DEFINISI OBESITAS
Berdasarkan data World Health Organization, penderita obesitas meningkat sejak
tahun 1980. Pada 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa di atas 18 tahun menderita
kelebihan berat badan, dan 600 juta orang di antaranya menderita obesitas. Overweight atau
kelebihan berat badan adalah keadaan berat badan seseorang melebihi berat badan normal.
Obesitas merupakan timbunan triasil gliserol berlebih di jaringan lemak akibat asupan energi
berlebih dibandingkan penggunaannya (Indra, 2006). Obesitas juga berhubungan dengan
penyakit-penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup. Obesitas terjadi jika dalam suatu
periode waktu lebih banyak kalori yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan
untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, yang selanjutnya energi berlebih akan disimpan
sebagai trigliserida di jaringan lemak.
Metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas adalah
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diperoleh dengan cara membagi berat badan
seseorang dengan kuadrat tinggi badan (kg/m²). Indeks Massa Tubuh dapat digunakan untuk
menentukan seberapa besar seseorang berisiko terkena penyakit tertentu. Berdasarkan laporan
Kesehatan Dunia, secara global sekitar 58% menderita diabetes, 21% pasien menderita
penyakit jantung iskemik, dan 4 hingga 42% pasien kanker akibat berat badan pasien dengan
IMT di atas 30 kg/m³. Klasifikasi berat badan berlebih dan obesitas
Obesitas adalah keadaan terjadinya peningkatan ukuran dan jumlah sel lemak.
Klasifikasi anatomi obesitas berdasarkan klasifikasi patologis dari jumlah adiposit, distribusi
lemak tubuh, atau dari karakterisasi deposit lemak yang terlokalisasi, dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Ukuran dan jumlah sel lemak
Ukuran sel lemak dapat diestimasikan dari jumlah total lemak tubuh dan rata-rata
ukuran dari sel lemak. Sel lemak yang berbeda dalam hal ukurandi area yang berbeda dari
tubuh diestimasikan dari jumlah total sel lemak berdasarkan rata-rata ukuran sel lemak lebih
dari satu lokasi. Pada orang dewasa, batas atas dari total sel lemak antara 40 hingga 60 x 10°.
Jumlah sel lemak meningkat tajam selama masa kanak-kanak dan pubertas, tetapi saat
dewasa juga dapat meningkat. Jumlah sel lemak dapat meningkat tiga hingga lima kali ketika
obesitas terjadi saat masa kanak-kanak atau masa remaja. Dari ukuran dan jumlah sel lemak
dapat dibedakan adanya obesitas hipertrofi dan hiperseluler.
1) Obesitas hipertofi
Pembesaran sel lemak adalah kondisi patologis dari obesitas. Pembesaran sel lemak
ini berkorelasi dengan distribusi lemak dan diasosiasikan dengan penyakit metabolik lain,
seperti intoleransi glukosa, dislipidemia, hipertensi, dan penyakit arteri koroner. Hal ini dapat
terjadi karena sel lemak yang besar dapat mensekresikan lebih banyak peptida dan metabolit
lainnya.
2) Obesitas hiperseluler
Peningkatan jumlah sel lemak biasanya terjadi ketika obesitas berkembang saat masa
kanak-kanak. Ketika obesitas terjadi saat awal atau pertengahan masa kanak-kanak, tipe
obesitas dapat menjadi parah. Peningkatan jumlah sel lemak juga dapat terjadi di saat dewasa
dan saat IMT lebih besar daripada 40 kg/m².
Obesitas adalah keadaan terjadinya peningkatan ukuran dan jumlah sel lemak.
Klasifikasi anatomi obesitas berdasarkan klasifikasi patologis dari jumlah adiposit, distribusi
lemak tubuh, atau dari karakterisasi deposit lemak yang terlokalisasi.
b. Distribusi lemak
Pengukuran distribusi lemak di subkutan dan kompartemen visceral penting karena
lemak visceral dapat memprediksi perkembangan risiko kesehatan akibat tingginya total
lemak tubuh. Distribusi lemak tubuh dapat diestimasikan oleh beberapa teknik, seperti waist-
hip ratio, yaitu rasio lingkar pinggang dibagi dengan lingkar pinggul. Waist-hip ratio (WHR)
pertama kali dikenal pada tahun 1980 yang dapat mengetahui hubungan lokasi lemak sentral
yang berisiko terhadap perkembangan penyakit jantung, diabetes, dan masalah kronik lainnya
yang berkaitan dengan obesitas. Hingga sekarang metode WHR masih diterima secara luas.
Pengukuran lipatan kulit subkapularis juga dapat memprediksi lemak sentral dalam penelitian
epidemiologi. Diameter sagital, dapat mengukur jarak antara permukaan kulit perut dan meja
saat subjek telentang, juga telah digunakan sebagai indeks lemak sentral. Salah satu metode
yang terpercaya untuk memprediksi lemak visceral adalah dengan metode Komputasi
Tomografi (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI). Penggunaan lingkar pinggang
sudah cukup baik daripada metode WHR atau diameter sagittal dalam memprediksi lemak
visceral. Untuk tujuan praktik, lingkar pinggang sendiri dan atau metode WHR digunakan
sebagai salah satu kriteria untuk mengevaluasi kontribusi distribusi lemak sehingga dapat
mengetahui risiko kesehatan akibat obesitas. Distribusi lemak dalam tubuh dapat dilihat
terjadinya lipoma atau lipodistropi.
1) Lipoma
Lokalisasi akumulasi lemak termasuk lipoma tunggal, multiple lipoma, liposarkoma.
Lipoma ukurannya bervariasi antara 1 cm hingga lebih dari 15 cm. Lipoma dapat terbentuk di
beberapa area di tubuh dan direpresentasikan sebagai akumulasi lemak yang terenkapsulasi.
Multiple lipomatosis adalah penyakit warisan sebagai penyakit dominan autosomal. Sindrom
Von Recklinghausen's, sindrom Maffucci's, dan Madelung's deformity adalah sindrom
lipomatous.
Liposarkoma sangat jarang ditemukan, kira-kira kurang dari 1% lipoma. Penyakit
Weber-Christian dan penyakit Dercum adalah akibat akumulasi idiopatik dari lemak.
Penyakit Dercum disebut juga adiposis dolorosa, dinamakan demikian setelah adanya nodul
subkutan yang menyakitkan pada wanita paruh baya. Penyakit Weber-Christian,
kebalikannya, adalah penyakit demam kambuhan yang terjadi pada wanita muda. Berbagai
penyakit ini adalah akibat lokalisasi deposit lemak yang jarang terjadi.
2) Lipodistrofi
Lipodistrofi adalah hilangnya lemak tubuh di satu bagian atau lebih area di tubuh. Hal
ini dapat terjadi akibat genetik atau faktor lainnya. Tabel 3 dapat dilihat variasi tipe dari
lipodistrofi.
SEJARAH OBESITAS
Individu dapat menjadi kelebihan berat badan pada umur berapa pun, tetapi secara
umum terjadi pada umur tertentu dari seseorang. Saat lahir, ada individu yang akan menjadi
penderita obes dan ada yang tidak saat di masa mendatang, tetapi risiko menjadi obes
meningkat apabila dilahirkan dari ibu yang menderita diabetes. Pada sebagian besar orang,
kemungkinan akan dapat terkena obesitas lebih besar dibandingkan yang tidak, hal ini disebut
"preoverweight" dan "never overweight". Pada penelitian ditemukan bahwa sebagian besar
orang dewasa mengalami kelebihan berat badan sebelum berumur 20 tahun. Persentase orang
dewasa sebesar 75-80% akan kelebihan berat badan. Antara 20% dan 25% dari populasi
ternyata mengalami kelebihan berat badan sebelum umur 20 tahun dan 50% mengalami
obesitas setelahberumur 20 tahun. Individu yang kelebihan berat badan akan terus
berkembang secara signifikan dari tahun ke tahun.
Penyakit seperti diabetes, hipertensi, penyakit kantung empedu, atau sindrom
metabolik dapat terjadi karena obesitas. Hal ini akibat kelebihan berat badan secara klinis
atau "clinically overweight". Oleh karena orang orang preoverweight bisa menjadi
overweight sehingga sangat penting untuk mengetahui faktor risiko yang terkait penyebab
terjadinya overweight.
Perkembangan Obesitas Sebelum Umur 10 Tahun
Perkembangan obesitas sebelum umur 10 tahun dibagi menjadi beberapa tahapan.
a. Faktor prenatal
Asupan kalori dari ibu dapat memengaruhi besarnya tubuh, bentuk tubuh, dan
kemudian komposisi tubuh anak-anak di masa mendatang. Berat badan saat kembar identik
lahir ternyata tidak dapat memprediksikan seseorang mengalami obesitas di kemudian hari.
Saat tahun pertama kehidupan, berat badan kembar identik biasanya tidak berbeda signifikan,
tetapi kembar dizigotik berbeda saat periode yang sama. Bayi yang lahir dari ibu yang
menderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi mengalami kelebihan berat badan saat anak-
anak ataupun dewasa. Bayi yang lahir kecil, lebih pendek, kepala lebih kecil, ternyata juga
berisiko dapat mengalami obesitas di kemudian hari.
Berat badan berlebih saat masa kanak-kanak berdampak pada berat badan seseorang
di kemudian hari dengan risiko antara 3 hingga 10 kali lipat lebih besar
b. Bayi hingga umur 3 tahun
Biasanya bayi normal hingga umur 3 tahun akan mengalami kenaikan berat badan
hingga tiga kali lipat dan jumlah lemak berlipat ganda jika dibandingkan saat bayi lahir.
Peningkatan lemak tubuh dan bagaimana seorang bayi diberikan ASI saat tahun awal
kelahiran ternyata sebagai prediktor yang penting seseorang mengalami kelebihan berat
badan di kemudian hari. Hal yang sama juga terjadi apabila seseorang dilahirkan dari orang
tua yang menglamai kelebihan berat badan. Anak-anak berumur 1 hingga 3 tahun lebih
berisiko mengalami obesitas hingga 4 kali lipat apabila dilahirkan dari orang tua yang
kelebihan berat badan, dibandingkan jika orang tua memiliki berat badan normal. Apabila
kedua orang tua tidak memiliki riwayat kelebihan berat badan maka prediksi seseorang
apakah dapat mengalami obesitas akan sulit dilakukan di awal kehidupan. Observasi ini
menemukan fakta bahwate Windows risiko terkena obesitas mencapai 80% apabila seseorang
memiliki orang tuatua yang mengalami kelebihan berat badan, dan < 10% jika kedua orang
tua memiliki berat badan normal.
c. Obesitas masa kanak-kanak antara 3 hingga 10 tahun
Umur antara 3 hingga 10 tahun merupakan tahun yang penting dalam perkembangan
obesitas. Adipositas berperan terhadap kenaikan IMT seseorang saat umur 5 hingga 7 tahun
sehingga hal ini berisiko terhadap berat badan seseorang di kemudian hari. Sekitar setengah
kasus berat badan berlebih dialami anak-anak saat sekolah dasar, yang menyebabkan obesitas
di masa mendatang.
Berat badan berlebih saat masa kanak-kanak berdampak pada berat badan seseorang
di kemudian hari dengan risiko antara 3 hingga 10 kali lipat lebih besar, terutama jika kedua
orang tua mengalami kelebihan berat badan. Sekitar 75% anak-anak umur 3 hingga 10 tahun
mengalami kelebihan berat badan akibat faktor orang tua yang mengalami kelebihan berat
badan, dibandingkan sekitar 25% hingga 50% anak-anak dengan orang tua yang memiliki
berat badan normalKelebihan berat badan pada anak-anak umur 3 hingga 10 tahun dengan
orang tua yang mengalami masalah yang sama lebih baik diberikan terapi perubahan gaya
hidup. Jika berat badan menyimpang jauh dari batas atas normal, obesitas ini dinamakan
obesitas yang progresif, yang akan berdampak buruk pada kesehatan di masa depan yang
berhubungan dengan peningkatan jumlah sel lemak.
Perkembangan Obesitas Saat Remaja dan Dewasa
1. Masa Remaja
Berat badan saat masa remaja menjadi prediktor yang sangat baik untuk mengetahui
risiko seseorang dapat terkena obesitas atau penyakit yang merugikan di masa depan. Remaja
yang kelebihan berat badan saat masa remaja kemungkinannya menjadi obesitas meningkat
20 kali lipat dibandingkan saat masa kanak-kanak. Anak remaja sebanyak 70% hingga 80%
yang kelebihan berat badan memiliki orang tua yang berat badannya juga berlebih, sedangkan
hanya 54% hingga 60% anak remaja mengalamikelebihan berat badan, tetapi berat badan
orang tuanya normal.
Terlepas dari kepentingan status berat badan seseorang saat masa kanak-kanak atau remaja,
sangat penting untuk memberikan edukasi bahwa individu dengan berat badan berlebih akan
menyebabkan perkembangan penyakit di masa mendatang.
2. Wanita Dewasa
Sebagian besar wanita memperoleh berat badan berlebih setelah masa pubertas. Berat
badan kemudian dipengaruhi oleh beberapa kejadian seperti kehamilan, penggunaan
kontrasepsi oral, dan akibat menopause.
a. Kehamilan
Peningkatan berat badan saat kehamilan serta efek hamil menyebabkan kenaikan berat
badan pada wanita. Beberapa kasus pada wanita dapat menyebabkan kenaikan berat badan
hingga lebih dari 50 kg. Kehamilan itu sendiri dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada
wanita, seperti penelitian yang mengevaluasi wanita antara umur 18 hingga 30 tahun. Wanita
dengan status nullipara akan memiliki berat yang lebih besar dibandingkan te Windows
dengan wanita yang mengalami kehamilan tunggal selama 28 minggu ataupun seseorang
dengan status telah melahirkan paling tidak selama 12bulan. Seseorang dengan status
primipara akan memperoleh kenaikan berat badan antara 2 hingga 3 kg lebih berat
dibandingkan seseorang dengan status nullipara. Risiko kenaikan berat badan juga meningkat
terkait dengan kesuburan wanita di atas umur 25 tahun. Hal ini terjadi sebagian besar pada
wanita di Amerika.
b. Kontrasepsi oral
Kontrasepsi oral dapat menginisiasi peningkatan berat badan pada beberapa wanita,
meskipun efek ini terkait dari pemberian dosis pil estrogen yang diberikan. Suatu penelitian
menggunakan subjek sehat sebanyak 19 wanita dan diberikan terapi menggunakan
kontrasepsi oral dosis rendah (30 mg ethinyl estradiol dan 75 mg gestodene), kemudian
dilakukan pengukuran antropometrik sebelum dan setelah inisiasi formula untuk
membandingkan subjek yang sama. Hasilnya menunjukkan terjadi kenaikan berat badan dari
kedua kelompok, baik kontrol maupun subjek uji (30,6% kontrol dan 35,4% subjek uji), serta
terjadi penurunan berat badan pada 20% subjek uji dan kontrol.
c. Menopause
Berat badan dan perubahan distribusi lemak terjadi setelah menopause. Penurunan
sekresi estrogen dan progesterone mengubah sel lemak secara biologis sehingga terjadi
peningkatan deposisi lemak sentral. Terapi pergantian estrogen tidak mencegah peningkatan
berat badan, meskipun hal ini dapat meminimalkan redistribusi lemak. Penelitian
mengungkapkan bahwa wanita postmenopause sebanyak 63 orang dibandingkan wanita
sebanyak 34 orang yang menggunakan terapi estrogen dan progesterone, ternyata berat badan
dan massa lemak meningkat secara signifikan pada wanita yang menerima terapi ( 73,2-73,5
kg) dan kelompok kontrol (73,2 dan 75,6 kg), meskipun WHR meningkat secara signifikan
pada kelompok kontrol (0,80 hingga 0,85). Kalori dan makronutrien tidak berubah pada
kedua kelompok. Penelitian selama 2 tahun pada wanita postmenopause menunjukkan
peningkatan lemak tubuh.
3. Pria dewasa
Transisi dari kehidupan yang aktif saat masa remaja hingga umur 20 tahun ke aktivitas
kerja yang jarang berpindah-pindah ternyata diasosiasikan vate Windovis dengan
peningkatan berat badan pada pria dewasa. Peningkatan berat badan berlangsung sejak masa
remaja hingga dewasa nantinya. Setelah umur 55hingga 64 tahun, berat badan relatif lebih
stabil dan mengalami penurunan. Penelitian menggunakan subjek pria angkatan bersenjata
menunjukkan pria semakin hari semakin berat sejak abad ke-20.
Stabilitas dan Siklus Berat Badan
Berat tubuh bervariasi dari hari ke hari bergantung pada makanan yang masuk ke dalam
tubuh untuk kemudian dimetabolisme. Berat tubuh selain bervariasi antarhari, juga dari
minggu ke minggu, bahkan dalam interval waktu yang lama. Pemahaman tentang fluktuasi
ini dan hubungannya dengan siklus berat badan direlasikan dengan diet yang terkait dengan
risiko obesitas. Orang dewasa di bawah umur 55 tahun dapat meningkat berat badannya,
kemudian setelah umur 55 tahun, berat badannya dapat turun lagi. Orang dewasa yang masih
muda dapat meningkat berat badannya paling tinggi, dan pada umur yang lebih tua akan
turun lebih banyak juga. Berat badan wanita cenderung lebih bervariasi dibandingkan pria
selama 10 tahun. Sebanyak 25% kasus berat badan berlebih, ditemukan pada pria terjadi
peningkatan berat badan sebesar 2,9% pada umur 25 hingga 44 tahun, dibandingkan 6,5%
wanita pada grup yang sama. Pada umur paruh baya, berat badan dari 25% subjek mengalami
penurunan berat badan antara 1,8% bagi pria umur 45 hingga 64 tahun, sedangkan pada
wanita sebesar 2,9% pada grup yang sama.
Penelitian di Amerika sebesar 25% subjek wanita antara umur 65 hingga 74 tahun
mengalami penurunan berat badan hingga 6,5% dibandingkan subjek pria yang hanya 2,2%
dari kelompok yang sama. Berat badan berlebih juga ditemukan lebih besar pada kelompok
orang-orang lebih muda dibandingkan kelompok orang paruh baya. Hal ini berarti sangat
penting dilakukan tindakan pencegahan saat muda agar tidak mengalami kelebihan berat
badan di hari tuanya.
Siklus berat badan diasosiasikan dengan tindakan diet yang sangat popular disebut yo-yo
diet. Siklus berat badan berkaitan dengan turun atau naiknya berat badan pada seseorang,
sering terjadi pada seseorang yangsedang diet dan mengalami penurunan berat badan, pada
saat berhenti diet, kenaikan berat badan terjadi kembali yang kadang-kadang melebihi berat
badan sebelumnya. Kondisi naik turunnya berat badan pada seseorang akan berisiko lebih
merusak badan dibandingkan mempertahankan berat badan bagi seseorang. Peneliti
beranggapan bahwa siklus berat badan yang terlalu ekstrem akan berefek pada perubahan
tekanan darah, metabolisme glukosa, dan konsentrasi lipid (Bray dan Bouchard, 2014).
SUMBER :
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=Fl28DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&d
q=obesitas&ots=0PAZMRfdtq&sig=jPjw5Vd8Ert5QwouzCtLHHslR10&redir_esc=y#v=one
page&q=obesitas&f=false