The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nayzilla23g, 2023-02-20 10:30:02

5

5

Kerajaan Mataram Kuno Secara Diakronik & Sinkronik Disusun Oleh : Agnes Eka Putri Dina Wahani (05) Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan dengan corak Hindu dan corak Buddha yang berkembang mulai dari abad ke-8 sampai dengan abad ke-11. Kerajaan ini mulanya didirikan oleh Raja Sanjaya (Rakai Mataram). Kata “Mataram” sendiri diambil dari Bahasa Sansekerta “Matr” yang memiliki arti sebagai “ibu”. Banyak sejarawan yang mendeskripsikan Kerajaan Mataram Kuno sebagai bentuk personifikasi sosok ibu yang melambangkan kehidupan, alam dan lingkungan. Banyak pengamat sejarah mengatakan bahwa perekonomian Kerajaan Mataram Kuno sangat bergantung pada pertanian, khususnya pertanian padi. Kerajaan Mataram Kuno juga mendapat keuntungan dari perdagangan maritim ke sejumlah kerajaan dari negara lain. Kerajaan ini ditelisik mengembangkan masyarakat yang memiliki kepribadian dan kebudayaan kompleks. Ini menjadi alasan di balik tingkat kecanggihan yang dimiliki oleh Kerajaan Mataram Kuno dibandingkan kerajaan lainnya. Memasuki akhir abad ke-8, kerajaan ini menyaksikan berkembangnya seni dan arsitektur klasik Jawa yang tercermin dalam pesatnya pembangunan candi. Mataram Kuno dimulai pada masa Raja Sanjaya (Wangsa Sanjaya), lalu diteruskan oleh Rakai Panangkaran. Kuat dugaan bahwa Rakai Panangkaran telah berpindah dari Wangsa Sanjaya (Hindu) kepada Wangsa Syailendra (Buddha). Takhta kemudian diteruskan oleh Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung (Samaratungga), Rakai Pikatan dan penerus penerusnya.


Rakai Pikatan adalah Raja Medang (Mataram Kuno) Keenam yang berkuasa sekitar tahun 840-856 M. Gelar dari raja ini adalah Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku. Rakai Pikatan merupakan Raja besar Mataram yang berasal dari Wangsa Sanjaya (Hindu). Menurut Prasasti Argapura, Rakai Pikatan mempunyai nama asli yaitu Mpu Manuku. Dalam prasasti Munduan tahun 807 diketahui bahwa Mpu Manuku menjabat sebagai Rakai Patapan. Dalam prasasti Wantil, Mpu Manuku membangun ibukota baru di desa Mamrati sehingga ia juga disebut sebagai Rakai Mamrati. Prasasti Wantil juga menyinggung perkawinan antara Rakai Pikatan dengan seorang putri beragama lain. Diketahui bahwa Rakai Pikatan dijodohkan dengan Pramodawardhani, seorang puteri dari wangsa Syailendra (Buddha). Pramodhawardhani merupakan anak dari Samaratungga. Diketahui bahwa Samaratungga menikah dengan Dewi Tara, puteri dari Dharmasetu yang merupakan penguasa kerajaan Sriwijaya. Dari pernikahan tersebut lahirlah Pramodhawardhani yang bersaudara tiri dengan Balaputradewa. Namun sejak awal, Balaputradewa tampak tidak menyetujui perjodohan antara Pramodhawardhani dengan Rakai Pikatan. Rakai Pikatan yang menjabat sebagai Mpu Manuku pada tahun 807 dalam Prasasti Munduan, menikahi Pramodawardhani yang disebutkan masih gadis di tahun 824 M. Hal ini menunjukkan perbedaan usia yang jauh antara keduanya. Diperkirakan Rakai Pikatan sebaya dengan ayah mertuanya, Samaratungga saat mengambil Pramodawardhani sebagai isterinya. Tujuan dari pernikahan keduanya adalah menyatukan kedua wangsa besar yaitu Wangsa Sanjaya (Hindu) dan Wangsa Syailendra (Buddha) agar keturunan antara keduanya terjamin. Perbedaan agama antara keduanya terbukti tidak menimbulkan masalah besar. Selama memerintah, keduanya sama-sama menjunjung toleransi satu sama lain. Sebagai bukti cintanya kepada Pramodhawardhani, Rakai Pikatan memerintahkan untuk membangun Candi Siwa yang saat ini terkenal sebagai Candi Prambanan. Di dalam Candi tersebut terletaklah arca Pramodhawardhani yang kini dikenal sebagai arca Roro Jonggrang. Candi tersebut bercorak Hindu. Candi-candi kecil di komplek Candi Prambanan (Candi Sewu) kemudian dilanjutkan pembangunannya pada masa raja berikutnya.


Tidak hanya Candi Prambanan, Kerajaan Mataram Kuno juga meninggalkan banyak candicandi besar yang sampai sekarang masih ada di Indonesia. Candi Borobudur yang dikenal sebagai Candi Buddha terbesar se-Asia merupakan candi yang dimulai pembangunannya pada masa Raja Samaratungga. Candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno lainnya adalah Candi Gedong Songo, Candi Pawon, Candi Mendut, Candi Dieng, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Ngawen, Candi Sambisari dan Candi Sojiwan. Dari pernikahan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani lahirlah Rakai Gurunwangi Dyah Saladu (disebut dalam prasasti Plaosan) dan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala (disebut dalam prasasti Wantil). Diketahui bahwa Rakai Kayuwangi naik tahta menggantikan ayahnya karena menumpas musuh negara bernama Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni. Sumber lain mengatakan bahwa sebenarnya Pramodhawardhani bukanlah satu-satunya istri dari Rakai Pikatan. Ia adalah seorang permaisuri, namun suaminya diketahui mempunyai seorang selir bernama Rakai Watan Mpu Tamer (berdasarkan Prasasti Telahap). Selir ini merupakan nenek dari istri Dyah Balitung, yaitu Raja yang mengeluarkan prasati Mantyasih (907 M) Sepeninggal Samaratungga, terjadi konflik antara Rakai Pikatan dengan Balaputradewa. Perang saudara tersebut dikarenakan perebutan takhta kerajaan. Diketahui bahwa Balaputradewa berambisi menjadi raja Mataram Kuno. Ia tidak ingin jika takhta Samaratungga harus jatuh kepada Rakai Pikatan. Perang tersebut akhirnya dimenangkan oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa kemudian menyingkir menuju Kerajaan Sriwijaya, tempat ibunya berasal. Balaputradewa juga diketahui merupakan raja yang membawa Kerajaan Sriwijaya menuju kejayaan. Takhta kerajaan Mataram Kuno lalu dilanjutkan oleh Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, Rakai Watukura Dyah Balitung (yang diperkirakaan sebagai masa kejayaan Mataram Kuno), Mpu Daksa, Rakai Layang Dyah Tulodong, Rakai Sumba Dyah Wawa yang merupakan akhir dari Kerajaan Mataram Kuno yang berada di Jawa Tengah. Kerajaan Mataram Kuno mengalami keruntuhan pada tahun 1080. Ada beberapa faktor yang menyebabkan keruntuhan pada Kerajaan tersebut. Faktor pertama adalah karena letusan gunung berapi. Lokasi kerajaan yang berada di Jawa Tengah dengan banyak gunung berapi membuat letusan gunung berapi merusak bangunan kerajaan. Faktor selanjutnya adalah kekosongan kekuasaan di masa raja terakhir karena sang raja tidak memiliki pewaris takhta


sehingga kekuasaan diberikan oleh Mpu Sindok yang merupakan seorang penasihat kerajaan. Mpu Sindok sendiri kemudian mendirikan dinasti Isyana dan memindahkan ibu kota ke Jawa Timur. PENUTUP : Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanjaya yang berasal dari wangsa Sanjaya (Hindu). Kerajaan ini mempunyai peradaban yang maju dan sangat bergantung pada sektor pertanian padi. Pada masa Raja Rakai Panunggalan diduga bahwa kerajaan terpecah menjadi 2 wangsa yaitu wangsa Sanjaya (Hindu) dan wangsa Syailendra (Buddha). Rakai Pikatan adalah Raja Medang keenam yang berasal dari Wangsa Sanjaya (Hindu). Ia dijodohkan dengan Pramodawardhani, puteri dari Samaratungga yang berasal dari Wangsa Syailendra. Perjodohan keduanya mempunyai tujuan untuk menyatukan kedua wangsa besar tersebut. Pernikahan keduanya baik-baik saja meskipun berbeda agama. Prasasti Wantil juga menyingung perjodohan Rakai Pikatan dengan seorang puteri yang berbeda agama. Rakai Pikatan dan Pramodawardhani mempunyai 2 anak yang bernana Rakai Gurunwangi Dyah Saladu (yang disebut dalam Prasasti Plaosan) dan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala (yang disebut dalam Prasasti Wantil). Rakai Kayuwangi kemudian menggantikan ayahnya sebagai Raja Mataram Kuno. Candi Siwa yang berada dalam komplek Candi Prambanan merupakan bukti cinta Rakai Pikatan kepada isterinya, Pramodawardhani. Arca yang kini lebih dikenal dengan Arca Roro Jonggrang merupakan Arca dari Pramodawardhani. Rakai Pikatan memulai pembangunan Candi tersebut lalu diteruskan kepada raja-raja berikutnya. Bukan hanya Prambanan, Candi Borobudur juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno. Dimana, Candi tersebut telah dimulai pembangunannya pada tahun 824 M oleh Samaratungga. Sepeninggal Samaratungga, terjadi konflik (perang saudara) antara Rakai Pikatan dengan Balaputradewa untuk memperebutkan takhta. Balaputradewa yang kalah lalu menyingkir ke Sriwijaya.


Runtuhnya kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah di duga karena letusan gunung berapi yang merusak bangunan kerajaan. Tidak hanya itu, raja terakhir yang tidak mempunyai keturunan akhirnya menyerahkan takhta kepada Mpu Sindok, penasihat kerajaan. Ibu Kota kerajaan kemudian dipindahkan Mpu Sindok dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur. DAFTAR RUJUKAN : Taqiyya, Almas. 2022. Silsilah Kerajaan Mataram Kuno Lengkap, Ada Raja yang Bangun Candi Borobudur : Okezone. Ayatrohaedi. 2005. SUNDAKALA Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Bandung: Pustaka Jaya. Elprinda, Yeremia Satria Yasobam. 2021. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (784-804 M): Pembangun Peradaban Maritim Nusantara. : Narasi Sejarah Ningsih, Widya Lestari. 2021. Raja-Raja Kerajaan Sriwijaya : Kompas.com Irfan, N.K.S. 2015. Kerajaan Sriwijaya: Pusat Pemerintahan dan Perkembangannya. Bandung: Kiblat Buku Utama Wisnuwidodo, Andryanto. 2022. Rakai Pikatan, Kisah Cinta Sejati Penguasa Mataram Kuno Pemersatu 2 Wangsa : Sindonews Marwati, Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990.Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka Agus, Aris Munandar. 2017. Siliwangi, Sejarah, dan Budaya Sunda Kuno, Jakarta: Wedatama Widya Sastra, Ariefana, Pebriansyah. 2021. Sejarah Kerajaan Mataram Kuno: Peninggalan Hingga Daftar 16 Raja ; Suara Jogja Kurniawan, Leonardus Bagas. 2022. Kerajaan Mataram Kuno: Awal didirikan, Masa Kejayaan, dan Masa Keruntuhan : Medcom.id Ningsih, Widya Lestari. 2023. Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno : Kompas.com


Click to View FlipBook Version