B A H A N A J A R Building Learning Comitment (BLC) Oleh: DR. Khobibah, S.Ag, M.A,M.H.I Disampaikan Pada Pelatihan Kerukunan Umat Beragama (KUB) Di. Kemenag Kota/Kab Blitar April 2024
1 BUILDING LEARNING COMMITMENT Pelatihan Kerukunan Umat Beragama Tahun 2024 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila tercipta suasana senang, segar tapi fokus (Fun, Fresh and Focus). Apalagi materi yang diarahkan untuk pembentukan sikap dan prilaku. Fun atau menyenangkan, apabila pelaku pembelajaran merasa gembira, bebas berekspresi, rileks, dapat mengungkapkan pendapat, tanpa ada perasaan tertekan dan merasa dihargai. Menyenangkan juga dalam arti merasa lepas, bebas dari tekanan baik fisik maupun non fisik kita. Peserta Diklat EvaluasiPembelajaran yang akan mengikuti pelatihan dalam waktu yang lama, harus disiapkan secara fiaik, mental dan emosional secara mantap agar dapat mengikuti seluruh program secara baik. Suasana penting yang perlu disiapkan adalah kemampuan berinteraksi dengan sesama teman peserta, dengan panitia maupun dengan fasilitator. Untuk lebih berkemampuan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memperlancar hubungan serta bekerjasama dengan pihak-pihak dimana peserta harus berhubungan, peserta perlu memahami siapa dirinya dan siapa
2 orang lain. Bagaimana aturan main yang harus diikuti, bagaimana cara bekerjasama yang saling menguntungkan, cara berprilaku dan bersikap agar peserta dapat mengikuti program dengan baik. Building Learning Commitment menyiapkan peserta agar dapat saling percaya (trust), memiliki sikap terbuka dan menghargai keterbukaan (openness), rasa tanggung jawab (responsibility), dan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari yang lain (interdependency). Keberhasilan Building Learning Commitment akan mempengaruhi keberhasilan program secara keseluruhan. Diharapkan dengan Building Learning Commitment interaksi sesama peserta, peserta dengan panitia, peserta dengan fasilitator terbina dengan baik dan semakin lancar, akrab, serta saling mengerti sifat masingmasing, sehingga suasana diklat lebih kondusif. Lebih jauh diharapkan, melalui Building Learning Commitment bertambahnya pengetahuan peserta (knowledge), keterampilan (skill) dan terbentuknya sikap dan prilaku (attitude) selama mengikuti pelatihan (temporary system) akan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, baik di lingkungan kerja maupun di tengah masyarakat, utamanya melekat pada dirinya sebagai Pegawai Negeri Sipil. Melalui mata diklat Building Learning Commitment peserta diajak lebih mengenal diri sendiri, mengenal diri orang lain dengan lebih baik,
3 memiliki komitmen, memiliki keterampilan bagaimana bekerjasama dalam kelompok, jiwa kepemimpinan, terampil berkomunikasi, disiplin dan tanggung jawab, sehingga proses pembelajaran dalam diklat dapat berjalan efektif dan menyenangkan bagi seluruh peserta diklat. B.Deskripsi Singkat Mata Diklat Building Learning Commitment ini membahas tentang mengenal diri dan orang lain, Mengenal Gaya Belajar dan membangun komitmen belajar C. KompetensiDasar Setelah Mengikuti Pembelajaran Diharapkan Peserta pada akhir pembelajaran mampu merumuskan komitmen belajar (Learning Commitment) yang disepakati dan dipatuhi bersama selama diklat berlangsung. D. IndikatorPencapaian Setelah selesai pembelajaran peserta dapat : 1. Mengenal diri dan mengenal orang lain dengan lebih baik; 2. Mempersiapkan diri untuk tahu, mau dan mampu menciptakan perubahan diri untuk proses pembelajaran; 3. mempersiapkan diri untuk mengenal potensi , kemampuan adan kelemahan pribadi dalam berbagai dimensi kajian;
4 4. mempersiapkan diri untuk dapat berperan optimal dalam setiap kerjasama pembelajaran kelompok; 5. mempersiapkan diri untuk dapat berperan optimal dalam kelompok yang mapan, matang dan efektif E. Pokok Bahasan 1. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain 2. Membuat yel yel 3. Membetukpenguruskelas 4. Membangun Komitmen Belajar
5 BAB II MENGENAL DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Dalam suatu kelompok di mana anggotanya baru pertama kalinya bertemu dan belum saling mengenal satu sama lain, pikiran mereka akan terpusat pada pertanyaan-pertanyaan berikut. Siapakah orang lain di sini? Apakah mereka dapat dipercaya? Dari manakah mereka? Siapa namanya? Datang dari mana? Berapa umurnya? Dan berbagai pertanyaan akan berkecamuk dalam pikiran mereka. Proses ini biasanya menyerap tenaga peserta yang akan berpengaruh dalam proses pembelajaran dan kerjasama diantara peserta. Setiap kali kita bertemu dengan orang yang baru kita kenal, maka kesan pertama kita akan orang tersebut banyak dipengaruhi oleh penampilan, cara ia berbicara, tertawa, berpakaian dan sebagainya. Biasanya kesannya bisa positif dan bisa negatif atas orang lain. Dan itu berpengaruh terhadap sikap dan pandangan kita terhadap yang bersangkutan. Oleh karena itu, diperlukan beberapa waktu untuk membuktikan apakah kesan atau pandangan kita itu benar. Semakin baik
6 peserta saling mengenal, semakin kompak mereka dan semakin efektif proses kerjasama dan proses pembelajaran yang terjadi. Adapun langkahlangkah dalam membina kekompakan tersebut dan peserta siap untuk memulai proses pembelajaran, sebagai berikut: A. Pencairan Kelas Kegiatan awal yang perlu dilakukan adalah pencairan kelas atau “bina suasana”. Kegiatan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta memulai pelajaran. Di sini dimaksudkan untuk mencairkan suasana agar hubungan antar peserta dan peserta fasilitator terbina dengan baik, sehingga siap untuk belajar. Dengan bina suasana ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana aman dan penuh kepercayaan diantara peserta dan widyaiswara. Dengan merasa senang, bebas dari tekanan fisik maupun mental emosional, memungkinkan peserta belajar lebih efektif dan menyerap serta mengingat sejumlah besar materi dengan baik. Mengapa demikian? Karena dalam keadaan seperti ini, peserta bisa memanfaatkan seluruh potensi otaknya. Kuncinya adalahnya membangun ikatan emosional dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan dan menyingkirkan segala macam ancaman. Proses belajar dapat diibaratkan sebuah mobil, akan dapat melaju dengan semua silinder, jika dimulai dari gigi pertama (menyingkirkan ancaman) dan berusaha masuk ke kondisi
7 HOTS (Quantum Teaching, Bobby DePorter dkk). Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau keterampilan Berfikir Orde Tinggi. Ini tidak akan dapat dicapai dalam suasana penuh tekanan fisik dan emosional, karena ketika otak menerima ancaman atau tekanan, kapasitas saraf untuk berfikir rasional mengecil. “Otak dibajak secara emosional” (Goleman, 1995) menjadi mode bertempur atau kabur dan beroperasi pada tingkat bertahan hidup. Oleh karena itu, bina suasana atau pencairan kelas adalah sesuatu yang mutlak diperlukan agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. B. Mengenal Diri Agar dapat mengembangkan diri, setiap orang hendaknya mengenal dirinya dengan baik, mengenal potensi-potensi yang dimilikinya, baik potensi yang positif maupun potensi yang negatif. Dengan mengetahui potensi yang positif akan diketahui apa yang harus dikembangkan atau dioptimalkan dan yang negatif akan dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Dengan mengenal diri secara lebih baik, peserta dapat memahami dengan jelas apa faktor-faktor yang menunjang keberhasilan dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan yang pernah dialami. Dengan mengenal dirinya secara lebih baik, peserta mengetahui apa yang ingin dicapai atau yang dicita-citakan, sehingga dapat menetapkan tujuan hidupnya secara lebih realistis. Penetapan tujuan ini akan mendorong atau memotivasi seseorang berbuat lebih baik lagi. Dengan jelasnya tujuan yang
8 ingin dicapai seseorang akan jelas hendak melangkah ke mana. Tanpa tujuan yang jelas, seseorang juga tidak akan jelas akan melangkah ke mana. C. Mengenal Orang Lain Kerjasama yang efektif dan kelompok yang sinergis akan terbentuk kalau masing-masing anggota kelompok saling mengenal dengan baik. Saling memahami apa kelebihan-kelebihan yang dimiliki dan apa kekurangan-kekurangan anggota kelompok. Kelompok ini akan sinergis, kalau diantara masing-masing anggota kelompok dapat menerima anggota kelompok lainnya dengan segala kelebihan dan segala kekurangan serta kommit untuk melaksanakan sesuatu sesuai dengan kemampuankemampuan yang ada. Kelompok akan efektif bahkan sinergis kalau diantara masing-masing anggotanya ada saling mempercayai satu dengan lainnya (trust), memiliki sikap keterbukaan (opennes), memiliki rasa tanggung jawab (responsibility) dan merasa bahwa dirinya bagian integrasi dari yang lainnya (interdependency). Ini akan dapat dicapai kalau sesama anggota kelompok saling mengenal dengan baik. Oleh karena itu, ada upaya yang perlu dilakukan untuk mengenal orang lain agar kita bisa memahami orang lain dengan baik. Stephen R Covey dalam bukunya “The Seven Habbits of Highly Effective People” mengatakan bahwa “berusahalah mengerti orang lain terlebih dahulu, baru kita berharap kita bisa dimengerti orang lain”
9 BAB III MEMBENTUK PENGURUS KELAS Pembentukan pengurus kelas dilakukan secara terbuka dengan penunjukan langsung oleh parta peserta diklat dalam materi ini.Pembentukan kelas ini dalam rangka untuk menentukan siapakah yang bertanggung jawab terhadap urusan teknis dalam kelas. BAB IV MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR A. Pentingnya Membebagun Komitmen Belajar Salah satu teknik untuk mempercepat proses penyesuaian diri dengan lingkungan baru dalam suatu training atau pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah dengan BLC. Dalam suatu diklat, BLC digunakan sebagai suatu metode atau proses. Sebagai metode, BLC digunakan untuk membuat para peserta lebih mengenal siapa dirinya dan siapa temannya, berinteraksi dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Peran BLC dalam Diklat adalah mencairkan suasana, mengenal kekuatan, dan kelemahan pribadi, mengenal kekuatan dan kelemahan orang lain, berkomunikasi secara efektif, menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan, menetapkan norma dalam belajar, membina
10 kelompok yang efektif, dan mensukseskan seluruh kegiatan belajar selama diklat berlangsung. Sedangkan sebagai suatu proses, BLC dapat digunakan sebagai usaha agar setiap individu dalam kelas berpartisipasi aktif. Jadi BLC pada dasarnya merupakan metode dan proses yang bertujuan meningkatkan nilai kerjasama kelompok, dimana antar anggotanya saling berinteraksi sehingga timbul pengaruh tingkah laku secara timbal balik, baik antara individu yang satu terhadap individu yang lain atau antara individu dengan kelompok secara keseluruhan. BLC dipandang sebagai salah satu teknis berhubungan antara manusia dengan maksud agar kualitas hubungan individu dalam kelompok tersebut dapat mengarah kepada perubahan tingkah laku yang positif melalui pendekatan andragogi di mana peserta yang lebih berpartisipasi aktif dalam program pembelajaran. Belajar terbaik bagi orang dewasa adalah belajar melalui pengalaman (Exsperiencing). Belajar melalui pengalaman berarti belajar berhadapan langsung dengan masalah praktis, masalah social yang nyata, dan berupaya untuk memecahkannya. Cara belajar berdasarkan pengalaman akan memberikan makna bagi peserta. Tentu saja pembelajar harus berperan aktif dalam situasi pembelajaran yang disiapkan oleh pengelola atau Widyaiswara yang bertindak sebagai fasilisator. Pembelajar didorong untuk berprakarsa, mengajukan usul, menemukan cara terbaik untuk mempelajari suatu bahan. Karena itu, dalam pelaksanakan BLC pada diklat, lebih banyak memberi kesempatan kepada peserta untuk mengalami / melakukan kegiatan, setelah itu baru diproses, sesuai dengan siklus belajar melalui pengalaman. Proses ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa dengan melakukan/mengalami maka “Pelajaran” akan tercapai/terkesan lebih lama
11 dan mendalam pada diri peserta. BLC sebagai proses dalam diklat biasanya orientasinya lebih kepada pengembangan ranah rasa (afektif). Jadi kegiatan BLC memang berlatar belakang bahwa peserta akan belajar melalui pengalaman dimana peserta akan dapat belajar memahami betul maknah dari setiap kegiatan. BLC karena mereka mengalami sendiri, bukan hanya mendengar atau melihat. Fasilitator hendaknya berupaya untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif agar setiap orang dapat mengembangkan kemampuannya sebaik mungkin. Tujuan Pembelajaran umum dan khusus dari setiap mata pelajaran perlu diketahui dan ditangkap dengan jelas oleh setiap peserta didik. Agar tujuan pembelajaran tercapai, sumber pembelajaran perlu diorganisasikan sebaik-baiknya, agar memberikan manfaat optimal bagi proses dan hasil pembelajaran. B. Daur Belajar Melalui Pengalaman Belajar melalui pengalaman akan efektif apabila dilakukan melalui lima tahapan yang merupakan sebuah daur (Cycle) dan disebut daur belajar melalui pengalaman. Tahapan daur belajar melalui pengalaman tertuang dalam gambar di bawah ini. Mengalami Menerapkan Mengungkapkan
12 Menggeneralisasikan Mengolah/menganalisa Gambar. Daur Belajar Melalui Pengalaman Daur belajar melalui pengalaman (Experience learning cycle) dilakukan dalam situasi yang dibuat atau dipolakan (Structured Experience). Pola daur belajar melalui pengalaman dilakukan karena peserta diklat adalah orang dewasa yang telah memiliki berbagai pengalaman yang berbeda dan beragam. Peserta deberi kesempatan untuk bertukar pengalaman (sharing experiences). Dan semua peserta diperlakukan sebagai narasumber, tugas widyaiswara sebagai fasilisator. Daur belajar melalui pengalaman mengikuti urutan dari mengalami (experiencing), mengungkapkan pengalaman, pikiran dan perasaan (Publishing), mengolah dan menganalisis pengafaman (analyzing), menggeneralisasikan pengalaman kedalam prinsip umum (generalizing), dan mengaplikasi prinsip umum kepada situasi baru (application the new principles to new situation). Apa yang kita artikan dengan komitmen (commitment) komitmen atau keikatan adalah janji atau kesanggupan yang pasti untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kelas dalam suatu diklat dapat dianggap sebagai kelompok social yang memiliki batasan atau aturan yang perlu ditaati oleh semua anggota yang tergabung didalamnya, agar tujuan pembelajaran, yang merupakan kepentingan bersama tercapai dengan sebaik-baiknya dan berkualitas. Di dalamnya ada norma yang mengandung nilai. Sesuatu yang dilarang norma berarti mengandung nilai buruk bagi kelompok. Yang di haruskan dan dituntut untuk ditaati dan dilaksanakan, mengandung nilai baik. Norma merupakan aturan main yang perlu di taati,
13 dan semua anggota kelompok harus komit terhadap norma yang disepakati bersama. Pembinaan komitmen belajar (Building Learning Commitment) berperan untuk mencairkan suasana yang kaku karena antar peserta diklat belum saling mengenal, menyiapkan mereka agar dapat berkomunikasi, dan bertukar pengalaman secara terbuka, menciptakan suasana belajar yang menggembirakan dan menyenangkan, menetapkan nilai belajar yang disepakati bersama, membina kelompok yang berfungsi efektif sinergis, dan bertekad untuk mensukseskan proses pembelajaran yang berkualitas. Hal ini akan tercapai apabila antar peserta diklat telah tumbuh perasaan saling mempercayai, adanya sikap keterbukaan, bertanggung jawab, dan tumbuh rasa saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya. Pengenalan diri sendiri adalah suatu langkah awal untuk dapat menjadi individu yang berhasil dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Individu yang berhasil dalam berinteraksi dengan lingkungannya adalah individu yang di butuhkan, diharapkan disenangi oleh lingkungan karena dapat memberi manfaat dan arti positif bagi kualitas kehidupan alam semesta dan kualitas pribadinya. Usaha ini akan berhasil apabila usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan akal sehatnya. Maka melalui penggunaan akal sehat individu manusia dapat melakukan usaha pengenalan diri sendiri sehingga keberadaannya akan diterima baik oleh lingkungan. Diterima oleh lingkungan itu merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selaku makhluk social. Sehubungan dengan hal tersebut, banyak dikembangkan beberapa instrument yang dapat membantu seseorang mengenali diri sendiri, dari berbagai aspek potensi. Disamping dengan usaha pengisian kuisioner, usaha pengenalan diri juga dapat dilakukan melalui kegiatan perenungan atau
14 intropeksi atau bias juga melalui masukan/pendapat dari orang lain yang dianggap cukup mengenal diri sendiri. Antar individu akan terjadi rekatan (komitmen) apabila setiap orang dapat mengenal dirinya sendiri dan mengenal orang lain (teman satu kelasnya) dengan baik. Salah satu alat yang biasa dipakai adalah dengan menggunakan simulasi coat of arms. Dengan saling mengenal kekuatan dan kelemahan diri setiap orang akan bias berkomunikasi denagnbaik dan proposional, dan akan mampu bekerjasama dengan tim yang solid. Pengenalan orang lain diperlukan agar individu dapat menyesuaikan diri dengan orang lain tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas indifidu dan kelompok. Dalam kegiatan BLC pengenalan orang lain dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi kelompok atau kesempatan memperkenalkan diri pada setiap peserta. Setiap tim terdiri atas dua orang atau lebih yang bekerjasama atas dasar saling mempercayai, saling menghargai, saling membantu, saling belajar, dan saling pengertian dalam suasana yang menyenangkan dan menyelesaikan suatu tugas atau suatu masalah tertentu. Didalam tim perlu dipupuk rasa kebersamaan, keakraban, tukar menukar pengetahuan, dan tukar menukar pengalaman. Dalam operasionalisasinya terlibat unsure kepemimpinan, komunikasi, peran dan fungsi, serta pemecahan masalah dan pengambil keputusan. Terbinanya suatu tim yang kompak dimulai dari tahapan pembentukan tim (forming), pennggugahan (storming), penetapan norma (norming), pelaksanaan kegiatan (performing), dan mentransformasikan generalisasi prinsip kesituasi baru (transforming), Sebagai perekat tim adalah TORI yaitu saling mempercayai (mutual trust), keterbukaan jiwa (open Mindedness) bertanggung jawab (responsibility) dan saling
15 ketergantungan antar anggota yang satu dengan anggota yang lainnya dalam tim pembelajaran (interdependency). C. NORMA KELOMPOK Norma kelompok adalah sutau cara melihat atau memandang sesuatu yang dimiliki oleh suatu kelompok, berupa sikap, nilai ataupun aturan permainan bersama (adam T. Indrawijaya, 1986). Norma yang telah disetujui bersama atau kelompok tersebut selanjutnya berkembang secara bertahap dalam rangka mengatur perilaku positif para anggotanya. Norma kelompok diperlukan agar dapat memberikan arah dan isi tentang bagaimana anggota kelompok berinteraksi dan berprilaku. Norma kelompok tercipta karena adanya tujuan kelompok. Norma kelompok dapat dirumuskan atau dinyatakan dalam berbagai bentuk. Pada kelompok yang relative tidak terlalu formal, mungkin norma kelompok dinyatakan dalam bentuk consensus tak tertulis. Dalam kelompok formal dapat berupa peraturan, pedoman pelaksanaan, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, dsb. Norma kelompok selalu ada apapun bentuknya, karena norma kelompok dimaksudkan agar dapat mempengaruhi perilaku anggotanya. Perilaku anggota kelompok yang mengacu pada norma kelompok, dikenal sebagai perilaku normative. Tetapi, dalam kenyataan, tidak semua anggota kelompok berperilaku normatif. Hasil penelitian para ahli menunjukkan tentang kaitan antara norma kelompok dengan penyesuaian perilaku, sebagai berikut : “penyesuaian perilaku atau konformitas, adalah suatu modifikasi perilaku anggota sejalan dengan norma kelompok.
16 Modifikasi perilaku ini dapat saja terjadi secara lahirias saja (kompliansi) atau terjadi karena diterima dengan separuh, artinya baik lahiriah maupun batiniah (akseptasi)” Selanjutnya Stanley E Seashore mengemukakan bahwa tingkat keeratan hubungan dalam suatu kelompok menentukan norma kelompok mengenai tingkat prestasi seseorang atau kelompok. Hasil Penelitian seashore sampai kepada kesimpulan bahwa terdapat korelasi antara tingkat keeratan hubungan dengan tingkat-tingkat kepuasan anggota kelompok. Dari penugasan kelompok kepada para peserta diklat, aktivitas dapat dilanjutkan dengan kompetisi antar kelompok. Kompetisi ini tentu ada aturannya dan kelompok pada akhirnya diminta menggali pengalaman berkompetinsi tersebut. D. Merumuskan Komitmen Belajar 1. Coba saudara perhatikan gambar Coat of arms yang ada dihadapan saudara, Pada kotak persegi empat yang ada ditengah-tengah, tuliskan nama panggilan yang paling disenangi, dan paling mudah diingat-ingat oleh teman-teman, Tulislah nama anda tersebut dengan huruf balok dan cukup besar agar mudah dibaca 2. Pada kotak No. 1 tuliskan dua kebiasaan baik dalam belajar yang saudara miliki, yang mendorong kearah kesuksesan dalam belajar. 3. Pada kotak no 2 tuliskan dua kebiasaan buruk anda dalam belajar yang sering kali menghambat hasil belajar 4. Tulislah dua prinsip yang saudara tanamkan kepada anak, adik atau yang lainnya dirumah, pada kolom no.3 5. Tulislah pada kolom no 4, dua prinsip yang saudara tanamkan kepada bawahan atau teman di kantor tempat anda bekerja.
17 6. pada kolom no 5 tuliskanlah dua mata pelajaran yang paling anda sukai pada saat saudara belajar di sekolah (SD s.d. SLTA) 7. Pada kolom no. 6 tulislah dua mata diklat yang paling saudara sukai selama saudara mengikuti diklat (diklat apa saja dan kapan saja) Pada akhir kegiatan ini, peserta diminta untuk : Menyepakati dan komit terhadap beberapa prinsip belajar,misal berprilaku : 1. Berdisiplin dalam mengikuti diklat 2. Beranggung jawab 3. Tekun dalam belajar 4. Bertanya bila belum jelas 5. Memanfaatkan sumber belajar optimal 6. Saling membantu 7. Serius, Santai dan Selesai Dan tidak berprilaku 1. Malas 2. Acuh tak Acuh 3. sombong 4. Egois, dll Peran dan fungsi anggota tim 1. Perilaku individu yang berorientasi pada tugas, yaitu : • Pengambil inisiatif • Pencari informasi • Pengumpul pendapat • Pemberi informasi • Pencari pendapat • Pengolah dan elaborator (pemerinci) • Pengkoordinasi • Pengumpul atau penyimpul pendapat
18 2. Perilaku individu yang berorientasi pada pemeliharaan kelompok • Pendorong • Penjaga Pintu • Pembuat norma kerja • Pengikut • Pengekspresi perasaan kelompok 3. Perilaku individu yang berorientasi pada diri sendiri, yaitu : • Penentang dan pengkritik • Penghalang • Pendominasi • Penyaring • Pencari Simpati • Penyokong tertentu • Pengganggu • Pencari nama • Acuh tak acuh terhadap kegiatan kelompok yang sedang berlangsung COAT OF ARMS KEBIASAAN BAIK KEBIASAAN BURUK 1 2 PRINSIP PRINSIP YANG DITANAMKAN YANG DITANAMKAN KEPADA BAWAHAN / TEMAN 3 4 NAMA
19 MATA PELAJARAN MATA DIKLAT YANG PALING YANG PALING ANDA SUKAI ANDA SUKAI 5 6 BAB V PENUTUP Building Learning Commitment menyiapkan peserta diklat agar dapat saling percaya mempercayai (trust), memilki sikap keterbukaan (openness), memiliki rasa tanggung jawab (responsibility), dan merasa bahwa dirinya merupakan bagian integral dari yang lain (interdepedency). Dengan keempat sikap tersebut diharapkan peserta memiliki tingkat kesiapan yang cukup untuk mengikuti proses pembelajaran selanjutnya.
20 Oleh karena itu biasanya Building Learning Commitment ini diberikan pada awal mengikuti Diklat, sebagai proses pencairan suasana agar tercipta kondisi kesiapan peserta. Komitmen belajar disepakati bersama dan dipatuhi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dengan mengenal diri sendiri dan mengenal orang lain, diharapkan peserta dapat menempatkan diri yang meyesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajaran selama diklat berlangsung
21 DAFTAR PUSTAKA 1. Augus Helen, Kiat Memimpin Lokakarya, Seminar dan Pelatihan, Gagasan Informasi, Ilham, Arcan, 1996 2. DePoter Bobbi & Mike Hernacki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Terjemahan : Alawiyah Abdurrahman, Jakarta, KAIFA, 1999 3. Elis, Steven K, How to Strive Training Assigment, Reading Massachussetts; Addison Wesley Publishing Company, Inc, 1998 4. Poni, Tonny, Developing Effective Training Skills, London : Mac Graw Hill Book Company, 1991 5. Ramli, Haris. Dr., MSc, Dinamika Kelompok, Jakarta: Pusdiklat Departemen Agama, 2005 6. H. Ramli, Haris. Dr., MSc, H. M. Azam Romly, Drs., Building Learning Commitment (BLC), Jakarta: Pusdiklat Departemen Agama, 2006 7. Sri Martini, Dra., MPA, Sumarno, Drs., Dinamika Kelompok, Jakarta, Lembaga administrasi Negara RI, 2002