The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Meningkatkan Aktivitas Belajar Fisika Berbasis Mobile Learning Melalui
Portal Rumah Belajar di Kelas XI MIPA 1 SMAN 1 Padang Gelugur Tahun
Pelajaran 2018/2019

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by redhatulhayati, 2022-06-12 09:50:25

Jurnal 2021

Meningkatkan Aktivitas Belajar Fisika Berbasis Mobile Learning Melalui
Portal Rumah Belajar di Kelas XI MIPA 1 SMAN 1 Padang Gelugur Tahun
Pelajaran 2018/2019

Keywords: Jurnal

GAMMA

(Gagasan Ilmiah Masa Depan)

Jurnal Pendidikan GAMMA, adalah Jurnal Ilmiah Nasional,
memuat hasil penelitian bidang pendidikan dan praktik baik
pembelajaran di dalam kelas. Diedarkan secara nasional dengan
terbitan edisi khusus dan edisi berkala setiap empat bulan sekali

Diterbitkan Oleh:

PUSTAKA MAHAMERU

ISSN: 2443-1036 Jurnal GAMMA Vol. 07 No. 4 Oktober 2021

SUSUNAN DEWAN REDAKSI
Jurnal Pendidikan “GAMMA”

Penanggung Jawab
ABDUL MUIS, M.Pd.I

Ketua Penyunting
Drs. ABD. KHOBIR ALY, M.Pd.I

Sekretaris Penyunting
HAIRUL HUDA, M.Pd.I

Penyunting Ahli
Prof. Dr. H. ALI MUDHOFIR, M.Ag (UIN Surabaya)
Dr. Hj. HANUN ASROHAH, M.Ag (UIN Surabaya)

Dr. H. MUNDIR, M.Pd (IAIN Jember)
Dr. H. SYAMSUN NI’AM, M.Ag (IAIN Tulungangung)

Dr. H. AHMAD JUNAIDI, M.Ag (IAIN Jember)
Dr. Hj. NURUL AZIZAH, M.Pd (IAI Ibrahimy Situbondo)

HM. IMAM MACHFUDI, SS, M.Pd (IAIN Jember)

Dewan Penyunting
HASAN BASRI, M.Pd.I
USWATUN HASANAH, M.Pd.I

Alamat Redaksi
Jl. Raya Kebonsari RT. 10 RW. 04  081336335612

Yosowilangun – Lumajang – Jawa Timur 67382
Website : www.pustakamahameru.com
Email : [email protected]

ii

Jurnal GAMMA Vol. 07 No. 4 Oktober 2021 ISSN: 2443-1036

EDITORIAL

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kami panjatkan Kehadirat Allah, karena
berkat limpahan rahmat dan kasih sayang serta ma’unah-Nya, Jurnal GAMMA ini pada
akhirnya selesai di susun dan hadir dihadapan para pembaca.

Terimakasih kami sampaikan kepada seluruh penulis yang telah mengirimkan
naskahnya untuk diterbitkan khususnya pada edisi No. 4 Vol. 7 Oktober 2021, ini. Tak lupa
semangat dan kerja keras dewan redaksi, tak terkecuali adalah penyunting ahli, yang dengan
penuh dedikasi dan kesungguhan meluangkan waktu untuk membaca dan memberikan
masukan pada karya penulis yang kemudian terbit dan hadir di pangkuan pembaca ini.
Semuanya tak ternilai harganya.

Di usia yang ke tujuh ini, GAMMA terus berusaha menyuguhkan tulisan berkualitas
hasil penelitian dan telaah teoritis, yang ditulis oleh pendidik yang berasal dari seluruh
penjuru Indonesia. Lintas Provinsi. Sehingga nilai pengetahuan yang ada dalam jurnal ini,
dapat menjadi pembanding sekaligus rujukan, dan dimungkinkan akan menghasilkan
pengetahuan dan bahkan teori baru. Tentu semuanya bertujuan untuk pendidikan Indonesia
yang lebih baik, khususnya dunia penelitian dan literasi

Akhirnya, kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Sempurna, manusia
hanyalah hamba yang selalu berharap mendapat ridho-Nya, dengan menguucap
Bismillahirrahmanirrahim kami persembahkan sekelumit karya sederhana ini dengan
harapan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam dunia pendidikan, dapat menjadi
rujukan dan bahan bacaan serta gagasan ilmiah yang mencerahkan dan mencerdaskan, dapat
memberikan dan menumbuhkan semangat pembaca untuk turut serta berkarya dan
melahirkan gagasan ilmiah yang baik dan bermanfaat di masa depan.

Lumajang, Oktober 2021
Penyunting

iii

ISSN: 2443-1036 Jurnal GAMMA Vol. 07 No. 4 Oktober 2021

DAFTAR ISI

Halaman Sampul i

Susunan Dewan Redaksi ii

Editorial iii

Daftar Isi iv
1 – 16
Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa di Era New Normal Melalui Model 17 – 25
Picture and Picture di Kelas VIII 5 SMP Negeri 7 Kota Bukittinggi - Gusnita 27 – 37
(SMP Negeri 7 Bukittinggi – Sumatera Barat) 39 – 43

Meningkatkan Aktivitas Belajar Fisika Berbasis Mobile Learning Melalui 45 – 54
Portal Rumah Belajar di Kelas XI MIPA 1 SMAN 1 Padang Gelugur Tahun 55 – 61
Pelajaran 2018/2019 - Redhatul Hayati (SMAN 1 Padang Gelugur) 63 – 71

Meningkatkan Resiliensi Siswa Terisolir oleh Guru Bimbingan Konseling 73 – 88
Melalui Permainan Johari Window dalam Bimbingan Kelompok - Rini 87 – 96
Mujiarti (SMK Negeri Klakah)
97 – 103
Best Practice Pembelajaran Jarak Jauh Menggunakan Media Sempoa Kreatif
untuk Meningkatan Kompetensi Menemukan Gagasan Utama Kelas XI DPIB 105 – 116
B Tahun Pelajaran 2021/2022 - Chatarina Widowati (SMK Negeri 5
Surakarta)

Standart Mutu Pendidikan di Masa Covid 19 - Joko Sihwidi (Pengawas SMA
Wilayah VII Propinsi Lampung)

Penerapan Role Play Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Inggris di
Kelas X TITL SMK Negeri Klakah - Solikhin (SMKN Klakah – Lumajang)

Penerapan Model Pembelajaran “Pasar Konsep” untuk Membiasakan
Karakter Bersahabat/Komunikatif dan Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta
Didik Kelas XI MIA di SMAN 2 Kintap Tahun Pelajaran 2019/2020 -
Muhammad Syamsuri (SMA Negeri 2 Kintap – Tanah Laut – Kalimantan
Selatan)

Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Aplikasi Menggunakan Smart
Apps Creator (SAC) pada Materi Gerak Melingkar Kelas X SMA - Devi
Permata Sari (SMA Negeri 1 Sungai Rumbai, Dharmasraya, Sumatera Barat)

Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Memahami Keunggulan dan
Keterbatasan Antarruang dan Pelaku Ekonomi Melalui Model Pembelajran
Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievment Division) pada Siswa
Kelas VIII A SMPN 2 Nunukan Kabupaten Nunukan - Baharuddin (SMP
Negeri 2 Nunukan – Kabupaten Nunukan)

Penerapan Teori Belajar Dienes untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Pokok Bahasan Geometri Dimensi Tiga di Kelas X-7 SMA Negeri 1
Kisaran Tahun Pelajaran 2015/2016 - Nilawati Wardani (SMA Negeri 1
Kisaran)

Implementasi Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan
Pemahaman Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas X IPA 3 dalam Mata Pelajaran

iv

Jurnal GAMMA Vol. 07 No. 4 Oktober 2021 ISSN: 2443-1036

Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Rejang Lebong - Sri Astuti (SMA Negeri
1 Rejang Lebong)

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dengan Metode Pembelajaran Kooperatif 117 - 122
Tipe Jigsaw dengan Berbantuan Handout pada Siswa Kelas X Tata Boga di 123 – 126
SMKN 1 Bengkulu Selatan Pada Tahun Pelajaran 2019/2020 - Felmi Yuliasti
(SMK Negeri 1 Bengkulu Selatan)

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X OTKP SMK
Negeri 1 Bengkulu Selatan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make A Match Berbantuan Video Tahun Pelajaran 2019/2020 - A.
Ikhwanuddin (SMK Negeri 1 Bengkulu Selatan)

Pedoman Penulisan 127
Pedoman Transliterasi 128 – 129

Ucapan Terimakasih 130

Lampiran: SK ISSN Jurnal GAMMA 131

v

ISSN: 2443-1036 Jurnal GAMMA Vol. 07 No. 4 Oktober 2021

vi

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA DI ERA NEW NORMAL
MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DI KELAS VIII 5
SMP NEGERI 7 KOTA BUKITTINGGI

Gusnita
SMP Negeri 7 Bukittinggi – Sumatera Barat

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang Penerapan Model
Picture and Picture Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa di Era New Normal pada Kelas
VIII 5 SMP Negeri 7 Bukittinggi Tahun Pelajaran 2020/2021. Jenis penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap
yaitu perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas VIII 5 yang berjumlah 30 orang terdiri dari 15 orang laki-laki. 15 orang perempuan.
Teknik Pengumpulan Data menggunakan observasi, pengamatan dan tes. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis guna menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini dapat dilihat peningkatan rata-
rata ulangan harian siswa 60 % setelah dilaksanakan siklus I meningkat dengan rata-data nilai
sebesar 72 %. Sedangkan hasil rata-rata pelaksanaan siklus II meningkat secara signifikan menjadi
91%. Implikasi penelitian ini adalah penerapan Model Picture and Picture dapat meningkatkan
hasil belajar IPS siswa di era new normal di SMP Negeri 7 Bukittinggi.
Kata Kunci: Hasil Belajar, IPS, Picture And Picture

PENDAHULUAN
Pandemi covid 19 telah melanda seluruh dunia yang berakibat terjadinya perubahan tatanan

kehidupan di segala bidang salah satunya adalah dibidang pendidikan, biasanya para siswa belajar
di sekolah, masa pandemi siswa belajar di rumah saja. Pembelajaran jarak jauh atau dirumah
melalui daring juga menimbulkan kendala diantaranya : tidak semua daerah memiliki jaringan
internet yang baik. Karena geografi daerah yang berbeda-beda, ada daerah yang kuat internetnya,
ada yang lemah dan tidak ada sama sekali. Berdasarkan kendala di atas maka pembelajaran jarak
jauh di rubah menjadi pembelajaran tatap muka setelah dikeluarkan Surat Keputusan bersama
empat menteri yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan
dan Menteri Dalam Negeri tentang panduan penyelenggaraan pendidikan tahun 2020 dimasa
pandemi covid 19. Menurut Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan mengimbau kepada Satuan
Pendidikan untuk secara konsisten memberikan edukasi penerapan protokol kesehatan sebagai
upaya membangun disiplin pada satuan pendidikan.

Sebagai salah satu dasar hukum dari Surat Keputusan Bersama Empat Menteri dengan
mengacu kepada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Dengan berpedoman pada Undang-Undang di atas maka pembelajaran secara
daring berubah menjadi pembelajaran tatap muka di era new normal. Saat ini Indonesia memasuki
tatanan kehidupan baru atau new normal. Menurut Tribun News.com Masyarakat harus berdamai
dan hidup berdampingan dengan covid 19. Berdamping itu justru kita tidak menyerah tetapi
menyesuaikan diri (dengan bahaya covid 19). Kita lawan covid 19 dengan kedepannya dan
mewajibkan protokol kesehatan ketat. Dari hal diatas dapatlah kita simpulkan bahwa pembelajaran
di era new normal dapat dilaksanakan dengan memulai kebiasaan-kebisaan baru mematuhi prokes
dan aturan-aturan dari pemerintah setempat termasuk satgas covid 19.

-1-

ISSN 2443-1036

Selanjutnya Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Ilmu Pengtahuan Sosial

adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa fakta, konsepdangeneralisasi yang

berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs. mata pelajaran IPS dirancang untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial

masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis.

Menurut Ross (2006:18) tujuan pembelajaran IPS (Sosial study) adalah untuk mempersiapan

kemampuan peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan nilai agar siswa

mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial dan masyarakat.

Selanjutnya Supriyatna (2011:201) bahwa mata pelajaran IPS bertujan agar siswa memiliki

kemampuan sebagai berikut : 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya, 2) Memilki kemampuan dasar untuk berfikir logis kritis, rasa

ingin tahu ingkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan.

Agar tujuan mata pelajaran IPS dapat tercapai maka penulis merancang strategi

pembelajaran dalam mata pelajaran IPS yang dapat meningkatkan hasil belajar.

Dalam hal meningkatkan hasil belajar siswa peneliti mencoba, mengajak siswa agar belajar

aktif, kreatif tidak mendengar saja pembelajaran dari guru, tapi menemukan jawabannya sendiri,

maka peneliti mencoba mengembangkan strategi pembelajaran di sekolah.Untuk itu peneliti

mencoba menggunakan model picture and picture di sekolah.

Menurut Supriyono model pembelajaran picture and picture dipasangkan dan diurutkan menurut

urutan yang logis dan siswa bisa berpikir tingkat tinggi memaknai gambar-gambar dengan KI, KD

yang ditentukan.

Berdasarkan hasil ulangan harian I, terdapat dua permasalahan dalam pelaksanakan

pembelajaran IPS di SMP Negeri 7 Kota Bukittinggi kelas VIII 5, kurang dari 50 % siswa yang

belum mencapai KKM tampak kurang berminat, kurang aktif, dan cenderung tidak kreatif. Hal ini

dapat dilihat dari nilai awal atau hasil ulangan harian siswa pada tabel.

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian

No Nama Siswa Nilai Tuntas Tidak Kriteria
Tuntas

1 ABDUL HAMID 70 V K

2 ADITIA SAPUTRA 50 V K

3 AHMAD FURQAN 55 V K

4 ANNISA MANDA PUTRI 60 VK

5 ARYA PUTRA ARANDES 55 VK

6 DENARA 65 V K

7 ELSI YULITA RAHMAH 45 VK

8 FAUZI AZRIN 55 V K

9 GEA MAHARANI 76 V C

10 GEMPAR AUTOMAS 75 V C

11 GUNAWAN JHORDY 45 V K

12 KESYA PUTRI ANABEL 45 VK

13 KHALISTA ADELIA 80 V B

14 MAHARDIKA SATRIANI 50 VK

15 MELANI PUTRI AZIZAH 75 V C

16 MOH RAVIV FAJRI 55 V K

-2-

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

17 NOVIKA DELFA YANTI 65 VK

18 NURUL MAYARI 50 V K

19 ORI GUSTINA NALDYA PUTRI 28 VK

20 RAFIKA HUSNA 70 V K

21 RAFLI 75 V C

22 RAHMAT ZAKI 75 V C

23 RASYA SECHAN RAFLI 45 VK

24 RAYHAN NANDA WIRZA 50 VK

25 RESKI MULIA 55 V K

26 RESTI MELLYSA 80 V B

27 RIDHO FERNANDO 50 V K

28 ROSITA MAYANG SARI 65 VK

29 SYIFA TRI HANDANI 65 V K

30 TIARA ATTHAYA AULIA 80 V B

Jumlah 1809

Nilai terendah 28

Nilai tertinggi 80

Rata-rata kelas 60

Sumber: Buku Nilai Peneliti

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 siswa tidak ada yang mendapat nilai

sangat baik, 3 siswa atau 10% mendapat nilai baik sedangkan 5 orang siswa atau 16% mendapat

nilai cukup dan 22 orang siswa atau 73% mendapat nilai kurang. Untuk itu maka peneliti berusaha

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan mencoba memakai model picture and picture

untuk mencapai ketuntasan siswa diatas KKM (75). Berdasarkan latar belakang di atas peneliti

perlu melakukan penelitian dengan judul : Peningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa di Era New

Normal Melalui Model Picture and Picture di Kelas VIII 5 SMP Negeri 7 Kota Bukittinggi.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Penelitian

tindakan kelas yang digunakan adalah penelitian participan dimana peneliti terlibat langsung
dalam penulisan mulai dari awal sampai akhir penelitian. Penelitian tindakan kelas merupakan
pemecahan masalah yang bercirikan siklus dan refleksi yang dimulai dari : 1) Perencanaan, 2)
Pelaksanaan (action), 3) Pengumpulan data (observasing), 4) menganalisis data. Informasi untuk
memutuskan sejauh mana kekurangan tindakan tersebut reflekting PTK bercirikan perbaikan terus
menerus. Sehingga kepuasan peneliti sering menjadi tolak ukur siklus tersebut.

Penelitian ini dilakukan pada SMP Negeri 7 Kota Bukittinggi yang berlokasi Jl. Tuanku
Kurai Parit Antang Tigo Baleh Kota Bukittinggi. Dipilihnya sekolah ini untuk meneliti karena
peneliti adalah sebagai guru IPS di SMP tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian adalah siswa kelas VIII 5 SMP Negeri 7 Kota Bukittinggi Tahun Ajaran 2020/2021.
Dengan jumlah siswa 30 orang, 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021 yaitu dari bulan Januari sampai
dengan Juni 2021.

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar
digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa setelah selesai sub pokok bahasan

-3-

ISSN 2443-1036

dalam bentuk soal essay. Data yang diambil dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar siswa di
kelas VIII 5 SMP Negeri 7 Kota Bukittinggi tahun 2020 / 2021.

Persentase nilai siswa dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2010) yaitu :
P = F x 100%

N

Keterangan : P = Presentase

F = Jumlah nilai siswa

N = Nilai Maksimum (100)

Pengelompokkan nilai siswa dengan menggunakan BNSP (2007) sebagai berikut :

Nilai Kriteria
Sangat Baik
86 – 100 Baik
71 – 85 Cukup
56 – 70

<56 Kurang

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pertemuan I

Pelaksanaan siklus I meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan
tindakan siklus I merupakan implementasi dari perencanaan, yang juga diiringi dengan observasi
dan hasilnya menjadi bahan refleksi yang merupakan hasil dari siklus I. Hal ini diuraikan sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Pada siklus I, perencanaan meliputi :
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2) Menyiapkan media pembelajaran, LCD, Gambar
3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
4) Menyiapkan instrumen pengumpul data, yaitu :

• Lembar pengamatan aktivitas peserta didik
• Lembar pengamatan aktivitas guru
• Lembar tes hasil belajar
b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari Senin pada tanggal 15 Februari 2021
dengan waktu 2 x 20 menit yang berlangsung dalam dua shif. Pada shif 1 masuknya jam 08.00 –
08.50 dan shif 2 masuknya jam 11.00 – 11.40, yang membahas Tentang Latar Belakang
Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia.

Kegiatan pembelajaran diawal dengan berdoa, selanjutnya peneliti melakukan apersepsi
dengan menggunakan media OHP. Guru menampilkan peta penjelajahan samudra. Guru
menyampaikan kompetensi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

-4-

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, kemudian guru
mempersiapkan alat seperti gunting, lem, gambar yang berkaitan dengan materi. Guru memberi
arahan kepada siswa dengan memberi nomor urut di Papan Tulis. Siswa memasang gambar di
papan tulis dengan urutan nomor tersebut.

Guru mengadakan penekanan terhadap gambar-gambar yang sesuai dengan materi yang ada
pada Kompetensi Dasar.

Kemudian guru menutup pelajaran bersama siswa menyimpulkan pelajaran hari ini dan
memberikan tugas rumah serta membuat resume dari pelajaran hari ini.

Pada shif 1 pertemuan 1 dengan materi latar belakang kedatangan bangsa barat dapat
berjalan lancar. Namun masih ada siswa yang malu/tidak mau tampil ke depan untuk
menempelkan gambar ke depan yang berkaitan dengan materi. Selanjutnya peneliti memberikan
apersiasi atas siswa yang berani tampil ke depan dan bisa menjawab pertanyaan dalam penekanan
materi dari guru sebagai peneliti. Pada pertemuan 1 shif 2 juga dilaksanakan hal yang sama seperti
pada shif 1 pertemuan 1 siklus I. Pada pertemuan ini siswa masih bersemangat dalam
menempelkan gambar ke depan kelas.

-5-

ISSN 2443-1036
Pertemuan 2

Pada pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 Februari 2021. Yang
pelaksanaanya juga dua shif. Shif 1 masuknya jam 07.20 – 08.10 sedangkan Shif 2 jam 10.20 –
11.00. Kegiatan pembelajaran baik shif 1 dan shif 2 membahas tentang kedatangan bangsa barat
ke Indonesia. Langkah-langkah pembelajaran :
a. Perencanaan
Pada siklus I, perencanaan meliputi :
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2) Menyiapkan media pembelajaran, LCD, Gambar
3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
4) Menyiapkan instrumen pengumpul data, yaitu :

• Lembar pengamatan aktivitas peserta didik
• Lembar pengamatan aktivitas guru
• Lembar tes hasil belajar
b. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran diawal dengan berdoa, selanjutnya peneliti melakukan apersepsi
dengan menggunakan media OHP. Guru menyampaikan kompetensi tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.

Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, kemudian guru
mempersiapkan alat seperti gunting, lem, gambar yang berkaitan dengan materi. Guru memberi
arahan kepada siswa dengan memberi nomor urut di Papan Tulis. Siswa memasang gambar di
papan tulis dengan urutan nomor tersebut.
Selanjutnya guru memanggil siswa secara bergantian untuk memasang dan mengurutkan gambar
ke papan tulis secara logis.

Kemudian guru mulai menanamkan konsep-konsep materi sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai.

-6-

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

Kemudian guru menutup pelajaran sekaligus menyimpulkan pelajaran bersama siswa dan

memberikan tugas rumah serta membuat resume dari pelajaran hari ini.

Dan guru menyampaikan akan diadakan ulangan harian pada pertemuan berikutnya.

Selanjutnya guru juga melakukan hal sama pada shif 2 pertemuan 2 pada siklus I.

c. Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan penggunaan model

picture and picture pada pembelajaran Perubahan Masyarakat Pada Masa Penjajahan dan

Tumbuhnya Semangat Kebangsaan.

Pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan oleh guru mata pelajaran (peneliti).

sedangkan pengamatan dilaksanakan oleh teman sejawat sebagai observer.

Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan dengan lembar pengamatan oleh observer.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa persentase keaktifan siswa kualifikasi kurang.

Untuk itu aktivitas siswa perlu ditingkatkan pada pertemuan berikutnya.
“Hasil Belajar Siswa dalam Perubahan Masyarakat Pada Masa Penjajahan dan Tumbuhnya

Semangat Kebangsaan dengan dengan menggunakan pembelajaran model picture and picture

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Hasil Ulangan Harian Siklus 1

No Nama Siswa UH Kriteria

1 ABDUL HAMID 86 SB

2 ADITIA SAPUTRA 75 B

3 AHMAD FURQAN 75 B

4 ANNISA MANDA PUTRI 60 C

5 ARYA PUTRA ARANDES 60 C

6 DENARA 75 B

7 ELSI YULITA RAHMAH 60 C

8 FAUZI AZRIN 75 B

9 GEA MAHARANI 75 B

10 GEMPAR AUTOMAS 75 B

11 GUNAWAN JHORDY 69 C

12 KESYA PUTRI ANABEL 75 B

13 KHALISTA ADELIA 60 C

14 MAHARDIKA SATRIANI 75 B

15 MELANI PUTRI AZIZAH 75 B

16 MOH RAVIV FAJRI 75 B

17 NOVIKA DELFA YANTI 75 B

18 NURUL MAYARI 76 B

-7-

ISSN 2443-1036

19 ORI GUSTINA NALDYA PUTRI 90 SB

20 RAFIKA HUSNA 75 B

21 RAFLI 60 C

22 RAHMAT ZAKI 60 C

23 RASYA SECHAN RAFLI 60 C

24 RAYHAN NANDA WIRZA 75 B

25 RESKI MULIA 75 B

26 RESTI MELLYSA 75 B

27 RIDHO FERNANDO 60 C

28 ROSITA MAYANG SARI 80 B

29 SYIFA TRI HANDANI 70 C

30 TIARA ATTHAYA AULIA 90 SB

Jumlah 2166

Nilai terendah 60

Nilai tertinggi 90

Rata-rata kelas 72 B

Sumber : Data yang diolah

Dari tabel di atas dapat di lihat keberhasilan siswa lebih banyak jika di bandingkan dengan

nilai awal (ulangan harian siswa) karena dari 30 orang siswa 3 orang siswa atau 10% mendapat

nilai sangat baik, 17 orang siswa atau 56,66% mendapat nilai baik, 10 orang siswa atau 33,33 %

mendapat nilai cukup dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai kurang sehingga diperoleh nilai

rata-rata 72%.

d. Refleksi

Dari hasil pengamatan pada tindakan pembelajaran Perubahan Masyarakat Pada Masa

Penjajahan dan Tumbuhnya Semangat Kebangsaan dengan pembelajaran model picture and

picture pada siklus I pertemuan pertama dan kedua terjadi peningkatan hasil belajar siswa jika

dibanding dengan nilai awal.

Setelah dilakukan diskusi dan kolaborasi dengan observer maka diketahui kekurangan hasil

belajar pada siklus I dapat dilihat pada hasil belajar di siklus I pertemuan pertama dan kedua baru

mencapai nilai rata-rata 72% dengan persentase ketuntasan yang diharapkan 75%.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas VIII 5 SMP Negeri 7 Kota Bukittinggi perlu

dilakukan tindakan pada siklus II pertemuan 1 dan 2 agar lebih meningkatkan hasil belajar siswa

dalam materi pembelajaran IPS.

Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pertemuan I

Pelaksanaan siklus II meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan

tindakan siklus II merupakan implementasi dari perencanaan, yang juga diiringi dengan observasi

dan hasilnya menjadi bahan refleksi yang merupakan hasil dari siklus I. Hal ini diuraikan sebagai

berikut :

a. Perencanaan

Pada siklus II, perencanaan meliputi :

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

2) Menyiapkan media pembelajaran, LCD, Gambar

3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

4) Menyiapkan instrumen pengumpul data, yaitu :

-8-

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021
• Lembar pengamatan aktivitas peserta didik
• Lembar pengamatan aktivitas guru
• Lembar tes hasil belajar
b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu pada tanggal 27 Februari 2021
dengan waktu 2 x 20 menit yang berlangsung dalam dua shif. Pada shif 1 masuknya jam 07.20 –
08.10 dan shif 2 masuknya jam 10.20 – 11.00, yang membahas Tentang Kondisi Masyarakat
Indonesia Pada Masa Penjajahan.

Kegiatan pembelajaran diawal dengan berdoa, selanjutnya peneliti melakukan apersepsi
dengan menggunakan media OHP. Guru menampilkan peta penjelajahan samudra. Guru
menyampaikan kompetensi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, kemudian guru
mempersiapkan alat seperti gunting, lem, gambar yang berkaitan dengan materi. Guru memberi
arahan kepada siswa dengan memberi nomor urut di Papan Tulis. Siswa memasang gambar di
papan tulis dengan urutan nomor tersebut.

Guru mengadakan penekanan terhadap gambar-gambar yang sesuai dengan materi yang ada
pada Kompetensi Dasar.

Kemudian guru menutup pelajaran bersama siswa menyimpulkan pelajaran hari ini dan
memberikan tugas rumah serta membuat resume dari pelajaran hari ini.

Pada shif 1 pertemuan 1 (Siklus II) dengan materi Kondisi Masyarakat Indonesia Pada Masa
Penjajahan berjalan lancar. Para siswa mulai berani tampil ke depan kelas untuk menempelkan

-9-

ISSN 2443-1036

gambar yang berkaitan dengan materi. Selanjutnya peneliti memberikan apersiasi atas siswa yang
berani tampil ke depan dan bisa menjawab pertanyaan dalam penekanan materi dari guru sebagai
peneliti.

Pada pertemuan 1 shif 2 juga dilaksanakan hal yang sama seperti pada shif 1 pertemuan 1
siklus II. Pada pertemuan ini siswa masih bersemangat dalam menempelkan gambar ke depan
kelas.
Pertemuan 2

Pada pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari senin tanggal 01 Maret 2021. Yang
pelaksanaanya juga dua shif. Shif 1 masuknya jam 07.20 – 08.10 sedangkan Shif 2 jam 10.20 –
11.00. Kegiatan pembelajaran baik shif 1 dan shif 2 membahas tentang Kondisi Masyarakat
Indonesia Pada Masa Penjajahan.
Langkah-langkah pembelajaran :
a. Perencanaan
Pada siklus II, perencanaan meliputi :
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2) Menyiapkan media pembelajaran, LCD, Gambar
3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
4) Menyiapkan instrumen pengumpul data, yaitu :

• Lembar pengamatan aktivitas peserta didik
• Lembar pengamatan aktivitas guru
• Lembar tes hasil belajar
b. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran diawal dengan berdoa, selanjutnya peneliti melakukan apersepsi
dengan menggunakan media OHP. Guru menyampaikan kompetensi tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.

Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, kemudian guru
mempersiapkan alat seperti gunting, lem, gambar yang berkaitan dengan materi. Guru memberi
arahan kepada siswa dengan memberi nomor urut di Papan Tulis. Siswa memasang gambar di
papan tulis dengan urutan nomor tersebut.

Selanjutnya guru memanggil siswa secara bergantian untuk memasang dan mengurutkan
gambar ke papan tulis secara logis.

- 10 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

Kemudian guru mulai menanamkan konsep-konsep materi sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai.

Kemudian guru menutup pelajaran sekaligus menyimpulkan pelajaran bersama siswa dan

memberikan tugas rumah serta membuat resume dari pelajaran hari ini.

Dan guru menyampaikan akan diadakan ulangan harian pada pertemuan berikutnya.

Selanjutnya guru juga melakukan hal sama pada shif 2 pertemuan 2 pada siklus II

c. Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan penggunaan model

picture and picture pada pembelajaran Kondisi Masyarakat Indonesia Pada Masa Penjajahan.

Pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan oleh guru mata pelajaran (peneliti). sedangkan

pengamatan dilaksanakan oleh teman sejawat sebagai observer.

Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan dengan lembar pengamatan oleh observer.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa persentase keaktifan siswa kualifikasi kurang.

Untuk itu aktivitas siswa perlu ditingkatkan pada pertemuan berikutnya.
“Hasil Belajar Siswa dalam Kondisi Masyarakat Indonesia Pada Masa Penjajahan dengan

menggunakan pembelajaran model picture and picture dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Hasil Ulangan Harian Siklus 2

No Nama Siswa UH Kriteria

1 ABDUL HAMID 95 SB

2 ADITIA SAPUTRA 85 B

3 AHMAD FURQAN 95 SB

4 ANNISA MANDA PUTRI 85 B

5 ARYA PUTRA ARANDES 85 B

6 DENARA 85 B

7 ELSI YULITA RAHMAH 100 SB

8 FAUZI AZRIN 85 B

9 GEA MAHARANI 95 SB

10 GEMPAR AUTOMAS 85 B

11 GUNAWAN JHORDY 90 SB

- 11 -

ISSN 2443-1036

12 KESYA PUTRI ANABEL 96 SB

13 KHALISTA ADELIA 85 B

14 MAHARDIKA SATRIANI 85 B

15 MELANI PUTRI AZIZAH 100 SB

16 MOH RAVIV FAJRI 95 SB

17 NOVIKA DELFA YANTI 90 SB

18 NURUL MAYARI 100 SB

19 ORI GUSTINA NALDYA PUTRI 95 SB

20 RAFIKA HUSNA 90 SB

21 RAFLI 90 SB

22 RAHMAT ZAKI 95 SB

23 RASYA SECHAN RAFLI 85 B

24 RAYHAN NANDA WIRZA 95 SB

25 RESKI MULIA 85 B

26 RESTI MELLYSA 95 SB

27 RIDHO FERNANDO 85 B

28 ROSITA MAYANG SARI 84 B

29 SYIFA TRI HANDANI 95 SB

30 TIARA ATTHAYA AULIA 100 SB

Jumlah 2730

Nilai terendah 80

Nilai tertinggi 100

Rata-rata kelas 91 SB

Sumber : Data yang diolah

Dari tabel di atas dapat di lihat keberhasilan siswa lebih banyak jika di bandingkan dengan

nilai Siklus I (ulangan harian siswa) karena dari 30 orang siswa 18 orang siswa atau 60% mendapat

nilai sangat baik, 12 orang siswa atau 40% mendapat nilai baik, tidak ada lagi siswa yang

mendapatkan nilai cukup dan kurang sehingga diperoleh nilai rata-rata kelas 91%.

d. Refleksi

Dari hasil pengamatan pada tindakan pembelajaran Kondisi Masyarakat Indonesia Pada

Masa Penjajahan dengan pembelajaran model picture and picture pada siklus II pertemuan

pertama dan kedua terjadi peningkatan hasil belajar siswa jika dibanding dengan nilai siklus I .

Setelah dilakukan diskusi dan kolaborasi dengan observer maka diketahui sudah mencapai

keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan maka penulis menghentikan penelitian tindakan kelas

hanya sampai pada siklus II.

Pembahasan

Siklus 1

Dengan memakai pembelajaran Model Picture and picture yang pelaksanaannya dalam

bentuk pemasangan gambar-gambar serta diurutkan dengan urutan yang logis secara perorangan

ke papan tulis. Siswa akan termotivasi dalam proses pembelajaran ini. Siswa dapat melihat

langsung gambar-gambar yang akan dideskripsikan sehingga siswa memperoleh kemudahan

dalam menyimpulkan materi pelajaran. Menurut Istarani, langkah-langkah model picture and

picture adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dipakai

- 12 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar
c. Guru memperlihatkan/menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
d. Guru menunjukan/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan

gambar menjadi urutan yang logis
e. Guru menyampaikan alasan pemikiran gambar alasan tersebut.
f. Dari urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan

kompetensi yang akan dicapai
g. Dalam proses pembacaan gambar ini guru harus memberikan pemahaman, penekanan.
h. Kesimpulan / rangkuman

Selama pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, observer melakukan pengamatan
terhadap aktifitas guru dan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan aktifitas guru pada pertemuan 1
shif 1 dan 2 guru berkualifikasi cukup dan meningkat pada pertemuan 2 shif 1 dan 2 dengan baik.
Pada pertemuan 2 masih ada siswa yang keberatan untuk tampilkan ke depan dalam pemasangan
dan pengurutan gambar.

Jika dilihat pada aktivitas siswa pada siklus 1 banyak siswa yang ragu-ragu keberatan
disuruh tampil ke depan menjawab pertanyaan dari guru, sehingga siswa banyak yang mendapat
nilai cukup. Sementara pada siklus 2 siswa sudah nampak kreatif tampil ke depan dan
bersemangat.

Dalam menyimpulkan materi siswa banyak yang menunjuk, untuk ikut menyimpulkan
materi bersama guru. Pada ulangan harian siswa mulai konsentrasi mengerjakannya tidak ada lagi
yang meribut.

Berdasarkan ulangan harian pada pertemuan satu dan dua di siklus I nampak hasil belajar
siswa sudah meningkat daripada nilai awal ulangan harian siswa yang rata-rata dibawah 60%.
Namun keberhasilan ini belum menggambarkan secara klasikal nilai yang diperoleh siswa belum
memuaskan. Untuk itu penulis mencoba melanjutkan penelitian tindakan kelas pada siklus II.
Siklus 2

Berdasarkan hasil tes dan pengamatan yang dilakukan oleh observer dapat dilihat aktivitas
guru dan siswa sudah mengalami peningkatan jika dibanding dari hasil dan aktifitas siswa pada
siklus 1. Dilihat dari aktivitas guru pelaksanaan pembelajaran sudah mulai mencapai kualifikasi
sangat baik, baik guru dan siswa juga aktifitas telah mengalami peningkatan, hal itu dapat dilihat
dari hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan hasil yang sangat baik.

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus I maupun siklus II pada pembelajaran
model picture and picture yang pelaksanaanya 4 kali pertemuan mengalami peningkatan yang
sangat baik. Dari data persiklus yang terlihat sebelumnya menggambarkan bahwa penerapan
pembelajaran model picture and picture dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII 5 SMP
Negeri 7 Kota Bukittinggi berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

- 13 -

ISSN 2443-1036
Diagram 1 Perbandingan Nilai Awal, Nilai Siklus 1, dan Nilai Siklus 2

Pada data awal dari 30 siswa tidak ada yang mendapat nilai sangat baik, pada siklus 1
terdapat 3 orang siswa atau 10%, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 18 orang siswa atau
60%. Pada data awal siswa yang mendapat nilai baik 3 orang siswa atau 10%, sedangkan pada
siklus 1 terdapat 17 orang siswa atau 56,66%., dan pada siklus 2 terdapat 12 orang siswa atau 40%.
Siswa yang mendapat nilai cukup pada data awal 5 orang siswa atau 16%, pada siklus 1 terdapat
10 orang siswa atau 33,33 % dan pada siklus 2 tidak ada siswa yang mendapatkan nilai cukup.
Siswa yang mendapat nilai kurang pada data awal 22 orang siswa atau 56,6%, pada siklus 1 ada
8 orang siswa (26,66%) dan di siklus 2 tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai kurang.

Diagram 2 Perbandingan Rata-rata Nilai Awal, Nilai Siklus 1, dan Nilai Siklus 2

Berdasarkan penjelasan data di atas dapat dilihat bahwa dengan pembelajaran model picture
and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari data awal dapat dilihat nilai rata-rata
siswa dari 60%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus 1 rata-rata mengalami peningkatan 72%
dan pada siklus 2 meningkat lagi menjadi 91%.

Jadi berdasarkan data awal, data siklus 1 dan siklus 2, hasil belajar siswa meningkat setelah
dilaksanakan pembelajaran model picture and picture pada siswa kelas VIII 5 SMP Negeri 7 Kota
Bukittinggi dalam pembelajaran IPS.
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data, hasil penelitian, dan pembahasan tentang upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar IPS siswa di era new normal dengan menggunakan pembelajaran
model picture and picture dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan model picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa

di era new normal pada kelas VIII 5 SMP Negeri 7 Kota Bukittinggi tahun 2020/2021.
- 14 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

2. Pembelajaran model picture and picture berpusat pada guru dan siswa. Siswa menjadi lebih
mandiri, kreatif, dan mampu membangun diri sendiri dan pengetahuan dalam mencari
penyelesaian dari suatu materi yang harus dipahami dan dikuasai oleh siswa melalui gambar-
gambar yang relevan dengan materi yang dibahas.

3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Perubahan Masyarakat Pada Masa Penjajahan dan
Tumbuhnya Semangat Kebangsaan dengan penerapan sub materi kedatangan bangsa barat dan
kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan pendekatan model picture and picture di
kelas VIII 5 SMP Negeri 7 Kota Bukittinggi meningkat Rata-rata hasil belajar pada data awal
60%, meningkat pada siklus 1 menjadi 72% dan pada siklus 2 diperoleh rata-rata hasil belajar
91%.
Dari penelitian yang peneliti lakukan dapat disarankan :

1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa disarankan guru menerapkan pembelajaran model
picture and picture

2. Disarankan kepada guru-guru agar menggunakan model picture and picture karena dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dan
menyenangkan

3. Kepada peneliti lain yang tertarik untuk menggunakan model picture and picture sebaiknya
mencoba untuk materi yang berbeda, karena terbukti model picture and picture dapat
meningkatkan hasil belajar IPS siswa di era new normal pada kelas VIII 5 SMP Negeri 7
Bukittinggi.

DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia.
Arikunto, Suharismi, 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.
Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Pustaka Setiap.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Refika

Aditama.
Istarani. 2012. Pembelajaran Inovatif, Medan : Media Pustaka.
Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana.2010. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar Bandung : Sinar

Baru Algevindo.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung : Alfabeta.
Supriyatna, Mamat. 2011. Bimbingan dan konseling berbaris Kompetensi (Orientasi Dasar

Pengembangan Profesi Konselor). Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Supriyono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta, Pustaka

Pelajaran.

- 15 -

ISSN 2443-1036
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
http://lib.unnes.ac.id/33910/3101415004maria.pdf. diakses pada tanggal 15 Juni 2021 pukul

08.00 Wib
http://eprints.uny.ac.id/8780/3/BAB%202%20-%2008416241014.pdf diakses pada tanggal 15

Juni 2021 pukul 08:20 wib.

- 16 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA BERBASIS MOBILE LEARNING
MELALUI PORTAL RUMAH BELAJAR DI KELAS XI MIPA 1 SMAN 1 PADANG
GELUGUR TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Redhatul Hayati
SMAN 1 Padang Gelugur

Abstrak. Penerapan pembelajaran fisika berbasis mobile learning melalui portal Rumah belajar
diperkirakan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik. Dengan alasan ini peneliti tertarik untuk
menerapkan portal rumah belajar pada mata pelajaran Fisika. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyelidiki Ativitas belajar positif dan aktivitas negatif peserta didik XI MIPA 1 dalam
pembelajaran Fisika melalui penerapan portal rumah belajar. Penelitian yang dilaksanakan
menggunakan model siklus. Model siklus ini terdiri dari empat bagian yaitu: rencana, tindakan,
pengamatan atau observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua siklus yaitu siklus
pertama dan kedua. Masing-masing siklus diselidiki dua aspek yaitu persentase aktivitas positif
dan aktivitas negatif siklus I dan II. Pada siklus pertama dilaksanakan 2 kali pengamatan aktivitas
peserta didik, Pengamatan aktivitas peserta didik dilakukan saat proses belajar yaitu selama 4 x 45
menit. Alokasi waktu untuk siklus pertama adalah 3 Minggu. Evaluasi dan perenungan terhadap
siklus pertama dilakukan dalam waktu kurang lebih 1 minggu. Pada siklus kedua juga dilakukan
2 kali pengamatan aspek aktivitas yang sama dengan siklus pertama. Evaluasi dan perenungan
terhadap hasil siklus kedua ini dilaksanakan dalam waktu satu minggu. Penerapan pembelajaran
berbasis mobile learning melalui portal Rumah Belajar sudah mampu membangkitkan aktivitas
belajar peserta didik mengerjakan tugas baca, membuat pertanyaan dari bacaan, membuat
kesimpulan dari bacaan, mengajukan pertanyaan, aktif dalam kelompok kecil,dan mengikuti tes
akhir online sudah tergolong banyak sekali sedangkan menjawab pertanyaan teman, menjawab
pertanyaan guru, memberikan penjelasan atau komentar dan memperkuat penjelasan teman, masih
tergolong sedikit namun sudah mengalami peningkatan. Aktivitas negatif peserta didik yang ada
hanya aspek aktivitas keluar kelas dengan persentase 2, 78%, sementara itu aspek mengantuk dan
meribut sudah tidak ditemukan lagi.
Kata Kunci: Mobile Learning, Rumah Belajar

PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 3 disebutkan : Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, keratif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung Jawab.

Tantangan yang tampak jelas saat ini adalah revolusi industri 4,0 yaitu adanya digitalisasi
system. Revolusi Industri 4,0 melalui penggunaan cyber- fisik menimbulkan inovasi dan kemajuan
di segala aspek. Munculnya kecerdasan buatan seperti robotika, halaman internet, kendaraan robot,
bioteknologi, nanoteknologi, percetakan 3-D, ilmu material, komputasi quantum dan penyimpanan
energy. Era digital mempunyai banyak ancaman apabila tidak diwaspadai terlebih dahulu. Secara
global, era ini dapat menghilangkan jutaan jenis pekerjaan karena adanya peran pengganti manusia
dengan mesin otomatis. Namun masih ada aspek yang tidak dimiliki oleh mesin dan hanya
dimiliki oleh manusia yaitu karakter. Sehingga manusia yang berkarakter tidak akan pernah
tergantikan.

Pembelajaran adalah wahana yang dirancang dan dilaksanakan oleh pendidik secara sadar
untuk mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran terwujud dalam interaksi kegiatan belajar

- 17 -

ISSN 2443-1036

mengajar yang dinamis dan diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu perubahan perilaku dan
pribadi peserta didik yang optimal. Perubahan yang terjadi pada peserta didik itu ditampilkan
dalam karakter, sebagai perilaku yang dilandasi nilai-nilai kehidupan yang sangat luhur untuk
mengembangkan generasi emas 2045 disertai kemampuan dalam aspek kompetensi abad 21 dan
lirerasi dasar

Keterampilan Abad 21 yang dibutuhkan setiap peserta didik mencakup 1) Kualitas karakter
(Religiositas, Nasionalisme, Kemadirian, Gotong Royong dan Integritas), 2) Literasi Dasar (
bahasa, numerasi, sains, digital TIK, Finansial, budaya dan kewargaan), 3) Kompetensi (Berfikir
Kritis, Kreativitas, Komunikasi dan Kolaborasi) .

Peserta didik saat ini adalah generasi digital native yang sudah menggunakan teknologi
sebagai bagian dari kehidupan kesehariannya. Oleh sebab itu pendidik harus dapat memanfaatkan
teknologi seperti penggunaan android dan internet dalam proses pembelajaran. Penggunaan
teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar peserta didik karena proses kegiatan
pembelajaran yang menoton dan berpusat pada pendidik. Bukan hanya meningkatkan minat
belajar saja. Melalui penggunaan android dan internet juga akan meningkatkan karakter
kemandirian peserta didik, mereka akan dituntut untuk lebih kreatif dan kritis.

Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (PUSTEKKOM)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sudah memiliki portal pembelajaran yang dapat
digunakan oleh semua kalangan dengan gratis. Salah satu portal tersebut adalah Portal Rumah
Belajar. Melalui fitur-fitur yang ada pada portal rumah belajar tentu saja dapat digunakan oleh
pendidik sebagai media Pembelajaran.

Pada pembelajaran fisika, pelaksanaan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik dan kemadirian serta keaktifan peserta didik sangat penting. Keaktifan dalam belajar fisika
terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik (hands-on) dan aktif berpikir (minds-on).
Keaktifan peserta didik untuk bertindak secara fisik akan meningkatkan keaktifan peserta didik
dalam berpikir sehingga peserta didik mampu memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
juga dikenal dengan istilah higher order thinking skill (HOTS).

HOTS adalah keterampilan berfikir yang lebih tinggi dari pada sekedar menyampaikan
kembali sesuatu kepada seseorang persis seperti sesuatu tersebut disampaikan kepada kita. HOTS
merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta
pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan
keputusan dan memecahkan masalah pada situasi baru. Kaitannya dengan pembelajaran fisika
sebagai suatu proses, keterampilan berpikir tingkat tinggi berarti mampu menyelesaikan berbagai
permasalahan yang diberikan dalam pembelajaran fisika.

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis

dan Mc. Taggart. Model siklus ini terdiri dari empat bagian yaitu: rencana, tindakan, pengamatan
atau observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua siklus yaitu siklus pertama dan
kedua. Masing-masing siklus diselidiki dua aspek yaitu persentase aktivitas positif dan aktivitas
negatif siklus I dan II.

Pada siklus pertama dilaksanakan 2 kali pengamatan aktivitas peserta didik, Pengamatan
aktivitas peserta didik dilakukan saat proses belajar yaitu selama 4 x 45 menit. Alokasi waktu
untuk siklus pertama adalah 3 Minggu. Evaluasi dan perenungan terhadap siklus pertama
dilakukan dalam waktu kurang lebih 1 minggu. Pada siklus kedua juga dilakukan 2 kali

- 18 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

pengamatan aspek aktivitas yang sama dengan siklus pertama. Evaluasi dan perenungan terhadap

hasil siklus kedua ini dilaksanakan dalam waktu satu minggu.

Subjek utama adalah sumber utama dalam penelitian, yaitu yang memberikan data mengenai

variable-variabel yang diteliti. Sebagai Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA 1

SMAN 1 Padang Gelugur.

Agar tujuan dalam penelitian ini tercapai maka digunakan instrument pengumpul data yaitu

lembaran observasi, kuis dan tes akhir. Lembaran observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas

peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil tes akhir digunakan untuk

mengetahui penguasaan materi peserta didik yang diberikan setiap akhir siklus I dan siklus II.

Pada penbelitian ini digunakan tiga macam teknik analisis data yaitu statistic deskriptif,

teknik persentase dan teknik grafik. Teknik statistic deskriptif merupakan bidang ilmu statistic

yang merupakan cara-cara pengumpulan, penyusunan dan penyajian data suatu penelitian.

Kegiatan-kegiatan yang termasuk pada kategori ini antara lain : kegiatan pengumpulan data,

pengelompokan data, penentuan nilai dan funsi statistic, pembuatan grafik, diagram dan gambar.

Tujuan utama dari operasi statistic deskriptif adalah memudahkan orang membaca dan memahami

maksudnya. Statistik ini dapat juga digunakan untuk menentukan nilai rata-rata, median, ,odus,

stansar deviasi, variansi, dan sebagainya dari suatu ujian.

Teknik persentase digunakan untuk menganalisis data aktivitas peserta didik dalam proses

belajar mengajar. Persentase dengan cara membandingkan aktivitas yang muncul terhadap

keseluruhan dikalikan 100%. Untuk mengetahui persentase aktivitas peserta didik digunakan

rumus berikut ini :

= 100%


Disini NA dan NT masing – masing menyatakan jumlah peserta didik yang aktif terhadap

suatu indikator dan jumlah total peserta didik. Persentase aktivitas rata-rata satu siklus didapat

dengan menjumlahkan persentase aktivitas setiap pengamatan dalam satu siklus dibagi jumlah

pengamatan pada siklus tersebut

̅̅ ̅ = ∑ =1


Menurut Dimyati dan Mujiono (1992) kriteria keaktifan dapat dikelompokan empat range

berikut ini:

1. 1% - 25% tergolong sedikit sekali

2. 26% - 50% tergolong sedikit

3. 51% - 75% tergolong banyak

4. 75% - 99 % tergolong banyak sekali

Analisis grafik secara umum digunakan untuk melihat hubungan dua variable atau lebih.

Tujuan utama grafik adalah untuk memberikan kesan visual dari hasil. Pada penelitian ini analisis

grafik digunakan untuk melihat gambaran persentase aktivitas untuk setiap macam aktivitas dalam

pengamatan. Gambaran aktivitas ini dilukiskan dalam bentuk batang.

Dalam analisis data ini mengunakan software microsoft excel. Microsoft excel digunakan

untuk menghitung persentase aktivitas peserta didik, membuat grafik batang yang melukiskan

persentase aktivitas peserta didik.

- 19 -

ISSN 2443-1036

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan, secara umum hasil penelitian pada
siklus I terdiri dari dua bagian. Hasil penelitian tersebut meliputi aktivitas positif peserta didik,
dan aktivitas negatif peserta didik dalam pembelajaran.
1. Persentase Aktivitas positif pada siklus I

Pengamatan terhadap aktivitas positif peserta didik dilakukan selama proses belajar
mengajar. Aspek aktivitas positif peserta didik yang diamati meliputi : 1) Mengerjakan tugas baca,
2) Membuat pertanyaan dari bacaan, 3) Membuat kesimpulan dari bacaan, 4) Mengajukan
pertanyaan, 5) Menjawab pertanyaan teman, 6) Menjawab pertanyaan guru, 7) Memberikan
penjelasan atau komentar, 8) Memperkuat penjelasan teman, 9) Aktif dalam kelompok kecil, dan
10) Mengikuti tes akhir online. Persentase aktivitas pada setiap pengamatan dan setiap aktivitas
dapat dilihat pada Gambar 2.

100 P1 (%)
80 P2 (%)
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 2. Persentase aktivitas positif peserta didik pada siklus I
Lambang P1 dan P2 , masing = masing menunjukkan aktivitas belajar peserta didik pada
pertemuan pertama dan kedua. Angka 1 sampai 10 pada sumbu horizontal merupakan komponen
atau aspek aktivitas yang diamati pada siklus I. Persentase aktivitas untuk setiap pertemuan
ditentukan persentase aktivitas rata-rata. Gambaran persentase aktivitas rata-rata sebagai berikut :
1) Mengerjakan tugas baca 85 %, 2) Membuat pertanyaan dari bacaan 72 %, 3) Membuat
kesimpulan dari bacaan 83 %, 4) Mengajukan pertanyaan 38 %, 5) Menjawab pertanyaan teman
28 %, 6) Menjawab pertanyaan guru 14 %, 7) Memberikan penjelasan atau komentar 17 %, 8)
Memperkuat penjelasan teman 35 %, 9) Aktif dalam kelompok kecil 74 %, dan 10) Mengikuti tes
akhir online 74 %.
Dari sepuluh aspek yang diamati ternyata ada lima aspek pengamatan yang berada diatas
50%, yaitu mengerjakan tugas baca, membuat pertanyaan dari bacaan, membuat kesimpulan dari
bacaan, aktif dalam kelompok kecil dan mengikuti tes akhir. Hal ini menunjukkan peserta didik
mengikuti pembelajaran dengan baik.
2. Persentase Aktivitas negatif pada siklus I
Aspek aktivitas negatif siswa yang diamati meliputi : 1) Keluar kelas, 2) Mengantuk dan 3)
Meribut. Persentase aktivitas pada setiap pengamatan dan setiap aktivitas dapat diperhatikan pada
gambar 3.

- 20 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

6.00 P1 (%)
P2 (%)
4.00

2.00

0.00
123

Gambar 3. Persentase aktivitas negatif peserta didik pada siklus I
Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa : 1) Persentase rata-rata peserta didik yang
keluar kelas, 2) Mengantuk dan 3 ) Meribut . Dari ketiga aktivitas negatif, persentase semuanya
tergolong sedikit sekali bahkan ada yang tidak ada sama sekali. Hal ini berarti peserta didik dapat
mengikuti permelajaran dengan baik.
3. Pembahasan hasil penelitian siklus I
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap aktivitas positif dan aktivitas negatif
pada siklus I masih ditemukan beberapa kelemahan. Ada lima aspek yang hasilnya memuaskan
yaitu mengerjakan tugas baca, membuat pertanyaan dari bacaan, membuat kesimpulan dari
bacaan, aktif dalam kelompok kecil dan mengikuti tes akhir, disisi lain masih ada aspek aktivitas
positif yang sedikit yaitu mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan teman, menjawab
pertanyaan guru, memberikan penjelasan atau komentar, dan memperkuat penjelasan teman.
Penyebab sedikitnya aktivitas tersebut yaitu : kemauan dan ketrampilan bertanya masih rendah,
peserta didik belum terbiasa berdiskusi sehingga gugup dalam bertanya maupun menjawab
pertanyaan.
Untuk meningkatkan persentase aktivitas peserta didik maka perlu dilakukan beberapa revisi
terhadap tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Beberapa revisi yang akan diterapkan pada
siklus II adalah :
• Guru memberikan motivasi dengan cara memberikan bonus bagi peserta didik yang mau
bertanya, menjawab pertantaan, membgemukakan pendapat atau komentar.
• Guru langsung menunjuk nama peserta didik yang akan memberikan pertanyaan atau untuk
menjawab pertanyaan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II
Hasil penelitian pada siklus II terdiri dari dua bagian yaitu persentase adtivitas positif dan
persentase aktivitas negatif.
1. Persentase aktivitas positif pada siklus II
Setelah dilakukan revisi terhadap beberapa tindakan pada siklus I, selanjutnya diterapkan
pada proses pembelajaran pada siklus II. Pengamatan yang dilakukan sama dengan aktivitas
peserta didik pada siklus I. Persentase aktivitas peserta didik pada siklus II dapat diperhatikan pada
Gambar 4.

- 21 -

ISSN 2443-1036

100 P1 (%)
80 P2 (%)
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 4. Persentase aktivitas positif peserta didik siklus II
Berdasarkan Gambar 4, dapat dijelaskan bahwa : 1) Mengerjakan tugas baca 96 %, 2)
Membuat pertanyaan dari bacaan 76 %, 3) Membuat kesimpulan dari bacaan 83 %, 4) Mengajukan
pertanyaan 64 %, 5) Menjawab pertanyaan teman 33 %, 6) Menjawab pertanyaan guru 18 %, 7)
Memberikan penjelasan atau komentar 40 %, 8) Memperkuat penjelasan teman 44 %, 9) Aktif
dalam kelompok kecil 76 %, dan 10) Mengikuti tes akhir online 74 %.
Dari sepuluh aspek aktivitas positif, enam aspek aktivitas telah memiliki pesentase yang
tergolong banyak dan banyak sekali. Aspek-aspek tersebut adalah : Mengerjakan tugas baca,
membuat pertanyaan dari bacaan, membuat kesimpulan dari bacaan, mengajukan pertanyaan, aktif
dalam kelompok kecil, mengikuti tes akhir online. Disisi lain aktivitas positif lainnya menjawab
pertanyaan teman, menjawab pertanyaan guru, memberikan penjelasan atau komentar dan
memperkuat penjelasan teman, masih perlu ditingkatkan.
2. Persentase aktivitas negatif pada siklus II
Persentase aktivitas negatif peserta didik setelah dilakukan revisi dapat dilihat pada gambar
5.

3.00 P1 (%)
2.50 P2 (%)
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00

123

Gambar 5. Persentase aktivitas negatif pada siklus II
Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat bahwa aktivitas negatif peserta didik yang ada hanya
aspek aktivitas keluar kelas dengan persentase 2, 78%, sementara itu aspek mengantuk dan meribut
sudah tidak ditemukan lagi.
3. Pembahasan hasil penelitian siklus II
Pembahasan yang dapat dikemukakan bertolak pada analisis data yang telah dilakukan pada
siklus II meliputi persentase aktivitas positif dan aktivitas negatif setelah siklus II. Dari hasil
penelitian pada siklus II masih terlihat persentase rata-rata peserta didik yang menjawab
pertanyaan teman, menjawab pertanyaan guru, memberikan penjelasan atau komentar dan
memperkuat penjelasan teman masih tergolong sedikit, namun telah mengalami peningkatan dari
siklus I.

- 22 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

Beberapa penyebab masih sedikitnya aktivitas tersebut adalah : 1) masih rendahnya rasa
percaya diri peserta didik untuk menjawab pertanyaan baik dari teman maupun guru, 2) peserta
didik masih belum berani untuk berkomentar dan 3) Motivasi yang diberikan untuk meningkatkan
aktivitas masih belum optimal.

Disamping itu ada enam aktivitas yang telah memuaskan. Keenam aktivitas itu adalah :
Mengerjakan tugas baca, membuat pertanyaan dari bacaan, membuat kesimpulan dari bacaan,
mengajukan pertanyaan, aktif dalam kelompok kecil, mengikuti tes akhir online sudah tergolong
banyak dan banyak sekali.
Perbedaan Aktivitas Antara Siklus I dan Siklus II
1. Perbedaan Aktivitas positif antara siklus I dan siklus II

Pada siklus I dan II peneliti mengamati aspek aktivitas belajar yang sama. Setelah
mengamati aktivitas peserta didik pada siklus I dan menganalisisnya, maka dilakukanlah beberapa
revisi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan diterapkan pada siklus II. Setelah melakukan
revisi didapatkan persentase aktivitas yang berbeda dengan siklus I. Perbedaan persentase aktivitas
rata-rata siklus I dengan siklus II dapat diperhatikan pada Gambar 6.

100 siklus I
80 Siklus II
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 6. Perbedaan persentase aktivitas positif rata-rata antara siklus I dan II
Jika dibandingkan dengan siklus I terjadi kenaikan untuk delapan aktivitas positif peserta
didik, sedangkan dua aspek bernilai tetap. Gambaran kenaikan persentase aktivitas rata-rata untuk
setiap aspek adalah : 1) Mengerjakan tugas baca 11,11%, 2) Membuat pertanyaan dari bacaan
4,17%, 3) Membuat kesimpulan dari bacaan 0,00%, 4) Mengajukan pertanyaan 26,39%, 5)
Menjawab pertanyaan teman 5,56%, 6) Menjawab pertanyaan guru 4,17%, 7) Memberikan
penjelasan atau komentar 23,61%, 8) Memperkuat penjelasan teman 9,72%, 9) Aktif dalam
kelompok kecil 2,78%, dan 10) Mengikuti tes akhir online 0,00%
Meskipun sudah terjadi peningkatan persentase aktivitas rata-rata peserta didik pada siklus
II, namun keunikannya masih ada tergolong sedikit pada beberapa aspek menjawab pertanyaan
teman, menjawab pertanyaan guru, memberikan penjelasan atau komentar dan memperkuat
penjelasan teman.
Dilihat dari kenaikan yang cukup jelas ini dapat juga dikemukakan bahwa aktivitas belajar
peserta didik melalui penerapan pembelajaran berbasis Android melalui portal rumah belajar
sudah dapat dibangkitkan.
2. Perbedaan Aktivitas negatif antara siklus I dan siklus II
Setelah melakukan revisi terhadap siklus I maka terjadi pula perubahan pada aspek aktivitas
siklus II. Perbedaan aktivitas negatif dapat dilihat pada Gambar 7.

- 23 -

ISSN 2443-1036

5

4

3 siklus I
2 Siklus II

1

0
123

Gambar 7. Perbedaan persentase aktivitas negatif rata-rata antara siklus I dan II
Berdasarkan Gambar 6, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan yang sangat jelas pada aspek
pada aspek aktivitas peserta didik yang keluar kelas 1,39%, mengantuk 2,5% dan meribut tidak
ada lagi.
Pembahasan Hasil Penelitian
Secara Umum persentase aktivitas positif telah memuaskan, hanya satu aspek aktivitas yang
masih tergolong sedikit sekali yaitu : menjawab pertanyaan guru. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya wawasan dan pengalaman peserta didik terhadap jawaban yang ditanyakan, sehingga
mereka kurang mampu memberikan penjelasan secara mendalam dan lebih luas.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat dikemukakan beberapa kesimpulan

dari penelitian sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran berbasis mobile learning melalui portal Rumah Belajar sudah mampu

membangkitkan aktivitas belajar peserta didik mengerjakan tugas baca, membuat pertanyaan
dari bacaan, membuat kesimpulan dari bacaan, mengajukan pertanyaan, aktif dalam kelompok
kecil,dan mengikuti tes akhir online sudah tergolong banyak sekali sedangkan menjawab
pertanyaan teman, menjawab pertanyaan guru, memberikan penjelasan atau komentar dan
memperkuat penjelasan teman, masih tergolong sedikit namun sudah mengalami peningkatan.
2. Aktivitas negatif peserta didik yang ada hanya aspek aktivitas keluar kelas dengan persentase
2, 78%, sementara itu aspek mengantuk dan meribut sudah tidak ditemukan lagi.

Dari pembahasan yang telah dijelaskan, dapat dikemukakan beberapa saran pada penelitian
ini :
1. Pembelajaran berbasis Android melalui Portal Rumah Belajar pada pembelajaran Fisika dapat

meningkatkan aktivitas positif pada peserta didik SMAN 1 Padang Gelugur, Untuk itu
disarankan kepada guru-guru fisika agar mencobakannya dalam pembelajaran fisika
2. Untuk lebih mengefektifkan penerapan portal rumah belajar ini, perlu dipikirkan suatu trik-trik
tertentu yang lebih mampu meningkatkan aktivitas belajar peserta didik secara optimal
3. Pada penelitian ini subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI MIPA, Kepada guru lain
disarankan untuk menyelidiki pengaruh penggunaan portal rumah belajar pada kelas lain.

DAFTAR PUSTAKA
Ariyana, Yoki MT. dkk. (2018). Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada Keterampilan

Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta : Kemendikbud
Haris Mudjiman. (2006). Belajar Mandiri.Solo: UNS Press

- 24 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

Kana Hidayati dan Endang Listyani. (2012). Improving Instruments of Student’s Self-Regulated

Learning. Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Kana%20Hidayati,%20M.Pd./Peng

embangan%20Instrumen.pdf. Pada tanggal 20 November 2016. Jam 20.30 WIB

Nurhayati, Ai Sri. (2018). Pemanfaatan Fitur Sumber Belajar. Jakarta : Pustekkom Kemdikbud

Nurhayati, Ai Sri. (2018) Petunjuk Pemanfaatan Kelas Maya Rumah Belajar Dalam

Pembelajaran. Jakarta : Pustekkom Kemdikbud

Tim Kemendikbud. 2017. Konsep dan Penguatan Pendidikan karakter. Jakarta : Kemendikbud.

Widana, Dr. I Wayan S.Pd., M.Pd. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thingking Skill

(HOTS). Jakarta : Kemdikbud.

- 25 -



Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

MENINGKATKAN RESILIENSI SISWA TERISOLIR OLEH GURU BIMBINGAN
KONSELING MELALUI PERMAINAN JOHARI WINDOW DALAM BIMBINGAN

KELOMPOK

Rini Mujiarti
SMK Negeri Klakah

Abstrak. Dari perolehan data tentang jaringan sosial dalam satu kelompok melalui pengisian
angket sosiometri siswa menunjukkan ada beberapa siswa terisolir yaitu keberadaannya ditolak
oleh teman-temannya sehingga terasingkan dalam satu kelas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan bimbingan konseling yang berjudul: “Meningkatkan Resiliensi
Siswa terisolir melalui Permainan Johari Window Dalam Bimbingan Kelompok”. Masalah dalam
penelitian adalah “Bagaimana Resiliensi siswa terisolir dapat ditingkatkan dengan Permainan
Johari Window dalam Bimbingan Kelompok?” Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Resiliensi Siswa terisolir melalui Permainan Johari Window dalam Bimbingan
Kelompok dan untuk mengetahui strategi meningkatkan resiliensi Siswa terisolir. Metode
penelitian menggunakan metode kualitatif diskriptif dengan kajian pustaka. Sedangkan
pengumpulan data sampel penelitian dilakukan dengan cara nontes yang berupa pengamatan
dengan instrument penelitian angket sosiometri, wawncara, lembar kerja permainan Johari
Window. Penelitian dilakukan pada semester genap dengan rentang waktu tiga bulan yaitu bulan
Januari sampai Maret 2020. Hasil penelitian pada siklus I disimpulkan bahwa ada peningkatan
Resilisensi siswa terisolir dalam kelompok yaitu 20% mampu membuka diri dan memahami
pentingnya persahabatan sesuai hasil pengamatan yang tertulis pada lembar pengamatan. Hasil
siklus II, Resilisensi siswa terisolir dalam kelompok setelah melakukan bimbingan kelompok
dengan permainan Johari Window semakin meningkat karena 60% mampu membuka diri dan
menerima pendapat orang lain tentang kelebihan dan kelemahan diri sesuai lembar kerja
permainan Johari Window. Untuk mengetahui efektifitas model bimbingan kelompok melalui
permainan Johari Window terhadap peningkatan resiliensi siswa terisolir dalam kelompok maka
disebarkan kembali angket sosiometri dan hasilnya menunjukkan jumlah siswa terisolir berkurang
dari sebelumnya artinya bahwa layanan bimbingan lain yang lebih intensif masih perlu dilakukan
dalam meningkatkan resiliensi siswa terisolir dengan penelitian yang lebih mempertimbangkan
karakteristik, latar belakang, dan psikologis siswa secara personal.
Kata Kunci: Relisiensi, Siswa terisolir, Permainan Johari Window, Bimbingan Kelompok

PENDAHULUAN
Mempelajari masalah remaja merupakan hal menarik karena pada masa ini mulai tumbuh

dorongan untuk hidup, keinginan mencari identitas diri dan kebutuhan akan teman yang dapat
memahami dan menolongnya, serta teman yang dapat merasakan suka dan dukanya. Kelompok
teman sebaya merupakan salah satu lingkungan sosial bagi para siswa-siswi maupun remaja.

Kebutuhan bersosialisasi atau bergaul merupakan kebutuhan yang paling mendasar.
Kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain seperti teman sebaya, setia kawan, berpartisipasi
dalam kelompok sebaya, mengerjakan sesuatu untuk teman, kebutuhan untuk membentuk
persahabatan baru, dorongan untuk mencari kawan sebanyak mungkin, mengerjakan pekerjaan
bersama-sama, akrab dengan teman, dorongan untuk menulis surat persahabatan, dan sebagainya.
Abraham maslow (dalam Romlah,2010;134) menempatkan kebutuhan manusia sebagai mahluk
individu tidak akan lepas dengan kebutuhan sosial antara lain: kebutuhan fisiologis, rasa aman,
rasa memiliki-dimiliki, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri.

Kebutuhan penghargaan pada remaja bersumber dari harga diri dan penghargaan dari orang
lain. Ketidaktergantungan, kebebasan, pengakuan dan mencari perhatian menjadi bagian dari

- 27 -

ISSN 2443-1036

usaha remaja untuk membuktikan bahwa dirinya diterima oleh orang lain. Dalam suatu penelitian
mengenai keberterimaan individu dalam kelompok remaja, Joseph (dalam Hurlock, 1997;215)
mengatakan bahwa teman remaja yang dipilih adalah yang dapat dipercaya, dapat diajak bicara,
dan seseorang yang dapat diandalkan. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketertarikan
interpersonal disampaikan oleh Rahman (2013;161) antara lain: kesenangan, kesamaan,
kedekatan, saling melengkapi, daya tarik fisik dan kehangatan personal.

Rasa memiliki dan dimiliki dijelaskan Martinis Yamin(2013;198) bahwa kebutuhan cinta
dan rindu dapat berbentuk keinginan untuk menikah, memiliki keluarga dab menjadi bagian dari
satu kelompok atau masyarakat. Ketika keberterimaan individu dalam kelompok tidak sesuai
harapan maka timbul kecemasan, kesendirian dan kesepian. Ketrampilan berkomunikasi sangat
penting untuk melakukan penyesuaian diri dan menghindari kesalahpahaman. Ketidakmampuan
remaja menyesuaikan diri dapat menimbulkan kesalahpahaman yang akan menimbulkan kondisi
terisolir. Kondisi tidak memiliki sahabat atau teman dekat dalam satu area kecil, didalam satu kelas
tidak ada seorangpun yang memilihnya menjadi teman, tidak ada perhatian dan timbal balik dari
pihak yang dipilih untuk dijadikan teman.

Ketidakberterimaan individu dalam kelompok dapat diketahui dari hasil analisis sosimetri.
Melalui sosiometri dapat menunjukkan bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman
seseorang sehingga besar sekali peran sosiometri untuk mendapatkan data sekitar siswa, terutama
didalam hubungan atau kontak sosialnya. Kondisi terisolir atau terpopuler akan tampak dalam
sebuah grafik visual. Pengertian siswa terisolasi adalah siswa yang terasingkan atau ditolak oleh
teman-temannya. Menurut Bimo Walgito (2010;84) anak yang terasing atau yang ditolak oleh
teman-temannya merupakan problem child yang mungkin sekali akan mengganggu kemajuan
dalam pelajarannya.

Penyebab siswa terisolir menurut Hurlock ( 1997;214 ), Ada dua faktor penyebab dalam
pergaulan kelompok sebaya, pertama sebagian besar remaja ingin menjadi individu yang berdiri
diatas kaki sendiri dan ingin dikenal sebagai individu yang mandiri. Kedua timbul dari pemilihan
sahabat. Remaja tidak lagi berminat dalam berbagai kegiatan besar sperti pada waktu berada pada
masa kanak-kanak. Pada masa remaja ada kecenderungan untuk mengurangi jumlah teman
meskipun sebagian besar remaja menginginkan menjadi anggota kelompok sosial yang lebih besar
dalam kegiatan-kegiatan sosial. Karena kegiatan sosial kurang berarti dibandingkan dengan
persahabatan pribadi yang lebih erat, maka pengaruh kelompok sosial yang besar menjadi kurang
menonjol dibandingkan pengaruh teman-teman.

Sutirna ( 2013:44 ) berpendapat bahwa kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial budaya
dapat mengakibatkan seorang individu tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial yang
melatarbelakangi dan melingkupi setiap individu berbeda-beda, hal itu juga menyebabkan
perbedaan dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Apabila perbedaan dalam sosial budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul
konflik internal maupun eksternal. Landasan sosial budaya/kultur merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi sosial dan budaya sebagai faktor yang
mempengaruhi perilaku individu.

Kondisi yang memungkinkan timbulnya kesulitan remaja untuk melakukan penyesuaian
sosial menurut Hurlock (1997) adalah sebagai berikut : a) Pola perilaku, Pola perilaku sosial yang
buruk dikembangkan dirumah, anak mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian sosial
yang baik di luar rumah. b) Model yang ditiru, Bila rumah kurang memberikan model perilaku
yang ditiru, anak akan mengalami hambatan serius dalam melakukan penyesuaian sosial diluar

- 28 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

rumah. c) Motivasi, Kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial sering
timbul dari pengalaman sosial awal yang tidak menyenangkan dirumah. d) Bimbingan dan
bantuan, guru sebagai pendidik dan orang tua hendaknya memberi motivasi untuk selalu berbuat
yang lebih baik dalam pertemanan di sekolah.

Pengelompokan sosial pada remaja dikenal dengan beberapa istilah antara lain : (a) teman
dekat, remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat atau sahabat karib (b)
Kelompok kecil, terdiri dari kelompok teman-teman dekat yang pada mulanya terdiri dari seks
yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks (c) Kelompok besar, beberapa kelompok
kecil dan kelompok besar berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan (d)
kelompok terorganisasi, remaja yang mengikuti kelompok ini merasa diatur dan berkurang
minatnya ketika berusia enam belas atau tujuh belas tahun (e) kelompok geng, biasanya terdiri dari
anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapoi penolakan teman-teman
melalui perilaku anti sosial. (Hurlock, 1997;215)

Dalam halaman lain dijelaskan bahwa siswa terisolasi adalah siswa yang kurang memiliki
ciri-ciri remaja yang dapat diterima oleh teman sebayanya seperti penampilan yang rapi dan aktif
dalam urusan kelompok, mau memikirkan kelompoknya dan aktif memberi inisiatif yangbaik,
bersikap sopan, sabar, tidak mudah marah, jujur dan dapat dipercaya,bertanggungjawab, suka
menjalankan tugas yang dibebankan pada dirinya, sukabekerjasama dan tidak pelit. Siswa yang
semakin banyak tidak memiliki ciri-ciri tersebut maka semakin terasing atau tertolak dari teman-
temannya.Beberapa definisi yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwasiswa terisolasi
adalah siswa yang tidak dipilih sama sekali atau jarang dipilih atau juga paling banyak mendapat
penolakan dari teman-temannya dengan berbagai alasan diantaranya penampilan kurang rapi, tidak
jujur, kurang bertanggungjawab, tidak dapat dipercaya, tidak aktif dalam memberi inisiatif
didalam kerja kelompok.

Dalam ilmu psikologiresiliensi bisa dikatakan sebagai istilah baru, khususnya dalam ilmu
psikologi perkembangan. Desmita (2006) berpendapat bawah: Resiliensi adalah kemampuan atau
kapasitas Insani yang dimiliki seseorang, kelompok, atau masyarakat yang memungkinkan untuk
menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak dampak yang
merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan, atau bahkan merubah kondisi yang
menyesatkan menjadi satu hal yang wajar. Pada dasarnya setiap individu memiliki kemampuan
untuk belajar cara menghadapi versitas dalam hidupnya, mereka juga memiliki kemampuan untuk
mengatasi dan menjadi lebih kuat dengan setiap hal yang terjadi dalam kehidupan mereka selagi
mereka mampu berpikir positif dan dan melakukan resiliensi dengan baik.

Peran Guru Bimbingan Konseling sebagai pendidik yang mempunyai keahlian khusus dalam
menghadapi permasalahan siswa seyogyanya ikut bertanggungajawab terhadap proses
pembelajaran di sekolah. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan
peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga
membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik

Melalui beragam strategi layanan BK diharapkan siswa mampu mengembangkan seluruh
potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin serta mengatasi kesulitan yang
dihadapi. Menurut Sutirna (2013;66) Bimbingan dan Konseling komprehensif diprogramkan bagi
seluruh siswa dan merupakan sistem kegiatan yang dibuat guna membantu klien dalam
mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin.

- 29 -

ISSN 2443-1036

Strategi pelayanan BK yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bimbingan kelompok.
Melalui layanan bimbingan kelompok siswa diajak bersama-sama untuk mengemukakan pendapat
tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal
tertentu dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang
dibahas di dalam kelompok.

Dengan mengoptimalkan penerapan layanan bimbingan kelompok diharapkan anggota
kelompok yang memiliki masalah sosial sama yaitu menjadi siswa terisolir dalam satu kelas
mampu menerima keadaan diri sesuai penilaian orang lain, mau membuka diri untuk
menyampaikan penyebab permasalahan masing-masing dan bersedia untuk saling memberi
masukan supaya ada perbaikan dan perubahan sikap menjadi lebih baik.

Hartinah (2009;5) menyampaikan keefektifan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok
dilaksanakan jika masalah yang dihadapi beberapa siswa relatif mempunyai kesamaan atau saling
mempunyai hubungan serta mereka mempunyai kesediaan untuk dilayani secara kelompok. Jika
klien keberatan masalahnya diketahui orang lain ( selain konselor ), bimbingan kelompok
seyogyanya tidak dilakukan. Bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan BK yang
memberikan pengalaman melalui pembentukan kelompok-kelompok untuk keperluan pelayanan
bimbingan ( winkel 1991;465). Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hartinah ( 2009;5) yang
berpendapat bahwa Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu bimbingan kepada individu-
individu melalui prosedur kelompok. Kelompok merupakan wadah hidup dalam rangka upaya
bimbingan membantu individu yang memerlukan bantuan secara dinamika kelompok atau
penyajian informasi pendidikan dan atau jabatan kepada sejumlah siswa dalam satu kelas termasuk
ke dalam bimbingan kelompok dalam arti yang lebih sederhana.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan, bimbingan kelompok adalah salah satu
kegiatan layanan bimbingan konseling yang bersifat membantu siswa dalam menyelesaikan
berbagai masalah, memberikan berbagai informasi-informasi penting yang berguna dan
mengembangkan nilai-nilai tertentu yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari secara
kelompok.

Manfaat bimbingan kelompok bagi tenaga bimbingan dalam hal ini guru BK atau konselor
adalah mendapat kesempatan untuk berkomunikasi dengan banyak siswa sekaligus sehingga
menjadi dikenal serta menghemat waktu dan tenanaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan dalam
suatu kelompok. Bagi para siswa, kegunaannya adalah menjadi lebih sadar akan tantangan yang
dihadapi sehingga mereka memutuskan untuk berwawancara secara pribadi dengan konselor; lebih
rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa teman-temannya sering menghadapi
persoalan, kesulitan dan tantangan yang kerap kali sama; lebih berani mengemukakan
pendangannya sendiri jika berada dalam kelompok dengan konselor yang mungkin dianggap
berbeda ; diberi kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan dengan demikian
mendapat latihan untuk bergerak dalam satu kelompok yang akan dibutuhkan selama hidupnya;
serta tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa sulit untuk dibicarakan secara langsung
dengan konselor

Menurut beberapa pendapat para ahli tersebut, penulis menyimpulkan bahwa manfaat
layanan bimbingan kelompok adalah dapat melatih siswa untuk dapat hidup secara berkelompok
dan menumbuhkan kerjasama antara siswa dalam mengatasi masalah, melatih siswa untuk dapat
mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain dan dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk dapat berkomunikasi dengan teman sebaya dan konselor.

- 30 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Hartinah (2009: 132) ada empat tahapan
yaitu tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran
a) Tahap I Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke
dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin
dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan
tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan
kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main
yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses
pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga
disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi
pada mereka.
b) Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan
ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki
kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu
ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan
keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok,
dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan
selamat.

Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiatan yang akan
ditempuh pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan
kemampuan keikutsertaan anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu: 1)
menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka, 2) Tidak mempergunakan cara-cara yang
bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya. 3) Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
4) Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.
c). Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan
pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang
seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap
ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak
bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:
1) Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.
2) Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.
3) Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
4) Kegiatan selingan.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang
dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah
yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif
dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun
perasaan.

- 31 -

ISSN 2443-1036

d). Tahap IV Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa

kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan

kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus

melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok

yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian

bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini,

yaitu:

1) Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

2) Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.

3) Membahas kegiatan lanjutan.

4) Mengemukakan pesan dan harapan.

Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok

hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok

mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan

nyata mereka sehari-hari.

Model permainan empat sisi yang digunakan oleh peneliti didasarkan pada istilah johari

window atau Jendela Johari. Menurut Luft dalam Rahman (2013;52) salah satu cara untuk melihat

dinamika dari self-awareness, yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif dapat

digambarkan dalam tabel johari windows. Luft membagi self menjadi empat katagori. Pertama,

Self yang merupakan ruang terbuka atau open, yang meliputi pikiran,perasaan, atau perilaku kita

yang diketahui baik oleh diri kita sendiri ataupun orang lain. Kedua, Self yang merupakan ruang

buta atau blind, yang meliputi pikiran, perasaan, atau perilaku kita yang tidak kita ketahui tapi

orang lain mengetahuinya. Ketiga, Self yang merupakan ruang rahasia atau private, yang meliputi

pikiran, perasaan, atau perilaku yang tidak diketahui oleh oran lain dan hanya kita yang tahu. Dan

yang terakhir, Self yang merupakan ruang gelap dan misterius, yang meliputi aspek-aspek dari

kita yang tidak diketahui baik oleh diri kita maupun orang lain.

Tabel . Johari Windows dalam rahman (2013;53)

Saya tahu Saya Tidak
tahu

Orang lain tahu Open blind

Orang lain tidak Private Unknown

tahu

Untuk mengetahui penyebab siswa tergolong terisolir selain menggunakan metode angket

sosiometri, dalam penelitian ini menggunakan metode johari windows. Johari Windows adalah

suatu metode permainan psikologi untuk mengumpulkan data melalui jendela kepribadian dengan

tujuan mengetahui hal-hal yang orang lain tahu kita tidak tahu (blind),orang lain tidak tahu

(closed), orang lain tahu kita tahu ( Open ),dan keduannya tidak tahu (Lose). Tahapan Johari

windows antara lain : pertama, individu menilai keadaan diri sendiri dari sifat dan kebiasaan yang

dilakukan, kedua, orang lain atau teman yang lain menilai kelebihan dan kekurangan individu yang

dinilai, ketiga, analisis dalam gambar open,closed,blind dan lose dalam tabel diatas. Makna

penting dari bermain empat sisi adalah seseorang harus mampu membuka diri dengan lingkungan

sekitar. Mengungkapkan diri atau membuka diri bukan berarti membuka diri secara detail sampai

- 32 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

hal-hal yang pribadi melainkan mengungkap reaksi-reaksi dari aneka kejadian yang telah dialami
bersama. Menurut Brehm dan Kassin (dalam Rahman, 2013;51-53) ada empat sumber untuk
memahami diri sendiri, yaitu : intropeksi, pengamatan terhadap perilaku sendiri, pengaruh orang
lain dan ingatan autobiografis dan untuk meningkatkan objektivitas pemahaman diri sendiri
memerlukan bantuan orang lain.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif-diskriptif dengan studi Pustaka dan

dalam memperoleh data dalam penelitian ini menggunakan suatu metode pengumpulan data yang
tepat. Ketepatan dalam penelitian akan memberikan tingkat kedalaman, keleluasaan serta
kompleksitas data yang ingin di kumpulkan dengan menggunakan metode wawancara,
pengamatan dan angket sosiometri
1. Wawancara

Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi untuk memperoleh informasi dengan
bertanya langsung dengan informan. Metode ini menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 153)
digunakan untuk mengetes kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan cara lain pada
saat-saat tertentu. Jadi wawancara bukanlah suatu metode yang berdiri sendiri, melainkan saling
melengkapi dengan metode lain.

Metode wawancara dapat dibedakan menjadi dua yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tak terstruktur. Wawancara tersetruktur adalah wawancara yang pewancaranya
menetapkan sendiri masalah dan petanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sedangkan wawancara tak
terstruktur adalah responden mendapat kebebasan dan kesampatan untuk mengeluarkan buah
pikiran, pandangan, perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti (Suharsimi Arikunto : 2006 : 153).

Wawancara yang dipakai oleh peneliti ialah wawancara tak berstruktur, dengan alasan
sebagai berikut : Pertama, Agar situasi atau berlangsungnya wawancara tidak terkesan formal,
sehingga peristiwa atau keadaan dapat sekaligus diungkap sejauh masih terkait dengan tujuan
penelitian. Kedua, Informasi yang digali dari informan tidak bersifat baku tunggal, tetapi dapat
bervariatif. Ketiga, Walaupun tidak menyusun pedoman wawancara namun pewancara telah
memiliki konsep yang akan ditanyakan pada informan. Keempat, Dapat mengungkapkan
informasi lebih mendalam, jelas, lebih mantap karena ada kemungkinan mengejar jawaban yang
telah diberikan, melakukan konfirmasi saat wawancara berlangsung.
2. Pengamatan (observasi)

Metode pengamatan digunakan dengan alasan memungkinkan pengamat untuk melihat
dunia sebagaimana yang dilihat oleh subyek penelitian, menangkap arti fenomena dari pengertian
sobyek (Suharsimi Arikunto : 2008 : 157).

Adapun alasan menggunakan pengamatan adalah sebagai berikut :Pertama, Banyak
fenomena-fenomena dari perilaku konselor ataupun guru lain dalam menangani siswa yang
cenderung tidak masuk sekolah yang tidak dapat diselidiki kecuali dengan metode pengamatan.
Kedua, Metode pengamatan digunakan dengan alasan memungkinkan pengamat untuk melihat
dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, merangkap arti fenomena dari pengertian
subyek serta memungkinkan peneliti memaksakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek ,
metode ini tidak bergantung self raport/penerimaan antara pengamat dengan informan, sehingga
data yang diperoleh tidak mempengaruhi oleh penafsiran dan persepsi subyek yang diteliti.
3. Analisis angket dengan tabulasi sosiometri

- 33 -

ISSN 2443-1036

Sosiometri adalah suatu metode untuk mengumpulkan data tentang pola hubungan sosial
seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya
dalam suatu kelompok. Dengan mempelajari data sosiometri seorang konselor dapat menemukan
siswa mana yang ternyata mempunyai masalah penyesuaian diri dalam kelompoknya. Tabel
tabulasi berisi data siswa yang memilih dan dipilih sebagai teman untuk dianalisis berdasarkan
jumlahnya sehingga didapatkan data nama siswa yang terpopuler dan terisolir dalam satu kelas.

Terisolir berarti tidak memiliki sahabat atau teman dekat dalam satu area kecil, didalam kelas
tidak ada seorangpun yang memilihnya menjadi teman, tidak ada perhatian dan timbal balik dari
pihak yang dipilih untuk dijadikan teman. Terpopuler adalah memiliki sahabat berupa adanya
timbale balik dari pihak yang dipilih untuk dijadikan teman dan kondisi banyak pemilih, dalam
satu kelas yang memilih menjadi teman dekat dengan berbagai alas an lebih banyak dibandingkan
seluruh anggota kelas yang lain.

Secara garis besar, rencana tindakan yang akan diberikan pada penelitian ini ada pada tabel
berikut :
1.Rencana Tindakan siklus 1

No. Komponen Kegiatan

1. Pra lapangan Penyebaran angket sosiometri untuk diisi siswa kemudian guru

BK menganalisis dengan tabulasi sosiometri dan menggambar

sosiogram.

2. Tahap pekerjaan Pemanggilan siswa yang terisolir melalui Bimbingan kelompok

lapangan pertemuan 1 dengan apersepsi penyampaian hasil sosiometri

3. Tahap analisa Analisis data Penilaian aspek-aspek keterlibatan siswa dalam

data bimbingan kelompok melalui observasi ceklist dan keterbukaan

siswa menyampaikan penyebab terisolir melalui wawancara

4. Tahap Dari hasil analisis bimbingan kelompok pertemuan 1 perlu

kesimpulan dilakukan tindak lanjut dengan siklus yang ke 2

2. Rencana Tindakan siklus 2

No. Komponen Kegiatan

1. Pra lapangan Guru BK menyiapkan RPP Bimbingan kelompok ke 2 dengan

metode johari window

2. Tahap pekerjaan Pelaksanaan Bimbingan kelompok pertemuan 2 sesuai

lapangan kesepakatan waktu dan tempat pada pertemuan 1

3. Tahap analisa data Analisis data mengunakan metode :

1. Observasi Ceklis

2. Keterlibatan siswa dalam Johari windows

4. Tahap kesimpulan Kesimpulan diperoleh dari hasil analisis bimbingan kelompok

pertemuan 2 dan hasil penyebaran kembali angket sosiometri

kepada siswa di kelas XI untuk mengetahui perubahan pola

pertemanan dari siswa terisolir yang mendapatkan perlakuan

dalam penelitian tindakan bimbingan konseling

- 34 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari pelaksanaan siklus 1 dan 2 diperoleh data bahwa resiliensi siswa terisolir dalam

kelompok mengalami peningkatan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan
permainan Johari Window. Adapun analisis peningkatan keberterimaan individu dalam kelompok
disimpulkan sebagai berikut :
1. Keaktifan mengikuti bimbingan kelompok permainan Johari Window, pada Siklus 1 terdapat

20 % siswa yang kurang aktif mengikuti kegiatan sedangkan pada siklus 2 Semua siswa aktif
mengikuti kegiatan
2. Menyampaikan kondisi diri sebagai penyebab ketidakberterimaan teman terhadap dirinya, pada
Siklus 1 terdapat 20 % siswa yang hanya mampu menyampaikan secara terbuka keadaan dirinya
sedangkan pada siklus 2 terdapat 60 % siswa yang hanya mampu menyampaikan secara terbuka
keadaan dirinya
3. Pada siklus I terdapat 40 % anak Mengisi lembar kerja permainan johari window secara lengkap
dan setelah diulang dalam siklus ke 2 mendapat 80 % anak Mengisi lembar kerja permainan
johari window secara lengkap
4. Dari hasil wawancara pada subyek penelitian yaitu siswa terisolir diketahui penyebab yang
dominan antara lain ; kemampuan empati sosial yang kurang dengan ditandai sikap mau
menang sendiri, kemampuan bahasa lokal yang tidak dikuasai karena yang bersangkutan adalah
pendatang dari luar kecamatan klakah dan adanya minat sosial yang kurang sehingga malas
berhubungan dengan orang lain.
5. Hasil penerapan layanan Bimbingan kelompok model johari windows antara lain; kemampuan
resiliensi siswa meningkat dengan indikator menjadi lebih terbuka mengemukakan pendapat
tentang diri masing-masing, mau menerima keadaan dirinya, memiliki prinsip bahwa sahabat
itu penting dan bersedia menolong teman yang membutuhkan pertolongan.
6. Ada beberapa strategi untuk meningkatkan resiliensi antara lain :
a. Bangun hubungan baik dengan orang-orang terdekat. Bangun hubugan baik denga

orang yang empati dan berpengertian, yang dapat mengingatkan bahwa anda tidak sendirian
ditengah-tengah kesulitan. Temukan orang yang dapat dipercaya dan berbelas kasih, yang
memvalidasi perasaan anda, yang akan mendukung keterampilan resiliensi anda.
b. Temukan perawatan diri yang memadai. Gaya hidup yang positif dengan nutrisi yang tepat,
tidur yang cukup, asupan cairan yang memadai, dan olahraga teratur dapat memperkuat
tubuh anda untuk beradaptasi dengan stress dan mengurangi dampak emosi seperti
kecemasan atau depresi. Hindari godaan untuk mengkonsumsi alkohol, obat-obatan atau
zat adiktif lainnya.
c. Bantulah orang lain,misalnya dengan menjadi sukarelawan atau menjadi suporter bagi
teman yang membutuhkan. Ketika menolong sesama rasa harga diri yang sehat akan
bertumbuh yang dapat menolong anda menumbuhkan resiliensi anda sendiri.
d. Bersikap pro aktif, Penting untuk mengakui dan menerima emosi anda selama masa-masa
sulit. Namun sikap pro aktif penting untuk membantu anda mengembangkan penemuan diri
anda. Anda perlu berinisiatif dan memotifasi diri selama masa stress dalam hidup anda.
Untuk meningkatkan kemungkinan anda bangkit kembali. Bangunlah tujuan yang lebih
mungkin anda gapai dalam kondisi sekarang.usahakan mencari dan menemukan peluang
baru. Andapun pernah mendengar kisah-kisah dibalik tragedi atau kesulitan besar bukan?
Kisah-kisah orang biasa yang di dorong dalam keadaan yang sangat menantang
membuktikan bahwa bencana dapat diatasi dan bahkan membuat seseorang bertambah

- 35 -

ISSN 2443-1036

menjadi lebih kuat.

KESIMPULAN DAN SARAN
Layanan Bimbingan kelompok model johari windows memberikan sumbangan 60 % dalam

membantu proses penanganan masalah siswa terisolir hasil sosiometri. Jumlah siswa yang
terisolir pada bulan September 2013 berjumlah 7 orang dan setelah diberikan perlakuan maka
jumlah siswa yang terisolir pada bulan November 2013 berkurang menjadi 3 orang.

Penanganan siswa terisolir sebesar 40% untuk layanan lain masih perlu dilakukan penelitian
dengan lebih mempertimbangkan karakteristik, latar belakang dan psikologis siswa secara
personal dengan waktu yang dibutuhkan lebih lama melalui corak pelayanan bimbingan yang lebih
intensif.

Penyebab siswa terisolir adalah kurang kemampuan bersosialisasi dan memiliki kepribadian
introvert. Dari 3 siswa terisolir hasil sosiometri ke 2 yang memiliki kepribadian introvert
berjumlah 2 siswa. Sikap dan kepribadian yang tertutup akan mengalami kesulitan dalam proses
sosialisasi sehingga memerlukan proses konseling individu sebagai tindak lanjut proses
bimbingan.
Saran
1. Guru Bimbingan Konseling hendaknya melakukan penelitian tentang penerapan Model

Bimbingan Kelompok Bermain Empat Sisi untuk Meningkatkan Keberterimaan Individu
Dalam Kelompok dengan waktu dan subyek penelitian yang berbeda
2. Upaya meningkatkan keberterimaan individu dalam kelompok membutuhkan waktu dan
bimbingan yang berkelanjutan serta perlu adanya kolaborasi beberapa pihak, selain guru-guru
pengajar dan wali kelas, Orang tua siswa perlu dilibatkan dalam proses himpunan data.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta
Dewi, N.K. 2012. Studi Kasus Penerapan Model Konseling Eksistensial Humanistik untuk

Mengatasi Siswa Terisolir Kelas X Mekanotrika SMK Wisudha Karya Kudus Tahun
Pelajaran 2011/2012. Skripsi http://eprints.umk.ac.id/505.
Djaali, H. 2008. Psikologi Pendidikan. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hamid,Sholeh, M. 2014. Metode Edutainmentmenjadikan siswa kreatif dan nyaman di kelas.
Jogjakarta: Diva Press
Hartinah,S. 2009. Konsep dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT. Refika Aditama
Hurlock, E.B. 1997. Psikologi Perkembangan. Cetakan keenam. Jakarta: Erlangga
Iskandar,Y. 1999. Tes Personaliti. Cetakan ke 20. Jakarta Selatan: Dharma Graha Press
Mulyatiningsih,E. 2013. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Prayitno, ( 2004), Layanan Bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Padang: FIP Universitas
Negeri Padang
Rahman, A.A. 2013. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. cetakan kedua. Malang : UMM Press
Sudarsono. 1997. Kamus konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sujiono,Y.N. 2007. Metode Pengembangan Kognitif. Cetakan kesembilan. Jakarta: Universitas
Terbuka
Sutirna. 2013. Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal.
Yogyakarta: C.V Andi Offset

- 36 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021
Suyanto,B, Sutinah. 2013. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Cetakan

ketujuh. Jakarta: Prenadamedia Group
Winkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi pendidikan. Jakarta: PT.Gramedia

Widiasarana Indonesia
Winkel, W.S. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia
Yusuf, S. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

- 37 -



Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

BEST PRACTICE PEMBELAJARAN JARAK JAUH MENGGUNAKAN MEDIA
SEMPOA KREATIF UNTUK MENINGKATAN KOMPETENSI MENEMUKAN

GAGASAN UTAMA KELAS XI DPIB B TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Chatarina Widowati
SMK Negeri 5 Surakarta

Abstrak. Menemukan gagasan utama merupakan kompetensi yang harus dicapai pada
pembelajaran Bahasa Indonesia. Namun, siswa masih mengalami kesulitan karena mereka sulit
untuk menentukan kalimat utama dan kalimat penjelas yang notabene sebagai elemen dasar
menentukan gagasan utama. Suasana PJJ juga terlihat membosankan dan kurang termotivasi
karena siswa hanya berhadapan dengan teks. Siswa kesulitan ketika menjawab soal yang berbeda
dengan contoh sehingga teknik ‘menghitung kancing’ pun mereka terapkan. Kurangnya materi
ajar semakin menambah kesulitan siswa menemukan gagasan utama. Best Practice ini menemukan
gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif pada siswa kelas XI DPIB B SMK Negeri 5
Surakarta tahun pelajaran 2021/2022. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan perilaku
belajar ke arah yang positif dengan peningkatan kompetensi menemukan gagasan utama setelah
diterapkan pembelajaran menemukan gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif.
Kata kunci: media sempoa kreatif, gagasan utama

PENDAHULUAN
Pada kompetensi menemukan gagasan utama dalam teks yang dibaca siswa kelas XI DPIB

B masih mengalami kesulitan. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya hasil ulangan siswa yang
belum tuntas. Siswa kebingungan ketika harus menentukan kalimat utama dan kalimat penjelas
dari sebuah teks. Padahal, untuk menemukan gagasan utama, siswa harus jeli membedakan kalimat
utama dan kalimat penjelas. Disisi lain, materi tentang menemukan gagasan utama belum
memadai. Materi menemukan gagasan utama yang tertera pada buku acuan siswa terbatas hanya
pada teori tentang jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utama (cara menemukan gagasan utama
tidak secara jelas dicantumkan). Siswa terlihat kesulitan saat mengerjakan soal yang teksnya
berbeda dengan contoh. Selain itu siswa asal menjawab soal yang berupa pilihan ganda atau
menghitung kancing’. Mereka bergantung faktor kebetulan dan keberuntungan, suasana PJJ
terlihat membosankan. Siswa merasa bosan karena selalu berhadapan dengan teks bacaan, tak ada
tantangan dan motivasi yang mampu membangkitkan gairah belajar. Perlu diingat pjj juga harus
menerapkan prinsip pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Oleh karena itu
guna mengatasi kesulitan siswa meningkatkan kompetensi menemukan gagasan utama,
membangkitkan motivasi belajar siswa, penulis mencoba menerapkan pembelajaran menemukan
gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif.

Sempoa telah terbukti mampu meningkatkan keterampilan siswa untuk menghitung angka-
angka yang sudah terbukti, sempoa kreatif dikembangkan menggunakan prinsip menghitung
jumlah kalimat utama dan kalimat penjelas serta memerhatikan letaknya karena pada prinsipnya,
sebuah paragraf pasti hanya memiliki satu kalimat utama (kecuali paragraf naratif/deskriptif).
Selain itu, alat ini sederhana, murah, unik, dan dapat dibuat sendiri oleh guru.
Jenis Kegiatan

Jenis kegiatan ini adalah pengalaman terbaik penulis (best practice), menggunakan media
sempoa kreatif untuk meningkatan kompetensi menemukan gagasan utama kelas xi dpib b. Selama
kegiatan daring menggunakan aplikasi Microsoft 365 yang dilakukan di SMK Negeri 5 Surakarta
selama masa pandemi covid 19.
Manfaat Kegiatan

- 39 -

ISSN 2443-1036

Manfaat dari best practice ini untuk membantu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
mengembangkan siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal tersebut sangat baik
dilakukan terus-menerus oleh siswa supaya terbentuk siswa yang berpengetahuan, bersikap (baik),
dan bergerak aktif.
Pelaksanaan Kegiatan
1. Tujuan dan sasaran

Adapun tujuan guru mengimplementasikan media sempoa kreatif melalui praktek
pembelajaran jarak jauh adalah dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pembelajaran oleh guru
Bahasa Indonesia. Media ini juga dapat diterapkan pada pembelajaran lain, sehingga kreativitas
guru sangat diperlukan. Sasaran pelaksanaan adalah peserta didik kelas XI DPIB B semester ganjil
tahun pelajaran 2021/2022.
2. Materi Kegiatan

Adapun materi pada kegiatan pembelajaran ini adalah gagasan utama menggunakan google
form.
3. Alat / Instrumen

Pedoman penilaian mengacu pada: keaktifan siswa dalam mengidentifikasi ciri-ciri kalimat
utama dan penjelas, keaktifan siswa menjawab pertanyaan, keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Sedangkan pedoman tes hasil/produk dilakukan terhadap hasil jawaban siswa menemukan gagasan
utama. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu: pedoman
dokumentasi, pedoman jurnal (guru dan siswa), serta pedoman wawancara. Dokumentasi
dilakukan berdasarkan pedoman dokumentasi, yaitu saat: siswa membaca intensif teks, siswa
mengidentifikasi ciri-ciri kalimat utama dan kalimat penjelas, siswa menggunakan media sempoa
kreatif, dan siswa menemukan gagasan utama. Pedoman jurnal guru berisi 5 aspek pertanyaan
tentang: respon dan tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran, respon dan keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran, tingkah laku siswa selama pembelajaran, fenomena-fenomena apa
yang muncul pada saat pembelajaran, dan lain-lain Pedoman jurnal siswa yang harus diisi oleh
siswa yang berisi 5 pertanyaan tentang: kesulitan-kesulitan yang masih dihadapi siswa dalam
menemukan gagasan utama, perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran gagasan utama,
tanggapan siswa mengenai media sempoa kreatif, tanggapan siswa tentang pembelajaran
menemukan gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif, dan saran untuk pembelajaran
menemukan gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif. Pertanyaan yang ditulis dalam
pedoman wawancara adalah tentang: pendapat siswa tentang pembelajaran menemukan gagasan
utama yang pernah diberikan, kesulitan siswa ketika menemukan gagasan utama, perasaan siswa
dengan pembelajaran menemukan gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif, kesulitan
yang siswa hadapi selama mengikuti pembelajaran menemukan gagasan utama menggunakan
media sempoa kreatif, pendapat siswa tentang pembelajaran menemukan gagasan utama
menggunakan media sempoa kreatif, penerimaan pembelajara, kesulitan menemukan gagasan
utama yang siswa hadapi dapatkah teratasi melalui pembelajaran ini dan terasa ada peningkatan,
hal yang diperbaiki dari pembelajaran menemukan gagasan utama menggunakan media sempoa
kreatif kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran ini, dan saran siswa terhadap pembelajaran
selanjutnya.

- 40 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

LANDASAN TEORI
Media Sempoa Kreatif

Melalui belajar mental aritmatika (menggunakan sempoa) seorang anak akan memperoleh
banyak manfaat di antaranya: 1) Meningkatkan kemampuan berhitung lebih cepat di atas rata-rata;
2) Kemampuan mencongak lebih cepat dan tepat; 3) Menyeimbangkan penggunaan otak kiri kanan
serta mengoptimalkannya untuk mencapai tingkat berpikir analisis dan logika berpikir yang benar;
4) Terlatihnya daya pikir dan konsentrasi, membantu anak untuk menguasi mata pelajaran yang
lainnya; 5) Menumbuhkembangkan imajinasi sehingga kreativitas anak berkembang; 6)
Membiasakan diri dengan angka-angka, membuat anak tidak lagi alergi pada pelajaran eksakta
(www.google.com/sempoa). Sempoa kreatif merupakan alat, sarana, atau medium untuk
mempermudah siswa menemukan gagasan utama dengan cara menghitung jumlah dan
mengidentifikasi letak kalimat utama dan kalimat penjelas.Pembelajaran menemukan gagasan
utama menggunakan media sempoa kreatif merupakan proses pembelajaran siswa menemukan
gagasan utama dengan bantuan media sempoa kreatif. Karakteristik pembelajaran menemukan
gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif adalah sebagai berikut ini. Sempoa kreatif
terdiri atas butiran-butiran. Setiap butiran mewakili satu kalimat. Butiran tersebut terdiri atas dua
warna yang berbeda. Kuning mewakili kalimat utama dan putih mewakili kalimat penjelas. Warna
‘KU-ning’ dipilih, supaya membantu siswa mengingat istilah ‘KU’ sebagai ‘Kalimat Utama.
Berarti warna lain otomatis mewakili pikiran penjelasan, siswa harus mengidentifikasi kalimat
dalam teks berdasarkan ciri kalimat utama dan kalimat penjelas. Berdasarkan ciri tersebut siswa
dapat menentukan kalimat pertama termasuk kalimat utama atau kalimat penjelas. Jika kalimat
pertama adalah kalimat utama maka siswa harus meletakkan butiran warna kuning pada bagian
dasar, dilanjutkan butiran kalimat kedua di atasnya, butiran ketiga dan seterusnya. Dari susunan
butiran tersebut akan terlihat butiran-butiran dengan warna berbeda yang masing-masing mewakili
kalimat utama dan kalimat penjelas. Siswa menghitung jumlah dan memerhatikan warna serta
letak butiran sehingga dapat ditentukan pula jenis paragrafnya.

Pada butiran warna kuning disisipkan magnet di dalamnya. Butiran tersebut akan saling
menolak jika siswa salah meletakkan butiran. Karena tidak mungkin ada dua kalimat utama yang
bersebelahan kecuali paragraf naratif atau deskriptif. Dalam hal ini, siswa menjawab soal dengan
cara ‘menghitung kancing’ dapat dihindari. Selain itu, siswa juga dilatih jujur dalam menjawab
soal (mengasah aspek afektif). Tidak mungkin jawaban siswa benar, jika susunan sempoa
kreatifnya salah.

Pembelajaran menemukan gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif mengandung
unsur-unsur permainan (lomba). Siswa yang cepat, tepat menyusun sempoa kreatifnya dan
menjawab soal dengan benar dinyatakan menang. Permainan bersifat menyenangkan. Sapani
(1997:18) berpendapat bahwa pemilihan teknik harus memperhatikan prinsip belajar sambil
bermain karena, “Language learning more effective when it is fun”. Maksudnya, belajar bahasa
akan lebih efektif jika menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

Pembelajaran ini melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif
berhubungan dengan pengetahuan tentang menemukan gagasan utama. Aspek afektif berhubungan
dengan sikap. Salah satu aspek tersebut adalah sikap jujur (saat siswa menyusun butiran sempoa
kreatif). Hal tersebut diharapkan mampu menumbuhkembangkan karakter peserta didik. Aspek
psikomotor diasah dengan cara siswa bergerak meletakkan butiran sempoa kreatif pada tempat
yang sesuai.

- 41 -

ISSN 2443-1036

Gagasan Utama
Menurut Kosasih dan Mumpuni (2006:11) gagasan utama dalam wacana terletak didalam

paragraf pokok. Gagasan utama tersebut dicantumkan dalam kalimat utama (kalimat pokok).
Kalimat utama diuraikan melalui kalimat penjelas secara lebih rinci. Gagasan utama adalah
gagasan yang menjadi dasar pengembangan paragraf, gagasan utama berada pada kalimat topik.
Gagasan utama, gagasan pokok, atau ide pokok adalah hal yang dibahas atau diungkapkan dalam
bacaan (tim penyusun Intan Pariwara 2009:1). Sebuah paragraf terdiri atas gagasan utama dan
gagasan penjelas. Gagasan utama dituangkan dalam kalimat topik kalimat utama (tim MeDa
2009:10). Berdasarkan letak gagasan utamanya, paragraf dibedakan menjadi paragraf deduktif,
induktif, campuran, dan naratif/deskriptif (Kosasih, dkk 2005:334). Paragraf deduktif adalah
paragraf yang letak gagasan utamanya di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan
paragraf dinyatakan dalam kalimat pertama. Kemudian disusul oleh penjelasan yang terperinci
terhadap gagasan utamanya itu. Paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak
di akhir paragraf. Mula-mula dikemukakan fakta ataupun uraian, kemudian dari fakta itu penulis
menggeneralisasikannya kedalam sebuah kalimat. Paragraf campuran adalah paragraf yang
gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir. Jadi, dalam paragraf ini
terdapat dua kalimat utama. Dalam hal ini, kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang
dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi. Paragraf deskriptif/naratif adalah
paragraf yang gagasan utamanya tersebar pada seluruh kalimat. Paragraf terbentuk dari adanya
unsur kesatuan, koherensi (hubungan logis antar kalimat dalam paragraf), dan pengembangan
(Kosasih, E. dkk.2006:63). Pengembangan kalimat utama menjadi suatu paragraf dapat dilakukan
dengan cara: repetisi, kata ganti, kata transisi. Dengan kata lain, untuk menentukan kalimat utama
dapat diidentifikasi dari terdapat tidaknya salah satu dari ketiga cara tersebut. Repetisi yaitu
mengulang-ulang kata kunci atau kata yang dianggap penting untuk menegaskan maksud
gagasannya. Kata ganti menggunakan kata kunci dengan kata lain yang searti. Kata transisi
menggunakan kata sambung yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dalam paragraf
sehingga terbentuk koherensi antar kalimat. Suatu kalimat dikatakan sebagai kalimat utama
apabila pernyataan didalamnya merupakan rangkuman ataupun gagasan menyeluruh yang dapat
mewakili pernyataan lain dalam paragraf itu. Suatu kalimat berisi gagasan utama antara lain
ditandai oleh kata kunci berikut: sebagai kesimpulan, yang penting, jadi, dengan demikian, intinya,
pada dasarnya (Wijaya dan Honiatri 2002:164). Gagasan penjelas adalah gagasan yang peranannya
menjelaskan gagasan utama. Ciri kalimat penjelas umumnya berisi contoh, peristiwa ilustratif,
uraian-uraian kecil, kutipan dan gambaran yang sifatnya parsial (Wijaya dan Honiatri 2002:164).
Hasil Kegiatan
Hasil Yang Diperoleh

Media sempoa kreatif yang digunakan untuk menemukan gagasan utama ditanggapi siswa
dengan positif. Hal ini dibuktikan bahwa 92% siswa menyatakan media sempoa kreatif membantu
mereka menemukan gagasan utama. Selain medianya unik, sederhana, juga menyenangkan.

Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah dilaksanakan dapat diketahui bahwa terjadi
perubahan perilaku belajar siswa ke arah yang lebih positif, terjadi peningkatan kompetensi
menemukan gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif.
Masalah yang Dihadapi

Meskipun hasil yang diperoleh peserta didik 92 %, ada juga siswa yang menyatakan sempoa
kreatif masih membuat mereka kesulitan menemukan gagasan utama sebanyak 8%.

- 42 -

Jurnal GAMMA Vol. 7 No. 4 Oktober 2021

Cara Mengatasi Masalah
Hal yang harus diperbaiki dari pembelajaran menemukan gagasan utama menggunakan

media sempoa kreatif adalah menambah jumlah sempoa kreatifnya supaya siswa dapat
menggunakan media tersebut dengan bebas.

KESIMPULAN DAN SARAN
Selain mengalami peningkatan kompetensi menemukan gagasan utama, siswa juga

mengalami perubahan perilaku belajar. Pada pembelajaran banyak siswa mengaku bingung dan
kesulitan dalam menemukan gagasan utama, bersikap pasif, kurang bertanggung jawab, dan bosan.
Perilaku-perilaku tersebut dapat diminimalkan setelah dilaksanakan pembelajaran menemukan
gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif.

Pembelajaran menemukan gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif pembelajaran oleh guru Bahasa Indonesia. Media ini dapat
diterapkan di pembelajaran lain, sehingga kreativitas guru sangat diperlukan. Media sempoa
kreatif bukan media dalam pembelajaran menemukan gagasan utama sehingga diharapkan guru
dapat mencari media-media lain yang lebih menarik, kreatif, variatif, dan inovatif serta tetap
melibatkan aspek afektif, kognitif, dan afektif siswa.

Pembelajaran menemukan gagasan utama menggunakan media sempoa kreatif membantu
siswa untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal tersebut sangat baik
dilakukan terus-menerus oleh siswa supaya terbentuk siswa yang berpengetahuan, bersikap (baik),
dan bergerak aktif.

DAFTAR PUSTAKA
Doyin, Mukh dan Ety Syarifah. 2009. Karya Tulis Ilmiah Bentuk dan Teknik Penulisannya.

Semarang: Bandungan Institute.
Kosasih, E. dan Djoko Mumpuni. 2006. Bahasa Indonesia untuk SMP dan MTs Kelas VII.

Jakarta: Piranti Darma Kalokatama.
Tim MeDa. 2009. Modul Kompetensi Siswa; Bahasa Indonesia untuk SMA/MA. Semarang: CV

MeDa Sejati.
Tim MGMP Bahasa Indonesia SMK. 2008. Lembar Kerja Siswa Bahasa Indonesia SMK Kelas

XII Semester 5 & 6. Semarang: Tim MGMP Bahasa Indonesia SMK.
Tim Penyusun Intan Pariwara. 2009. Detik-Detik Ujian Nasional Bahasa Indonesia untuk

SMP/MTs. Klaten: Intan Pariwara.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka.
Wagiran, dkk. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran. Semarang: Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Wijaya, Marlina dan Euis Honiatri. 2002. Intisari Tata Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas

1,2, dan 3. Bandung: CV Pustaka Setia.
www.google.com/sempoa

- 43 -


Click to View FlipBook Version