The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Intan Alfi Anasri (K4421038)_Membuat E-Book FLip_Dinamika Perjuangan Suku Kurdi dalam Memperoleh Status Wilayah Di Irak

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ouwnoo23, 2022-12-16 06:31:18

Intan Alfi Anasri (K4421038)_Membuat E-Book FLip_Dinamika Perjuangan Suku Kurdi dalam Memperoleh Status Wilayah Di Irak

Intan Alfi Anasri (K4421038)_Membuat E-Book FLip_Dinamika Perjuangan Suku Kurdi dalam Memperoleh Status Wilayah Di Irak

DINAMIKA PERJUANGAN SUKU KURDI

DALAM MEMPEROLEH STATUS WILAYAH DI


IRAK

INTAN ALFI ANASRI - K4421038

Dinamika Perjuangan Suku Kurdi dalam Memperoleh Status Wilayah Di Irak

LATAR BELAKANG

Bangsa Irak merupakan salah satu bangsa yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Hal
tersebut tak pelak menimbulkan permasalahan etnis. Masalah etnis yang dihadapi Irak
merupakan bentuk perjuangan Etnis Kurdi yang menuntut otonomi wilayah Kurdistan di
sebelah Utara Irak (melingkup Arbil, Suleymani, Dahuk, dan Kirkuk). Pada masa
kepemimpinan Syeikh Mahmud Barzanji Etnis Kurdi berjuang menuntut realisasi perjanjian
Sevres 1920 terkait kemerdekaan bagi seluruh wilayah Kurdistan. Namun setelah di bawah
kepemimpinan Mustafa Barzani, Etnis Kurdi di Irak merubah tuntutannya, yakni agar
diberikan status otonomi kepada wilayah Kurdistan yang berlokasi di Irak. Utara

Mereka berpikir, sulit pastinya untuk menciptakan sebuah Negara Kurdistan yang berdaulat,
hal ini dikarenakan keberadaan Etnis Kurdi yang terpencar diempat Negara yakni Turki, Iran,
Irak, dan Suriah. Gerakan perjuangan Etnis Kurdi di Irak merupakan bentuk protes terhadap
pemerintah yang berkuasa. Etnis Kurdi menganggap Pemerintah Irak baik saat masih
dipegang oleh mandat Inggris maupun sudah menjadi republik selalu mengabaikan
kepentingan Etnis Kurdi, bahkan keberadaan mereka hampir dihilangkan melalui Genocida
Kurdistan ketika Irak dipimpin oleh Saddam Husein pada tahun 1988

Dinamika Perjuangan Suku Kurdi dalam Memperoleh Status Wilayah Di Irak

SEJARAH SUKU

KURDI

Etnis Kurdi berasal dari rumpun bangsa Indo-Eropa yang mendiami daerah
pegunungan di perbatasan Irak, Iran, Turki dan Suriah sejak 8000 tahun
yang lalu. vsejarah Etnis Kurdi dibagi menjadi empat periode, yaitu:

Periode Pertama (6000 SM sampai 5400 SM) Periode Halaf

Periode ini berdasarkan bukti-bukti arkeologis, seperti bentuk dan lukisan
pada pot-pot kuno yang ditemukan di gunung Tell Halaf yang terletak di
sebelah barat Qamishli (Suriah)

Periode kedua (5300 - 4300 SM) periode Al-Ubaid

Periode ini berdasarkan nama sebuah gunung yakni Al Ubaid di utara Irak
tempat dimana ditemukannya banyak peninggalan kuno yang berkaitan
dengan Etnis Kurdi. Penduduk Ubaid inilah yang memberikan nama “Tigris”
dan “Euphrates” untuk dua sungai utama di Irak yang mengalir dari
Kurdistan ke Mesopotamia dan menurunkan suku Chaldean atau Khaldi.

Dinamika Perjuangan Suku Kurdi dalam Memperoleh Status Wilayah Di Irak

Periode Ketiga (Hurri)
Pada periode ini pusat kehidupan pindah ke kawasan pegunungan Zagros-Taurus-
Pontus dengan beberapa kerajaan kecil, antara lain Arrap’ha, Melidi, Washukani dan
Aratta.Sekitar 2000 SM suku Hittite dan Mittani (Sindi) datang dan menetap di
Kurdistan. Pada tahun 727 SM kerajaan Hurri berakhir. Selanjutnya muncul kerajaan
Medes dengan ibukota di Ecbatana. Kaum Medes inilah yang diakui oleh orang-
orang Kurdi sekarang sebagai nenek moyang mereka.

Periode keempat (Semitik dan Turkik)
Pada periode ini muncul interaksi dengan orang-orang Yahudi, Nasrani dan Islam
(Arab) serta asimilasi mereka dengan bangsa Turki (terbukti dengan adanya nama-
nama kabilah seperti Karachul, Oghaz, Devalu, Karaqich, Iva, dan sebagainya

Mayoritas Etnis Kurdi saat ini menganut agama Islam Sunni dan tinggal di wilayah
Kurdistan dengan luas wilayah sekitar 640.000 km2. Wilayah Kurdistan saat ini
terbagi untuk beberapa negara seperti Turki bagian tenggara, Iran Utara, Irak Utara
dan Suriah Utara. Jumlah Suku Kurdi secara keseluruhan diperkirakan sekitar lebih
dari 20 juta orang

Perjuangan Suku Kurdi di Bawah Kepemimpinan Mahmud Barjanzi

Etnis Kurdi di Irak merupakan yang paling semangat memperjuangkan kemerdekaan dibanding dengan Etnis Kurdi di Negara Turki, Iran, dan
Suriah. Perjuangan Etnis Kurdi di Irak dimulai pada bulan Mei tahun 1920, dipimpin oleh seorang ulama bernama Syaikh Mahmud Barzanji.
Etnis Kurdi meminta Inggris mewujudkan perjanjian Sevres tahun 1920 untuk menjadikan Kurdistan sebagai sebuah negara, namun karena
daerah Kurdistan dikelilingi oleh sumber daya alam yang melimpah perjanjian tersebut tidak pernah direalisasikan oleh Inggris. Melihat hal
tersebut, pada awalnya pemerintah Inggris ingin mengambil hati Mahmud Barjanzi, namun ternyata hal tersebut tidak mempan. Mahmud
Barjanzi malah memerintahkan akyat Kurdi untuk melakukan penangkapan terhadap seluruh Pejabat Inggris di kota tersebut. Pemerintah
koloni Inggris kemudian merespon dengan mengirim dua Brigade pasukannya untuk melemahkan pasukan Kurdi di kota Sulaimaniyah. Pada
bulan Juni 1920, Mahmud Barzanji akhirnya berhasil ditangkap dan diasingkan ke India oleh pemerintah mandat Inggris. Selama pengasingan
Mahmud Barjanzi ke India, muncullah ancaman baru dari Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Attaturk. Penyerangan oleh Turki ini
memunculkan kekhawatiran pemerintah Inggris karena ditakutkan Etnis Kurdi akan bekerja sama dengan Turki melawan pemerintah Inggris.

Dinamika Perjuangan Suku Kurdi dalam Memperoleh Status Wilayah Di Irak

PEMULANGAN MAHMUD BARJANZI DAN

PEMBENTUKAN KERAJAAN KURDISTAN

Mahmud Barzanji dipulangkan dari pengasingan dan diangkat sebagai "Gubernur Kurdistan Selatan‟ oleh
Pemerintah koloni Inggris. Sementara itu, Pada tanggal 20 Desember 1920, Pemerintah koloni Inggris
mengeluarkan Anglo-Iraqi declaration yang berisi kesepakatan bahwa masyarakat Kurdi boleh memiliki
Pemerintahan sendiri asal mereka dapat mendirikan Konstitusi dan setuju pada batas batas Teritorial
Pemerintah Irak. Namun, pada tanggal 10 Oktober 1921, Mahmud Barzanji mengeluarkan pernyataan bahwa ia
menolak Anglo-Iraqi declaration yang ditawarkan Pemerintah koloni Inggris dan kemudian ia mendirikan kerajaan
Kudistan dan mengangkat dirinya sebagai raja. Pada bulan Juli 1924, Pemerintah Mandat Inggris mengerahkan
Royal Air Force untuk menyerang Kerajaan Kurdistan. Mahmud Barzanji dan pejuang Kurdi mecoba melakukan
perlawanan namun ia ditangkap kembali oleh Tentara Inggris dan dibuang ke Irak Selatan. Dengan demikian,
maka berakhirlah kerajaan Kurdistan bentukan Mahmud Barzanji.

Dinamika Perjuangan Suku Kurdi dalam Memperoleh Status Wilayah Di Irak

PERLAWANAN RAKYAT KURDI

Penangkapan Mahmud Barjanzi ternyata tidak dapat memadamkan semangat rakyat Kurdi
dalam memerangi pemerintah Inggris. Setelah tertangkapnya Mahmud Barjanzi, Ahmad Barzani
beserta adiknya yaitu Mustafa Barzani, yang merupakan pengikut dari Mahmud Barzanji,
memutuskan untuk melanjutkan perjuangan Mahmud Barzanji. Namun, Perbedaannya kali ini
tujuannya adalah agar wilayah Kurdistan di Utara Irak mendapatkan otonomi dari Kerajaan Irak
bentukan Inggris yang dikenal dengan sebutan Dinasti Hasyimiyah. Ahmad dan Mustafa berhasil
mempersatukan rakyat dan suku Kurdistan untuk bersama – sama melakukan perjuangan
melawan kerajaan Irak. Namun sayangnya, Perjuangan Etnis Kurdi dapat dipadamkan setelah
Tentara Inggris membantu pasukan kerajaan Irak.

Pada tahun 1943, Mustafa Barzani memanfaatkan momentum untuk melakukan perjuangan bersama rakyat Kurdi dalam memperoleh otonomi
wilayah Kurdistan Irak. Mereka mencoba melakukan penyerangan terhadap pos Polisi dan gudang senjata guna mendapatkan senjata serta amunisi
tambahan. Bahkan, pada Pertempuran Mazna, pasukan Pejuang Kurdi berhasil mengalahkan Tentara Irak yang bersenjata lengkap. Namun
menjelang tahun 1945, Mustafa Barzani mulai terdesak karena, Pemerintah kerajaan Irak menyuap sejumlah suku-suku Kurdi yang membenci
Mustafa Barzani untuk menyerang pasukan Pejuang Kurdi.

Dinamika Perjuangan Suku Kurdi dalam Memperoleh Status Wilayah Di Irak

IRAQI-KURDISH AUTONOMY AGREEMENT

Pada tahun 1970, perjuangan Etnis Kurdi kali ini sampai pada meja Algier Accord
perundingan. Mustafa Barzani dan Presiden Saddam Hussein sepakat
untuk menandatangani Iraqi-Kurdish Autonomy Agreement pada tahun Pada tahun 1974, nasib etnis Kurdi dalam ancaman. Hal
1970. Isi perjanjian itu antara lain janji Pemerintah Irak untuk tersebut disebabkan karena oleh penandatanganan Algier
memberikan Otonomi pada kepada Etnis Kurdi dan mengikutsertakan Accord oleh Shah Iran Muhammad Reza Pahlevi dan Saddam
Etnis Kurdi di dalam pemerintahan. Adapun syarat-syarat perjanjian ini Hussein. Dengan mediatori oleh Presiden Aljazair, Houari
yaitu Etnis Kurdi tak boleh lagi melakukan penyerangan lagi dan Boumédiènne, Perundingan tersebut berlangsung di kota
disepakatinya Peletakan Senjata (Armstice) diantara kedua belah pihak. Algier, Aljazair. Perundingan tersebut menghasilkan
Namun ternyata usaha perdamaian antara etnis Kurdi dan Irak gagal. kesepakatan bahwa Pemerintah Iran akan menghentikan
Kegagalan tersebut disebabkan karena Pemerintah Irak tidak mau bantuan terhadap pasukan pejuang Kurdi pimpinan Mustafa
memasukan daerah Kirkuk kedalam wilayah otonomi Kurdistan Irak. Barzani.
Pemerintah Pusat di Baghdad bersikeras mempertahankan Kirkuk
karena wilayah tersebut merupakan wilayah yang kaya akan minyak.
Sementara itu, dilain sisi Mustafa Barzani ingin wilayah otonomi
Kurdistan Irak itu diperluas hingga meliputi kota Kirkuk dan Mosul. Hal
inilah yang menyebabkan antara Etnis Kurdistan dan Irak kembali
bersitegang.

PERANG TELUK

Perang Teluk I Perang Teluk II Perang Teluk III

1980 1990 2003

Disebabkan karena untuk mencegah
Disebabkan karena Pada tanggal 2 Agustus
Disebabkan karena adanya tuduhan AS tentang


pengaruh Revolusi Iran yang dipimpin
1990, Saddam Hussein memerintahkan
pengembangan senjata biologis pemusnah massal.

Ayatullah Khomeini menyebar ke wilayah Irak
militer Irak untuk menginvasi Kuwait.
tuduhan dari AS yang menganggap Irak melindungi

Saddam kemudian secara sepihak

Selatan yang sebagian besar di huni oleh
pemimpin Al- Qaeda Osama bin Laden. AS


Muslim Syiah, Saddam Hussein kemudian
menyatakan Kuwait sebagai Provinsi Irak
berusaha membebaskan rakyat dari kekuasaan


menyatakan Perang melawan Republik Islam
yang ke Sembilan belas. Untuk mencegah
Saddam Hussein yang dianggap diktator dalam

pemerintahannya. Disamping itu, Karena Irak

Iran; dengan ini pecahlah Perang Irak-Iran. kemungkinan perang, maka Saddam


mengarah ke Arab Saudi, Amerika dan NATO
merupakan negara dengan cadangan minyak


mengawali pembentukan pasukan massif
terbesar kedua setelah Arab Saudi lalu Amerika


yang disebut "Operation Desert Shield‟. Hal
Serikat ingin mendapatkan kontrol atas minyak di


inilah yang kemudian memicu terjadinya
Irak supaya mereka tidak lagi bergantung dengan


perang Teluk II negara-negara Eropa dan Asia Timur.

DAFTAR PUSTAKA

Entessar, Nader."The Kurds in Post-Revolutionary Iran and Iraq". Third World
Quarterly,Vol. 6, No. 4 (Oct., 1984), h. 911-933

Gunther, Michael. (1992). The Kurds of Iraq: Tragedy and Hope. New York: St.
Martin’s Press,

Lenczowski, George. (1993). Timur-Tengah di Tengah Kancah Dunia. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Sahide, Ahmad. (2014). Suku Kurdi dan Potensi Konflik di Timur Tengah. Jurnal
Hubungan Internasional. Vol.2, No. 2. https://doi.org/10.18196/hi.2013.0035.139-145

Shambazy, Budiarto. (2003). Obrak Abrik Irak. Jakarta : Kompas.


Click to View FlipBook Version