TEMA
PERANAN PESANTREN
DALAM PEMBINAAN
KARAKTER BANGSA
PADA ERA DIGITAL
MOTIVASI DALAM
MEMBENTUK
KARAKTER SANTRI
YANG BAIK DAN
BERAKHLAK MULIA
Oleh.
Prof. Dr. Neviyarni S., M.S., Kons.
Pemuda Indonesia sebagai kader bangsa
disinyalir menghawatirkan masa depan bangsa.
Tradisi hidup hedonis, mau menang sendiri,
pemalas, bergantung pada orang lain, pengecut,
jauh dari harapan dan tujuan bangsa yang ingin
mencerdaskan kehidupan bangsa, mandiri, dan
partisipatif terhadap penciptaan kesejahteraan
dan kedamaian dunia.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan disalah satu pondok
pesantren, terdapat beberapa kasus
yang sering terjadi, seperti.
1. Belum mampu untuk mandiri.
2. Kurangnya sikap sopan santun
kepada guru dan teman sebaya.
3. Emosi yang tidak stabil.
4. Perselisihan antar santri di asrama.
5. Melanggar aturan pondok seperti
tidak mengikuti kegiatan.
6. Tidak disiplin dengan waktu.
7. Mencari-cari alasan untuk tidak
mengikuti kegiatan pondok.
8. Pencurian.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
(UU No 20 Tahun 2003)
Pondok pesantren
perlu menjembatani
antara permasalahan
yang dihadapi di
pesantren dengan
tujuan pendidikan
dengan membentuk
karakter santri.
Karakter cerdas adalah segenap sifat
pribadi yang relatif stabil pada diri individu
yang menjadi suatu landasan dalam
penampilan perilaku dengan standar norma
dan nilai yang tinggi diiringi tindakan yang
mampu untuk menghadapi berbagai kondisi
untuk sukses mencapai tujuan
(Prayitno & Khaidir, 2011).
Kerja keras Sabar
Kerja keras
Jujur
Bertanggung Indikator Pengendalian
jawab Karakter diri
Cerdas
Sopan santun Iman dan
taqwa
Sikap
kebersaan Taat pada
aturan
Disiplin Ulet
Untuk mencapai tujuan
Pendidikan, diperlukan
pengelolaan pendidikan dan
pembentukan karakter cerdas
agar terjadi perubahan perilaku
santri melalui standar nilai dan
norma yang tinggi, serta
menggali hal-hal yang sesuai
dengan harkat dan martabat
manusia serta potensi yang luhur.
Hal ini bisa dilakukan dengan
meningkatkan motivasi santri.
Perlu adanya motivasi dalam proses belajar
dan pembelajaran santri.
• Proses yang memberi semangat, arah
dan kegigihan untuk berperilaku.
• Perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah
dan bertahan lama.
PERSPEKTIF MOTIVASI
Perspektif Behavioral Menekankan pada imbalan dan hukuman
eksternal sebagai kunci dalam menentukan
motivasi peserta didik.
Perspektif Kognitif Merekomendasikan agar santri diberi
lebih banyak kesempatan dan tanggung-
jawab untuk mengontrol prestasi mereka
sendiri.
Perspektif Sosial Motif untuk berhubungan dengan orang
lain secara aman, yaitu kebutuhan sosial,
teman, dicintai dan mencintai serta
diterima dalam pergaulan kelompok dan
lingkungannya.
Perspektif Humanistis Kapasitas santri untuk mengembangkan
kepribadian, dan kebebasan memilih nasib
mereka (hirarkhi kebutuhan Abraham
Maslow).
Motivasi Ekstrinsik (Eksternal)
dan Intrinsik (Internal)
• Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk
dapat mendapatkan sesuatu yang lain
Contoh: murid rajin belajar karena mengharapkan
untuk mendapatkan nilai yang baik.
• Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk
melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri.
Contoh: murid belajar rajin karena dia senang
dengan materi pelajaran tersebut.
Motivasi Taqwa
Setiap guru harus berupaya
memotivasi dan medorong santri
untuk sadar akan kebutuhannya.
Santri didorong untuk dapat
memenuhi kebutuhan dan
mengaktualisasikan dirinya
dengan baik.
Jenis-jenis Guru di Sekolah
1.Guru Kelas
2.Guru Mata Pelajaran
3.Guru Bimbingan dan
Konseling
Transedental
Spiritual,
membantu orang lain
Aktualisasi diri.
Bakat, cita-
cita,tantangn, dll.
Kebutuhan estetika.
Keindahan, kecantikan,
keseimbangan, dll,
Kebutuhan kognitif
Kecerdasan, pengetahuan, informasi,
dll
Kebutuhan penghargaan.
Prestasi, status, reputasi, tanggung jawab, dll.
Kebutuhan cinta dan memiliki.
Keluarga, sahabat, pergaulan, kelompok kerja, dll
Kebutuhan keamanan dan ketentraman.
Perlindungan, aman, stabilitas, dll.
Kebutuhan biologis dan psikologis.
Pangan, sandang, papan, tidur, aktivitas seksual, dll
Strategi Guru dalam
Memotivasi Santri
ARCS Model.
• (1) Attention (perhatian);
• (2) Relevance (relevansi);
• (3) Confidence (kepercayaan diri)
• (4) Satisfaction (kepuasan).
Dengan motivasi positif yang
tinggi, santri diharapkan dapat
mencapai karakter yang baik
dan berakhlak mulia yang dapat
diwujudkan dalam perilakunya
sehari-hari.
TERIMA KASIH