KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA (K3) DAN PENANGANAN MUATAN BERBAHAYA DI LINGKUNGAN PELABUHAN
A. PENDAHULUAN Penanganan masalah keselamatan kerja harus dilakukan secara serius oleh semua komponen pelaku usaha. Kesehatan keselamatan kerja (K3) bukan hanya sekedar menjadi urusan EHS officer, mandor maupun direktur saja, tetapi harus menjadi perhatian dan tanggung jawab untuk semua orang. Penerapan kesehatan keselamatan kerja bukan saja dilakukan dengan cara pembuatan spanduk atau melalui semboyan, melainkan harus menjadi nafas setiap pekerja maupun pihak yang bertanggung jawab terhadap pekerja tersebut yaitu melalui kesadaran akan adanya resiko bahaya dan perilaku yang merupakan kebiasaan untuk bekerja secara sehat dan selamat. Pada dasarnnya filosofi kesehatan keselamatan kerja (K3) adalah upaya melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya – upaya pengenndalian semua bentuk potensi bahaya yang ada dilingkungan tempat bekerja. Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman, maka akan membrikan konstribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar yang pada akhirnya akan dapat menekan risiko kerguan dan berdampak pada peningkatan produktivitas. Dalam penerapannya terhadap dunia kerja kesehatan keselamatan kerja terbagi menjadi 8 filosofi yaitu : 1. Safety is a culture responsibilty K3 adalah tanggung jawab moral/etik. Masalah K3 hendaklah menjadi tanggung jawab moral untuk menjaga keselamatan sesama manusia bukan sekedar pemenuhan perundang – undangan atau kewajiban 2. Safety is a culture, not program Kesehatan keselamatan kerja bukan sekedar progam yang dijalankan perusahaan untuk sekedar memperoleh penghargaan dan sertifikasi. K3 hendaklah menjadi cermin dari budaya organisasi 3. Management responsible Manajemen perusahaan adalah yang paling bertanggung jawab mengenai K3. Sebagian tanggung jawab dapat dilimpahkan secara beruntun ke tingkat yang lebih bawah. 4. Employee must be trained to work safety Setiap tempat kerja, lingkungan kerja, dan jenis pekerjaan memiliki karakteristik dan persyaratan K3 yang berbeda. K3 harus ditanamkan dan dibangun melalui pembinaan dan pelatihan 5. Safety is a condition of employment
Tempat kerja yang baik adalah tempat yang aman. Lingkungan kerja yang menyenangkan dan serasi akan mendukung tingkat keselamatan. Kondisi K3 dalam perusahaan adalah pencerminan dari kondisi ketenagakerjaan dalam perusahaan. 6. All injuries are preventable Prinsip dasar K3 adalah semua kecelakaan dapat dicegah karena kecelakaan ada sebabnya. Jika sebab kecelakaan dapat dihilangkan maka kemungkinan kecelakaan dapat dihilangkan maka kemungkinan kecelakaan dapat dihindarkan. 7. Safety program must be site specific Program K3 harus dibuat berdasarkan kebutuhan kondisi dan kebutuhan nyata ditempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan finansial, dan lain – lain. Program K3 dirancang spesifik untuk masing – masing organisasi atau perusahaan. 8. Safety is good business Melaksanakan K3 jangan dianggap sebagai pemborosan atau biaya tambahan. Melaksanakan K3 adalah sebagian dari proses produksi atau strategi perushaan. Kinerja K3 yang baik akan memberikan manfaat terhadap bisnis perusahaan. B. PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3), disampaikan konsep atau pandangan K3 : 1. Konsep lama Kecelakaan merupakan nasib sial dan merupakan risiko yang harus diterima a. Tidak perlu berusaha mencegah b. Masih banyak pengganti pekerja c. Membutuhkan biaya yang cukup tinggi d. Menjadi faktor penghambat produksi
C. PERATURAN TENTANG KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) DAN PENANGANAN MUATAN BERBAHAYA Berdasarkan Undang Undang No. 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja, 1970, disebutkan bahwa ; 1. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional 2. Bahwa setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya 3. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien 4. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya – upaya untuk membina norma – norma perlindungan kerja 5. Bahwa pembinaan norma – norma itu perlu diwujudkan dalam undang – undang yang memuat ketentuan – ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi Dalam peraturan perundang-undangan ini ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk ; 1. mencegah dan mengurangi kecelakaan, 2. mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran 3. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan, 4. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian yang berbahaya, 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan, 6. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja, 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban ,debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran, 8. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik phisik maupu psychis, peracunan, infeksi dan penularan 9. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai, 10.menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik, 11.menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup, 12.memelihara kebersihan , kesehatan dan ketertiban, 13.memperoleh keserasian antara tenaga kerja , alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya,
14.mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman dan barang, 15.mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan, 16.mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,perlakuan dan penyimpanan barang, 17.mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya, dan 18.menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. Dalam pasal 12 undang – undang No. 1 Tahun 1970 dijelaskan kewajiban dan hak tenaga kerja sebagai berikut : 1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja. 2. Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan. 3. Memnuhi dan mentaati semua syarat – syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. 4. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. 5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal – hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas – batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan. Pasal 14 undang – undang No.1 Tahun 1970 menjelaskan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengurus TKBM, sebagai beriku : 1. Secara tertulis menepatkan dalam tempat kerja yang dipimpinya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang – undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat – tempat yang mudah dilihat dan dibaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. 2. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. 3. Menyediakan secara cuman – Cuma, semua alat pelindung diri (APD) yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk – petunjuk yang diperlukan menurut petunjujk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
ILO CODE OF PRACTISE 1. Peraturan/standar ILO berupa panduan praktis yang ditetapkan diindustri didalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan – kecelakaan besar seiring dengan kenaikan produksi, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya. 2. Tujuan panduan praktis adalah untuk memberikan arahan tentang pengaturan administrasi, hukum dan sistem teknis untuk pengendalian instalasi beresiko tinggi yang dilakukan dengan memberikan perlindungan kepada pekerja, masyarakat dan lingkungan dengan mencegah terjadinya kecelakaan besar yang mungkin terjadi dan meminimalisasikan dampak dari kecelakaan tersebut. 3. Penerapan panduan praktis dilakukan pada instalasi beresiko tinggi yang diidentifikasikan dengan keberadaan zat – zat berbahaya membutuhkan perhatian tinggi. E. JENIS KECELAKAAN KERJA 1. Tertimpa objek ditempat kerja 2. Terpeleset atau terjatuh 3. Kecelakaan lalu lintas 4. Terkena benda tajam 5. Menghirup gas beracun 6. Cedera otot 7. Polusi suara yang menyebabkan gangguan pendengaran
ALAT PELINDUNG DIRI 1. PELINDUNG KEPALA 1. Helm proyek harus standar ANSI Z.89.1-2014 atau minimal standar SNI atau MSA Import. 2. Model helm adalah V-Guard dan dilengkapi dengan tali dagu karet serta model otomatis untukmengencangkan suspensi helm. 3. Helm dilarang untuk dicat (karena akan bersenyawa dengan cat) dan dilarang ditulis dengan spidol. 4. Catat tanggal pembelian pada bagian dalam helm dan di buku catatan. 5. Masa pakai helm paling lama adalah 5 tahun setelah itu harus diganti baru. 6. Helm yang rusak atau terkena dampak (kejatuhan benda) harus diganti. 7. Cek kondisi helm minimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila cacat atau rusak. 2. PELINDUNG KAKI 1. Sepatu keselamatan harus standar ANSI Z.41-1999 atau minimal standar SNI 7079-2009 dan SNI 0111-2009. 2. Sepatu untuk pekerjaan galian dan pengecoran dapat digunakan sepatu karet biasa (gamb. 1). 3. Sepatu untuk pekerjaan konstruksi lain harus menggunakan sepatu dengan pelindung jari yang terbuat dari baja, dan anti tergelincir (gamb. 2). 4. Catat tanggal pembelian pada buku catatan. 5. Masa pakai sepatu paling lama adalah 3 tahun, setelah itu harus diganti baru. 6. Cek kondisi sepatu minimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila cacat atau rusak.
3. PELINDUNG MATA 1. Semua pekerja dan orang yang memasuki proyek harus menggunakan pelindung mata. 2. Pelindung standar adalah kacamata pengaman Kings KY1151 sesuai standar ANSI Z.87.1-2010 (gamb. 1). 3. Pekerjaan yang berbahaya terhadap mata, seperti pengelasan, pemotongan, dan gerinda harus menggunakan pelindung mata yang sesuai. 4. Pekerjaan pemotongan tiang pancang harus menggunakan pelindung mata (gamb. 2). 4. PELINDUNG WAJAH 1. Pekerjaan yang spesifik membahayakan muka pekerja (pekerjaan pengelasan, pemotongan, gerinda, dll.) harus menggunakan pelindung muka sesuai standar ANSI Z.87.1-2010. 2. Pekerjaan pengelasan dan pemotongan baik dengan trafo las maupun las potong harus menggunakan masker pengelasan (gamb. 1). 3. Pekerjaan gerinda dan alat portabel yang berputar lainnya (mesin senai, sekop, dll.) pada area terbuka harus menggunakan tameng wajah yang dikombinasikan dengan helm (gamb. 2), sedangkan pekerjaan di bengkel kerja dapat menggunakan tameng wajah biasa (gamb. 3). 4. Cek APD sebelum digunakan, jangan menggunakan APD yang rusak.
5. PELINDUNG TANGAN 1. Semua pekerja harus menggunakan sarung tangan sesuai standar SNI-06- 0652-2015. 2. Pekerja pada umumnya harus menggunakan sarung tangan katun min. 8 benang (gamb. 1). 3. Pekerjaan yang lebih kasar, seperti tukang besi, baja, bekisting, penanganan tali baja, kawat, dll, harus menggunakan sarung tangan kombinasi (gamb. 2). 4. Pekerjaan pengelasan, pemotongan, dan gerinda harus menggunakan sarung tangan kulit (gamb. 3). 5. Pekerjaan dengan bahan kimia dan beracun harus menggunakan sarung tangan tahan kimia (bahan vynil, PVC, nitril, dll.) (gamb. 4). 6. Teknisi listrik harus menggunakan sarung tangan tahan listrik min. 5KV (gamb. 5). 7.Cek kondisi sarung tangan setiap akan digunakan, ganti bila cacat atau rusak. 6. PELINDUNG PENDENGARAN 1. Jika bekerja pada level bising di atas 85 dB untuk pemajanan selama 8 jam harus menggunakan pelindung telinga (sumbat telinga atau penutup telinga). 2. Sumbat telinga adalah sumbat yang dimasukkan ke liang telinga. 3. Sumbat telinga (gamb. 1) harus terbuat dari bahan karet atau plastik lunak dan harus dapat mereduksi bising X-85 dB (X adalah intensitas bising yang diterima pekerja). 4. Penutup telinga (gamb. 2) adalah penutup seluruh telinga yang dapat mereduksi bising sebesar 35-45 dB. 5. Periksa sumbat telinga atau penutup telinga sebelum digunakan, pastikan dalam kondisi bersih dan simpan kembali ke dalam kotak setelah digunakan setelah dibersihkan.
7. PELINDUNG PERNAPASAN 1. Pekerjaan yang berpotensi terpajan debu, asap, uap atau gas harus menggunakan pelindung pernapasan. 2. Masker dan respirator harus digunakan disesuaikan dengan pekerjaan dan potensi kontaminasi atau gangguan pernapasan. 3. Untuk pelindung debu dapat digunakan masker sekali pakai yang terbuat dari katun, kertas atau kasa (gamb. 1). 4. Untuk pelindung gas, uap dan asap harus menggunakan respirator dengan penyaring yang sesuai (gamb. 2). 5. Pada pekerjaan di ruang terbatas atau area yang terkontaminasi gas harus menggunakan SCBA (alat bantu pernapasan) (gamb. 3). 9. SERAGAM KERJA DAN KARTU IDENTITAS 1. Semua pekerja harus menggunakan seragam kerja yang rapi dan rompi reflektif. 2. Seragam yang digunakan harus memantulkan cahaya/ reflektif (gamb. 1). Bila menggunakan kaos lengan panjang, harus dilengkapi dengan rompi reflektif (gamb. 2). 3. Kartu identitas harus dipakai selama berada di dalam proyek. 4. Kartu identitas harus ditandatangani pejabat proyek dan dapat diberikan setelah lulus induksi keselamata 8. PAKAIAN PELINDUNG 1. Semua pekerja dan orang yang memasuki proyek harus menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang yang baik, tidak robek atau bolong-bolong (gamb. 1). 2. Pelindung lengan dari kulit atau pakaian pelindung tahan api harus dipakai pada pekerjaan pengelasan, pemotongan atau gerinda bila diperlukan (gamb. 2). 3. Pada saat hujan, pekerja harus menggunakan jas hujan (gamb. 3).
NSI • Dilengkapi dengan tali dagu • Tidak dicorat-coret, tidak pecah/rusak • The helmet must be in accordance with the SNI/ANSI standard • Equipped with a chin strap • No doodle, no fracture/damage Sabuk pengaman tubuh dan sabuk keselamatan Full body harness and safety belt Rompi reflektif dan kartu identitas • Celana panjang rapi • Sepatu keselamatan standar SNI/ANSI • Sepatu elektrostatis • Sepatu dengan pelindung jari yang terbuat dari baja • Sepatu keselamatan karet • Seragam baju lengan panjang dan celana panjang • Sarung tangan kulit/katun/kimia/ kombinasi
• Masker pengelasan • Pelindung wajah • Kacamata pengaman • Sarung tangan tahan kimia • Sarung tangan karet • Sarung tangan tahan panas • Sarung tangan kulit • Sarung tangan kain • Sumbat telinga • Penutup telinga • Pakaian tahan listrik • Pakaian elektrostatis • Masker debu • Masker gas • Alat bantu pernapasan
Papan Informasi Konstruksi Semua proyek harus membuat papan informasi K3 yang berisi kinerja K3 dan informasi K3 lainnya (gamb. 2), papan informasi pekerjaan dan potensi bahaya pada setiap lokasi kerja (gamb. 3), memasang rambu dan banner sesuai dengan potensi bahaya pada lokasi kerja. Depan Papan Informasi Konstruksi 1. Statistik kecelakaan kerja, FR, SR, safe manhour, total manhour, LTI terakhirI 2. Pekerjaan hari ini dan JSA 3. Pekerjaan hari ini, penggunaan alat berat, lisensi dan nama penanggung jawab 4. Alur proses prosedur kerja aman setiap item pekerjaan 5. Sisa waktu pelaksanaan proyek dan progres 6. Alur proses tanggap darurat dan no. telepon penting Papan Inf Belakang Monitoring izin kerja dan dokumen asuransi CAR Dan Jamsostek
Rambu Keadaan Darurat 1. Rambu keadaan darurat sebagai petunjuk apabila keadaan darurat terjadi atau menunjukkan lokasi fasilitas pelayanan darurat. 2. Rambu dinyatakan dengan warna dasar hijau dan tulisan putih. 3. Rambu dipasang pada lokasi yang sesuai. 4. Rambu titik berkumpul dipasang di lokasi titik kumpul yang sudah ditentukan pada lokasi yang aman (bisa tidak dipasang apabila lokasi tidak memungkinkan untuk dipasang, namun bisa dipastikan semua orang mengerti lokasi titik kumpul).
MOBILE CRANE Jenis mobile crane yang sering digunakan pada area konstruksi adalah: all terrain crane, raught terrain crane, crawler crane dan kran mobil. Semua jenis mobile crane adalah alat bantu dengan struktur lengkap yang dapat dipindahkan atau dapat memindahkan material yang diangkat sambil bergerak. Potensi bahaya dari pengoperasian mobile crane antara lain, terkena manuver lengan patah atau bengkok, tali bantu angkat putus, material terlepas, sampai mobile crane terguling karena kelebihan beban. GAMBAR PERSYARATAN DAN OPERASI Rough Terrain Crane All Terrain Crane • Mobile crane jenis all terrain crane, rought terrain crane yang boleh beroperasi di Kawasan SCBD adalah mob ile crane dengan masa pakai maksimal 3 tahun dengan kondisi prima. Mobile crane jenis crawler crane dan truk yang boleh beroperasi adalah dengan masa pakai maksimal 5 tahun dengan kondisi prima. • Mobile crane yang akan digunakan, baik pembelian atau sewa, harus dilakukan inspeksi pramobilisasi oleh Departemen K3, untuk memastikan m o b i l e c r a n e yang akan masuk ke lokasi proyek memiliki sertifikat dari instansi pemerintah yang berwenang (SILO) dan masih berlaku dan memiliki catatan/rekaman perawatan yang baik dan semua alat pengaman/pembatas beban dan aksesoris hidup/ berfungsi. • Ketika melakukan inspeksi pra-mobilisasi, dipastikan operator yang akan mengoperasikan memenuhi persyaratan operator m o b i l e c r a n e (memiliki SIO yang masih berlaku). • Pemilihan jenis dan kapasitas mobile crane untuk menentukan kesesuaian dengan kebutuhan maksimal beban dan sifat material yang diangkat. • Buku manual dari pabrik mengenai pengoperasian, grafik beban harus tertempel di dalam kabin operator. • Sebelum diizinkan operasi, semua mobile crane harus dilakukan riksa uji oleh petugas instansi pemerintah yang berwenang setempat.
• Sebelum mengoperasikan mobile crane harus membuat izin kerja yang dilengkapi dengan Analisa Keselamatan Kerja, grafik pembebanan, grafik sudut lengan, perhitungan beban, dan kapasitas mobile crane . • Apabila terlihat karat pada lengan (crawler crane) pastikan tersedia sertifikat uji dari pihak ketiga (PJK3), bila tidak ada, harus dilakukan pengujian. • Mobile crane harus mempunyai penumpu yang dapat diperpanjang secara maksimal, kecuali crawler crane. • Tanah harus datar dan dapat menopang berat kran dan berat beban yang diangkat. • Plat baja standar m o b i l e c r a n e harus dipasang di bawah penumpu agar distribusi beban merata, bila perlu tambahkan plat baja ukuran besar. PERENCANAAN DAN PENGAWASAN • Aktivitas pengangkatan harus direncanakan dengan benar oleh orang yang kompeten dan harus dibuat metode kerja pengangkatan yang diketahui oleh semua yang terkait. • Menunjuk seorang supervisor atau petugas sinyal pada setiap pengoperasian mobile crane (cukup 1 orang, agar operator tidak bingung). • Setelah izin kerja disetujui, pasang barikade area manuver m ob ile crane dilengkapi dengan rambu “Awas Manuver Kran” dan papan informasi pengangkatan; Kapasitas Angkat (SWL) ……. Ton dan Beban Angkat ….. Ton dan keterangan AMAN • Jangan pernah menggunakan mobile crane untuk mengangkut/mengangkat orang atau membiarkan orang menumpang pada material yang diangkat.
• Hindari mengangkat beban dengan mobile crane melewati orang, dan jangan melintas atau berdiri di lintasan mobile crane atau di bawah material yang diangkat • Pastikan tali bantu angkat pengangkat material pada kondisi seimbang dan terkait dengan benar pada penghubung tali • Jangan mengangkat beban dengan kondisi rantai/tali bantu angkat/tali serat terlilit atau terpuntir. • Dilarang menggunakan mobile crane untuk menarik atau menyeret material. • Jangan meninggalkan beban dalam keadaan tergantung untuk jangka waktu yang lama. • M o b i l e c r a n e yang digunakan untuk mengangkat orang untuk pekerjaan PJU, pemasangan reklame, dll, pekerja yang naik ke keranjang harus memakai sabuk pengaman tubuh. • Parkir sementara m o b i l e c r a n e di jalan umum harus memasang barikade dan rambu (bila dikerjakan malam hari barikade harus dilengkapi dengan lampu selang). • Juru ikat/petugas sinyal selalu bunyikan sirine setiap ada pengangkatan (area proyek). • Kunci mesin disimpan oleh Departemen K3 dan diberikan kepada operator setelah form izin penggunaan mobile crane disetujui. • Kunci alat pengaman harus disimpan oleh Departemen K3 dan hanya boleh dikeluarkan jika ada izin khusus (untuk perawatan atau kontrak sewa selesai).
• Pastikan lampu indikator pembatas momen dan layar indikator di kabin berfungsi. Tentukan pekerja yang bertugas memberikan kode Pasang barikade di sekitar crane (radius aman) Kunci pin terpasang Membatasi sudut (40-80 derajat) Pasang Rambu Alat pengaman ON Sinyal Pengamat Pasang penumpu tepat di tengah plat pada elevasi yang sama dan fondasi keras Pasang Plat/Bantalan
SELESAI OPERASI 1. Parkir mobile crane pada lahan yang rata dengan posisi lengan paling pendek. 2. Matikan mobile crane dan kunci pintu mobile crane kemudian serahkan kunci kepada Departemen K3. No. PELANGGARAN SANKSI 1. Alat pengaman tidak berfungsi, rusak atau dimatikan sementara Pemberentihan sementara operasi mobile crane dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan 2. Operasi mobile crane tidak dilengkapi dengan izin penggunaan mobile crane atau daftar periksa pra-operasi atau tidak ada petugas sinyal Pemberentian sementara operasi mobile crane dan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan 3. Operator tidak memiliki SLO atau mobile crane tidak dilengkapi SILO atau sertifikat riksa uji Pemeberentian sementara mobile crane sampai operator dan mobile crane memiliki dokumen yang sah Pembatas Beban Mencegah kecelakaan kran yang disebabkan kelebihan beban Sakelar Pembatas Pengangkatan Mencegah/menahan kenaikan penghubung tali yang berlebih Detektor Panjang Mendeteksi panjang lengan, serta menghubungkannya ke pembatas beban Detektor Beban Mendeteksi tekanan silinder boom, dan menghubungkannya ke pembatas beban Detektor Sudut Mendeteksi sudut lengan, serta menghubungkannya ke pembatas beban Indikator Lampu Eksternal Menginformasikan secara visual terhadap kondisi pembatas beban Detektor Panjang Penumpur Mendeteksi panjang penumpu
CRANE DARAT ATAU CRANE KAPAL Crane merupakan sebuah alat berat yang digunakan untuk mengangkat benda/material yang umumnya tidak dapat diangkat oleh manusia, secara vertikal ataupun horizontal ke tempat yang tinggi dengan ruang gerak yang terbatas. Crane banyak digunakan untuk pembangunan gedung bertingkat misalnya: hotel, apartemen, mall, dll. Alat ini mempersingkat waktu pengerjaan proyek karena material dapat terangkat ke lokasi pemasangan dengan lebih mudah dan cepat. Crane juga memiliki risiko bahaya bila tidak memenuhi standar keselamatan, antara lain segmen tiang utama dan segmen lengan bisa patah/bengkok, tali bantu angkat/tali baja putus, fondasi tercabut, dll. GAMBAR PERSYARATAN DAN OPERASI A. PERSYARATAN UMUM 1. Pengadaan/Rental a. Crane yang boleh beroperasi di dalam Kawasan SCBD adalah crane dengan masa pakai maksimal 5 tahun. b. Crane yang akan digunakan, baik pembelian atau sewa, harus dilakukan inspeksi pra-mobilisasi, untuk memastikan crane yang akan masuk ke lokasi proyek memiliki sertifikat dari instansi pemerintah yang berwenang (SILO) dan masih berlaku serta memiliki catatan/rekaman pemeliharaan yang baik c. Ketika melakukan inspeksi pra-mobilisasi, dipastikan operator yang akan mengoperasikan memenuhi persyaratan operator crane dan memiliki SIO yang masih berlaku. B. IZIN KERJA, ISOLASI AREA DAN APD a. Pastikan sudah dibuat izin kerja pemasangan kran menara sebelum dilakukan pekerjaan pemasangan. b. Isolasi area pemasangan kran menara dengan pagar atau pita pembatas (demarkasi), lengkapi dengan rambu dan pemasangan selalu dilakukan pengawasan. c. Petugas pemasangan harus menggunakan APD yang sesuai (helm dengan tali dagu, sabuk pengaman tubuh lengkap dengan tali keselamatan, karmantel- VSL-F, 16 mm, tali nilon dengan alat penahan mekanis, dan alat pemberhentian otomatis).
C. BAGIAN – BAGIAN DARI CRANE a. Lengan merupakan bagian dari crane yang panjang dan bisa berputar secara horizontal sebesar 360° atau sering disebut lengan crane yang berfungsi untuk mengangkat material atau alat bantu pada proyek dengan bantuan tali bantu angkat. b. Bandul pengimbang berupa beton pemberat yang terdapat pada bagian belakang crane yang berfungsi untuk memberikan keseimbangan pada crane. c. Segmen tiang utama adalah bagian dari kran menara yang menentukan tinggi dari crane, dimana pemasangan tiap-tiap segmen tiang utama dibantu dengan alat hidraulik untuk menyusun segmen tiang utama tersebut ke arah vertikal d. Kabin adalah bagian dari crane yang merupakan tempat operator mengoperasikan kran menara e. Sabuk pengaman. Setelah ketinggian c r a n e melampaui batas berdiri bebas yang diizinkan oleh pabrik pembuat, kran menara harus dipasang sabuk pengaman yang diikatkan pada bangunan. D. PEMANJANGAN CRANE a. Lokasi untuk penggalian fondasi kran menara harus diproteksi dan diinformasikan bahwa akan dilakukan penggalian untuk fondasi c r a n e pada lokasi tersebut. b. Pastikan fondasi dan angkur crane sesuai dengan kapasitas kran menara dengan melakukan inspeksi pemeriksaan kembali. c. Persiapan crane penunjang dan perlengkapannya; mobile crane yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan operasi alat berat di Kawasan SCBD dan kapasitasnya sesuai dengan berat bagian kran menara yang diangkat. d. Tangga bersangkar dipasang pada bagian dasar dan pastikan area panjat duduk pada tempatnya
dilanjutkan pemasangan platform dan pagar pengaman. e. Saat pemasangan segmen crane harus dipastikan tidak ada orang yang tidak berkepentingan berada di area kran menara. f. Pemasangan pemberat dengan bantuan kran penunjang, pemberat diangkat dan dipasang pada lengan penyeimbang sampai memenuhi persyaratan. Bentuk dan pemasangan pemberat berbeda untuk masing-masing jenis kran menara 1. Penyetelan Pembatas Beban Crane dipakai untuk mengangkat beban sesuai dengan kapasitas terkecil. Kemudian troli dijalankan ke depan sampai batas depan. Batas beban diatur, sehingga apabila beban melebihi dari beban kapasitas terkecil maka pembatas beban akan bekerja. 2. Penyetelan Pembatas Momen Beban Crane dipakai untuk mengangkat beban sesuai dengan kapasitas terkecil langsung dari ujung batas depan. Kemudian batas momen beban diatur agar beban bisa terangkat. Setelah itu diturunkan kembali kemudian beban ditambah kira-kira 50 kg, dan pembatas momen beban harus bekerja (artinya beban tidak bisa terangkat). 3. Penyetelan Pembatas Troli (Pangkal dan Ujung Jib) Pembatas Troli Pangkal Troli dijalankan ke arah pangkal, setelah 20 cm mendekati pangkal pembatas troli diatur agar troli tidak dapat mundur lagi. Pembatas Troli Ujung Troli dijalankan ke arah ujung, setelah 20 cm mendekati ujung, pembatas troli diatur sehingga troli tidak dapat maju lagi. 4.Penyerelan pembatas katrol Katrol dijalankan ke arah turun, 1 m sebelum sampai ke dasar (tanah) pembatas katrol diatur sehingga pengait tidak dapat menyentuh tanah. Katrol dijalankan ke arah atas, ½ m sebelum sampai ke lengan, pembatas katrol diatur sehingga pengait tidak dapat menyentuh bagian lengan.
5. Penyetelan Pembatas Katrol, Rem Putaran, dan Rem Troli Rem katrol diatur sampai mampu untuk menahan daya angkat pada beban maksimal. Rem putaran diatur agar dapat menahan terpaan angin dan dapat menghentikan gerakan putar secara perlahan-lahan. Rem troli diatur agar troli dapat berhenti sesuai yang dikehendaki operator. g. Setelah ada pernyataan beban maksimal yang diizinkan oleh petugas yang berwenang, pasang rambu: beban maks. pada segmen crane pada sisi- sisi yang terlihat. h. Pemasangan lengan penyeimbang/menara atas i. Pemasangan lengan dan penyangga depan, lengan tunggal sudah harus dirangkai, tali baja dan mesin sudah dipasangkan. j. Memasang kabin k. Untuk keperluan operasional, ketinggian kranmenara minimal harus lebih tinggi 4-6 m dari ketinggian maksimum pekerjaan yang dilayani. l. Pemasangan sabuk pengaman (atau angkur), harus diperhatikan kekuatan pengikat agar konstruksi stabil menerima beban tarik dan tekan. Pemasangan sabuk pengaman minimal setiap 3 lantai atau sesuai kebutuhan dan perhitungan aman. m. Pada proyek yang menggunakan lebih dari 1 kran menara harus dipasang sistem kontrol anti tabrakan pada setiap kran menara yang dipasang, untuk menghindari terjadinya tabrakan antar kran menara. Prinsip kerja sistem kontrol anti tabrakan adalah menggunakan gelombang frekuensi radio yang membuat putaran kran menara lain tidak dapat memasuki radius kran menara yang sedang beroperasi. E. UJI BEBAN DAN POTENSI a. Setelah pemasangan dinyatakan lengkap, pastikan aksesoris crane , rambu-rambu sudah lengkap dan hidup, seperti lampu sepanjang bagian lengan, alarm, kunci pengayun, pengendalian rambu bendera, logo perusahaan, dll. b. Pastikan putaran c r a n e tidak melampaui area umum atau area yang dilarang putaran oleh pihak yang berkepentingan. c. Tentukan area penempatan material/lokasi pengangkatan crane, tempatkan JSA dan rambu: area pengangkatan material dengan crane, awas bahaya putaran kran menara, dll. d. Hubungi PJK3 (Perusahaan Jasa K3) setempat untuk melakukan riksa uji crane dan melakukan uji beban yang disaksikan oleh petugas instansi pemerintah yang berwenang
e. Buat proteksi terhadap benda jatuh pada area jalan umum dan jalan kerja dimana dilewati putaran kran menara, pasang rambu yang sesuai. f. Pastikan juru ikat/petugas sinyal selalu membawa alarm/sirine dan selalu menghidupkan sirine ketika dilakukan pengangkatan. g. Buat pengaturan jalur crane, operator c r a n e dan juru ikat/petugas sinyal harus memiliki jalur khusus yang bebas dari gangguan komunikasi lainnya. h. Penyalur petir yang dipasang harus menggunakan kabel min. 5 mm dan elektroda yang di atas ukuran 1 inci. Lakukan uji arus listrik pada tanah dan hasilnya tidak boleh melebihi 5 Ohm . F. OPERATOR DAN JURU IKAT/PETUGAS SINYAL 1. Persyaratan Operator Kran Menara a. Mempunyai SIO (Surat Izin Operator) khusus kran menara yang masih berlaku dan dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang b. Berumur 25 tahun ke atas. c. Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai operator crane. d. Memahami bahasa isyarat dan teknik komunikasi radio dengan juru ikat e. Lulus tes untuk mendapatkan SIMPER (jika ada f. Tidak suka minum minuman keras, merokok dan sehat jasmani dan rohani.
G. PERSIAPAN PENGOPERASIAN CRANE 1.Dibawah sebelum naik a. Periksa kondisi peralatan bagian bawah (baut fondasi, penjalan, sambungan rel, kabel daya, panel bawah, rem, dll.). b. Sambil naik, perhatikan baut-baut sambungan kran menara, motor-motor, kabel-kabel, tali bantu angkat, kontrol panel, dll. 2. Diatas diluar kabin a. Periksa keadaan peralatan crane, motor-motor, kabel-kabel, tali bantu angkat, kontrol panel, dll. 3 . Di dalam kabin hidupkan alat-alat dan laksanakan uji kerja/fungsi dari peralatan (troli, pengait, pemutar, kecepatan, dll.). 4. Lakukan pemeriksaan komunikasi radio dengan juru ikat/petugas sinyal dan Informasikan kepada juru ikat/petugas sinyal bahwa alat siap operasi. 5. Tidak diizinkan orang lain (selain operator) ada di atas crane. H. PENGOPERASIAN ALAT 1. Operator crane, juru ikat, dan supervisor, selalu memperhatikan sifat dan bentuk material yang akan diangkat (kotak, plat, batang, dan cairan). 2. Semua gerakan dicoba dengan pelan dan selanjutnya kecepatan tidak berlebihan. 3. Selalu perhatikan radius beban, kondisi di area bawah beban, dll. 4. Jika ada 2 crane atau lebih, yakinkan ruang bebas sebelum putaran atau pastikan anti tabrakan berfungsi. 5. Tidak menarik beban dari samping, pastikan material yang diangkat pada titik tengah dan diangkat lurus.
6. Arahkan lengan searah rel jika melakukan penjalan. 7. Pahami instruksi dari juru ikat sebelum bertindak. 8. Pastikan juru ikat menghidupkan sirine sebelum dan selama pengangkatan dilakukan. 9. Hentikan operasi crane bila kondisi cuaca buruk/hujan atau kecepatan angin 40 km/h atau 11,11 m/s (24,85 mph) berdasarkan anemometer. I. PENGIKATAN DAN PENGANGKATAN 1. Lokasi pengangkatan material harus ditentukan, tidak boleh pengangkatan dilakukan dari sembarang area. 2. Pengikatan material ke crane harus dilakukan oleh juru ikat atau di bawah pengawasan juru ikat, semua material harus terpasang tali. 3. Titik pengangkatan harus lurus, tidak boleh menyamping atau menyeret material. 4. Yakinkan tidak ada material yang bisa jatuh ketika diangkat, material yang kecil harus dimasukkan dalam kotak yang kuat, kayu-kayu dan tripleks yang kecil harus dipaku pada material yang lebih besar dan diikat dengan kuat.. 5. Setelah yakin material terikat kuat, minta operator crane untuk mengangkat material setinggi 1 m, guncangkan material dengan kuat. Bila material cukup besar/ banyak, minta bantuan pekerja. Bila terlihat ada material yang kurang terikat/kendor, turunkan material dan perbaiki ikatan. 6. Setelah ikatan diperbaiki, naikkan 1 m kembali, guncangkan. Bila sudah yakin ikatan kuat, juru ikat dan pekerja yang terlibat segera menjauh min. 2 m dari material, hidupkan sirine/alarm tanda pengangkatan dan perintahkan operator crane untuk mengangkat material, selama pengangkatan sirine harus tetap hidup. 7. Komunikasi dengan operator c r a n e hanya boleh dilakukan oleh juru ikat. Dan jalur komunikasi dilarang untuk digunakan oleh petugas operasional lain.
No. PELANGGARAN SANKSI 1. 2. Operator tidak memiliki SIO atau Crane tidak dilengkapi dengan SILO atau sertifikan riksa uji Tidak ditemukan daftar periksa pra-operasi daftar periksa perawatan, daftar periksa tali baja, tidak ada petugas sinyal atau tanda bahaya saat dilakukan pengangkatan oleh Crane Pemeberentian sementara operasi Crane sampai operator dan Crane memiliki dokumen yang sah Penghentiann operasi Crane dan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku J. SELESAI OPERASI 1. Posisikan arah lengan searah dengan arah angin. 2. Posisikan troli di atas dan dekat kabin. 3. Matikan semua sambungan listrik dan alat komunikasi. 4. Tinggalkan kabin dan panel-panel dalam keadaan tertutup dan terkunci. 5. Tinggalkan alat setelah mematikan mesin, pasang pengunci pada roda.. 6. Beritahu mekanik segera bila terjadi kerusakan.
MUATAN BERBAHAYA / DANGEROUS GOOD’S A. PENGERTIAN Dalam PM 16 Tahun 2021 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan barang berbahaya adalaha zat, bahan, dan/atau benda yang dapat berpotensi membahayakan kesehatan, keselamatan, harta benda, dan lingkungan hidup sebagaimana tercantum dalam International Maritime Dangerous Good’s Code beserta perubahannya. Barang berbahaya dalam kemasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Kelas 1 berupa bahan atau barang peledak
2. Kelas 2 berupa gas yang dimampatkan atau dicairkan, atau dilarutkan dengan tekanan 3. Kelas 3 berupa cairan mudah menyala atau terbakar 4. Kelas 4 berupa bahan atau barang padat mudah menyala atau terbakar
5. Kelas 5 berupa bahan atau barang pengoksidasi 6. Kelas 6 berupa bahan atau barang beracun dan mudah menular 7. Kelas 7 berupa bahan atau barang radio aktif
8. Kelas 8 berupa bahan atau barang parusak, dan 9. Kelas 9 berupa berbagai bahan atau zat berbahaya lainnya. Divisi atas setiap kelas barang berbahaya dalam kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam IMDG CODE beserta perubahannya. KEMASAN MUATAN BERBAHAYA 1. Pengemasan muatan berbahaya harus : a. Dibuat dengan baik dan dalam keadaan bagus. b. Bersifat seddemikian rupa sehingga setiap bidang permukaan dalam yang dapat terkena isinya tidak menjadi rusak oleh zat-zat yang diisikan tersebut. c. Mampu bertahan terhadap resiko yang bisa terjadi didalam 2. Jika menggunakan bahan penyerap ataupun ganjal yang merupakan kebiasaan dalam pengemasan cairan dalam wadah, maka bahan harus : a. Mampu meminimalkan bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan cairan itu.
b. Ditempatkan sedemikian rupa sehingga mencegah wadah itu bergerak dan menjamin wadah itu tetap terkurung. c. Jika memungkinkan, dengan jumlah yang cukup untuk menyerap cairan tersebut bila ada wadah yang pecah. 3. Wadah yang berisikan cairan berbahaya, pada suhu pengisian harus mempunyai ruang kosong (Ullage) yang cukup, untuk menjaga kemungkinan suhu lebih tinggi selama pengangkutan yang normal berlangsung. 4. Silinder-silinder atau wadah-wadah untuk gas dibawah tekanan harus dikonstruksikan, diuji, dirawat secara layak dan diisi secara benar. 5. Wadah-wadah kosong yang masih belum bersih yang telah dipakai sebelumnya untuk pengangkutan barang berbahaya, harus diperlakukan sebagai barang berbahaya, kecuali kalau tindakan yang memenuhi telah dilakukan untuk meniadakan bahaya. PEMBERIAN TANDA PADA MUATAN BERBAHAYA Pemberian tanda pada Muatan Berbahaya harus sesuai seperti berikut Wadah yang mengandung bara yang berbahaya harus diberi tanda yang jelas dangan tehnik nama yang benar dan tahan lama, nama dagang seharusnya tidak dgunakan. 1. Wadah yang mengandung barang berbahaya harus diberi label, atau stenlis dari label, atau plakat yang sesuai, untuk membuat jelas sifat-sifat bahaya dari barang yang terkandung didalamnya. 2. Metode tehnik penandaan nama yang benar dan pelekatan label atau penggunaan stenlis label, atau pelekatan plakat pada paket yang mengandung barang-barang berbahaya, harus masih bisa teridentifikasi pada kelangsungan hidup wadah paling tidak selama tiga bulan. 3. Jika wadah tidak tahan selama tiga bulan, maka wadah yang ada didalam yang mana akan dapat bertahan tiga bulan harus diberi tanda yang tahan lama. Kemasan yang mengandung barang berbahaya harus ditandai dan diberi label, kecuali : a. Kemasan yang mengandung barang berbahaya dari sebuah aliran rendah bahaya atau kemasan dalam jumlah terbatas. b. Ketika lingkungan khusus mengijinkan, kemasan yang disimpan dan ditangani dalam unit-unit yang teridentifikasi oleh label atau plakat, bisa jadi dibebaskan dari persyaratan dan pelabelan. B. PENANGANAN DAN PENANGKUTAN BARANG BERBAHAYA Pasal V Barang berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal IV wajib menggunakan kemasan yang telah memenuhi ketentuan spesifikasi dan pengujian sesuai dengan ketentuan dalam IMDG CODE beserta perubahannya. Harus dilakukan pengujian yang terdiri dari 1. Pengujian Awal, dan 2. Pengujian berkala a. Pengujian awal Merupakan pengujian yang dilakukan pada kemasan baru, rekondidi, atau kemasan yang baru dilakukan modifikasi sebelum kemasan tersebut digunakan. b. Pengujian berkala
Merupakan pengujian berkala yang dilakukan hanya untuk kemasan sesuai dengan ketentuan IMDG CODE. Dan untuk barang berbahaya yang telah mendapatkan pengesahan harus mencantumkan Tanda Nomor UN (United Nations Mark) untuk mengidentifikasi barang berbahaya yang dibuat sesuai sistem pengawasan mutu dan penandaan yang disetujui oleh otoritas yang berwewenang 3. Setiap kemasan barang berbahaya wajib diberikan label atau tanda tertentu 4. Pemberian label atau tanda barang berbahaya harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Mudah terlihat dan terbaca b. Mudah terbaca jika kemasan terendam air laut paling singkat 3 bulan c. Ditempatkan pada latarbelakang berwarna kontras/mencolok d. Tidak terhalang atau tertumpuk dengan tanda lain e. Ditempatkan dikedua sisi muka dan belakang f. Bentuk dan tanda tertentu dan label sesuai klasifikasi dalam ketentuan IMDG CODE beserta perubahannya AREA BERBAHAYA DIATAS KAPAL UNTUK MUATAN BERBAHAYA Hubungan Stowage plan dengan Muatan berbahaya sangatlah penting dikarenakan sebelum meletakkan muatan berbahaya harus diketahui dulu sebelumnya bahwa ada beberapa area diatas kapal yang berbahaya bagi muatan berbahaya apabila diletakkan diatas kapal yang jika muata berbahaya diletakkan di area tersebut dapat terjadi hal-hal yang berbahaya dan tidak diinginkan. Area tersebut diatas kapal seperti di : a. Main Deck (Geladak Utama) Jika muatan berbahaya diletakkan diatas Main Deck, maka muatan berbahaya akan langsung terkena sinar matahari yang mungkin dapat menimbulkan panas pada muatan berbahaya dan menyebabkan ledakan hingga kebakaran.
b. Area didekat Engine Room (Kamar mesin) Apabila muatan berbahaya didekat Engine Room, maka panas dari Engine Room akan dengan cepat menyebar pada muata berbahaya yang terletak didekatnya yang bisa menyebabkan terjadinya ledakan. c. Lower Deck (Geladak bawah) Pada Lower Deck Muatan berbahaya mendapat bahaya dari Fuel Tanks yang dapat meinimbulkan panas, sehingga panas tersebut dapat membahayakan muatan berbahaya yang terletak di Lower Deck tersebut. Dalam mengerjakan muatan berbahaya ada hal-hal yang harus diperhatikan : a. Muatan berbahaya jangan dijalankan atau dibanting, hindari pekerjaan kasar. b. Pemakaian ganco dan besi pengungkit harus dihindari. c. Ikuti setiap instruksi yang terdapat pada label pembungkus. d. Bungkusan dengan lubang ventilasi harus selalu dalam keadaan tegak. 1. PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BARANG BERBAHAYA a. Melakukan identifikasi kebutuhan bahan, klasifikasi bahan, dan perencanaan penyimpanan. b. Menetapkan tugas dan wewenang personel pengelola, pemakai, dan pengawas. c. Menetapkan persyaratan penyimpanan B3 dimana setiap jenis bahan memiliki syarat penyimpanan tertentu. - Bahan beracun: ruangan dingin dan berventilasi, jauh dari sumber panas, terpisah dari bahan kimia lain yang reaktif, tersedia APD seperti masker, pakaian pelindung, sarung tangan, dll. - Bahan korosif: ruangan dingin dan berventilasi, wadah tertutup dan berlabel, terpisah dari zat beracun, tersedia APD seperti sarung tangan, masker, kaca mata, dll. - Bahan mudah meledak: ruangan dingin dan berventilasi, jauh dari sumber panas/api. - Bahan oksidator: ruangan dingin dan berisik, jauh dari sumber api/panas, dan dilarang merokok. - Bahan reaktif terhadap air: suhu ruangan dingin, kering dan berventilasi, bangunan kedap air, tersedia pemadam kebakaran (CO2 , halon, bubuk kering). - Bahan reaktif terhadap asam: ruangan dingin dan berventilasi, jauh dari sumber api dan panas, ruangan perlu dirancang agar
tidak terbentuk kantong-kantong hidrogen akibat reaksi dengan asam sehingga dapat mudah terbakar. - Gas bertekanan: Disimpan dalam keadaan tegak/berdiri dan terikat, ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari, jauh dari api dan panas, jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup d. Melakukan identifikasi substansi berbahaya di tempat kerja. e. Semua bahan kimia yang digunakan, yang akan digunakan, dan yang disimpan harus memiliki Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB). f. Seluruh instalasi listrik (lampu, sakelar, peralatan ventilasi, dan peralatan lain) harus kedap ledakan atau terlindung. g. Fasilitas harus dijaga kebersihannya dan harus ada alat untuk membersihkan mata atau tubuh dalam jarak 30 m. h. Kontainer harus diperiksa setelah diterima untuk memastikan isi, konsentrasi, dan kualitasnya memenuhi spesifikasi pembelian. i. Harus ada label yang dapat dibaca dan tahan lama pada seluruh kontainer. j. Penampung sekunder/palet harus tersedia untuk penyimpanan cairan berbahaya untuk mencegah terjadinya kontaminasi tanah dan air. k. Terdapat rambu peringatan yang dapat dilihat dengan jelas untuk sumber bahaya bahan kimia dan kebakaran. l. Material yang dapat menyala dan terbakar harus dipisahkan dari bahan pengoksidasi, reaktif, dst. m. Terdapat absorben material (penyerap) dan pembersih harus tersedia untuk digunakan apabila terjadi tumpahan atau ceceran. n. Harus dilakukan pemeriksaan rutin atas daerah penyimpanan untuk mengetahui apakah telah terjadi kebocoran, untuk mengetahui kondisi kontainer dan produk yang sudah kadaluwarsa.
o. Daftar bahan kimia yang selalu diperbarui dalam inventaris p. Bejana harus dilindungi dari sinar matahari langsung q. Kontainer, drum atau dispenser, apabila sedang tidak digunakan, harus ditutup dengan tutup rapat.
Bekerja tanpa keselamatan kerja adalah bekerja dengan kematian di ujungnya Know safety no injury. No safety, now injury