BMHS PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
Diagnosis: TATA LAKSANA KASUS
2021
1. Pengertian
(Definisi) PNEUMONIA COVID-19
Kode ICD X: n/a
1. Pneumonia COVID-19 Ringan (Koding INA-CBG = B34.2)
2. Pneumonia COVID-19 Sedang (Koding INA-CBG = B34.2)
3. Pneumonia COVID-19 Berat (Koding INA-CBG = B34.2)
4. Pneumonia COVID-19 berat dengan komplikasi (Koding INA-CBG = B34.2)
5. Co-insidens (Koding INA-CBG = B34.2)
6. Bayi baru lahir dengan kriteria suspek (Koding INA-CBG = P96.8)
7. Bayi baru lahir dengan hasil pemeriksaan penunjang positif COVID-19
(Koding INA-CBG = P39.8)
8. Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19
Pneumonia COVID-19 adalah peradangan pada parenkim paru yang diduga
disebabkan oleh SARS-CoV-2.
1. Pneumonia COVID-19 Ringan adalah peradangan pada parenkim paru yang
diduga disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang tidak membutuhkan perawatan
di Rumah Sakit
2. Dikatakan sebagai pneumonia COVID-19 berat jika termasuk ke dalam
Severe Acute Respiratory Infection (SARI) dengan :
- Riwayat demam atau saat pengukuran suhu tubuh ≥ 38 C dan batuk
- Onset dalam waktu 14 hari terakhir
- Membutuhkan perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit
3. Sedang Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan ATAU Anak-
anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit
2. Anamnesis bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda
pneumonia berat).
4. Komplikasi yang dimaksud dapat berupa:
- Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
- Sepsis
- Syok sepsis
- Komplikasi akibat penggunaan ventilasi mekanik invasif (IMV) yang
lama, ventilator-associated pneumonia (VAP), tromboemboli vena,
catheter-related bloodstream, stres ulcer dan pendarahan, saluran
pencernaan, kelemahan akibat perawatan di ICU, komplikasi lainnya
selama perawatan pasien.
5. Co-insidens adalah suatu keadaan dimana terdapat 2 (dua) penyakit atau
lebih yang terjadi dalam satu episode perawatan pelayanan COVID-19
secara bersamaan, tidak saling berhubungan, dan bukan merupakan
penyakit kronis sebelumnya.
6. Bayi baru lahir dengan kriteria suspek adalah Bayi yang lahir dari ibu
suspek/probable/konfirmasi dengan gejala atau tanpa gejala COVID-19
pada saat melahirkan sesuai dengan Pedoman Pelayanan Antenatal,
Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir.
1. Pasien Pneumonia COVID-19, SARI dan surveilans kasus COVID-19 dengan
gejala yaitu:
- Demam
- Batuk
- Pilek
- Nyeri tenggorokan
2. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan
transmisi lokal dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
3. memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal COVID-19 di
Indonesia dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
4. Riwayat kontak dengan pasien konfirmasi atau probabel COVID-19 dalam 14
hari terakhir sebelum timbul gejala
3. Pemeriksaan 5. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Adverse Events Following Immunization)
Fisik - Semua kejadian medis (sakit / kematian) yang tidak diinginkan
- Setelah imunisasi, sampai kurun waktu satu bulan setelah imunisasi
4. Kriteria - Diperkirakan sebagai akibat dari imunisasi
Diagnosis - Tidak selalu memiliki hubungan kausal
Ringan :
1. Kesadaran kompos mentis
2. Tanda vital: frekuensi nadi normal atau meningkat, frekuensi napas
normal atau meningkat, tekanan darah normal, suhu tubuh meningkat
3. Pemeriksaan fisis paru : Dapat ditemukan suara napas tambahan berupa
ronki basah kasar:
Sedang :
1. Kesadaran kompos mentis
2. Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan,
≥50x/menit ; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
Berat :
1. Kesadaran kompos mentis atau penurunan kesadaran yang tidak
membutuhkan ventilator
2. Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat,
tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat > 38 0C
3. Dapat disertai retraksi otot pernapasan
4. Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis dan
dinamis, fremitus mengeras, redup pada daerah konsolidasi, suara napas
bronkovesikuler atau bronkial, ronki kasar
Kasus COVID-19 ringan apabila :
1. Seseorang dengan demam atau riwayat demam; atau gejala infeksi saluran
pernapasan ringan seperti pilek/ batuk/ nyeri tenggorokan DAN tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan, serta tidak
membutuhkan perawatan di Rumah Sakit DAN disertai satu diantara
dibawah ini:
a) Riwayat perjalanan dari wilayah terjangkit COVID-19 atau tinggal di
wilayah dengan transmisi lokal COVID-19 dalam 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala
b) Riwayat kontak dengan pasien konfirmasi atau probabel COVID-19
dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
2. Pemeriksaan Penunjang :
a) Foto toraks : menunjukkan gambaran pneumonia.
b) RT-PCR (dari swab tenggorok ataupun aspirat saluran napas bawah) :
menunjukkan positif COVID-19. Jarak waktu pemeriksaan RT-PCR paling
lama 7 (tujuh) hari
c) Darah perifer lengkap : dapat ditemukkan leukopenia/ normal,
limfopenia.
Kasus COVID-19 sedang apabila :
1. Pasien Remaja atau Dewasa dengan tanda klinis pneumonia (demam,
batuk, dyspnea, napas cepat) dan tidak ada tanda pneumonia berat.
2. Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan
bernapas + napas cepat: frekuensi napas: <2 bulan, ≥60x/menit; 2–11
bulan, ≥50x/menit; 15 tahun, ≥40x/menitdan tidak ada tanda pneumonia
berat.
Kasus COVID-19 berat apabila :
1. Seseorang dengan riwayat demam, pilek, batuk, atau nyeri.tenggorokan,
disertai sesak napas atau kesulitan bernapas yang membutuhkan
perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit tanpa penyebab lainnya
DAN disertai satu diantara dibawah ini:
2. Riwayat perjalanan dari wilayah terjangkit COVID-19 atau tinggal di
wilayah dengan transmisi lokal COVID-19 dalam kurun 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala.
ATAU
3. Riwayat kontak dengan pasien konfirmasi atau probable pneumonia
COVID-19 dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.
4. Ditemukan kriteria:
a) Remaja atau dewasa: demam atau curiga infeksi saluran napas,
ditambah frekuensi napas >30x/menit, distress napas berat, SpO2
<90% udara ruangan
b) Anak-anak: Batuk/susah bernapas, ditambah setidaknya satu dari
hal berikut: sianosis sentral atau SpO2<90%; distress napas berat
(co: grunting, retraksi dinding dada sangat berat), tanda bahaya
umum pneumonia: tidak mau nyusu atau minum, penurunan
kesadaran, atau kejang; takipneu
5. Pemeriksaan Penunjang :
a) Foto toraks : menunjukkan gambaran pneumonia pada paru
bilateral. CT toraks : menunjukkan gambaran opasitas ground-glass
a) RT-PCR (dari swab tenggorok ataupun aspirat saluran napas
bawah) : menunjukkan positif COVID-19. Jarak waktu
pemeriksaan RT-PCR paling lama 7 (tujuh) hari
b) Darah perifer lengkap : dapat ditemukkan leukopenia/ normal,
limfopenia.
c) Kimia darah lainnya : pada pneumonia berat dapat menunjukkan
gangguan fungsi hepar, fungsi ginjal, gula darah dan peningkatan PT,
d Dimer, dan peningkatan laktat.
Komplikasi yang dapat terjadi:
1. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
- Onset baru atau gejala respirasi memburuk dalam satu minggu klinis
diketahui
- Foto dada (X-ray; CT Scan; atau USG paru): opasitas bilateral, tidak
sepenuhnya oleh efusi, lobar atau kolaps paru, atau nodul
- Asal edema: gagal napas tidak sepenuhnya oleh gagal jantung atau
overload cairan. Perlu penilaian objektif seperti echocardiography
2. Sepsis
- Dewasa: disfungsi organ disebabkan disregulasi respon tubuh terhadap
infeksi (Score SOFA). Tanda organ disfungsi: perubahan status mental;
susah napas atau napas cepat, saturasi oksigen rendah, urin output
berkurang; HR meningkat; nadi teraba lemah, ektremitas dingin, tekanan
darah rendah, kulit mottling, hasil lab: koagulopati, trombositopenia,
asidosis, tinggi laktat atau hyperbilirubinemia
- Anak: curiga infeksi atau terbukti infeksi dan 2≥ SIRS kriteria, yang salah
satunya suhu abnormal atau leukosit abnormal
3. Syok sepsis
- Dewasa: persisten hipotensi walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan,
membutuhkan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan
serum laktat >2 mmol/L
- Anak: hipotensi atau 2-3 dari berikut: perubahan status mental atau
bradikardi atau CRT meningkat; vasodilatasi hangat dengan nadi
bounding; takipnea; kulit motling atau petekie atau purpura;
peningkatan laktat; oliguria; hiper atau hipotermia
Klasifikasi Pneumonia ringan :
a) Gejala tidak spesifik : demam, batuk, nyeri tenggorokan, kongesti
hidung, malaise, nyeri kepala, nyeri otot
b) Pasien dengan pneumonia dengan tidak ada tanda pneumonia berat
c) Anak-anak : batuk atau sulit bernapas + takipneu
5. Diagnosis Kerja 1. Pneumonia COVID-19 Ringan
2. Pneumonia COVID-19 Sedang
3. Pneumonia COVID-19 Berat
4. Pneumonia COVID-19 Berat dengan Komplikasi
5. Bayi baru lahir dengan kriteria suspek
6. Bayi baru lahir dengan hasil pemeriksaan penunjang positif COVID-19
7. Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19
6. Diagnosis Ringan :
Banding 1. ISPA
2. Pneumonia bakteri
Berat :
1. Pneumonia bakteri
2. Pneumonia jamur
3. Edema paru kardiogenik (gagal jantung)
7. Pemeriksaan Ringan dan Sedang :
Penunjang 1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks
2. Pemeriksaan swab tenggorok dan aspirat saluran napas bawah seperti
sputum, untuk RT-PCR virus (COVID-19)
3. Pemeriksaan kimia darah : Darah perifer lengkap
Berat :
1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks
2. Pemeriksaan swab orofaringeal, nasofaringeal dan aspirat saluran napas
bawah seperti sputum untuk RT-PCR virus, sequencing bila tersedia
(COVID-19).
3. Pemeriksaan darah
a) Darah perifer lengkap
b) Analisis gas darah
c) Fungsi hepar
d) Fungsi ginjal
e) Gula darah sewaktu
f) Elektrolit
4. Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
5. Asam laktat serum
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas
(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah
Berat dengan komplikasi:
1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks),USG Toraks
8. Tatalaksana 2. Pemeriksaan swab tenggorok dan aspirat saluran napas bawah seperti
sputum, bilasan bronkus, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/
BAL), bila menggunakan pipa endotrakeal dapat berupa aspira endotrakeal)
untuk RT-PCR virus ,sequencing bila tersedia.(Corona virus 2019 -nCov)
3. Bronkoskopi
4. Pungsi pleura sesuai kondisi
5. Pemeriksaan kimia darah
- Darah perifer lengkap
- Analisis gas darah
- Fungsi hepar
- Fungsi ginjal
- Gula darah sewaktu
- Elektrolit
- Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer)
6. Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
7. Laktat
8. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum,
bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah
9. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan)
Ringan :
1. melakukan isolasi diri atau Self-Isolation :
Definisi : seseorang dengan gejala infeksi saluran napas secara volunteer
atau rekomendasi petugas kesehatan untuk dilakukan isolasi di rumah
Jenis sakit : tergolong sakit ringan
Metode :
- Idealnya ruangan terpisah dengan anggota keluarga yang lain
- Jaga jarak dengan orang sehat minimal 1 meter ‐ Selalu menggunakan
masker
- Terapkan etika batuk dan bersin, menggunakan tissue,langsung
buang ke tempat sampah tertutup, cuci tangan
- Hindari pemakaian barang pribadi secara bersamaan seperti alat
makan, alat mandi, linen dan lainnya
- Cuci alat makan dengan air dan sabun
- Tissue, sarung tangan dan pakaian yang terpakai oleh pasien harus
dimasukkan ke wadah linen khusus dan terpisah.
- Cuci pakaian dengan mesin cuci suhu 60-90 °C, deterjen biasa.
- Pembersihan dan desinfektan rutin area yang tersentuh
- Tetap dirumah dan dapat dikontak
- Jika harus keluar rumah , gunakan masker
- Hindari menggunakan transportasi umum dan hindari tempat ramai
- Ventilasi ruangan yang baik (buka jendela)
- Batasi jumlah orang yang merawat pasien,pastikan perawat sehat
- Batasi pengunjung dan membuat daftar yang menunjungi
- Jika gejala bertambah, hubungi fasyankes terdekat
2. Bila tidak ada rumah untuk isolasi diri dapat dirawat inap di rumah sakit, dalam
ruangan dengan aliran udara baik dan penempatan antar pasien minimal
dengan jarak 1 meter.
3. Medikamentosa :
• Paracetamol 3x 500 mg bila demam
• Oseltamivir 2 x 75 mg peroral
• Vitamin C oral 3 x 100 mg
Sedang :
a. Isolasi dan Pemantauan
- Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19
- Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang PerawatanCOVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19
b. Non Farmakologis
- Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigen
- Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi
hati dan foto toraks secara berkala.
c. Farmakologis
- Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
- Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup)
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU) Diberikan terapi farmakologis berikut:
o Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari). Ditambah
o Salah satu antivirus berikut :
1) Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
2) Atau
3) Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip
(hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
- Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
- Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
- Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
Berat :
1. Isolasi pada semua kasus, bila ada ruangan dengan tekanan negatif lebih
baik tetapi apabila tidak maka dapat menggunakan ruangan dengan aliran
udara baik dan penempatan antar pasien minimal jarak 1 meter
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3. Serial foto toraks
4. Terapi oksigen (O2) nasal kanul
5. Terapi cairan IVFD Ringer Laktat 500 ml/24 jam
6. Terapi simptomatik
- Paracetamol 3 x 500 mg
7. Antibiotik empiris berdasarkan epidemiologi dan pola kuman setempat
secepat mungkin sampai diagnosis ditegakkan.
- Levofloksasin IV 1 x 750, jika terdapat gangguan fungsi hati
- Makrolida IV (contoh Azitromisin 1 x 500 mg)
8. Oseltamivir 2x75 mg peroral
9. Hepatoprotektor
10. Vitamin C IV 1 x 400 mg
11. Chloroquine phosphate 2x500 mg dapat ditambahkan
12. Obat lain sesuai komorbid
13. Cegah komplikasi selama perawatan
Berat dengan Komplikasi :
1. Isolasi pada semua kasus, bila ada ruangan dengan tekanan negatif lebih
baik tetapi apabila tidak maka dapat menggunakan ruangan dengan aliran
udara baik dan penempatan antar pasien minimal jarak 1 meter
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3. Serial foto toraks
4. Terapi oksigen (O2) dengan target saturasi O2 ≥ 94%
5. Antibiotik kombinasi kuinolon (Levofloxacin 1 x 750mg IV) + meropenem
(3x1000mg IV)
6. Oseltamivir 2 x 75 mg per oral (via NGT)
7. Chloroquine phosphate 2x500 mg dapat ditambahkan
8. Kortikosteroid TIDAK dianjurkan
9. Paracetamol 3 x 500 mg
10. Vitamin C 1 x 400 mg IV
11. Obat lain sesuai komorbid
12. Terapi cairan (IVFD)
13. Tangani syok sesuai alur tatalaksana syok sepsis
14. Penggunaan vasopressor apabila mengalami syok sepsis
15. Cegah komplikasi selama perawatan
16. Anti COVID-19 belum ada
17. Ventilasi mekanis pada ARDS atau gagal napas
a) Gunakan ventilasi mekanis dengan volume tidal yang rendah (4-8
ml/kgBB) dengan mempertahankan tekanan plateau inspirasi < 30
cmH2O
b) Pada orang dewasa dengan ARDS berat, direkomendasikan untuk prone
ventilation selama 12-16 jam sehari
c) Pada ARDS sedang-berat, disarankan untuk menggunakan PEEP yang
tinggi dengan target saturasi di atas 88 – 92 % Untuk menghindari
hilangnya PEEP akibat terputusnya hubungan ventilasi mekanik dengan
pasien maka gunakan kateter dengan sistem closed suction dan klem ETT
ketika memutus hubungan ventilasi mekanik dengan pasien (misalnya,
ketika pemindahan ke ventilasi mekanik yang portabel) karena hal ini
dapat menyebabkan desaturasi cepat danatelektasis
d) Gunakan strategi terapi cairan konservatif pada pasien ARDS tanpa
hipoperfusi jaringan
18. High-flow nasal oxygen (HFNO) dan Non-invasive ventilation hanya
digunakan pada pasien tertentu dengan gagal napas hipoksemik dan harus
dimonitor ketat untuk memantau deteriorasi klinis
ODP/PDP/pasien konfirmasi dengan co-insidens:
1. Secara klinis penyakit co-insidens belum teratasi, maka pasien dapat
dilanjutkan perawatan menggunakan ruang perawatan non-isolasi dengan
syarat hasil laboratorium RT-PCR negatif atau Rapid Test non-reaktif.
2. Secara klinis penyakit co-insidens sudah teratasi dan/atau tidak memerlukan
lagi tindakan medik, namun hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR masih
positif atau Rapid Test reaktif, apabila kondisi klinis COVID-19 belum stabil
dengan kriteria sedang sampai berat maka dibutuhkan perawatan COVID-19
menggunakan ruang perawatan isolasi.
3. Pasien tanpa gejala/tanda ISPA dengan hasil pemeriksaan rontgen atau hasil
assesmen dari DPJP yang mendukung diagnosis PDP COVID-19 dengan co-
incidens sampai terbukti hasil PCR negative
4. PDP/konfirmasi COVID-19 yang meninggal baik selama dalam perawatan
COVID-19 maupun meninggal dengan Death on Arrival (DOA) dan tidak
sempat dilakukan pemeriksaan laboratorium RT-PCR maka pemulasaran
jenazah sesuai dengan tata laksana COVID-19
5.
6. Bayi baru lahir dengan kriteria suspek
1. Dirawat di ruang isolasi khusus terpisah dari ibunya, atau rawat gabung
(rooming in) tersendiri untuk bayi dan ibu sesuai dengan Pedoman
Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir.
2. Bayi dilakukan pemeriksaan RT-PCR atau pemeriksaan RDT-Ag sesuai
dengan kriteria penggunaan RDT-Ag. Masa tunggu hasil RT-PCR pada
pengambilan sampel pertama diperoleh paling lama dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari perawatan.
Kejadian ikutan pasca vaksinasi COVID-19 yang memerlukan pengobatan dan
perawatan harus diberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan indikasi medis
dan protokol pengobatan.
1. Reaksi sistemik seperti:
- Demam,
- Nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),
- Nyeri sendi (atralgia), badan lemah,
- Sakit kepala
Antisipasi :
Minum lebih banyak, pakaian nyaman, kompres dingin pada lokasi dan
paracetamol
2. Reaksi lokal, seperti:
- Nyeri, kemerahan,bengkak pada tempat suntikan,
- Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis.
Antisipasi :
kompres dingin pada lokasi dan paracetamol
3. Reaksi lain, seperti:
a) Reaksi alergi misalnya
b) urtikaria, oedem,
c) Reaksi anafilaksis,
d) Syncope (pingsan)
Syok Anafilaktik minimal terdiri dari:
- Satu ampul epinefrin 1 : 1000
- Satu spuit 1 ml
- Satu infus set
- Satu jarum infus: untuk bayi dan balita
- Satu kantong NaCl 0,9% 500 ml
9. Komplikasi 1. Pneumonia berat
2. Sepsis
3. Syok sepsis
4. Gagal napas
5. Multiorgan Dysfunction Syndrome (MODS)
6. Kematian
10. Penyakit Sesuai temuan
Penyerta
11. Prognosis Ringan : Dubia ad bonam
Sedang : Dubia ad bonam
Berat : Dubia
Berat dengan komplikasi : Dubia ad malam
12. Kriteria lanjutanRingan dan Sedang: Jika terjadi perburukan dirawat diruang rawat isolasi sesuai
dengan protokol Pneumonia COVID-19 Berat
Kriteria Pulang Berat : Jika terjadi perburukan (gagal napas, syok, ARDS), lanjut ke alur
Pneumonia COVID-19 berat dengan komplikasi.
Ringan :
1. Pasien suspek dapat dipulangkan dari perawatan di rumah sakit dibuktikan
dengan hasil pemeriksaan klinis yang dituangkan dalam resume medis,
termasuk diantaranya gambaran radiologis (x-ray foto thorax dan/atau
radiologi lainnya) menunjukkan perbaikan dan/atau pemeriksaan darah
menunjukan perbaikan, yang dilakukan oleh DPJP.
2. Pasien konfirmasi COVID-19 tanpa gejala, dengan gejala ringan, dibuktikan
dengan hasil pemeriksaan klinis yang dituangkan dalam resume medis
telah memenuhi kriteria selesai isolasi dan kriteria klinis.
3. Pasien probable/konfirmasi COVID-19 gejala sedang, dapat dipulangkan
dari perawatan di rumah sakit dibuktikan dengan hasil pemeriksaan klinis
yang dituangkan dalam resume medis, termasuk diantaranya gambaran
radiologis (x-ray foto thorax dan/atau radiologi lainnya) menunjukkan
perbaikan dan/atau pemeriksaan darah menunjukan perbaikan, yang
dilakukan oleh DPJP.
4. Pasien probable/konfirmasi COVID-19 yang tanpa gejala, dengan gejala
ringan, dan gejala sedang dapat dipulangkan dari perawatan di rumah sakit
tanpa dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR.
Sedang :
1. Kasus konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang. Pasien konfirmasi
dengan gejala ringan dan gejala sedang tidak dilakukan pemeriksaan follow
up RT-PCR. Dinyatakan selesai isolasi harus dihitung 10 hari sejak tanggal
onset dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan
gejala demam dan gangguan pernapasan.
2. Pada kasus konfimasi gejala sedang dengan komorbid dan/atau yang
kemungkinan berpotensi terjadi perburukan dapat dilakukan evaluasi ulang
dengan RT-PCR
Berat :
1. Hasil assesmen klinis yang dituangkan dalam resume medis, termasuk
diantaranya gambaran radiologis (x-ray foto thorax dan/atau radiologi
lainnya) menunjukkan perbaikan dan/atau pemeriksaan darah menunjukan
perbaikan, yang dilakukan oleh DPJP
2. Hasil RT-PCR negatif sebanyak dua kali berturut-turut.
3. Dalam hal pemeriksaan follow up RT-PCR tidak dapat dilakukan, dibuktikan
dengan gambaran hasil pemeriksaan radiologi (x-ray foto thorax dan/atau
radiologi lainnya) dan/atau pemeriksaan darah menunjukkan perbaikan.
4. Bukti x-ray foto thorax dan/atau radiologi lainnya dikecualikan bagi ibu hamil
dan pasien dengan kondisi medis tertentu yaitu kondisi tidak dapat
dilakukan pemeriksaan x-ray foto thorax dan/atau radiologi lainnya seperti
pasien gangguan jiwa, gaduh gelisah, yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari DPJP.
Berat dengan komplikasi :
1. Ditemukan hasil RT-PCR negatif sebanyak dua kali berturut-turut serta
disertai perbaikan klinis
2. Pasien suspek/probable/konfirmasi COVID-19 dapat dilakukan alih rawat
non isolasi dengan kondisi sudah memenuhi kriteria selesai isolasi tetapi
masih memerlukan perawatan lanjutan untuk kondisi tertentu yang terkait
dengan komorbid/penyakit penyerta, co-insidens dan komplikasi.
3. Proses alih rawat diputuskan berdasarkan hasil assesmen klinis oleh DPJP
dengan bukti:
- Hasil assesmen klinis yang dituangkan dalam resume medis, termasuk
diantaranya gambaran radiologis (x-ray foto thorax dan/atau radiologi
lainnya) menunjukkan perbaikan dan/atau pemeriksaan darah
menunjukan perbaikan, yang dilakukan oleh DPJP.
- Bagi pasien konfirmasi gejala berat/kritis, harus melampirkan hasil
pemeriksaan follow up laboratorium RT-PCR. Dalam hal pemeriksaan
follow up RT-PCR tidak dapat dilakukan, dibuktikan dengan gambaran
13. Edukasi hasil pemeriksaan radiologi (x-ray foto thorax dan/atau radiologi lainnya)
dan/atau pemeriksaan darah menunjukkan perbaikan.
- Bukti x-ray foto thorax dan/atau radiologi lainnya dikecualikan bagi ibu
hamil dan pasien dengan kondisi medis tertentu yaitu kondisi tidak dapat
dilakukan pemeriksaan x-ray foto thorax dan/atau radiologi lainnya
seperti pasien gangguan jiwa, gaduh gelisah, yang dibuktikan dengan
surat keterangan dari DPJP.
Co-Insidens
1. Pasien tanpa gejala/tanda ISPA dengan hasil pemeriksaan rontgen x-ray foto
thorax dan/atau radiologi lainnya, atau hasil assesmen dari DPJP yang
mendukung diagnosis suspek COVID-19 sampai terbukti hasil RT-PCR negatif.
2. Secara klinis penyakit co-insidens dapat teratasi dan/atau tindakan medik
sudah dilakukan, meskipun pelayanan COVID-19 ditandai dengan
laboratorium RT-PCR positif/negatif atau Rapid Test reaktif/non reaktif,
kondisi klinis stabil atau tanpa gejala, pasien dapat dipulangkan, dilanjutkan
dengan isolasi mandiri. Lama perawatan pasien dimaksud maksimal
ditambah 1 (satu) hari setelah dinyatakan boleh pulang.
Bayi baru lahir dengan kriteria suspek/positif Covid-19
Bila hasil RT-PCR atau RDT-Ag positif, dinyatakan terdapat perbaikan klinis yang
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan klinis oleh DPJP atau dibuktikan dengan
hasil pemeriksaan RT-PCR negatif.
1. Menjaga kebersihan tangan dan mencuci tangan 6 langkah sesuai standar
WHO
2. Etika batuk dan bersin
3. Ketika memiliki gejala saluran napas, gunakan masker dan berobat ke
fasilitas layanan kesehatan.
4. Hindari keluar rumah atau bepergian ke tempat keramaian
5. Hindari bepergian ke daerah outbreak, hindari menyentuh hewan atau
burung serta mengunjungi peternakan atau pasar hewan hidup.
14. Kepustakaan 6. Hindari kontak dekat dengan pasien yang memiliki gejala infeksi saluran
napas.
1. WHO. WHO Statement regarding cluster of Pneumonia cases in
Wuhan,China. [Homepahe on The Internet]. cited 15 Jan 2020. Available
on:https://www.who.int/china/news/detail/09-01- 2020-who-statement-
regarding-cluster-of-pneumonia-cases-inwuhan- china. (Jan 9th 2020)
2. Virological org. Initial genom release of novel coronavirus. [Homepage on
the Internet]. Cited Jan 5th 2020. Available on:http://virological.org/t/initial-
genome-release-ofnovelcoronavirus/319.( Jan 10th 2020) Surat Resmi
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tertanggal 5
Januari 2020.
3. WHO. WHO statement on novel coronavirus in Thailand.[ Homepage on The
Internet] Cited 15 Januari 2020. Available on: https://www.who.int/news-
room/detail/13-01-2020-whostatement- on-novel-coronavirus-in-thailand.
(Jan 13rd 2020)
4. The Government of The Hong Kong Special Administrative region. Severe
respiraroty disease associated with a Novel infectious agent.[ Homepage on
the Internet]. cited Jan 15th 2020. Available on:
https://www.chp.gov.hk/en/healthtopics/content/24/102466. html. (Jan
15th 2020)
5. Cohen J. Chinese researchers reveal draft genome of virus implicated in
Wuhan pneumonia outbreak. [Homepage on The Interne] cited Jan 15th
2020. Available on: https://www.sciencemag.org/news/2020/01/
chineseresearchers-reveal-draft-genome-virus-implicatedwuhan
pneumonia -outbreak. (Jan 11st 2020).
6. WHO. Advice on the use of masks in the community, during home care and
in health care settings in the context of the novel coronavirus (2019-nCoV)
outbreak. [serial on The Internet]. cited Feb 2nd 2020. Available on:
https://www.who.int/ith/2020-24-01-outbreak-of-Pneumonia-caused-by-
new-coronavirus/en/.(Jan 29th 2020)
7. WHO. Home care for patients with suspected novel coronavirus (nCoV)
infection presenting with mild symptoms and management of contacts.
[serial on the Internet]. cited Feb 3th 2020. Available
on:https://www.who.int/publications-detail/home-care-for-patients-with-
suspected-novel-coronavirus-(ncov)-infection-presenting-with-mild-
symptoms-and-management-of-contacts. (Jan 20th 2020).
8. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
hk.01.07/menkes/4344/2021 tentang petunjuk teknis klaim penggantian
biaya pelayanan pasien corona virus disease 2019 (covid-19) bagi rumah
sakit penyelenggara pelayanan corona virus disease 2019 (covid-19)
9. Keputusan direktur jenderal pencegahan dan pengendalian penyakit nomor
hk.02.02/4/ 1 /2021 tentang petunjuk teknis pelaksanaan vaksinasi dalam
rangka penanggulangan pandemi corona virus disease 2019 (covid-19)
10. Protokol petunjuk praktis layanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir selama
pandemi covid-19 nomor: b-4 (05 april 2020)
11. Buku pedoman tatalaksana covid-19 ed.3, Desember tahun 2020