The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by , 2021-01-10 22:59:13

KUMPULAN PUISI PENDEK

KUMPULAN PUISI PENDEK

Keywords: #KumpulanPuisipendek #puisi

1. Sembahyang Rindu

Bahkan ombak pun menolak membawa rinduku padamu

Bersama angin kusembahyangkan diri
Mentakbirkan daun dan rumput
Melambai jauh padamu
Gelora doa dizikir ombak
Mentasbihkan pasir-pasir
Menghampar sepanjang waktu

Kini baru kutahu
Rindu bertahun kuwirid di angin malam
Belum sampai padamu
Seperti ombak pulang balik ke tepian
Hanya deru zikirku yang lantang
Seperti pekik pungguk memanggil bulan
Tangisku mengeris lengang
Menunggu kau datang

Seperti menangkap bayang
Di pancaran cahayamu yang cerlang

Oleh: Nuryana Asmaudi SA

2. Aku Kehilangan Parasmu

:lovina
Ya, kita pernah singgah ke pantai ini
Sesudah kau kecup bibirku di sanur dan kuta
Saat matahari berdiri di alis matamuPara bule yang berjemur memandangi kita
Seperti ingin menerbangkan busur
Ke angkasa: kuta mengikatkan cinta

Tapi di tukad cebol kembali terlunta
Seakan adam dan hawa berburu cinta
Di bukit rahma bertemu pula
Aku kehilangan parasmu
Namamu tak mampu kuterjemahkan

Oleh: Isbedy Stiawan ZS

3. Zona Pertemanan

Aku ingat pertama kali melihatmu
Kau masuk ke hidupku tanpa permisi
Berputar bagai gasing di dalam pikiranku
Entah kau milik siapa

Kau tulus untuk selalu datang menyapa setiap hari
Aku saja yang menolak
dan lebih memilih menatap ke arah lain

Oleh: Fiersa Besari

1.Sahabat di Kala Hujan

Terimakasih teman,
Di tengah orang-orang yang berseragam,
Di tengah awan yang mulai gelap
Dan hujan memenuhi suara yang masuk ke telingaku
Ketakutanku mulai memuncak
Nuraniku menggigil
Tapi kau membawakanku sebuah handuk
Kau adalah pelangi
Walaupun kau datang terlalu awal

2. Bintang untuk Sahabat

Malam nan suci dan sepi,
Menarikku untuk keluar dari rumah.
Kupandangi Langit malam.
Ternyata bertaburkan Bintang yang tak terhitung jumlahnya.

Andaikan ku seorang bidadari,
Kuterbangkan diriku dan sahabatku ke langit ketujuh.

Kuraih sebuah bintang terindah,
dan kupersembahkan untuk sahabatku yang selalu menemaniku.

Oleh: Siti Halimah

3.Di Koridor Sekolah

Apa kabar Kau yang di sana?
Tahukah kamu,
Aku selalu tak percaya dengan semua ini
Setiap pulang sekolah aku selalu di sini
Karena di tempat ini,
Di koridor sekolah kita selalu bersama,
Bermain, dan tertawa
Meskipun ragamu entah ke mana
Dan jiwamu telah melayang
Tapi dalam hati dan pikiranku masih ada kau, teman

1.Dia Ibuku

Kala itu purnama sempurna
Benderang cahayanya menyinari samudera
Kala itu seorang wanita menderita
Teriakkannya mengguncangkan
nusantara

Demi buah cinta yang terindah
Dia meradang,, dia mengerang dengan bangganya
Wahai dunia tau kah engkau
Siapa wanita yang terhebat itu
Dia….Ibuku

2.Bunda dalam Cahaya

Dia wanita bernama cahaya
Hatinya memancar
Tergurat dalam doa-doa
Tangan kecilnya mengantar kami
di gerbang cahaya

Dia berjalan dengan cinta
Dia berjalan menerjang luka
Bahkan dia menempuh tanpa
batas rasa

Dialah Ibu dari segala cahaya
Ibu dari semua luka kami

Ibu dari jejak yang terukir
dalam tinta sejarah

Oleh Romadona

3.Untuk Ibu

Saat azan berkumandang
Memanggil sekalian umat
Tenang alunan nada suara imam
Melontarkan alunan mengingatkan insan pada pecipta

Perlahan-lahan suara memasuki telinga
Seolah tak ingin menyingung rasa
Tenang seolah tidak terjadi apa-apa
Dokter cina menyusun kata dengan senyuman indah
Namun saat kata-kata tersusun di minda
Nyata ucapannya menusuk masuk ke jiwa
Tanpa di pinta air

1.Guruku

Kau adalah sumber ilmu ku
Kaulah pembimbingku
Kaulah yang mendidikku
Dengan sabar dan tulus

Guruku
Sungguh besar jasamu
Kau yang tak pernah bosan
Dalam mengajar dan membimbingku
Engkau pahlawan tanpa tanda jasa
Guruku

Terima kasih
Atas segala jasa-jasa
Dan engkau pahlawanku

Oleh: Amelia Prishanty

2.Bersamamu, Guruku

Ketika aku menatap langit
Tingginya takkan dapat kuraih berjinjit
Tapi tatkala aku menatapnya bersamamu, guruku
Aku dapat menggapai cita setinggi itu
Ketika aku memandang samudera
Hamparan luasnya takkan bisa kupeluk di dada
Tapi tatkala aku memandangnya bersamamu, guruku

Aku bisa merangkul mimpi seluas itu
Ketika aku melihat gunung
Beratnya takkan mampu kupikul di punggung
Tapi tatkala aku melihatnya bersamamu, guruku
Aku mampu mengangkat ilmu seberat itu

Berkatmu. Kumantap, kumemandang, kumelihat sisi lain dunia
Tuk mengubahnya menjadi bekal kehidupan
Maka setinggi langit, seluas samudera dan seberat gunung
Terhatur terima kasih untukmu, guruku.

Oleh: Yoga Permana Wijaya

3.Pahlawan yang Terlupakan

Cermatilah sajak sederhana ini, kawan
Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula
Sosok yang terkadang terlupakan
Sosok yang sering tak dianggap

Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan
Terka-lah kiranya siapa pahlawan ini
Ingatlah lagi kiranya apa jasanya

Ucap, sabar dan kata hati menjadi senjatanya
Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya
Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya
Bukan ia yang diharap menang
Namun suksesmu dan suksesmulah menangnya

Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini
Karenanyalah kudapat tulis sajak ini
Karenanyalah kau dapat baca sajak ini
Juluknya ialah pahlawan tanpa tanda jasa

Mungkin telah teringat olehmu kawan
Mungkin telah kau terka jawabnya

Ialah pahlawan dan orang tua kedua
Ialah guru, sang pahlawan yang terlupakan.

Oleh: Ahmad Muslim Mabrur Umar

1.Tanah ini Darah Kita

Aku tak ingin melihat bangsaku tersungkur
Kalah oleh waktu
Aku tak ingin melihat bangsaku tenggelam
Oleh kehancuran dari penjajah

Tekad setinggi langit
Untuk tanah air ini
Mereka berkorban
Percaya diri penjajah pun mulai menyusut

2.Pahlawanku

Pahlawanku
Bagaimana Ku bisa
Membalas Jasa-jasamu
Yang telah kau berikan untuk bumi pertiwi

Haruskah aku turun ke medan perang
Haruskah aku mandi berlumuran darah
Haruskah aku tersusuk pisau belati penjajah
Aku tak tahu cara untuk membalas jasa-jasamu

Engkau relakan nyawamu
Demi suatu kemerdekaan yang mungkin
Tak bisa kau raih dengan tanganmu sendiri
Pahlawanku engkaulah bunga bangsa

Oleh: Rezha Hidayat

3.Pengorbanan

Mengucur deras keringat
Membasahi tubuh yang terikat
Membawa angan jauh entah kemana
Bagaikan pungguk merindukan bulan
Jiwa ini terpuruk dalam kesedihan

Pagi yang menjadi malam

Bulan yang menjadi tahun
Sekian lama telah menanti
Dirinya tak jua lepas
Andai aku sang Ksatria
Aku pasti menyelamatkanya
Namun semua hanya mimpi
Dirinyalah yang harus berusaha
Untuk membawa pergi dari kegelapan abadi
Oleh: NN

NAMA;RAMZIRAMADHAN AKBAL
KELAS;X MM
NO;31
TUGAS MEMBUAT E-BOOK


Click to View FlipBook Version