The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by fadiaaliefta, 2022-04-23 12:29:46

Hubungan status gizi terhadap kejadian anemia pada lansia

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN
ANEMIA PADA LANSIA

1
2
3
Ratih Delimaniar Siregar , Arneliwati , Fathra Annis Nauli

Program StudiIlmuKeperawatan
Universitas Riau
Email: [email protected]

Abstract

The purpose of this study was to determine the relationship between nutritional status on the incidence of anemia in the
elderly. This research method descriptive design-correlation with cross-sectional studies. Correlational study aimed to
determine the correlation between variables. This research conducted at the health center of Pekanbaru Simpang Tiga to
40 elderly people . The sampling method is to use accidental sampling. Measuring instruments in use is the observation
sheet consisting of initials, age, sex, IMT values, and levels of hemoglobin. Analysis used univariate and bivariate
analysis is by using ANOVA test. The results of this study showed no association between nutritional status on the
incidence of anemia in the elderly S ! . 05) is (p = 0,792). The results of this study indicate that the elderly have
normal nutritional status because of lifestyle factors such as eating good nutritious food and food various every day.

Key word: anemia, elderly, nutrition, status

PENDAHULUAN
UsiaHarapanHidup (UHH) di Indonesia reumatik, ginjal, sirosis hati, empedu, dan
padatahun 2000 sebesar 64,5% kanker.Namun demikian, masalah kurang gizi
danmeningkatmenjadi 66,2% padatahun juga banyak terjadi pada usia lanjut seperti
2006, di Kurang Energi Protein yang Kronis (KEK),
perkirakanakanterusmeningkatmenjadi 67,4 anemia, dan kekurangan zat gizi mikro lain
tahunpadatahun 2010 dan 71,1% padatahun (Ardiani & Warjatmadi, 2012).
2020 (KementrianKoordinatorKesejahteraan Masalah gizi yang sering terjadi pada
Rakyat Republik Indonesia, 2009). lanjut usia yaitu masalah gizi berlebih
Peningkatan UHH terjadijugapadajumlah (obesitas) dan masalah gizi kurang (kurus).
populasipenduduklanjutusia di Indonesia Di Indonesia, angka kejadian masalah gizi
tergolongcepat di dunia, tahun 2000 sebesar pada lansia cukup tinggi, sekitar 31% untuk
7,80%, tahun 2005 mencapai 8,48%, di masalah gizi kurang dan hanya 1,8% untuk
perkirakantahun 2010 mencapai 9,77% masalah gizi lebih (Depkes RI, 2005).
danpadatahun 2020 diperkirakan mencapai Meilianiningsih (2005) meneliti tentang
11,37% (Sartika, 2011). hubungan pola makan dengan kejadian
sedangkanjumlahpopulasilanjutusiatahun anemia pada lansia penelitian ini
2012adalahmencapai 338.387 jiwa memperlihatkan adanya hubungan yang
(DinasKesehatan Kota Pekanbaru, 2012). bermakna antara kecukupan sayur, lauk, pauk,
Sebagai akibat dari proses penuaan salah dan buah. Namun tidak ada hubungan yang
satunya adalah masalah gizi. Masalah gizi bermakna antara kecukupan nasi dengan
usia lanjut merupakan rangkaian proses kejadian anemia. Secara keseluruhan
masalah gizi sejak usia muda yang komponen makanan mempunyai hubungan
manifestasinya timbul setelah tua dari yang bermakna dengan kejadian anemia.
berbagai penelitian yang dilakukan oleh para Kelengkapan variasi jenis makanan juga
pakar, masalah gizi dapat lanjut usia sebagian mempunyai hubungan yang bermakana
besar merupakan masalah gizi lebih dan dengan kejadian anemia dan kebiasaan
kegemukan/obesitas yang memacu timbulnya mengkonsumsi minuman teh atau kopi juga
penyakit degeneratif seperti jantung mempunyai hubungan yang bermakna dengan
koroner,diabetes mellitus, hipertensi, gout, kejadian anemia pada lansia.



1

Penelitian dari Martina dan Kholis (2012) dapat juga dilihat bahwa pada nilai IMT
meneliti tentang hubungan usia, jenis kelamin normal yang terdapat pada lanjut usia yang
dan status nutrisi dengan kejadian anemia pernah berobat ke Puskesmas Simpang tiga
pada pasien tuberkulosis penelitian ini belum masih banyak yang memiliki nilai IMT tidak
dapat disimpulkan apakah usia berhubungan normal.
dengan kejadian anemia pada pasien Berdasarkan latar belakang dan fenomena
tuberkulosis, belum dapat di simpulkan diatas, dapat di simpulkan bahwa di wilayah
apakah jenis kelamin berhubungan dengan kerja Puskesmas Simpang tiga status gizi
kejadian anemia pada pasien tuberkulosis, dan sangat menurun dan angka kejadian anemia
dapat di sempulkan bahwa status nutrisi sangat tinggi. Maka peneliti tertarik untuk
berhubungan dengan kejadian anemia pada melakukan penelitian pada penderita anemia
pasien tuberkulosis. GHQJDQ MXGXO ³+XEXQJDQ VWDWXV JL]L WHUKDGDS
Berdasarkan hasil penelitian Napitupulu kejadian anemia pada lanjut usia di wilayah
(2001) meneliti tentang faktor-faktor yang NHUMD 3XVNHVPDV 6LPSDQJ 7LJD´
berhubungan dengan status gizi lanjut usia TUJUAN
(lansia) ada empat variabel independen yang Untuk mengetahui hubungan antara
diduga mempunyai hubungan dengan status status gizi terhadap kejadian anemia pada
gizi pada lanjut usia. Variabel tersebut adalah lansia di Puskesmas Simpang Tiga kota
aktifitas fisik, tingkat pendidikan, status Pekanbaru Provinsi Riau.
ekonomi, serta asupan karbohidrat, protein, METODE
dan lemak. Hasil dari penelitiannya yaitu ada Metode yang digunakan dalam penelitian ini
hubungan yang bermakna antara aktifitas yaitu deskriptif korelasi dengan pendekatan
fisik, tingkat pendidikan, status ekonomi, cross sectional. Penelitian dilakukan di
serta asupan karbohidrat, protein, dan lemak Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru
dengan status gizi pada lanjut usia, dari bulan September 2013 sampai bulan
pemenuhan gizi yang adekuat sangat penting. januari 2014. Sampel adalah lansia umur 60
Berdasarkan laporan dari Dinas tahun keatas yang datang berobat ke
Kesehatan kota Pekanbaru pada tahun 2012, Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru
data yang didapat dari 20 Puskesmas di kota berjumlah 40 orang responden. Pengambilan
Pekanbaru bahwa jumlah lanjut usia sampel menggunakan teknik accidental
terbanyak terdapat di Puskesmas Sidomulyo sampling. Instrumen yang digunakan adalah
adalah 64.856 jiwa (11,10%), sedangkan lembar observasi. Lembar observasi terdiri
lansia yang memiliki Indek Massa Tubuh dari umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi
(IMT) tidak normal banyak terdapat di badan, nilai IMT dan kadar hemoglobin. Data
Puskesmas rawat inap Tenayan raya adalah di analisis secara univariat dan bivariat
1.714 jiwa (19,93%) dan jumlah penderita mengunakan uji anova.
anemia pada lanjut usia banyak terdapat di HASIL
Puskesmas Simpang tiga sebanyak 460 jiwa Tabel 1
(36,47%) (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Distribusi Responden Menurut Karakteristik
2012). Responden
Data sekunder juga menunjukan bahwa Karakteristik
No n (%)
di Puskesmas Simpang tiga tahun 2012, lanjut Responden
usia yang mengalami penyakit hipertensi 422 1 Umur Responden
jiwa (3.37%), diabetes mellitus 186 jiwa Lanjut usia (elderly) 60-74 34 85
tahun
(4,53%), gangguan ginjal 1.362 jiwa
Lanjut usia tua (old) 75-90 6 15
(55,77%), anemia 460 jiwa (36,47%) dan tahun
IMT tidak normal (6,51%). Penyakit yang Total: 40 100
diderita oleh lanjut usia tentunya berpengaruh 2 Jenis Kelamin
terhadap kesediaan dan kebutuhan zat gizi Perempuan 21 52,5
dalam tubuh nya. Data sekunder tersebut Laki-laki 19 47,5


2

Total: 40 100 mulai banyak mengalami perubahan yang
3 Klasifikasi IMT Lansia terjadi sehingga menimbulkan keluhan
Normal 25 62,5 kesehatan yang dirasakan.
Kurang Gizi 2 5 Lanjut usia lebih cenderung
Kegemukan 6 15
Obesitas 7 17,5 memanfaatkan pelayanan kesehatan
Total: 40 100 dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
4 Klasifikasi Hemoglobin Seiring dengan peningkatan usia, terjadi
Hb 10 g/dl-batas normal 37 92,5 peningkatan kebutuhan pelayanan khusus
Hb 8 g/dl-9,9 g/dl 3 7,5 yang berbasis masyarakat. Terjadi
Total: 40 100 peningkatan beban akibat penyakit yang
menyertai usia mempercepat peningkatan
Hasil analisa univariat menunjukan kebutuhan dan penggunaan pelayanan
bahwa karakteristik responden menurut umur kesehatan, serta sifat kronis yang terdapat
responden terbanyak adalah lanjut usia pada banyak penyakit mengakibatkan lansia
(elderly) usia 60-74 yaitu sebanyak 34 orang harus berkali-kali berhubungan dengan
lansia (85%). Data juga menunjukan bahwa pelayanan kesehatan (Lestari, Hadisaputro, &
karakteristik jenis kelamin adalah jenis Pranarka, 2011).
kelamin perempuan sebanyak 21 orang lansia Penelitian yang dilakukan oleh Lestari,
(52,5%). Hasil distribusi dari klasifikasi IMT Hadisaputro, dan Pranarka (2011), tentang
lansia terbanyak adalah yang memiliki IMT beberapa faktor yang berperan terhadap
normal sebanyak 25 orang lansia (62,5%), keaktifan kunjungan lansia ke posyandu di
sedangkan klasifikasi kadar hemoglobin Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan
menunjukan bahwa lansia yang memiliki Hb Kabupaten Bentul propinsi DIY mendapatkan
10 g/dl ± batas normal adalah sebanyak 37 hasil yang sama. Hasilnya didapat faktor yang
orang lansia (92,5%). berpengaruh keaktifan kunjungan lansia ke
SRV\DQGX \DLWX XPXU • WDKXQ. Faktor yang
Tabel 2 tidak berpengaruh kepada keaktifan
Hubungan status gizi terhadap kejadian kunjungan lansia ke posyandu yaitu tingkat
anemia pada lansia. pendidikan, kondisi sosial ekonomi,
p pengetahuan, akses, dan peran sosial lansia.
Variabel Mean SD 95% CI
value
Penelitian ini cendrung mengatakan lansia
Klasifikasi IMT \DQJ EHUXPXU • WDKXQ OHELK DNWLI NH
Lansia
SRV\DQGX GL EDQGLQJNDQ \DQJ EHUXPXU •
Normal 1,08 0,277 0,97-1,19 tahun.
Kurang 1,00 0,000 1,00-1,00 0,792
Kegemukan 1,00 0,000 1,00-1,00 Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Obesitas 1,14 0,378 0,79-1,49 Yenny dan Herwana (2006), tentang
*p value . prevalensi penyakit krinis dan kualitas hidup
Hasil analisa bivariat dengan uji anova pada lanjut usia di Jakarta. Hasil penelitian
menunjukan tidak ada hubungan antara status menunjukan prevalensi penyakit kronis pada
gizi dengan kejadian anemia pada lansia di lansia besarnya 87,3% (267/300). Penyakit
Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru muskuloskeletal, kardiovaskuler, urogenital
dengan S YDOXH ! . dengan dan persyarafan lebih banyak dialami lansia
kata lain Ho diterima. laki-laki di bandingkan perempuan,
PEMBAHASAN sedangkan penyakit digestif dan metabolik
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti lebih banyak di jumpai pada lansia
terhadap 40 orang lansia yang berobat ke perempuan. Kejadian keganasan baik pada
Puskesmas Simpang Tiga kota Pekanbaru laki-laki maupun perempuan tidak besar
pada bulan Januari 2014, Mayoritas lanjut jumlahnya. Kualitas hidup lansia cenderung
usia 60-74 tahun sebanyak 34 orang lansia menurun seiring bertambahnya usia. Rata-rata
(85%) dimana dalam usia ini lansia sudah dominan sosial kualitas hidup lansia pada


3

NHORPSRN XVLD • WDKXQ SDOLQJ UHQGDK berjuang hidup lebih tinggi dibandingkan
dibandingkan kelompok usia lainnya. lansia laki-laki.
Kualitas hidup dominan fisik dan lingkungan Penelitian ini sama dengan penelitian
berbeda secara bermakna antara lain lansia yang dilakukan oleh Rahmawati, Aprianti,
yang mengalami dan tidak mengalami dan Magdalena (2008) tentang perbedaan
penyakit kronis. Penyakit kronis secara tingkat pengetahuan, jenis kelamin dan jarak
bermakna menurunkan kualitas hidup lansia. rumah pada lansia aktif dan tidak aktif ke
Lansia berjenis kelamin perempuan lebih posyandu di Posyandu Setonsa Kecamatan
banyak dari pada laki-laki yaitu sebanyak 21 Anjir Pasar Kabupaten Bintaro Kuala tahun
orang (52,5%). Hasil penelitian ini 2008. Hasil penelitian ini diketahui pada
menunjukan lansia yang berjenis kelamin lansia aktif 52,9%, sedangkan pada lansia
perempuan lebih banyak dibandingkan laki- tidak aktif 75,8%. Jenis kelamin pada lansia
laki. Penelitian ini sejalan dengan angka aktif 70,6%, sedangkan lansia dengan jenis
harapan hidup perempuan lebih tinggi dari kelamin laki-laki yang tidak aktif 52%. Tidak
pada laki-laki, yaitu 77,2 tahun untuk usia ada perbedaan yang bermakna antara tingkat
harapan hidup perempuan dan 74,2 tahun pengetahuan lansia yang aktif dengan lansia
untuk usia harapan hidup laki-laki (Sunarti, yang tidak aktif. Ada perbedaan yang
Sasiarini & Avandi, 2010). bermakna antara jenis kelamin lansia yang
Selain itu lansia perempuan biasanya aktif dengan lansia yang tidak aktif, serta
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan dalam jarak rumah lansia yang aktif dengan lansia
usia ini mereka lebih bisa meluangkan yang tidak aktif. Disarankan kepada semua
waktunya untuk datang ke pelayanan pihak terkait sebaiknya memperhatikan
kesehatan, sedangkan lansia laki-laki kegiatan posyandu lansia, agar tercipta
biasanya di usia ini masih bekerja memenuhi kesehatan lansia secara optimal.
kebutuhan istrinya di rumah. Selain itu juga Hasil penelitian ini berbeda dengan yang
lebih banyak penyakit yang diderita oleh dilakukan oleh Sunarti, Sasiarini dan Avandi
lansia perempuan dikarenakan pengaruh (2010). Penelitian ini tentang status gizi
berbagai hormon yang semasa muda hormon- pasien lansia yang dirawat di instalasi rawat
hormon tersebut mempengaruhi kehidupan inap I rumah sakit Saiful Anwar Malang.
lansia dan berpengaruh di masa tua. Didapatkan pula bahwa ada hubungan antara
Kebiasaan pola makan yang kurang baik jumlah penyakit pada pasien dengan status
cenderung mengakibatkan lansia mengalami gizi dengan r = -0,509 (p = 0,000).
kegemukan dan obesitas. Lansia yang di masa Kesimpulan dari penelitian ini adalah pasien
muda sudah mengalami kegemukan atau lansia yang dirawat di IRNA I RSSA masih
obesitas akan sangat mudah mengalami banyak yang memiliki status gizi yang kurang
kegemukan atau obesitas di masa tua karena dan memiliki hubungan terbalik dengan
lemak-lemak tersebut masih menumpuk di jumlah penyakit yang diderita.
dalam tubuh karena lansia kurang melakukan Lansia yang klasifikasi IMT normal
aktifitas fisik seperti oleh raga dan kegiatan adalah 25 orang lansia (62,5%). Hasil
fisik lainnya. penelitian ini menggambarkan bahwa dengan
Jenis kelamin juga mempengaruhi meningkatnya usia lansia akan banyak terjadi
penyebaran suatu masalah kesehatan salah penurunan fungsi fisik/fisiologis terkait fungsi
satunya adalah perbedaan tingkat kesadaran pencernaan pada lansia juga semakin terlihat
berobat antara perempuan dan laki-laki, seperti menurunnya kemampuan indra
karena pada umumnya kaum perempuan pengecapan, perasa, dan penciuman,
memiliki kesadaran yang baik untuk berobat tanggalnya gigi, kesulitan menelan dan
dari pada kaum laki-laki, ini menunjukan mengunyah, penurunan asam lambung
walaupun lansia perempuan rentang terhadap penurunan sekresi mukus pada usus besar dan
penyakin tetapi keinginan lansia untuk penurunan elastisitas dinding rektum, semua
itu dapat mempengaruhi status gizi pada


4

lansia, tetapi dalam penelitian ini dengan Anemia ditandai oleh rendahnya
adanya perubahan tersebut masih banyak konsentrasi hemoglobin (Hb) atau nilai
lansia yang memiliki status gizi yang ambang batas hematokrit yang di sebabkan
baik/normal dibuktikan dalam penelitian ini oleh rendahnya produksi sel-sel darah merah
dari IMT lansia masih banyak dalam kategori (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan
normal. eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah
Penyakit utama pada lanjut usia adalah yang berlebihan (Tandirerung, 2013). Gejala
penyakit degeneratif, tetapi penyakit infeksi seseorang yang menderita anemia adalah 5L
juga harus ditangani dengan hati-hati karena (Lemah, Lesu, Letih, Lelah, dan Lunglai),
dapat mencetus penyakit lain/komorbid. seseorang yang mengeluh pusing, mata
Pergeseran ini dalam strategi pelayanan berkunang-kunang, dan mengantuk. Kelopak
kesehatan berarti bahwa penyakit pada usia mata, bibir dan telapak tangan menjadi pucat,
dewasa dan lanjut usia harus lebih terjadi bila menderita anemia.
diperhatikan dan diprioritaskan. Pada umur Berbeda dengan penelitian yang
yang tua dan semakin tua, lansia akan dilakukan oleh Prasetyo (2008) tentang
semakin tergantung secara fisik, biologis, hubungan usia terhadap anemia pada pasien
psikis, ekonomi, dan sosial pada orang lain geriatri dengan penyakit kronik. Hasil
(Lestari, Hadisaputro, & Pranarka, 2011). penelitian dianggap bermakna apabila didapat
Hasil penelitian yang dilakukan oleh p<0,05. Dari 161 pasien lanjut usia, didapat
Oktariyani (2012) tentang gambaran status 63 pasien memiliki kadar hemoglobin yang
gizi lansia. Hasil penelitian status gizi lansia normal, 70 pasien lansia yang menderita
berdasarkan indek massa tubuh adalah 50,3% anemia ringan, dan 28 pasien menderita
status gizi normal, 33,6% kurang, dan 16,1% anemia sedang-berat. Rata-rata usia pasien
gizi berlebih. Sementara 47,6% lansia normal adalah 69,90 dengan termuda adalah 60 tahun
dan tidak membutuhkan pengkajian lebih dan usia tertua adalah 85 tahun, sedangkan
lanjut sedangkan 52,4% lansia mungkin kadar hemoglobin rata-rata adalah 11,487
malnutrisi dan membutuhkan pengkajian dengan kadar hemoglobin terendah adalah 7,2
lebih lanjut berdasarkan The Mini Natritional dan tertinggi adalah 16,1. Penelitian ini
Assesment. IMT dapat dipilih untuk menunjukan bahwa pengaruh usia terhadap
menentukan status gizi pada lansia dipanti anemia pada lanjut usia dengan penyakit
karena lebih mudah digunakan dan bersifat kronik, tidak bermakna dengan nilai p =
objektif. 0,725 (p>0,05) dengan ini korelasi
Klasifikasi kadar hemoglobin lansia berlawanan arah yang sangat lemah (r = -
dengan hemoglobin 10 g/dl sampai dengan 0,028).
batas normal adalah 37 orang lansia (92,5%). Hasil penelitian berbeda dengan yang di
Kelompok lanjut usia umumnya memiliki gigi lakukan oleh Noer dan Wicaksono (2013)
yang tidak sempurna lagi, sehingga tentang perbedaan asupan zat gizi pada lansia
mempunyai keterbatasan dalam anemia dan non anemia. Secara statistik,
mengkonsumsi zat gizi yang bersumber dari asupan protein dan vitamin B12 kedua
hewani (heme iron), akibatnya lanjut usia kelompok menunjukan perbedaan yang
sangat rentan terhadap kejadian anemia. signifikan (p < 0,05), sedangkan asupan besi,
Walaupun lanjut usia dapat mengkonsumsi vit C, folat, dan zinc tidak menunjukan
zat gizi dari nabati, namun apa bila perbedaan yang signifikan (p > 0,05) dapat
dikonsumsi bersama-sama dengan teh atau disimpulkan asupan folat dan zinc kedua
makanan lain yang dapat menghambat kelompok tidak terpenuhi. Asupan protein
penyerapan zat besinya akan terhambat, dan vitamin B12 keduan kelompok
sehingga lanjut usia tersebut tetap rentang menunjukan perbedaan yang signifikan,
mengalami anemia (Basral, Meilianingsih, & sedangkan asupan besi, vitamin C, folat, dan
Sahar, 2007). zinc tidak menunjukan perbedaan yang
signifikan.


5

Hasil penelitian mengenai Hubungan gizi berjumlah 2 orang lansia (5%) (Mean =
Status Gizi Terhadap Kejadian Anemia pada 1,00 dan SD = 0,000) dari total keseluruhan
lansia yang datang berobat ke Puskesmas lansia yang bersedia menjadi responden.
Simpang Tiga Kota Pekanbaru pada bulan Keadaan kurang gizi menurut Supriasa, Bakri,
Januari Tahun 2014 menunjukkan bahwa dan Fajar (2013) melalui 5 (lima) tahapan
hasil analisis hubungan antara Status Gizi yaitu ketidak cukupan zat gizi, penurunan
dengan Kejadian Anemia pada lansia yaitu berat badan, perubahan biokimia, perubahan
dapat dilihat hasil rata-rata klasifikasi fungsi dan perubahan anatomi. Ketidak
hemoglobin lansia yang IMT normal adalah cukupan zat gizi berlansung lama maka
1,08 g/dl dengan standar deviasi 0,227 g/dl. persediaan/cadangan zat makanan dalam
Pada klasifikasi hemoglobin lansia yang IMT jaringan akan digunakan untuk memenuhi
kurang adalah 1,00 g/dl dengan standar kebutuhan tersebut, apabila berlanjut, maka
deviasi 0,000 g/dl. Pada klasifikasi akan terjadi kemerosotan jaringan yaitu
hemoglobin lansia yang IMT kegemukan terjadinya penurunan berat badan.
adalah 1,00 g/dl dengan standar deviasi 0,000 Apabila permasalahan tersebut tidak juga
g/dl. Pada klasifikasi hemoglobin lansia yang teratasi, maka akan terjadi perubahan
IMT obesitas adalah 1,14 g/dl dengan standar biokimia yang dideteksi dengan pemeriksaan
deviasi 0,378 g/dl. laboratorium, terjadi perubahan fungsi yang
Hasil uji statistik didapat nilai S ! . ditandai dengan tanda yang khas dan terjadi
(0,05) yaitu p = 0,792 maka dapat perubahan anatomi. Kekurangan zat gizi
disimpulkan tidak ada hubungan yang khususnya energi pada tahap awal
signifikan antara klasifikasi hemoglobin menimbulkan rasa lapar yang selanjutnya
lansia dengan klasifikasi IMT pada lansia di akan berdampak pada penurunan berat badan
Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru. disertai dengan menurunya kemampuan
Analisa lebih lanjut membuktikan produktivitas kerja.
bahwatidakadakelompok yang berbeda Berkurangnya asupan zat gizi sebagai
signifikan GL OLKDWGDULQLODLVLJQLILNDQ ! . sumber energi pada lansia dipengaruhi oleh
Menurut Ardiani dan Warjatmadi (2012) pola makan lansia itu sendiri yaitu jumlah
masa lanjut usia terjadi penurunan fungsi asupan makanan, jadwal makan dan jenis
pada sistem Gastrontestinal yang ditandai makanan yang dimakan serta berkurangnya
dengan kehilangan gigi, penyebab utamanya daya cerna, daya serap, dan distribusi zat gizi
adalah periodontal disease yang biasa terjadi dalam tubuh lansia. Dengan berkurangnya
setelah usia 30 tahun, penyebab lain meliputi daya kecap, makanan menjadi terasa tidak
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang enak yang menyebabkan lansia hanya makan
buruk. Indra pengecap menurun akibat adanya sedikit, makanan terasa kurang asin atau
iritasi yang kronis, dari selaput lendir, atropi kurang manis (Maryam, Ekasari, Dawati,
indra pengecapan (80%), hilangnya Jubaedi, & Bara, 2013).
sensitifitas dari sel saraf pengecap di lidah Kecukupan energi ini diperoleh dari
terutama rasa asin, asam, dan pahit. makanan yang dikonsumsi oleh lansia sehari-
Terjadinya pelebaran pada esofagus serta hari sesuai dengan kondisi fisik dan
Liver (hati) makin mengecil dan menurunya aktifitasnya. Makanan lansia hendaknya harus
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran mengandung semua unsur zat gizi yaitu
darah tetapi berbeda halnya dengan hasil karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin,
penelitian ini menunjukan masih banyak air, dan serat dalam jumlah yang cukup dan
lansia dengan berbagai masalah-masalah seimbang sesuai dengan kebutuhan aktifitas
tersebut masih dalam klasifikasi IMT lansia.Hal terpenting dalam penyajian
normaldengan jumlah 25 orang lansia makanan sehari-hari bagi lansia adalah
(62,5%) (Mean = 1,08 dan SD = 0,277). hendaknya disajikan dalam keadaan masih
Hasil penelitian yang didapat oleh panas (hangat), segar, dan porsi kecil.
peneliti jumlah lansia yang mengalami kurang Frekuensi 7-8 kali terdiri atas 3 kali makan


6

utama (pagi, siang, dan malam) serta 4-5 kali yang tidak pernah minum teh setelah
makan selingan (Maryam, Ekasari, Dawati, dikontrol dengan variabel konsumsi lauk dan
Jubaedi, & Bara, 2013). konsumsi pauk. Apabila kebiasaan minum teh
Lansia dengan kegemukan bahkan setiap hari dapat dikurangi maka kejadian
mengalami obesitas juga banyak yaitu 6 orang anemia pada usila dapat diturunkan sebesar
lansia (15%) (Mean = 1,00 dan SD = 0,00) 85%, dari 47% menjadi 7,3%. Kejadian
dengan kegemukan dan 7 orang lansia anemia dapat diturunkan dengan cara
(17,5%) (Mean = 1,14 dan SD = 0,378) mengurangi kebiasaan minum teh atau
dengan obesitas. Tingginya masalah meningkatkan konsumsi protein, namun
kelebihan gizi di sebabkan disebabkan kerena meningkat kondisi gigi serta keuangan usila,
pola konsumsi yang berlebihan, banyak maka perubahan kebiasaan minum teh
mengandung (lemak, protein, dan merupakan pilihan paling bijak untuk
karbohidrat) yang tidak sesuai kebutuhan. menurunkan kejadian anemia.
Kegemukan ini biasanya terjadi sejak usia Berbeda halnya penelitian yang
muda, bahkan sejak anak-anak. Seseorang dilakukan di lakukan oleh Simanullang,
yang sejak kecil sudah gemuk mempunyai Zuska, dan Asfriyanti (2011) yang tenteng
banyak sel lemak itu di isi kembali sehingga pengaruh gaya hidup terhadap status
mudah menjadi gemuk. Proses metabolisme kesehatan lanjut usia (lansia) di wilayah kerja
yang menurun pada lanjut usia, bila tidak puskesmas Darusalam Medan. Berdasarkan
diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik hasil analisis multivariat dengan uji statistik
atau penurunan jumlah makanan, sehingga regresi logistik pada variabel pola makan
kalori yang berlebih akan di ubah menjadi menunjukan ada pengaruh pola makan
lemak yang mengakibatkan kegemukan terhadap status kesehatan lansia dengan nilai
(Ardiani & Warjatmadi, 2012). dan p = 0,000, bernilai positif
Penelitian yang telah dilakukan oleh menunjukan bahwa variabel tersebut
peneliti bahwa pada lansia yang bersedia mempunyai pengaruh yang searah (positif)
menjadi responden didapat hasil 37 orang terhadap status kesehatan lansia diwilayah
lansia (92,5%) rata-rata Hb 10 g/dl sampai kerja Puskesmas Darusalam Medan. Dapat
dengan batas normal. Dapat disimpulkan rata- ditafsirkan secara teoritis bahwa status
rata Hb lansia dalam keadaan normal karena kesehatan lansia diwilayah kerja Puskesmas
anemia ditandai oleh rendahnya konsentrasi Darusalam Medan akan meningkat jauh lebih
hemoglobin (Hb) atau nilai ambang batas baik apabila pola makan lansia baik.
hemotokrit yang disebabkan oleh rendahnya Penelitian yang telah dilakukan oleh
produksi sel darah merah (eritroksit) dan Hb, Darwita (2011) dengan tentang hubungan
meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), status gizi dengan kehilangan gigi pada lansia
atau kehilangan darah yang berlebihan di panti jompo Abdi/Dharma Asih Binjai
(Tandirerung, Mayulu & Kawengian, 2013). Tahun 2010. Hasil penelitian ini menunjukan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan karakteristik ini responden di Panti Jompo
peneliti berbeda dengan penelitian yang di Abdi/Dharam Asih Binjai tahun 2010 yang
lakukan oleh Besral, Meilianingsih, dan Sahar terbanyak berusia 70-79 tahun, berjenis
(2007) yang tenteng pengaruh minum teh kelamin perempuan, memiliki status gizi non
terhadap kejadian anemia pada usila di kota underweight dengan jumlah 1-10 gigi yang
Bandung. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada didalam rongga mulut dan pada kelompok
kejadian anemia pada usila di kota Bandung oklusi anterior dan posterior tidak ada. Hasil
adalah 47,7% (95%CI = 39% - 56%). Separuh menunjukan bahwa ada hubungan yang
dari responden (49%) mempunyai kebiasaan signifikan antara kehilangan gigi dan ada
selalu minum teh setiap hari (95%CI = 40% - tidaknya oklusi di rongga mulut dengan status
58%). Usila yang minum teh setiap hari gizi pada lansia di Panti Jompo Abdi/Dharma
mempunyai risiko untuk anemia 92 kali lebih Asih Binjai Tahun 2010.
tinggi (95%CI = 8 ± 221) dibandingkan usila


7

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Faktor lain yang menyebabkan adalah
Indraswari, Thaha, dan Jafar (2012) tentang rata-rata lansia masih tinggal dengan keluarga
pola pengasuh gizi dan status gizi lanjut usia terdekatnya seperti anak, dan menantu serta
di Puskesmas Lau Kabupaten Maros Tahun cucunya sehingga kebutuhan gizi lansia dapat
2012 menunjukan bahwa pengasuh gizi pada terpenuhi dengan baik oleh keluarganya.
lansia dengan status gizi baik dan status gizi Keluarga dapat memperhatikan secara fokus
lebih berbeda dengan lansia dengan status gizi apa kebutuhan gizi lansia, lansia juga dapat
kurang. Pada lansia dengan status gizi baik, meminta kepada keluarga apa yang ingin
lansia sendiri yang menentukan menu dimakan oleh lansia dan sesuai kondisi lansia
makanan yang akan disediakan, lebih memilih tersebut. Faktor lain yang mendukung adalah
makan bersama dengan anggota keluarga terdapatnya sarana kesehatan yang berada
yang lain dimeja makan, makanan yang dekat dari rumah seperti adanya puskesmas
sesuai dengan gizi seimbang dan bervariasi, dan posyandu lansia.
dan tektur makanan yang sesuai dengan KESIMPULAN
kemampuan lansia untuk mengunyah. Hasil Berdasarkan hasil penelitian Hubungan
penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada
selain aspek penyediaan makanan, aspek lansia yang berobat ke Puskesmas Simpang
psikososial juga berperan dalam status gizi Tiga Kota Pekanbaru Tahun 2014 yang telah
kurang yang dialami oleh lansia, hal ini dilakukan oleh penelititerhadap 40 responden
disebabkan karena mereka mengkonsumsi pada bulan Januari 2014, didapatkan hasil
makanan yang kurang dari kebutuhanya bahwa Gambaran menurut karasteristik
sebagai akibat dari kondisi psikososial yakni responden dengan klasifikasi IMT normal
kesepian dan kurangnya perhatian dan kasih lansia yang berobat ke Puskesmas Simpang
sayang dari pihak keluarga. Berbeda dengan Tiga Kota Pekanbaru memiliki klasifikasi
penelitan ini, dalam penelitian ini lansia rata- IMT normal yaitu sebanyak 25 orang lansia
rata lansia yang menjadi responden masih (62,5%), didapatkan bahwa Gambaran
tinggal bersama salah satu anak kandungnya Kejadian Anemia pada Lansia yaitu mayoritas
dan diasuh secara baik sehingga dari kondisi lansia memiliki kadar hemoglobin dalam
psikososial lansia baik, lansia juga makan- batas normal yaitu diatas 10 g/dl yaitu
makanan yang diinginkan, sesuai dengan sebanyak 37 orang lansia (92,5%).
keadaan/kemampuan lansia dalam Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
mengunyah makanan dan bervasiasi sehingga hubungan status gizi terhadap kejadian
standar pemenuhan gizi terpenuhi misalnya Anemia pada lanisa tidak memiliki hubungan
dalam menu sehari-hari makanan lengkap yang signifikan dengan kejadia anemia pada
terdiri dari karbohidrat, protein, lemak dan lansia yang berobat ke Puskesmas Simpang
serat, sehingga didapat status gizi lansia Tiga Kota Pekanbaru Tahun 2014. Hal ini
dalam keadaan normal (Indraswari, Thaha, & dilihat dari hasil uji statistik didapat nilai p >
Jafar, 2012). . yaitu p = 0,792 yangberari bahwa
Dari hasil penelitian ini didapat tidak ada Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan
hubungan yang signifikan antara status gizi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
terhadap kejadian anemia pada lansia di antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia
kerenakan berbagai faktor seperti dari kondisi pada Lansia yang berobat ke Puskesmas
fisiologis dari lansia tersebut yang masih Simpang Tiga Kota Pekanbaru Tahun 2014.
memiliki gigi yang masih lengkap dan masih SARAN
bisa mengunyah makanan secara baik Bagi responden diharapkan agar lebih
sehingga makanan dapat diabsopsi di aktif mencari informasi kesehatan yang
lambung dengan baik, selain itu juga kondisi berhubungan dengan Status Gizi pada lansia
lansia tersebut tidak memiliki penyakit kronis dan faktor-faktor penyebab menurunnya
yang menyertai seperti penyakit yang kadar hemoglobin dalan tubuh pada usia
menyebabkan kekuranggan banyak darah. lanjut serta faktor-faktor yang dapat


8

mempengaruhi meningkat kadar hemoglobin 2013 dari
dalan tubuh lansia, sehingga masalah status http://jurnal.ui.ac.id/health/article/downl
gizi pada lansia dan penurunan kadar oad/233/299..
hemoglobin dapat dicegah dengan tepat. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2012).
Bagi instansi Puskesmasdiharapkan agar Profil dinas kesehatan kota pekanbaru
Puskesmas dapat memberikan informasi tahun 2012. Tidak Dipublikasikan.
tentang status gizi yang dapat mempengaruhi Dinas Kesehatan Republik Indonesia. (2005).
kejadian anemia pada lansia melalui program Profil dinas kesehatan kota pekanbaru
Puskesmas seperti penyuluhan, maupun tahun 2005. Diperoleh tanggal 13
penempelan poster atau penyebaran leaflet November 2013 dari
agar masyarakat dapat mengetahui dan http://www.depkes.go.id/kesehatan%20i
melaksanakan atau menerapkannya dalam ndonesia%202005.Pdf.
kehidupan masyarakat sehari-hari sehingga Darwita, S. (2011). Hubungan status gizi
dapat dicegah. pada lansia di Panti Jompo
Bagi peneliti lain agar penelitian ini dapat Abdi/Dharma Asih Binjai. Diperoleh
dijadikan sebagai evidence based dan tanggal 13 November 2013 dari
tambahan informasi untuk mengembangkan http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
penelitian lebih lanjut. Sebaiknya peneliti 456789/22619/7/cover.pdf
selanjutnya mengupayakan agar area Indraswari, W,. Thaha, R. A,. & Jafar, N.
penelitian lebih luas dan menggali informasi (2012). Pola Pengasuh gizi dan status
lebih dalam sehingga hasil yang diperoleh gizi lanjut usia di Puskesmas Lau
dapat menggambarkan keadaan yang Kabupaten Maros Tahun 2012.
sebenarnya. Selain itu perlu dilakukan Diperoleh tanggal 13 November 2013
penelitian tentang Hubungan Pengetahuan darihttp://www.pasca.unhas.ac.id/jurnal
dan Sikap lansia terhadap Status Gizi yang /files/58c4192eb29f12d853198579fb32
mempengaruhi Kejadian Anemia sehingga 2.pdf
hasil yang diperoleh lebih spesifik. Kementrian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat Republik
1
Ratih Delimaniar Siregar, Indonesia. (2009). Profil lanjut usia.

Mahasiswa Program Studi Ilmu Diperoleh tanggal 08 November 2013

Keperawatan Universitas Riau, dari
2
Indonesia http://www.data.menkokesra.go.id/socia

Ns. Arneliwati, M. Kep, Staf lsecuriti.

Akademik Departemen Keperawatan Lestari, P,. Hadisaputro, S,. & Pranarka, K.

Jiwa Komunitas PSIK Universitas (April, 2011). Beberapa faktor yang
3
Riau, Indonesia berperan terhadap keaktifan kunjungan
Ns. Fathra Annis Nauli, M. Kep., lansia ke Posyandu studi kasus di desa
Sp. Kep. J, staf Akademik Tamantirto kecamatan Kasihan
Departemen Keperawatan Jiwa kabupaten Bantul propinsi DIY.
Komunitas Universitas Riau, Diperoleh tanggal 08 November 2013
Indonesia dari
http://www.academia.edu/4583887/und
DAFTAR PUSTAKA erstanding-the-volue=of-
Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). local_ecological_knowledge_and_practi
Perangizi dalam status kehidupan. ces_for_nabitat_Restroration_in_Huma
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. n_Altered_floodplain_systems_A_case
Basral., Meilianingsih, L., & Sahar, J. (Juni, _from_Bangladesh
2007). Pengaruh minum teh terhadap Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Dawati, R.,
kejadian anemia pada lanjut usia di Jubaedi, A., & Bara, B., (2012).
kota bandung. Diperoleh tanggal 25 Juli Mengenal usia lanjut dan


9

perawatannya. Jakarta: Salemba 08 November 2013 dari
Medika. http://www.datastatistik.com.
Martina, D. A., & Kholis, N. F. (Agustus, Simanullang, P., Zuska, F., & Asfriyati.
2012). Hubungan usia, jenis kelamin (Januari, 2011). Pengaruh gaya hidup
dan status nutrisi dengan kejadian terhadap status kesehatan lanjut usia
anemia pada pasien tuberkulosis. (lansia) di wilayah kerja Puskesmas
Diperoleh tanggal 25 juli 2013 dari Darusalam Medan. Diperoleh tanggal
http://www.ejournal- 14 Januari 2014 dari
S1.undip.ac.id/index.Php/medico/.../144 http://www.ud.ac.id/jurnal/files/6.pdf
6. Sunarti, S. Sasiarini, L., & Avandi, I. M.
Meilianingsih, L. (Agustus, 2005). Hubungan (November, 2010). Status gizi pasien
pola makan dengan kejadian anemia lansia yang dirawat di intalasi rawat
pada lansia di kecamatan cocendo kata inap 1 rumah sakit Saiful Anwar
bandung. Diperoleh tanggal 25 Juli Malang. Diperoleh tanggal 21 Januari
2013 dari 2014 dari
http://eprints.lib.un.ac.id/15925/197515 http://www.old.fk.ub.ac.id/artikel/id/file
-T/18685a. download/kedokteran/M.irvanavandi(07
Napitupulu, H. (2001). Faktor-faktor yang 10710094).pdf
berhubungan dengan status gizi lanjut Supariasa, N. D. I., Bakri, B., & Fajar, I.
usia (lansia) dikota Bengkulu. (2013). Penilaian status gizi. Jakarta:
Diperoleh tanggal 08 November 2013 EGC.
dari Sartika, N. (2011). Faktor-faktor yang
http://wwwdigilib.ui.ac.id/opac/themes/l mempengaruhi status gizi pada lansia.
ibri2/detail.Jsp?id=718648&lokasi=loka Program Studi Ilmu Keterawatan
l. Universitas Riau. Tidak Dipublikasikan.
Oktariyani. (Juli, 2012). Gambaran Status gizi Tandirerung, U. E., Mayulu, N., Kawengian,
pada lanjut usia di panti sosial Tresna S. E. S. (Maret, 2013). Hubungan
Werda (PSTW) Budi Mulya 01 dan 03 kebiasaan makan pagi dengan kejadian
Jakarta Timur. Di peroleh tanggal 21 anemia pada murid SD negeri 3
Januari 2014 dari manado. Diperoleh tanggal 25 Juli 2013
http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digit dari
al/20301303-S42017-Oktaryani.pdf http://www.ejounal.unsrat,ac.id/index.p
Prasetyo, F. Y. (Agustus,2008). Hubungan hp/ebiomedik/article/download/1162/93
usia terhadap anemia pada pasien 8.
geriatri dengan penyakit kronik. Wicaksono, T., & Noer, R. E. (Januari, 2013).
Diperoleh tanggal 21 Januari 2014 dari Perbedaan asupan zat gizi pada lansia
http://www.eprints.undip.ac.ad/24348/1 anemia dan non anemia. Diperoleh
/yudha.pdf tanggal 21 Januari 2014 dari
Rahmawati, M., Aprianti., & Magdalena. http://www.ejournal-
(2008). Perbedaan tingkat s1.undip.ac.id/index.php/jnc
pengetahuan, jenis kelamin dan jarak Yenny., & Herwana, E. (Desember, 2006).
rumah pada lansia aktif dan tidak aktif Prevalensi penyakit kronis dan kualitas
ke posyandu di Posyandu Sentosa hidup pada lanjut usia di Jakarta
Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Selatan. Diperoleh tanggal 21 Januari
Barito Kuala Tahun 2008. Dideroleh 2014 dari
tanggal 21 Januari 2014 dari http://www.univmed,org/wp.content/upl
http://www.alulum.baak.web.id/files/7. oad/2012/04/yenny.pdf
minarahmadkkjuli2009.pdf .
Statistik Indonesia. (2010). APAK menurut
tingkat pendidikan. Diperoleh tanggal


10


Click to View FlipBook Version