f. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga di lahirkan pada Akhir abad ke 14 dengan nama Raden Mas
Syahid.Ayahnya bernama Raden Sahur Tumenggung Wilwatikta yang menjadi
bupati Tuban,Sedangkan Ibunya bernama Nawang Rum.Konon nama Kalijaga
berasal dari rangkaian bahasa Arab “Qadi Zaka” yang berarti membersihkan dan
bermakna pemimpin yang menegakkan kebersihan dan kesucian,Kata “Qadi
Zaka” tersebut menurut lidah dan ejaan Jawa berubah menjadi Kalijaga.Karena
Sistem Dakwah yang Intelek dan Aktual,Para bangsawan dan Cendikiawan
banyak yang bersimpati kepadanya.
Ketika para Wali memutuskan untuk menggunakan pendekatan Kultural
termasuk pemanfaatan wayang dan gamelan sebagai media dakwah,Orang yang
Paling berjasa dalam hal ini adalah Sunan Kalijaga.Sunan Kalijaga sangat berjasa
dalam perkembangan Wayang Purwa atau Wayang Kulit yang bercorak Islam
seperti saat ini.Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita wayang yang bernafaskan
Islam,Terutama mengenai Etika.Sunan Kalijaga juga berjasa dalam
pengembangan Seni suara,Seni ukir,Seni busana,Seni pahat dan Kesastraan.
50
49
g. Sunan Kudus
Nama asli Sunan Kudus adalah Jafar Sadiq.Menurut silsilahnya,Sunan Kudus
mempunyai hubungan keturunan dengan Nabi Muhammad SAW.Sunan Kudus
menyiarkan Agama Islam di daeran Kudus dan Sekitarnya.Ia mempunyai keahlian
khusus dalam ilmu fiqih,Usul fiqih,Tauhid,Hadist,Serta Logika.Oleh karena itu
diantara wali yang lain,Ia mendapat julukan “Waliyyul ilmi” atau orang yang kuat
ilmunya.Sunan Kudus juga melaksanakan dakwah dengan pendekatan
kultural.Beliau menciptakan berbagai cerita agama termasuk gending yang
terkenal yaitu Gending Maskumambang dan Gending Mijil.
h. Sunan Muria
Sunan Muria adalah Putra Sunan Kalijaga.Nama Aslinya adalah Raden Umar
Sa’id,Sedangkan nama kecilnya adalah Raden Prawoto.Sunan Muria memusatkan
kegiatan Dakwahnya di Gunung Muria yang terletak 18 KM sebelah utara Kota
Kudus.Ciri khas Sunan Muria dalam menyampaikan Agama Islam adalah dengan
mengadakan kursus-kursus bagi kaum pedagang,Para nelayan dan Rakyat biasa.
51
50
i. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati lahir di Mekkah pada tahun 1448,Ia adalah Cucu Raja
Padjajaran,Prabu Siliwangi Ia mengembangkan ajaran Islam di
Cirebon,Majalengka,Kuningan,Kawali.Banten sebagai dasar pengembangan
Islam,Sunan Gunung Jati wafat di Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.
4. Latihan Soal/Quiz
a. Menyelesaikan Teka-teki Silang pada : Halaman Berikutnya
b. Buatlah sebuah rangkuman tentang perang dari wali songo, dibuat dalam buku
dan diberikan gambar.
52
51
53
52
D. Proses Interaksi Kebudayaan Tradisi Lokal, Dan Agama Di Indonesia
1. Pengertian Akulturasi Dan Asimilasi
c. Akulturasi
Secara umum, akulturasi diartikan sebagai proses perpaduan antara dua
kebudayaan atau lebih, sehingga melahirkan bentuk kebudayaan baru. Akan
tetapi, unsur-unsur penting dari masing-masing kebudayaan (baik kebudayaan
lama maupun kebudayaan yang datang berikutnya) masih terlihat. Dengan
demikian, proses akulturasi akan terjadi apabila masing-masing kebudayaan yang
saling berpadu itu seimbang.
Akulturasi (acculturation atau culture contact) juga adalah proses sosial yang
timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa,
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.
Dalam hal ini terdapat perbedaan antara bagian kebudayaan yang sukar
berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing (covert culture),
dengan bagian kebudayaan yang mudah berubah dan terpengaruh oleh unsur-
unsur kebudayaan asing (overt culture). Covert culture misalnya: 1) sistem nilai-
nilai budaya, 2) keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, 3)
beberapa adat yang sudah dipelajari sangat dini dalam proses sosialisasi individu
warga masyarakat, dan 4) beberapa adat yang mempunyai fungsi yang terjaring
luas dalam masyarakat. Sedangkan overt culture misalnya kebudayaan fisik,
seperti alat-alat dan benda-benda yang berguna, tetapi juga ilmu pengetahuan, tata
cara, gaya hidup, dan rekreasi yang berguna dan memberi kenyamanan.
Masuknya pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia juga telah
melahirkan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan
Indonesia asli. Hal ini terjadi karena antara kebudayaan Hindu-Budha dengan
kebudayaan Indonesia asli, sama-sama kuat. Begitu juga pada waktu kebudayaan
Islam datang, terjadi proses akulturasi dengan kebudayaan Indonesia yang sudah
ada. Berkembangnya kebudayaan Islam memang tidak kemudian menggantikan
atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Antara kebudayaan Islam dengan
kebudayaan yang telah berkembang sebelumnya terjadi akulturasi. Dari perpaduan
budaya ini melahirkan kebudayaan baru yang unik dan menarik.
54
53
Faktor faktor yang mendorong atau mempermudah terjadinya akulturasi antara
lain:
1) Pendidikan yang maju
2) Sikap dan perilaku yang saling menghargai budaya
3) Toleransi terhadap budaya lain
4) Adanya masyarakat heterogen
5) Berorientasi ke masa depan
Faktor faktor yang menjadi penghalang atau menghambat terjadinya akulturasi
antara lain:
1) Ilmu pengetahuan yang bergerak melambat
2) Sikap masyarakat yang tradisional
3) Hal hal baru dianggap buruk
4) Adat atau kebiasaan
d. Asimilasi
Asimilasi atau assimilation adalah proses sosial yang timbul bila ada
golongan-golongan manusia dengan latar belakangan kebudayaan yang berbeda-
beda yang saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama,
sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing
berubah sifatnya yang khas, dan unsur-unsurnya masing-masing berubah menjadi
unsur-unsur budaya baru. Singkatnya asimilasi adalah dua atau lebih budaya
saling berinteraksi dalam jangka waktu lama sehingga dua atau lebih budaya
tersebut menyatu dan membentuk budaya baru yang berbeda dengan kebudayaan
semula.
Asimilasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha
untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Dalam pengertian yang berbeda, khususnya berkaitan dengan interaksi antar
kebudayaan, asimilasi diartikan sebagai proses sosial yang timbul bila ada: (1)
kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, (2) individu-individu
sebagai anggota kelompok itu saling bergaul secara langsung dan intensif dalam
55
54
waktu yang relatif lama, (3) kebudayaan-kebudayaan dari kelompok manusia
tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Biasanya
golongan-golongan yang dimaksud dalam suatu proses asimilasi adalah suatu
golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas.
Dalam hal ini, golongan minoritas merubah sifat khas dari unsur
kebudayaannya dan menyesuaikannya dengan kebudayaan golongan mayoritas
sedemikian rupa sehingga lambat laun kahilangan kepribadian kebudayaannya,
dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perubahan identitas etnik dan kecenderungan asimilasi dapat terjadi jika
ada interaksi antarkelompok yang berbeda, dan jika ada kesadaran masing-masing
kelompok
Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut,
diantaranya :
1) Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.
2) Terdapat pergaulan antara individu atau kelompok secara intensif dan dalam
waktu yang relatif lama.
3) Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan
menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi antara
lain:
1) Toleransi di antara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan.
2) Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi.
3) Kesediaan menghormati dan menghargai orang asing dan budaya budaya yang
dibawanya.
4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal.
6) Perkawinan antara kelompok yang berbeda budaya.
7) Mempunyai musuh yang sama dan menyakini kakuatan masing-masing untuk
menghadapi musuh tersebut.
Faktor-faktor yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi antara lain:
1) Kelompok yang terisolasi atau terasing (biasanya kelompok minoritas).
2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi.
3) Prasangka negatif terhadap pengaruh kebudayaan baru.
56
55
4) Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi dari pada
kebudayaan kelompok lain. Kebanggaan berlebihan ini mengakibatkan
kelompok yang satu tidak mau mengakui keberadaan kebudayaan kelompok
yang lainnya.
5) Perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit atau rambut.
6) Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok yang
bersangkutan.
7) Golongan minoritas mengalami gangguan dari kelompok penguasa
2. Proses Dan Pengaruh Akulturasi Agama Hindu Budha Dengan Budaya Local
a. Seni Bangunan
Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan
bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya
Indonesia asli. Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau
Buddha, serta bagian bagian candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India.
Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden berundak yang
merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur merupakan salah satu contoh
dari bentuk akulturasi tersebut
b. Seni Rupa dan Seni Ukir
Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni
rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang
dipahatkan pada bagian dinding-dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan
pada dinding dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan
riwayat Sang Buddha. Di sekitar Sang Buddha terdapat lingkungan alam
57
56
Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.Pada relief kala makara
pada candi dibuat sangat indah. Hiasan relief kala makara, dasarnya adalah motif
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa
sebelum Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci, maka sering diabadikan
dengan cara di lukis
c. Seni Sastra dan Aksara
Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni sastra
waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang (puisi).
Berdasarkan isinya, kesusasteraan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur
(pitutur kitab keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita (kepahlawanan). Bentuk
wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan
Mahabarata. Kemudian timbul wiracarita hasil gubahan dari para pujangga
Indonesia. Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh. Juga munculnya cerita-cerita Carangan. Berkembangnya karya sastra
terutama yang bersumber dari Mahabarata dan Ramayana, melahirkan seni
pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Pertunjukan wayang kulit di
Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita
pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif
(pendidikan). Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari asli dari Indonesia.
Seni pahat dan ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di
Indonesia. Di samping bentuk dan ragam hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh
pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya tokohtokoh punakawan seperti
Semar, Gareng, dan Petruk. Tokoh tokoh ini tidak ditemukan di India.
Perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf
pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno. Pada prasasti-prasasti
58
57
yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur budaya Indonesia. Misalnya,
ada prasasti dengan huruf Nagari (India) dan huruf Bali Kuno (Indonesia).
d. Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal
simbol-simbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang
meninggal, di dalam kuburnya disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu
ada lukisan seorang naik perahu, ini memberikan makna bahwa orang yang sudah
meninggal rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang
membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu itu sudah percaya adanya
kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Oleh karena itu, roh nenek
moyang dipuja oleh orang yang masih hidup (animisme). Setelah masuknya
pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah. Misalnya dapat
dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat
pemujaan. Di Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai
makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah
sebabnya peripih tempat penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja
dalam bentuk mirip dewa yang dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara
fungsi candi di India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang
di Indonesia. Bentuk bangunan lingga dan yoni juga merupakan tempat pemujaan
terutama bagi orang-orang Hindu penganut Syiwaisme. Lingga adalah lambang
Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan yoni adalah lambang kesuburan dan
lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan yoni lambang perempuan.
e. Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia, dikenal adanya
sistem pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang dimaksud adalah
59
58
semacam pemerintah di suatu desa atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat
seorang pemimpin atau semacam kepala suku. Orang yang dipilih sebagai
pemimpin biasanya orang yang sudah tua (senior), arif, dapat membimbing,
memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang ekonomi,
berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib (kesaktian). Setelah pengaruh
India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut
kerajaan. Hal ini secara jelas terjadi di Kutai. Salah satu bukti akulturasi dalam
bidang pemerintahan, misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang
memiliki kekuatan gaib seperti pada pemimpin masa sebelum Hindu-Buddha.
Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka oleh rakyat raja dipandang dekat
dengan dewa. Raja kemudian disembah, dan kalau sudah meninggal, rohnya
dipuja-puja.
3. Pengaruh Akulturasi Budaya Islam Dan Budaya Lokal Serta Hasilnya
a. Seni Bangunan
1) Masjid dan Menara
Seni bangunan yang berkembang pada jaman Indonesia masa Islam
menunjukkan adanya peipaduan antara unsur Islam dengan kebudayaan
Indonesia yang telah ada. Salah satu bentuk perpaduan seni bangunan Islam
dengan seni bangunan yang telah berkembang sebelumnya adalah seni
bangunan masjid. Dengan adanya perpaduan ini, bangunan masjid di
Indonesia pada jaman perkembangan Islam memiliki bentuk yang unik.
Bentuk bangunan Masjid yang merupakan hasil akulturasi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
a) Atapnya berupa atap tumpang, yaitu atap yang bersusun atau bertingkat,
semakin ke aras semakin kecil dan tingkat yang paling atas berbentuk
limas. Jumlah tumpang biasanya selalu gasal, ada yang tiga, ada juga yang
lima. Bentuk atap bertumpang ini adalah karena pengaruh bentuk meru
pada bangunan suci (Pure) Hindu. Atap masjid biasanya masih diberi lagi
sebuah kemuncak yang dinamakan mustaka.
b) Tidak adanya menara. Ini seperti lazimnya masjid-masjid yang ada di luar
Indonesia. Masjid luar Indonesia umumny memiliki menara. Masjid-
masjid di Mesir dan Masjid Abas di Karbala, Irak, memiliki menara yang
sangat tinggi dan megah. Menara menjadi bagian penting, karena
60
59
merupakan tempat muadzin menyerukan adzan sebagai panggilan orang
untuk shalat.
c) Di Indonesia pemberitahuan waktu shalat di samping dengan seruan adzan,
juga dilakukan dengan pemukulan sebuah bedug atau kentongan.
d) Masjid Kudus dan masjid Banten ada menaranya. Kedua menara itu
bentuknya sangat unik. Menara Kudus merupakan sebuah candi langgam
Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan fungsinya. Ada juga yang
menyatakan, bentuk menara masjid kudus mirip dengan Bale Kulkul. Bale
Kulkul adalah bagian bangunan dari bangunan sebuah Pure. Cermati dan
bandingkan gambar menara Kudus dan Bale Kulkul di Pure Taman Ayun
Bali, kemudian temukan kemiripan bentuknya
Keunikan lain masjid Kudus adalah pada pintu-pintu masuk dan tempat
wudhunya. Pintu-pintu masuk masjid Kudus, aslinya menyerupai pintu-
pintu masuk dalam bangunan agama Hindu. Tempat wudhunya juga unik,
karena air wudhu keluar memancar dari mulut kalamakara. Ini jelas
merupakan bentuk akulturasi antara Islam dengan Hindu
e) Menara masjid Banten adalah tambahan dari zaman kemudian yang
diusahakan oleh seorang Belanda yang bernama Cardeel. Bentuk
menaranya menyerupai sebuah mercusuar
2) Makam
Pemakaman mayat pada jaman Indonesia masa Islam banyak dipengaruhi
oleh pandangan dan budaya yang berkembang pada masa sebelumnya.
Kebiasaankebiasaan jaman sebelum kedatangan dan perkembangan Islam
akhirnya juga banyak dilakukan oleh masyarakat Islam. Misalnya, kalau pada
jaman kuno mayat dimasukkan dalam kubur batu, pada jaman islam ada yang
dimasukkan dalam peti. Sering pula di atas kubur ditabur bunga-bungaan.
61
60
59
Saji-sajian dan selamatan yang telah berkembang pada jaman pra sejarah dan
Hindu-Budha tetap hidup pada jaman Islam. Sehingga tidak mengherankan
apabila pada hari-hari ke 1, 3, 7, 40, 100, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 harinya
orang meninggal, sering diadakan selamatan dan kenduri. Selamatan dan
kenduri ini diiringi dengan doa-doa Islam, yang kemudian lebih dikenal
dengan tahlil. Selamatan ini dimaksudkan untuk mengantar roh ke hadirat
Illahi. Ini jelas menunjukkan adanya perpaduan antara Islam dengan Budaya
Hindu-Budha dan pra sejarah. Sesudah selamatan terakhir (nguwis-uwisi),
yakni pada hari ke 1000, umumnya kuburan kemudian diabadikan (diperkuat
dengan bangunan dari Batu). Pengabadian kubur ini biasanya dilakukan
dengan membuat jirat atau nisan di atas kubur. Bagi orang-orang tertentu,
umumnya bangsawan atau tokoh penting, di atas jirat didirikan rumah atau
sering disebut cungkup.
Banyak masyarakat berpandangan, bahwa makam merupakan
kediaman terakhir yang abadi, maka diusahakan pula semacam rumah yang
sesuai dengan kedudukan orang yang dikubur. Makam para raja atau orang
penting dibangun seperti layaknya istana. Seakan-akan makam itu disamakan
dengan orangnya, lengkap dengan keluarganya serta pembesar-pembesar
pengiringnya yang terdekat. Oleh karena itu bentuk pemakaman itu
merupakan satu gugusan cungkup-cungkup dan jirat-jirat yang dikelompokkan
menurut hubungan kekeluargaan. Gugusan ini dibagi menjadi berbagai
halaman, yang dipisahkan oleh tembok tetapi dihubungkan dengan gapura-
gapura. Di dekat makam itu biasanya dibangun masjid, sehingga dikenal
dengan masjid makam. Masyarakat berpandangan bahwa makam, apalagi
makam orang-orang terkemuka seperti para wali dan raja, adalah tempat yang
suci dan keramat. Oleh karena itu, banyak bangunan masjid yang dibangvun
satu kompleks dengan makam. Sebagai contoh adalah masjid makam di
Demak, Kudus, Muria, Ampel (Surabaya), Gunung Jati (Cirebon), Bayat
(Klaten), dan Sendangduwur (Tuban).
Makam di sekitar Masjid Demak (didalamnya ada makam R. Patah dan
Sultan Trenggana Kalau dihubungkan dengan budaya sebelumnya, pembuatan
cungkup ini adalah karena pengaruh budaya sebelumnya. Pada jaman pra
sejarah, tokoh-tokoh penting (kepala suku) sesudah meninggal diabadikan
62
61
59
dalam bentuk Menhir. Pada jaman Hindu-Budha, tokoh-tokoh penting (raja)
diabadikan dalam bentuk bangunan candi.
b. Seni Ukir
Dalam ajaran Islam mengukir, membuat patung, melukis makhluk hidup
apalagi manusia secara nyata tidak diperbolehkan. Hal ini menyebabkan seni
patung di Indonesia pada zaman perkembangan Islam, kurang berkembang.
Padahal pada masa Hindu-Budha seni patung sangat berkembang, baik patung-
patung bentuk manusia maupun binatang. Walaupun seni patung untuk
menggambarkan makhluk hidup secara nyata tidak diperbolehkan, namun seni
pahat atau seni ukir terus berkembang. Untuk menghindari penggambaran mahluk
hidup, para seniman kemudian mengembangkan seni hias dan seni ukir dengan
motif daun-daunan dan bunga-bungaan. Pada masa ini muncul kreasi baru, yaitu
kalau terpaksa ingin melukiskan makluk hidup, ukiran atau lukisan mahluk hidup
akan disamarkan dengan berbagai hiasan, sehingga tidak lagi jelas-jelas berujud
binatang atau manusia. Bentuk yang semacam itu disebut dengan stilir. Contoh
seni hias dan seni ukir yang mewakili perkembangan seni ukir dan hias jaman
Indonesia masa Islam paling banyak ditemui di masjid Mantingan, Jepara, Jawa
Tengah, dan komplek makam Sendangduwur, Jawa Timur.
63
62
59
c. Aksara dan Seni Sastra
Masuk dan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia juga membawa
pengaruh dalam bidang aksara dan tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab kemudian
digunakan untuk menulis. Bahasa Arab juga mulai digunakan di Indonesia. Yang
cukup menarik, Huruf Arab digunakan di bidang seni ukir. Sehingga,
berkembanglah seni kaligrafi. Dalam bidang karya sastra, bekembanglah hikayat,
babad, suluk.
1) Hikayat
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng.
Dalam hikayat banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik, keajaiban, atau
hal-hal yang kadangkadang tidak masuk akal. Hikayat ditulis dalam bentuk
gancaran (karangan bebas atau prosa). Hikayat yang terkenal, antara lain,
Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat RajaRaja Pasai, Hikayat Khaidir,
Hikayat si Miskin, Hikayat 1001 Malam, Hikayat Bayan Budiman, dan
Hikayat Amir Hamzah.
2) Babad
Babad berisi cerita sejarah, tetapi isinya tidak selalu berdasarkan fakta.
Tulisan Babad berisinya campuran antara fakta sejarah, mitos, dan
kepercayaan. Iutlah sebabnya, babad sering disamakan dengan hikayat. Di
tanah Melayu tulisan yang mirip dengan babad dikenal dengan sebutan tambo
atau silsilah. Contoh babad adalah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad
Mataram, dan Babad Surakarta.
3) Suluk
Suluk adalah karya sastra yang berupa kitab-kitab dan isinya menjelaskan
soal-soal tasawuf. Contoh suluk antara lain;
64
63
59
a) Suluk Sukarsa, isinya mengisahkan perjalanan hidup Ki Sukarsa dalam
mencari ilmu untuk mendapatkan kesempumaan hidup.
b) Suluk Wujil, berisi wejangan atau ajaran Sunan Bonang kepada Wujil,
yakni seorang kerdil yang pemah menjadi abdi di Kerajaan Majapahit.
c) Suluk Malang Sumirang, berisi penghormatan dan pujian terhadap
seseorang yang telah mencapai kesempumaan, mendekatkan diri, dan
menyatu dengan Tuhan.
d) Syair. Syair merupakan karya sastra yang berupa sajak-sajak yang terdiri
atas empat baris. Syair ini mirip dengan pantun.
d. Kesenian
Salah satu media proses penyebaran Islam di Indonesia adalah kesenian. Oleh
karena itu pada jaman Indonesia masa Islam berkembang beberapa kesenian yang
bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam. Kesenian tersebut antara lain sebagai
berikut.
1) Permainan debus, yaitu tarian yang pada puncak acara para penari
menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka dan
mengeluarkan darah. Tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al
Quran dan salawat nabi. Tarian ini dapat ditemui di Banten dan Minangkabau.
2) Seudati, sebuah bentuk tarian dari Aceh. Seudati berasal dari kata syaidati
yang artinya permainan orang-orang besar. Seudati sering disebut saman
artinya delapan. Sebutan delapan ini dikaitkan dengan jumlah penari Seudati.
Tarian ini aslinya dimainkan oleh delapan orang penari. Para pemain
menyanyikan lagu yang isinya antara lain salawat nabi.
65
64
59
3) Wayang. Sebenarnya, pertunjukan wayang sudah berkembang sejak zaman
Hindu. Pada zaman pperkembangan Islam di Indonesia, kesennian yang sangat
disukai masyarakat ini terus dikembangkan. Cerita-cerita dalam pertunjukkan
wayang kemudian dikaitkan dengan ajaran Islam. Pada perkembangan
berikutnya, muncul pertunjukkan wayang golek. Wayang golek dikembangkan
berdasarkan cerita Amir Hamzah.
e. Sistem Pemerintahan
Perkembangan Islam di Indonesia membawa pengaruh politik dan
pemerintahan yang bercorak Islam. Tanda-tanda munculnya pemerintahan yang
bercorak Islam dapat dilihat di Perlak. Setelah itu berkembanglah kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam. Jika dilihat dari sistem pemerintahannya,
pemerintahan kerajaan yang bercorak Islam tidak jauh berbeda dengan sistem
pemerintahan sebelumnya (zaman Hindu-Budha). Sistem pemerintahan pada
zaman Hindu-Budha nampak mengembangkan sistem feodal, begitu juga
kerajaankerajaan yang bercorak Islam.
Pada zaman Hindu-Budha raja dikenal sebagai titisan dewa (penjelmaan
dewa), sedangkan raja-raja (sultan) dari kerajaan Islam diakui sebagai khalifah
(wakil Tuhan) di muka bumi ini. Oleh karena itu, sistem pemerintahan Islam di
Indonesia mengandung aspek kepemimpinan yang religius atau kepemimpinan
spiritual. Raja dipandang sebagai simbul kehidupan yang tertinggi di kerajaan.
66
65
59
Raja sangat dihormati dan dipuja-puja oleh rakyatnya. Rakyat hidup dan
mengabdi untuk rajanya. Suksesi atau pergantian penguasa dengan sistem
turuntemurun.
f. Kalender
Sistem kalender yang dimilik oleh Islam juga berpenganuh di Indonesia.
Adalah Sultan Agung, Raja Mataram, yang telah menggabungkan antara kalender
jawa dengan kalender Islam. Jika sebelumnya digunakan kalender berdasarkan
sistem matahari (Syamsiah), maka sebagai pengaruh dari sistem kalender Islam ,
diciptakan kalender dengan sistem peredaran bulan (komariyah). Sultan Agung
juga melakukan sedikit perubahan mengenai nama-nama bulan dalam Islam.
Misalnya, bulan Muharam diganti dengan Sura dan Ramadan diganti dengan Pasa.
Kalender yang dikembangkan Sulatn Agung tersebut dimulai pada tanggal 1
Muharam tahun 1043 H, atau tanggal 1 Sura tahun 1555 Jawa, tepatnya 8 Agustus
1633.
g. Filsafat
Perkembangan filsafat pada masa penyebaran Islam di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. Setiap orang berusaha mencari kebenaran dan
kesempumaan hidup, melalui praktik-praktik keagamaan yang benar. Karena
kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan, maka untuk mencapai kesempurnaan
dan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat, manusia harus terus-menerus
mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Tuhan.
h. Bentuk Bentuk Akulturasi yang Lain
Bentuk lain dari akulturasi antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan
Islam antara lain nampak dalam hal-hal yang berkait dengan kelahiran,
perkawinan, dan kematian. Pada upacara kelahiran dan perkawinan, terjadi
perpaduan antara unsur Indonesia dengan unsur Islam. Pada upacara perkawinan,
sangat nyata adanya perpaduan antara adat daerah di Indonesia dengan unsur
Islam. Sepasang mempelai setelah dinikahkan dengan cara Islam, kemudian
diikuti dengan berbagai upacara adat, yang masing-masing daerah sangat
bervariasi
Kebiasaan yang erat kaitannya dengan manusia yang sudah mati, di
masyarakat Indonesia dikenal adanya kegiatan ziarah. Kegiatan ziarah diikuti
67
66
59
dengan memanjatkan doa-doa. Di tempat-tempat yang dikunjungi, banyak
diantara para peziarah yang juga minta dikabulkan keinginan dan harapannya.
Misal, enteng jodoh, enteng rejeki, naik pangkat, mendapatkan keturunan, sembuh
dari sakit, dapat pekerjaan, dan sebagainya.
Upacara grebeg yang sangat terkenal di lingkungan masyarakat Jawa, terutama
masyarakat Jawa Tengah dan Cirebon, juga merupakan bentuk nyata dari adanya
akulturasi. Upacara Grebeg pertama kali dilaksanakan di Kerajaan Demak,
kemudian berkembang sampai Kerajaan Mataram. Upacara itu sekarang
dilestarikan di Demak, kraton Surakarta, Yogyakarta, dan Cirebon.
Di Cirebon upacara mirip Grebeg dinamakan dengan panjang jimat. Panjang
jimat sendiri adalah seperangkat piring dan baki untuk menempatkan makanan
yang dibagi-bagikan. Piring dan baki itu hanya digunakan sekali setahun. Pada
malam menjelang tanggal 12 Maulud, panjang jimat diarak dari kraton menuju
masjid diiringi oleh sultan dan seluruh kerabat kraton.
Di Demak, Kraton Yogyakarta dan Surakarta sampai sekarang sering diadakan
upacara garebeg sekaten. Maksud dari upacara Grebeg itu tidak lain sebagai
bentuk ucapan syukur dari sultan kepada Tuhan. Sultan mengadakan syukuran
karena lelah dipercaya untuk memimpin rakyat. Hal ini jelas sesuai dengan ajaran
Islam. Akan tetapi dalam prosesi upacara dan perlengkapan serta saji-sajiannya,
tidak terlepas dari aspek budaya sebelumnya, sedangkan doa-doanya
menggunakan cara-cara Islam. Puncak upacara garbeg adalah arak-arakan
gunungan yang berisikan aneka hasil bumi. Gunungan aneka hasil bumu ini
kemudian menjadi rebutan masyarakat. Masyarakat memiliki keyakinan
bahwa aneka hasil bumi yang mereka dapatkan dari gunungan tersebut akan
membawa keselamatan dan berkah bagi diri dan keluarganya. Keperceryaan
semacam ini jelas merupakan pengaruh dari budaya sebelumnya
Di samping upacara garebeg, upacara labuhan di pantai selatan yang sering
dilakukan oleh kraton Yogyakarta dan Surakarta jugas merupakan bentuk
perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Pra Sejarah, Hindu-Budha dan
Islam. Ritual yang dilakukan dalam upacara labuhan berasal dari budaya jaman
pra sejarah dan Hindu-Budha, sedangkan doa-doa yang digunakan umumnya
berasal dari Islam.
Masyarakat nusantara, khususnya Jawa, juga mengenal berbagai kegiatan
selamatan dengan bentuk kenduri. Selamatan diadakan pada waktu tertentu.
68
67
59
Misalnya, selamatan atau kenduri pada 10 Muharam untuk memperingati Hasan-
Husen (putra Ali bin Abu Thalib), Maulud Nabi (untuk memperingati kelahiran
Nabi Muhammad), Ruwahan (Nyadran) untuk menghormati para leluhur atau
sanak keluarga yang sudah meninggal, dan selamatan pada hari raya Idul Adha
dan Idul Fitri. Dalam selamatan atau kenduri biasanya berkumpul beberapa
anggota masyarakat yang duduk mengitari berbagai jenis makanan dan ada juga
semacam saji-sajian. Kemudian dibacakan doa menurut Islam oleh seorang modin
atau kaum. Setelah itu, mereka bersama-sama menikmati aneka makan yang
disajikan dalam upacara dan kenduri tersebut.
4. Kebudayaan Suku Di Indonesia
a. Faktor Penyebab Keberagaman Masyarakat di Indonesia
Keberagaman bangsa Indonesia dapat dibentuk oleh banyaknya jumlah
suku bangsa yang tinggal di wilayah Indonesia dan tersebar di berbagai pulau dan
wilayah di penjuru indonesia. Setiap suku bangsa memiliki ciri khas dan
karakteristik sendiri pada aspek sosial dan budaya. Menurut penelitian badan
statistik auat BPS, yang di lakukan tahun 2010, di Indonesia terdapat 1.128 suku
bangsa
Keberagaman yang ada pada masyarakat bisa menjadi kekayaan bangsa
Indonesia dan potensi bangsa. Namun, keberagaman juga menjadi tantangan hal
itu disebabkan karena orang yang mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas
kendali. Munculnya perasaan kedaerahan serta kesukuan yang berlebihan dan
dibarengi tindakan yang dapat merusak persatuan, hal tersebut dapat mengancam
keutuhan NKRI. Karean itu adanya usaha untuk dapat mewujudkan kerukunan
bisa dilakukan dengan menggunakan dialog dan kerjasama dengan prinsip
kesetaraan, kebersamaan, toleransidan juga saling menghormati satu sama lain.
Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di
antaranya adalah sebagai berikut :
1) Keadaan geografis
Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki beribu-ribu pulau
yang dipisahkan oleh selat dan laut. Ini merupakan kondisi lingkungan
geografis Indonesia. Lingkungan geografis semacam itu menjadi sumber
adanya keanekaragaman suku, budaya, ras dan golongan Indonesia. Kondisi
geografis yang demikian menimbulkan perbedaan dalam kehidupan
masyarakat. Salah satunya adalah mata pencaharian penduduk. Jenis-jenis
pekerjaan yang ada juga menyebabkan beranekaragamnya peralatan yang
diciptakannya, misalnya bentuk rumah dan bentuk pakaian. Akhirnya sampai
69
68
59
pada bentuk kesenian yang ada di masing-masing daerah berbeda. Keadaan
geoografis juga menyebabkan tiap-tiap pulau memiliki agama dan budaya
yang berkembang sendiri-sendiri.
2) Pegaruh kebudayaan asing
Adanya kontak dan komunikasi dengan para pedagang asing yang
memiliki corak budaya dan agama yang berbeda menyebabkan terjadinya
proses akulturasi unsur kebudayaan dan agama.
3) Kondisi iklim dan kondisi alam yang berbeda
Kondisi iklim seperti perbedan musim hujan dan kemarau antar daerah,
serta perbedaan kondisi alam seperti pantai, pegunungan mengakibatkan
perbedaan pada masyarakat. Ada komunitas masyarakat yang mengandalkan
laut sebagai sumber pemenuhan kebutuhan kehidupannya ada pula yang
mengandalkan pertanian dan perkebunan, dan lainnya
b. Keragaman Suku Bangsa di Indonesia
Negara Indonesia adalah negara kepulauan. Pulau-pulau di Indonesia
berjumlah 13. 667 pulau besar dan kecil. Pulau-pulau itu membentang dari
Sabang sampai Merauke. Dahulu, orang Indonesia berasal dari nenek moyang
yang sama. Yaitu bangsa Yunan. Kemudian mereka berpencar. Karena berada di
tempat yang letaknya terpisah-pisah oleh alam baik gunung, hutan, laut maupun
sungai, maka terbentuklah berbagai suku bangsa. Suku bangsa tersebut memiliki
adat istiadat dan budaya yang berbeda satu dengan yang lain. Secara fisik pun
kadang memiliki ciri khas tersendiri.
Suku bangsa merupakan sekumpulan masyarakat yang memiliki kebiasaan
dan budaya yang sama. Perlu kamu ketahui bahwa bangsa Indonesia terdiri lebih
dari 300 suku bangsa. Sebagai contoh suku di Indonesia antara lain Suku Jawa,
Suku Sunda, Suku Tengger, Suku Aceh, Suku Batak, Suku Asmat, Suku Dayak,
Suku Bali, Suku Sasak dan lain sebagainya. Suku-suku tersebut ada yang belum
banyak mendapat pengaruh budaya lain. Mereka sering dikenal sebagai suku
terasing
Berikut ini contoh persebaran suku bangsa di Indonesia.
Nanggroe Aceh Darussalam : suku Aceh, suku Alas, suku Gayo, suku
Kluet, suku Simelu, suku Singkil, suku Tamiang, suku Ulu .
1) Sumatera Utara : suku Karo, suku Nias, suku Simalungun, suku Mandailing,
suku Dairi, suku Toba, suku Melayu, suku PakPak, suku maya-maya
2) Sumatera Barat : suku Minangkabau, suku Mentawai, suku Melayu, suku guci,
suku jambak
70
69
59
3) Riau : Melayu, Siak, Rokan, Kampar, Kuantum Akit, Talang Manuk, Bonai,
Sakai, Anak Dalam, Hutan, Laut .
4) Kepulauan Riau : Melayu, laut
5) Bangka Belitung : Melayu
6) Jambi : Batin, Kerinci, Penghulu, Pewdah, Melayu, Kubu, Bajau .
7) Sumatera Selatan : Palembang, Melayu, Ogan, Pasemah, Komering, Ranau
Kisam, Kubu, Rawas, Rejang, Lematang, Koto, Agam
8) Bengkulu : Melayu, Rejang, Lebong, Enggano, Sekah, Serawai, Pekal, Kaur,
Lembak
9) Lampung : Lampung, Melayu, Semendo, Pasemah, Rawas, Pubian, Sungkai,
Sepucih
10) DKI Jakarta : Betawi
11) Banten : Jawa, Sunda, Badui
12) Jawa Barat : Sunda,
13) Jawa Tengah : Jawa, Karimun, Samin, Kangean
14) D.I.Yogyakarta : Jawa
15) Jawa Timur : Jawa, Madura, Tengger, Asing
16) Bali : Bali, Jawa, Madura
17) NTB : Bali, Sasak, Bima, Sumbawa, Mbojo, Dompu, Tarlawi, Lombok
18) NTT : Alor, Solor, Rote, Sawu, Sumba, Flores, Belu, Bima
19) Kalimantan Barat : Melayu, Dayak (Iban Embaluh, Punan, Kayan, Kantuk,
Embaloh, Bugan,Bukat), Manyuke
20) Kalimantan Tengah : Melayu, Dayak (Medang, Basap, Tunjung, Bahau,
Kenyah, Penihing, Benuaq), Banjar, Kutai, Ngaju, Lawangan, Maayan, Murut,
Kapuas
21) Kalimantan Timur : Melayu, Dayak (Bukupai, Lawangan, Dusun, Ngaju,
Maayan)
22) Kalimantan Selatan : Melayu, Banjar, Dayak, Aba
23) Sulawesi Selatan : Bugis, Makasar, Toraja, Mandar
24) Sulawesi Tenggara : Muna, Buton,Totaja, Tolaki, Kabaena, Moronehe,
Kulisusu, Wolio
25) Sulawesi Tengah : Kaili, Tomini, Toli-Toli,Buol, Kulawi, Balantak,
Banggai,Lore
71
70
26) Sulawesi Utara : Bolaang-Mongondow, Minahasa, Sangir, Talaud, Siau,
Bantik
27) Gorontalo : Gorontalo
28) Maluku : Ambon, Kei, Tanimbar, Seram, Saparua, Aru, Kisar
29) Maluku Utara : Ternate, Morotai, Sula, taliabu, Bacan, Galela
30) Papua Barat : Waigeo, Misool, Salawati, Bintuni, Bacanca
31) Papua Tengah : Yapen, Biak, Mamika, Numfoor
32) Papua Timur : Sentani, Asmat, Dani, Senggi
b. Keragaman Budaya di Indonesia
Budaya dan kebudayaan adalah semua hasil pengolahan akal pikiran, perasaan
dan kehendak dari manusia. Akal pikiran, perasaan, dan kehendak disebut dengan
istilah cipta, rasa, dan karsa. Budaya ada yang berbentuk fisik atau jasmani.
Contohnya pakaian, rumah adat dan alat musik. Ada pula budaya yang berbentuk
non fisik atau rohani. Contohnya kepercayaan, bahasa, adat istiadat atau tradisi
dan pengetahuan. Bentuk-bentuk budaya yang biasa terdapat di tiap suku bangsa
antara lain sebagai berikut:
1) Bahasa
Hampir tiap suku bangsa memiliki bahasa daerah yang berbeda satu
dengan lainnya. Bahasa daerah merupakan bahasa yang digunakan dalam
bahasa pergaulan sehari-hari di suatu daerah tertentu. Di Indonesia dan Bahasa
Bugis. Agar dapat saling berkomunikasi antar suku bangsa, Indonesia
memiliki bahasa nasional yakni Bahasa Indonesia. Bahasa nasional ini
berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa. terdapat sekitar 665 bahasa daerah.
Contoh bahasa daerah adalah Bahasa Bali, Bahasa Madura, Bahasa Batak,
Bahasa Jawa dan Bahasa Bugis. Agar dapat saling berkomunikasi antar suku
bangsa, Indonesia memiliki bahasa nasional yakni Bahasa Indonesia. Bahasa
nasional ini berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa.
2) Sistem kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan meliputi kelompok atau organisasi, hubungan
kekerabatan, peraturan-peraturan dan hukum. Kelompok atau organisasi. Pada
dasarnya manusia selalu membutuhkan dan tidak dapat hidup sendiri. Oleh
sebab itu di tiap suku atau daerah biasanya terdapat kelompok-kelompok atau
organisasi. Suatu kelompok dipimpin oleh seseorang yang dihormati dan
72
71
disegani. Pemimpin ini disebut kepala adat atau kepala suku. Kepala adatlah
yang biasanya memimpin upacara-upacara adat.
Hubungan kekerabatan, Masyarakat di daerah-daerah biasanya juga
memiliki hubungan kekerabatan tertentu yang kadang berbeda satu sama lain.
Misalnyadi daerah Minangkabau hubungan kekerabatan didasarkan pada garis
ibu yang disebut Matrilineal. Sedangkan di Jawa hubungan kekerabatan
didasarkan pada garis ayah yang disebut Patrilineal
Peraturan dan hukum, Di tiap suku bangsa biasanya terdapat peraturan
atau hukum. Peraturan ini ada yang tertulis ada yang tidak tertulis. Peraturan
ini sering disebut sebagai hukum adat. Di daerah tertentu hukum adat masih
sangat ditaati oleh masyarakat. Misalnya di masyarakat Kampung Naga,
terdapat peraturan setiap ada penduduk yang lahir harus disertai dengan
adanya orang yang keluar dari desa. Peraturan ini membuat jumlah penduduk
di desa ini selalu tetap.
3) Rumah adat
Di tiap daerah atau suku bangsa biasanya memiliki rumah adat yang khas.
Namun seiring dengan perkembangan jaman, rumah-rumah adat ini biasanya
sulit kita temukan di daerah perkotaan. Kita dapat melihat seluruh rumah adat
yang ada di Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Contoh rumah
adat di Nusantara:
a) Rumah Bolon (Sumatera Utara).
b) Rumah Gadang (Minangkabau, Sumatera Barat).
c) Rumah Joglo (Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur).
d) Rumah Lamin (Kalimantan Timur).
e) Rumah Bentang (Kalimantan Tengah).
f) Rumah Tongkonan (Sulawesi Selatan).
g) Rumah Honai (Rumah suku Dani di Papua).
73
72
Rumah Bolon Rumah Tongkonan
4) Upacara adat
Upacara adat merupakan upacara yang berhubungan dengan adat istiadat
atau tradisi masyarakat. Upacara adat berkaitan erat dengan kepercayaan suatu
masyarakat. Upacara adat ada yang dilakukan secara sederhana. Namun ada
pula yang dilakukan secara mewah dan dengan biaya yang sangat besar. Saat
ini banyak masyarakat yang tidak melakukan upacara adat. Hal ini antara lain
disebabkan oleh semakin berkembangnya pemikiran, agama dan kepercayaan.
Selain itu masyarakat saat ini lebih memilih hal-hal yang praktis dan cepat.
Karena upacara adat dianggap terlalu lama dan bertele-tele. Meski demikian
masyarakat yang tidak melaksanakan tetap menghargai dan menghormati
mereka yang melaksanakan. Contoh upacara adat di Nusantara:
a) Mitoni, tedhak siti, ruwatan, kenduri, grebegan (Suku Jawa).
b) Seren taun (Sunda).
c) Kasodo (Tengger).
d) Nelubulanin, ngaben (Bali).
e) Rambu solok (Toraja).
Upacara Seren Taun
5) Pakaian adat
Hampir semua daerah di Indonesia mempunyai pakaian adat sendiri.
Warna dan rancangan pakaiannya sangat indah. Pakaian khas tersebut selain
indah juga mempunyai arti tertentu. Untuk saat ini pakaian adat banyak yang
74
73
tidak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya pakaian adat
digunakan saat upacara adat, upacara perkawinan dan saat memperagakan
tarian atau pertunjukan daerah.
Baju adat Papua
6) Senjata tradisional
Dahulu senjata tradisional sering digunakan untuk memotong, berburu,
dan berperang. Saat ini senjata tradisional lebih banyak digunakan sebagai
hiasan atau pelengkap pakaian adat. Contoh senjata tradisional adalah Senjata
Badik (Betawi), Rencong (Aceh), Keris (Jawa) dan Mandau (Kalimantan).
Rencong Mandau
7) Kesenian
Bentuk-bentuk kesenian sangat banyak, antara lain:
a) Tarian tradisional
Contoh tarian tradisional atau adat adalah Tari Serimpi (Jawa Tengah),
Tari Kecak (Bali), Tari Saman (Aceh), Tari Cakalele (Maluku) dan Tari
Piring (Minangkabau). Tarian adat sering ditampilkan dalam upacara
75
74
perkawinan, upacara adat, menyambut tamu atau dalam pertunjukan seni.
Saat ini tarian tradisional sudah banyak dikombinasikan dengan tarian
modern
Tari Saman
b) Seni musik tradisional
Seni musik tradisonal menggunakan alat musik tradisonal pula. Alat
musik tradisional digunakan untuk mengiringi lagu daerah. Alat musik
tradisional di Indonesia cukup banyak. Contohnya adalah alat musik
Gamelan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, Tifa dari Papua, dan
Angklung dari Jawa Barat. Saat ini seni musik tradisional juga sudah
banyak dikombinasikan dengan seni musik modern
c) Seni pertunjukan
Seni pertunjukan sama halnya dengan seni pentas. Negara kita juga
kaya akan seni pertunjukan. Contoh seni pertunjukan antara lain Ketoprak
dan Wayang Kulit dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, Lenong dari Betawi
dan Mamanda dari Kalimantan Selatan
76
75
]
d) Lagu daerah
Indonesia kaya akan lagu daerah. Lagu daerah dinyanyikan dengan
bahasa daerah. Lagu-lagu daerah banyak yang tidak diketahui siapa
pengarangnya. Contoh lagu daerah adalah Bungong Jeumpa dari Aceh, Lir
Ilir dari Jawa, Bubuy Bulan dari Sunda, Ampar-ampar Pisang dari
Kalimantan Selatan, dan Apuse dari Papua.
e) Cerita rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang turun temurun di
masyarakat. Cerita rakyat ada yang merupakan sejarah ada pula yang
merupakan karangan. Cerita rakyat yang merupakan karangan biasanya
tidak diketahui pengarangnya. Contoh cerita rakyat antara lain
Sangkuriang (Jawa Barat), Malinkundang (Minangkabau), Putri Cendana
(Nusa Tenggara), Kleting Kuning dan Keong Emas (Jawa).
c. Suku Bangsa yang ada di Indonesia
1) Suku Tionghoa
Tionghoa Indonesia adalah salah satu etnis diIndonesia yang asal usul
leluhur mereka berasal dari Tiongkok (China).Biasanya mereka menyebut
dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien),Tengnang (Tiochiu), atau
Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarinmereka disebut Tangren (orang
Tang) atau lazim disebut Huaren. DisebutTangren dikarenakan sesuai dengan
kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Tiongkok
selatan yang menyebut dirimereka sebagai orang Tang, sementara orang
Tiongkok utara menyebutdiri mereka sebagai orang Han (orang Han).Ini
adalah informasi mengenai suku Tionghoa:
Rumah Adat: Tulou
77
76
Bahasa: Hokian, Mandarin
Baju adat: Cheongsam
2) Suku Betawi
Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa diIndonesia yang penduduknya
umumnya bertempat tinggal di Jakarta.Ini adalah informasi mengenai Suku
Betawi:
Senjata Tradisional: Golok
Lagu daerah: Kicir Kicir
Rumah Tradisional: Kebaya
Bahasa: Betawi
Pakaian adat: Baju koko/sadariah, ujung serong,dll
3) Suku Banjar
78
77
Suku Banjar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimantan
Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur.
Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah
Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi
Orang Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu. Informasi mengenai
suku tersebut:
Rumah adat: Rumah Banjar
Seni teater: Mamanda
Musik Tradisional: Musik Panting
Makanan tradisional: Sate banjar
Pakaian adat: Bagajah gamuling baular lutut
4) Suku Dayak
Suku Dayak adalah nama yang oleh penjajah diberikepada penghuni
pedalaman pulau Borneo yang mendiami PulauKalimantan (Brunei, Malaysia
yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, sertaIndonesia yang terdiri dari
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Selatan).Ini adalah informasi mengenai suku Dayak:
Lagu daerah: Ampar Ampar Pisang, Sapu Tangan Bapuncuk Ampat
Tarian daerah: Tari gantar, Tari perang, Tari gong
79
78
Pakaian adat : Sapai Sapaq
5) Suku Jawa
Suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berikut adalah informasi mengenai suku Jawa:
Bahasa: Bahasa Jawa
Tarian: Tari Reog,Tari kuda lumping
Alat musik tradisional: Gamela
Masakan tradisional: Lumpia, Bakpia, Nopia, Opor Ayam, Soto Bangkong
Baju adat: Beskap, surjan, kebaya
5. Latihan Soal/Quiz
a. Buatlah portofolio tentang Akulturasi Kebudayaan di Indonesia
b. Diskusikan Bersama kelompok tentang Akulturasi yang terdapat di Indonesia
80
79
DAFTAR REFERENSI
http://repositori.kemdikbud.go.id/21608/1/X_Sejarah-Indonesia_KD-3.7_Final.pdf
http://repositori.kemdikbud.go.id/21618/1/X_Sejarah-Indonesia_KD-3.5_Final.pdf
https://mutiarapenakluk.wordpress.com/bahan-pelajaran/sejarah/semester-1/bab-2-
perkembangan-agama-dan-kebudayaan-hindu-budha-di-indonesia/
https://tanya-tanya.com/rangkuman-materi-perkembangan-pengaruh-hindu-budha-di-
indonesia/
https://www.academia.edu/38738770/KEHIDUPAN_SOSIAL_POLITIK_DAN_EKONOMI
_PADA_MASA_HINDU_BUDDHA_DAN_ISLAM
https://betebaran.blogspot.com/2016/02/peranan-wali-songo.html
https://www.researchgate.net/publication/338040031_Peran_Wali_Songo_Dalam_Penyebara
n_Agama_Islam
https://pemudapersis-smd.blogspot.com/2018/08/peran-walisongo-dalam-menyebarkan-
islam.html
https://budiyono2313.wordpress.com/2017/01/01/materi-ips-kelas-4-bab-4-keanekaragaman-
suku-budaya-setempat/
https://www.materitugastugas.com/2020/10/keberagaman-suku-dan-budaya-bangsa.html
https://www.academia.edu/36284880/Makalah_Suku_suku_bangsa_di_Indonesia
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-akulturasi-dan-asimilasi/
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132326892/pengabdian/asimilasi-akulturasi.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/drs-muhamad-nur-rokhman-mpd/diktat-
sejarah-nuansa-karakter-1.pdf
http://repositori.kemdikbud.go.id/5600/1/ANTROPOLOGI%20KELOMPOK%20KOMPET
ENSI%20E.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Manusia%20Nilai,%20Moral%20dan%20Hukum_0.p
df
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132326892/pengabdian/asimilasi-akulturasi.pdf
https://auliarahma027.blogspot.com/2017/04/alkuturasi-dan-asimilasi-budaya.html
http://repositori.kemdikbud.go.id/5600/1/ANTROPOLOGI%20KELOMPOK%20KOMPET
ENSI%20E.pdf
81
80