REKAYASA IDE
“MODAL INTELEKTUAL”
Mata Kuliah: PENGANTAR BISNIS
Dosen Pengampu: Bapak Kustoro Budiarta
Disusun oleh:
Sarah Octavia Rohdearni Saragih (7213220038)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya lah, tugas ini dapat saya selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bisnis
dengan judul “intelektual capital”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis tentu saja tidak dapat menyelesaikan tanpa bantuan
dari pihak lain. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
mata kuliah Pengantar Bisnis yaitu Bapak Kustoro Budiarta yang telah memberikan penjelasan
pedoman cara mengerjakan makalah ini. Dan tidak lupa mengucap terima kasih kepada Orang
Tua yang telah memberikan dukungan serta memberikan banyak nasihat dalam dunia
perkuliahan ini.
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam
penulisannya, maka kepada pembaca saya sebagai penulis memohon maaf sebesar-besarnya
atas koreksi-koreksi yang telah didahulukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi evaluasi
dalam pembuatan tugas ini. Saya berharap dengan adanya tugas ini dapat memberikan manfaat
berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun para pembaca.
Medan 24,Mei 2022
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN........................................................................................................................ 2
BAB III .................................................................................................................................... 9
PENUTUP................................................................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 9
3.2 Saran................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern.
Basis pertumbuhan perusahaan berubah dari bisnis yang berdasarkan tenaga kerja (labor-
based business) menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business).
Adanya masyarakat pengetahuan (knowledge society) telah mengubah penciptaan nilai
organisasi. Masa depan dan prospek organisasi kemudian akan bergantung pada bagaimana
kemampuan manajemen untuk mendayagunakan nilai-nilai yang tidak tampak dari aset
tidak berwujud. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penilaian terhadap aset tidak
berwujud tersebut melalui modal intelektual.
Modal intelektual (intellectual capital) adalah suatu instrumen untuk menentukan nilai
perusahaan. Intellectual capital meruapakan komponen yang disusun, ditangkap, dan
digunakan suatu peusahaan untuk menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi. Sedangkan
aset intelektual atau aset pengetahuan sendiri terdiri dari modal organisasi (organizational
capital), modal karyawan (human capital), dan modal sosial (social capital) yang digunakan
perusahaan untuk meningkatkan nilai dan memperluas nilai perusahaan. Intelektual capital
discosure ini memungkinkan manajer membuat strategi untuk pencapaian permintaan
stakeholder/investor untuk meyakinkan atas keunggulan kebijakan perusahaan.
1.2. Rumusan Masalah
• Apa itu organizational capital ?
• Apa itu human capital ?
• Apa itu social capital atau relational capital ?
1.3 tujuan penelitian
• Mengetahui apa itu organizational capital
• Mengetahui apa itu human capital
• Mengetahui apa itu social capital atau relational capital
BAB II
PEMBAHASAN
Intellectual capital atau modal intelektual adalah suatu aset yang tidak terwujud yang dapat
memberikan sumber daya berbasis pengetahuan yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja
dan kemampuan bersaing perusahaan serta memberikan nilai dibanding perusahaan lain.
Intellectual capital dapat dipandang sebagai pengetahuan dalam pembentukan kekayaan
intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan perusahaan.
Intellectual capital tidak hanya berupa goodwill ataupun paten seperti yang sering dilaporkan
dalam neraca. Kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, penciptaan inovasi, sistem
komputer dan administrasi, hingga kemampuan atas penguasaan teknologi juga merupakan
bagian dari intellectual capital.
Karakteristik Intellectual Capital
menurut Agustina (2007), karakteristik intellectual capital adalah sebagai berikut:
• Aset yang memberikan perusahaan kekuatan dalam pasar, seperti trademark, kesetiaan
pelanggan, bisnis yang terus berulang, dll.
• Aset yang menyajikan property dari hasil pemikiran intellectual property, seperti paten,
merk dagang, hak cipta, dll.
• Aset yang memberikan organisasi kekuatan internal, seperti budaya perusahaan,
manajemen dan proses bisnis, kekuatan yang dihasilkan dari sistem teknologi
informasi, dll.
• Aset yang dihasilkan dari individu yang bekerja di perusahaan, seperti pengetahuan
mereka kompetensi, kemampuan networking, dll.
• Komponen Intellectual Capital
Komponen Intellectual Capital
a. Human Capital
Human capital merupakan lifeblood dalam intellectual capital. Di sinilah sumber
innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human
capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan
dan kompensasi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan
kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human Capital akan
meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh
karyawannya. Beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dalam modal ini, yaitu training
programs, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs,
individual potential and personality.
Secara harfiah, pengertian human capital adalah dapat diartikan sebagai modal
manusia.Namun jika dideskripsikan lebih lanjut, modal manusia ini merupakan sekumpulan
aspek pengetahuan, keahlian, kemampuan, hingga keterampilan yang mana menjadikan
seorang manusia sebagai aset di dalam perusahaan.Ia menjadi nilai tambah bagi perusahaan
dalam menjalankan operasionalnya setiap hari melalui motivasi, kompetensi, serta kerja sama
antar tim.
Kontribusi yang diberikan oleh karyawan dapat berupa pengembangan skill karyawan
untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, pemindahan pengetahuan yang dimiliki
karyawan ke perusahaan, serta perubahan budaya yang ada di perusahaan.
Ke depan, apabila karyawan sudah tidak lagi bekerja, perusahaan tetap bisa menggunakan
segala pengetahuan yang dimiliki karyawan tersebut. Dari sini kita bisa lihat bahwa perusahaan
menganggap karyawan sebagai modal (capital) yang berharga untuk perusahaan.Seorang
karyawan juga merasa dihargai karena jerih payahnya dijadikan legacy oleh perusahaan yang
akan diimplementasi dan dikembangkan agar kinerja perusahaan dapat menjadi lebih baik lagi.
Contoh Jenis-Jenis dari Human Capital
1. General Management Human Capital
Pengertian human capital jenis ini dikembangkan untuk para SDM dengan level
tertinggi.Ia meliputi kompetensi-kompetensi di bidang manajerial seperti
kepemimpinan, pengambilan keputusan, serta keahlian fungsional lainnya.Termasuk di
dalamnya ketika harus mengelola keuangan, operasional, hingga SDM.Ini sangat
dibutuhkan oleh seorang yang berada di level eksekutif sehingga mereka mampu
berinteraksi dengan investor atau pebisnis lain agar perusahaan dapat maju.
2. Strategic Human Capital
Pada jenis ini, SDM diharuskan memiliki keahlian yang sifatnya strategis yang akan
mereka peroleh dari pengalaman ketika menghadapi kondisi tertentu.Misalnya di
bagian finance, karyawan dituntut untuk dapat menyusun strategi keuangan ketika
terjadi efisiensi, misalnya gara-gara kondisi keuangan sedang tidak bagus.Sehingga,
strategic human capital artinya sangat dibutuhkan dalam perusahaan agar bisa
beradaptasi dengan kondisi-kondisi yang tidak bisa diprediksi.
3. Industry Human Capital
Jenis ini menuntut seseorang untuk memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan
industri tertentu, baik dari segi teknis, regulasi, dan lain sebagainya.Misalnya, segala
pengetahuan tentang industri otomotif, industri makanan, industri retail, dan lain-lain.
4. Relationship Human Capital
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki banyak karyawan adalah berkomunikasi.
Kemampuan berkomunikasi.Ketika Anda dapat menjalin komunikasi yang baik, entah
kepada sesama karyawan, atau kenalan bisnis lainnya, berarti ini termasuk kepada
relationship human capital.Kemampuan ini penting dimiliki oleh seorang karyawan karena
ketika mereka memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan baik, hal tersebut akan
mendukung tercapainya objektif pekerjaan mereka.
5. Company Specific Human Capital
Jenis ini berkaitan dengan struktur serta kebijakan dari perusahaan masing-masing
di mana semua memiliki keunikannya masing-masing.Terlepas di mana saja mereka
bekerja, setiap karyawan harus mampu beradaptasi dengan segala ketentuan yang ada
di perusahaan.Ketika mereka telah memahami budaya serta ketentuan perusahaan,
mereka akan lebih mudah bekerja sesuai dengan visi misi perusahaan.
Yang Menjadi Bagian dari Pekerjaan Human Capital
1. Merekrut Karyawan
Bagaimana Seharusnya Proses Rekrutmen Pada Industri Manufaktur?.Salah satu
contoh bagian paling penting dari human capital adalah merekrut karyawan.Proses ini
dilakukan mulai dari membuat lowongan pekerjaan, menyortir calon karyawan,
melakukan proses wawancara, hingga ke proses penandatanganan kontrak
kerja.Perannya di sini adalah mencari kandidat terbaik yang dapat bertahan lama di
perusahaan dan tidak semudah itu digantikan oleh orang lain.
2. Menentukan Tanggung Jawab Pekerjaan dari Masing-Masing Karyawan
Setiap karyawan di posisinya masing-masing pasti memiliki tanggung jawab yang
berbeda-beda.Ketika Anda sudah mendapatkan karyawan-karyawan baru yang siap
bekerja, langkah selanjutnya adalah membuat tanggung jawab tersebut.Sehingga,
nantinya karyawan telah memiliki job description yang jelas.
3. Manajemen Beban Kerja Karyawan
Ketika perusahaan sedang berkembang pesat, Anda harus menentukan strategi apa
yang harus dilakukan.Pada human capital Anda dapat menentukan apakah Anda perlu
merekrut orang baru atau memberikan beban kerja lebih banyak pada karyawan yang
ada.Misalnya, dengan menerapkan sistem lembur atau overtime.Tidak ada yang salah
dengan keduanya, hanya saja sebagai perusahaan, Anda harus memastikan bahwa
beban pekerjaan mereka tidak melebihi kapasitas yang seharusnya.
4. Mengimplementasi Efisiensi Lewat Teknologi
Harus diakui bahwa pekerjaan yang berkaitan dengan modal manusia sangatlah
besar bebannya, terutama dari sisi HR.Namun hal ini sebenarnya dapat diminimalisir
dengan memanfaatkan teknologi.Misalnya dengan menggunakan software
HRIS.Dengan memanfaatkan software HRIS seperti Talenta, Anda dapat mengurus
manajemen HR di perusahaan dengan lebih mudah.Talenta dapat menyelesaikan
pekerjaan terkait dengan HRIS sehingga HR dapat bekerja lebih efisien.Misalnya
terkait perekrutan karyawan yang status rekrutmennya terekam dengan baik, fitur Live
Attendance yang memudahkan karyawan, hingga fitur Payroll yang membuat
penggajian karyawan jadi lebih cepat
b. Structural Capital atau Organization Capital
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi
proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhaan,
misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi
manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu
dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan
prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan
potensi yang tidak dimanfaatkan secara maksimal.
Selain itu Modal struktural merupakan bentuk kekayaan yang nyata bagi perusahaan,
selain itu berfungsi sebagai tempat di mana seluruh hasil aktivitas terciptanya nilai yang
dihasilkan oleh modal manusia 3tersimpan juga berfungsi sebagai infrastruktur atau penunjang
bagi modal manusia untuk menjalankan aktivitas menciptakan nilai bagi perusahaan. Banyak
perusahaan-perusahaan besar tidak menyadari bahwa mereka memiliki aset terbesar dalam
kemampuan untuk memajukan perusahaan mereka, yaitu dengan modal manusia yang telah
mereka miliki. Meskipun mereka menyadari akan hal tersebut, namun masih sedikit perusahaan
yang mampu memaksimalkan kegunaan dari modal manusia yang mereka miliki. Seorang
pemimpin perusahaan harus mengetahui dan melaksanakan apa yang harus dilakukan dalam
rangka memunculkan suatu kepemilikan bagi perusahaan.
Menurut Brinker (2000) dalam Sangkala (2006) mengatakan bahwa modal strutural adalah
infrastruktur dari modal manusia 3termasuk kemampuan organisasi untuk mempertemukan
persyaratan pasar
Steward (1997) dalam Sangkala (2006:50) mengatakan bahwa modal struktural merupakan
penyebaran dan transportasi pengetahuan atau pengungkitan pengetahuan.
Selajutnya modal strutukral didefinisikan sebagai pendukung atau infrastruktur yang
disediakan oleh perusahaan bagi modal kapitalnya, Sulivan (2000). Sedangkan Modal struktur
( Structural Capital ) menurut Riahi-Belkaoui (2003) adalah pengetahuan yang dimiliki
organisasi secara keseluruhan, seperti teknologi, struktur organisasi, data, publikasi, prosedur
standar , dan budaya perusahaan.
Alasan untuk mengelola modal struktural adalah adanya pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan , untuk mempersingkat waktu suatu pekerjaan, dan untuk memperbanyak
manusia yang produktif. Modal struktur yang dimiliki oleh perusahaan terdiri dari sistem
informasi dan database , rutinitas, prosedur mempertahankan operasi serta inovasi dan budaya
perusahaan
Ada tiga subkomponen yang terdiri dari modal struktural :
• Modal organisasi tercakup dalam filosofi dan sistem organisasi untuk meningkatkan
kemampuan organisasi.
• Modal proses mencakup teknik, prosedur, dan program yang menerapkan dan
meningkatkan pengiriman barang dan jasa .
• Modal inovasi termasuk kekayaan intelektual dan aset tidak berwujud tertentu lainnya.
Kekayaan intelektual mencakup hak komersial yang dilindungi seperti paten, hak cipta,
dan merek . Aset tidak berwujud adalah semua talenta dan teori lain yang digunakan
untuk menjalankan organisasi .
Beberapa sumber daya yang masuk kedalam klasifikasi Modal Struktural , menurut IFAC
(1998), antara lain :
1. Kekayaan intelektual:
• Paten
• Hak cipta
• Hak desain
• Bertukar rahasia
• Merek Dagang
• Tanda layanan
2. Aset infrastruktur:
• Filosofi manajemen
• Budaya perusahaan 3
• Sistem informasi
• Sistem jaringan
• Hubungan keuangan
c. Relational Capital atau Customer Capital
Elemen ini merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai secara nyata.
Rational capital merupakan hubungan yang harmonis/ association network yang dimiliki oleh
perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan
berkualitas, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat
sekitar. Relation capital dapat muncul dari berbagai bagian di luar lingkungan perusahaan yang
dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.
Customer capital seringkali diukur atau dihitung karena merupakan sumber pendanaan
dibandingkan dengan human capital maupun structure capital. Misalnya merek, merupakan
contoh costumer capital yang memiliki etode penilaian yang mudah. Metode ini dilakukan
dengan cara menghitung premi yang mau dibayarkan pelanggan untuk suatu merek produk
tertentu dibandingkan dengan merek produk lainya, kemudian dengan menggunakan biaya
modal dan tingkat balas jasa atas modal modal untuk menghitung nilai asset (reputasi merek)
yang menciptakan premi tersebut.(Sugeng, 2002:205,206)
Customer capital muncul dalam bentuk proses belajar, akses, dan kepercayaan. Ketika
sebuah perusahaan atau seseorang akan memutuskan membeli dari suatu perusahaan, maka
keputusan didasarkan pada kualitas hubungan mereka, harga, dan spesifikasi teknis. Semakin
baik hubungannya, semakin besar peluang rencana pembelian akan terjadi, dan hal ini berarti
semakin besar peluang rencana pembelian akan terjadi, dan hal ini berarti semakin besar
peluang perusahaan belajar dengan dan dari pelanggan serta pemasoknya. Pengetahuan yang
dimiliki bersama adalah bentuk tertinggi customer capital. (Sugeng, 2002: 206)
Setiap perusahaan dengan pelanggan pasti memiliki modal pelangan seperti yang
didefinisikan Hubert Saint-Onge sebagai nilai perusahaan, hubungan perusahaan yang terus
menerus dengan orang-orang atau organisasi tempat mereka menjual produknya. Dari ketiga
kategori aset intelektual: human capital, structure capital, dan customer capital, maka customer
capital merupakan aset yang paling bernilai. Jejak mereka dalam laporan keuangan lebih
mudah ditelusuri dibandingkan dengan yang ditinggalkan orang, system, atau kemampuan.
Walaupun banyak system laporan keuangan perusahaan yang tidak dirancang untuk melakukan
hal tersebut, sangatlah mudah mencari indicator customer capital, seperti pangsa pasar, tingkat
retensi, dan hilangnya pelanggan, dan laba per pelanggan. (Sugeng, 2002: 206)
Customer capital memang bernilai sangat tinggi, namun nilainya sungguh mengejutkan.
Perusahaan Ford menemukan bahwa untuk setiap kenaikan prosentase pelanggan, dengan tidak
mempedulikan berapa pemilikk mobil Ford membeli lagi mobil tersebut dilain waktu,
perusahaan akan mendapatkan keuntungan sebesar $100 juta setahun. Memperoleh tingkat laba
customer capital membutuhkan lebih dari sekedar pengakuan bahwa hubungan dengan
pelanggan adalah aset, bukan hanya peristiwa, juga dituntut pemahaman dinamika manajemen
aset tersebut. (Sugeng, 2002: 206)
Dalam abad informasi ini, customer capital tidak dapat ditangkap hanya dengan arus barang
dan jasa dari penjual ke pembeli, tetapi dengan menangkap gelombang arus informasi dan
pengetahuan di antara mereka. Dengan pengetahuan sebagai kemponen nilai transaksi ekonomi
terpenting, yaitu pengetahuan mengenai apa yang kita perdagangkan, pengetahuan menjadi
unsur utama customer capital. (Sugeng, 2002: 207)
Dari uraian di atas, intellectual capital tidak diciptakan dari suatu persatuan human capital,
structure capital, dan customer capital, namun dari interaksi antara ketiga modal tersebut.
Structural capital dalam bentuk database, jaringan computer, hak paten, dan manajemen yang
baik dapat meningkatkan bakat seorang ahli teknik (human capital), sedangkan perangkat yang
buruk dan birokrasi dapat menghancurkannya. Seberapa pun loyalitas pelanggan terhadap
merek suatu perusahaan tidak mampu mengikuti perubahan teknologi. Ketika human capital,
dalam bentuk ahli teknik dan teknologi canggih, tidak berinteraksi dengan human capital,
hasilnya tidak berguna. Intellectual capital tidak berguna kalau tidak bergerak. Tidak ada
gunanya memiliki seseorang yang sangat bijak, namun duduk sendiri di sebuah ruangan.
(Sugeng, 2002: 207)
Pengukuran Intellectual Capital
Intellectual capital dapat diukur menggunakan metode yang disebut value added
intellectual coefficient (VAIC). Medote ini dikembangkan oleh oleh Pulic pada tahun 1997.
Metode VAIC didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset
berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan.
Metode VAIC mengukur seberapa dan bagaimana efisiensi intellectual capital dan capital
employed dalam menciptakan nilai berdasarkan pada hubungan tiga komponen utama, yaitu
human capital, capital employed dan structural capital.
Pengukuran dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added
(VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam pentiptaan nilai (value creation). VA dihitung
sebagai selisih antara output dan input. Output (OUT) merepresentasikan revenue dan
mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup
seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue.
Pengukuran intellectual capital menggunakan value added intellectual coefficient (VAIC)
terdiri dari tiga komponen utama, yaitu (Ulum, 2013):
• Value Added Capital Employed (VACA). Value added capital employeed adalah
indicator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Rasio ini
menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added
organisasi. VACA atau value added menggambarkan berapa banyak nilai tambah yang
dihasilkan dari modal perusahaan yang digunakan.
• Value Added Human Capital (VAHU). Rasio ini menunjukkan hubungan antara VA
dan HC (Human Capital). Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa
banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja.
Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari HC untuk
menciptakan nilai di dalam perusahaan. Konsisten dengan pandangan penulis IC
lainnya. Total salary and wages cost adalah indikator dari HC perusahaan.
• Structural Capital Value Added (STVA). Structural capital coefficient (STVA)
menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA
mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan
merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah
ukuran yang independen sebagaimana HC, ia independen terhadap value creation.
Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil
kontribusi SC dalam hal tersebut
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Intellectual capital atau modal intelektual adalah suatu aset yang tidak terwujud yang
dapat memberikan sumber daya berbasis pengetahuan yang berfungsi untuk meningkatkan
kinerja dan kemampuan bersaing perusahaan serta memberikan nilai dibanding perusahaan
lain.Komponen intelektual capital ada 3 yaitu human capital, organizational capital dan
relational capital.
Human capital adalah dapat diartikan sebagai modal manusia.Namun jika dideskripsikan
lebih lanjut, modal manusia ini merupakan sekumpulan aspek pengetahuan, keahlian,
kemampuan, hingga keterampilan yang mana menjadikan seorang manusia sebagai aset di
dalam perusahaan.Ia menjadi nilai tambah bagi perusahaan dalam menjalankan operasionalnya
setiap hari melalui motivasi, kompetensi, serta kerja sama antar tim.
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi
proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhaan,
misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi
manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan.
Customer Capital merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai secara
nyata. Rational capital merupakan hubungan yang harmonis/ association network yang dimiliki
oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan
berkualitas, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat
sekitar.
3.2 saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari kekurangan. Maka saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangan diharapkan oleh penulis sehingga dapat
dijadikan bahan evaluasi untuk lebih baik lagi kedepannya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dalam menambah wawasan dalam keilmuan
tentang modal intelektual.
DAFTAR PUSTAKA
Mavridis, D.G. 2004. The Intellectual Capital Performance of the Japanese Banking Sector.
Journal of Intellectual Capital, Vol.5, No.3.
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/arti-pengertian-dan-contoh-pekerjaan-human-
capital/#Pengertian_Human_Capital_Adalah_Sebagai_Berikut
Budiarta,kustoro dkk.2021.”MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI
MARKISA DI SUMATERA UTARA”.Medan:Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan