The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Kisah Guru di Masa Pandemi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by aminwibowo87, 2021-05-01 02:34:36

Menolak Menyerah

Kisah Guru di Masa Pandemi

Keywords: Dare to speak

Aji Jehan Fellani, Amalia Rahisa Dewi, Amin Wibowo,
Aris Surjanti, Cecep Durahim, Devi Yuliana, Diyah Kurnia Halim,

Dwi Handayati, Eufrasia Agatha, Eva Deliana Bangun,
Kusmiati US, Marwiaty Djafar, Maryati Hulalata,

Nining Suryaningsih, Nur Farida, Putri Cahyani Rahman, Riyanti,
Siti Nurhayati, Sri Eka Wahyuniati , Tini Andriani, Zaidatul Ilmiyah

Judul:
Menolak Menyerah
Kisah Kami di Masa Pandemi

Penulis:
Aji Jehan Fellani, Amalia Rahisa Dewi, Amin Wibowo, Aris Surjanti,
Cecep Durahim, Devi Yuliana, Diyah Kurnia Halim, Dwi Handayati,
Eufrasia Agatha, Eva Deliana Bangun, Kusmiati US, Marwiaty Djafar,
Maryati Hulalata, Nining Suryaningsih, Nur Farida, Putri Cahyani Rahman,
Riyanti, Siti Nurhayati, Sri Eka Wahyuniati , Tini Andriani, Zaidatul Ilmiyah

ISBN: 978-623-7228-66-0

Editor: Ivananda Vayaz
Penyelaras akhir: Himawari
Penata letak: ym_creator
Desain cover: trance_worker
Bahan Ilustrasi cover: google.com

Copyright © YM Publishing, 2021
138 hlm, 14,8 x 21 cm

Cetakan Pertama, Januari 2021

Diterbitkan oleh
Yayasan Mujaddid
Jl. Gabuswetan No. 129 Indramayu 45263
Email: [email protected]

Anggota IKAPI

Dicetak dan didistribusikan oleh
YM Publishing

Bandung Barat 40553
nulisbuku14.blogspot.com

WA 0856 2431 1544

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
PASAL 72 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Kata Pengantar

Mengalami berbulan-bulan masa pandemi adalah kenyataan.
Dunia persekolahan terpengaruhi. Guru terjebak dalam on line
learning yang suka tidak suka harus dijalani. Walau demikian
untuk setiap kejadian pasti Tuhan sertakan sebuah hikmah
kebijaksanaan. Guru-guru pun berkreasi mengeluarkan segenap
kemampuan diri agar pembelajaran tetap menarik bagi anak
negeri.

Buku ini berisi cerita dari 21 guru Bahasa Inggris Indonesia di
berbagai jenjang tentang bagaimana mereka mengakali
pembelajaran saat pandemi. Banyak pengalaman menarik dan
unik yang dibagikan agar generasi masa depan bisa tetap
melakukan pembelajaran.

Cerita dari berbagai penjuru negeri ini dibuat bukan karena ingin
terlihat bahwa guru itu hebat tapi bahwa guru tak pernah bisa
menyerah melihat keadaan. Semoga menjadi inspirasi untuk
para pembaca yang budiman.

12-02-2021
Koordinator Penulis,
Nining Suryaningsih

Menolak Menyerah | 3

4 | Menolak Menyerah

Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................3
Pembelajaran daring is My New Darling (Aji Jehan Fellani) ..............7
Ketika Belajar di Rumah Tak lagi Asyik (Amalia Rahisa Dewi)....... 13
Google Classroom dan KANVAS, Solusi PJJ Tak Membosankan
(Amin Wibowo) ............................................................................... 18
Asinkronus Wagoblogyouqulet (Aris Surjanti) ................................26
Pentingnya Motivasi Belajar Bahasa Inggris di Masa Pandemi
(Cecep Durahim).............................................................................. 32
Game Quizizz Murid Menjadi Menjadi Manis (Devi Yuliana) ........39
Gara-Gara Video (Diyah Kurnia Hallim).......................................... 48
Only Heaven Knows (Dwi Handayati)...............................................55
Materi Simple Present tense, Possessive Adjectives, dan
Demonstrative Pronouns melalui Bandicam (Eufrasia Agatha) .....59
AS not US (Eva Deliana Br Bangun) .............................................. 66
Akhirnya Meleleh dengan Ice Breaking di PJJ
(Kusmiati Umar Syarif) .................................................................... 73
Harapan yang Tersimpan (Marwiaty Djafar)................................. 80
Eksplorasi Cerita Rakyat dan Mendongeng Digital
(Maryati Hulalata)........................................................................... 86
Corrective Feedback di Narrative Text
(Nining Suryaningsih) ......................................................................92

Menolak Menyerah | 5

Semua Kulakukan Untukmu Aku Begini Adanya
(Nur Farida)..................................................................................... 98
Memahami untuk Memotivasi (Putri Cahyani Rahman) ............. 104
Memupuk Empati di Masa Pandemi di Masa Pandemi
(Riyanti)........................................................................................... 110
Pengalaman Mengajar Bahasa Inggris Saat Pandemi
(Siti Nurhayati)................................................................................ 115
Main Dadu Tetap Seru (Sri Eka Wahyuniati) ................................ 120
Asyiknya Belajar dengan Ponsel (Tini Andriani)........................... 129
Mutasi Praktik yang Menarik (Zaidatul Ilmiyah) .......................... 135

6 | Menolak Menyerah

Pembelajaran Daring

is My New Darling

(Aji Jehan Fellani)

Tidak terasa, sudah lebih dari sepuluh bulan para guru di
Indonesia mengajar dengan keadaan yang berbeda dari
sebelumnya. Semua guru, termasuk saya, harus
menyesuaikan dengan situasi di luar kebiasaan. Hikmahnya
adalah saya bisa berkenalan dengan berbagai aplikasi untuk
mengajar jarak jauh seperti: Google Classroom, Quipper,
Microsoft 365, dan Classkick yang sebelumnya mungkin saya
hanya memahami WhatsApp untuk pembelajaran jarak jauh.

Google Classroom
Di awal diumumkannya pandemi Covid-19 sekitar bulan Maret
2020, saya mencoba menggunakan aplikasi yang baru saya
kenal, yaitu Google Classroom. Berbekal tutorial dari Youtube,
saya mencoba membuat kelas maya untuk para siswa di aplikasi
tersebut.

Setelah selesai membuat kelas, saya bagikan tautan kelas
tersebut kepada para siswa saya melalui WhatsApp. Para siswa
masuk ke kelas melalui tautan yang dibagikan tersebut. Saya
pernah mencoba melakukan pembelajaran secara synchronous
di Google Classroom. Tidak terlalu banyak siswa yang bisa
mengikutinya karena kendala pulsa, sinyal, dan kepemilikan
gawai. Akhirnya saya mencoba pembelajaran asynchronous.

Ternyata siswa lebih banyak yang bisa mengikuti pembelajaran
melalui sistem asynchronous ini. Para siswa bisa membuka

Menolak Menyerah | 7

materi kapan saja. Saya tinggal memberikan batas waktu pada
mereka kapan terakhir mereka membaca materi yang diberikan.
Untuk evaluasi, Google sudah sangat membantu dengan
menyediakan Google Forms. Setelah para siswa membaca
materi, mereka diberikan soal menggunakan soal yang sudah
dibuat di Google Forms. Untuk bisa memahami cara membuat
soal, membagikan tautan soal, menganalisis nilainya, dan
memberikan umpan balik, saya cukup menonton tutorialnya di
Youtube.

Jujur saya lebih suka membuat soal pilihan ganda di Google
Classroom karena nilai dari para siswa akan langsung saya
dapatkan beserta analisisnya.

Quipper
Di awal semester 1 sekitar bulan Juni 2020, sekolah tempat saya
mengajar mendapatkan tawaran untuk diberikan pelatihan dari
Quipper. Aplikasi ini merupakan LMS (Learning Management
System) yang bisa menjadi alternatif untuk pembelajaran daring.
Setelah mengikuti pelatihan, saya dan para guru di SMPN 1
Batujajar mencoba menggunakan aplikasi tersebut. Para siswa
juga diberikan panduan membuat akun di Quipper melalui
WhatsApp. Kembali aplikasi WhatsApp memang tidak bisa
dipisahkan dari kegiatan pembelajaran daring apa pun
platformnya. Seperti sebuah slogan dalam sebuah iklan, “Apa
pun makanannya, minumnya teh botol.”

Saya termasuk guru yang beruntung karena materi dan latihan
soal untuk mata pelajaran bahasa Inggris sudah tersedia di
dalam aplikasi Quipper tersebut. Tetapi untuk beberapa mata
pelajaran, Quipper belum menyediakan materi dan latihan
soalnya. Para guru yang materinya belum ada di Quipper harus
membuat dan mengunggah materi ke aplikasi Quipper ini secara
mandiri.

8 | Menolak Menyerah

Untuk penggunaannya cukup mudah. Kita tinggal memilih
materi yang sesuai dengan program semester yang sudah
disusun. Lalu saya tinggal menentukan berapa lama para siswa
dapat mengerjakan tugas yang diberikan. Setelah kita memilih
materi dan latihan soalnya, kita tinggal mengumumkan di grup
WhatsApp bahwa materi dan soal sudah ada di akun Quipper
masing-masing.

Setelah satu minggu menggunakan aplikasi ini, saya masih
kurang puas karena saya hanya memilih materi, memilih latihan,
dan membagikan di aplikasi Quipper. Saya lalu mencoba
membuat video pembelajaran yang berkaitan dengan materi
yang ada. Saya merekamnya menggunakan aplikasi Power Point
dari laptop.

Power Point? Ya! Ternyata kita bisa membuat video
menggunakan aplikasi dari Microsoft ini. Video tersebut saya
unggah ke Youtube. Tautan video saya kirimkan di grup
WhatsApp.

Urutan pembelajaran kini saya ubah. Para siswa menonton
video pembelajaran yang saya buat sendiri. Setelah itu mereka
membaca materi yang ada di Quipper. Setelah kedua hal tadi
dilakukan, mereka dapat mengerjakan latihan. Terakhir, diskusi
mengenai pembelajaran saya buka di grup WhatsApp.

Microsoft 365
Selain aktif di MGMP Guru Bahasa Inggris Sub Rayon 2
Kabupaten Bandung Barat, saya juga menjadi anggota
komunitas guru Kelas Kreatif. Komunitas guru ini berisi para
guru yang memiliki semangat untuk berbagi dan berkolaborasi
untuk meningkatkan kualitas guru-guru. Berbagai informasi
terkait dengan pembelajaran, beasiswa, juga pelatihan
dibagikan oleh para guru di komunitas ini.

Menolak Menyerah | 9

Suatu hari saya melihat ada pelatihan TOT untuk calon trainer
Microsoft 365. Saya lalu membuka tautannya dan mengisi
formulirnya. Beberapa hari kemudian, ada pesan di surel yang
memberitahukan bahwa saya terpilih menjadi calon trainer dan
bisa mengikuti pelatihan Microsoft 365 secara daring.

Setelah mengikuti pelatihan tersebut, saya berkenalan dengan
berbagai aplikasi baru yang sangat bermanfaat untuk
pembelajaran daring maupun luring. Saya mengenal Microsoft
Teams, Office Online, One Drive, juga Microsoft Sway.

Saya pun dinyatakan lulus menjadi trainer dan diminta untuk
mendiseminasikannya kepada para guru se-Indonesia. Menjadi
pembicara secara daring merupakan pengalaman baru bagi
saya. Apalagi yang menjadi peserta adalah para guru yang
mengampu berbagai mata pelajaran dan tinggal tersebar di
seluruh Indonesia.

Aplikasi yang ada di Microsoft 365 ini sangat bermanfaat untuk
kegiatan pembelajaran. Misalnya Microsoft Word Online yang
bisa digunakan untuk para siswa bekerja secara berkelompok.
Microsoft Forms yang dapat digunakan untuk mengelompokkan
tugas yang diberikan para siswa. Microsoft Forms ini juga dapat
digunakan untuk membuat soal latihan atau quiz. Ada juga
Microsoft Sway yang bisa digunakan untuk memberikan materi
pembelajaran.

Classkick
Para anggota guru di komunitas guru Kelas Kreatif juga sering
ditantang untuk berbagi informasi dalam bentuk artikel yang
nantinya kumpulan artikel-artikel tersebut dibukukan. Saya
sendiri sudah membukukan artikel bersama guru dari komunitas
Kelas Kreatif ini sebanyak lima buku. Buku terakhir yang
diterbitkan di tahun 2020 berjudul 105 Digital Tools for Interactive

10 | Menolak Menyerah

Learning dan satu lagi buku berjudul 30 Digital Tools for
Assessments.

Di buku yang kedua tadi, saya diminta untuk mengulas sebuah
aplikasi yang berkaitan dengan penilaian secara digital. Setelah
mencari berbagai sumber aplikasi yang ada, saya menemukan
sebuah aplikasi bernama Classkick. Aplikasi ini berbasis web
sehingga para siswa ataupun guru tidak perlu mengunduh
aplikasi ke telepon pintar.

Guru hanya tinggal membuat akun di Classkick menggunakan
akun Google atau Facebook. Aplikasi ini dapat digunakan untuk
pembelajaran synchronous maupun asynchronous. Para siswa
dapat bertanya kepada guru dan guru dapat langsung
memberikan penjelasan di lembar kerja para siswa secara
pribadi. Guru juga dapat langsung memberikan umpan balik di
Lembar kerja (LK) yang dikerjakan para siswa.

***
Pandemi ini memang memang memberikan cobaan bagi banyak
orang. Tapi di balik itu semua, ada hal baik yang bisa kita
dapatkan. Salah satu hal yang saya dapatkan adalah saya bisa
belajar menggunakan berbagai aplikasi untuk pembelajaran.
Ada peribahasa “Tak kenal maka tak sayang.” Sekarang
pembelajaran daring menjadi my new darling. []

Menolak Menyerah | 11

Profil Penulis

Aji Jehan Fellani adalah seorang
guru bahasa Inggris di SMPN 1
Batujajar Kabupaten Bandung
Barat. Ia pernah beberapa kali
menulis buku secara kolaboratif.
Buku-buku tersebut berjudul:
Kelas Kreatif, Kelas Digital, Kelas
Inspiratif, 105 Digital Tools for
Interactive Learning, dan 30
Digital Tools for Assessments.
Ia juga menjadi salah satu penulis
di antologi cerpen berjudul ‘The
Season of Us’ dan ‘Memeluk
Pendar’. Kedua antologi cerpen
tersebut diterbitkan pada 2020.
Aji Jehan Fellani dapat dihubungi di Facebook, Instagram, atau
melalui surel di [email protected].

12 | Menolak Menyerah

Ketika Belajar di Rumah

Tak Lagi Asyik

(Amalia Rahisa Dewi)

HOreee ...! Sebuah teriakan membuat suasana belajar
menjadi riuh rendah. Teriakan itu bergema dari satu
kelas ke kelas yang lain saat sebuah pengumuman yang
terdengar dari pengeras suara memberitahukan bahwa semua
siswa belajar di rumah. Ini fenomena yang sering terjadi saat
pembelajaran masih dalam situasi normal, sebelum pandemi
terjadi.

Pandemi mengubah segalanya. Tak tampak lagi keceriaan anak-
anak di kelas. Senda gurau mereka lenyap. Yang ada hanya kelas
yang senyap, meja kursi yang berdebu. Semua itu membuat saya
sedih. Kapan suasana ceria akan kembali di kelas?

Di tengah pandemi saat ini, guru, siswa, orang tua menghadapi
ujian yang berbeda. Terlebih orang tua yang mau tidak mau
harus berperan lebih dari biasanya. Peran guru dalam
membimbing siswa belajar menjadi beralih kepada orang tua di
rumah. Tidak sedikit orang tua yang mengeluh karena beban
mereka menjadi bertambah. Selama ini orang tua mungkin
hanya bekerja untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya. Tetapi
sekarang tidak hanya itu. Selain bekerja mencari nafkah, atau
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, para ibu yang berkarir di
rumah harus membimbing putra putrinya untuk dapat
mengerjakan tugas-tugas sekolah. Seperti kita ketahui di saat
pandemi ini pembelajaran dialihkan ke rumah.

Menolak Menyerah | 13

Bagi para siswa, belajar di rumah bukan hal yang mengasyikkan
lagi karena belajar di rumah saat ini berlangsung dalam jangka
waktu yang sangat lama. Mereka pasti kangen dengan senda
gurau bersama teman-teman di sekolah. Belajar di rumah
menjadi sesuatu yang membosankan bagi mereka. Siswa-siswi
yang malas semakin malas. Beberapa orang tua telah
melambaikan bendera putih tanda menyerah menghadapi anak-
anak mereka sendiri dalam belajar. Orang tua pun dibukakan
mata hatinya, betapa peran guru di sekolah sangatlah berat
karena guru membimbing bukan hanya satu atau dua anak, tapi
puluhan anak dalam satu kelas.

Gambaran di atas mengantarkan guru untuk mencari solusi agar
belajar di rumah bukan hal yang membosankan dan menambah
stress orang tua, tapi harus dibuat sebaliknya. Belajar di rumah
adalah sesuatu yang harus menyenangkan.

Saya pun mulai mencari-cari cara bagaimana memberikan
pembelajaran yang menarik untuk siswa-siswiku. Pelajaran
bahasa Inggris memiliki tantangan tersendiri saat harus
disajikan secara online. Jika di dalam kelas guru sebagai model
dalam pengucapan saat belajar pengucapan kata atau kalimat
dalam bahasa Inggris, maka di era pembelajaran jarak jauh (PJJ)
ini peran guru digantikan oleh video pembelajaran yang disimak
siswa melalui google classroom (GC) atau WhatsApp (WA).

Masalah pun muncul untuk beberapa siswa yang tidak memiliki
fasilitas gawai yang memadai, hilang, rusak atau satu gawai
digunakan oleh beberapa anggota keluarga. Perlu dicarikan
solusi untuk siswa-siswi tersebut agar semua siswa terlayani
dengan baik tanpa kecuali. Maka pembelajaran bahasa Inggris
berbasis modul pun diberikan sebagai solusi untuk mereka.
Walaupun demikian tidak dapat dipungkiri banyak sekali
kelemahan dalam pembelajaran berbasis modul ini. Salah

14 | Menolak Menyerah

satunya adalah karena interaksi siswa dan guru menjadi
terbatas. Saya pun membuka ruang konsultasi untuk mereka
yang memiliki kesulitan dalam pengerjaan modul melalui WA.
Sebagian anak ada yang memanfaatkan WA ini untuk bertanya
seputar pengerjaan modul. Sebagian anak lagi tidak. Untuk
anak-anak yang lambat di dalam pengerjaan modul karena
terkendala fasilitas gawai sebagai sarana interaksi dengan guru,
maka solusinya anak dipersilakan datang ke sekolah menemui
gurunya untuk berkonsultasi.

Sekolah tempat saya mengajar memberikan berbagai alternatif
untuk siswa dalam mengakses pembelajaran selama pandemi
ini. Piket guru mapel diadakan untuk melayani siswa-siswi yang
mengikuti PJJ di luar jaringan (luring).

Siswa-siswa yang memiliki akses dalam jaringan (daring) dapat
leluasa di dalam melakukan pembelajaran. Penjelasan materi di
ambil alih oleh video pembelajaran yang dibuat guru sendiri atau
yang diambil dari beberapa channel pembelajaran Bahasa
Inggris di youtube. Google Classroom (GC) menjadi virtual class
tempat pengumpulan tugas dan ruang interaksi virtual untuk
mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.

Bagi saya yang bukan terlahir dari generasi milenial,
menggunakan aplikasi yang berbasis teknologi merupakan
tantangan tersendiri. Untuk bisa menggunakan satu aplikasi
membutuhkan waktu dalam hitungan hari sampai siap diberikan
kepada para siswa.

Salah satu aplikasi yang pernah digunakan dalam pembelajaran
jarak jauh (PJJ) adalah quizizz. Para siswa antusias dalam
melakukan latihan-latihan yang diberikan. Latihan-latihan
tersebut berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah

Menolak Menyerah | 15

mereka pelajari. Mereka mengerjakan latihan seperti bermain
game. Selain quizizz, saya juga menggunakan Kahoot. Baik
Kahoot maupun quizizz dapat terintegrasi dengan Google
Classroom (GC).
Fasilitas Voice Note di dalam WhatsApp (WA) bisa juga
digunakan untuk pembelajaran Bahasa Inggris. Terkadang saya
menjelaskan pada anak-anak yang sulit menangkap penjelasan
melalui tulisan dengan Voice Note yang ada di WA. Voice Note ini
juga bisa digunakan untuk menilai keterampilan siswa dalam
melakukan percakapan bahasa Inggris.
Itulah sekelumit pengalaman saya mengajar Bahasa Inggris di
masa pandemi. Saya berharap dengan berbagi secuil
pengalaman ini saya bisa memberikan manfaat untuk rekan-
rekan guru, sebagai teman seperjuangan, di mana pun berada.
[]

16 | Menolak Menyerah

Profil Penulis

Amalia Rahisa Dewi adalah guru
Bahasa Inggris di SMPN 45 Kota
Bandung, sekolah yang terletak
di dalam komplek perumahan
Antapani.

Ia pernah bersekolah di SMAN 1
Serang namun lulus dari SMAN 3
Sukabumi. Tahun 1992 ia masuk
ke Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris IKIP Bandung (UPI

sekarang).

Mulai menulis saat mengikuti writing project yang diadakan oleh
Bandung Independent School (BIS) sejak 2012, ada lima buku
antologi tentang teknik pembelajaran Bahasa Inggris dan dua
buku antologi fiksi berupa kumpulan cerpen anak dan faksi yang
berhasil ditulisnya.

Ia bisa di hubungi di FB dengan nama Rahisa Dewi, di IG dengan
akun rahisa427, atau di email: [email protected]

Menolak Menyerah | 17

Google Classroom dan Kanvas

Solusi PJJ Tak Membosankan

(Amin Wibowo)

Sebelum pandemi Covid-19 tepat pada awal tahun
pelajaran 2019/2020 saya menggunakan bermacam-
macam tools dalam penilaian Bahasa Inggris di kelas 7A-7C
dan kelas 9D-F SMP Negeri 42 Semarang yaitu socrative, quizizz,
Kahoot, Microsoft Office 365, dan Google Formulir. Penilaian
online sangat membantu dalam mengelola dan memberi
laporan hasil belajar siswa karena semua data dan keterangan
baik informasi akurasi setiap soal, partisipasi kelas, dan lengkap
dengan rekap nilai berbentuk excel tersajikan secara baik.

Dari pengamatan dan evaluasi beberapa tool penilaian online
yang diberikan siswa, dari pihak siswa sebagian besar siswa
senang karena ada tantangan sendiri. Misalnya tool quizizz siswa
bisa melihat langsung skor dan langsung melihat peringkat
dalam menjawab soal. Namun ada beberapa siswa yang
mengalami kendala baik dari aspek sarana HP, kuota, dan lain-
lain, dan aspek teknis yang mulai jenuh, misalnya quizizz siswa
harus memasukkan kode soal setiap mau mengerjakan quizizz.
Namun karena setelah saya menggali dari berbagai sumber,
siswa bisa mengerjakan quizizz tanpa memasukkan kode soal.
Siswa cukup mengklik tautan link.

Saya mencoba membuat 25 soal quizizz dengan judul ‘UN
Limited Edition 1’. Hasilnya, 38% siswa menjawab secara akurat
dan 34 siswa semua merespon atau attempt. Saya kemudian
membuat 25 soal berjudul ‘UN Limited Edition 2’, akurasinya

18 | Menolak Menyerah

meningkat menjadi 39% dan 38% percobaan siswa yang mau
mencoba. Artinya, ada beberapa siswa yang mengulang
sehingga skornya meningkat. Dari evaluasi saya, penilaian online
bahasa Inggris sangat menarik dan memberikan data yang
lengkap akan perkembangan nilai siswa. Saya
mengintegrasikan quizizz, Kahoot, dan tool lainnya ke dalam
Google Classroom karena ada kemudahan siswa dalam
mengelola kelas dan interaksi bisa dibangun di ruang kelas
virtual. Google Classroom memiliki 4 fitur, yaitu Forum, Tugas
Kelas, Anggota, dan Nilai sehingga dalam pemberian materi
sampai penilaian saya bisa memvariasikan Google Formulir,
quizizz, Kahoot pemberian tugas siswa. Siswa sangat antusias
karena tools penilaiannya tidak monoton.

Setelah Indonesia dilanda pandemi Covid-19 sejak Maret 2020,
SMPN 42 Semarang mencari platform pembelajaran jarak jauh
mereka mencoba Misrosoft office 365 setelah hampir 6 bulan
diuji coba tepat pada tahun pelajaran 2020/2021. Namun hal ini
kurang mendapatkan respon positif dari rekan-rekan guru.
Kemudian pihak sekolah mencoba mencari alternatif platform
PJJ dengan menjadwal beberapa narasumber untuk
mensosialisasikan kepada rekan-rekan guru. Kepala sekolah
memperkenalkan aplikasi synchronous Zoom Meeting pada
tanggal 13 Juli 2020. Hari kedua, tanggal 14 Juli 2020, saya
dijadwalkan menyampaikan Google Classroom. Karena suatu
hal, saya izin tidak bisa menyampaikan karena ada keperluan
mengantar anak kontrol ke Poli THT RSU Panti Wilasa
Semarang. Kemudian pada hari itu Pak Ardi menyampaikan PJJ
via instagram menggantikan saya. Pada hari ketiga, tanggal 15
Juli 2020, tidak ada penjadwalan ulang.

Saya menyampaikan Google Classroom pada hari Jumat, saat
pelaksanaan PJJ pertama kali tahun pelajaran 2020/2021. Saat itu
saya diminta untuk spontan memberikan presentasi Google

Menolak Menyerah | 19

Classroom oleh Bu Budi sebagai Bendahara BOS dan Bu Tutik
sebagai Kurikulum 1. Saya menjelaskan semua fitur Google
Classroom secara detil sampai pukul 10.15. Tanpa saya
perkirakan, tepuk tangan meriah bergemuruh di ruang guru.
Mendengar tepuk tangan rekan-rekan guru, saya balas dengan
ucapan terima kasih dan ucapan syukur
Alhamdulillahirobilalamin.

Pada hari Senin tanggal 20 Juli 2020 semua guru telah membuat
kode kelas dan mengirimkan via WAG kelas. Siswa memasukkan
kode kelas dan hari itu juga semua mata pelajaran telah memiliki
kode kelas Google Clasroom. Ada beberapa mata pelajaran yang
masih menggunakan platform selain Google Classroom dan itu
hak guru untuk memilih. Namun secara umum dengan sangat
sederhana dan tidak memerlukan waktu yang lama, rekan-rekan
guru merasa terbantu melaksanaan PJJ via Google Classroom
karena sangat mudah dilaksanakan, baik oleh guru, siswa,
maupun orang tua siswa yang mendampingi.

Pada hari Senin tanggal 20 Juli 2020 pukul 12.20 WIB, saya
diminta presentasi kedua untuk melancarkan dan menjawab
kendala, hambatan, kesulitan pelaksanaan PJJ via Google
Classroom hari pertama tahun pelajaran 2020/201. Saya hanya
mencoba menjawab semua persoalan, tantangan, dan kesulitan
yang dialami rekan-rekan guru dengan sabar. Satu per satu
pertanyaan saya jawab dengan lugas sampai rekan-rekan guru
memahami. Tepuk tangan sangat keras terdengar lagi di ruang
guru. Hal ini menginspirasi saya untuk menggali potensi dan
bakat untuk bisa berbagi dan bermanfaat untuk semua.
Akhirnya dengan syukur Alhamdulillahirobilalamin, Google
Classroom membumi dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
semester gasal tahun pelajaran 2020/2021.

20 | Menolak Menyerah

Pada PJJ semester genap tahun pelajaran 2020/2021, persoalan
timbul karena kurang memahami persoalan sebagai akibat dari
lamanya pelaksanaan PJJ. Hal itu membuat banyak pihak
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan belajar daring, baik
dari pihak siswa, orang tua, dan yang paling bertanggung jawab
dari pelaksanaan PJJ adalah guru karena guru harus mampu
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar
via daring.

Guru tidak bisa digantikan dengan teknologi, tapi guru yang
tidak dapat mengikuti teknologi akan ditinggalkan murid-
muridnya. Guru tidak tergantikan teknologi, namun teknologi di
tangan guru yang hebat akan menjadi tranformasional.
Menurut Rektor UPGRIS Semarang, Bapak Muhdi dalam
simposium PKB dalam masa pandemi yang diselenggarakan
PGRI pada hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2020, http://
youtu.be/SO5gdSp1 Le0, menyatakan bahwa kesiapan guru
pada awal pandemi pertengahan bulan Maret 2020 guru yang
siap menyusun PJJ hanya 18% dan pada beberapa bulan
berikutnya naik menjadi 76%. Namun keefektifan PJJ hanya 60%.

Saya mengajar Bahasa Inggris yang pada awal PJJ tahun
pelajaran 2020 menggunakan model pemberian tugas dalam
Google Classroom dengan memanfaatkan Kahoot, quizizz,
wordwall, dan lain-lain. Setelah beberapa bulan berikutnya saya
ditinggalkan siswa kelas 8, khususnya karena mereka jenuh
mengerjakan tugas. Saya berusaha mencari informasi,
mengikuti workshop, seminar, simposium, pelatihan,
penelitian, dan webinar series yang diselenggarakan banyak
pihak, seperti REFO Indonesia, PGRI, British Council, SEAMEO
QITEP, Kemdikbud, dan lain-lain menyimpulkan bahwa
menekankan PJJ merupakan pembelajaran luring dan daring
yang mengedepankan pada hubungan yang sinergis antara
orang tua, siswa, dan guru. PJJ baik luring maupun daring yang

Menolak Menyerah | 21

menyenangkan merupakan kata kunci keberhasilan PJJ. Untuk
melaksanakan hal tersebut saya mencoba menyusun rencana
PJJ yang menyenangkan melalui Kanvas Strategi Merdeka
Belajar. Guru bisa melihat gambaran besar rancangan proses
belajar, termasuk melihat keterkaitan antar elemen.
Kemudahan visual ini akan membantu kesadaran guru bahwa
perubahan satu elemen akan mempengaruhi elemen yang lain.

Kanvas membantu berpikir untuk menyusun silabus, rangkaian-
rangkaian tahapan pembelajaran dalam satu tri wulan atau satu
semester dan membantu menyusun RPP untuk satu atau
beberapa pertemuan. Kunci kemerdekaan guru adalah desain
pembelajaran bermula dari kemerdekaan guru dalam
merancang pembelajaran menjadi kemerdekaan siswa dalam
belajar. Prinsip Merdeka Belajar adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa. Artinya guru berfungsi

sebagai fasilitator atau mendampingi untuk membantu siswa
dalam memahami materi dan memberikan penguatan serta
kesimpulan guru dan siswa dalam sebuah refleksi akhir
pembelajaran.
2. Proses bersifat literasi dan mencakup cita, cara, cakupan
belajar. Artinya sebuah proses atau metode yang digunakan
dalam pembelajaran secara berulang-ulang dalam
menyelesaikan permasalahan melalui urutan satu atau lebih
langkah pembelajaran.
3. Cita, cara, dan cakupan belajar, artinya guru bisa melihat
gambaran keseluruhan tahapan pembelajaran. Misalnya
tujuan pembelajaran, desain atau strategi pembelajaran, dan
asesmen dalam satu triwulan atau satu semester.

Langkah tahapan pembuatan kanvas strategi pembelajaran
merdeka belajar adalah sebagai berikut:
1) Menyusun profil siswa sebelum guru memilih konten

pembelajaran. Minimal ada tiga faktor dalam memetakan

22 | Menolak Menyerah

profil siswa, yaitu minat siswa dalam mengikuti belajar itu
cukup menyenangkan, menjenuhkan, menyedihkan. Cara
belajar siswa di rumah mendukung atau belum mendukung,
dan pekerjaan orangtua siswa apakah sebagian besar
memiliki pekerjaan petani, pedagang, karyawan atau tidak
bekerja;
2) Tujuan Pembelajaran: Identifikasi kompetensi, apakah ada
beberapa kompetensi bisa disatukan dalam proses belajar
yang sama. Gunakan format kompetensi dalam kata kerja
plus topik dan kreteria atau indikator karena indikator
tersebut yang akan menjadi tolak ukur penilaian dalam
pembelajaran. Pertanyaan yang merangsang siswa berpikir
kritis perlu diberikan supaya guru mengaitkan jawaban siswa
dengan kompetensi, topik, dan kiteria pembelajaran;
3) Penyampaian bentuk dan asesmen yang bisa menggam-
barkan keberhasilan siswa dalam menguasai suatu
kompetensi dalam bentuk kata benda dan kriteria asesmen.
Dalam pembelajaran dilengkapi dengan cara asesmen dan
pihak yang melakukan asesmen. Tuliskan cara dan pihak yang
akan menilai terhadap produk atau hasil belajar. Sebuah
produk bisa dinilai dengan beragam cara dan beragam pihak.
4) Strategi pembelajaran dapat menggunakan cara berpikir
mundur (backward thinking), yaitu rumuskan rangkaian
kegiatan mulai kegiatan sebelum hasil akhir (tujuan, bukti,
dan penilaian) hingga kegiatan awal pengajaran. Setelah
menyiapkan strategi periksa kembali dengan 5 M yaitu: a)
Bagaimana hasil belajar siswa bermanfaat dengan kehidupan
sehari-hari? b) Bagaimana siswa mendapatkan pilihan
tantangan belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.
c) Bagaimana dan pada saat apa umpan balik diberikan siswa
ketika mengerjakan produk dan hasil belajar siswa? d)
Bagaimana siswa dapat mengidentifikasi dan mempelajari
konsep kuncinya? e) Bagaimana siswa merasa dipahami di
awal dan sepanjang proses belajar.

Menolak Menyerah | 23

Pada elemen sebelumnya, topik dan konten pelajaran mungkin
sudah terbayangkan tapi penting untuk mengenali dan
menuliskan di bagian akhir pembelajaran untuk melakukan
refleksi antara guru dan siswa. Apa yang dipelajari, kesulitan apa
yang dialami, kesukaan apa yang dijumpai dalam proses belajar.
Pastikan sumber belajar mudah diakses dalam bentuk pdf, teks,
video, jurnal, modul, narasumber untuk diobservasi oleh siswa.
Akhirnya saya menyimpulkan bahwa PJJ daring atau luring yang
menyenangkan itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa
dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang
beragam sesuai dengan minat belajar siswa. []

24 | Menolak Menyerah

Profil Penulis

Amin Wibowo, S.Pd. dilahirkan
di Kota Semarang, tepatnya di
Desa Palebon RT 11 RW 27
Kelurahan Palebon, Kecamatan
Pedurungan, Jalan Soekarno
Hatta, pada tanggal 8 JuIi 1977.
Merupakan anak ke 2 dari 4
bersaudara dari pasangan
Soerdarso dan Bardijem. Kini ia
tinggal di Jalan Syuhada Raya No
14E RT 1 RW 2 Kelurahan
Tlogosari Wetan Kecamatan
Pedurungan Kode Pos 50196
Kota Semarang.

Amin menempuh pendidikan dimulai dari SD Negeri Tlogosari
Kulon 04 (lulus tahun 1990), SMP Al-Azhar Semarang (lulus
tahun 1993), SMK Negeri 8 Semarang (lulus tahun 1997), IKIP
PGRI Semarang (lulus tahun 2001). Ia adalah guru SMPN 42
Semarang yang mempunyai hobi membaca dan berolahraga. Ia
memiliki cita-cita agar hidupnya bermanfaat bagi orang
di sekitarnya, agama, bangsa, dan negara. Juga bisa menjadi
orang yang berani membela yang benar untuk menjadi besar. Ia
bisa dikunjungi juga di https://aminthediary.blogspot.com/.

Menolak Menyerah | 25

Asinkronus Wagoblogyouqulet

(Aris Surjanti)

Metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menuntut guru
dan siswa untuk dapat menggunakan teknologi
sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran
yang saya gunakan selama PJJ ini saya sebut dengan
Wagoblogyouqulet. Istilah ini merupakan singkatan dari
berbagai aplikasi yang selama ini saya gunakan untuk PJJ mata
pelajaran Bahasa Inggris kelas IX SMP. Wagoblogyouqulet
terdiri dari aplikasi WhatsApp, Google form, Blogspot, Youtube,
quizizz dan Quizlet. Sebenarnya ada juga beberapa aplikasi lain
yang saya gunakan. Namun Wagoblogyouqulet ini merupakan
aplikasi yang paling sering saya gunakan.

Siswa tidak perlu bingung dan kerepotan lagi, karena harus
mengunduh semua aplikasi tersebut. Siswa hanya diwajibkan
untuk mengunduh dan memasang satu aplikasi saja yaitu
WhatsApp. Adapun aplikasi yang lain dapat digunakan dengan
cara membuka tautan yang dibagikan melalui Whatsapp. Tautan
tersebut akan membantu siswa masuk melalui perambah
menuju masing-masing situs aplikasi tersebut. Pemilihan aplikasi
yang saya gunakan juga berdasarkan analisa dari segi
kemudahan, keefektifan, dan kemampuan siswa untuk
menggunakannya.

Kegiatan PPJ saya awali dengan melakukan identifikasi siswa
kelas IX berdasarkan kondisi keluarga, kemampuan ekonomi,
ketersediaan gawai, kemampuan menggunakan teknologi,
lokasi tempat tinggal, ketersediaan jaringan internet, dukungan
orang tua selama PJJ, dan capaian kompetensi siswa pada
semester sebelumnya. Setelah menganalisa semua data yang

26 | Menolak Menyerah

diperoleh, akhirnya saya memutuskan metode PJJ yang saya
gunakan menggunakan model pendekatan pembelajaran
asinkronus. Melalui metode PJJ asinkronus diharapkan
pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat diikuti oleh semua
siswa secara lebih mudah, lebih efektif, lebih mandiri, sehingga
semua siswa mampu menguasai semua kompetensi dasar yang
ditargetkan.

Selanjutnya, saya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) berdasarkan Kurikulum 2013. Saya tetap menggunakan
kurikulum nasional dengan mengalokasikan waktu lebih banyak
pada kompetensi dasar yang tercantum pada Kurikulum Khusus
atau Darurat. RPP yang saya buat berdasarkan metode PJJ
asinkronus daring dengan menggunakan media pembelajaran
Wagoblogyouqulet. Dalam RPP juga tercantum penggunakan
media pembelajaran Wagoblogyouqulet dan tautan sumber
belajar daring dari berbagai situs pembelajaran.

Setelah RPP daring selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah
membuat kelas virtual menggunakan aplikasi grup WhatsApp.
Semua siswa kelas IX dimasukkan ke grup WA yang nantinya
berfungsi sebagai LMS. Pada pertemuan pertama saya juga
membuat kontrak belajar dengan siswa. Saya menjelaskan
beberapa kesepakatan dan aturan yang harus dilaksanakan
selama PJJ berlangsung. Memberikan motivasi dan semangat
kepada para siswa agar tetap rajin belajar dari rumah dan tidak
lupa tetap mengikuti protokol kesehatan selama pandemi.
Selanjutnya, pada pertemuan berikutnya saya mulai
menerapkan penggunaan Wagoblogyouqulet pada PJJ
asinkronus ini.

Wagoblogyouqulet yang pertama adalah WhatsApp. Aplikasi ini
digunakan pada setiap pertemuan. Sebagai LMS, grup WA ini
juga menjadi sebuah kelas virtual. Di sini, semua langkah

Menolak Menyerah | 27

kegiatan pembelajaran disampaikan. Mulai dari kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti sampai kegiatan penutup. Semua
tautan yang terdiri dari materi pembelajaran, daftar hadir, dan
instrumen penilaian dibagikan di sini. Kegiatan diskusi, tanya
jawab, pemberian umpan balik, pemberian motivasi dan
apresiasi juga dilakukan melalui grup WA ini.

Wagoblogyouqulet yang kedua adalah Google Form. Pada
pendekatan pembelajaran secara sinkronus, guru bisa
mengetahui kehadiran siswa secara langsung menggunakan
media konferensi video seperti Zoom atau Google Meet.
Sedangkan untuk pembelajaran asinkronus guru tidak bisa
mengetahui secara langsung kehadiran siswa. Oleh karena itu
saya membuat daftar hadir menggunakan Google Form, lalu
membagikan tautannya melalui grup WA untuk mengetahui
jumlah kehadiran dan ketidakhadiran siswa pada setiap
pertemuan. Selain untuk membuat daftar hadir siswa, saya juga
memanfaatkan Google Form sebagai alat pembuatan instrumen
penilaian. Saya membuat beberapa soal berbentuk pilihan
ganda, lalu siswa menjawab di Google Form melalui tautan yang
dibagikan.

Wagoblogyouqulet yang ketiga adalah Blogspot. Pada PJJ
asinkronus guru tidak bisa menjelaskan materi secara langsung.
Jadi, saya membuat pemaparan dan penjelasan materi pada
sebuah blog milik saya yang bernama The Learner. Lalu saya
membagikan tautan blog yang berisi materi yang akan dipelajari
melaui grup WA. Kemudian saya mengarahkan siswa untuk
mempelajari materi tersebut sampai mengerti. Jika siswa ingin
bertanya mengenai materi tersebut, siswa bisa bertanya
dengan cara mengetik pertanyaan di kolom komentar blog atau
bisa juga bertanya melalui grup WA.

28 | Menolak Menyerah

Wagoblogyouqulet yang keempat adalah Youtube. Pertama,
saya membuat video pembelajaran sesuai kompetensi dasar
yang akan dipelajari. Kemudian saya mengunggah video
tersebut di saluran Youtube milik saya sendiri. Lalu saya
membagikan tautan video pembelajaran yang akan dipelajari
siswa melalui grup WA. Jika siswa ingin bertanya mengenai
materi dalam video tersebut, mereka bisa mengetik pertanyaan
di kolom komentar Youtube atau bertanya langsung melalui
grup WA.

Wagoblogyouqulet yang kelima adalah quizizz. Selain Google
Form, saya juga menggunakan aplikasi quizizz sebagai alat
pembuatan instrumen penilaian. Saya menggunakannya untuk
menilai kemampuan siswa pada kompetensi dasar pengetahuan
pada materi struktur teks. Pertama, saya membuat beberapa
soal pertanyaan berbentuk pilihan ganda mengenai materi yang
sudah dipelajari, lalu membagikan tautannya melalui grup WA.
Kemudian siswa masuk ke aplikasi, mengerjakan soal-soal
tersebut secara langsung dalam waktu yang bersamaan.
Setelah permainan selesai, para siswa bisa mengetahui
perolehan nilai sekaligus peringkat yang dicapai.

Wagoblogyouqulet yang keenam adalah Quizlet. Aplikasi Quizlet
adalah salah satu media pembelajaran gamifikasi yang dapat
digunakan untuk melatih empat keterampilan berbahasa,
termasuk di dalamnya menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Quizlet menyediakan berbagai fitur menarik untuk
digunakan dalam pembelajaran yang inovatif, yaitu flashcard,
learn, write, spell, test, match, gravity, dan Quizlet live. Saya
menggunakan aplikasi ini untuk melatih siswa dalam
mempelajari kosakata bahasa Inggris. Saya membuat flashcard
kosakata di Quizlet mengenai materi yang akan dipelajari, lalu
saya bagikan tautannya melalui grup WA. Kemudian siswa

Menolak Menyerah | 29

berlatih kosakata di Quizlet menggunakan fitur flashcard dan
match.

Menggunakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran dan kemampuan siswa akan lebih bermakna
daripada memaksakan kehendak untuk menggunakan aplikasi
yang populer namun ternyata hanya membebani siswa. Dalam
PJJ seorang guru juga harus bisa memahami perbedaan Online
Learning dan Emergency Remote Teaching. Online Learning
sengaja dirancang sebagai metode utama PJJ dalam kondisi
normal yang didukung kelengkapan sarana maupun kesiapan
siswa. Sedangkan Emergency Remote Teaching merupakan PJJ
alternatif dari kondisi darurat yang dirancang untuk sementara
waktu karena terpaksa oleh keadaan tak terduga dan tanpa
dukungan sarana maupun kesiapan siswa. Jadi sudah
seharusnya kita menerapkan Emergency Remote Teaching dalam
PJJ selama masa pandemi ini. Demikian pengalaman PJJ
asinkronus menggunakan media aplikasi Wagoblogyouqulet
pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Semoga bisa menjadi salah
satu inspirasi bagi para guru Bahasa Inggris di Indonesia selama
melaksanakan PJJ di masa pandemi ini. []

30 | Menolak Menyerah

Profil Penulis

Aris Surjanti, S.Pd., lahir di
Berau pada tanggal 1 Agustus
1979. Ia adalah guru Bahasa
Inggris di SMPN 1 Teluk Bayur
Kabupaten Berau Kalimantan
Timur. Ia dapat dihubungi
melalui email dengan akun
[email protected] dan no
WA 085250703541. Video
pembelajaran Bahasa Inggris
kelas IX karyanya tersedia di
Youtube https://www.youtube.com/c/ArisSurjanti.

Menolak Menyerah | 31

Pentingnya

Motivasi BelajarBahasa Inggris

di Masa Pandemi

(Cecep Durahim)

Covid-19 (Corona Virus Desease 2019) yang ditemukan di
Wuhan, China, sekitar bulan November 2019 telah
mengguncang dan menyerang masyarakat dunia
termasuk masyarakat Indonesia. Covid-19 menular di Indonesia
sekitar bulan Februari 2020. Covid-19 telah menyebabkan
kematian sejumlah manusia di berbagai negara, dan masih
merusak aspek kehidupan manusia seperti bidang ekonomi,
sosial, pendidikan, dan sebagainya. Sehingga dibuatlah aturan
protokoler kesehatan agar terhindar dari ganasnya si virus ini.
Protokoler kesehatan dibuat untuk mencegah penyebaran virus
ganas itu, yang isinya yaitu memakai masker, mencuci tangan
pakai sabun, menjaga jarak dalam pergaulan atau tidak boleh
berkerumun, bahkan masyarakat harus mengikuti Rapid Test
dan Swab Test untuk mendeteksi apakah mereka terkena virus
corona atau tidak. Bahkan di beberapa negara ada yang
melaksanakan lock down, yaitu masyarakat harus berada di
dalam rumah dan para pegawai harus melaksanakan WFH
(Work From Home) dan di Indonesia hanya melaksanakan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang pada dasarnya hampir
sama dengan lock down. Namun dalam hal ini aku hanya ingin
mengungkapkan pengalaman aku dalam kaitannya dengan
dunia pendidikan. Yaitu pembelajaran bahasa Inggris di sekolah
di masa pandemi Covid-19. Sekolah-sekolah di Indonesia tidak
melaksanakan pembelajaran tatap muka langsung, tetapi

32 | Menolak Menyerah

pemerintah membuat aturan bahwa para siswa harus belajar
dari rumah atau pembelajaran jarak jauh (PJJ)--dalam istilah
bahasa Inggrisnya, Long Distance Learning--menggunakan
teknologi informasi yang sudah berlaku. Dan para guru harus
mengajar di sekolah menggunakan teknologi informasi untuk
memberikan materi ajar, memberikan tugas, mengadakan
penilaian harian dan penilaian semester dengan menggunakan
aplikasi e-learning. Sekitar akhir Maret 2020 dimulai dengan PJJ,
bahkan untuk siswa kelas IX tidak dilaksanakan Ujian Nasional,
dan tidak ada juga perpisahan kelas IX karena waktu itu begitu
mencekam dengan pemberitaan Covid-19. Sungguh
menyedihkan untuk siswa lulusan tahun 2020. Mulanya aku agak
bingung mengajar lewat on line, yaitu WA, karena fitur-fiturnya
kurang lengkap atau terlalu menyedot pulsa banyak untuk
pemberian tugas, penilaian, dan video call. Untunglah ada salah
satu rekan kerjaku di sekolah yang pintar dalam IT. Dia
menyumbangkan pemikirannya dengan aplikasi E-Learning
untuk Pembelajaran Jarak Jauh. Aplikasi ini dipakai oleh semua
guru di sekolah tempat aku mengajar, dan sangat bermanfaat.
Selain itu, untunglah ada kontribusi kuota dari pemerintah
sebesar 45 GB. Ya, lumayan, daripada beli pulsa di counter HP.
Aplikasi e-learning ini juga digunakan para siswa saat mereka
menerima materi ajar, mengerjakan tugas, dan tentunya ketika
mereka melaksanakan penilaian harian dan penilaian semester.

Waktu itu di awal semester 5, aku diberi jadwal mengajar di
kelas yang sama sebanyak enam kelas. Yaitu dari kelas IX-D
sampai IX-I dengan jumlah siswa tiap kelas ada 32 orang. Di
minggu pertama bulan Juli 2020, aku mulai mengajar sesuai
dengan jadwal pelajaran on line. Aku mengajar di jadwal kelas IX-
D dan IX-E dengan menggunakan aplikasi e-learning yang
digunakan di sekolahku. Materi ajar yang aku berikan kepada
para siswa di kelas itu yaitu “Congratulations dan Good Luck”.
Aku memeriksa kehadiran para siswa melalui kolom “eye”,

Menolak Menyerah | 33

artinya bila terisi angka 32 misalnya, maka mereka telah
membaca materi ajar dan dianggap hadir semua di kelas on line.
Tapi apa yang terjadi? Ternyata di kolom itu hanya ada angka 20.
Itu artinya yang hadir cuma 20 orang di kelas itu. Kemudian aku
pindah ke kelas lainnya untuk mengirim materi ajar yang sama,
dan kelas ini pun jumlah yang hadirnya kurang lebih sama. Maka
para siswa yang tidak ada di daftar kehadiran KBM on line
dianggap alfa karena tidak memberitahukan terlebih dahulu
alasan ketidakhadirannya. Keesokan harinya jadwal kelas on line
berikutnya yaitu di kelas IX-G dan IX-H. Aku buka e-learning dan
mengklik materi yang sama. Kemudian aku kirimkan ke dua
kelas itu dan kutunggu sampai akhir jam pelajaran. Aku ingin
tahu kira-kira berapa orang siswa yang telah membaca materi
ini. Tetapi tetap saja tidak ada perubahan signifikan. Dari
banyaknya siswa yang membaca. Dari semua kelas yang aku
ajar, paling banyak hanya 25 siswa dari kelas IX-E, sedangkan
kelas yang lain rata-rata cuma 20 siswa bahkan ada yang di
bawah 20. Sungguh mencengangkan pikiranku. Kemudian
untuk pemberian materi berikutnya, yaitu “Wish or Hope”, aku
berencana mengirimkan ke kelas mereka dengan jadwal di
minggu berikutnya. Tetapi sebelum kukirim materi di e-learning
aku berikan pengumuman terlebih dahulu kepada semua siswa
di tiap kelas yang aku ajar. Aku umumkan kepada mereka bahwa
di materi awal hanya ada 70% yang hadir dan aku berharap untuk
materi berikutnya agar lebih banyak yang hadir. Para siswa yang
membaca pengumuman on line sebagian meresponku dengan
menjawab, “Baik, Pak.” Atau “Ok, Pak.” Dan syukurlah untuk
materi berikutnya kehadiran mereka di e-learning jadi
bertambah walaupun tidak hadir semua. Ya, kurang lebih ada
85% sampai 90%. Hal ini disebabkan kurang motivasi dari
sebagian siswa dan perlu juga orang tua memberi motivasi
kepada mereka di rumah karena guru tidak bisa melihat
langsung keberadaan mereka. Apakah mereka lagi di rumah
atau lagi keluyuran main.

34 | Menolak Menyerah

Kemudian saatnya memberikan penilaian harian ke 1 dari
Kompetensi Dasar 1 karena setiap selesai satu KD para siswa,
biasanya diberikan penilaian harian (ulangan harian). Bermula
dari dua kelas yang aku berikan ulangan yaitu kelas IX-G dan IX-
I. Aku tunggu mereka sampai selesai jam pelajaran sesuai jadwal
on line. Aku tulis di kolom “terbit dan tutup” pada e-learning
sesuai dengan jadwal on line juga. Setelah aku cek. Apa yang
terjadi? Ternyata peserta ulangan harian tidak jauh berbeda
dengan kehadiran mereka waktu materi ajar yang pertama.
Yang ikut penilaian (ulangan) harian hanya sekitar 24 sampai 27
orang. Terus aku pikir-pikir, mereka yang malas ini kalau tidak
digertak malah akan keenakan. Oleh karena itu, aku akan
umumkan saja nama-nama yang tidak ikut ulangan harian dan
aku tulis ancaman ringan kepada mereka supaya ada rasa malu
di benak mereka karena namanya dipampang di grup WA kelas.
Hal ini agar menjadi efek jera bagi mereka yang malas belajar
dan menerapkan disiplin di era pandemi. Kemudian aku
memberikan jadwal ulangan harian susulan dan waktu buka dan
tutup jadwalnya di e-learning diperpanjang hingga sore hari.
Setelah menerapkan sistem itu bagaimana hasilnya?
Alhamdulillah pada saat ulangan susulan, mereka yang tidak ikut
ulangan saat pertama akhirnya ikut ulangan semuanya. Begitu
juga dengan pemberian tugas, aku mendapatkan kasus yang
sama dari siswa yang malas belajar. Tugas pertama yang aku
kirimkan di e-learning hanya dikerjakan oleh sebanyak 70%
hingga 80% saja dari tiap kelas. Yang mengerjakan tidak
semuanya. Akhirnya aku umumkan juga nama-nama siswa yang
malas di group WA kelas mereka. Mereka pada akhirnya
mengerjakan tugas juga. Aku heran, kenapa dari setiap kelas,
anak–anak yang malasnya, kok, sama saja orangnya masih
mereka juga seperti dari kelas IX-F si Lauza dan si Farel, dari kelas
IX=G si Bintang dan si Hanif, atau dari kelas IX-H si Egit dan si
Hafiz. Ternyata mereka bukan hanya di pelajaran bahasa Inggris

Menolak Menyerah | 35

saja, tetapi juga di pelajaran lain mereka tak pernah
mengerjakan ulangan harian, tugas, dan absen di materi ajarnya.
Itu aduan dari guru mata pelajaran lain. Sehingga kami para guru
mata pelajaran mengadukan ke BP (Bimbingan
Penyuluhan/Konseling) untuk melaporkan perilaku dan karakter
siswa-siswa yang bermasalah dalam pelaksanaan belajar on line.

Tindakan dari BP cukup baik dengan cara mengirim surat secara
on line ke grup kelasnya, di samping mengirim japri ke nomor
siswa yang bersangkutan. Isi suratnya menyatakan bahwa
beberapa siswa yang tercantum di surat itu belum
melaksanakan penilaian harian, belum mengerjakan tugas, dan
jarang hadir dalam belajar on line. Para orang tua atau wali dari
anak-anak tersebut akhirnya datang ke sekolah dan
bermusyawarah dengan para wali kelas, termasuk dengan aku
sebagai salah satu wali kelas IX. Para orang tua setuju atas
permintaan sekolah bahwa di rumah mereka agar terus
mengawasi dan memberi motivasi kepada anak-anaknya untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran on line dan mengerjakan
tugas dan ulangannya. Berbagai upaya telah aku lakukan supaya
anak-anak yang malas kembali mengikuti kegiatan dalam
pembelajaran on line.

Sehingga upaya yang dilakukan pihak sekolah dan para orang
tua murid, alhamdulillah tidak sia-sia. Banyak siswa yang belum
memiliki nilai ulangan harian, tugas, akhirnya mereka
mengerjakannya. Sampai pada Penilaian Tengah Semester, dan
tentunya Penilaian Akhir Semester. Alhamdulillah, untuk
pelajaran bahasa Inggris yang aku pegang, tidak mengalami
banyak kendala. Semua siswa yang aku ajar sudah
melaksanakan semua kegiatan pembelajaran on line termasuk
penilaian harian, tengah semester, akhir semester, dan juga
tugas-tugas. Akhirnya sebelum pembagian buku raport, mereka

36 | Menolak Menyerah

sudah memiliki nilai di atas KKM, kecuali sedikit yang nilainya pas
di angka KKM.
Akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa perlu sekali
memotivasi siswa baik dari guru mata pelajaran maupun dari
para orang tua siswa untuk terus mengikuti kegiatan
pembelajaran on line. Motivasi itu penting sekali diberikan
kepada para siswa karena motivasi itu ibarat cambuk atau
charger untuk mengumpulkan baterai supaya tidak redup
lampunya. Komunikasi dengan para orang tua juga penting
sekali. Karena selain untuk menjalin silaturahim dengan mereka
para guru, juga memberikan keterbukaan tentang belajar
supaya mereka tahu perkembangan anaknya di sekolah. Apakah
anaknya mengalami kemajuan dalam pelajaran atau
kemunduran? Walau bagaimana pun, pendidikan adalah
tanggung jawab bersama antara pemerintah, guru-guru, dan
para stake holder, atau orang tua siswa. []

Menolak Menyerah | 37

Profil Penulis

Cecep Durahim lahir di Kota

Kuningan Jawa Barat pada 1

Januari 1970. Setelah

menamatkan sarjana

pendidikan di Jurusan Bahasa

Inggris STKIP Siliwangi

Bandung pada tahuan 1994, ia

mengajar Bahasa Inggris di

sebuah sekolah dan di Lingua

English Course di Kota Bandung

dari tahun 1995 sampai 1997.

Ia diangkat menjadi guru PNS pada tahun 1998 di SMPN 2
Jalaksana Kuningan sampai tahun 2007. Setelah itu ia pindah
tugas ke SMPN 1 Kuningan sampai sekarang. Di SMPN 1
Kuningan ia sering menjadi pembimbing siswa dalam FLS2N
untuk cabang Story Telling dan pembimbing siswa untuk cabang
English Speech Contest. Ia juga pernah mengikuti kunjungan
studi banding ke Singapur dan Australia masih ada RSBI pada
tahun 2010 silam. Beliau pernah menulis di buku antologi
“Kuningan Bercahaya”.

38 | Menolak Menyerah

Game quizizz

Murid Menjadi Manis

(Devi Yuliana)

“Did, Bu ….” Seketika jawaban Faris membuat kelas
menjadi hening. Puluhan pasang mata tertuju padanya
yang duduk di bangku pojok sebelah kanan, yang tampak
setengah badan Faris saja. Mungkin teman–teman
kelasnya heran karena biasanya Faris penuh dengan pandangan
kosong atau hanya mencoret-coret mejanya. Jika soal meluncur,
mungkin siasat untuk berburu jawaban pun muncul juga. Oh,
tidak. Itu gumamanku saja. Dia hari ini tampak berani dan
berbeda.

“Wow, Faris! Great job …! I know you can do it,” suaraku
mendadak merdu melengking seperti penyanyi yang mulai
masuk ke lirik reff.

“Yeaaahhh ....” teman–temannya pun ikut senang dan bersorak
bertepuk tangan sambil berteriak, “Anak baik, Bu ….” Entah itu
sindiran halus atau hanya ingin membuat suasana menjadi
tambah ramai saja. Tapi kulihat ada goresan senyum di bibirnya.

Itulah aku, seorang guru Bahasa Inggris yang sudah menginjak
tahun keempat di salah satu sekolah SMP swasta di Bogor. Dari
mulai pagi hari sampai sore, bahkan menjelang Maghrib, setiap
hari aku masih di sekolah. Sekolahku yang asri, indah, dan
bersih. Selalu kususun rapih semangatku agar tidak padam
hingga sore nanti. Ya, bersama mereka belajar Bahasa Inggris,
ditambah Science Club Bahasa Inggris yang memang khusus

Menolak Menyerah | 39

untuk anak–anak yang berbakat dalam bidangnya dan antusias
mempelajari lebih dalam.

Aku baru saja selesai game “dictionary war” dengan anak–anak
kelas 9. Games ini aku ambil dari seorang guru asal Rusia dalam
instagramnya, yaitu “teacher man” yang mengajar muridnya
penuh dengan metode yang menarik. Aku menerapkannya
kepada siswa-siswi SMP. Tampaknya jauh lebih menantang

untuk menguasai lebih banyak kosakata dalam Bahasa Inggris,
yaitu dua orang anak maju ke depan dengan membawa kamus.
Lalu guru menentukan lima kata bahasa Inggris atau bahasa
Indonesia. Tentu saja sesuai dengan materi yang sedang
diajarkan, dan mereka adu kecepatan untuk mencari artinya.
Lalu langsung mengingatnya. Jika salah satu bisa menjawab,
siswa dipersilakan untuk duduk. Yang belum menjawab, tidak
boleh pergi dari tempat duduk. Akan ada siswa lain lagi untuk
melanjutkan pertanyaan selanjutnya. Inilah yang membuat
siswa greget dan suasana makin panas seperti war beneran.

Ketika itu aku sudah menyusun games, aku beri nama
“Kangaroo Game ”. Murid bergantian maju ke depan untuk
berdiri di atas gambar dua kotak yang sudah disediakan (dua

40 | Menolak Menyerah

kotak di lantai seperti engklek). Kotak pertama dengan tulisan
“DO dan DOES”. Gambar kotak kedua adalah “DID”. Nanti guru
akan membacakan pola kalimat past tense dan present tense.
Lalu murid akan melompat ke gambar kotak yang ada di lantai,
memilih kata bantu yang digunakan sesuai dengan kalimat yang
dibacakan guru. Ah …, pasti seru, pikirku. Tapi semua sirna
ketika ada pengumuman libur yang sudah terkirim di grup
WhatsApp sekolah bahwa akan diliburkan selama 14 hari ke
depan karena virus corona sudah memasuki Indonesia. Seketika
aku ingat mereka, kelas 9 yang sebentar lagi ujian dan
perpisahan. Sungguh tahun ini sangat berbeda dan tidak ada
cerita seperti tahun–tahun sebelumnya. Akhirnya mereka
mengirimkan foto dan video untuk pengeditan video
perpisahan angkatan 2020 ini.

Sudah lewat dari 14 hari. Ternyata libur pun semakin
diperpanjang menjadi satu semester. Bahkan satu tahun penuh.
Aku menghela napas panjang dan seketika berpikir harus bisa
mengutak-atik berbagai aplikasi pembelajaran untuk murid–
muridku. Ya, memang sudah pernah diterapkan ketika aku
mengikuti MGMP beberapa waktu lalu. Dan ini waktu yang tepat
untuk mereka mencoba hal baru dalam belajar online.

Pada awalnya, yang aku rasakan ketika pembelajaran jarak jauh
(PJJ) di minggu–minggu pertama, cukup bermain di perasaan
dan pikiran bagi guru dan orang tua. Terutama bagi orang tua
yang sudah konsisten dengan anak–anaknya, tidak boleh main
HP di saat hari sekolah, kini harus mempertimbangkan itu
semua. Kini mereka setiap hari harus mengecek pesan dari guru
melaui HP atau laptop. Orang tua sebagai orang pertama yang
mereka tanyakan ketika ada hal-hal yang kurang jelas ketika
diberikan soal oleh guru. Sungguh hiruk-pikuk di rumah setiap
hari bisa dibayangkan, bukan? Apalagi bagi mereka yang

Menolak Menyerah | 41

memiliki anak lebih dari satu dan harus daring semua. Ya,
kontrol emosi dan hati utuk kita semua.

Dari berbulan–bulan yang kita rasakan selama BDR (belajar di
rumah), komunikasi antara orang tua dengan murid jauh lebih
baik. Begitu juga orang tua dengan gurunya. Orang tua jadi lebih
mengetahui sejauh mana putra-putrinya memahami pelajaran.
Guru pun jadi lebih tahu murid yang tak pernah kenal lelah dan
selalu berusaha di masa sulit seperti ini. Ya, sulit untuk mengisi
kuota agar bertahan ketika zoom meeting. HP yang sistemnya
support bisa digunakan ketika membuka aplikasi baru kegiatan
belajar online, seperti google classroom, zoom meeting, dan
aplikasi lainnya. Bahkan tak sedikit dari mereka memasang wifi
di rumahnya, membeli ponsel baru, dan memperbaiki laptop
yang rusak. Bahkan ada di antara mereka yang sampai tinggal di
rumah neneknya untuk mendapatkan sinyal yang kuat.

Pada pembelajaran di minggu pertama, kelas 9 semester satu
belajar “Expressing Wish dan Congratulations”. Aku membuat
video youtube yang masih amatir. Sangat singkat, dan mudah–
mudahan jelas ya, ahaha .... Tugas untuk siswa adalah membuat
video mengucapkan selamat kepada seseorang atas prestasi
atau momen tertentu. Cukup membanggakan. Mereka sangat
antusias dan benar–benar videonya dibuat dengan menarik.
Ada yang versi singkat langsung mengucapkan
“Congratulations ….” Ada yang diedit dengan pembukaan dan
rapi sekali videonya. Ternyata mereka suka jika membuat
kreativitas dalam bentuk video. Bahkan yang tak kusangka,
murid yang selama ini pendiam di kelas bisa membuat video
yang kreatif dan memiliki pronounciation yang cukup baik.
Semakin hari materi pembelajaran pun semakin menantang,
bukan? Apalagi jika kita membahas grammar, ya. Aku lebih
senang jika grammar itu dibuat game dan belajar per kelompok.
Di samping untuk mempermudah cara mereka menangkap

42 | Menolak Menyerah

maksud dari kalimatnya, mereka juga berlatih kerjasama
terhadap tim yang sudah dibentuk. Tapi kali ini? Wow ...! Pasti
monoton jika aku hanya membuat video youtube amatiran.
Baiklah, kita beralih quizizz dan wordwall.

Pada awalnya mereka masih asing dengan aplikasi ini, kecuali
mereka yang sudah ada pengalaman kursus Bahasa Inggris di
luar. Ya, maklum mereka biasa di sekolah full time dari pagi
sampai sore tanpa ponsel. Pagi itu aku sudah memberikan link
quiziz untuk game word dari sinonim dan irregular verb sebagai
pemanasan. Hmmm ..., link sudah dikirim. Ternyata masalah
belum selesai. Mereka bingung untuk input email log in ke
quizizz. Masih ada saja yang belum bisa masuk ke link tersebut.
Ya, masih penyesuaian.
Beberapa menit kemudian pun quizizz bisa dimulai. Ketika aku
simak dari diagram nilai, banyak anak yang mengikuti game
tersebut, wow ...! Bahkan jumlahnya pun tidak terduga. Murid
yang pernah ‘menghilang’, akhirnya muncul lagi. Ya, memang

Menolak Menyerah | 43

game ini setiap nomornya diseting berbeda sesuai tingkatan
sulit dari soal tersebut. Setelah selesai game mereka begitu
ramai di grup WhatsApp kelas. Banyak yang berpendapat
mereka suka dan menjadi semangat untuk belajar online. Yang
menjadi tantangan untuk mereka adalah nama mereka harus
masuk dalam urutan 1-5. Sangat greget ketika mereka tidak
masuk dalam urutan tersebut. Bahkan, meminta untuk
mengulangi game tersebut. Sungguh, mereka tampak manis
ketika quiziz, dan pasti ramai di grup WhatsApp. Karena biasanya
yang muncul memberikan tanggapan ketika selesai
pembelajaran, hanya dia lagi dia lagi.

Selain harus mengatur jadwal shooting, guru juga harus
mempunyai trik untuk game selanjutnya. Bukan hanya sekedar
game, tapi siswa juga bisa menangkap materi yang sebelumnya
disampaikan di materi pembelajaran youtube atau zoom
meeting. Ya, sebenarnya aku lebih suka youtube. Karena kalau
zoom mereka suka menjadi antara ada dan tidak. Video off.
Mikrofon off.

Kumenangis membayangkan ....

Hehehe ..., jangan ikut nyanyi, ya. Baiklah, kita coba game yang
lain. Kali ini aku mencoba game wordwall, yang tampaknya jauh
lebih menarik menurutku. Kali ini kita mencari kalimat dengan
pola Perfect Tense pada “switch template interactive airplane”.
Siswa hanya menggerakkan bagian pesawatnya untuk
menemukan pola kalimat yang sesuai. Sebenarnya banyak
model dari game wordwall ini. Ada yang berbentuk kuis, open
the box, maze chase, dan kali ini pun terbukti. Lagi–lagi, mereka
ketagihan.

44 | Menolak Menyerah

Setiap kegiatan online selasai, aku duduk dan menikmati
secangkir kopi sambil mengingat kembali mereka yang
memenuhi kelas. Tawa dan teriak mereka ketika menjawab
pertanyaan. Ramainya kelas ketika diskusi. Waktu satu tahun
lebih belajar di rumah sungguh bukan waktu yang sebentar.
Untuk semua ini, ketika teknologi menjadi media sekaligus
menjadi guru dunia maya, tetap saja seorang guru untuk
muridnya tidak akan bisa tergantikan. Semua kembali lagi ke
proses tatap muka. Tatap muka jauh lebih maksimal untuk
mereka. Kita bisa langsung berkomunikasi, kerja kelompok,
berlatih untuk membangun team, langsung speak up di depan
kelas, ada interaksi dengan teman, bisa belajar menghargai
pendapat orang lain, dan masih banyak lagi. Di masa pandemik
ini, memang peran guru selalu dipertanyakan dengan, “Apalagi
yang harus dilakukan? Lalu, selanjutnya? Hasilnya?“ Jawaban
harus ada sebelum ada pertanyaan itu muncul.

Semua yang sedang kita alami ini adalah proses menuju ke
dalam tantangan berikutnya. Kita sedang melewati fase wabah
yang sedang melanda seluruh dunia. Hikmahnya, bumi kita
menjadi lebih asri. Manusia lebih peduli dengan protokol

Menolak Menyerah | 45

kesehatan. Orang tua lebih mengetahui karakter anak–anaknya.
Guru bisa lebih kreatif dan menghargai waktu, merupakan hal
yang paling penting. Jangan lupa untuk selalu bersyukur. Tuhan
selalu melindungi hambanya bagi mereka yang mau bersyukur
dan tetap beriman, apa pun yang terjadi.[]

46 | Menolak Menyerah

Profil Penulis

Devi Yuliana adalah seorang guru
SMP swasta di Kota Bogor. Ia
lahir di Kota Jakarta pada tanggal
9 Desember 1990. Setelah me-
nyelesaikan pendidikannya di
SMA BUDI UTOMO Perak
Jombang pada tahun 2008. Ia
melanjutkan studinya di STKIP
MUHAMMADIYAH BOGOR pada
tahun 2010 di jurusan pendidikan
Bahasa Inggris.
Selama perjalanan pendidikannya, ia sudah mengajar di RA AL–
BADARIYAH pada tahun 2009. Lalu ia mengajar di MI dan
membuka kursus Bahasa Inggris tingkat SD di rumah dengan
nama “SAUNG ANAK”. Kursus yang didirikannya ini sudah
hampir tiga tahun berjalan. Menulis memang cita–cita awalnya
sejak di bangku SD. Dan semoga ini adalah pintu untuk jalan
menulis kembali.

Menolak Menyerah | 47

Gara-Gara Video

(Diyah Kurnia Halim)

Lirih suara dari balik handphone, "Apa kikana Miss ri anjo
video?" Dengan dialek kental Makassar seorang siswa
kelas IX sempat menggelitik pikiranku pagi itu. Kamis 16
Juli 2020. Tepat empat hari pembelajaran daring di semester
ganjil masa pandemik Covid-19. Andi Ansar namanya. "Andi"
dalam suku Bugis menandakan gelar keturunan bangsawan.
Gelar "Andi" ini yang diletakkan di depan nama orang yang
bersuku Bugis. Konon kabarnya diciptakan Belanda untuk
menandai kaum bangsawan yang terpelajar.

Andi Ansar, siswa yang saya kenal paling subur di kelas IX.4
sempat mengganggu konsentrasi saya dengan pertanyaannya
pagi itu, "Apa yang salah dengan video saya?"

Pertanyaan itu menghantui pikiranku. Sambil kubuka laptop,
kuputar kembali video yang kushare ke siswa. Judul materi di
video terlihat jelas The Expression of Wishes Hopes and
Congratulations. Tujuan pembelajaran pun tidak ketinggalan,
yaitu siswa dapat memahami penggunaan ungkapan. "Ah,
anak itu mungkin yang tidak terlalu fokus menonton videoku".

Kulanjutkan pekerjaan yang tertunda gara-gara Andi Ansar.
Hanya beberapa menit berselang notifikasi chat dari
WhatsAppku berbunyi.

"Miss, video apa itu? Dari Sarro."

48 | Menolak Menyerah

Lagi-lagi pertanyaan yang sama tentang video. Aku duduk
terdiam beberapa menit, membuka kembali laptop, menonton
sampai akhir video yang aku share ke siswa.

"Ah, jelas kok ...," pikirku. Video ini kubuat di minggu pertama
April 2020 ketika pandemi Covid-19 merebak di Indonesia.
Mulai 16 Maret 2020 sekolah menerapkan metode
pembelajaran siswa secara daring sebagai upaya untuk
mencegah pandemik Covid-19. Tujuanku waktu itu agar
pembelajaran lebih efektif karena media memegang peranan
penting dalam proses belajar mengajar. Dan, kupikir video
adalah media yang paling cocok di saat kondisi tidak
memungkinkan bertatap muka selain sangat menghemat
waktu pembelajaran juga memudahkan penyampaian pesan.
Apalagi bagi siswa dengan tipe audio visual pasti
menyenangkan.

Kuambil handphone, membaca kembali pertanyaan siswa.
Kemudian saya membalas chat-nya, "Silakan menonton video
tentang materi The Expression Wishes Hopes and
Congratulation, Nak,” begitu kira-kira bunyi chatku waktu itu.

Aku jadi tersadar bahwa mindset siswa harus diubah.
Pembelajaran tidak hanya diperoleh dari guru yang
menjelaskan di kelas materi, tapi pembelajaran dapat melalui
video tanpa tatap muka. Ah, aku harus mempelajari karakter
siswa. Mereka beragam. Ada yang mudah paham, ada juga
yang sedikit lalod dan butuh sentuhan bahasa kalbu. Kayak
lagu Titi Dj saja ya.

Memang benar adanya bahwa aku sebagai guru harus
mengenali tipe tiap anak didik saya. Meskipun di sekolah
metode mengajar disamakan untuk semua murid. Tapi
setidaknya saya bisa membantu sang anak menerima pelajaran

Menolak Menyerah | 49

lebih baik saat belajar dari rumah. Itu pikirku. Ada yang bisa
menyerap pelajaran lebih baik dengan melihat. Ada yang harus
mendengarkan pelajaran untuk memahaminya. Ada pula anak
yang tertarik mencari sendiri hal-hal yang mereka ingin tahu
tanpa melihat buku. Dan tipe ini menangkap pemahaman
dengan melihat orang lain. Ya …, tipe visual, auditori, dan
kinestetik yang hanya familiar bagi orang-orang yang senang
membaca psikologi. Anggap saja tugas ekstra yang
memaksaku sebagai guru untuk memahami kondisi siswa di
masa pandemi. Aku kemudian tidak lagi memikirkan materi
yang di-share pagi tadi. Tapi targetku adalah bagaimana
mengenali siswa dari enam kelas yang kuajar. "Impossible!" Itu
yang keluar dari mulutku seolah putus asa.

Saya pun teringat sebuah buku yang kuberikan pada anakku di
hari ulang tahunnya. "Totto-chan", sebuah buku yang sangat
menginspirasi saya tentang semangat Mr. Kobayashi.
Bagaimana Mr. Kobayashi berusaha menemukan watak baik
setiap anak dan mengembangkannya agar anak-anak tumbuh
menjadi orang dewas-a dengan kepribadian yang khas. Saya
kemudian merenung sesaat, teringat pertanyaan dua siswa
pagi tadi. Tidak bisa dipungkiri bahwa mereka berhak bertanya
tentang apa yang mereka tidak paham.

Sejak lahir manusia memiliki empat hal fitrah dalam belajar,
yaitu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (intellectual
curiosity), memiliki daya imajinasi kreativitas yang tinggi
(creative imagination), memiliki kemampuan berpikir untuk
menemukan suatu pengetahuan (art of discovery and
invention), dan memiliki akhlak mulia (noble attitude) terhadap
proses penemuan ilmu.

Saya pun teringat pengalaman pembelajaran semester lalu
dengan Sarro. Awal mula saya begitu dekat dengan anak itu.

50 | Menolak Menyerah


Click to View FlipBook Version