The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Islam telah mengalami kemajuan dan kemunduran dalam sejarah. Di masa kejayaannya, Islam memiliki peradaban yang sangat berkembang pesat baik di bidang keilmuan, ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Namun, kejayaan tersebut tak berlangsung selamanya. Islam pernah berada dalam masa-masa keterpurukan dikarenakan bobrok nya kondisi internal umat pada saat itu yang akhirnya menyebabkan benteng umat Islam tak mampu menahan gempuran pasukan Salib dari Barat.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by LDK Syahid, 2022-11-25 10:30:25

Rekonstruksi Pemikiran Sebagai Pondasi Pembaharuan Peradaban Islam

Islam telah mengalami kemajuan dan kemunduran dalam sejarah. Di masa kejayaannya, Islam memiliki peradaban yang sangat berkembang pesat baik di bidang keilmuan, ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Namun, kejayaan tersebut tak berlangsung selamanya. Islam pernah berada dalam masa-masa keterpurukan dikarenakan bobrok nya kondisi internal umat pada saat itu yang akhirnya menyebabkan benteng umat Islam tak mampu menahan gempuran pasukan Salib dari Barat.

Sebagai Pondasi Pembaharuan Peradaban Islam

© PABK LDK SYAHID UIN JAKARTA

REKONSTRUKSI PEMIKIRAN SEBAGAI PONDASI
PEMBAHARUAN PERADABAN ISLAM

Muhammad Putra Perdana Maulana
Feby Anggrela

Islam telah mengalami kemajuan dan kemunduran
dalam sejarah. Di masa kejayaannya, Islam memiliki peradaban
yang sangat berkembang pesat baik di bidang keilmuan, ekonomi,
sosial, politik, dan budaya. Namun, kejayaan tersebut tak
berlangsung selamanya. Islam pernah berada dalam masa-
masa keterpurukan dikarenakan bobrok nya kondisi internal umat
pada saat itu yang akhirnya menyebabkan benteng umat Islam
tak mampu menahan gempuran pasukan Salib dari Barat.
Keberadaan Dinasti Fatimiyyah di Timur yang menimbulkan
kontroversi di kalangan umat Islam juga berkontribusi dalam
melemahnya pengaruh Islam pada saat itu. Hal ini membuat
banyak wilayah-wilayah umat Islam diakui sisi oleh musuh,
termasuk Palestina. Kondisi ini menghadapkan umat Islam pada
sebuah tantangan untuk melakukan suatu perubahan demi
bangkitnya kembali kejayaan Islam di masa mendatang.

Salah satu tokoh pembaharu yang berusaha untuk
membawa umat Islam keluar dari keterpurukan tersebut adalah
Imam Al-Ghazali. Ia melakukan uzlah untuk kemudian kembali
memperbaiki peradaban Islam dengan mencetak banyak karya
monumental. Imam Al-Ghazali mendirikan madrasah yang
dirancang guna menawarkan kepada umat Islam akan
pengajaran-pengajaran agama Islam yang ia anggap murni dan

2

bebas dari kontaminasi pemikiran filsafat barat yang merajalela
pada saat itu.

Imam Al-Ghazali memulai upaya pemurnian nya
dengan mengkritik dan mendekontruksi filsafat barat Aristotelian
yang dibawa oleh Ibnu Sina dan Al-Farabi lewat karyanya at-
Tahafut al Falasifah. Walau ia mengecam keras campur tangan
filsafat dalam agama Islam, namun ia tidak sepenuhnya
menentang filsafat tersebut. Dalam karyanya yang lain berjudul
Ihya Ulumuddin, ia membolehkan beberapa hal dari filsafat seperti
ilmu hitung.

Dari madrasah yang didirikan oleh Imam Al-Ghazali
tersebut kemudian lahir figur-figur penerus jalan beliau
diantaranya adalah Syekh Abdul Qadir Al-Jilani. Beliau pada saat
itu juga meniru model dakwah yang dilakukan oleh Al-Ghazali
meskipun tidak berguru secara langsung, yakni dengan
mendirikan madrasah yang menawarkan sistem dan kurikulum
pendidikan berdasarkan agama Islam yang murni dengan
mengintegrasikan akidah, tazkiyatun nafs, dan fiqih. Madrasah
tersebut dibangun dengan satu tujuan yang sama yakni untuk
melakukan sebuah pembaharuan yang disatukan dalam satu
jejaring. Hal ini membuat semua madrasah saling terkoordinasi
satu sama lain dengan pusat operasionalnya terletak di Baghdad.

Satu hal yang menyebabkan madrasah
pembaharuan kian menjamur ialah kurikulum nya yang selalu
menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pada
saat itu. Sehingga, ceramah-ceramah yang disampaikan oleh
para ulama pembaharuan selalu menjadi “obat” bagi “penyakit”
yang menerpa masyarakat pada saat itu. Barangkali, jika kita
refleksikan dengan gerakan aktivis dakwah kontemporer, inilah

3

yang masih gagal kita lakukan, yakni menerjemahkan solusi bagi
permasalahan umat dengan kemasan yang membumi sehingga
dapat diterima masyarakat luas.

Secara garis besar ada dua metode dakwah yang
dilakukan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jilani. Pertama adalah melalui
pengajaran dan pendidikan, yang terdiri dari pendidikan agama
dan budaya, pendidikan mental, dan pengajaran bidang sosial.
Sedangkan metode kedua adalah ceramah kepada masyarakat
umum yang selalu menyasar pada isu-isu ke-ummatan. Abdul
Qadir berhasil menghasilkan para pembelajar yang semula hanya
berjumlah 2 orang, berkembang pesat hingga mencapai angka
70.000 murid yang dibina langsung olehnya di madrasah.

Dengan demikian, aspek pembaharuan terutama
bidang pendidikan dalam Islam telah banyak membawa
perubahan pemikiran umat Islam dalam praktik keislamannya.
Jika kita korelasikan dengan zaman sekarang, sangat penting
untuk melakukan penguatan kembali pemikiran Islam di tengah
invasi intelektual dan gempuran perang pemikiran yang sangat
gencar digaungkan oleh berbagai kalangan. Oleh karena itu,
seorang muslim harus mampu untuk dapat memiliki pandangan
dunia keislaman yang kuat dan pada saat yang sama siap
menghadapi tantangan dunia modern dengan ilmu dan keahlian.
Sehingga, sayap peradaban Islam yang memudar dapat kembali
bangkit untuk menebar kebaikan di seluruh muka bumi.

4

LDK Syahid

UIN JAKARTA


Click to View FlipBook Version