pesan tersebut tidak dapat ditarik kembali meskipun dilakukan koreksi melalui
penyampaian pesan yang baru. Oleh karena itu, Universitas Sumatera Utara perspektif
komunikasi antarbudaya menekankan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya adalah
mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang lain. Gudykunst dan Kim 1984
menunjukkan bahwa orang-orang yang kita kenal selalu berusaha mengurangi tingkat
ketidakpastian melalui peramalan yang tepat atas relasi antarpribadi. Usaha untuk
mengurangi tingkat ketidakpastian itu dapat dilakukan melalui tiga tahap: 1. Pro
kontra atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal maupun non verbal
apakah komunikan suka berkomunikasi atau menghindari komunikasi 2. Initial
contact and impression yakni tanggapan lanjutan atas kesan yang muncul dari kontak
awal tersebut. 3. Closure, yaitu mulai membuka diri dari yang semula tertutup melalui
atribusi dan pengembangan kepribadian implisit. Teori atribusi menganjurkan agar
kita harus lebih mengerti perilaku atau tindakan kita.
D. PERAN DAN FUNGSI KOMUNIKASI
a. Peran Komunikasi
Komunikasi organisasi dilihat sebagai sebagai derajat atau tingkat informasi tentang
pekerjaan yang dikirimkan organisasi untuk anggota dan diantara anggota organisasi
(Price, 1997). Tujuan komunikasi dalam organisasi adalah untuk membentuk saling
pengertian (mutual understanding) sehingga terjadi kesetaraan kerangka referensi
(frame of references) dan kesamaan pengalaman (field of experience) diantara
anggota organisasi. Komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi yaitu
pertama komunikasi antara atasan kepada bawahan, kedua antara karyawan yang satu
dengan karyawan yang lain, ketiga adalah antara karyawan kepada atasan.
Hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan juga tidak bisa dilepaskan dari
budaya paternalistik yaitu atasan jarang sekali atau tidak pernah memberikan kepada
bawahannya untuk bertindak sendiri, untuk mengambil inisiatif dan mengambil
keputusan. Hal ini disebabkan karena komunikasi yang dilakukan oleh atasan kepada
bawahan bersifat formal dimana adanya struktur organisasi yang jauh antara atasan
dengan bawahan. Sehingga konsekuensi dari perilaku ini bahwa para bawahannya
tidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi, ide, dan saran.
Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para
karyawan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya
47
dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di
bawah standar (Robbins, 2002).
b. Fungsi komunikasi
1. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya
secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi
konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga
informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan
sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu
mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Juga memberi perintah atau instruksi supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya.
Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada
kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan
yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka
banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada
memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh
karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau
pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran
48
komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: Saluran komunikasi
formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter)
dan laporan kemajuan organisasi. Saluran komunikasi informal seperti
perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga,
ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap
organisasi.
E. PROSES DAN UNSUR KOMUNIKASI
Unsur unsur utama komunikasi (Daft, 2010;Hitt, 2012; Griffin, 2004) terdiri dari:
a. Komunikator
Komunikator merupakan unsur komunikasi yang bertindak sebagai penyampai pesan.
Komunikator merupakan sumber informasi bagi komunikan. Sehingga bagaimana
komunikator mendeliver sebuah pesan sangat mempengaruhi keberhasilan
komunikasi. Apakah komunikan dapat menangkap dan mengerti sebuah pesan atau
tidak, dan bagaimana respon yang dihasilkan komunikan sangat ditentukan oleh
kemampuan komunikator dalam menyampaikan pesan.
Berikut beberapa hal yang perlu dimiliki oleh seorang komunikator agar pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh komunikan:
1. Menguasai tehnik bicara atau menulis untuk menyampaikan pesan.
2. Memiliki pengetahuan luas mengenai pesan yang akan disampaikan.
3. Memiliki kemampuan untuk menyusun isi pesan dengan baik.
4. Memiliki kemampuan untuk memilih media yang paling tepat untuk digunakan
dalam menyampaikan pesan.
5. Memiliki kredibilitas yang baik dimata audience atau komunikan.
6. Memiliki pengetahuan untuk mengantisipasi gangguan yang mungkin timbul.
7. Memiliki kemampuan untuk memberikan tanggapan atas feedback yang diberikan
komunikan.
b. Persepsi/interpretasi
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti
persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi.
Persepsi disebut sebagai inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak
mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita
memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat
kesamaan persepsi antarindividu, semakin mudah dan semakin sering mereka
49
berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk
kelompok budaya atau kelompok identitas.
Persepsi meliputi penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indra kita, atensi, dan
interpretasi. Sensasi merujuk kepada pesan yang dikirimkan melalui otak lewat
penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan.
Semua indra punya andil dalam bagi berlangsungnya komunikasi manusia.
Penglihatan menyampaikan esan nnverbal ke otak untuk diinterpretasikan. Oleh
karena itu otak menerima kira-kira dua pertiga pesan melalui rangsangan visual,
penglihatan mungkin merupakan indra yang paling penting.
c. Pengkodean (Encoding).
Pengirim mengkodekan informasi yang akan disampaikan dengan cara
menerjemahkan ke dalam serangkaian simbol atau isyarat, biasanya dalam bentuk
kata-kata atau isyarat yang diyakini oleh pengirim akan dintepretasikan oleh
d. Pesan (message)
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan oleh
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau
melalui media komunikasi, seperti : telepon, surat, telegram, dan media internet
(jejaring sosial, email). Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi,
nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan
kata message, content, atau information.
e. Media (channel)
Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk mengirim pesan dan
sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media.
Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam
komunikasi antarpribadi panca indra dianggap sebagai media komunikasi.
f. Penafsiran Kode (Decoding)
Penafsiran kode adalah proses dimana penerima menafsirkan pesan dan
menerjemahkannya menjadi informasi yang berarti baginya. Penafsiran kode
dipengaruhi oleh (1) pengalaman masa lalu si penerima, (2) interprestasi pribadi
terhadap simbol atau isyarat yang digunakan, (3) harapan (orang cenderung
mendengarkan apa yang dia ingin dengarkan), serta (4) kesamaan pengertian arti
dengan pengirim.
g. Penerima (receiver)
50
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber, atau
pihak ke dua dalam proses komunikasi. Penerima bisa terdiri atas satu orang atau
lebih, bisa juga dalam bentuk kelompok, partai atau Negara. Penerima biasa disebut
dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, 15 komunikan, atau dalam
bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah
dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat adanya sumber. Tidak ada
penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses
komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dan komunikasi. Jika suatu pesan
tidak diterima oleh penerima, atau penerima tidak, atau kurang memahami maksud
dari pesan yang disampaikan, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah
yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.
Kenalilah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena dengan
mengetahui dan memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti terdapat suatu
peluang untuk mencapai keberhasilan dalam proses komunikasi.
h. Umpan balik (Feedback)
Feedback adalah kebalikan dari proses komunikasi yang menyatakan reaksi terhadap
komunikasi dari pengirim. Karena saat itu penerima menjadi pengirim feedback dan
pengirim berfungsi sebaliknya, maka feedback tersebut mengalir melalui urutan
langkah yang sama dengan sebelumnya, hanya arahnya yang berlainan.
i. Gangguan (Noise)
Gangguan adalah semua faktor yang mengganggu, membingungkan atau
mengacaukan proses komunikasi.
F. HAMBATAN KOMUNIKASI
Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul,
bekerjasama secara rasional dan sistematis, terkendali, dengan memanfaatkan sumber daya
(dana, material, lingkungan, metode, sarana, prasarana, data) dan lain sebagainya yang
digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan bersama.
a. Hambatan yang bersifat teknis Hambatan yang bersifat teknis adalah hambatan yang
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
b. Hambatan semantik Hambatan yang disebabkan kesalahan dalam menafsirkan,
kesalahan dalam memberikan pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-
kode) yang dipergunakan dalam proses komunikasi.
c. Hambatan perilaku Hambatan perilaku disebut juga hambatan kemanusiaan.
Hambatan yang disebabkan berbagai bentuk sikap atau perilaku, baik dari
51
komunikator maupun komunikan. Hambatan perilaku tampak dalam berbagai bentuk,
seperti:
d. Kurang perencanaan dalam berkomunikasi
e. Asumsi yang tidak di jelaskan
f. Pesan yang di ungkapkan kurang baik
g. Hilang karena penyampaian dan retensi yang kurang baik
h. Komunikasi impersonal
i. kemampuan mendengarkan yang kurang baik dan terlalu cepat menilai
j. Waktu yang tidak cukup untuk beradaptasi dengan perubahan
G. SALURAN KOMUNIKASI
Saluran komunikasi dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Saluran komunikasi formal
Pesan yang mengalir melalui jalan resmi dan ditentukan oleh hierarki resmi organisasi
atau oleh fungsi pekerjaan, maka pesan tersebut merupakan jaringan komunikasi
formal. Terdapat tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal
yang mengikuti garis komunikasi yaitu komunikasi dari bawahan kepada atasan,
komunikasi dari atasan kepada bawahan, dan komunikasi sesama karyawan yang
sama tingkatnya.
Pesan yang mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi
organisasi atau oleh fungsi pekerjaan merupakan pesan dalam jaringan komunikasi
formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke
bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal.
Terdapat lima jenis komunikasi formal dalam organisasi, yaitu:
a. Komunikasi Horizontal
Merupakan bentuk komunikasi secara mendatar dimana terjadi pertukaran
pesan secara menyimpang dan dilakukan oleh dua pihak yang mempunyai
kedudukan yang sama, posisi yang sama, jabatan yang se-level maupun eselon
yang sama dalam suatu organisasi. Komunikasi bentuk ini selain berguna
untuk menginformasikan juga untuk meminta dukungan dan
52
mengkoordinasikan aktivitas. Komunikasi horizontal diperlukan untuk
menghemat waktu dan memudahkan koordinasi sehingga mempercepat
tindakan. Kemudahan koordinasi ini terjadi karena adanya tingkat, latar
belakang pengetahuan dan pengalaman yang relatif sama antara pihak-pihak
yang berkomunikasi serta adanya struktur formal yang tidak ketat.
b. Komunikasi Diagonal
Merupakan komunikasi yang berlangsung dari satu pihak kepada pihak lain
dalam posisi yang berbeda, dimana kedua pihak tidak berada pada jalur
struktur yang sama. Komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang
mempunyai level yang berbeda tetapi tidak mempunyai wewenang langsung
kepada pihak lain. Komunikasi diagonal merupakan saluran komunikasi yang
jarang digunakan dalam organisasi, namun penting dalam situasi dimana
anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui saluran-saluran lain.
Penggunaan komunikasi ini selain untuk menanggapi kebutuhan dinamika
lingkungan organisasi yang rumit juga akan mempersingkat waktu dan
memperkecil upaya yang dilakukan oleh organisasi.
c. Komunikasi Vertikal
Merupakan komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan dalam
organisasi. Menjelaskan bahwa komunikasi vertikal adalah komunikasi yang
mengalir dari satu tingkat dalam suatu organisasi ke suatu tingkat yang lebih
tinggi atau tingkat yang lebih rendah secara timbal balik. Dalam lingkungan
organisasi, komunikasi antara atasan dan bawahan menjadi kunci penting
kelangsungan hidup suatu organisasi. Menurut Stonner dan Freeman, dua per
tiga dari komunikasi yang dilakukan dalam organisasi berlangsung secara
vertikal antara atasan dan bawahan sehingga peran komunikasi vertikal sangat
penting dalam suatu organisasi.
2. Saluran komunikasi Informal
Jaringan komunikasi informal terbentuk tanpa memperhatikan struktur organisasi atas
ke bawah bawah ke atas dan horizontal. Ada enam fungsi jaringan komunikasi
informal, yakni memberikan konfirmasi atau penjelasan tambahan, memperluas
pesan, mencatat informasi, mempertentangkan informasi, membagi informasi lebih
luas dan melengkapi. Mengapa jaringan itu pentig? Karena jumlah informasi yang
dikirim lebih banyak, lebih cepat dan akurasi.
53
H. MENDORONG KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Untuk menciptakan sebuah komunikasi yang efektif, maka sebuah proses komunikasi
harus mengandung unsur-unsur komunikasi. Unsur-unsur komunikasi setidaknya harus
terdiri dari enam hal, yaitu sumber, komunikator, pesan, channel, komunikasi itu sendiri,
dan efek.
1. Sumber
Sumber sebagai salah satu unsur dalam unsur-unsur komunikasi adalah dasar yang
digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan
yang hendak disampaikan. Sumber sebagai salah satu unsur dalam unsur-unsur
komunikasi dapat berwujud dalam berbagai bentuk. Sumber dapat berupa orang,
lembaga, buku, dokumen, dan lain sebagainya.
2. Komunikator
Komunikator sebagai salah satu unsur dari unsur-unsur komunikasi dapat dipahami
sebagai orang yang membawa dan menyampaikan pesan. Dalam komunikasi,
komunikator memiliki peranan yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan
dalam memengaruhi komunikan (penerima pesan). Komunikator harus memiliki
ketrampilan untuk memilih sasaran dan menentukan tanggapan yang hendak dicapai.
Sebelum melakukan proses komunikasi, komunikator harus memperhitungkan apakah
komunikan mampu menangkap pesan yang disampaikannya. Komunikator juga harus
bisa menentukan media yang akan digunakan untuk melakukan persuasi sehingga
lebih efisien dalam mencapai sasaran.
3. Pesan
Unsur-unsur komunikasi yang ketiga adalah pesan. Pesan sebagai salah satu unsur
dalam unsur-unsur komunikasi dapat dipahami sebagai materi yang diberikan oleh
komunikator kepada komunikan. Pesan dapat disampaikan oleh komunikator dalam
berbagai cara, misalnya saja melalui kata-kata, nada suara, hingga gerak tubuh dan
ekspresi wajah.
Pesan sebagai salah satu unsur dalam unsur-unsur komunikasi dapat berwujud dalam
berbagai bentuk, diantaranya:
A. Pesan inforamatif
Pesan informatif bersifat memberikan keterangan-keterangan atau fakta-fakta
yang menuntun komunikan untuk mengambil keputusan.
B. Pesan persuasif
54
Pesan persuasif adalah pesan yang berisikan bujukan yang bertujuan untuk
memberikan perubahan sikap komunikan. Perubahan yang terjadi merupakan
perubahanan yang tidak dipaksakan, melainkan berasal dari kehendak diri
sendiri.
C. Pesan koersif
Pesan koersif adalah kebalikan dari pesan persuasif. Pesan koersif bersifat
memaksa dengan mengandalkan sanksi-sanksi untuk menekan komunikan.
4. Channel
Channel merupakan unsur-unsur komunikasi yang selanjutnya. Channel merupakan
saluran penyampaian pesan atau sering juga disebut dengan media komunikasi. Media
komunikasi dapat dibagi ke dalam dua kategori, yakni media komunikasi personal dan
media komunikasi massa. Media komunikasi personal digunakan oleh dua orang atau
lebih untuk saling berhubungan. Sifat dari media komunikasi ini pribadi, sehingga
dampaknya tidak bisa dirasakan oleh orang banyak. Contoh dari media komunikasi
personal adalah telepon, aplikasi chatting (whatsapp, line, bbm), dan juga skype.
Media komunikasi yang kedua adalah media komunikasi massa. Media komunikasi
ini digunakan untuk mengkomunikasikan pesan dari satu atau beberapa orang kepada
khalayak ramai. Karena sifatnya yang masif, maka media komunikasi massa dapat
memiliki dampak yang besar bagi banyak orang. Contoh media komunikasi massa
adalah televisi, radio, hingga yang terbaru adalah media sosial (instagram, twitter,
youtube).
5. Komunikasi
Unsur-unsur komunikasi yang selanjutnya adalah komunikasi itu sendiri. Komunikasi
sebagai salah satu unsur dalam unsur-unsur komunikasi dapat dibedakan dalam
berbagai macam kategori, mulai dari segi sifatnya, arahnya, hingga jumlah orang yang
terlibat di dalamnya. Unsur-unsur komunikasi ini umumnya dibedakan berdasarkan
kategori sifat, yakni dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu komunikasi verbal
dan komunikasi non verbal.
A. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan simbol-
simbol verbal. Simbol-simbol verbal ini dapat diwujudkan ke dalam bentuk
lisan maupun tulisan. Unsur-unsur komunikasi secara lisan dapat dilakukan
oleh dua orang atau lebih melalui hubungan tatap muka secara langsung tanpa
ada jarak maupun peralatan yang menjadi medianya. Unsur-unsur komunikasi
55
lisan dapat terlihat pada kegiatan “ngobrol” yang dilakukan oleh orang-orang
ketika berada di kantor, sekolah, kampus, ataupun tempat-tempat lainnya.
Selain secara lisan, unsur-unsur komunikasi verbal juga dapat dilakukan
melalui tulisan. Unsur-unsur komunikasi ini dapat berupa surat-menyurat
konvensional, surat elektronik (email), chatting, dan lain sebagainya.
B. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal merupakan unsur-unsur komunikasi dalam bentuk
komunikasi yang dilakukan tanpa menggunakan kata-kata, melainkan melalui
simbol-simbol lainnya. Komunikasi non verbal dapat ditunjukkan oleh tubuh
manusia secara alami melalui gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan
kontak mata. Sementara itu, komunikasi non verbal dapat pula ditunjukkan
dari hal-hal lain seperti gaya berpakaian, potongan rambut, intonasi suara,
hingga gaya berjalan.
6. Efek
Unsur-unsur komunikasi yang selanjutnya adalah efek. Efek merupakan unsur-unsur
komunikasi yang memiliki definisi hasil akhir dari suatu komunikasi. Efek
komunikasi dapat beraneka macam dan dapat dilihat dalam tiga kategori:
A. Personal opinion
Personal opinion adalah sikap dan pendapat seseorang pada suatu masalah
tertentu
B. Publik opinion
Public opinion merupakan penilaian sosial mengenai suatu hal berdasarkan
proses pertukaran pikiran.
C. Majority opinion
Majority opinion dapat dipahami sebagai pendapat yang disetujui oleh
sebagian besar publik atau masyarakat.
56
Kelompok 7 201801500502
Riris Ekawati 201801500554
Fajriah Maulida 201801500577
Risma Indriyani 201801500590
Nadiya Nesi Anita
Konsep Perilaku Produktif
A. Perilaku Produktif
Gilmore (1974) menyatakan bahwa perilaku produktif adalah : “Who is making a
tangible and significant contribution in his choosen field, who is a imaginative,
perceptive, and innovative in his approach to live problem and accomplishment of his
own goals (creativity) and who is at the same time both responsible and responsive in
his relationship whith other” yang berarti suatu tindakan yang konstruktif,
imaginative, kreatif dari individu dalam suatu organisasi yang dapat memberikan
kontribusi yang nyata dan signifikan terhadap lingkungan kerja dimana individu itu
berada.
Erich Fromm (1975) menyatakan bahwa: “Individu yang produktif adalah orang
yang memiliki kecakapan untuk menggunakan kemampuannya dan dapat
merealisasikan potensi yang ada pada dirinya”.
Sedarmayanti (2001 : 81) mengatakan bahwa : “Pribadi yang produktif adalah
pribadi yang yakin akan kemampuan dirinya, yang dalam istilah psikologi sering
disebut sebagai orang yang memiliki rasa percaya diri, harga diri dan konsep diri yang
tinggi. Orang yang demikian dapat dikatakan sebagai orang yang mampu
mengaktualisasikan dirinya.”.
Pengertian perilaku produktif adalah perilaku pegawai yang berkontribusi secara
positif terhadap sasaran dan tujuan organisasi yang sebelumnya telah direncanakan
oleh organisasi tersebut.
B. Kinerja Pegawai
1. Pengertian Kinerja
Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja
pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja
perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah
57
totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja
organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi
tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang
digerakkan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam
upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja"
yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti Hasil
Kerja. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi
kerja atau prestasi yang dicapai oleh seseorang). Prestasi kerja pada umumnya
dipengaruhi oleh keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan kerja dari tenaga
kerja yang bersangkutan. Kinerja adalah merupakan implementasi dari rencana
yang telah disusun tersebut. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya
manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan.
Bagaimana organisasi menghargai dan memberlakukan sumber daya manusianya
akan memengaruhi sikap dan perilakunya dalam menjalankan kinerja.
Berikut ini dijelaskan pengertian kinerja dari para ahli:
a) Menurut Mangkunegara (2005:9) definisi kinerja adalah perbandingan hasil
yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per
jam).
b) Hasibuan (2008:94) mengemukakan bahwa kinerja pegawai adalah suatu hasil
kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu.
c) Menurut Bernardin dan Russel dalam Sulistiyani dan Rosidah (2009:223)
mengemukakan bahwa kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan
dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode
waktu tertentu.
d) Sedarmayanti (2007) menyatakan bahwa kinerja merupakan sistem yang
digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang karyawan telah
melaksanakan pekerjaannya secara keseluruhan, atau merupakan perpaduan
dari hasil kerja (apa yang harus dicapai seseorang) dan kompetensi
(bagaimana seseorang mencapainya).
58
e) Wirawan dalam Prasodjo (2011), mengatakan bahwa kinerja seseorang
ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan.
Keban dalam Prasodjo (2011) mengatakan bahwa kinerja adalah merupakan
tingkat pencapaian tujuan. Sedangkan Timpe dalam Prasodjo (2011), kinerja
adalah prestasi kerja, yang ditentukan oleh faktor lingkungan dan perilaku
manajeman.
f) Gomes (2003:142) mengatakan bahwa “Kinerja adalah catatan hasil produksi
pada fungsi pekrjaan yang spesifik atau aktivitas selama periode waktu
tertentu”.
g) Rivai (2005:14) mengemukakan bahwa: “Kinerja adalah hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam
melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama”
2. Dimensi Kinerja
Dimensi atau indikator kinerja merupakan aspek-aspek yang menjadi ukuran
dalam menilai kinerja. Dimensi ataupun ukuran kinerja sangat diperlukan karena
akan bermanfaat baik bagi banyak pihak. John Miner dalam Sudarmanto
(2009:11), mengemukakan 4 dimensi yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur
dalam menilai kinerja, yaitu:
a) Kualitas yaitu jumlah kesalahan, kerusakan dan kecermatan
b) Kualitas yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan
c) Penggunaan waktu dalam kerja yaitu tingkat ketidak hadiran, keterlambatan,
waktu kerja dan jam kerja hilang.
d) Kerjasama dengan orang lain dalam bekerja.
Dari empat dimensi kinerja di atas, dua hal terkait dengan aspek keluaran atau
hasil pekerjaan, yaitu kualitas hasil, kuantitas keluaran; dan dua hal terkait aspek
perilaku individu yaitu penggunaan waktu dalam bekerja (tingkat kepatuhan
terhadap jam kerja, disiplin) dan kerjasama.
Keempat dimensi kinerja tersebut lebih cenderung mengukur kinerja pada
level individu. Sebenarnya banyak organisasi memberikan pengertian indikator
kinerja atau performance indikator bermacam-macam, seperti:
a) Indikator kinerja sebagai nilai atau karakteristik tertentu yang di pergunakan
untuk
59
mengukur output atau outcome suatu kegiatan.
b) Sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
c) Sebagai alat ukur yang dipergunakan untuk menentukan derajat keberhasilan
suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.
Kumorotomo (1996), menggunakan beberapa indikator kinerja untuk
dijadikan pedoman dalam menilai kinerja birokrasi publik, antara lain :
a) Efisiensi, yaitu menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi
pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi
serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis.
b) Efektvitas, yaitu apakah tujuan yang didirikannya organisasi pelayanan publik
tersebut tercapai? hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai,
misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.
c) Keadilan, yaitu mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang
diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya
dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Kedua mempersoalkan apakah
tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat
terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan
kepada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui
kriteria ini.
d) Daya Tanggap, yaitu berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh
perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya
tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan masyarakat yang mendesak.
Karena itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya
tanggap ini.
3. Jenis Kinerja Pegawai
Dalam kinerja pegawai terdapat 2 jenis, yaitu :
a) Kinerja Kontektual
Kinerja kontekstual atau yang sering disebut dengan perilaku
kewargaan organisasional (Organizational Citizenship Behavior atau OCB)
merupakan aspek unik dari kegiatan individu di tempat kerja, namun kegiatan
ini berada di luar persyaratan formal dalam pekerjaan mereka, bersifat bebas
60
dan tidak secara eksplisit berada dalam prosedur kerja dan sistem pemberian
upah formal. Perilaku kewargaan organisasional muncul dari dalam individu
berupa keinginannya memberikan kontribusi bagi organisasi. Hal ini
disebabkan pada dasarnya karyawan memiliki komitmen untuk memberikan
yang terbaik bagi organisasi. Keinginan tersebut mendorong individu untuk
berperilaku secara spontan dalam suatu model kegiatan dan harus didukung
oleh sistem yang ada, yaitu sistem yang kooperatif, informal, ada kolaborasi,
didukung oleh pemimpinnya, dan ada pertukaran sosial maupun ekonomi.
Perilaku tersebut juga merupakan komitmen individu yang timbul sebagai
ekspresi kepuasannya.
b) Kinerja Tugas
Kinerja Tugas meliputi perilaku karyawan yang secara langsung
terlibat dalam proses pembentukan sumber daya organisasi ke dalam barang
atau jasa yang menghasilkan organisasi.
C. Perilaku Kewargaan Organisasi (Organization Citizenship Behaviour)
1. Pengertian OCB
Organizational Citizenship Behaviour yang disingkat dengan OCB adalah
tingkah laku karyawan atau anggota organisasi yang sifatnya sukarela diluar job
deksripsi dan tidak diatur dalam peraturan perusahaan, tetapi sangat memberi
keuntungan perusahaan karena bisa menaikkan efektivitas dan eifisensi organisasi
dan tidak terhubung denga sistem penghargaan formal.
Pengertian Organization Citizenship Behaviour menurut para ahli :
a) Aldag dan Resckhe (1997)
Organization Citizenship Behaviour adalah kontribusi individu dalam
melebihi tuntutan peran di tempat kerja. OCB mengikutsertakan sebagian
perilaku mencakup perilaku suka menolong orang lain, menjadi volunteer
untuk tugas-tugas ekstra, patuh kepada aturan-aturan dan prosedur pada
tempat kerja.
b) Organ
61
Organization Citizenship Behaviour sebagai perilaku individu yang
bebas, tidak berhubungan secara langsung atau eksplistik dengan sistem
penghargaan dan dapat meningkatkan fungsi efektif organisasi (dalam
Triyanto dan Elisabeth, 2009).
c) Golparvar dan Javidian
Organization Citizenship Behaviour adalah perilaku ekstra peran yang
mampu diperankan oleh karyawan, di mana karyawan bekerja tidak hanya
terbatas pada deskripsi tugas semata (dalam Soentoro 2013).
d) Robbins dan Judge
Organization Citizenship Behaviour sebagai perilaku pilihan yang tidak
menjadi bagian dari kewajiban kerja formal seorang karyawan, namun
mendukung berfungsinya organisasi tersebut secara efektif (dalm Cahyono,
2015).
2. Dimensi OCB
Dimensi organization citizenship behavior (OCB) yang banyak dikenal
digunakan dalam penelitian adalah dimensi organization citizenship behavior tang
dikemukakan oleh Organ (Tryanto dan Elisabeth, 2009) yang terdiri dari :
a) Alturisme
Menunjukkan suatu pribadi yang lebih mementingkan kepentingan
orang lain dibandingkan dengan kepentingan pribadinya. Misalnya, karyawan
yang sudah selesai dengan pekerjaannya membantu karyawan lain dalam
menghadapi pekerjaan yang sulit.
b) Conscientiousness
Suatu perilaku yang menunjukkan upaya sukarela untuk meningkatkan
cara dalam menjalankan pekerjaannya secara kreatif agar kinerja organisasi
meningkat. Perilaku tersebut melibatkan kreatif dan inovatif secara sukarela
untuk meningkatkan kemampuan dalam bekerja demi peningkatan organisasi.
Karyawan tersebut melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkan
organisasi melebihi dari yang disyaratkan seperti berinisiatif meningkatkan
kompetensinya secara sukarela mengambil tanggung jawab diluar
wewenangnya. Misalnya, mengikuti seminar dan kursus yang di sedialan
organisasi.
c) Sportsmanship
62
Menunjukkan suatu kerelaan/toleransi untuk bertahan dalam suatu
keadaan yang tidak menyenangkan tanpa mengeluh. Perilaku ini
menunjukkan suatu daya toleransi yang tinggi terhadap lingkungan yang
kurang atau bahkan tidak menyenangkan. Menurut Podsakoff dimensi ini
kurang dapat pengertian dalam penelitian empiris. Dikatakan pula bahwa
sportsmanship seharusnya memiliki cakupan yang lebih luas dalam
pengertian individu tidak hanya menahan ketidakpuasaan tetapi individu
tersebut harus tetap bersikap positif serta bersedia mengorbankan
kepentingannya sendiri demi kelangsungan organisasi. Misalnya, saat dirinya
tidak nyaman dengan kondisi pekerjaannya tetapi ia di haruskan untuk tetap
bekerja.
d) Coustesy
Menunjukkan suatu perilaku membantu orang lain secara sukarela dan
bahkan merupakan tugas serta kewajibannya. Dimensi ini menunjukkan
perilaku membantu karyawan baru berkaitan dengan masalah-masalah yang
dihadapi. Misalnya, membantu dalam mempergunakan peralatan saat bekerja.
e) Civic Virtue
Terlibat dalam aktivitas organisasi dan peduli terhadap kelangsungan
hidup organisasi. Secara sukarela berpartisipasi, bertanggung jawab dan
terlibat dalam mengatasi masalah-masalah organisasi demi kelangsungan
organisasi. Karyawan juga aktif mengemukakan gagasan-gagasan serta ikut
mengamati lingkungan bisnis dalam hal ancaman dan peluang. Misalnya,
aktif dalam berpartisipasi dalam rapat organisasi.
3. Anteseden OCB
a) Karakteristik Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan merupakan sebuah pendekatan dalam merancang
pekerjaan yang menunjukkan bagaimana pekerjaan dideskripsikan ke dalam
lima dimensi antara lain keanekaragaman, keterampilan, identitas tugas, arti
tugas, otonomi, dan umpan balik (Robbins dan Judge, 2007:268). Dimensi ini
selanjutnya digambarkan sebagai berikut :
1) Keanekaragaman keterampilan (skill variety)
63
Adalah tingkat sampai dimana pekerjaan memerlukan individu yang
mampu melakukan berbagai tugas yang mengharuskannya menggunakan
keterampilan dan kemampuan yang berbeda.
2) Identitas tugas (task identity)
Tingkat sampai dimana suatu pekerjaan membutuhkan penyelesaian
dari seluruh proses bagian pekerjaan yang diidentifikasi.
3) Arti tugas (task significance)
Adalah tingkat sampai dimana pekerjaan berpengaruh substansial
dalam kehidupan atau pekerjaan individu lain.
4) Otonomi (autonomy)
Tingkat sampai dimana suatu pekerjaan memberikan kebebasan,
kemerdekaan serta keleluasaan yang substansial untuk individu dalam
merencanakan pekerjaan dan menentukan prosedur-prosedur yang akan
digunakan untuk menjalankan pekerjaan tersebut.
5) Umpan balik (feedback)
Adalah tingkat sampai dimana pelaksanaan aktivitas kerja membuat
seseorang individu mendapatkan informasi yang jelas dan langsung
mengenai keefektifian kerjanya.
b) Kepribadian
Kepribadian yang merupakan keseluruhan cara seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Disamping itu kepribadian
sering diartikan sebagai cirri-ciri yang menonjol pada diri individu seperti
kepada orang yang pemalu dikenakan atribut yang disebut berkepribadian
pemalu. Kepribadian ini deikelompokkan menjadi 2 yakni ekstrivert biasanya
memiliki kepribadian yang terbuka dan senang bergaul serta memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka. Sementara
introvert dianggap mendapat gairah lewat menyendiri biasanya cenderung
pendiam dan lebih peduli tentang pemikiran mereka dalam dunia mereka
sendiri.
64
c) Sikap
Sikap ini mendukung orang untuk mewujudkan, memelihara dan
memperbaikin hubungan dengan orang lain. Tingkah laku ekstra-role yang
melibatkan OCB dan sikap prososial untuk membentuk dan memelihara
hubungan dengan orang lain atau organisasi. Masyarakat yang orientasinya
pada afiliasi menggambarkan sikap OCB karena mereka menempatkan nilai
orang lain dan hubungan kerja sama.
d) Motivasi
Motivasi ini mendukung orang untuk menggambarkan suatu standart
istimewa (excellence) dengan mencari prestasi dan tugas, kesempatan atau
juga kompetisi. Tingkah laku seperti menolong orang lain, membicarakan
perubahan bisa mempegaruhi orang lain, berupaya untuk tidak mengeluh dan
ikut serta dalam rapat unit dan hal-hal yang menbentuk OCB benar-benar
dianggap sebagai kunci untuk sukses.
e) Kepemimpinan
Dengan kepemimoinan yang mendukung orang lain untuk mencari status
dan situasi dimana mereka bisa mengontrol pekerjaan atau perilaku orang lain.
Individu yang orientasinya pada kekuasaan menganggap OCB adalah alat
yang memperoleh kekuasaan dan status dengan figur otoritas dalam
organisasi.
D. Inovasi
1. Pengertian Inovasi
Menurut UU No. 19 Tahun 2002, pengertian inovasi adalah kegiatan
penelitian, pengembangan, dan atau pun perekayasaan yang dilakukan dengan
tujuan melakukan pengembangan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu
pengetahuan yang baru, atau pun cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sudah ada ke dalam produk atau pun proses produksinya.
Adapun menurut david neeleman yang mengemukakan bahwa inovasi
merupakan upaya mencari cara untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik
daripada sebelumnya. Jadi, pengertian inovasi adalah setiap ide atau pun gagasan
baru yang belum pernah ada atau pun diterbitkan sebelumnya. Sebuah inovasi
65
biasanya berisi terobosan-terobosan baru mengenai sebuah hal yang diteliti oleh
sang inovator (orang yang membuat inovasi).
2. Fungsi Inovasi
Dalam inovasi terdapat 2 fungsi yaitu fungsi pemasaran dan fungsi inovasi :
a) Fungsi Pemasaran
Dalam fungsi pemasaran terdapat analisis konsumen, yang berarti suatu
pengamatan terhadap segala keinginan dan kebutuhan konsumen. Analisis
konsumen ini mengaitkan pengadaan peninjauan terhadap konsumen,
menganalisis informasi konsumen, pengevaluasian lokasi, pengembangan dan
penentuan strategi pada segmentasi pasar secara optimal.
b) Fungsi Inovasi
Pemilik usaha dituntut untuk selalu melakukan inovasi pada produk-
produknya. Hal ini karena inovasi pada barang dapat berfungsi sebagai bagian
dari strategi pemasaran untuk menarik semakin banyak pelanggan. Inovasi
yang diterapkan pada sebuah produk dapat menarik minat masyarakat untuk
mencoba menggunakan barang tersebut.
Inovasi juga berfungsi agar pemilik usaha tidak tergulung oleh arus
perkembangan yang ada saat ini. Perkembangan zaman akan menuntut pemilik
usaha untuk terus berinovasi sehingga dapat terus bertahan. Berbagai produk
yang tidak bisa berinovasi menurut perkembangan zaman akan perlahan
ditinggalkan oleh para pelanggan dan mati.
3. Unsur – unsur inovasi
Dalam inovasi terdapat 3 unsur yaitu kreativitas, tantangan dan keberanian :
a) Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda
dengan apa yang telah ada sebelumnya. Menurut Zimmerer (1996) untuk
mengembangkan keterampilan, seseorang menggunakan otak sebelah kiri.
Sedangkan untuk belajar mengembangkan keterampilan kreatif digunakan
otak sebelah kanan,
b) Tantangan
Agenda inovasi di sektor publik setidaknya didorong dari tiga tuntutan.
Pertama, tuntutan dari masyarakat dan kalangan bisnis yang menginginkan
pelayanan publik yang berkualitas, layak dan efektif serta tanggap terhadap
66
kebutuhan masyarakat pengguna layanan. Kedua, kalangan profesional,
manajer publik dan politisi yang menginginkan kualitas tata kelola
pemerintahan yang baik dan kemampuan organisasi pemerintah untuk
memecahkan berbagai persoalan sosial, ekonomi dan lingkungan. Dan ketiga,
para peneliti kebijakan publik cenderung menyetujui bahwa meningkatnya
tugas penyelesaian masalah serius yang sulit dipecahkan, memerlukan
pengetahuan khusus dan melibatkan banyak stakeholders serta memiliki
potensi konflik yang tinggi sehingga diperlukan solusi kebijakan yang inovatif
(Sørensen dan Torfing, 2011).
c) Keberanian
Keberanian adalah suatu sikap untuk berbuat sesuatu dengan tidak terlalu
merisaukan kemungkinan-kemungkinan buruk. Aristoteles mengatakan bahwa
“The conquering of fear is the beginning of wisdom. Kemampuan
menahklukkan rasa takut merupakan awal kebijaksanaan.” Yang berarti orang
yang mempunyai keberanian akan mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi
ketakutan-ketakutan yang sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Orang-
orang yang mempunyai keberanian dalam berinovasi pastinya akan sanggup
membangun mimpinya dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-
orang disekitarnya.
4. Sumber Inovasi
a) Kondisi yang tidak diharapkan
Sumber inovasi wirausaha yang pertama adalah kejadian yang tidak
diharapkan. Hal ini terjadi pada perusahaan Teh Botol Sosro yang saat ini
menuai kesuksesan luar biasa namun awalnya mendapat banyak tantangan di
masyarakat. Konsistensi Teh Botol Sosro melakukan inovasi telah
menjadikannya sebagai pemimpin pasar produk minuman teh dalam kemasan.
Meski saat ini telah bermunculan banyak pesaing baru, perusahaan tersebut
mampu menjaga kesuksesan berkat inovasi dari awal buruk yang tidak
diharapkan.
b) Kesenjangan
Adanya jurang perbedaan antara harapan dan fakta tentunya menimbulkan
masalah bagi banyak orang. Pada jiwa-jiwa yang kreatif, hal ini justru
menggoda mereka untuk menata gagasan-gagasan yang segar dan inovatif.
c) Inovasi didasarkan kebutuhan terhadap proses
67
Jenis inovasi ini terjadi bila terdapat permintaan khusus terhadap para
wirausaha untuk menciptakan inovasi ini adalah kopi tanpa kafein yang di
latar belakangi oleh kebutuhan konsumen penyuka minuman kopi yang tidak
mengharapkan kandungan kafein di dalam minumannya.
d) Perubahan dalam industri
Perubahan dalam industri terjadi akibat regulasi. Regulasi
merupakan aturan atau etika yang harus dipenuhi oleh para pelaku bisnis
dalam menjalankan bisnisnya. Regulasi dibuat melalui proses tertentu dimana
suatu kelompok masyarakat atau lembaga sepakat untuk mengikuti atau terikat
pada aturan tertentu yang telah dibuat untuk mencapai tujuan bersama. Fungsi
regulasi bisnis adalah untuk menertibkan perilaku para pengusaha dan
konsumen dalam batasan-batasan tertentu. Regulasi bisnis tersebut bersifat
mengikat dan mengendalikan perilaku masyarakat dalam ruang lingkup bisnis.
e) Demografis
Perubahan demografis masyarakat dalam hal jumlah penduduk, umur,
pengetahuan, pekerjaan, lokasi geografis dan lain-lain. Demografis masyarakat
di suatu negara terus berkembang sesuai dengan kemuan jaman. Contoh
inovasi produk dan layanan yang didasarkan pada perubahan demografi adalah
adanya pemukiman penduduk yang menggunakan konsep rekresi untuk
menjawab kebutuhan memiliki tempat tinggal sekaligus tempat berlibur yang
mudah dijangkau. Contoh lainnya adalah layanan ojek online Gojek yang
mampu memberiukan solusi cepat bepergian di ibu kota saat jalan raya
dipenuhi kendaraan pribadi warga.
f) Perubahan dalam persepsi
Persepsi berhubungan dengan pola pikir dan cara pandang masyarakat
mengenai suatu hal. Contoh mudah dalam hal inovasi karena perubahan
persepsi adalah adanya pusat kebugaran atau fitness center dan senam serobik
di kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Masyarakat beranggapan bahwa
memiliki tubuh sehat dan bentuk tubuh bagus mampu memberikan banyak
manfaat dalam hidup dan kesuksesan bekerja. Persepsi ini tidak dibentuk oleh
perusahaan namun hadir dan memilikiarti tersendiri dalam pergaulan
masyarakat.
g) Pengetahuan baru
68
Terdapat beberapa prinsip yang mendasari kreasi dan pengembangan suatu
produk dan layanan jasa. Penemuan-penemuan terkini merupakan salah satun
konsep pengetahuan dasar yang dapat menghasilkan inovasi pemikiran baru,
metode baru dan pengetahuan baru. Contoh inovasi yang bersumber dari
konsep dari konsep pengetahuan dasar adalah hadirnya telepon genggam
menggunakan sistem Android. Ponsel pintar Android saat ini menjadi standar
dasar bagi pengembangan beragam aplikasi canggih, menarik dan bermanfaat.
5. Prinsip Inovasi
a) Mulai dengan analisis peluang
Analisis peluang, yang melibatkan penilaian terhadap biaya, resiko dan
manfaatnya yang terkait dengan pemasaran. Ada tiga cara yang harus
dilakukan dalam membuat analisis-biaya-manfaat (cost-benefit-analysis)
yakni: menghitung volume total biaya yang terlibat dengan suatu keputusan;
memperkirakan manfaat secara total dari keputusan yang dibuat; dan
membandingkan total biaya dengan manfaatnya. Jika manfaat yang diinginkan
bisa melewati total biaya, maka peluang tersebut menjadi lebih menjanjikan
dan menarik.
b) Menganalisis peluang untuk melihat apakah inovasi diminati
Ialah suatu pengamatan terhadap segala keinginan dan
kebutuhan konsumen. Analisis konsumen ini mengaitkan pengadaan
peninjauan terhadap konsumen, menganalisis informasi konsumen,
pengevaluasian lokasi, pengembangan dan penentuan strategi pada segmentasi
pasar secara optimal.
c) Agar efektif, inovasi harus sederhana
Perencanaan terhadap produk dan jasa diantaranya seperti berbagai
kegiatan pengemasan produk, uji pemasaran, gaya produk, pemanfaatan
garansi dan penyediaan layanan konsumen. Salah satu teknik perencanaan
produk dan jasa yang paling efektif ialah uji pasar.
d) Dimulai dari yang kecil
Stakeholder atau lima pemangku kepentingan sangat mempengaruhi
keputusan penetapan harga yakni : konsumen, pemasok, distributor, pesaing
dan pemerintah.
e) Bertujuan menjadi pemimpin pasar
69
Distribusi, yang terdiri dari penggudangan, cakupan distribusi, saluran-
saluran distribusi, wilayah penjualan, kurir transportasi, penjualan grosir,
tingkat dan lokasi persediaan, ritel dan lokasi tempat ritel.
70
Kelompok 8:
Afni Zahra Agustini (201801500567)
Denisa Putri (201801500527)
Asri Irmayanti (201801500579)
Petrus Ola Payon (201701579023)
KONSEP KEPEMIMPINAN ORGANISASI
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari bahasa inggris yaitu leadership. Kepemimpinan adalah
cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerjasama dan
bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2011: 170).
Menurut Badeni (2013: 2), kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Robbins dan
Judge (2015: 410) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi
suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau serangkaian tujuan.
McShane dan Von Glinow (2010: 360) menyatakan kepemimpinan adalah tentang
memengaruhi, memotivasi, dan memungkinkan orang lain memberikan kontribusi ke
arah efektivitas dan keberhasilan organisasi di mana mereka menjadi anggotanya.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi dan mendukung orang lain untuk bekerja
secara antusias menuju pada pencapaian sasaran
Kepempimpinan dalam organisasi adalah kewenangan untuk mengatur tata kerja,
analisis dan deskripsi tugas, penempatan orang, kordinasi dan pengawasan, membuat
program pengembangan dan latihan para menejer disetiap tingkatan dan segala aspek
organisasi. Pemimpin adalah kepala kesatuan organisasi mempunyai wewenang dan
tanggung jawab intern maupun ekstren organisasi, mengawasi pelaksanaankerja bawahan
nya
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah sifat atau karakter atau cara seseorang dalam upaya membina dan mempengaruhi
seseorang atau sekelompok orang agar mau bekerjasama, komitmen dan setia untuk
melaksanakan semua kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab untuk mencapai
tujuan organisasi.
71
B. Fungsi dan Peran Pemimpin dalam Organisasi
➢ Fungsi Pemimpin
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi
dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
Manfaat – manfaat tersebut antara lain :
• Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan
untuk memutuskan apa yang akan dilakukan.
• Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan
yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui.
• Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang
akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.
Perencanaan sendiri meliputi dua hal, yaitu :
• Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada
keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
• Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kkegiatan –
kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan
prosedur – prosedur yang diperlukan.
Setiap rencana yang baik akan berisi :
• Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami
• Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu
mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan.
Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju
akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan
penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka
terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga
mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun
yang besar.
72
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para
pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai
kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam
pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan
kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan
menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan –
hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan
kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana.
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah
dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan
pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil
keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu,
kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis
dan lain sebagainya.
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-
baiknya dari :
• Perasaan, Firasat atau intuisi
• Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara
rasional – sistematis.
• Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung.
• Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan.
Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat menggunakan metode
sebagai berikut :
- Keputusan – keputusan yang sifatnya sederhana individual artinya secara
sendirian.
73
- Keputusan – keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus
menerus dapat diserahkan kepada orang – orang yang terlatih khusus untuk
itu atau dilakukan dengan menggunakan komputer.
- Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti
menjadi tanggung jawab masyarkat lebih baik diambil secara kelompok
atau majelis.
- Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab masalahnya
menyangkut perhitungan – perhitungan secara teknis agae diambil dengan
bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya.
Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi
anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap
organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran,
hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab
mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh
pemimpinnya.
Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan
terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat
salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran,
dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi
fungsi ini sebaik- baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar
kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua
hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada mereka.
7. Fungsi pemeliharaan
Fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi pemeliharaan dan pengembangan
kelompok untuk kelangsungan hidupnya. Yang termasuk fungsi ini antara lain :
a) Bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau dan dapat
memuji orang lain atau idenya, serta dapat menerima dan menyetujui
sumbangan kiran orang lain.
b) Mengusahakan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota berbicara
dengan waktu yang dibatasi, sehingga anggota kelompok lain
berkesempatan untuk mendengar.
74
c) Menentukan penggunaan standar dalam pemilihan isi, prosedur dan
penilaian keputusan serta mengingatkan kelompok untuk meniadakan
keputusann yang bertentangan dengan pedoman kelompok.
d) Mengikuti keputusan kelompok, menerima ide orang lain, bersikap sebagai
pengikut/pendengar sewaktu kelompok sedang berdiskusi dan mengambil
keputusan.
e) Menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat dan bertindak sebagai
penengah untuk mengkompirmasikan pemecahan masalah.
➢ Peran Pemimpin
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran huhungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin
yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan,
sumber alokasi, dan negosiator.
C. Tugas-tugas Kepemimpinan
Tugas-tugas kepemimpinan bagi seorang pemimpin sangat luas maknanya. Sutrisno
(2009) menguraikan beberapa tugas-tugas kepemimpinan yang penting, antara lain
sebagai berikut:
1. Sebagai Konselor
Konselor merupakan tugas seorang pemimpin dalam suatu unit kerja, dengan
membantu atau menolong SDM untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya. Untuk menjadi konselor
yang baik diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik, disamping
pengetahuan tentang teori konseling itu sendiri, agar konseling yang diadakan
menjadi efektif. Dengan keterampilan tersebut, maka sebagai konselor
sipemimpin akan lebih dapat memberikan bantuannya dalam pemecahan
masalah- masalah pribadi, masalah pekerjaan, pengembangan karier, dan
sebagainya.
2. Sebagai Instruktur
Seorang pemimpin pada peringkat manapun ia berada, sebenarnya pada
jabatannya itu melekat tugas sebagai instruktur atau sebagai pengajar yang baik
terhadap SDM yang ada dibawahnya. Instruktur yang baik akan mempunyai
75
peran sebagai guru yang bijaksana, yang memungkinkan setiap bawahan semakin
lama semakin pintar dan professional dalam melaksanakan tugasnya. Seorang
bawahan mustahil dapat bekerja dengan baik tanpa membuat kesalahan-kesalahan
bila tidak diarahkan dan diberitahu oleh atasannya. Untuk menjadi instruktur
yang baik diperlukan adanya keterampilan berkomunikasi. Namun komunikasi
yang berlangsung haruslah berjalan timbale balik, yang suasananya perlu
diciptakan oleh instruktur yang bersangkutan. Proses pemberian materi oleh
seorang instruktur bukanlah merupakan penyampaian perintah yang harus
dilaksanakan, tetapi merupakan proses belajar mengajar yang akan dijalankan
dengan penuh kesabaran dan ketekunan, sehingga apa yang dikehendaki dapat
tercapai.
3. Memimpin Rapat
Seorang pemimpin pada tingkat manapun, pada suatu waktu perlu mengadakan
rapat dan memimpinnya. Suatu rencana yang akan disusun biasanya didahului
oleh rapat, agar pelaksanaan rencana itu lebih mudah dilaksanakan. Bila
pelaksana mengetahui seluk beluk suatu rencana dana pasasarannya tentu
pelaksanaan rencana itu tidak akan mengalami hambatan. Oleh sebab itu, suatu
rapat bukan saja menjadi keharusan dalam unit kerja, tetapi sudah menjadi
pekerjaan rutin bagi seorang pemimpin yang ingin berhasil dalam setiap
tugasnya.
4. Mengambil Keputusan
Di antara seluruh tugas yang disandang oleh pemimpin, maka yang mungkin
terberat adalah tugas mengambil keputusan. Pengambilan keputusan ini
merupakan satu-satunya hal yang membedakan seorang pemimpin. Oleh sebab
itu, keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh keterampilan
mengambil keputusan. Dikatakan berat, karena pengambilan keputusan akan
mempunyai dampak luas terhadap mekanisme organisasi yang dipimpinnya dan
cenderung mempunyai kadar kerawanan yang tinggi, bila pengambilan keputusan
itu tidak didasarkan pada aturan-aturan yang berlaku.
5. Mendelegasikan Wewenang
Seorang pemimpin tidak mungkin dapat mengerjakan sendiri seluruh
pekerjaannya, karena keterbatasan waktu dan keterbatasan kemampuannya. Oleh
sebab itu, seorang pemimpin yang bijaksana haruslah mendelegasikan sebagian
tugas dan wewenang kepada bawahannya. Dalam pendelegasian wewenang,
76
tanggungjawab dipikul bersama antara yang mengelegasikan dan yang menerima
delegasi.
D. Implikasi Teori Kepemimpinan dalam SDM Perusahaan
1. Teori kepemimpinan The Great Man Theory
Menurut teori kepemimpinan ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai
pemimpin yang yang memiliki ciri-ciri yang istimewa yang mencakup: karisma,
kecerdasan, kebijaksanaan dan dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya
untuk membuat berbagai keputusan yang memberi dampak besar bagi sejarah
manusia. Karisma sendiri menunjukkan kepribadian seseorang yang dicirikan oleh
pesona pribadi, daya tarik, yang disertai dengan kemampuan komunikasi
interpersonal dan persuasi yang luar biasa. Teori kepemimpinan ini sebagian besar
bersandar pada pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh Thomas Carlyle di
abad 19 yang pernah menyatakan bahwa sejarah dunia tak lain adalah sejarah
hidup orang-orang besar. Menurutnya, seorang pemimpin besar akan lahir saat
dibutuhkan sehingga para pemimpin ini tidak bisa diciptakan.
2. Teori kepemimpinan Trait Theory
Teori kepemimpinan ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari Great Man
Theory yang mengatakan bahwa para pemimpin dilahirkan dan bukan diciptakan
(leader are born and not made). Tetapi sejalan dengan pemikiran mahzab
behavioralis, pada peneliti di tahun 1950-an berkesimpulan bahwa karakteristik
pemimpin tidak seluruhnya merupakan bawaan sejak lahir, namun diperoleh
melalui pembelajaran dan pengalaman. Karena itu mereka berkesimpulan bahwa
kepemimpinan yang efektif dapat dipelajari. Riset mereka menunjukkan bahwa
ada karakteristik individu yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehubungan
dengan kepemimpinan efektif, yaitu: Kecerdasan, Pengetahuan & keahlian,
Dominasi, Percaya diri, energi yang tinggi, Toleran terhadap stress, Integritas &
kejujuran, Kematangan.
3. Teori Kepemimpinan Behavioral Styles Theory
Selama perang dunia II studi mengenai teori kepemimpinan mengalami perubahan
arah yang signifikan dari mempelajari ciri-ciri individu menjadi pola perilaku
pemimpin yang disebut dengan leadership styles. Dengan demikian maka fokus
beralih dari “siapa pemimpin itu” menjadi “bagaimana seorang pemimpin
berperilaku atau menjalankan gaya kepemimpinan”
77
4. Teori kepemimpinan situasional
Teori menurut Hersey dan Blanchard (Miftah Thoha, 2010: 63) ini, adalah
kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi antara lain
sebagai berikut.
• Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan.
• Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan,dan
• Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau tujuan tertentu
E. Macam-macam Kepemimpinan
1. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya
sebagai berikut :
a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
b. Mengindentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c. Mengangap bawahan sebagai alat semata-mata.
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
e. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya.
f. Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur pemaksaan dan punitif (bersifat menghukum).
2. Tipe Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan
pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang
bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang di
perolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik
memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
78
Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang
amat besar.
3. Tipe Kepemimpinan Paternalistis
Seorang pemimpin bertipe paternalistis memiliki ciri-ciri dalam
kepemimpinannya sebagai berikut :
a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b. Bersikap terlalu melindungi (over protective).
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk ikut mengambil
keputusan.
d. Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada
pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas
mereka sendiri.
4. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan
otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
a. Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat
otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.
b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
c. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda
kebesaran yang berlebihan.
d. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.
e. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahannya.
f. Komunikasi hanya berlangsung searah.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya
79
berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan
sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau
karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya
morat marit dan kacau balau.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang
tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar
negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap
nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. pemimpinnya biasanya
terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administrator-administrator yang mampu
menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat
tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada
tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan
pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada
diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak
terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap
warga kelompok.
9. Kepemimpinan demokratis
Menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti
bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-
80
masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada
saat-saat dan kondisi yang tepat.
81
DAFTAR PUSTAKA
http://hanifumu.blogspot.com/2016/10/perilaku-kelompok-dalam-organisasi.html
https://www.initentangpsikologi.com/2020/03/perilaku-kelompok-dalam-organisasi.html?m=1
http://maer-elamien.blogspot.com/2013/02/perilaku-organisasimakalah.html?m=1
http://wahyunatalia.blogspot.com/2011/10/teori-teori-pembentukan-kelompok.html?m=1
http://blog.unnes.ac.id/aenunanisastuti/2017/12/03/teori-pertukaran-sosial-social-exchange-theory/
Toha Miftah: perilaku organisasi konsep dasar dan aplikasinya, Jakarta, rajagrafindo persada, 2011.
http://m-herry.blogspot.com/2014/09/pengertian-perilaku-individu-dalam.html?m=1
http://ghiezanimotivator.blogspot.com/2016/10/perilaku-organisasi-persepsi-dan.html?m=1
https://www.kompasiana.com/helenachandrasagita/552e10736ea834d82f8b4571/perbedaan-
individu-dalam-suatu-organisasi.html?m=1
https://www.dictio.id/t/pendekatan-apa-saja-yang-dapat-digunakan-untuk-memahami-
perilaku-manusia/117520/2
http://ocen22.blogspot.com/2011/11/perilaku-individu-dalam-organisasi.hyml
Fahmi, Al Syifa.2015.Makalah Dasar Manajemen Koordinasi.
https://www.academia.edu/20351112/Makalah_koordinasi. Diakses pada 8 Oktober 2020
pukul 15.01 WIB.
Hatch, M. J. 1997. Organization Theory: Modern, Symbolic, and Post-modern Perspective.
Health, Public.2014.KISSME dalam Koordinasi.
http://www.indonesian-publichealth.com/kissme-dalam-koordinasi/. Diakses pada 8 oktober
2020 pukul 18.02 WIB.
Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Pintar, Dosen.2020. POLC:Pengertian, Fungsi dan Contoh.
https://dosenpintar.com/pengertian-polc/.Diakses pada 7 Oktober 2020 pukul 21.16 WIB.
82
Robbins, P. Stephen. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi. Edisi Ketiga.
Jakarta: Arcan.
Sultoni, Rizki Fajar.2015.Dimensi Struktur Organisasi.
https://rizqifajarsultoni.wordpress.com/2015/06/19/dimensi-struktur-organisasi/. Diakses
pada 8 Oktober 2020 pukul 19.28 WIB.
Warsidi, Adi dan Rusli Ramli.Pengantar Manajemen [Ebook].Jakarta:UT.
Zainal, Rivai Veithzal dkk. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi Keempat. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
A.G.Lunandi.1987.Komunikasi Megena : Meningkatkan Efektivitas Komunikasi Antar
Pribadi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
A.Supratiknya.1995.Komunitas Antarpribadi : Tinjauan Antar Psikologis. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, 2005. Dasar-dasar Manajemen. PT Fajar
Interpratama Mandiri.
Heridiansyah Jefri. Manajemen Konflik Dalam Sebuah Organisasi. Jurnal STIE
Semarang,vol 23 (01).2014. Hal. 28,30,37.
http://sosiologismancis.blogspot.com/p/konflik-sosial-konflik-yang-terjadi.html
https://pergibaca.com/5-strategi-terbaik-dalam-manajemen-konflik-dalam-organisasi/
https://rimuu.wordpress.com/2010/04/02/konflik-dalam-hubungan-antarpribadi
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-konflik-organisasi/12795
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/765a30c9348b26ea162d0e4a8d891a24.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16633/05.2%20bab%202.pdf?sequence=7&isAll
owed=y
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Organizational_justice
Https://www.universitaspsikologi.com/2018/06/pengaruh-dan-fungsi-komunikasi-dalam-
organisasi.html
http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/unsur-unsur-komunikasi-efektif
https://makalah-update.blogspot.com/2013/01/pentingnya-komunikasi-dalam-
organisasi.html?m=1
83
https://kotakpintar.com/hambatan-hambatan-komunikasi-pada-organisasi/
https://resthoe.blogspot.com/2013/03/pengertian-perilaku-produktif.html
http://makalahkinerjapsikologiindustri.blogspot.com/?m=1
Cahyono, Bayu Chandra. (2015). “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Stress
Kerja”
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/01/pengertian-organizational-citizenship-
behavior-ocb-dimensi-motif-manfaat-faktor-yang-mempengaruhi.html
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-inovasi-dan-ciri-cirinya/
https://majalahpendidikan.com/pemasaran-pengertian-tujuan-konsep-dan-fungsi-pemasaran/
https://accurate.id/marketing-manajemen/inovasi-produk/
https://www.gurupendidikan.co.id/kreativitas-dan-inovasi
https://www.researchgate.net/publication/321207771_Inovasi_Tantangan_dan_Menilai_Kela
yakannya
https://id.scribd.com/document/342922486/Pengertian-Keberanian
http://agussiswoyo.com/bisnis-online/7-sumber-inovasi-wirausaha-untuk-pengembangan-
bisnis-anda/
http://kamusbisnis.com/artikel/6-sumber-inovasi-yang-perlu-anda-ketahui/
https://www.facebook.com/notes/maxmounth-el-hamra/sumber-
inovasi/10150506150138202/
https://majalahpendidikan.com/pemasaran-pengertian-tujuan-konsep-dan-fungsi-pemasaran/
https://www.google.com/amp/s/tigakrakusuma.wordpress.com/2014/06/11/unsur-unsur-
dalam-proses-komunikasi/amp/
https://text-id.123dok.com/document/ky6epwj5z-komunikasi-bersifat-dinamis-komunikasi-
bersifat-interaktif-komunikasi-bersifat-irreversibel.html
http://salmiati3128.blogspot.com/2017/10/media-layanan-bk-industri.html?m=1
https://pakarkomunikasi.com/saluran-komunikasi-dalam-organisasi
84
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-organisasi
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/784906882933a3b23fe226e004aafd05.pdf
https://araasia.blogspot.com/2013/10/tugas-pokok-fungsi-dan-peran_17.html
http://putrik943.blogspot.com/2016/01/tugas-makalah-kelompok-kepemimpinan.html
http://suryafauzy0105.blogspot.com/2017/10/makalah-kepemimpinan.html
https://www.psychologymania.com/2012/11/tugas-tugas-kepemimpinan.html?m=1
http://leadhership.blogspot.com/
http://teori-msdm.blogspot.com/2009/04/kepemimpinan-motivasi-kerja-dan-kinerja.html
85