawa dengan jarak yang pendek di dalam tubuh fluida sebelum kembali
ke dasar lagi.
3. Suspensi (suspension), turbulensi di dalam aliran dapat menghasilkan gerakan yang cukup
untuk menjaga partikel bergerak terus di dalam fluida.
Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan sedimen oleh media air, angin, atau es pada
suatu cekungan pengendapan pada kondisi P dan T tertentu. Pettijohn (1975) mendefinisikan
sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh
pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan
lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut
dalam.
Litifikasi
Proses perubahan sedimen lepas menjadi batuan disebut litifikasi. Salah satu proses
litifikasi adalah kompaksi atau pemadatan. Pada waktu material sedimen diendapkan terus –
menerus pada suatu cekungan. Berat endapan yang berada di atas akan membebani endapan yang
ada di bawahnya. Akibatnya, butiran sedimen akan semakin rapat dan rongga antara butiran akan
semakin kecil.
Proses lain yang merubah sedimen lepas menjadi batuan sedimen adalah sementasi.
Material yang menjadi semen diangkut sebagai larutan oleh air yang meresap melalui rongga
antar butiran, kemudia larutan tersebut akan mengalami presipitasi di dalam rongga antar butir
dan mengikat butiran – butiran sedimen. Material yang umum menjadi semen adalah kalsit,
silika dan oksida besi.
Klasifikasi Batuan Sedimen
Berdasarkan proses terjadinya, maka batuan sedimen terbagi menjadi empat kategori, yaitu:
14.
1. Terrigeneous Clastics Terbentuk dari hasil rombakan batuan lainnya melalui proses
pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi dan pembatuan (litifikasi). Pelapukan yang berperan
disini adalah pelapukan yang bersifat fisika. Contoh: breksi, konglomerat, batupasir,
batulempung.
2. Biochemical-Biogenic-Organic Deposits Batuan sedimen ini terbentuk dari akumulasi bahan-
bahan organik (baik flora maupun fauna) dan proses pelapukan yang terjadi pada umumnya
bersifat kimia. Contoh: batugamping, batubara, rijang, dll.
3. Chemical Precipitates-Evaporates Batuan sedimen jenis ini terbentuk dari akumulasi kristal-
kristal dan larutan kimia yang diendapkan setelah medianya mengalami penguapan. Contoh:
gipsum, batugaram, dll.
4. Volcaniclastics(Pyroclastic) Batuan sedimen jenis ini dihasilkan dari akumulasi material-
material gunungapi. Contoh: agglomerat, tuf, breksi,dll.
1.3 BATUAN METAMORF
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan yang
telah ada sebelumnya. Batuan asalnya (yang telah ada sebelumnya) dapat berupa batuan beku,
sedimen maupun metamorf. Proses metamorfosisme adalah proses yang menyebabkan perubahan
komposisi mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena panas dan tekanan tinggi, serta larutan
kimia yang aktif.
Proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat
karena pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda
dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Proses metamorfisme ini meliputi, Rekristalisasi, Reorientasi, pembentukan mineral baru (dari
unsur yang telah ada sebelumnya).
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu:
1. Metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism)
2. Metamorfisme tingkat tinggi (high-grade metamorphism)
Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan
penamaannya menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada batuan metamorf
tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit
(batuan yang sebagian bertekstur malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous)
Berdasarkan pengaruh pembentukannya batuan metamorf dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Metamorfisme kontak/thermal, batuan metamorf yang terbentuk karena pengaruh suhu yang
tinggi, misalnya metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan
tubuh magma (intrusi) dengan lebar antara 2 – 3 km.
15.
2. Metomorfisme dinamik, terjadi akibat adanya tekanan yang tinggi, misalnya metamorfisme diinamik
terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut mengalami
penggerusan.
3. Metamorfisme regional, dimana batuan metamorf ini mendapat pengaruh dari suhu dan tekanan
yang tinggi, biasanya metamorf jenis ini terdapat pada daerah dengan zona subduksi
Struktur dan tekstur batuan metamorf
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur foliasi ditunjukkan oleh
adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak
memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
• Struktur Foliasi
Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit,
felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral
granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih
. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya
sangat halus (dalam mineral lempung).
Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah
mulai agak kasar.
• Struktur nonfoliasi
Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif seragam.
Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan
asal.
Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral yang
berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang
berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah
mendekati tipe struktur filit.
Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang
tertanam pada masa dasar milonit.
Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar
dalam masa dasar yang lebih halus.
Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran beragam.
Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus atau
fibrous.
16.
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal penamaanya mengikuti
kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi
kristal-kristal berukuran seragam disebut dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih
mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal yang.
lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan
sekilas, mungkin membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka
dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Pengujian
mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari material matrik, dalam hal
ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang
lebih besar disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat
diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada mineral-
mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang menunjukkan (karena
bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti
skistosity atau perlapisan asal); dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai
tekstur helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang
berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German
untuk “mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa
kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk agregat adalah porphyroklast.
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak
kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam penamaannya
menggunakan akhiran kata –blastik. Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa
dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata – blasto.
Pertumbuhan dari mineral-mineral baru atau rekristalisasi dari mineral yang ada sebelumnya
sebagai akibat perubahan tekanan dan atau temperatur menghasilkan pembentukan kristal lain
yang baik, sedang atau perkembangan sisi muka yang jelek; kristal ini dinamakan idioblastik,
hypidioblastik, atau xenoblastik. Secara umum batuan metamorf disusun oleh mineral-mineral
tertentu, namun secara khusus mineral penyusun batuan metamorf dikelompokkan menjadi dua
yaitu (1) mineral stress dan (2) mineral anti stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil dalam
kondisi tekanan, dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik dan tumbuh tegak lurus terhadap arah
gaya/stress meliputi: mika, tremolit-aktinolit, hornblende, serpentin, silimanit, kianit, seolit,
glaukopan, klorit, epidot, staurolit dan antolit. Sedang mineral anti stress adalah mineral yang
terbentuk dalam kondisi tekanan, biasanya berbentuk equidimensional, meliputi: kuarsa, felspar,
garnet, kalsit dan kordierit.
17.
Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-kenampakan yang jelas
pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan akibat dari tekanan-tekanan yang tidak
sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau
rekristalisasi. Beberapa tekstur dan struktur di dalam batuan.
metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-metamorfik (seperti: cross bedding), tetapi
kebanyakan hal ini terhapus selama metamorfisme. Penerapan dari tekanan yang tidak sama,
khususnya jika disertai oleh pembentukan mineral baru, sering menyebabkan kenampakan
penjajaran dari tekstur dan struktur. Jika planar disebut foliasi. Seandainya struktur planar tersebut
disusun oleh lapisan-lapisan yang menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda
tekstur, misal: lapisan yang kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa) berselang-
seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral- mineral tabular atau prismatik (seperti:
feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai gneis. Seandainya foliasi tersebut
disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral pipih berbutir sedang-kasar
(umumnya mika atau klorit) disebut skistosity. Pecahan batuan ini biasanya sejajar dengan
skistosity menghasilkan belahan batuan yang berkembang kurang baik.
Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain yaitu didasarkan
pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk batuan metamorf ini mempunyai
kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-tama dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam
struktur foliasi (ada penjajaran mineral) atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral). Pada
metamorfisme tingkat tinggi akan berkembang struktur migmatit. Setelah penentuan struktur
diketahui, maka penamaan batuan metamorf baik yang berstruktur foliasi maupun berstruktur non
foliasi dapat dilakukan. Misal: struktur skistose nama batuannya sekis; gneisik untuk genis;
slatycleavage untuk slate/ sabak. Sedangkan non foliasi, misal: struktur hornfelsik nama batuannya
hornfels; liniasi untuk asbes.
Variasi yang luas dari tekstur, struktur dan komposisi dalam batuan metamorf, membuatnya
sulit untuk mendaftar satu atau lebih dari beberapa kenampakkan yang diduga hasil dari proses
metamorfisme. Oleh sebab itu hal terbaik untuk mempertimbangkan secara menerus seperti
kemungkinan banyaknya perbedaan kenampakan-kenampakan yang ada.
18.
BAB 2 MINERAL
Mineral adalah zat padat anorganik yang terbentuk di alam secara anorganik, mempunyai
komposisi kimia tertentu dan susunan atom yang teratur.
Kristal adalah zat padat yang mempunyai bentuk bangun beraturan yang terdiri dari atom-atom
dengan susunan yang teratur.
Sifat fisik mineral
1. Bentuk Kristal (crystal form)
Suatu mineral dapat berupa kristal tunggal atau rangkaian kristal. Struktur kristal berkembang
pada saat penghabluran dari larutannya. Bentuk ini mempunyai pola yang teratur pada sisi-
sisinya dengan sudut aturannya dapat digolongkan ke dalam sistem kristal utama yang
merupakan ciri setiap mineral. Contoh: kuarsa › heksagonal.
Gambar 2.6 bentuk mineral
19.
2. Warna (colour)
Cahaya dari suatu mineral yang terlihat oleh mata telanjang. Warna biasanya bersifat umum.
Contoh: ortoklas › merah muda.
3. Belahan (cleavage)
Sifat suatu mineral untuk pecah sepanjang satu atau lebih arah-arah tertentu dalam bentuk rata
(teratur), umumnya sejajar dengan salah satu sisi kristal. Belahan dibagi berdasarkan bagus
tidaknya per-mukaan bidang belah. Contoh: mika › belahan satu arah sempurna.
4. Pecahan (fracture)
Suatu permukaan yang terbentuk akibat pecahnya suatu mineral dan umumnya tidak teratur.
Pecahnya mineral tersebut diakibatkan oleh adanya suatu gaya tekan yang berkerja pada suatu
mineral dan gaya tersebut melebihi batas elastisitas dan plastisitas mineral tersebut. Contoh:
olivin › pecahan konkoidal.
5. Kilap (luster)
Kilap atau derajat kecerahan adalah intensitas cahaya yang dipantul-kan oleh permukaan suatu
mineral. Kilap tergantung pada kualitas fisik permukaan (kehalusan dan transparansi). Secara
umum kilap dibagi dua, yaitu: kilap logam dan kilap nonlogam
6. Goresan (streak)
Goresan adalah warna bubuk mineral bila digoreskan pada pelat porselen. Untuk mineral bijih,
goresan dapat digunakan sebagai petunjuk. Pada mineral yang mempunyai kilap nonlogam,
biasanya goresannya tidak bewarna atau berwarna muda. Goresan dapat saja sama atau berbeda
dengan warna mineralnya.
7. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ukuran daya tahan dari permukaan suatu mineral terhadap goresen
(scratching). Kekerasan relatif dari suatu mineral dapat ditentukan dengan membandingkannya
dengan suatu urutan mineral yang ditetapkan sebagai Standar Kekerasan Mohrs, 1822.
20.
Gambar 2.7 tabel kekerasan mohs
21.
BAB 3 PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI
PERTAMBANGAN
A. Perkembangan Teknologi
Bumi yang kita tempati ini dikaruniai bahan galian yang begitu melimpah. Semua yang
dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia pasti dibutuhkan oleh manusia. Dalam kehidupan
sehari‐hari kita tidak bisa lepas dari benda‐benda sebagai produk bahan tambang. Taukah kalian
sejak kapan barang tambang tersebut mulai dimanfaatkan dalam kehidupan manusia?
1. Sejarah Pertambangan
Di Dunia Pertambangan di dunia diawali dari sejak peradaban manusia,dimana orang‐orang
mulai memanfaatkan pasir, keramik, dan logam yang ditemukan pada permukaan bumi. Bahkan
sejak zaman prasejarah, manusia sudah mulai melakukan aktifitas pertambangan sebagai upaya
untuk menunjang keberlangsungan hidupnya seperti untuk membuat peralatan senjata untuk
mencari makanan dengan cara berburu.
Sejarah pertambangan mencatat bahwa salah satu tambang tertua di Gua Singa, Swaziland,
Afrika yang diperkirakan berusia 43.000 tahun yang lalu berdasarkan analisis data radiokarbon.
Kemudian disusul oleh bangsa Mesir yang pertambangannya dimulai dengan dibukanya tambang
emas Nubia. Sedangkan adi Benua Eropambang yang relative awal dibuat adalah tambang Perak
di Laurium yang tberada di kota Athena pada zaman Romawi.
22.
Gambar 2.8 pertambangan zaman dulu
Seiring perkembangan sejarah pada sekitar abad pertengahan, industri pertambangan mengalami
perubahan yang cukup cepat, yang diindikasikan karena kebutuhan tertama untuk peralatan
perang, sehingga orientasi penambangan cenderung beralih pada ekstraksi tembaga dan logam
yang digunakan untuk peralatan senjata, baju besi, dan sepatu kuda.
2. Sejarah Pertambangan di Indonesia
Indonesia sebagai negara yang juga dikaruniai potensi bahan galian yang melimpah , maka
seiring waktu, pertambangan juga mulai masuk dan berkembang di Indonesia. Bahan tambang
yag melimpah di Indonesia di antaranya adalah batubara, minyak dan gas bumi, emas, nikel, timah,
bauksit dan lain‐lain. Kekayaan sumber daya alam bahan tambang ini pulalah yang menjadi salah
satu penyebab terjadinya penjajahan di Indonesia. Di satu sisi terjadi eksploitasi bahan galian oleh
penjajah, tetapi disisi lain juga terjadi transfer teknologi terutama teknologi pertambangan.
Sejarah Pertambangan di Indonesia dimulai pada tahun 1602, dimana pada sat itu
Pemerintah Hindia Belanda membentuk VOC yang mulai melakukan perdagangan dari berbagai
komoditas termasuk hasil pertambangan. Selanjutnya pada tahun 1850 Pemerintah Hindia Belanda
membentuk Mijnwezenn atau Dinas Pertambangan yang berkedudukan di Batavia.
Perkembangan pertambangan di Indonesia dibuka oleh Bangsa Barat pada umumnya, dan
oleh Pemerintah Hindia belanda pada umumnya juga disertai dengan mulai dibukanya Pendidikan
oleh Pemerintah Hindia Belanda. Hingga saat era kemerdekaan Republik Indonesia, rata‐rata
penambangan yang pernah dibuka dan kemudian ditinggalkan oleh Pemerintah Hindia Belanda
masih dilanjutka pengelolaannya oleh Pemerintah Republik Indonesia.
23.
Hal ini sesuai dengan Amanah yang tercantum pada pasal 33 ayat 3 UUD 45 yang
menyatakan bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar‐besarnya kemakmuran rakyat. Dengan kata lain bahwa
pengelolaan sumber daya alam yang benar dapat memajukan peradaban suatu bangsa.
Sampai saat ini, aktivitas pertambangan telah dan terus berjalan dengan teknologi yang
terus berkembang dari teknologi pertambangan konvensional sampai teknologi pertambangan
modern mengikuti mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan manusia
serta peradaban manusia.
Perkembangan kecanggihan teknologi yang hangat diperbincangkan adalah penggunaan
piranti atau mesin tanpa awak atau sering disebut dengan drone. Hampir semua bidang kehidupan
sekarang menggunakan drone. Drone sendiri sebelum banyak digunakan sekarang, sebenarnya
sudah terlebih dahulu digunakan dalam sektor teknologi pertambangan
Pesatnya perkembangan teknologi khususnya di bidang pertambangan membuat
operasional tambang menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu juga menciptakan operasional
kerja tambang dalam kehidupan yang lebih aman secara berkelanjutan serta menekan dampak
buruk serendah mungkin dari akibat dilaksanakannya aktifitas pertambangan, terutama dampak
buruk terhadap lingkungan hidup.
Efek yang ditimbulkan dari diaplikasikanya terknologi modern pada bidang pertambangan
ini selain efek positif baik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi waktu, kerja, kualitas dan
keselamatan manusia, juga menghasilkan efek negatif secara sosiologis. Dampak negatif
tersebut.antara lain adalah dengan berkurang porsi manusia untuk bekerja pada sector
pertambangan karena sebagian posisi manusia sudah digantikan oleh piranti atau mesin.
24.
Gambar 2.9 tambang modern
Berikut ini merupakan jenis‐jenis teknologi yang harus diterapkan di lingkungan pertambangan :
a. Teknologi untuk Perlindungan manusia
Teknologi pertama yang harus diterapkan adalah teknologi yang bertujuan untuk memberi
perlindungan bagi manusia dalam hal ini adalah pekerja tambang. Teknologi ini bisa berupa
perlindungan keselamatan fisik pekerja tambang di lokasi tambang sampai jaminan fasilitas
kesehatan. Dalam penerapan teknologi yang bertujuan untuk meminimalkan resiko terjadinya
kecelakaan juga harus diiringi dengan peralatan dan fasilitas keselamatan dan kesehatan,
termasuk edukasi untuk
memaksimalkan perlindungan yang diberikan. Penerapan teknologi perlindungan keselamatan
dan kesehata di area tambang dilakukan dengan penyediaan APD (Alat Pelindung Diri) yang
lengkap dan terstandarisasi seperti helm, rompi, sepatu, kacamata, penyaring udara, sarung
tangan pengaman, pengaman telinga, dan lain sebagainya.
25.
b. Teknologi Alat Berat
Teknologi kedua yang harus ada adalah teknologi yang berkaitan denganperalatan
untuk keperluan pertambangan, terutama alat berat. Proses penggalian sumber mineral maupun
batubara bisa dilakukan dengan kedalaman sampai ribuan meter di bawah permukaan bumi.
Kondisi tersebut ditambah dengan waktu yang lama serta cuaca, nantinya juga akan meningkatkan
resiko kecelakaan di lokasi pertambangan terutama terjadinya galian runtuh. Oleh sebab itu
diharapkan perusahaan pertambangan menyediakan alat berat dengan teknologi terkini dan teruji
dalam menjamin keselamatan dan kesehatan.
Dengan penerapan teknologi modern dalam bidang pertambangan, maka posisi manusia
terutama pada lokasi‐lokasi yang mempunyai resiko terjadi kecelakaan tinggi seperti di tambang
bawah tanah, sebagia posisi tersebut bisa digantikan oleh mesin, dan manusia hanya memonitor
saja di aera aman, sehingga resiko kecelakaan pun bisa ditekan.
c. Teknologi untuk Mengatasi Dampak Negatif pada Lingkungan
Teknologi ketiga yang harus diterapkan oleh perushaan pertambangan adalah adalah teknologi
yang berhubungan dengan proses menekan efek negatif kegiatan tambang terhadap lingkungan
hidup, karena sejatinya kegiatan pertambangan adalah mencari, mengeksploitasi, mengelola dan
memanfaatkan sumber daya alam yang tujuannya baik.
Akan tetapi setiap hal baik yang dilakukan manusia, berapapun porsinya pasti menghasilkan
efek yang kurang baik juga bagi manusia. Kegiatan pertambangan ini melibatkan alat berat dan
beberapa bahan kimia yang sudah pasti tentunya memberi dampak buruk bagi kesehatan
lingkungan. Oleh karena itu harus ada teknologi untuk menanggulanginya supaya keselamatan dan
kesehatan lingkungan hidup tetap terjaga.
Saat ini sedang digencarkan kampanye penambangan yang berwawasan lingkungan yang
tentunya tidak hanya kampanye saja tetapi sudah banyak perusahaan pertambangan yang
menerapkan teknologi penambangan yang berwawasan lingkungan. Dengan penerapan
penambangan yang berwawasan lingkungan tersebut bertujuan membantu menekan resiko tanah
tercemar oleh hidrokarbon, kontaminasi air asam tambang sehingga dapat melindungi pekerja
maupun masyarakat sekitar pertambangan.
Tujuan Pemanfaatan Teknologi di Pertambangan
Penerapan teknologi modern pada semua lini bidang pertambangan ini memiliki banyak tujuan
untuk kebaikan semua pihak yang terkait. Tujuan‐ tujuan tersebut diantaranya :
a. Meminimalisir Kecelakaan
Menekan angka kecelakaan kerja yang sering terjadi di lingkungan pertambangan, sehingga
menjaga bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pekerja lapangan.
26.
b. Peningkatan efektifitas dan efisiensi
Efisiensi dan efektifitas waktu, tenaga dan perangkat kerja pada kegiatan pertambangan bisa
dicapai salah satunya dengan penerapan teknologi pertambangan yang terkini.
c. Meminimalisir rusaknya lingkungan
Dengan penerapan teknologi pertambangan terkini, maka diharapkan bisa meminimalisir
bahkan bisa menanggulangi dan mencegah dampak negatif kegiatan pertambangan terhadap
kesehatan lingkungan sekitarnya.
27.