The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Media Informasi, Komunikasi dan Edukasi untuk Perubahan dari Islamic Centre Padang Panjang

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Islamic Center, 2024-03-20 21:49:46

Buletin Jum'at Edisi 60 - 22 Maret 2024

Media Informasi, Komunikasi dan Edukasi untuk Perubahan dari Islamic Centre Padang Panjang

Beberapa tahun silam, seorang kawan yang baru pulang dari Timur Tengah melihat masyarakat di masjid kampungnya melakukan shalat tarawih empat rakaat satu salam. Maka dalam salah satu ceramah, ia menyampaikan bahwa cara seperti itu tidak memiliki dalil yang kuat. Yang benar adalah dilakukan dua-dua. Dua rakaat satu salam. Bukan hanya hadits Nabi Saw, pendapat para ulama lintas madzhab pun lengkap ia paparkan. Apakah setelah itu masyarakat langsung merubah cara shalat tarawih mereka dari empat-empat menjadi duadua? Ternyata tidak. Bukan hanya itu, kawan kita ini pun cenderung ‘ditolak’ masyarakat. Apa pasal? Apakah dalilnya kurang? Apakah penyampaiannya tidak menarik? Apakah masyarakat sudah bebal? Sebenarnya tidak ada yang kurang dari segi dalil dan argumentasi yang disampaikan. Masyarakat juga tidak bebal apalagi keras kepala. Hanya saja ia mengabaikan satu hal penting. Bahwa untuk merubah sebuah kebiasaan lama, yang diperlukan tidak hanya kekuatan dalil dan kelengkapan argumentasi, melainkan pendekatan yang elegan dengan masyarakat. Dari segi dalil jelas lebih kuat yang mengatakan bahwa shalat tarawih itu dilakukan dua-dua rakaat. Haditsnya sangat jelas: نَى )متفق عليه( ْ نَى َمث ْ ِل َمث ْي َّ َصالَةُ الل “Shalat malam itu dua-dua.” Karena itu jumhur ulama menegaskan bahwa shalat tarawih itu dilakukan dua rakaat satu salam. …………….bersambung ke Halaman 4 Pengantar Redaksi……. Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Jama’ah dan Pembaca yang budiman !!! Sudah hampir sepertiga bulan Ramadhan kita jalani dengan berbagai amalan, baik siang maupun malam. Dan tentunya puasa sebagai amalan utama. Adakah amalan kita itu masih sama seperti yang dulu-dulu, atau sudah ada peningkatan? Makanya beramal dan beribadah haruslah dengan ilmunya. Rubrik Kajian Utama kali ini mengemukakan betapa luar biasanya manfaat serta balasan untuk orang yang berpuasa. Sementara di SISI LAIN betapa akan bahagianya orang yang berpuasa ketika kelak menerima ganjaran dari puasa yang telah mereka kerjakan sesuai dengan ketentuan dan pedomannya. Bahkan ketika di dunia pun kebahagiaan itu telah mereka rasakan. Pembaca yang budiman !!!!! Tarawih adalah amalan lainnya yang dapat dikerjakan, dan itu hanya ada khusus pada bulan Ramadhan saja. Lalu bagaimana pelaksanaan shalat Tarawih yang semestinya? Ada yang melakukan 23 raka’at, ada pula yang 11 raka’at. Dan yang 11 raka’at ini pun ada pula yang dua-dua salam atau empat-empat salam. Rubrik Hikmah kali ini mencoba memberikan referensi tentang pelaksanaan shalat Tarawih untuk kita cermati. Tarawih 4 Rakaat,….……..dari Halaman 1 Bagaimana dengan empat rakaat satu salam? Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah berdasarkan hadits Aisyah ra: ِرِه َعلَى َو ََل فِي َغْي يَ ِزي ُد فِي َر َم َضا َن، َ م َّ ْي ِه َو َسل َّى هللاُ َعلَ َما َكا َن َر ُسو ُل ِهللا َصل ِي َّم يُ َصل ِه َّن، ثُ ِه َّن َو ُطوِل ْل َع ْن ُح ْسنِ َ ْربَعًا، فَ َال تَ ْسأ َ ِي أ ، يُ َصل َر ْكعَةً ْح َدى َع ْش َرةَ ِ إ ا ِي ثََالثً َّم يُ َصل ِه َّن، ثُ ِه َّن َو ُطوِل ْل َع ْن ُح ْسنِ َ ْربَعًا، فَ َال تَ ْسأ َ أ “Rasulullah Saw tidak menambah, baik di Ramadhan maupun selain Ramadhan, dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat, jangan tanya bagus dan panjangnya, kemudian shalat empat lagi, jangan tanya bagus dan panjangnya, kemudian beliau shalat tiga.” Ulama yang lain memahami kalimat ‘ia shalat empat’ tidak seperti yang dipahami Abu Hanifah. Empat di sini bukan berarti satu salam, melainkan dua-dua kemudian istirahat beberapa saat. Bukan hanya ulama dari mazhab yang lain, murid Abu Hanifah sendiri; Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan juga mengatakan bahwa shalat malam (termasuk diantaranya tarawih) adalah dua-dua. Pendapat mereka ini juga yang difatwakan dalam mazhab Hanafiyyah karena lebih mengikut kepada hadits. Dalam mazhab Syafi’iyyah dijelaskan bahwa jika dilakukan empat rakaat satu salam maka dianggap sebagai shalat sunah biasa, bukan tarawih. Bahkan ada qaul yang mengatakan itu tidak sah. Tapi meyakinkan masyarakat dengan dalil dan penjelasan para ulama mazhab tidak semudah yang dibayangkan. Salah-salah menyampaikan bisa menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Dan sang ustadz pun bisa saja dimusuhi karena dianggap telah memprovokasi. Karena itu saya sangat berhati-hati menyampaikan hal yang oleh sebagian pengurus masjid dianggap ‘sensitif’ ini. Akan lebih baik kalau pengurus atau masyarakat sendiri yang meminta hal ini dibahas seperti yang saya alami di kampung halaman pada tahun 2013 silam. Pengurus masjid dan masyarakat meminta penjelasan yang argumentatif tentang hal ini. Alhamdulillah setelah dijelaskan, sejak saat itu sampai hari ini shalat tarawih di kampung dilakukan dua-dua. Sejak satu Ramadhan sampai hari ini, sudah ada tiga masjid di daerah yang berbeda saya menyampaikan hal ini di depan jamaah. Satu di Padang Panjang, satu di Tanah Datar dan satu lagi di Payakumbuh. Bermodalkan kedekatan dengan jamaah dan pengurus, karena memang sudah lama berinteraksi dan memberikan kajian di depan mereka, dan dengan bahasa yang saya usahakan sehalus mungkin agar tidak menyinggung siapapun, alhamdulilah respon dari pengurus dan jamaah sangat positif. Mereka memang tidak mengatakan akan langsung merubahnya tapi mereka menerima dengan baik apa yang saya sampaikan. Mereka berjanji akan mempertimbangkan dan membicarakannya kembali dengan pengurus yang lain dan jamaah masjid. Bagi saya, keberhasilan dakwah itu (khususnya untuk hal-hal yang bersifat furu’ seperti ini) tidak dilihat dari perubahan yang terjadi, tapi dari penerimaan masyarakat terhadap apa yang disampaikan. Perkara mereka akan merubah itu atau tidak terpulang pada diri mereka masing-masing. Yang penting amanah ilmu sudah disampaikan dengan baik tanpa menimbulkan riak-riak apalagi gejolak yang tidak baik. وفقنا هللا لما يحبه ويرضاه Buletin ini tidak diperjual-belikan. Bagi yang ingin berdonasi/berinfaq, silahkan transfer ke Rekening Masjid Islamic Center pada Bank Nagari Syari’ah No. : 7201 0220 79052-4. Mohon tidak dibaca saat khutbah berlangsung. Media Informasi, Komunikasi dan Edukasi untuk Perubahan al - MANAR Buletin Jum’at 22 Maret 2024 M 11 Ramadhan 1445 H Penasehat : Ir. Nasrul Yahya (Ketua Umum BPIC) Pemimpin Redaksi : Yendri Junaidi, Lc., MA (Ketua Bidang Tarbiyah BPIC) Dewan Redaksi : Sehabudin, SH., M.MPd. (Ketua Harian BPIC), Zulhamdi, Lc., MA. (Imam Besar Islamic Centre), Erwina Agreni, S.Si., M.Si. (Ketua Bidang Idarah BPIC), Setra Effendi, SE., Wahyu Salim, S.Ag., Kasbi, S.Pd.I., S.Pd., M.Pd. Lay-outer : Taufik Jummairi Emzet, SE. Distributor : Adrian Efendi. Alamat Redaksi : Kantor BPIC Serambi Mekah Kota Padang Panjang. Jl. Lingkar Selatan Kel. Koto Katiak, Kec. Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang. 27123. Email : [email protected]. :0812 6235 0055 Diterbitkan oleh : Badan Pengelola Islamic Centre (BPIC) Serambi Mekah Kota Padang Panjang 4 Rubrik Hikmah………. Rubrik Hikmah………. Tarawih 4 Rakaat 1 Salam dan Pendekatan Pada Masyarakat Oleh : Yendri Junaidi, Lc., MA. Dua Kebahagiaan….. dari Halaman 3. 2. Barangsiapa yang beribadah dan mentaati Allah, selalu mengharap ridho Allah di dunia melalui amalan yang dia lakukan, lalu muncul dari amalannya tersebut bekas yang tidak terasa enak bagi jiwa di dunia, maka bekas. seperti ini tidaklah dibenci di sisi Allah. Bahkan bekas tersebut adalah sesuatu yang Allah. cintai dan baik di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan bekas yang tidak terasa enak tersebut muncul karena melakukan ketaatan dan mengharap ridho Allah. Oleh karena itu, Allah pun membalasnya dengan memberikan bau harum pada mulutnya yang menyenangkan seluruh makhluk, walaupun bau tersebut tidak terasa enak di sisi makluk ketika di dunia. Inilah yang akan diraih oleh seorang hamba yang melaksanakan amalan puasa yang wajib di bulan Ramadhan maupun amalan puasa yang sunnah dengan dilandasi keikhlasan dan selalu mengharap ridho Allah. Moga Allah terus menguatkan kita untuk menjalani ibadah puasa dengan penuh ikhlas dan ittiba'. SISI LAIN……….


Ingatlah puasa itu memiliki keistimewaan dibanding amalan lainnya. Amalan lainnya akan kembali untuk manusia yaitu dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan hingga lebih dari itu. Namun tidak untuk amalan puasa. Amalan tersebut, Allah khususkan untuk diriNya. Sehingga pahala puasa pun bisa tak terhingga pahalanya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, لَى َسْب ِعِمائَ ِة ض ْع ِف ِ َها إ اِل ْمثَ َ َع ْش ُر أ َح َسنَةُ ْ يُ َضا َع ُف ال َ ِن آ َدم ُك لِ َع َم ِل اْب ْج َزى بِ ِه يَ َد ُع َش ْهَوتَهُ َ نَا أ َ ِنَّهُ ِلي َوأ فَإ َ قَا َل هللاُ َع َّز َو َج َّل إَل ال َّصْوم ْطِرِه وفرحةً عند لقاء ِعْن َد فِ ْر َحةٌ ِن فَ ْر َحتَا ْجِلى ِلل َّصائِِم فَ َ َمهُ ِم ْن أ َو َطعَا ُو ُف فِي ِه أطيب عند هللا من ريح المسك َولَ ُخل ِ ِه. َرب "Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), "Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untukKu. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi." (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151) *Pahala Puasa yang Tak Terhingga* Setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal. Kemudian dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa tidaklah dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan pahalanya. Oleh karena itu, amalan puasa akan dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan. Kenapa bisa demikian? Ibnu Rajab Al Hambali - semoga Allah merahmati beliau- mengatakan, "Karena orang yang menjalani puasa berarti menjalani kesabaran". Mengenai ganjaran orang yang bersabar, Allah Ta'ala berfirman, Dalam shalat memang kita dituntut untuk meninggalkan makan dan minum. Namun itu terjadi dalam waktu yang singkat. Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan telah dihidangkan dan kita merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan untuk menyantap makanan tadi dan boleh menunda shalat ketika dalam kondisi seperti itu. Jadi dalam amalan puasa terdapat bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat yang tidak kita jumpai pada amalan lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini semua -seperti meninggalkan hubungan badan dengan istri dan meninggalkan makan-minum ketika puasa-, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah, padahal tidak ada yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah, maka ini menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan semacam ini. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu Rajab, "Inilah yang menunjukkan benarnya iman orang tersebut." Orang yang melakukan puasa seperti itu selalu menyadari bahwa dia berada dalam pengawasan Allah meskipun dia berada sendirian. Dia telah mengharamkan melakukan berbagai macam syahwat yang dia sukai. Dia lebih suka mentaati Rabbnya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya karena takut pada siksaan dan selalu mengharap ganjaran-Nya. Sebagian salaf mengatakan, "Beruntunglah orang yang meninggalkan syahwat yang ada di hadapannya karena mengharap janji Rabbnya yang tidak nampak di hadapannya". Oleh karena itu, Allah membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan lainnya. Kedua, puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya yang tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat batin yang hanya Allah saja yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan berbagai syahwat. Oleh karena itu, Imam Ahmad dan selainnya mengatakan, "Dalam puasa sulit sekali terdapat riya' (ingin dilihat/dipuji orang lain)." Dari dua alasan inilah, Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya berbeda dengan amalan lainnya. Dalam salah satu hadits Nabi Saw dikatakan, "Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya." Kebahagiaan pertama adalah ketika seseorang berbuka puasa. Ketika berbuka, jiwa begitu ingin mendapat hiburan dari hal-hal yang dia rasakan tidak menyenangkan ketika berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai makanan, minuman dan menggauli istri. Jika seseorang dilarang dari berbagai macam syahwat ketika berpuasa, dia akan merasa senang jika hal tersebut diperbolehkan lagi. Kebahagiaan kedua adalah ketika seorang hamba berjumpa dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai pahala amalan puasa yang dia lakukan tersimpan di sisi Allah. Itulah ganjaran besar yang sangat dia butuhkan. *Bau Mulut Orang yang Berpuasa...* Ganjaran bagi orang yang berpuasa yangdisebutkan pula dalam hadits di atas, "Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi." Seperti kita tahu bersama bahwa bau mulut orang yang berpuasa apalagi di siang hari sungguh tidak mengenakkan. Namun bau mulut seperti ini adalah bau yang menyenangkan di sisi Allah karena bau ini dihasilkan dari amalan ketaatan dan karena mengharap ridho Allah. Sebagaimana pula darah orang yang mati syahid pada hari kiamat nanti, warnanya adalah warna darah, namun baunya adalah bau minyak kasturi. Harumnya bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah ini ada dua sebab: 1. Puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah di dunia. Ketika di akhirat, Allah pun menampakkan amalan puasa ini sehingga makhluk pun tahu bahwa dia adalah orang yang gemar berpuasa. Allah memberitahukan amalan puasa yang dia lakukan di hadapan manusia lainnya karena dulu di dunia, dial berusaha keras menyembunyikan amalan tersebut dari orang lain. Inilah bau mulut yang harum yang dinampakkan oleh Allah di hari kiamat nanti karena amalan rahasia yang dia lakukan. ……….Bersambung ke Halaman 4 Rubrik Kajian Utama 22 Maret 2024 M 11 Ramadhan 1445 H Redaksi menerima tulisan yang bernuansa keislaman, pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Tulisan serta saran dan masukan bisa dikirim ke Email : [email protected]. Mohon tidak dibuang sembarangan karena memuat tulisan ayat-ayat al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW. إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az Zumar: 10) Sabar itu ada tiga macam yaitu (1) sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, (2) sabar dalam meninggalkan yang haram dan (3) sabar dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan. Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada bentuk melakukan ketaatan. Di dalamnya ada pula menjauhi hal-hal yang diharamkan. Begitu juga dalam puasa seseorang berusaha bersabar dari halhal yang menyakitkan seperti menahan diri dari rasa lapar, dahaga, dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar. *Amalan Puasa Khusus untuk Allah* Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), "Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku". Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya. Sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya. Kenapa Allah bisa menyandarkan amalan puasa untuk-Nya? Pertama, karena di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya. Dalam ibadah ihram, memang ada perintah meninggalkan jima' (berhubungan badan dengan istri) dan meninggalkan berbagai harum-haruman. Namun bentuk kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak ditinggalkan. Begitu pula dengan ibadah shalat. 2 3 Pahala Puasa untuk Allah Oleh : H. Sehabudin, SH., M.MPd. SISI LAIN *Dua Kebahagiaan yang Diraih ...* Oleh : H. Sehabudin, SH., M.MPd.


Click to View FlipBook Version