TUGAS 2.3.A.8
Koneksi
Antar Materi
Modul 2.3
I KETUT AGUS WIRAWAN
CGP KAB. BULELENG ANGKATAN V
"Semua pengetahuan terhubung ke semua pengetahuan lainnya.
yang menyenangkan adalah membuat koneksinya"
(Arthur Aufderheide)
MODUL 2.3 - COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
KONEKSI ANTAR MATERI
I KETUT AGUS WIRAWAN - CGP KAB. BULELENG ANGKATAN V
KESIMPULAN &
REFLEKSI
TENTANG :
Konsep coaching secara umum
dan dalam konteks pendidikan
Bagaimana peran Anda sebagai
seorang coach di sekolah dan
keterkaitannya dengan materi
sebelumnya di paket modul 2 yaitu
pembelajaran berdiferensiasi dan
pembelajaran sosial dan emosi?
Bagaimana keterkaitan
keterampilan coaching
dengan pengembangan
kompetensi sebagai pemimpin
pembelajaran?
Tujuan Pembelajaran KONSEP COACHING
Khusus: SECARA UMUM
CGP menyimpulkan dan
menjelaskan keterkaitan 1.Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi
materi yang diperoleh dan yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan
membuat refleksi berdasarkan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas
pemahaman yang dibangun performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan
selama modul 2 dalam pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).
berbagai media
2.Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci
pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan
kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang
untuk belajar daripada mengajarinya.
3. International Coach Federation (ICF) mendefinisikan
coaching sebagai“…bentuk kemitraan bersama klien
(coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan
profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi
dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
COACHING DALAM KONTEKS
PENDIDIKAN
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan
pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya
kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki
lakunya. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu
dimiliki para pendidik untuk menuntun segala
kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai
keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia
maupun anggota masyarakat. Proses coaching
sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan
murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk
menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik
sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan
memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak
kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya
tanpa membahayakan dirinya.
Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi
semangat yang menguatkan keterampilan
komunikasi guru dan murid dengan menggunakan
pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi
kekuatan dalam pendekatan proses coaching
dengan memberdayakan (andayani/handayani)
semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang
Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri
Handayani, maka perlulah kita menghayati dan
memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki
Hajar Dewantara sebelum melakukan
pendampingan dengan pendekatan coaching
sebagai salah pendekatan komunikasi dengan
semangat among (menuntun). Dalam relasi guru
dengan guru, seorang coach juga dapat membantu
seorang coachee untuk menemukan kekuatan
dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi
dengan proses coaching merupakan sebuah dialog
antara seorang coach dan coachee yang terjadi
secara emansipatif dalam sebuah ruang
perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.
Paradigma Berpikir Coaching
Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
Bersikap terbuka dan ingin tahu
Memiliki kesadaran diri yang kuat
Mampu melihat peluang baru dan masa depan
Prinsip Coaching
Kemitraan; dalam coaching posisi coach dan coachee adalah mitra. Artinya
setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah
sumber belajar bagi dirinya sendiri dan coach merupakan rekan berpikir bagi
coachee dalam membantu belajar.
Proses kreatif; dilakukan melalui percakapan yang: (a) dua arah; (b) memicu
proses berpikir coachee; dan (c) memetakan dan menggali situasi coachee
untuk menghasilkan ide-ide baru.
Memaksimalkan potensi; untuk emmaksimalkan potensi dan memberdayakan
rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan rencana tindak lanjut yang
diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan
dan paling besar kemungkinan berhasilnya.
Kompetensi Inti Coaching
Kehadiran penuh / presence; kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee sehingga
badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Menghadirkan
diri sepenuhnya atau presence penting dilatih agar kita bisa selalu fokus untuk bersikap
terbuka, sabar, ingin tahu lebih banyak tentang coachee.
Mendengarkan aktif; seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan
lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching , fokus dan pusat komunikasi adalah
pada diri coachee , yakni mitra bicara
Mengajukan pertanyaan berbobot; pertanyaan yang diajukan seorang coach
diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee
, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan
emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah
aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.
PERAN SAYA SEBAGAI SEORANG COACH DI SEKOLAH
DAN KETERKAITANNYA DENGAN MATERI SEBELUMNYA
DI PAKET MODUL 2 YAITU PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI DAN PEMBELAJARAN SOSIAL DAN
EMOSI?
Peran sebagai Coach di Sekolah
Tulisan saya di atas sebenarnya sudah menjawab peran saya (guru) sebagai
seorang coach di sekolah. Dasarnya adalah pemikiran filosofis Ki Hadjar
Dewantara, yang mana masih sangat relevan untuk diterapkan pada dunia
pendidikan dan menjadi tema besar kebijakan pendidikan di Indonesia saat ini,
Merdeka Belajar. Secara inti sari sebagai berikut:
Tujuan pendidikan adalah ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan
kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh sebab itu keterampilan
coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat
(potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia
maupun anggota masyarakat.
Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran dalam peran antara guru
dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya
dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan
memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan
menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Guru berperan
sebagai coach yang dapat menuntun murid dengan mengajukan beberapa
pertanyaan untuk menggali potensi dan kemampuan yang dimiliki murid untuk
mencari solusi dari masalah mereka sendiri.
Guru sebagai coach dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-
pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat terpancar melalui dirinya.
Guru sebagai seorang coach memiliki peran yang sangat penting dalam
menciptakan kenyamanan bagi murid melalui keterampilan berkomunikasi
dengan baik sehingga bisa menumbuhkan rasa empati, saling menyayangi,
menghormati dan menghargai antara guru dan murid.
Sebagai seorang guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri
Handayani, kita perlu menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma
berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan
pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat
among (menuntun).
Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach dapat membantu seorang
coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran.
Keterkaitan dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
Sistem Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya
bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra peserta didik
untuk melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki. Apa yang dilakukan? Salah
satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam
pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan
kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu
peserta didik.
KHD mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman
dan setiap individu peserta didik adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi
membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung
yang justru membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berfokus pada
kebutuhan peserta didik dan sejalan dengan prinsip pembelajaran yang berpihak
kepada peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan proses siklus mencari
tahu tentang murid dan merespon belajarnya berdasarkan perbedaan. Memahami
murid secara terus menerus serta membangun kesadaran tentang kekuatan dan
kelemahan murid, mengamati, dan menilai kesiapan belajar, minat, serta profil
belajar murid. Dengan memperhatikan konten, proses, produk, pendidik dapat
menyesuaikan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran agar
dapat ke semua tahapan proses tersebut, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
belajar murid-murid dan membantu kesuksesan belajar mereka. Selain itu, proses
pembelajaran berdiferensiasi juga mensyaratkan adanya praktik-praktik penilaian
yang baik.
Coaching adalah upaya memberdayakan murid dalam mengembangkan potensinya
untuk menghadapi permasalahan, dan mengakomodasi kebutuhan belajar murid
dengan cara memetakan minat, kesiapan, dan profil belajar murid. Pembelajaran
berdefernsiasi dapat mewujudkan merdeka belajar sesuai dengan keunikan murid
masing-masing. Keduanya saling keterkaitan dan melengkapi untuk menuntun anak
sesuai dengan kodrat alam dan zaman dengan berpihak pada anak sesuai dengan
perkembangan minat,bakat dan potensi anak.
Keterkaitan dengan Pembelajaran Sosial Emosional
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan pembelajaran yang bertujuan
melatih kompetensi sosial emosional peserta didik sehingga tercapai keseimbangan
antara kompetensi akademik dan sosial emosional yang dapat mengantarkan
mereka menjadi individu-individu yang selamat dan bahagia.
Pembelajaran sosial dan emosional mampu menciptakan pengalaman belajar bagi
murid untuk menumbuhkan dan melatih lima kompetensi sosial dan emosional (KSE),
yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Dalam tahap guru sebagai coach, peran guru adalah menjadi relasi yang setara
bagi murid dan dapat memberdayakan kemampuan murid lewat pertanyaan-
pertanyaan terbuka yang diajukan untuk menggali kekuatan diri murid dan bisa
menemukan mengapa masalah itu terjadi serta tindakan yang harus dilakukan yang
ditentukannya sendiri.
PSE sangat mendukung dalam proses coaching. Di dalam proses coaching sangat
diperlukan pemahaman tentang KSE karena melalui KSE maka baik coach dan
coachee akan saling menghargai sehingga dapat hadir sepenuhnya dalam proses
coaching, mendengarkan dengan aktif, rasa ingin tahu, dan menimbulkan empati
kepada orang lain.
Selain itu kompetensi sosial dan emosional dalam praktek coaching juga sangat
diperlukan. Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, murid akan
menemukan kedewasaan dalam proses berpikir melalui kesadaran dan pengelolaan
diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari
berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah
didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.
BAGAIMANA KETERKAITAN KETERAMPILAN
COACHING DENGAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI
SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN?
Keterkaitan Keterampilan Coaching dengan Pengembangan
Kompetensi sebagai Pemimpin Pembelajaran
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran untuk mengembangkan
kompetensi dirinya, maka keterampilan coaching sangat perlu
dimiliki dan diterapkan.
Keterampilan coaching sangat berkaitan dengan pengembangan
kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Melalui praktik
coaching baik terhadap peserta didik maupun rekan sejawat
dengan menerapkan paradigma, prinsip, dan kompetensi inti
coaching, guru dapat menguatkan perjalanan pembelajarannya
untuk menjadi seorang pemimpin pembelajaran.
Pembelajaran coaching sangat membantu dalam membangun
komunikasi yang empatik dan memberdayakan sebagai pemimpin
pembelajaran dalam membuat perubahan strategis yang mampu
menggerakkan komunitas sekolah pada ekosistem belajar.
Coaching menjadi salah satu sarana untuk memastikan bahwa
supervisi akademik yang dijalankan benar berfokus pada proses
pembelajaran yang berpihak pada murid.
Coaching juga bertujuan untuk mengembangkan kompetensi
pendidik. Rangkain supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah
untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di
sekolahnya. Melalui proses coaching inilah merupakan kunci
pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
Tim Guru Penggerakku
Tuti Ariani Khairun Nisa
Fasilitator Pendidikan Guru Pengajar Praktik Pendidikan
Penggerak Angkatan V Guru Penggerak Angkatan V
Buleleng Kab. Buleleng
I Ketut Agus Wirawan
CGP Angkatan V Kab.Buleleng
#Salam dan Bahagia #