The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Tumbuh Kembang Anak Umur 3-6 Tahun meliputi pengertian, manfaat, jenis-jenis, faktor-faktor perkembangan balita

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by dinameli74, 2021-04-28 19:55:55

Tumbuh Kembang Anak umur 3-6 tahun

Tumbuh Kembang Anak Umur 3-6 Tahun meliputi pengertian, manfaat, jenis-jenis, faktor-faktor perkembangan balita

Keywords: Tumbuh Kembang Anak

Pertumbuhan Balita

A. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan masa prasekolah pada anak usia 3-6 tahun yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya berat badan mengalami kenaikan ratarata
pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan, seperti
berjalan,melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi badan anak kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap
tahunnya Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan , sehingga dapt diukur dengan satuan panjang dan berat. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam
jumlah,ukuran dan fungsi tingkat sel,organ,maupun individu (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Pertumbuhan dapat dibagi dua, yaitu
pertumbuhan yang bersifat linear dan pertumbuhan massa jaringan. Pertumbuhan linear menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada
masa lampau. Ukuran linear yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita
waktu lampau. Ukuran linear yang sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan. Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi
yang dihubungkan pada masa sekarang atau saat pengukuran. Contoh massa jaringan adalah berat badan, lingkar lengan atas (LILA) dan tebal
lemak bawah kulit. Ukuran yang rendah atau kecil menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada
waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan yang yang paling sering digunakan adalah berat badan (Sugeng et al., 2019)

Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari
itu yaitu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh
kembang. Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut gizi seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi
kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi kurang, sedangkan bila jumlah asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan disebut gizi lebih.
Keadaan gizi yang seimbang tidak hanya penting bagi pertumbuhan yang normal, tetapi juga proses-proses lainnya, yaitu proses perkembangan
anak termasuk kecerdasan, pemeliharaan kesehatan dan untuk melakukan kegiatan sehari-hari (Kusminarti, 2012).

B. Faktor-faktor pertumbuhan balita

Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal antara lain
jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila faktor ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal, akan
menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik, di negara
berkembang selain disebabkan oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara
optimal. Faktor eksternal sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal. (Supariasa dkk, 2016) .

Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :

a. Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter
adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur,
tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan
dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, obat-obatan , alkohol atau kebiasaan
merokok. Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga.
nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan. Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain.
somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel
kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari
testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon tersebut menstimulasi perkembangan
seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.

C. Cara pengukuran pertumbuhan balita :

1. Tinggi Badan

Pengukuran Tinggi badan terhadap tinggi badan Tujuan pengukuran BB/ TB adalah untuk menemukan status gizi anak, normal, kurus, kurus
sekali atau gemuk. Pengukuran dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Pengukuran BB/TB pada anak usia 3-5 tahun menggunakan timbangan
injak. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui
dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting,karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi
badan(Restusari, 2019). Tinggi badan merupakan salah satu indikator untuk menilai status gizi dalam menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT)
pada penilaian individu atau populasi (Fajaryati et al., 2018). Tinggi badan dapat diukur dengan keadaan responden berdiri tegak lurus, tanpa
menggunakan alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung menempel pada dinding dan pandangan diarahkan ke depan.
(Kusumawardhani, 2016).

Prosedur pengukuran TB yaitu (1) memasang mikrotoa pada dinding yang rata dan tegak lurus pada lantai, (2) mikrotoa digeser keatas hingga
melebihi tinggi anak yang akan diukur, (3) klien berdiri tegak lurus rapat ke dinding, (5) posisi kepala, bahu belakang, pantat dan tumit rapat ke
dinding, pandangan lurus ke depan, (6) membaca angka pada mikrotoa dengan pandangan mata sejajar dengan angka yang ditunjuk pada garis
mikrotoa (Wahyuni & Hanum, 2018).

2. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting pada masa bayi dan balita (Susilowati, 2015). Pengukuran berat badan ini
digunakan untuk menilai hasil ada tidaknya peningkatan atau penurunan jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, organ tubuh,
dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status gizi dan tumbuh kembang anak (Fitriani, 2011). Berat badan dipakai sebagai indikator yang
terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan sangat sensitif terhadap perubahan, pengukuran ini bersifat objektif dan dapat diulangi.
Berat badan dapat diukur dengan posisi berdiri tegak dan pandangan lurus kedepan diatas timbangan (Kusumawardhani, 2016).

Prosedur penimbangan BB yaitu (1) dilakukan sebaiknya pagi hari setelah buang air atau keadaan perut kosong supaya hasil akurat, (2)
meletakkan timbangan di tempat yang datar, (3) sebelum dilakukan penimbangan sebaiknya timbangan dikalibrasi terlebih dahulu, (4) klien
diminta melepas alas kaki, aksesoris yang digunakan dan menggunakan pakaian seminimal mungkin, (5) klien naik ke timbangaan dengan posisi

menghadap kedepan, pandangan lurus, tangan disamping kanan kiri dan posisi rileks serta tidak banyak gerakan, (6) catat hasil pengukuran (H.
C. Wahyuni & Hanum, 2018).

Perkembangan Balita

Tumbuh kembang Balita :

Tumbuh kembang seorang anak ditandai dengan pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) (Safitri, 2017). Periode
penting dalam perkembangan anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya . Selain itu Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu
dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk
memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan (Asthiningsih &
Muflihatin, 2018). WHO (2012), menyatakan kemampuan orang tua untuk mendeteksi tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan dan tingkat pendidikan.

Perkembangan :

Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh yang lebih kompleks sehingga anak memiliki kemampuan motorik kasar, motorik
halus, bicara bahasa, serta sosialisasi, dan kemandirian (Kemenkes RI, 2014). Tahap perkembangan anak pada usia 1-5 tahun perlu
diketahui oleh ibu, seperti anak dapat bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan, dan yang penting ibu harus perhatikan
adalah mental emosional pada anak (Asih, 2015). Pada usia ini anak sudah mampu berkomunikasi dengan kata-kata dan dapat
mengekspresikan emosi dalam situasi tertentu agar dapat dimengerti oleh orang lain (Ternan et al., 2020).

Perkembangan seorang anak merupakan suatu kesatuan yang utuh. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri (Asih, 2015).
Seorang anak tidak akan bisa berdiri bila pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat,
karena itu perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya (Depkes RI, 2005). Sehingga
apabila satu tahapan perkembangan anak terganggu, maka perkembangan selanjutnya akan terganggu pula dan jika tidak ditangani
dengan baik, apalagi tidak terdeteksi, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia di kelak kemudian (FKUI, 1996).

Perkembangan yang terlambat berarti perkembangan yang berada di bawah normal umur anak, sehingga pada umur tertentu anak belum bisa
melakukan tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok umurnya (Asih, 2015). Berbagai faktor yang mengakibatkan keterlambatan
perkembangan tersebut, diantaranya adalah pemberian stimulasi. Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan luar individu
anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi.

Faktor – Faktor Perkembangan Balita :

Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal seperti ras/bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik dan kelainan kromosom. Sedangkan faktor eksternal seperti faktor
prenatal, faktor persalinan, dan faktor pascasalin (Riawati, 2019).

Tumbuh Kembang Motorik Balita 3-6 tahun

Masa anak awal atau sering juga disebut Preschool yaitu anak memiliki tubuh yang menjadi lebih panjang dan lebih ramping,
keterampilan motorik nya pun juga menjadi lebih baik. Anak-anak pada usia ini juga mampu mengembangkan keterampilan kesiapan
sekolah seperti mengenal huruf , gambar dan menghabiskan waktu bersama temanteman untuk bermain. Hal tersebut didukung oleh
perkembangan berpikir.

Word health organitation (WHO) melaporkan bahwa 5-25% anak-anak usia Prasekolah mengalami disfungsi otak minor,
termasuk gangguan perkembangan motorik halus. Departemen Kesehatan RI Dalam melaporkan bahwa 0,4 juta (16%) Balita Indonesia
mengalami gagal perkembangan baik perkembangan motorik kasar maupun halus. Angka kejadian di Amerika serikat berkisar 12-16
%, Thailand 24 %, Argentina 22%, dan Indonesia 12-18%. Perkembangan motorik kasar anak yang tidak optimal bisa menyebabkan
menurunnya kreatifitas anak dalam beradaptasi. Sedangkan menurut dinas kesehatan dalam sebesar 85,779 (62,02%) anak usia
prasekolah mengalami gangguan perkembangan.

Menurut data Kemenkes RI (2014) populasi anak usia 3-6 tahun di Indonesia mencapai sekitar 19,3 juta. Jumlah tersebut
meliputi anak usia 3-6 tahun. Pertumbuhan fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan berat badan 1,4 kg sampai dengan 2,3 kg
dan rata-rata berat badan anak usia prasekolah adalah 13,6 kg dan penambahan tinggi badan anak usia prasekolah sekitar 7,5 cm dan

rata-rata tinggi badan adalah 100 cm. Sedangkan perkembangan adalah perubahan mental yang berubah secara bertahap dalam waktu
tertentu seperti, kecerdasan, sikap dan tingkah laku.

Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak, bermain bukan hanya
sekedar mengisi waktu, tetapi juga merupakan kebutuhan anak, seperti halnya makanan, perawatan, perhatian, kasih sayang, dan yang
lainnya. Melalui bermain anak mendapatkan hal yang baru dihidup nya yang nyata serta menemukan kekuatan dan kelemahannya
sendiri. Permainan adalah stimulasi yang sangat tepat bagi anak. Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik,
mental, dan perkembangan emosinya. Salah satu permainan nya yaitu Alat Permainan Edukatif. Alat Permainan Edukatif adalah suatu
kegiatan yang sangat menyenangkan dan merupakan cara pendidikan yang bersifat mendidik. Selain itu Permainan Edukatif juga
bermanfaat untuk menguatkan anggota badan anak, mengembangkan kepribadian, mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua,
dan menyalurkan kegiatan anak.

Alat permainan edukatif dirancang hendaknya dapat mengembangkan aspek perkembangan yang dimiliki oleh setiap anak,
aspek ini disebut juga dengan kemampuan yang ada pada anak ketika sedang belajar tentang dunianya, kemampuan tersebut terdiri dari
kemampuan verbal, kemampuan logika, kemampuan visual, kemampuan musical, kemampuan kinestik, kemampuan mencintai
keindahan alam, kemampuan berkawan dan kemampuan berfikir.

Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Salah satu aspek perkembangan yang dikembangkan di Taman Kanak kanak adalah aspek perkembangan kognitif. Perkembangan
kognitif berkaitan dengan perkembangan kemampuan berpikir manusia. Seperti yang diungkapkan Gagne (Martini Jamaris, 2006:18)
bahwa kognitif adalah proses yang terjadi secara internal dalam pusat susunan saraf manusia yang sedang berpikir.

Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget menurut Santrock, 1995:167) adalah:

1) Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu
sekarang dan ruang yang dekat saja.

2) Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang
kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih
terbatas.

3) Tahap konkret operasional, 7 – 11 tahun Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi.

4) Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa anak yang duduk di Taman Kanak-Kanak berada dalam fase praoperasional. Suatu fase
perkembangan kognitif yang ditandai dengan berfungsinya kemampuan berpikir secara simbolis. Refleksi dari kemampuan berpikir
ini dapat dilihat dari kemampuan anak untuk membayangkan benda-benda yang berada di sekitarnya secara mental. Kemampuan
berpikir secara intuitif dan berpusat pada cara pandang anak itu sendiri atau egosentris. Sejalan dengan hal ini, berkembang pula
kemampuan konversi yaitu kemampuan untuk memahami perubahan-perubahan yang berkaitan dengan jumlah, ukuran, bentuk,
volume dan bidang.

5) Kemampuan Kognitif Anak Usia 5- 6 Tahun antara lain: (1) Sudah dapat memahami jumlah dan ukuran; (2) Tertarik dengan huruf
dan angka. Ada yang sudah mampu menulis dan menyalin serta menghitung; (3) Telah mengenal sebagian besar warna; (4) Mulai
mengerti tentang waktu, kapan harus pergi ke sekolah dan pulang dari sekolah, nama-nama hari dalam satu minggu; (5) Mengenal
bidang dan bergerak sesuai dengan bidang yang dimilikinya (teritorinya); (6) Pada akhir usia 6 tahun, anak sudah mulai mampu
membaca, menulis dan berhitung.(Martini Jamaris, 2006:25).

Perkembangan anak rata-rata normal karena memang pada usia prasekolah guru telah memberikan berbagai macam bentuk stimulasi
tumbuh kembang anak, salah satunya adalah melalui kegiatan bermain. Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak
merupakan sarana untuk belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus menerus terjadi
dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar pada anak yang dialami hampir semua orang. Bermain tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan anak, bagi anak bermain sama saja dengan bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai
fungsi untuk perkembangan sensoris motoris, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan sebagai terapi bagi anak yang sakit. Tujuan dari bermain adalah melanjutkan
pertumbuhan dan perkembangan yang normal, mengekspresikan dan mengalihkan perasaan, keinginan, fantasi, dan idenya,
mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah, dan membantu anak untuk beradaptasi secara efektif Melalui
kegiatan bermain yang menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak. Baik

pengalaman dengan dirinya sendiri,orang lain maupun dengan lingkungan sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan

berbagai pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang cemerlang. (IDAI, 2011).

Penjabaran Tumbuh Kembang Sosial Balita Pada Usia 3-6 Tahun

Pada Usia 3-4 Tahun

 Dapat mengetahui harus bergantian waktu walau terkadang belum mau mengikuti.
 Tertawa saat mendengar hal lucu dengan teman sebaya.
 Terkadang terbangun di malam hari karena mimpi.
 Mulai bergabung pada permainan kelompok.
 Berbicara terhadap diri sendiri.
 Menyukai bermain sendiri, terkadang bermain bersama.
 Mengidentifikasi gender laki-laki dan perempuan.
 Meniru kegiatan orang dewasa.

Pada Usia 4-5 tahun

 Mulai memiliki sahabat.
 Mengarang cerita dan terkadang melebihkan ceritanya.
 Bekerja sama dan berpartisipasi dalam kelompok.
 Terkadang tidak mau mengalah terhadap anak lain.
 Menunjukkan ekspresi menyesal saat melakukan kesalahan.
 Menunjukkan sikap mandiri dan kegiatan yang ia suka.

Pada Usia 5-6 Tahun

 Menjadi lebih mandiri.
 Mulai peduli dengan cara teman-teman memandang dirinya,
 Lebih bisa diajak bekerja sama dan mau berbagi,
 Anak laki-laki lebih nyaman bermain dengan anak laki-laki, sedangkan anak perempuan lebih suka bermain dengan anak

perempuan,
 Mulai memahami konsep kerjasama dalam tim, sehingga bisa bermain permainan olahraga yang membutuhkan

kekompakan tim,
 Mampu mendeskripsikan apa yang terjadi, apa yang dirasakan, dan apa yang dipikirkannya,
 Masih memiliki rasa takut hal-hal yang ditakutinya sejak dulu, seperti monster, hantu, atau binatang buas.
 Masih mau bermain dengan orangtua, meski sudah mulai mau bermain dengan orang lain seperti guru atau teman di

sekolah.
 Masih memiliki imajinasi dan fantasi yang kuat.
 Sudah bisa memahami lelucon sederhana.

Tumbuh kembang bahasa balita 3-6 tahun

 Kemampuan berbahasa anak merupakan suatu hal yang penting karena dengan bahasa tersebut anak dapat berkomunikasi
dengan teman atau orang-orang disekitarnya. Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan
pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang
mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempuyai makna. Menurut
Depdiknas (2001) fungsi pengembangan bahasa bagi anak usia dini adalah sebagai alat untuk berkomunikasi dengan
lingkungan, sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak, sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi
anak, sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

 Kesiapan anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa berarti berkembangnya pemahaman mereka mengenai aturan dan fungsi
bahasa dengan orang dewasa akan menyediakan hubungan dengan konsep, dalam hal ini anak akan mendapatkan pengalaman
belajar tentang bahasa dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya dengan meniru gaya bahasa orang dewasa di sekitarnya juga.
Oleh karena itu kemampuan bahasa pada anak usia dini maupun setelah remaja akan sangat tergantung terhadap pemerolehan
kemampuan bahasa yang diperoleh sejak masa kanak-kanak, maka akan menghasilkan kesuksesan dalam berbahasa di masa
depannya.

 Bahasa sebagai salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada usia TK merupakan media komunikasi agar
anak dapat menjadi bagian dari kelompok sosialnya.Fungsi berbahasa adalah indikator yang paling baik dari ada tidaknya
gangguan perkembangan intelektual. Sehingga kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakandari pada
kemampuan lainnya. Kemampuan bahasa pada perkembangan anak merupakan paling komplek diantara kemampuan lain,
karena hal tersebut terdapat banyak anak yang mengalami gangguan atau keterlambatan bahasa.

 Keterlambatan bicara dan bahasa dialami oleh 5-8% anak usia prasekolah. Hampir sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun
mempunyai gangguan keterlambatan bicara dan gangguan berbahasa. Pada umur 5 tahun, 19% dari anak-anak diidentifikasi
memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6% kelemahan
bahasa). Gangguan perkembangan yang sering dikeluhkan orang tua adalah keterlambatan bicara. Namun, anak dengan
gangguan bicara dan bahasa terlambat mendapat perhatian.Melihat sedemikian besar dampak yang timbul akibat keterlambatan
bahasa pada anak prasekolah, maka sangat penting untuk mengoptimalkan proses perkembangan bahasa pada periode ini.

 Optimalisasi perkembangan anak dapat dilakukan dengan cara menstimulasi kemampuan anak sesuai dengan usianya. Stimulasi
yang dapat diberikan pada anak usia bawah 5 tahun untuk merangsang perkembangan bahasa dalam bentuk permainan, yang
dianggap sebagai metode pembelajaran. Metode bercerita adalah cara penyampaian materi pembelajaran secara lisan dalam
bentuk cerita kepada anak. Dengan menggunakan metode bercerita dapat melatih daya serap, daya tangkap, daya pikir anak,

daya konsentrasi anak, daya imajinasi anak, dan membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi mengganggu
interaksi social. Cerita dengan gambar dapat menarik anak untuk berbicara. Warna dan gambar merupakan daya tarik anak.
Dengan terpusatnya perhatian pada anak, akan mempengaruhi kemampuan kognisinya sehingga anak akan lebih baik untuk
mengingat dan melanjutkan perkembangan bahasanya dengan baik. Sehingga dibutuhkan stimulasi cerita dalam perkembangan
bahasa anak.

Alat Permainan Belajar Untuk Stimulus Motorik

Keterampilan Motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat.
Gerakan-gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi dari beratus-ratus otot yang rumit. Ketrampilan motorik ini dapat dikelompokkan
menurut ukuran otot-otot dan bagian-bagian badan yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan
motorik halus (fine motor skill). Secara garis besarnya, urutan perkembangan keterampilan motorik ini mengikuti dua prinsip. Pertama,
prinsip chepalocaudal (dari kepala ke ekor), menunjukkan urutan perkembangan, dimana bagian atas badan lebih dahulu berfungsi dan
terampil digunakan sebelum bagian yang lebih rendah. Bayi terlebih dahulu belajar memutar kepalanya sebelum belajar menggerakkan
kaki dengan sengaja, dan mereka belajar menggerakkan kaki. Kedua, Prinsip proximodistal (dari dekat ke jauh), menunjukkan
perkembangan keterampilan motorik, dimana bagian tengah badan lebih dahulu terampil sebelum dibagian-bagian sekelilingnya atau
bagian yang lebih jauh. Bayi belajar melambaikan keseluruhan lengannya sebelum belajar menggoyangkan pergelangan tangan dan
jari-jarinya. Penulis membagi keterampilan motorik menjadi dua bagian, yaitu: 1) keterampilan motorik kasar; 2) keterampilan motorik
halus.Keterampilan motorik kasar (gross motor skill), meliputi keterampilan otototot besar lengan, kaki, dan batang tubuh, seperti
berjalan dan melompat. Sedangkan, Keterampilan motorik halus (fine motor skill), meliputi otot-otot kecil yang ada diseluruh tubuh,
seperti menyentuh dan memegang. (Desmita, 2013: 97-99).

Jenis permainan tradisional untuk meningkatkan kemampuan motorik pada anak usia dini, diantaranya yaitu:

a) Permainan congklak atau dakon

Bermain Congklak juga dapat melatih anak-anak pandai dalam berhitung. Selain itu, anak yang bermain congklak harus pandai
membuat strategi agar bisa memenangkan permainan. Permainan yang disebut dakon dalam bahasa jawa ini, biasanya di mainkan
oleh dua anak perempuan. Permainan congklak menggunakan papan uang yang disebut papan congklak. Ukuran papan terdiri atas
16 lubang untuk menyimpan biji congklak. Keenambelas lubang tersebut saling berhadapan dan 2 lubang besar dikedua sisinya.
Kemudian anak-anak pun membutuhkan 98 biji congklak. Biji congklak yang biasanya di gunakan adalah cangkang kerang, biji-
bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik.Dua lubang besar tersebut merupakan milik masing-masing pemain untuk menyimpan
milik masing-masing pemain untuk menyimpan biji congklak yang di kumpulkannya. Dua lubang tersebut biasanya kosong
sedangkan 14 lubang yang lain diisi 7 biji congklak. Adapun cara dalam melakukan permainan congklak, yaitu sebagai berikut:
1) Saat akan memulai permainan, setiaplubang di isi dengan 7 biji yangbiasanya terbuat dari kerang atauplastik tetapi bairkan
lubang induktetap di kosongkan.
2) Tentukan siapa yang akan memulaipermainan terlebih dahulu makapemain dimulai dengan memilih salahsatu lubang.
3) Kemudian sebarkan biji yang ada dilubang tersebut ketiap lubang lainnya searah dengan jarum jam. Masingmasing lubang di isi
dengan 1 biji, jika biji yang terakhir jatuh di lubang yang ada bijiannya maka biji yang ada di lubang tersebut di ambil lagi, kemudian
teruskan permainan dengan mengisi kembali lubang selanjutnya dengan biji yang diambil tadi. Jangan lupa untuk mengisiskan biji
kelubang induk kita setiap melewatinya sedangkan lubang induk kawan tidak perlu di isi.
4) Bila biji terakhir ternyata masuk kedalam lubang induk kita, berarti kita bisa memilih lubang lainnya untuk memulai lagi,tetapi
jika saat biji terakhir pada salah satu lubang yang kosong berarti giliran untuk lawan kita sementara permainan kita usai dan
menunggu giliran selanjutnya.
5) Lubang tempat biji terakhir itu ada di salah satu dari 7 lubang yang ada dibaris kita, maka biji yang ada di seberang lubang
tersebut beserta satu biji terakhir yang ada di lubang kosongakan mejadi milik kita dan akan di masukkan ke dalam lubang induk
kita.

6) Setelah semua baris kosong maka permaina di mulai lagi dengan mengisis 7 lubang milik kita masing-masing 7 biji dari biji
yang ada di lubang induk kita. Di mulai dari lubang yang terdekat dengan lubang induk. Bila tidak mencukupi maka lubang yang
lainnya dibiarkan kosong dan selama permainan tidak boleh di isi dan kalau ada yang secara tidak sengaja mengisi lubang tersebut
biji boleh di ambil siapa yang cepat mendapatkan biji tersebut akan menjadi miliknya secara otomatis.

Dari permainan congklak di atas dapat mengembangkan berbagai aspek yang akan di kembangkan pada anak di antaranya
yaitu sebagai berikut:
a) Melatih kemampuan motorik halus : Saat memegang dan memainkan biji congklak yang paling berperanan adalah motorik halus
anak yaitu jari jemari. Bagi individu yang kemampuan kotorik halusnya tidak terlalu baik, maka ia tidak dapat menjalankan
permainan tersebut dengan cepat dan mungkin saja biji-biji congklak tersebut akan tersebar dan terlepas dari genggamannya.
Kemampuan motorik halus ini sangat bermanfaat bagi anak untuk memegang dan menggenggam alat tulis. Dengan kemampuan
motorik halus yang baik maka anak dapat menulis bahkan mengetik dengan baik dan cepat.
b) Melatih kesabaran dan dan ketelitian (emosional). Permainan ini sangat memerlukan kesabran dan ketelit ian. Terutama saat
pemian harus membagikan biji congklak ke dalam lubang-lubang yang ada di depannya. Jika si pemain tidak sabar dan tidak teliti
maka pemain tidak akan berjalan dengan baik dan pemian yang tidak bermain harus sabar menunggu giliran pemain yang sedang
bermain terjatuh.

c) Melatih jiwa sportifitas. Dalam permainan ini di perlukan kemampuan untuk menerima kekalahan karena permainan ini di
lakukan hanya 2 orang saja maka akan terlihat jelas menang atau kalahnya. Kekalahan akan sangat terasa manakala si pemenang
akan meninggalkan satu butir biji congklak saja.
d) Melatih kemampuan menganalisa (kognitif). Untuk bisa menjadi pemenang maka kemampuan untuk menganalisa sangat
diperlukan terutama saat lawan mendapatkan giliran untuk bermain. Bagi yang mampu menganalisa dengan baik, ia dapat
memenagkan permainan tersebut dengan hanya meninggalkan satu biji congklak saja
e) Menjalin kontak sosialisasi. Faktor ini merupakan hal terpenting dalam permainan ini karena di lakukan secara bersama-sama
maka akan terjalin suatu kontak sosial antara pemainnya. Berbagai macam informasi dapat di sampaikan saat permainan ini di
lakukan tak jarang senda gurau dan tawa terdengar saat permainan ini berlangsung.

b) Lompat tali atau sapintrong

Lompat tali atau main karet pernah populer di kalangan anak-anak tahun 70-an hingga 80-an. Permainan lompat tali ini menjadi
permainan favorite saat main di sekolah atau dirumah. Biasanya tali yang digunakan untuk permainan lompat tali ini di buat dari
ronceaan tali dari karet gelang. Ini mengasah kekereatifan seorang anak dalam menjalin karet yang akan dipergunakan pada
permainan tersebut. Adapun cara untuk melakukan permainan lompat tali yaitu sebagai berikut:
1) Sesuaikan karet tali dengan tinggi badan pemain. Caranya berdiri sambil menginjak bagian tengah tali dan tarik ujung-ujung
disamping badan. Panjang tali sudah pas jika ujung tali yang di pegang sampai di ketiak.
2) Karet tali di pegang erat dengan posisi lengan atas rapat dengan tubuh dan siku sejajar dipinggang. Kemudian berdiri dengan
posisi agak jinjit dan lutut sedikit di tekuk. Usahakan kepala tetap tegak tapi tetap rileks serta pandangan lurus ke depan.
3) Pergelangan tangan digerakkan untuk memutar tali
4) Lompatan tidak terlalu tinggi saat tali menyentuh lantai, tinggi lompatan maximal 2,5cm dari lantai. Pertahankan posisi agak
jinjit saat mendarat dan tumit jangan menyentuh lantai.
5) Saat melompat harus hati-hati karena bisa jadi lompatan gagal.
6) Sebaiknya jika baru memulai permainan ini lakukan secara bertahap baru jika baru pandai biasa melakukan kombinasi gerakan.

Adapun aspek yang dapat dikembangkan dalam permainan ini yaitu sebagai berikut :
a. Motorik kasar. Dengan bermain lompat tali motorik kasar akan terstimulasi. Secara fisik hal itu akan membuat anak menjadi

lebih terampil karena mempelajari cara dan teknik melompat yang dalam permainan ini memerlukan keterampilan tersendiri. Lama-
kelamaan tumbuh menjadi anak yang cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat dan berisi, kuat, tangkas serta terlatih.
Lompat tali bisa mengurangi obesitas pada anak.

b. Emosi. Lompat tali juga bisa melatih emosi anak. Untuk melakuka suatu lompatan dengan tinggi tertentu dibutuhkan keberanian
dari diri anak. Berarti secara emosi ia di tuntut untuk membuat suatu keputusan besar.
c. Ketelitian dan akurasi. Seorang anak dengan lompat tali ini juga bisa belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Ketika tali
di ayunkan ia harus dapat melompat sedemikian lupa sehingga tak dapat terjerat tali dengan berusaha mengikuti ritme ayunan.
d. Sosialisasi. Untuk bermain tali secara berkelompok anak membutuhkan teman dengan berarti memberi kesempatan untuk
bersosialisasi. Ia juga dapat belajar berempat, bergiliran, menaati peraturan dan lain-lain.
e. Intelektual. Saat melakukan lompatan terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar lompatannya sesuai dengan jumlah
yang telah di tentukan dalam aturan permainan.

Dibawah ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memainkan permainan ini yaitu:
a. Ruangan, permainan lompat tali dilakukan ditempat terbuka seperti lapangan atau halaman rumah. Permainan masih bisa di
lakukan ditempat tertutup asalkan ruangan harus cukup lega dan lapang serta aman dari benda yang dapat membahayakan.
b. Ukuran tali, tali yang di pergunaka harus sesuai dengan ukuran tidak terlalu panjang atau tidak terlalu pendek.
c. Variasi permainan, semakin banyak variasi maka anak akan semakin mahir dan terampil dalam melakukan gerakan-gerakan.
d. Waktu sebaiknya di mainkan pada`waktu senggangatau jam istirahat sekolah karena anak akan biasanya keasyikan main sehingga
lupa melakuka kativitas sebenarnya.

c) Kelereng

Permainan kelereng termasuk salah satu permainan rakyat yang sangat populer. Kelereng terbuat dari adonan semen dan kapur
bentuknya yang bulat sebesar ibujari kaki atau terbuat dari batu wali yang dibentuk sedemikian rupa sehinnga menyerupai kelereng
yang sebenarnya. Permainan ini sangat membutuhkan keahlian.

Adapun cara untuk melakukan permainan kelereng ini adalah sebagai berikut:
1. Cobalah jari tengah dan telunjuk ditekan dengan ibu jari sehingga membentuk angka nol.
2. Letakkan kelereng di antara pertemuan jari telunjuk dan ibu jari.
3. Lalu tekan dan dorong kelereng itu kuat-kuat dengan bantuan ibu jari kemudian lepaskan. Peraturan dalam memainkan permain
ini yaitu pada intinya tergantung dari pemain bagaimana jotosan atau lemparan kelereng lewat jari supaya mengenai kelereng lain.
Nama permainan kelereng di antaranya disebut pot-potan, ban-banan atau jarum jam.

Permainan tradisional sesungguhnya memiliki banyak manfaat bagi anak-anak. Selain tidak mengeluarkan banyak biaya dan
bias juga untuk menyehatkan badan bisa juga permainan tradisional adalah sebagai olahraga karena semua permainan mengunakan
gerak badan yang ekstra, permainan tradisional sebenarnya sangat baik untuk melatih fisik dan mental anak. Secara tidak langsung,
anak akan dirangsang kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasannya melalui permainan
tradisional. Para psikolog menilai bahwa sesungguhnya mainan tradisional mampu membentuk motorik anak, baik kasar maupun
halus.

Alat Permainan Belajar Untuk Stimulus Kognitif
Bermain bagi anak usia dini sangatlah penting, dengan bermain maka proses belajar akan efektif danlebih cepat ditangkap pada

saat mereka bermain serta salah satu manfaat dari bermain baik untuk pengembangan kognitif anak (Fadlillah, 2014). Menurut
Piaget kemampuan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan system nervous dan pengalaman-pengalaman yang
membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Kliegman dkk, 2012). Kemanpuan Kognitif anak dapat ditunjukan
dengan cara melaksanakan kegiatan bermain menggunakan alat permainan yang mengandung unsur atau nilai edukatif. Sedangkan
perkembangan kognitif adalah Perkembangan berfikir atau kecerdasan, yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan
konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan
menyelesaikan soal-soal sederhana (Wiyani, 2014). Menurut Soetjiningsih (2012) APE (Alat Permainan Edukatif), dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.
1) Puzzle

Permainan puzzle, merupakan jenis permainan edukatif untuk melatih pola pikir anak dalam menyusun potongan-potongan
menjadi satu kesatuan yang mempunyai bentuk yang utuh (Wahyuni & Maureen dalam Astuti, 2014).

2) Maze

Maze atau permainan labirin dapat diartikan sebagai permainan dengan jalan berliku yang bertujuan untuk menentukan jalur
yang tepat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Hasanah, 2015). Maze merupakan permainan edukatif jenis puzzle
berbentuk lajur-lajur yang bercabang ruwet untuk melatih koordinasi mata dan tangan dalam rangka mencari rute yang tepat untuk
mencapai tujuan (Rosidah, 2014).

Melalui beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa alat permainan edukatif maze adalah alat permainan menyerupai
labirin yang memiliki jalur dan jalur ruweh, jalur tersebut mampu melatih koordinasi mata dan tangan.

Adapun manfaat dari alat permainan edukatif maze melatih kesabaran, mencari solusi dan mempelajari warna dan bentuk-
bentuk, melatih kemampuan klasifikasi (pengelompokkan), melatih motorik halus, melatih alur berfikir logis, untuk melatih tangan
anak menjadi lentur. Manfaat maze adalah untuk anak yang sedang belajar menggambar, melukis dan menulis permulaan serta
mengenal konsep bentuk dan warna. Langkah-langkah penggunaan alat permainan edukatif maze adalah (1) Guru memperkenalkan

maze dalam proses pembelajaran, (2) Guru menjelaskan dan mencontohkan pembelajaran menggunakan alat permainan edukatif
maze bersama anak-anak dengan cara meletakkan maze di depan anak dan anak dicontohkan memindahkan manik-manik sesuai
dengan bentuk, ukuran dan warna mengikuti jalur yang tersedia, (3) Anak diminta menggunakan maze sesuai yang telah diajarkan
guru.

Daftar Pustaka

Fajaryati, N., Santoso, D., Waluyanti, S., & Baiti, A. A. (2018). Studi Penelusuran Alumni Teknik Elektronika D3 sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Penyelenggaraan Program Studi. Elinvo (Electronics, Informatics, and Vocational Education), 3(1), 25–30.
https://doi.org/10.21831/elinvo.v3i1.20221

Fitriani, S. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Posyandu dan Sikap Ibu Mengikuti Posyandu dengan Kenaikan
Berat Badan Balita Usia 2-3 Tahun. Universitas Indonesia, 8–42.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Standar Antropometri Anak.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf

Kusminarti, D. E. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pertumbuhan Balita Usia 2-4 Tahun di Kelurahan Salaman Mloyo
Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. Universitas Negeri Semarang, 60.

Kusumawardhani, I. (2016). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Status Periodontal. Poltekkes Kememkes Yogyakarta, 4(2),
8–22. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/239/

Restusari, L. (2019). Penyegaran Kader Posyandu Dalam Pengukuran Antropometri Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Pekanbaru. https://doi.org/10.31227/osf.io/49py7

Sugeng, H. M., Tarigan, R., & Sari, N. M. (2019). Gambaran Tumbuh Kembang Anak pada Periode Emas Usia 0-24 Bulan di Posyandu
Wilayah Kecamatan Jatinangor. Jsk, 4(3), 96–101.

Susilowati. (2015). Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. 1–76.

Wahyuni, H. C., & Hanum, S. M. F. (2018). Ibm Untuk Peningkatan Kualitas Layanan Posyandu Melalui Perbaikan Alat Timbang
Balita. Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, 2(1), 7. https://doi.org/10.29407/ja.v2i1.12024

Asih, Y. (2015). Hubungan pemberian stimulasi perkembangan balita di posyandu. Jurnal Keperawatan, XI(2), 211–215.

Asthiningsih, N. W. W., & Muflihatin, S. K. (2018). Deteksi Dini Perkembangan Balita Dengan Metode Ddst Ii Di Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda. Jurnal Endurance, 3(2), 367. https://doi.org/10.22216/jen.v3i2.3149

Safitri, Y. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Bahasa Balita di UPTD Kesehatan Baserah Tahun 2016.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 148. https://doi.org/10.31004/obsesi.v1i2.35

Ternan, N. G., Mc Grath, J. W., Mc Mullan, G., & Quinn, J. P. (2020). gambaran Tingkat Pengetahuan ibu tentang Diare. 14(1962),
635–647.
http://download.springer.com.pbidi.unam.mx:8080/static/pdf/974/art%3A10.1023%2FA%3A1008848401799.pdf?originUrl=htt
p://link.springer.com/article/10.1023/A:1008848401799&token2=exp=1490897571~acl=/static/pdf/974/art%253A10.1023

Carolina, D., & Wijaya, D. (2020). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF
TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK PRASEKOLAH (3-6 tahun) Dina Carolina, Lilis, Dara Wijaya. 6(2).

IDAI, (2011). Kumpulan Tips Pediatri. Badan Penerbit IDAI

Jamaris, M. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Jakarta: Grasindo

Santrock. (1995). Live Span Development. Jakarta: Airlangga

Utami, S. W., & Khusnal, E. (2014). Pengaruh Metode Bercerita dengan Gambar terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-5
Tahun di PAUD Sariharjo Ngaglik Sleman. Stikes Aisyiyah Yogyakarta.

Hasanah, Uswatun. (2016). Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Melalui Permainan Tradisional Bagi Anak Usia Dini. STAIN
Jurai Siwo Metro Lampung. Jurnal Pendidikan Anak. Volume 5. Edisi 1.

Muloke, Inggried Claudia., Ismanto, Amatus Yudi., Bataha, Yolanda. (2017). Pengaruh Alat Permainan Edukatif (Puzzle) Terhadap
Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun di Desa Linawan Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
Universitas Sam Ratulangi Manado. E-Journal Keperawatan (e-KP). Volume 5. Nomor 1.

Yulistari, Novita., Fatimah, Atin., Sayekti, Tri. (2018). Pengaruh Penggunaan Alat Permainan Edukatif Maze Terhadap Kemampuan
Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun. FKIP UNTIRTA. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (JPPPAUD
FKIP UNTIRTA). Vol. 5. No. 2.

Kuesioner Penelitian

Data Diri Responden

No.Kuesioner : (diisi oleh peneliti)

Nama orang tua :

Alamat :

Usia :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

1. SD 2. SMP 3.SMA
4. D1 5. D3 6. D4

7. S1 8. S2 9. S3

Penghasilan keluarga :
1. < 1.000.000/bulan
2. 1.000.000 – 2.500.000/ bulan
3. > 2.500.000/bulan

Memiliki anak usia 3-6 tahun saat ini>
Ya Tidak

Pengetahuan Ibu tentang Perkembangan anak

No Pernyataan Benar Tidak
Tidak
1 Anak berumur tiga tahun yang sangat sedikit bicara adalah hal normal

2 Anak baru dapat menyebutkan nama binatang dengan benar pada usia 3

tahun

3 Pada usia 3 tahun anak seharus nya sudah dapat menyebutkan umurnya

4 Anak belum dapat menunjukkan nama bagian tubuh dengan benar (

seperti mata,tangan,telinga)pada usia 3 tahun

5 Anak usia 4 tahun yang belum bisa menyebut nama lengkapnya tanpa

dibantu adalah hal yang normal

6 Anak menyebutkan nama binatang dengan meniru bunyinya adalah hal

yang benar. Missal : menyebutkan kucing dengan meong

7 Anak yang belum dapat menjawab dengan benar pertanyaan tentang

respon terhadap suatu kondisi pada usia 4,5 tahun adalah hal yang

normal. Contoh : apa yang kamu lakukan kalau lapar? (makan)

8 Anak tidsk dapat menyebutkan 2-4 jenis warna pada usia 3 tahun

9 Pembicaraan anak hampir dapat dimengerti sepenuhnya pada usia 5 Kuesioner balita 3-6 tahun

tahun

10 Anak usia 6 tahun yang belum dapat menjawab jika ditanya tentang

benda – benda yang ditemuinya sehari-hari merupakan hal yang normal,

seperti: sendok terbuat dari? (besi,plastik)

Pintu terbuat dari ?(kayu,besi)

No Pernyataan Ya

1 Bila diberi pensil,apakah anak mencoret-coret kertas tanpa

bantuan/petunjuk?

2 Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus lain

tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2,5 – 5 cm

3 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter?

4 Apakah anak dapat bermain petak umpet,ular naga atau permaianan lain

dimana ia ikut bermain dan mengikuti aturan bermain?

5 Setelah makan,apakah anak mencuci dan mengeringkan tangan nya

dengan baik sehingga anda tidak perlu mengulanginya?

6 Dapatkah anak menyebutkan nama lengkap nya tanpanya tanpa dibantu?

7 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka?

8 Dapatkah anak mengenakan celana Panjang,kemeja,baju atau kaos kaki

tanpa di bantu?(tidak termasuk memasang kancing,gesper atau ikat

pinggang)

9 Dapatkah anak sepenuh nya berpakaian sendri tanpa bantuan?

10 Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel(tanpa menangis

atau menggelayut pada anda) pada saat anda meninggalkan nya?


Click to View FlipBook Version