The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by perpuspuspitabangsa.92, 2022-01-13 20:24:08

Lalita by Ayu Utami (z-lib.org)

Lalita by Ayu Utami (z-lib.org)

Keywords: NOVEL

peri bersorak dalam suara kecil. Satu per satu makhluk pada
relief candi itu melirikkan matanya, menggerakkan kepala,
tersenyum lentik, dan mulai menari. Kehidupan bermula dari
lantai yang rendah menuju yang tinggi. Tak lama kemudian
ribuan figur pada candi itu menjadi hidup. Mereka begitu ramai
dan gemulai. Hanya para buddha yang tetap bermeditasi.

Dua orang itu, lelaki dan perempuan, naik ke tingkat-
tingkat candi dan berkeliling sepuluh kitab hingga ke tempat
tak ada lagi kitab. Ialah di pusat sebuah diagram konsentris.

Untuk mengenang lelaki berkepala miring yang dilupakan
orang serta cucunya yang melupakan diri, buku ini pun ditulis
dengan sebuah pola konsentris.

Yuda bertaruh pada dirinya bahwa suatu hari nanti di
dunia ini akan terbit Buku Indigo.

243



Catatan Akhir

Pada tahun 2009 “Buku Merah” diterbitkan. Kitab ini adalah manuskrip
bergambar dari Carl Gustav Jung, yang dikerjakan selama 16 tahun,
setelah perpisahannya dari Freud (1914-1930). Pada awalnya Jung
me­namainya Liber Novus (Kitab Baru), tetapi akhirnya menyebutnya
Buku Merah. Kitab ini disimpan dari publik oleh keluarganya dan baru
diterbitkan 38 tahun setelah ia wafat.

Buddha Bar Jakarta pada kenyataannya dibuka 2008 dan di­
tutup 2010, setelah gugatan umat Buddha atas merek dagang itu dime­
nangkan oleh pengadilan.

Saya mengucapkan terimakasih pada Pavel Faigl, yang saya
kenal dan menjadi dekat dengannya dalam dua tahun proses penu­
lisa­­ n novel ini. Ia adalah paman dan sosok yang memperkenalkan
Saman kepada penerjemah Cheko novel pertama saya itu. Lalita saya
dedi­k­ asikan untuknya, dan tokoh Anshel Eibenschütz saya biarkan
belajar kimia-fisik seperti dia.

Terimakasih juga pada teman kecil dan kawan wisata candi Jawa
Tengah dalam penulisan buku ini: Putri Timur dan Catharina
Indirastuti. Juga untuk buku Lalitavistara (Titus Leber, KPG:
2011) yang memungkinkan saya terus-menerus menengok relief
dal­­am keindahan cahaya miringnya dari meja kerja saya. Kepada
Sutikno Wahyu Dimas Adi Prakoso dan Bernadetta Esti
Wahyuningtyas Utami, yang memberikan jembatan keledai unsur
kimia. Kepada Oscar Motuloh, yang nama, daya tarik, dan jabatan
form­ alnya saya pakai untuk tokoh Oscar tanpa pemberitahuan. Segala

245

yang dianggap kurang baik tentang tokoh Oscar dalam buku ini bukan
berasal dari dia. Terimakasih juga untuk Marco Kusumawijaya,
Hauw Ming, para editor KPG; serta kekasih yang selalu menjadi ayah
perawat bagi novel-novel saya.

Kalimat “Borobudur mengajari kita bahwa jauh lebih banyak
yang tidak kita ketahui tentang dia daripada yang kita ketahui”
diinspirasikan oleh buku Borobudur: Golden Tales of the Buddhas
(John Miksic, Periplus: 2000).

Gambar dalam digambar dengan penyesuaian dari pelbagai
sumber. Gambar Vlad Drakula (hal. 91) digarap dari ilustrasi-ilustrasi
cukil kayu yang telah banyak beredar. Peta dunia (hal. 93) digarap dari
ilustrasi Alkitab dari Magdeburg, “Die gantze Welt in ein Kleberblat...”
oleh Heinrich Bünting. Gambar Roda Kehidupan hal. 156 dimodifikasi
dari model umum thangka Tibet.

Gambar sampul dilukis ulang, dengan penyederhanaan dan
modifikasi, dari ilustrasi #32 buku Flora Pegunungan Jawa (van
Steenis, LIPI: 2010). Gambar-gambar dalam buku itu dibuat oleh
Amir Hamzah dan Moehamad Toha. Sampul buku ini saya buat
untuk mengenang dedikasi dan rasa seni para pelukis botani. Karya
mereka memadukan ilmu dan keindahan, yang tak akan pernah
disamai oleh fotografi.

246

Karya-karya Ayu Utami yang
lain terbitan KPG

Karya Ayu Utami selalu memotret dan membuat refleksi atas suatu
kurun sejarah. Secara keseluruhan, buku-buku berikut ini merekam dan
menampilkan gambaran manusia-manusia Indonesia dalam bentangan
sejarah yang cukup panjang (1900-an hingga era 2000-an):

Seri Saman & Larung

Saman bercerita tentang empat sahabat pe­
rempuan yang menyembunyikan seorang le­
laki yang diburu oleh rezim militer. Mereka
memb­­ antu Saman melarikan diri ke New York.
Saman adalah pemenang roman terbaik De­
wan Kesenian Jakarta 1998, dicetak 29 kali,
sert­ a diterbitkan dalam delapan bahasa asing.

Larung, lanjutan novel Saman. Seseorang
yang agak misterius bernama Larung mene­
mani Saman dalam usaha membebaskan be­
be­rapa aktivis demokrasi yang juga diincar
aparat Orde Baru. Larung telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Belanda.

Saman & Larung adalah novel dengan latar
akhir era Suharto (1990-an), dan mengantar­
kan Ayu Utami menerima penghargaan inter­
nas­ ional Prince Claus Award 2000.

247

Seri Kisah Nyata

Cerita Cinta Enrico: kisah nyata seorang anak
lelaki yang lahir bersamaan dengan Pemb­ e­ron­
takan PRRI. Ia menjadi bayi gerilya sejak usia
satu hari. Sejak itu sejarah hidupnya selalu ber­­
kelindan dengan peristiwa penting dalam se­ja­rah
bangsa Indonesia. Ia tumbuh sebagai anak yang
mendambakan kebebasan, termasuk be­bas dari
perkawinan.

Eks Parasit Lajang (akan terbit): Pada tahun
2000 Si Parasit Lajang menulis "10+1 Alasan
tidak Me­nikah" dan bahwa "pernikahan itu ba­
gus buat orang lain". Ia melihat lembaga per­ka­
winan dengan sa­ngat kritis, setara dengan pan­
dangannya terhadap pemerintah dan agama. Apa
pandangannya setelah sepuluh tahun berlalu?
Cerita Cinta Enrico dan Eks Parasit Lajang ada­
lah potret pribadi terhadap 50 tahun sejarah
Indo­n­ esia merdeka. (1950-an hingga 2000-an)

Soegija 100% Indonesia: biografi populer
Albertus Soegijapranata, uskup pribumi per­tam­ a
di Indon­ esia. Buku ini bercerita bagaimana se­
buah agam­ a baru tidak menghancurkan iden­titas
lokal. Soegija 100% Indonesia berlatar era akhir
penjajahan Belanda hing­ga awal kemerdekaan
(1900-an hingga 1950-an)

248

Seri Bilangan Fu

Bilangan Fu: cinta segitiga antara dua peman­
jat, Sandi Yuda dan Parang Jati, dan satu gadis
bern­ ama Marja, dengan latar belakang awal era
Ref­or­masi (2000-an). Cerita bertempat di suatu
da­erah bern­­ ama Sewugunung, di selatan Jawa
Ten­ gah. Di sana sebuah bukit gamping yang kaya
akan mataair akan ditambang oleh perusahaan
yang memanfaat­kan fundamentalisme agama
unt­ uk kepentingan bisnis. Bilangan Fu mendapat
peng­h­ argaan Khatulistiwa Literary Award dan
telah diterbitkan dalam bahasa Belanda. Novel
ini juga salah satu yang mengantar penulisnya
mend­ apat penghargaan Majelis Sastra Asia
Tenggara 2008.

Seri Bilangan Fu adalah serial novel teka-
teki atau petualangan dengan tokoh utama dari
Bilangan Fu. Pembaca umum boleh menikmati
kis­ ahnya saja, tapi juga boleh mempelajari bebe­
rapa hal yang selalu disajikan dalam serial ini.
Serial Bilangan Fu selalu menyajikan: 1) pe­nge­­
nalan warisan budaya Nu­san­t­ ar­ a; 2) satu topik
logika atau jalan ber­pik­ ir; ser­ta ka­dang juga 3)
hub­ ungan unik antar manus­ ia, baik itu soal seks
atau cinta, yang tak bisa disera­gamkan.
Dua buku telah terbit dalam serial ini: Manjali
dan Cakrabirawa dan Lalita.

249

Manjali dan Cakrabirawa
(buku ke-1 Seri Bilangan Fu)
Apa saja yang bisa dipelajari dari petualangan
Marja, Parang Jati, dan Sandi Yuda dalam Manjali
dan Cakrabirawa?

Proporsi tubuh relief 1) Pengenalan dasar bentuk candi-candi
candi Jawa Tengah Jawa Timur
Candi Jawa Timur menceritakan suatu periode
Proporsi tubuh relief yang khas, yang biasa disebut era Klasik Muda
candi Jawa Timur (abad ke-10 sd ke-16). Berbeda dari candi-
candi utama Jawa Tengah dari era Klasik Tua
(Borobudur, Prambanan, Sewu), bangunan suci
Jawa Timur lebih kecil. Ada yang berpendapat
karena fungsinya berbeda. Candi di Jawa Timur
ada yang berfungsi sebagai candi makam atau
monumen keluarga raja, juga candi pertapaan.
Tidak demikian Borobudur, Prambanan, atau
Sewu.

Selain kecil, dari segi arsitektur, candi-candi Jawa
Timur menunjukkan peralihan dan kedekatan
dengan bangunan suci di Bali. Beberapa candi
Jawa Timur terbuat dari bata dan diperkirakan
memiliki atap rumbia atau ijuk dengan rangka
kayu, seperti pura. Beberapa juga dibangun dekat
mata air (candi petirtaan) atau dipahat sebagai
goa pada gunung batu (candi pertapaan).

Dari segi ragamhias, candi-candi Jawa Timur me­­
nun­jukkan kembalinya kepercayaan pra-Hindu-
Buddha, yaitu motif-motif primitif yang galak. Pro­
porsi tubuh pada reliefnya pun tidak lagi naturalis
(lihat gambar di sebelah). Bers­ amaa­ n dengan itu,
digunakan juga model lantai punden ber­undak
dari era sebelum Hindu-Buddha. Karena itu, era
Jawa Timur ini menandai kem­balin­ ya kepercayaan
Nusantara yang lebih tua, penyemb­ ahan leluhur,
yang berkelindan dengan agama Hindu-Buddha.

250

Pengetahuan ini memberi kita pengertian bah­
wa kepercayaan para pendahulu kita berada
dalam dinamika dan gerak sinkretis. Candi-
candi Jawa Timur didirikan oleh kerajaan besar
seperti Kediri, Singasari, dan Majapahit.

2) Pengenalan “Luas Pengertian”

“Luas Pengertian” adalah salah satu pokok da­
lam ilmu logika. Pengertian adalah apa yang
kita pahami tentang sesuatu. Biasanya, ben­
tuknya adalah kata. Pengertian memiliki luas.
Mis­ alnya, kata “manusia” memiliki luas yang
le­bih daripada “perempuan”, “lelaki”, atau
“anak-anak”. Sebab, “manusia” mencakup
lelaki, perempuan, maupun anak-anak.

Hal ini sepertinya mudah. Tapi, dalam praktik
sering kali kesalahan berpikir kita adalah
tidak bisa membedakan luas pengertian. Yang
khusus kita samakan dengan yang umum.
Dalam Manjali dan Cakrabirawa, misalnya:
pe­ngertian “PKI” sesungguhnya lebih luas dari­
pada “Biro Khusus” ataupun “pasukan Letkol.
Untung”. Tapi, kudeta yang dipimpin Letkol.
Untung dianggap sama dengan keputusan
PKI keseluruhan. Akibatnya, semua yang
berhubungan dengan PKI dihukum.

Selain itu juga: jika kita tidak menemukan se­
suatu, maka bukan berarti sesuatu itu tidak
ada. Sebab, bidang yang kita cari tidak lebih
luas daripada yang ada di alam semesta.

Lebih jauh tentang Ayu Utami lihat

ayuutami.com, twitter: @BilanganFu

251





Lalita

Lalita menerima sejilid kertas tua berisi bagan-bagan mandala, dan sejak
itu setiap hari pengetahuannya tentang sang kakek bertambah. Setiap kali
penge­ta­huan itu bertambah banyak, setiap kali pula sang kakek bertambah
muda da­lam penglihatannya. Pada suatu titik ia bisa sepenuhnya melihat
seorang remaja ber­umur tiga belas tahun, yang berdiri lurus kaku dan kepala

sedikit miring seolah me­lihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain.
Apa hubungan semua itu dengan vampir dan Candi Borobudur? Itu akan

menjadi petualangan Yuda, Marja, dan Parang Jati.

Setiap kita memiliki bayang-bayang. Bukan musuh, melainkan pasangan
yang berkebalikan. (hal. 233) Tataplah titik hitam di pusat figur di bawah

selama sekitar 20 detik, lalu pejamkan mata atau alihkan pandang ke
suatu bidang putih. Bunga merah muda akan tampak sebagai bayangan,

after-image. Hijau dan merah adalah pasangan yang berkebalikan.

NOVEL
ISBN: 978-979-91-0493-9

9 789799 104939

KPG: 901 12 0587


Click to View FlipBook Version