The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nadilahassu1210, 2021-04-01 00:59:47

RESUSITASI Ananda Sugiyanto

RESUSITASI Ananda Sugiyanto

RESUME MATERI
Dosen Pengampu : Siti Choirul Dwi Astuti, M.Tr. Keb

Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan
(Resusitasi & Langkah-Langkah Resusitasi)

Nama : Ananda Sugiyanto
Prodi : D-III Kebidanan
Jurusan : kebidanan
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

2021

RESUSITASI

A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi merupakan suatu usaha dalam memberikan ventilasi yang

adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.

B. Persiapan Keluarga Resusitasi
Sebelum melakukan tindakan resusitasi, penolong harus melakukan

informed consent kepada keluarga, jelaskan pula kemungkinan -
kemungkinan yang dapat terjadi.

C. Persiapan Tempat
persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat

resusitasi
1. Gunakan ruangan yang hangat dan terang
2. Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan

hangat misalnya meja, didepan atau diatas lantai beralas tikar.
Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau
pintu yang terbuka).
Keterangan
 Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi
 Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan

pengaturan posisi kepala bayi
 Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 wall atau

lampu petromak, nyalakan lampu menjelang persalinan.
D. Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain partus set dan persiapan lain
yang mendukung persalinan, penolong juga harus menyiapkan peralatan
resusitasi. antara lain:

1. 2 helai kain atau handuk
2. Bahan ganjal bahu bayi dengan tinggi 5 cm dan dapat di sesuaikan

untuk mengatur posisi bayi, dapat digunakan dengan handuk kecil,
kain, selendang
3. alat penghisap lender Deket atau bola karet
4. tabung dan sungkup
5. kotak alat resusitasi
6. jam atau pencatat waktu
7. Resusitasi dapat di lalukan jika bayi mengalami asfiksia

E. Asuhan Pasca Resusitasi
setelah tindakan resusitasi, dilakukan stabilisasi dan pemantauan

khusus dalam 2 jam pertama. Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan
kesehatan pasca resusitasi yang diberikan bayi kepada BBL ataupun
kepada ibu dan keluarga.

Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan BBL
setelah menerima tindakan resusitasi dan dilakukan pada keadaan
1. Resusitasi berhasil

Bayi menangis dan atau bernafas normal sesuai langka awal atau
sesudah ventilasi
2. Resisitasi tidak berhasil
Bila bayi tidak bernafas setelah resusitasi selama 10 menit dari
denyut jantung 0, pertimbangkan untuk mengentikan resusitasi.
Biasanya bayi tersebut tidak tertolong dan meninggal. Ibu maupun
keluarga memerlukan banyak dukungan moral. Bicaralah dengan
keluarga secara hati-hati/bijaksana dan berikan dukungan moral
sesuai budaya setempat.

LANGKA RESUSITASI

A. Stabilitas Awal
Teknik resusitasi bayi dan anak saat awal adalah melakukan

penilaian kondisi anak secara cepat dengan menggunakan segitiga
penilaian pediatrik, atau pediatric assessment triangle/PAT. Dari PAT
ini kita dapat mengenali kondisi distress napas, gagal nafas, syok, henti
napas dan henti jantung, disfungsi otak dan abnormalitas sistemik
lainnya. PAT terdiri atas 3 elemen, yaitu:
1. penampilan anak: tonus, interaksi anak dengan lingkungan,

kenyamanan, arah pandangan anak, suara/tangisan anak
2. upaya napas anak: suara napas abnormal, posisi tubuh abnormal,

retraksi, dan napas cuping hidung
3. kondisi sirkulasi: pucat, mottling, sianosis, perdarahan

B. Ventilasi Tekanan Positif
Ventilasi tekanan positif merupakan langkah paling penting dan

efektif dalam presentasi kardiopulmoner pada bayi bayi baru lahir yang
membutuhkan bantuan nafas. Diperlukan latihan untuk menjaga agar
balon tetap berkembang secukupnya agar dapat digunakan untuk
memberikan ventilasi tekanan positif.

Balon mengembang sendiri biasanya dilengkapi katup pelepas
tekanan yang akan di indikasi oleh ventilasi tekanan positif.
1. Pernafasan tersenggal-senggal atau apneu
2. Frekuensi frekuensi denyut jantung kurang 100/menit
3. Sianosis sentral menetap atau saturation lebih rendah dari target

waktunya, meskipun telah diberikan terapi oksigen
Ventilasi tekanan yang efektif di nilai dari:
1. Inspeksi dada terangkat secukupnya
2. Auskultasi terdengar suara nafas yang simetris di dada kiri dan
kanan

Jika dada tidak terangkat, lakukan langkah-langkah koreksi sebagai
berikut:
1. Bentukan letak dan lekatan sungkup agar tidak bocor
2. Posisi kepala sedikit ekstensi, Bila perlu ganjal bahu
3. Bersihkan faring dari sekret darah dengan menghisapnya

Jika ventilasi tekanan positif efektif maka kondisi bayi akan
membaik ditandai oleh:
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Warna kulit kemerahan dan alat saturasi oksigen di atas 90%
3. Pernafasan spontan / menangis.

Pada bayi yang perlu ventilasi tekanan positif beberapa menit, besar
kemungkinan sebagian oksigen masuk ke lambung. Jika cukup banyak
oksigen masuk ke lambung ventilasi akan terhambat selain timbul bahaya
muntah/regurgitasi yang dapat menyebabkan aspirasi

C. Kompresi Dada
Kompresi dada adalah penekanan yang bertenaga dalam ritmis pada
setengah bawah tulang dada. Kompresi ini menyebabkan aliran darah
dengan cara meningkatkan tekanan intratorakal dan penekanan langsung
pada jantung. Kompresi dada yang efektif memerlukan penekanan
dengan kecepatan 100 sampai 120 kali per menit. Kompresi dada untuk
meningkatkan keefektifan kompresi dada, posisikan korban pada
permukaan yang datar,keras, dan rata dengan posisi terlentang dan
penolong mengambil posisi di sebelah dada korban. Kompresi diatas
Matras di atas tempat tidur pasien dapat menyebabkan kompresi dada
tidak maksimal

TUGAS TAMBAHAN

A. Video Resusitasi I
Alat-alat persiapan resusitasi bayi :

1. Delee berfungsi untuk menghisap lendir ketika bayi henti napas
2. Lampu sorot berfungsi untuk menghangatkan bayi
3. Handuk atau pengedong berfungsi untuk menghangatkan bayi.
4. Kain untuk menganjal bagian punggung bayi.
5. Handuk berfungsi untuk mengeringkan bayi.
6. Alat resusitasi berfungsi untuk berfungsi untuk meletakan alat-alat

resusitasi
7. Alat pelindung diri berfungsi untuk melindungi diri ketika

melakukan resusitasi pada bayi

Tempat resusitasi:
1. Tidak berangin,
2. Tidak di dekat pintu dan jendela
3. Meja datar berfungsi untuk mempermudah kita melalukan ventilasi

kompresi pada bayi yang baru lahir sehingga mempermudah
melalakukan tindaka
4. antara lampu sorot dan meja resusitasi jaraknya 60 cm

Tindakan resusitasi :
1. Inform consent/ meminta ijin kepada klien dan memberitahu bahwa

bayinya akan di lakukan pemeriksaan resusitasi awal.
2. Atur kepala posisi bayi, dekat dengan penolong.
3. Ganjal bahu menggunakan handuk setinggi 5 Cm agar kepalanya

eksistensi.
4. Tindakan pengisapan lendir pada bayi.

a. Memasukan ujung pengisap ke dalam mulut bayi sedalam 5 cm
kemudian di isap secara bersamaan ujung pengisap di keluarkan,
tidak pada saat ujung pengisap di masukan.

b. Memasukan ujung pengisap ke dalam hidung bayi sedalam 3 cm
di tarik secara perlahan bersamaan dengan ujung pengisap.
Untuk tindakan penghisap lendir untuk ukuran 5 cm dan 3 cm
pada mulut dan 3 cm pada hidung karena jika kita memasukkan
lebih dari itu akan menyebabkan denyut jantung bayi melambat
dan henti napas dan terjadi henti napas pada bayi.

5. keringakan dan rangsang bayi dimana kita memulai
mengeringkannya dari muka kepala hingga bagian tubuh lainnya
dan kemudian dengan sedikit tekanan,tekanan ini atau rangsangan
ini dapat membuat perasaan bayi lebih baik.

6. Melakukan rangsangan taktil yang terbagi atas 2 cara:
a. Menepuk atau menyentil bagian telapak kaki dari si bayi dengan
tangan kemudian
b. Menepuk punggung bayi dan menggosoknya,setelah itu
menggosok bagian perut dan bagian dada lalu tungkai pada bayi
dengan menggunakan telapak tangan.
Rangsangan taktil pada zaman dulu sering di lakukan namun pada
zaman sekaranag sudah jarang di lakukan karena gosokkan yang
kuat pada bayi atau pada bagian lainnya yang kasar dan juga
berulang-ulang dapat membuat posisi bayi dalam keadaan bahaya.

7. Ganti kain yang sudah basah dengan kain yanh kering dan bersih
dan menyelimuti bayi dengan kain lainnya tetapi bagian dada dan
muka tidak boleh di selimuti karena kita akan melakukan
pemantauan pernapasa bayi yang selannutnya kemudian atur posisi
bayi agak ekstensi.

8. Lakukan penilaian apakah bayi bernapas dengan normal, terengap-
engap atau tidak bernapas sama sekali.

a. ketika bayi bernapas secara nornal letakan bayi di atas dada ibu
untuk menjaga kehangatannya. Dan memberitahu ibu untuk
menyusui bayinya dan bayinya tersebut di belai-belai.

b. Ketika bayi terengah - engah maka lakukan tindakan fentilasi

B. Video Resusitasi II
Resusitasi 2 pada bayi. Ketika pada Resusitasi 1 bayi tidak

bernapas secara normal dan tidak tidak menangis secara spontan
maka langkah selanjutnya melakaukan sesusitasi 2.

Resusitasi 2 terbagi atas dua :
1. Dengan fentilasi menggunakan sungkup berfungsi untuk

memperbaiki proses pernapasan si bayi dengan cara
memasukan nya ke dalam paru" bayi.
2. Kompresi dada adalah tindakan penekanan jantung ke arah
tulang belakang yang bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi
darah ke seluruh organ vital.

Langkah dalam melakukan tindakan :
1. Sungkup di sambungkan dengan tabung oksigen dan melakukan

tindakan sebanyak 2-3 kali. Apabila dada bayi mengembang lalu
kita lakukan ventilasi sebanyak 20 kali. Ketika cara ini tidak
berhasil maka ulangi lagi dengan cara yang sama dengan cara
melakukan ventilasi sebanyak 20 kali. Apabila ventilasi yang di
lakukan tetap tidak berhasil dan bayi tetap tidak menangis secara
spontan dan tidak bernapas secara normal maka di lanjutkan
dengan kompresi dada
2. Kompresi dada.
Kompresi dada di lakukan secara bersamaan dengan ventilasi.
kompresi dada di lakukan sebanyak 45 kali dalam 30 detik
sedangkan ventilasi di lakukan sebanyak 15 kali dalam 30 detik.

Cara melakukan kompresi dada yakni kedua ibu jari di letakan di
dada sedikit di atas sifoid kemudian lakuakan kompresi dada dan
ventilasi sesuai waktu yg di tentukan.

Setelah itu ketika napas bayi sudah kembali normal dan
sudah menangis secara spontan maka tindakan kompresi dada yang
di lakukan bersamaan dengan ventilasi sudah berhasil.

C. Langkah-Langkah Resusitasi Dewasa
Langkah-langkah resusitasi dewasa :
1. Stabilitas Awal
Pendekatan kepada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
pendekatan kepada pasien perdarahan sama seperti perdarahan
pada umumnya,yakni meliputi pemeriksaan awal ,resusitasi,
diagnosis ,terapi. Tujuan pokoknya adalah mempertahankan
stabilitas hemodinamik ,menghentikan perdarahan,dan mencegah
perdarahan ulang.
a. Perhatikan kondisi sekitar (Danger)
Saat melihat korban yang tidak sadarkan diri seperti korban
serangan jantung, tersambar petir, atau korban kecelakaan,
penting melihat kondisi sekitar untuk memastikan keamanan
dalam menolong korban. "Perhatikan apakah kondisi sekitar
aman bagi korban, si penolong, dan orang lain yang berada di
sekitar. Hal ini penting agar si penolong tidak terkena bahaya
seperti sisa arus listrik dan lainnya," ucap Vani dalam
pelatihan tersebut.
b. Cek respon (Response)
Cek respon atau kesadaran dilakukan saat penolong
memastikan bahwa kondisi sekitar aman. Penilaian tingkat
kesadaran korban dapat dilakukan dalam empat tahap.
Pertama, cek apakah korban sadar? Apakah korban merespon
dengan panggilan suara? Apakah korban merespon apabila

ada pemberian rasa sakit, seperti ditepuk pundaknya. Jika
tidak memberikan respon, mintalah seseorang untuk
menghubungi ambulan, mengambil P3k dan Defibrilator
Eksternal Otomatis (AED), jika ada. Selain itu, cek apakah
korban bernapas atau tidak. Jika tidak, korban baru bisa
mendapatkan penanganan CPR. Pengecekan napas bisa
dilakukan dengan melihat pergerakan dada.
2. Ventilasi Tekanan Positif
Berlutut di samping korban. Letakkan dua telapak tangan dengan
posisi saling bertumpu di tengah dada korban. Posisikan siku
tegak lurus di atas dada korban dengan posisi bahu sejajar
tangan. Mulai kompresi dada (menekan dada korban) dengan
kedalaman 5 cm (dewasa) secara cepat, kira-kira 120 kali per
menit.
a. Jalan napas (Airway)
Setelah memberikan 30 kali kompresi dada, buka jalan napas
dengan menggunakan cara meletakkan satu tangan di dahi
korban dan tengadahkan kepala korban. Kemudian letakkan
ujung jari di bawah dagu korban, kemudian angkat dagunya.
Posisi ini akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
b. Berikan bantuan napas (Breathing)
Berikan bantuan napas sebanyak dua kali. Setiap tiupan
dilakukan selama 1 detik dan terlihat dada terangkat.
3. Kompres Dada
RJP atau CPR adalah kombinasi tindakan kompresi dada dan
bantuan napas. Ketika jantung tidak bisa berdetak, kompresi
dada diperlukan untuk sirkulasi darah yang membawa oksigen.
Agar kompresi dada efektif, maka korban harus dalam posisi
terlentang pada permukaan rata dan keras. Langkah melakukan
kompresi dada dewasa yaitu dengan memberikan penekanan
pada dada sebanyak 30 kali penekanan dengan kedalaman 5

sampai 6 cm. Lokasi penekanan berada pada pertengahan dada
yaitu di bawah tulang sternum. Kompresi dada adalah penekanan
yang bertenaga dan ritmis pada setengah bawah tulang dada.
Kompresi ini menyebabkan Aliran darah dengan cara
meningkatkan tekanan intratorakal dan penekanan langsung pada
jantung. Kompresi dada yang efektif memerlukan penekanan
dengan kecepatan 100-120 kali per menit. Kompresi dada untuk
meningkatkan keefektifan kompresi dada, posisikan korban pada
permukaan yang datar, keras, dan rata dengan posisi terlentang
dan penolong mengambil posisi di sebelah dada korban.
Kompresi di atas matras di atas tempat tidur pasien dapat
menyebabkan kompresi dada tidak maksimal.

HASIL DISKUSI

RESUSITASI
Penanya : Falniyanti Hamzah (kelompok 1)

Pertanyaaan :Asuhan pasca resusitasi itu adalah pelayanan kesehatan pasca
resusitasi yg berupa pemantauan, Asuhan BBl dan konseling, nah prtnyaan
saya bagaimana tahap konseling jika resusitasi belum / kurang berhasil pada
bayi

Penjawab : Melanda Sukmawati S. Lihu

Jawaban

A. Jelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayinya memerlukan rujukan.
Sebaiknya bayi dirujuk bersama dengan ibunya dan didampingi oleh bidan.
Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.

B. Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami
atau salah seorang anggota keluarga perlu menemani selama rujukan.

C. Beritahukan kepada tempat rujukan yang dituju (jika mungkin) tentang
keadaan bayi dan perkiraan waktu tiba Beritahukan juga bahwa ibu baru
saja melahirkan.

D. Bawa alat resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan

Penanya : Eka Pratiwi Teha (kelompok 2)

Pertanyaan : Apakah kondisi ibu juga beresiko menyebabkan masalah pada
bayi sehingga bayi memerlukan resusitas?

Penjawab : Anisa Fajri Ibrahim

Jawaban:

Iya. kondisi ibu juga berisiko untuk menyebabkan masalah pada bayi, antara
lain:

Memiliki infeksi dan penyakit tertentu,

usia ibu di atas 40 atau di bawah 16 tahun,

masalah plasenta, seperti solusio plasenta atau plasenta previa,

memiliki kehamilan berisiko sebelumnya,
mengalami perdarahan berat selama kehamilan,
ketuban pecah dini,
diabetes gestasiona.

Penanya : Nurhikma Purnama Putri tuhala (kelompok 4)
Pertanyaan : Jelaskan faktor yang menyebabkan bayi baru lahir mungkin
memerlukan resusitasi
Penjawab : Defina Adelia Triputri
Jawaban:
bayi baru lahir akan perlu mendapatkan resusitasi Jika bayi tampak tidak
menangis, lemas, kurang responsif, sesak napas, atau bahkan tidak bernapas.
Di samping itu, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan bayi baru lahir
mungkin memerlukan resusitasi, di antaranya:
• Bayi yang kondisinya dipengaruhi oleh gangguan kehamilan, seperti
terlilit tali pusar dan solusio plasenta
• Bayi yang lahir prematur, yaitu lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu
• Bayi lahir sungsang
• Bayi kembar
• Bayi lahir dengan gangguan pernapasan, misalnya akibat aspirasi
mekonium

Penanya : Anissa Dunggio (kelompok 5)
Pertanyaan : Seperti apa Pencatatan dan pelaporan pada resusitasi berhasil
Penjawab : Ananda Sugiyanto
Jawaban:
Melakukan Pencatatan dan pelaporan kasus sebagaimana pada setiap
persalinan, istilah potograf secara lengkap yang mencakup identitas ibu,

riwayat kehamilan, jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi janin, dan
kondisi BBL. Penting sekali dicatat denyut jantung janin, oleh karena
seringkali asfiksa bermula dari keadaan gawat janin pada persalinan.
Apabila didapatkan gawat janin tuliskan apa yang dilakukan. Usahakan agar
mencatat secara lengkap dan jelas:
1) Nama ibu, tempat, tanggal melahirkan dan waktunya.
2) Kondisi janin/bayi:
· Apakah ada gawat janin sebelumnya?
· Apakah air ketuban bercampur meconium?
· Apakah bayi menangis spontan, bernafas teratur, megap-megap atau
tidak bernafas?
· Apakah tonus otot baik?
3) Waktu mulai resusitasi
4) Langkah resusitasi
5) Hasil resusitasi

Penanya : Asriwindari Kadir (kelompok 6)
Pertanyaan : sebutkan Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi yang
dimaksud Resusitasi berhasil?
Penjawab : Jean Puluhulawa
jawaban
1) Tidak dapat menyusu
2) Kejang
3) Mengantuk atau tidak sadar
4) Nafas cepat (>60 per menit)
5) Merintih
6) Retraksi dinding dada bawah (retraksi)

7) Sianosis sentral

HASIL DISKUSI
LANGKAH-LANGKAH RESUSITASI

1. Penanya : Sri Zein Hunggialo (Kelompok 1)
Apa saja pertolongan pertama yang harus kita lakukan sebagai
masyarakat awam apabila mendapati korban yang terkena henti
jantung mendadak?
Penjawab : Ria Kamelia Olii
RJP adalah tindakan pertolongan pertama pada korban henti jantung
dan henti napas. Tindakan RJP dapat dilakukan oleh orang awam
ketika tidak ada tenaga medis di sekitarnya. Langkah-langkah untuk
melakukannya adalah sebagai berikut:
1) Periksa kesadaran korban
2) Panggil bantuan
3) Atur posisi korban
4) Atur posisi kepala korban
5) Periksa nadi pasien
6) Lakukan pompa jantung Selama 20 menit dan teruslah lakukan
tindakan tersebut sampai bantuan tenaga medis datang.

2. Penanya : Nopi Fujiastuty R. Daud (Kelompok 2)
Apa paparan anda tadi menjelaskan pada stabilitas awal bagian
posisi pasien dimana posisi pasien pada saat melakukan Resusitasi
jantung dilakukan dalam keadaan posisi telentang. Pertanyaan saya
mengapa pada saat melakukan Resusitasi jantung harus dilakukan
dalam keadaan telentang?
Penjawab : Fitri Patricia Duengo
Posisi terbaik pasien yang akan menerima resusitasi jantung paru
adalah posisi telentang pada permukaan yang keras. Hal ini
memungkinkan kompresi yang efektif ke area sternum. Berbaring
terlentang adalah cara terbaik untuk menjaga tulang belakang Anda
tetap lurus dan menghindari tekanan pada punggung bagian bawah,

pinggul dan lutut,”dan juga dapat meningkatkan jumlah darah
kembali ke jantung dan paru dari ekstremitas inferior.

3. Penanya : Ananda Sugiyanto (Kelompok 3)
Jelaskan bagaimana tahapan pemeriksaan ABC Resusitasi?
Penjawab : Masna Usman Djafar
1) Airways
Untuk membuka saluran napas, letakkan satu tangan di dahi
pasien, dan dua jari tangan di bawah dagunya bentuk tangan
seperti pistol. Dengan lembut dongakkan kepalanya dengan
menekan dahi sambil sedikit mendorong dagu pasien
2) Breathing
Memeriksa ada tidaknya napas, dengarkan bunyi napasnya atau
rasai dengan pipi anda sampai 10 detik. Bila tak ada tanda
bernafas, mulailah pernapasan buatan.
3) Circulation
Untuk memeriksa peredaran darah, raba denyut nadi dengan dua
jari selama 10 detik. Untuk bayi rabalah denyut brakhial di
bagian dalam lengan. Untuk orang dewasa atau anak-anak, raba
denyut karotid di leher di rongga antara trakhea(saluran
udara)dengan otot besar leher. Periksa tanda-tanda lain
peredaran darah, misalnya kewajaran warna kulitnya. Bila tak
ada tanda-tanda peredaran darah, segera lakukan CPR.

4. Penanya : Siti Uswatun Khasanah Nggilu ( Kelompok 5 )
Mengapa kita perlu mempelajari tehnik resusitasi jantung paru?
Penjawab: Sri Wahyuni Hasan
Karena, pengetahuan Resusitasi Jantung Paru Harus Menjadi Bekal
Tiap Orang. Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan langkah
pertolongan medis untuk mengembalikan fungsi napas dan atau
sirkulasi darah di dalam tubuh yang terhenti. Resusitasi jantung paru
bertujuan menjaga darah dan oksigen tetap beredar ke seluruh tubuh.

1. Mungkin bisa menyelamatkan seseorang dari kerusakan otak
Salah satu keuntungan kita bisa melakukan RJP adalah mampu
mengurangi risiko korban mengalami kerusakan otak. Hal ini
sangat mungkin terjadi sebab tindakan pertolongan pertama
dengan RJP dapat menjaga oksigen dan darah tetap beredar di
dalam tubuh korban. Pada kondisi ketika tubuh tidak lagi dilalui
suplai oksigen dan darah, maka kemungkinan terjadinya
kerusakan otak akan sangat tinggi.

2. Bisa menyelamatkan nyawa seseorang
Makin cepat sebuah pertolongan diberikan, maka makin besar
kemungkinan seseorang yang mengalami kecelakaan atau
serangan jantung bisa diselamatkan. Jika seseorang mengalami
serangan jantung, maka fungsi jantung untuk memompa darah ke
seluruh tubuh akan terhenti. Jika RJP dilakukan segera setelah
kejadian, makin besar kemungkinan jantung bisa kembali
bekerja mengedarkan oksigen dan darah ke seluruh tubuh. Hal
ini tentu saja akan meningkatkan kemungkinan seseorang untuk
terhindar dari kematian.

3. Masih jarang orang yang bisa melakukan RJP
Jangan terkejut mendapati fakta bahwa lebih dari separuh pasien
yang terkena serangan jantung tidak mendapatkan pertolongan
pertama berupa resusitasi jantung paru. Alasan utamanya adalah
banyak orang-orang yang belum pernah mendapatkan pelatihan
melakukan RJP. Padahal, upaya penyelamatan dengan RJP
mudah untuk dipelajari sekaligus diaplikasikan secara nyata.

4. Banyak kejadian serangan jantung di rumah
Salah satu alasan penting lainnya kenapa kita perlu memiliki
bekal yang cukup untuk melakukan RJP adalah untuk
mengantisipasi orang di rumah mengalami kondisi yang
memerlukan RJP. Setidaknya 85 persen serangan jantung terjadi
di rumah. Hal tersebut bisa saja menimpa orang di sekitar kita

termasuk anggota keluarga. Dengan memiliki kemampuan
melakukan resusitasi jantung dan paru, kita bisa berperan dalam
menyelamatkan nyawa orang-orang yang kita cintai.

1. Tindakan bagaimana cara menghangatkan bayi :
 Selimuti bayi dengan kain
 Lakukan penilaian
 Lakukan dan berikan bayi pada dada ibu untuk menjaga
kehangatannya
 Mengintruksikan ibu untuk menyusui bayi sambil dibelai
 Memakai pakaian
 Jaga suhu ruangan agar tetap hangat

2. Tindakan bagaimana cara mengatur posisi bayi
1) Atur posisi kepala bayi dekat dengan penolong
2) Ganjal bahu menggunakan handuk setinggi 5 cm agar kepala
bayi ekstensi

3. Tindakan bagaimana cara menghisap lendir pada bayi ;
1) Memasukkan ujung penghisap kedalam fulus bayi
2) Kemudian menghisap dan masukan 5 cm ke dalam mulut
3) Kemudian dihisap secara bersamaan
4) Kemudian memasukkan ujung penghisap kedalam hidung
dengan sedalam 3 cm dan dilakukan dengan cara yang sama
dihisap secara bersamaan dengan ujung penghisap. Mengapa
kita memasukkan alat penghisap 5 cm di mulut dan 3 cm di
hidung karena kalau lebih dari 5 dan 3 cm itu akan
menyebabkan denyut jantung bayi melambat dan akan
terjadinya henti napas pada bayi.

4. Tindakan bagaimana cara mengeringkan bayi :

1) Memulai mengeringkan bayi dari wajah kepala dan bagian
tubuh lainnya

2) Kemudian ditekan secara perlahan-lahan atau sedikit demi
sedikit tujuannya agar dapat membuat pernapasan bayi lebih
baik.

3) Ambil handuk dan keringkan mulai dari wajah kepala dan bagian
tubuh lainnya.

4) Kemudian mengganti kain yang telah basah dengan kain yang
kering dan bersih.

5. Langkah-langkah resusitasi dewasa :
a. Stabilitas Awal
Pendekatan kepada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
pendekatan kepada pasien perdarahan sama seperti perdarahan
pada umumnya,yakni meliputi pemeriksaan awal ,resusitasi,
diagnosis ,terapi. Tujuan pokoknya adalah mempertahankan
stabilitas hemodinamik ,menghentikan perdarahan,dan mencegah
perdarahan ulang.
1) Perhatikan kondisi sekitar (Danger)
Saat melihat korban yang tidak sadarkan diri seperti korban
serangan jantung, tersambar petir, atau korban kecelakaan,
penting melihat kondisi sekitar untuk memastikan keamanan
dalam menolong korban. "Perhatikan apakah kondisi sekitar
aman bagi korban, si penolong, dan orang lain yang berada di
sekitar. Hal ini penting agar si penolong tidak terkena bahaya
seperti sisa arus listrik dan lainnya," ucap Vani dalam
pelatihan tersebut.
2) Cek respon (Response)
Cek respon atau kesadaran dilakukan saat penolong
memastikan bahwa kondisi sekitar aman. Penilaian tingkat
kesadaran korban dapat dilakukan dalam empat tahap.
Pertama, cek apakah korban sadar? Apakah korban merespon

dengan panggilan suara? Apakah korban merespon apabila
ada pemberian rasa sakit, seperti ditepuk pundaknya. Jika
tidak memberikan respon, mintalah seseorang untuk
menghubungi ambulan, mengambil P3k dan Defibrilator
Eksternal Otomatis (AED), jika ada. Selain itu, cek apakah
korban bernapas atau tidak. Jika tidak, korban baru bisa
mendapatkan penanganan CPR. Pengecekan napas bisa
dilakukan dengan melihat pergerakan dada.
b. Ventilasi Tekanan Positif
Berlutut di samping korban. Letakkan dua telapak tangan dengan
posisi saling bertumpu di tengah dada korban. Posisikan siku
tegak lurus di atas dada korban dengan posisi bahu sejajar
tangan. Mulai kompresi dada (menekan dada korban) dengan
kedalaman 5 cm (dewasa) secara cepat, kira-kira 120 kali per
menit.
1) Jalan napas (Airway)
Setelah memberikan 30 kali kompresi dada, buka jalan napas
dengan menggunakan cara meletakkan satu tangan di dahi
korban dan tengadahkan kepala korban. Kemudian letakkan
ujung jari di bawah dagu korban, kemudian angkat dagunya.
Posisi ini akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
2) Berikan bantuan napas (Breathing)
3) Berikan bantuan napas sebanyak dua kali. Setiap tiupan
dilakukan selama 1 detik dan terlihat dada terangkat.
c) Kompres Dada
RJP atau CPR adalah kombinasi tindakan kompresi dada dan
bantuan napas. Ketika jantung tidak bisa berdetak, kompresi
dada diperlukan untuk sirkulasi darah yang membawa
oksigen. Agar kompresi dada efektif, maka korban harus
dalam posisi terlentang pada permukaan rata dan keras.
Langkah melakukan kompresi dada dewasa yaitu dengan

memberikan penekanan pada dada sebanyak 30 kali
penekanan dengan kedalaman 5 sampai 6 cm. Lokasi
penekanan berada pada pertengahan dada yaitu di bawah
tulang sternum. Kompresi dada adalah penekanan yang
bertenaga dan ritmis pada setengah bawah tulang dada.
Kompresi ini menyebabkan Aliran darah dengan cara
meningkatkan tekanan intratorakal dan penekanan langsung
pada jantung. Kompresi dada yang efektif memerlukan
penekanan dengan kecepatan 100-120 kali per menit.
Kompresi dada untuk meningkatkan keefektifan kompresi
dada, posisikan korban pada permukaan yang datar, keras,
dan rata dengan posisi terlentang dan penolong mengambil
posisi di sebelah dada korban. Kompresi di atas matras di
atas tempat tidur pasien dapat menyebabkan kompresi dada
tidak maksimal.


Click to View FlipBook Version