23/07/23, 05.56 Sejarah Terbentuknya JQHNU (1) | NU Online Jabar https://jabar.nu.or.id/sejarah/sejarah-terbentuknya-jqhnu-1-1FTuf 1/2 SEJARAH Sejarah Terbentuknya JQHNU (1) Jumat, 14 Januari 2022 | 09:00 WIB Bandung, NU Online Jabar Jam’iyyatul Qurra wal Huffaz Nahdlatul Ulama (JQHNU) merupakan salah satu badan otonom (banom) Nahdlatul Ulama yang beranggotakan para qari-qariah, hafiz-hafizah, para pecinta Al-Qur’an yang bernaung di bawah Nahdlatul Ulama (NU). Menurut Ensiklopedia NU (NUPedia), sebenarnya telah berkembang komunitas-komunitas penghafal dan pecinta seni membaca Al-Qur’an di Indonesia meskipun berskala lokal. Pada abad 19, di sejumlah daerah telah muncul perkumpulan ahli qurra wal huffaz, antara lain: 1. Jam’iyyatul Huffaz di Kudu, Jawa Tengah 2. Nahdlatul Qurro di Jombang, Jawa Timur 3. Wihdatul Qurra di Sulawesi Selatan 4. Persatuan Pelajar Ilmu Qira’atil Qur’an di Banjarmasin 5. Madrasatul Qur’an di Palembang 6. Jam’iyatul Qurra di Medan Setelah Indonesia merdeka, KH A Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama (Menag) memiliki inisiatif membentuk organisasi ahli qurro wal huffaz yang sifatnya nasional. KH Wahid Hasyim sangat mendukung upaya pengembangan seni baca dan penghafalan Qur’an karena ia merupakan pecinta seni ini sekaligus seorang yang hafal Al-Qur’an 30 Juz. Idealnya tentang pendirian organisasi ini dicetuskan pada 17 Ramadhan 1370 H di kediamannya dalam sebuah acara buka puasa bersama sekaligus acara haul salah satu orang tuanya. Ia mengusulkan nama Jam’iyyatul Qurra wal Huffaz. Ia kemudian membentuk sebuah tim yang dipimpin oleh KH Abu Bakar Aceh untuk menyusun AD/ART, membentuk komisariat di wilayah provinsi, kabupaten dan kota besar, persiapan kongres pertama, menghubungi para ulama qurra wal huffaz dan melengkapi susunan pengurus besar.
23/07/23, 05.56 Sejarah Terbentuknya JQHNU (1) | NU Online Jabar https://jabar.nu.or.id/sejarah/sejarah-terbentuknya-jqhnu-1-1FTuf 2/2 Editor: Agung Gumelar Setelah bekerja mempersiapkan diri, Jam’iyyatul Qurra wal Huffaz diresmikan oleh KH Wahid Hasyim dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1371 H bertepatan dengan 15 Januari 1951 di rumah H Asmuni di Sawah Besar Jakarta. Adapun berikut ini susunan pengurus JQHNU periode 1951-1953: 1. Penasihat a. KH Abdul Wahab Hasbullah b. KH A Wahid Hasyim c. KH A Abdul Karim d. KH Djamhur 2. Pengurus Harian (Pengurus Besar) a. Ketua Umum: KH Abu Bakar Aceh b. Ketua I: KH Darwis Amini c. Ketua II: KH Nazaruddin Latif d. Sekretaris I: Muhammad Nur e. Sekretaris II: KH Tb Manshur Ma’mun f. Bendahar I: H Asmuni g. Bendahara II: H Abdul Karim Martam 3. Anggota a. KH M Karim Bakri b. KH M Roji’un c. KH A Nahrawi d. Zainal Arifin Datuk e. Rd A Djawahir Dahlan f. Abdullah Lidi g. Sayyid Ubaidillah Assirry h. Sayyid Hasan Alaidrus i. KH Muhammad Saleh j. KH Muhamad Djunaidi Dengan keseriusan dan kerja keras, hanya dalam waktu satu tahun, organisasi ini telah mampu membentuk 50 wilayah dan cabang di seluruh Indonesia. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan lembaga ini adalah mengadakan seleksi terhadap qari yang akan membacakan Al-Qur’an di sejumlah radio di tanah air seperti RRI Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Palembang. Mereka juga dipercaya oleh Kementerian Agama cq Lajnah Pentashih Al-Qur’an untuk menjadi anggota tema Pentashih AlQur’an dan menyelenggarakan kursus kader qari. (Bersambung)
23/07/23, 05.58 Sejarah Terbentuknya JQHNU (2) | NU Online Jabar https://jabar.nu.or.id/sejarah/sejarah-terbentuknya-jqhnu-2-iSwAx 1/3 SEJARAH Sejarah Terbentuknya JQHNU (2) Sabtu, 15 Januari 2022 | 08:00 WIB Bandung, NU Online Jabar Mengingat pesatnya perkembangan wilayah dan cabang, selanjutnya dilakukan kongres pada 1-6 Desember 1953 untuk melakukan penyusunan program baru dan penyegaran kepengurusan. Kongres ini dihadiri oleh 10 komisariat (wilayah) provinsi dan 86 cabang dengan keputusan: 1. Organisasi dan himpunan apapun yang bersifat dana dan usahanya sama, berfungsi menjadi satu dengan Jam’iyyatul Qurra wal Huffaz yang bersifat sosial pendidikan dan tidak berafiliasi dengan partai politik manapun. 2. Memilih dan mengesahkan Pengurus Besar periode 1953-1956. 3. Menetapkan lima belas orang qari untuk mendapat piagam dari Menteri Agama. Baca: Sejarah Terbentuknya JQHNU (1) Dalam kongres tersebut terpilih ketua umum KH Tb Ma’mun sedangkan KH Abu Bakar Aceh menjadi salah satu penasihat. Para qari terbaik yang mendapatkan penghargaan tersebut adalah: 1. KH Utsman Fatah, Meda 2. KH A Rasyid Siddiq, Palembang 3. KH Yusuf Umar, Palembang 4. KH Muh Daud Al Hafidz, Jambi 5. KH Bustomi Ahmad, Barabai Kalimantan Selatan 6. KH Madwan Amin, Banjarmasin 7. KH Abdul Rasyid Abul Hasan, Samarinda 8. KH Muhmmad Siraj, Ciamis, Jawa Barat
23/07/23, 05.58 Sejarah Terbentuknya JQHNU (2) | NU Online Jabar https://jabar.nu.or.id/sejarah/sejarah-terbentuknya-jqhnu-2-iSwAx 2/3 9. KH RA Jawahir Dahlan, Cirebon, Jawa Barat 0. KH Muhammad Arif, Serang Banten 1. KH A Nahrawi, Jakarta 2. KH Tb Mansur Ma’mun, Jakarta 3. KH Abdul Karim, Gresik 4. KH Ahmad Damanhuri, Malang 5. 15. KH Ahmad Baharuddin, Pasuruan Setelah kongres tersebut, aktivitas organisasi semakin meningkat. Konferensi di tingkat wilayah dan cabang dilakukan di daerah-daerah dengan dihadiri Pengurus Besar. Salah satu anggota Pengurus Besar juga diajak sebagai delegasi seni dan kebudayaan ke Pakistan Timur (Bangladesh), Burma dan singgah di Brunei Darussalam. Jam’iyyatul Qurra juga mengusulkan agar imam masjid di kabupaten dan kota besar diangkat dari anggotanya serta meminta agar di SD/MI dan Mts, diangkat guru negeri yang mengajarkan Al-Qur’an dari anggotanya. Selain itu, mendorong pengajaran Qur’an di lingkungan penjara, panti sosial, tunanetra dan lainnya. Atas prakarsa organisasi ini juga, diusulkan adanya Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), yang diawali dari MTQ antar pondok pesantren se-Indonesia dalam rangka Kongerensi Islam Asia Afrika (KIAA) di Bandung tahun 1964, yang kemudian menjadi kegiatan resmi Departemen Agama RI sejak tahun 1968 sampai sekarang serta pendirian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri no 19 th 1977/151-1977. Perubahan sikap dari organisasi independen menjadi salah satu badan otonom NU ke-30 di Lirboyo Kediri statusnya berubah menjadi lembaga NU. Lima tahun kemudian, pada muktamar NU Boyolali, Solo tahun 1999 statusnya kembali menjadi badan otonom. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) nasional sejak tahun 1968 sampai waktu yang cukup lama mengambil alih tugas JQHNU untuk melaksanakan MTQ antar pondok pesantren. Saat itu pula, JQH bisa dikatakan “mati suri”. Lalu pada tahun 1992, saat KH Abdurrahman Wahid menjadi ketua umum PBNU, JQH kembali diaktifkan. Pada tahun 1999, JQH mengadakan MTQ antar pondok pesantren di Garut, Jawa Barat. Dalam sejarahnya, MTQ antar pondok pesantren yang digelar JQH ini, melahirkan qari-qari dan ulama Al-Qur’an bertaraf nasional dan internasional, seperti KH Abdul Aziz Muslim (Tegal), KH Ahmad Syahid (Bandung), KH Tb Abas Saleh Ma’mun (Banten), KH M Yusuf Dawud (Jawa Timur) H Muammar ZA (Pemalang), Hj Maria Ulfa (Lamongan), dan lain-lain. Mereka kemudian berhasil dan mencetak kader-kader bangsa, ulama yang hadal Al-Qur’an dan sanggup menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat. Pertengahan Februari 2012, delegasi dari JQHNU mengukir prestasi membanggakan. Satu orang qari bernama Ja’far Hasibuan dan qariahnya bersama Sri Wajyumi, juara pertama pada MTQ Internasional yang diselenggarakan di Kota Qum, Iran. Pada 2019, kader JQHNU bernama Salman Amrillah juga kembali mengharumkan nama Indonesia dengan meraih juara pertama pada MTQ International yang diikuti perwakilan dari 84 negara pada 8-15 April di Kota Teheran, Iran. Berikut Nama-nama Ketua Umum JQH dari masa ke masa: 1. KH Abu Bakar Aceh (1951-1959) 2. KH Tb Abbas Sholeh Ma’mun (1959-1992) 3. KH Nu’man Thahir (1992-2002) 4. Prof Dr KH Said Aqil Munawwar (1999-2002) 5. KH Muhammad Zen (2002-2018) 6. KH Saifullah Ma’shum (2018-2023) Editor: Agung Gumelar
23/07/23, 05.58 Sejarah Terbentuknya JQHNU (2) | NU Online Jabar https://jabar.nu.or.id/sejarah/sejarah-terbentuknya-jqhnu-2-iSwAx 3/3 Editor: M. Rizqy Fauzi