Indikator Nasional Mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
1. Kepatuhan identifikasi pasien;
2. Waktu tanggap seksio sesarea emergensi untuk RS A, B dan C
serta RS khusus ibu anak
3. Waktu tunggu rawat jalan;
4. Penundaan operasi elektif;
5. Kepatuhan waktu visite dokter penanggung jawab pelayanan;
6. Pelaporan hasil kritis laboratorium;
7. Kepatuhan penggunaan formularium nasional;
8. Kepatuhan kebersihan tangan
9. Kepatuhan terhadap clinical pathway;
10. Kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh;
11. Kepuasan pasien dan keluarga; dan
12. Kecepatan waktu tanggap terhadap complain
13. Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
A. Profil Indikator
Setiap Indikator dijabarkan dalam bentuk format profil sebagai berikut:
Tabel 1. Format Profil Indikator
Judul Indikator Judul singkat yang spesifik mengenai indikator
apa yang akan diukur tanpa menyebutkan
satuan pengukuran
Dasar Pemikiran Dasar pemilihan indikator yang dapat berasal
dari :
1. Ketentuan/peraturan,
2. Data
3. Literatur
4. Analisis situasi
Dimensi Mutu 1. Prinsip atau tujuan prioritas dalam
memberikan pelayanan meliputi efektif
(effective), keselamatan (safe), berorientasi
kepada pasien/pengguna layanan (people-
centred), tepat waktu (timely), efisien (efficient),
adil (Equitable) dan terintegrasi (Integrated).
-2-
Tujuan 2. Setiap indikator mewakili 1 sampai 3 dimensi
Definisi mutu
Operasional
Jenis Indikator Suatu hasil yang ingin dicapai dengan melakukan
pengukuran indikator.
Satuan Batasan pengertian yang dijadikan pedoman
Pengukuran dalam melakukan pengukuran indikator untuk
Numerator menghindari kerancuan.
(pembilang) Input : untuk menilai apakah fasilitas pelayanan
Denominator kesehatan memiliki kemampuan sumber daya
(penyebut) yang cukup untuk memberikan pelayanan.
Target Proses : untuk menilai apa yang dikerjakan staf
Pencapaian fasilitas pelayanan kesehatan dan bagaimana
Kriteria: pelaksanaan pekerjaannya
Output: untuk menilai hasil dari proses yang
Formula dilaksanakan
Desain Outcome : untuk menilai dampak layanan yang
Pengumpulan diberikan terhadap pengguna layanan
Data Standar atau dasar ukuran yang digunakan
Antara lain : jumlah, persentase, dan satuan
waktu.
Jumlah subjek atau kondisi yang ingin diukur
dalam populasi atau sampel yang memiliki
karakteristik tertentu
Semua peluang yang ingin diukur dalam populasi
atau sampel.
Sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai
Kriteria inklusi: Karakteristik Subjek yang
memenuhi kriteria yang telah ditentukan
Kriteria ekslusi : Batasan yang mengakibatkan
subjek tidak dapat diikutkan dalam pengukuran
Rumus untuk menghasilkan nilai indikator
Retrospektif, Concurrent (Survei harian,
observasi)
-3-
Sumber Data Asal data yang diukur. (contoh: rekam medis dan
formulir observasi)
Cara melakukan pengumpulan data:
1.Data Primer
(mengumpulkan langsung menggunakan lembar
pencatatan hasil observasi, kuesioner)
2. Data sekunder
(rekam medis, buku catatan komplain)
Instrumen Alat atau tools atau formulir yang digunakan
Pengambilan untuk mengumpulkan data.
Data
Besar Sampel Jumlah data yang harus dikumpulkan agar
pengukuran menjadi representative. Besar
sampel disesuaikan dengan kaidah-kaidah
statistik.
Frekuensi Kekerapan pengumpulan data, dapat dilakukan
Pengumpulan harian, bulanan atau triwulan.
Data
Periode Pelaporan Kurun waktu yang ditetapkan untuk melaporkan
Data data contohnya setiap bulan, setiap triwulan
Periode Analisis Kurun waktu yang ditetapkan untuk melakukan
Data analisis, contohnya setiap bulan, setiap triwulan
Penyajian Data Cara menampilkan data, contoh tabel, runchart,
grafik
Penanggung Petugas yang bertangggung jawab untuk
Jawab mengkoordinir upaya pencapaian target yang
ditetapkan
-4-
Profil Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
a. Kepatuhan Identifikasi Pasien (KIP)
Judul Indikator Kepatuhan Identifikasi Pasien
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien pada pasal
5 ayat 5 bahwa salah satu Sasaran
Keselamatan Pasien adalah mengidentifikasi
pasien dengan benar.
2. Ketepatan identifikasi menjadi sangat penting
untuk menjamin keselamatan pasien selama
proses pelayanan dan mencegah insiden
keselamatan pasien. Untuk menjamin
kepatuhan identifikasi maka diperlukan
indikator yang mengukur dan memonitor
tingkat kepatuhan pemberi pelayanan dalam
melakukan proses identifikasi. Sehingga
pemberi pelayanan akan menjadikan
identifikasi sebagai proses rutin dalam proses
pelayanan pasien.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Meningkatkan kepatuhan pemberi layanan dalam
melaksanakan proses identifikasi pasien dalam
pelayanan.
Definisi 1. Identifikasi pasien secara benar adalah proses
Operasional mencocokkan identitas pasien menggunakan
minimal dua dari tiga identitas yang
tercantum pada gelang, label atau bentuk alat
identifikasi lainnya sebelum memberikan
pelayanan dan sesuai dengan regulasi yang
berlaku di rumah sakit.
2. Proses identifikasi pasien oleh petugas
dilakukan secara aktif dengan visual dan atau
verbal.
3. Peluang adalah indikasi dilakukan identifikasi
pasien secara benar pada saat :
-5-
Jenis Indikator a. Pemberian pengobatan : pemberian obat,
Satuan pemberian cairan intravena, pemberian
Pengukuran darah dan produk darah, radioterapi, dan
Numerator nutrisi.
(pembilang)
b. Prosedur tindakan : tindakan operasi atau
Denominator tindakan invasif lainnya sesuai kebijakan
(penyebut) yang di tetapkan rumah sakit.
Target
Pencapaian c. Prosedur diagnostik : pengambilan sampel,
Kriteria: pungsi lumbal, endoskopi, kateterisasi
jantung, pemeriksaan radiologi dll
Proses
Persentase
Jumlah proses identifikasi pasien yang dilakukan
secara benar
Jumlah total peluang yang di observasi
100%
Kriteria Inklusi:
Semua pasien yang mendapatkan pelayanan di
rumah sakit
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data Data primer
Sumber Data Formulir Observasi
Instrumen
Pengambilan
Data
-6-
Besar Sampel Menggunakan populasi atau sampel minimal
sesuai dengan referensi
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Bidang Pelayanan Medik
Jawab
b. Waktu Tanggap Operasi Seksio Sesarea Emergensi
Judul Indikator Waktu Tanggap Operasi Seksio Sesarea
Emergensi ≤ 30 menit
Dasar Pemikiran 1. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit, pada pasal 29 ayat 1
disebutkan bahwa Setiap Rumah Sakit
mempunyai kewajiban untuk memberikan
pelayanan gawat darurat kepada pasien
sesuai dengan kemampuan pelayanannya.
2. Berdasarkan Supas tahun 2015, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun
2015 adalah 305 per 100.000 Kelahiran
Hidup, ini masih merupakan yang tertinggi di
Asia Tenggara. Kejadian kematian ibu ini
terbanyak ditemukan di rumah sakit sebesar
78%. Tingginya Angka kematian Ibu ini
mengindikasikan masih perlunya dilakukan
peningkatan tata kelola dan peningkatan
mutu pelayanan antenatal care dan
persalinan. Untuk itu diperlukan indikator
-7-
Dimensi Mutu untuk memantau kecepatan proses
Tujuan pelayanan operasi seksio sesarea.
Tepat waktu, Efektif, Keselamatan
Definisi Tergambarnya pelayanan kegawatdaruratan
Operasional operasi seksio sesarea yang cepat dan tepat
sehingga mampu mengoptimalkan upaya
Jenis Indikator menyelamatkan Ibu dan Bayi
Satuan Waktu Tanggap Operasi Seksio Sesarea
Pengukuran Emergensi adalah waktu yang dibutuhkan pasien
Numerator untuk mendapatkan tindakan seksio sesarea
(pembilang) emergensi sejak diputuskan operasi sampai
Denominator dimulainya insisi operasi di kamar operasi yaitu ≤
(penyebut) 30 menit
Target Proses
Pencapaian Persentase
Kriteria: Jumlah pasien yg mendapatkan tindakan seksio
sesarea emergensi sesuai dengan waktu tanggap
Jumlah pasien yg diputuskan tindakan seksio
sesarea emergensi
80%
Untuk rumah sakit yang memberikan pelayanan
Seksio Sesaria.
Kriteria Inklusi:
Pasien yang diputuskan untuk tindakan SC
emergensi dengan toleransi operasi baik
(maksimal ASA 2)
Kriteria Ekslusi
Ibu hamil yg memerlukan distabilisasi terlebih
dahulu
Formula
-8-
Desain Retrospektif
Pengumpulan Data sekunder dari rekam medik, laporan operasi
Data
Sumber Data
Instrumen Formulir pengumpulan data WTO SC-E
Pengambilan
Data
Besar Sampel Menggunakan populasi atau sampel minimal
sesuai dengan referensi
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Run chart Control Chart
Penanggung Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan
Jawab
c. Waktu Tunggu Rawat Jalan (RWTRJ)
Judul Indikator Waktu Tunggu Rawat Jalan
Dasar Pemikiran 1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit, pada pasal 29 ayat 1
disebutkan bahwa Setiap Rumah Sakit
mempunyai kewajiban untuk memberi
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
2. Rumah sakit harus menjamin ketepatan
pelayanan kesehatan termasuk di unit rawat
jalan. Walaupun tidak dalam kondisi gawat
maupun darurat namun tetap harus dilayani
-9-
Dimensi Mutu dalam waktu yang ditetapkan. Hal ini untuk
Tujuan menjamin terpenuhinya kebutuhan pasien
akan rencana diagnosis dan pengobatan.
Definisi Waktu tunggu yang lama dapat menyebabkan
Operasional ketidakpuasan pasien dan keterlambatan
diagnosis maupun pengobatan pasien.
Jenis Indikator Berorientasi kepada pasien
Satuan Tergambarnya waktu pasien menunggu
Pengukuran dipelayanan sebagai dasar untuk perbaikan
Numerator proses pelayanan di unit rawat jalan agar lebih
(pembilang) tepat waktu dan efisien sehingga meningkatkan
Denominator kepuasan pasien.
(penyebut) 1. Waktu tunggu rawat jalan adalah waktu yang
Target dibutuhkan mulai saat pasien kontak dengan
Pencapaian petugas pendaftaran sampai mendapat
pelayanan dokter/ dokter spesialis.
2. Kontak dengan petugas pendaftaran adalah
proses saat petugas pendaftaran menanyakan
dan mencatat/menginput data pasien.
3. Pelayanan dokter/dokter spesialis adalah
proses saat pasien kontak dengan
dokter/dokter spesialis.
Proses
Menit
Jumlah kumulatif waktu tunggu pasien rawat
jalan
Jumlah pasien rawat jalan yang disurvei
≤ 60 menit
-10-
Kriteria: Kriteria inklusi :
Formula Pasien yang berobat di rawat jalan
Kriteria ekslusi:
Pasien medical check up / pasien tidak datang
saat dipanggil, pasien poli gigi
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Sumber data sekunder dari :
1. Catatan Pendaftaran Pasien Rawat jalan
2. Rekam medik Pasien Rawat jalan
Catatan : Pencatatan dapat manual ataupun
elektronik
Instrumen Formulir Waktu tunggu Rawat jalan
Pengambilan
Data
Besar Sampel Menggunakan populasi atau sampel minimal
sesuai dengan referensi
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Rawat Jalan
Jawab
d. Penundaan Operasi Elektif (POE)
Judul Indikator Penundaan Operasi Elektif
-11-
Dasar Pemikiran 1. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang
Dimensi Mutu Rumah Sakit, pada pasal 29 ayat 1
Tujuan
Definisi disebutkan bahwa Setiap Rumah Sakit
Operasional
mempunyai kewajiban untuk memberi
Jenis Indikator
Satuan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
Pengukuran
Numerator antidiskriminasi dan efektif dengan
(pembilang)
Denominator mengutamakan kepentingan pasien sesuai
(penyebut)
Target dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
Pencapaian
2. Rumah sakit harus menjamin ketepatan
waktu dalam memberikan pelayanan
termasuk tindakan operasi, sesuai dengan
kebutuhan pasien untuk mendapatkan hasil
pelayanan seperti yang diinginkan dan
menghindari komplikasi akibat
keterlambatan operasi.
Tepat waktu, efisiensi, berorientasi pada pasien
Tergambarnya ketepatan pelayanan bedah dan
penjadwalan operasi
Penundaan operasi elektif adalah tindakan
operasi yang terencana atau dijadwalkan yang
tertunda ≥ 1 jam dari jadwal operasi yang
direncanakan sebelumnya yang terjadi pada hari
pelaksanaaan operasi.
Proses
Persentase
Jumlah pasien yang waktu jadwal operasinya
tertunda lebih dari 1 jam
Jumlah pasien operasi elektif
<5%
-12-
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Formula Pasien operasi elektif
Kriteria Eksklusi:
Penundaan operasi atas indikasi medis
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data Data sekunder dari catatan pasien yang
Sumber Data dijadwalkan operasi dan data pelaksanaan
operasi.
Instrumen Formulir Penundaan Operasi Elektif
Pengambilan
Data Menggunakan populasi atau sampel minimal
Besar Sampel sesuai dengan referensi
Harian
Frekuensi
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Bedah/Bedah Sentral
Jawab
e. Kepatuhan waktu Visite Dokter Spesialis/DPJP (KWV)
Judul Indikator Kepatuhan waktu Visite DPJP
Dasar pemikiran 1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran pasal 51 Dokter atau
-13-
dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai kewajiban
memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien.
Pada pasal 52 disebutkan bahwa pasien
mempunyai hak untuk mendapatkan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.
Undang-Undang No.25 Tahun 2009 ayat 15
disebutkan bahwa Penyelenggara pelayanan
publik berkewajiban melaksanakan
pelayanan sesuai dengan standar pelayanan.
2. Pelayanan kesehatan harus berorientasi
kepada kebutuhan pasien, bukan kepada
keinginan rumah sakit.
Dimensi Mutu Berorientasi kepada pasien
Tujuan
Tergambarnya kepatuhan dokter spesialis
Definisi
Operasional terhadap ketepatan waktu melakukan visitasi
Jenis Indikator kepada pasien rawat inap.
Satuan
Pengukuran Waktu visite Dokter Spesialis adalah waktu
Numerator
(pembilang) kunjungan DPJP untuk melihat perkembangan
Denominator
(penyebut) pasien yang menjadi tanggung jawabnya setiap
Target
Pencapaian hari termasuk hari libur.
Kriteria:
Proses
Persentase
Jumlah visite Dokter Spesialis yang paling lambat
jam 14:00.
Jumlah visite Dokter Spesialis yang harus divisit
pada hari tersebut
≥ 80%
Kriteria Inklusi:
Pasien rawat Inap
Kriteris Eksklusi:
-14-
Pasien yang baru masuk rawat inap hari itu
Pasien konsul
Formula
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data sekunder berupa laporan visite rawat inap
dalam rekam medik
Instrumen Formulir KWV DPJP
Pengambilan
Data
Besar Sampel Menggunakan populasi maupun sampel minimal
sesuai dengan referensi
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Rawat inap
Jawab
f. Pelaporan hasil Kritis Laboratorium < 30 menit
Judul Indikator Pelaporan hasil Kritis Laboratorium < 30 menit
Dasar pemikiran Peraturan Menteri Kesehatan No.11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien, dalam lampiran
Sasaran 2: meningkatkan komunikasi yang
efektif seperti pelaporan hasil pemeriksaan kritis
dan hasil pemeriksaan segera/cito.
-15-
Kecepatan dan ketepatan pelaporan hasil
laboratorium kritis sangat penting dalam
kelanjutan tatalaksana pasien. Hasil kritis
menunjukan kondisi pasien yang membutuhkan
keputusan klinis yang segera untuk upaya
pertolongan pasien dan mencegah komplikasi
akibat keterlambatan.
Dimensi Mutu Tepat waktu, keselamatan
Tujuan
1. Tergambarnya kecepatan pelayanan
Definisi
Operasional laboratorium
Jenis Indikator 2. Tergambarnya sistem yang menunjukan
Satuan
Pengukuran bagaimana nilai kritis dilaporkan dan
didokumentasikan untuk menurunkan resiko
keselamatan pasien.
1. Hasil kritis adalah hasil pemeriksaan yang
termasuk kategori kritis sesuai kebijakan
rumah sakit dan memerlukan
penatalaksanaan segera.
2. Waktu lapor hasil kritis laboratorium adalah
waktu yang dibutuhkan sejak hasil
pemeriksaan keluar dan telah dibaca oleh
dokter/analis yang diberi kewenangan hingga
dilaporkan hasilnya kepada dokter yang
meminta pemeriksaan.
3. Standar Waktu lapor hasil kritis laboratorium
adalah waktu pelaporan < 30 menit.
Proses
Persentase
Numerator Jumlah hasil kritis laboratorium yang dilaporkan
(pembilang) < 30 menit
Denominator Jumlah hasil kritis laboratorium yang survei
(penyebut)
-16-
Target 100%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Semua hasil pemeriksaan laboratorium yang
Formula memenuhi kategori kritis.
Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Data sekunder dari :
1. Catatan data Laporan Hasil Tes kritis
Laboratorium
2. Rekam medik
Instrumen Formulir PHKL
Pengambilan
Data
Besar Sampel Menggunakan populasi maupun sampel dengan
jumlah sesuai dengan referensi
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Laboratorium
Jawab
g. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
-17-
Judul Indikator Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
Dasar pemikiran
1. Keputusan Menteri Kesehatan No.
Dimensi Mutu
Tujuan HK.02.02/Menkes/137/2016 tentang
Definisi
Operasional Formularium Nasional disebutkan bahwa
Jenis Indikator dalam rangka pelaksanaan Jaminan
Satuan
pengukuran Kesehatan Nasional dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan perlu menjamin
aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat,
bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan
jumlah yang cukup.
2. Kepatuhan terhadap formularium dapat
meningkatkan efisiensi dalam penggunaan
obat-obatan.
3. Formularium rumah sakit disusun
berdasarkan masukan-masukan pemberi
layanan, dan pemilihannya berdasarkan
kepada mutu obat, rasio resiko dan manfaat,
berbasis bukti, efektivitas dan efisiensi.
Pengadaan obat-obatan di rumah sakit
mengacu kepada formularium rumah sakit.
Efisien dan efektif
Terwujudnya pelayanan obat kepada pasien yang
efektif dan efisien berdasarkan daftar obat yang
mengacu kepada formularium nasional.
1. Formularium Nasional adalah daftar obat
terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka
pelaksanaan JKN.
2. Kepatuhan Penggunaan Formularium
Nasional adalah Peresepan obat oleh DPJP
kepada pasien sesuai daftar obat di
Formularium Nasional.
Proses
Persentase
-18-
Numerator Jumlah R/yang sesuai dengan formularium
(pembilang) nasional.
Denominator Jumlah R/yang disurvei
(penyebut)
Target ≥ 80%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Resep yang dilayani di RS
Formula Kriteria Ekslusi :
1. Obat yang diresepkan diluar FORNAS tetapi
dibutuhkan pasien dan telah mendapatkan
persetujuan komite medik dan direktur.
2. Bila dalam resep terdapat obat diluar
FORNAS karena stok obat nasional
berdasarkan e-katalog habis/kosong.
Desain Retrospektif
Pengumpulan Lembar resep di Instalasi Farmasi
Data
Sumber data
Instrumen Formulir KPFN
Pengambilan
Data Menggunakan populasi atau besar sampel
Besar Sampel minimal sesuai dengan referensi Cara
pengambilan direkomendasikan menggunakan
Frekuensi probability sampling.
Pengumpulan Harian
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
-19-
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Farmasi
Jawab
h. Kepatuhan Kebersihan Tangan
Judul Indikator Kepatuhan Kebersihan Tangan
Dasar Pemikiran 1. Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien pada pasal 5 ayat 5
mengamanatkan bahwa setiap fasyankes
harus mengurangi resiko infeksi akibat
perawatan kesehatan
2. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang
Pencegahan dan pengendalian infeksi di
Fasyankes, pasal 3 ayat 1 setiap Fasyankes
harus melaksanakan program Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI).
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.
HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
4. Rumah sakit harus memperhatikan
kepatuhan seluruh pemberi pelayanan
dalam melakukan cuci tangan sesuai
dengan ketentuan WHO..
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan
sebagai dasar untuk memperbaiki dan
meningkatkan kepatuhan agar dapat menjamin
keselamatan pasien dengan cara mengurangi
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan
-20-
Definisi 1. Kebersihan tangan dilakukan dengan
Operasional mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena
cairan tubuh, atau menggunakan alkohol
(alcohol-based handrubs) bila tangan tidak
tampak kotor.
2. Kebersihan tangan dilakukan dengan 5
indikasi (Five moments) dan momen lainnya
serta 6 langkah kebersihan tangan (WHO).
3. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan
adalah penilaian kepatuhan terhadap
petugas yang melakukan kebersihan tangan
sesuai dengan 5 indikasi (Five moments) yang
terdiri dari :
a Sebelum kontak dengan pasien, yaitu
sebelum menyentuh pasien (permukaan
tubuh atau pakaian pasien).
b Sesudah Kontak dengan pasien yaitu
setelah menyentuh pasien (permukaan
tubuh atau pakaian pasien ).
c Sebelum melakukan Prosedur aseptik
contoh: Pemasangan intra vena kateter
(infus), perawatan luka, pemasangan
kateter urin, suctioning, pemberian
suntikan dan lain lain
d Setelah bersentuhan dengan cairan
tubuh pasien seperti muntah, darah,
nanah, urin, feces, produksi drain, dan
setelah melepas sarung tangan
e Setelah bersentuhan dengan lingkungan
pasien meliputi: menyentuh tempat
tidur pasien, linen yang terpasang di
tempat tidur, alat-alat di sekitar pasien
atau peralatan lain yang digunakan
-21-
Jenis Indikator pasien, kertas/lembar untuk menulis
Satuan yang ada di sekitar pasien.
Pengukuran f Selain itu, kebersihan tangan juga
dilakukan pada saat:
1) Melepas sarung tangan steril
2) Melepas APD
3) Setelah kontak dengan permukaan
benda mati dan objek termasuk
peralatan medis
4) Setelah melepaskan sarung tangan
steril.
5) Sebelum menangani obat-obatan
atau menyiapkan makanan.
4. Moment adalah penilaian saat pelaksanaan
kebersihan tangan harus dilakukan
5. Pemberi Pelayanan Kesehatan yang dinilai
adalah semua tenaga medis dan tenaga
kesehatan yang bertugas di ruang
pelayanan/perawatan pasien serta tenaga
penunjang yang bekerja sebagai cleaning
service, pemulasaran jenazah, sopir
ambulan, dan tenaga penunjang yang kontak
erat dengan pasien / spesimen.
6. Auditor adalah orang yang paham dan
memiliki kompetensi untuk melakukan
penilaian kepatuhan kebersihan tangan
dengan metode dan tool yang telah
ditentukan.
7. Sesi adalah lama waktu untuk observasi
yang dihitung sejak mulai sampai selesai
8. Pengamatan dilakukan maksimal 15 menit
dalam satu periode pengamatan
Proses
Persentase
-22-
Numerator Jumlah orang yang melakukan kebersihan
(pembilang) tangan sesuai dengan 5 Indikasi
Denominator Jumlah orang yang diamati/observasi
(penyebut)
Target ≥ 85%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan
Formula yang bertugas di ruang pelayanan/ perawatan
pasien serta tenaga penunjang yang bekerja
sebagai cleaning service, pemulasaran jenazah,
sopir ambulan, dan tenaga penunjang yang
kontak erat dengan pasien/spesimen yang akan
di observasi
Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data Hasil observasi
Sumber Data Formulir Kepatuhan Kebersihan Tangan
Instrumen
Pengambilan Jumlah seluruh tenaga medis dan tenaga
Data kesehatan yang bertugas di ruang pelayanan/
Besar Sampel perawatan pasien serta tenaga penunjang yang
bekerja sebagai cleaning service, pemulasaran
jenazah, sopir ambulan, dan tenaga penunjang
yang kontak erat dengan pasien/spesimen yang
akan di observasi yang dibagi dalam beberapa
periode
-23-
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Triwulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Komite PPI RS
Jawab
i. Kepatuhan Terhadap Clinical Pathway (KTCP)
Judul Indikator Kepatuhan Terhadap Clinical Pathway
Dasar Pemikiran 1. Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran pasal 44 disebutkan
bahwa dokter atau dokter gigi dalam
menyelenggarakan praktik kedokteran wajib
mengikuti standar pelayanan kedokteran
atau kedokteran gigi dan pada pasal 49
disebutkan bahwa setiap dokter dan dokter
gigi wajib menjalankan kendali mutu dan
kendali biaya.
2. Permenkes No.1438/MENKES/PER/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran pada
pasal 10 bahwa Standar Prosedur
Operasional disusun dalam bentuk Panduan
Praktik Klinis yang dapat dilengkapi dengan
alur klinis (clinical pathway) , algoritme,
protokol, prosedur atau standing order.
3. Untuk menjamin kepatuhan dokter atau
dokter gigi dirumah sakit terhadap standar
pelayanan maka perlu dilakukan monitor
kepatuhan penggunaan clinical pathway.
Dimensi Mutu Efektif
-24-
Tujuan Untuk menjamin kepatuhan dokter atau dokter
Definisi gigi dirumah sakit terhadap standar pelayanan
Operasional dan untuk meningkatkan mutu pelayanan klinis
dirumah sakit.
Jenis Indikator 1. Clinical Pathway adalah suatu konsep
Satuan
Pengukuran perencanaan pelayanan terpadu/terintegrasi
Numerator yang merangkum setiap langkah yang
(pembilang) diberikan pada pasien, yang berdasarkan
Denominator standar pelayanan medis, standar pelayanan
(penyebut) keperawatan & standar pelayanan Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) lainnya yang berbasis
bukti dengan hasil terukur, pada jangka
waktu tertentu selama pasien di rawat di
Rumah Sakit.
2. Kepatuhan terhadap clinical pathway adalah
proses pelayanan secara terintegrasi yang
diberikan kepada pasien oleh DPJP, Perawat,
Farmasi, Gizi yang sesuai dengan clinical
pathway yang ditetapkan Rumah Sakit.
3. Dinyatakan tidak patuh apabila terdapat
varian dalam pelayanan.
4. Varian adalah perbedaan pelayanan yang
diberikan dengan clinical pathway yang
ditetapkan rumah sakit meliputi komponen:
Pemberian Terapi, Pemeriksaan penunjang
(Laboratorium dan Radiologi) dan Lama hari
rawat (LOS),
Proses
Persentase
Jumlah proses pelayanan yang sesuai dengan
clinical pathway
Jumlah clinical pathway yang disurvei
-25-
Target 80%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Pasien yang menderita penyakit sesuai CP yang
Formula diukur
Kriteria Ekslusi :
1. Pasien yang pulang atas permintaan sendiri
selama perawatan.
2. Pasien yang meninggal
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data Data sekunder dari rekam medis pasien
Sumber Data Formulir evaluasi Clinical Pathway
Instrumen
Pengambilan Menggunakan populasi atau besaran sampel
Data minimal sesuai dengan referensi
Besar Sampel
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Bidang Pelayanan Medik, Komite Medik, Komite
Jawab Keprawatan dan Komite Tenaga Kesehatan lain
j. Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Pasien Jatuh
-26-
Judul Indikator Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Pasien
Dasar Jatuh
Pemikiran Permenkes No. 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien pada pasal 5 ayat 5 bahwa
Dimensi Mutu salah satu Sasaran Keselamatan Pasien adalah
Tujuan mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.
Keselamatan
Definisi Mengukur kepatuhan pemberi pelayanan dalam
Operasional menjalankan upaya pencegahan jatuh agar
terselenggara pelayanan keperawatan yang aman
Jenis Indikator dan mencapai pemenuhan sasaran keselamatan
Satuan pasien.
Pengukuran Upaya pencegahan risiko jatuh meliputi:
Numerator 1. Asesment awal risiko jatuh
(pembilang) 2. Assesment Ulang risiko jatuh
Denominator 3. Intervensi pencegahan risiko jatuh
(penyebut) Kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh
Target adalah pelaksanaan ketiga upaya pencegahan
Pencapaian jatuh pada pasien rawat inap yang berisiko jatuh
Kriteria: sesuai dengan standar yang ditetapkan rumah
sakit.
Proses
Persentase
Jumlah pasien berisiko tinggi jatuh yang
mendapatkan ketiga upaya pencegahan risiko
jatuh
Jumlah pasien rawat inap berisiko tinggi jatuh
yang disurvei
100%
Kriteria Inklusi :
Pasien Rawat inap beresiko tinggi
Kriteria Ekslusi :
-27-
Pasien yang tidak dapat dilakukan asesmen ulang
maupun edukasi seperti pasien meninggal,
pasien gangguan jiwa yang sudah melewati fase
akut, dan pasien menolak intervensi
Formula
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data Data sekunder menggunakan data dari rekam
Sumber Data medis
Instrumen Formulir KUPRC
Pengambilan
Data
Besar Sampel Menggunakan populasi maupun besar sampel
minimal sesuai dengan referensi
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Bidang Keperawatan dan Komite Keselamatan
Jawab pasien
k. Kepuasan Pasien dan Keluarga
Judul Indikator Kepuasan Pasien dan Keluarga
Dasar Pemikiran 1. Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, pada pasal 29 ayat 1
disebutkan bahwa Setiap Rumah Sakit
-28-
mempunyai kewajiban untuk memberi
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
2. Permen PAN-RB No. 14 Tahun 2017
menyebutkan bahwa penyelenggara
pelayanan publik wajib melakukan Survei
Kepuasan Masyarakat secara berkala minimal
1 kali tahun dan wajib mempublikasikan
hasilnya, sebagai pelaksanaan amanah UU
No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Dimensi Mutu Berorientasi Pada Pasien
Tujuan
Mengukur tingkat kepuasan pasien dan keluarga
Definisi
Operasional sebagai dasar upaya-upaya peningkatan mutu
dan terselenggaranya pelayanan di semua unit
yang mampu memberikan kepuasan pelanggan.
1. Kepuasan adalah pernyataan tentang
persepsi pelanggan terhadap jasa pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit.
Kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila
pelayanan yang diberikan sesuai atau
melampaui harapan pelanggan. Hal ini dapat
diketahui dengan melakukan survei
kepuasan pelanggan untuk mengetahui
tingkat kepuasan pelanggan dengan mengacu
pada kepuasan pelanggan berdasarkan
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM).
2. Pemantauan dan pengukuran kepuasan
pasien dan keluarga adalah kegiatan untuk
mengukur tingkat kesenjangan pelayanan
rumah sakit yang diberikan dengan harapan
pasien dan keluarga di rawat jalan, rawat inap
dan gawat darurat.
3. Pelayanan yang diukur berdasarkan persepsi
-29-
Jenis Indikator dan pengalaman pasien dan keluarga
Satuan terhadap:
Pengukuran
Numerator a Fasilitas : sarana, prasarana, alat
(pembilang) b SDM: perawat, dokter, petugas lain
c Farmasi: kecepatan, sikap petugas,
Denominator
(penyebut) penjelasan penggunaan obat
d Administrasi : pendaftaran, ruang
Target
Pencapaian tunggu dan pelayanan: kecepatan,
Kriteria: kemudahan, kenyamanan
Output
Nilai Indeks
Sesuai dengan formula perhitungan survei
kepuasan masyarakat berdasarkan Permenpan
No. 14 Tahun 2017
Sesuai dengan formula perhitungan survei
kepuasan masyarakat berdasarkan Permenpan
No. 14 Tahun 2017
>76,60
Kriteri Inklusi :
Semua pasien, keluarga, pengunjung
Formula Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
Desain Sesuai dengan formula perhitungan survei
Pengumpulan kepuasan masyarakat berdasarkan Permenpan
Data No. 14 Tahun 2017
Sumber Data Concurrent (Survei Harian)
Instrumen
Pengambilan Kuesioner kepuasan
Data Kuesioner kepuasan pasien
-30-
Besar Sampel Sesuai dengan formula perhitungan jumlah
sampel dalam survei kepuasan masyarakat
berdasarkan Permenpan No. 14 Tahun 2017
tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan
Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik
Frekuensi Minimal satu kali dalam 6 bulan
Pengumpulan
Data
Periode setiap 6 (enam) bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis setiap 6 (enam) bulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Bagian Humas
Jawab
l. Kecepatan waktu tanggap Komplain
Judul Indikator Kecepatan waktu tanggap Komplain
Dasar Pemikiran 1. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Pasal 32: Hak Pasien dimana
mempunyai hak mengajukan pengaduan atas
kualitas pelayanan yang didapatkan.
2. Rumah sakit berkewajiban memberikan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
anti diskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
Apabila selama perawatan pasien merasa
bahwa rumah sakit belum menunaikan
kewajiban tersebut maka pasien memilik hak
untuk mengajukan Komplain.
3. Untuk itu rumah sakit perlu memiliki unit
yang merespon dan menindaklanjuti keluhan
-31-
tersebut dalam waktu yang telah di tetapkan
agar keluhan pasien dapat segera teratasi.
Dimensi Mutu Berorientasi pada Pasien
Tujuan
Definisi Tergambarnya kecepatan rumah sakit dalam
Operasional
merespon keluhan pasien agar dapat diperbaiki
Jenis Indikator
Satuan dan ditingkatkan untuk sebagai bentuk
Pengukuran
pemenuhan hak pasien.
1. Kecepatan waktu tanggap komplain adalah
rentang waktu Rumah sakit dalam
menanggapi keluhan tertulis, lisan atau
melalui media masa melalui tahapan
identfikasi, penetapan grading risiko, analisa
hingga tindak lanjutnya.
2. Grading risiko Komplain dan standar waktu
tanggap Komplain:
a. Grading Merah (Ekstrim) ditanggapi dan
ditindaklanjuti maksimal 1 x 24 jam.
Kriteria: cenderung berhubungan dengan
polisi, pengadilan, kematian, mengancam
sistem/kelangsungan organisasi, potensi
kerugian material, dan lain-lain.
b. Grading Kuning (Tinggi) ditanggapi dan
ditindaklanjuti maksimal 3 hari. Kriteria:
cenderung berhubungan dengan
pemberitaan media, potensi kerugian in
material, dan lain-lain.
c. Grading Hijau (rendah) ditanggapi dan
ditindaklanjuti maksimal 7 hari. Kriteria:
tidak menimbulkan kerugian berarti baik
material maupun immaterial
Proses
Persentase
-32-
Numerator Jumlah komplain yang ditanggapi dan
(pembilang) ditindaklanjuti sesuai waktu yang ditetapkan
Denominator berdasarkan grading
(penyebut) Jumlah komplain yang disurvei
Target
Pencapaian > 80%
Kriteria:
Kriteria Inklusi :
Formula Semua komplain(lisan, tertulis, dan media
massa)
Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data sekunder dari catatan Komplain
Instrumen 1. Formulir Komplain
Pengambilan 2. Laporan tindak lanjut Komplain
Data
Besar Sampel Menggunakan populasi atau sampel minimal
sesuai dengan referensi.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
-33-
Penanggung Kepala Bagian Humas / Unit Pengaduan / Bagian
Jawab yang menangani Komplain
m. Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Judul Indikator Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Dasar Pemikiran 1. Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien pada pasal 5 ayat 5
mengamanatkan bahwa setiap fasyankes
harus mengurangi resiko infeksi akibat
perawatan kesehatan
2. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang
Pencegahan dan pengendalian infeksi di
Fasyankes, pasal 3 ayat 1 setiap Fasyankes
harus melaksanakan program Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI).
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. HK.01.07/Menkes/413/2020
Tentang Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019
(Covid-19)
4. Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD)
dalam menghadapi wabah Covid 19 (Dirjen
Yankes tahun 2020)
5. Rumah Sakit harus memperhatikan
kepatuhan pemberi pelayanan dalam
menggunakan APD sesuai dengan prosedur.
Dimensi Mutu Keselamatan, Efektif
Tujuan 1. Mengukur kepatuhan petugas Rumah Sakit
dalam menggunakan APD
2. Menjamin keselamatan petugas dan
pengguna layanan dengan cara mengurangi
risiko infeksi.
Definisi 1. Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat
Operasional alat yang dirancang sebagai penghalang
terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair,
-34-
Jenis Indikator atau udara untuk melindungi pemakainya
Satuan dari cedera atau penyebaran infeksi atau
Pengukuran penyakit.
Numerator 2. APD digunakan sesuai dengan standar dan
(pembilang) indikasi
3. Indikasi penggunaan APD adalah jika
Denominator melakukan tindakan yang memungkinkan
(penyebut) tubuh atau membran mukosa terkena atau
Target terpercik darah atau cairan tubuh atau
Pencapaian kemungkinan pasien terkontaminasi dari
Kriteria: petugas.
4. Kepatuhan penggunaan APD adalah
kepatuhan petugas kesehatan dalam
menggunakan APD sesuai standar dan
indikasi.
5. Penilaian kepatuhan penggunaan APD
adalah penilaian yang dilakukan terhadap
petugas kesehatan dalam menggunakan APD
saat melakukan tindakan atau prosedur
pelayanan kesehatan
Proses
Persentase
Jumlah petugas kesehatan yang menggunakan
APD sesuai indikasi dan standar dalam periode
pengamatan
Jumlah petugas kesehatan diamati
100%
Kriteria Inklusi: yang terindikasi harus
Semua petugas
menggunakan APD
Kriteria Eksklusi:
-35-
Tidak ada
Formula
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber Data Sumber data primer yaitu melalui observasi
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan
Data
Besar Sampel Sampel dihitung sesuai dengan kaidah statistik
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Penanggung jawab mutu
Jawab