SEJARAH
INDONESIA
(Sumpah Pemuda dan Jati
Diri Keindonesiaan)
SMA KELAS XI
SEMESTER 1
KOMPETENSI INTI
KI 3 (Pengetahuan):
Memahami, menerapkan, dan
menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni
budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KOMPETENSI DASAR
KD 3.4:
Menghargai nilai dan
makna sumpah pemuda
bagi kehidupan bangsa
di Indonesia pada masa
kini
Daftar Isi
Latar Belakang Sumpah
Pemuda.................................................... 1
A. Politik Etis: Pintu Pembuka Pendidikan
Modern............................................................... 1
B. Pers Membawa
Kemajuan.......................................................... 3
C. Bangkitnya
nasionalisme.................................................... 4
Kongres Pemuda I dan Kongres
Pemuda II................................................. 7
A. Kongres Pemuda I .................................... 7
B. Kongres Pemuda II ................................... 9
Nilai dan Makna Sumpah
Pemuda.................................................. 14
A. Nilai Sumpah Pemuda ........................... 14
B. Makna Sumpah Pemuda ....................... 15
Evaluasi................................................. 16
Daftar Pustaka..................................... 19
MIND
MAPPING
Latar Belakang
Sumpah Pemuda
A. Politik Etis: Pintu Pembuka Pendidikan Modern
Memasuki awal abad ke-20, kebijakan pemerintah kolonial
mendorong untuk menguasai seluruh wilayah Nusantara.
Serangkaian tindakan perjanjian Belanda telah menimbulkan
banyak perlawanan dari pihak Bangsa Indonesia. Sayangnya
perlawanan dalam menghadapi kolonialisme dan imperalisme
masih bersifat lingkup daerah.
Sementara itu kebijakan kolonial juga menerapkan
kebijakan ekonomi yang bermasis pada sistem
kapitalisme barat, melalui komeralisasi, sistem moneter
dan komoditas barang. Sistem tersebut disukung
dengan kebijakan pajak tanah, sistem perkebunan,
perbankan, perundustria, perdagangan dan pelayaran.
Dampak dari semua itu, kehidupan rakyat Hindia
Belanda mengalami penurunan kesejahteraan.
Hal tersebut mendapat kritikan dari Van
Deventer sebagai pemimpin liberal
mempunyai pengaruh besar karena
karangannya "Hutang Kehormatan" tahun
1899. Ia mengecam politik keuangan
Belanda yang tidak memisahkan
keuangan negeri induk dari negeri jajahan
(Soejono, R.P, Leirissa, 2010: 22). 1
Dalam laporan-laporan itu terbukti bahwa tidak lagi politik
kolonial liberal dianut sepenuhnya, tetapi tidak ada
kecenderungan untuk memberikan kesempatan kepada
negara untuk campur tangan. Negeri Belanda diharapkan
memberikan sumbangan untuk memajukan keadaan di
Indonesia. Yang utama adalah kepentingan material, tanpa
diperhitungkan apa yang sesungguhnya menjadi keperluan
rakyat (Soejono, R.P, Leirissa, 2010: 24).
Fock berpendapat bahwa pendidikan yang lebih baik
akan memperkuat kaum pribumi dalam, administrasi, ia
juga menyarankan agar diusahakan irigasi,
pembangunan jalan rel kereta api, pembelian kembali
tanah-tanah pertikelir, untuk memajukan kesejahteraan
rakyat disarankan agar diperbanyak bagunan irigasi,
pemberian kredit untuk pertanian, dan mendorong
industri (Soejono, R.P, Leirissa, 2010: 23). Dalam
pidatonya tahun 1901, Ratu Wilhelmina mencanangkan
dilaksanakannya kebijakan Politik Etis (Lapian, A. B, dkk,
2012:212).
Ada 3 program kebijakan Politik Etis yaitu irigasi, edukasi
(pendidikan), dan transmigrasi membawa pengaruh besar
terhadap perubahan arah kebijakan politik negeri Belanda
atas negeri jajahan. Pada era itu mulai muncul simbol baru
yaitu "Kemajuan". Kemudian yang membawa pengaruh paling
besar pada saat itu adalah pada bidang edukasi (pendidikan)
yang memunculkan kaum-kaum terpelajar.
2
B. Pers Membawa Kemajuan
Munculnya pers di Indoneisa berkaitan erat dengan
keberadaan masyarakat Belanda, yang telah dimulai
sejak zaman VOC. Sampai dengan paruh pertama abad
XIX, sistem pers di Indonesia bersifat otoriter. Situasi
otoriter di Indonesia ketika itu tidak berada dengan
kondisi di Eropa pada abad XVII dan XVIII yang
merefleksikan kekuasaan politik otoriter yang berakibat
pula ada kehidupan pers (Lapian, A. B, dkk, 2012:297).
Pada awal abad ke XX, orang-orang swasta Belanda
,masih bergerak juga dalam penerbitan pers yang
berbahasa Melayu-Tionghoa/ Melayu-Cina. Di Batavia
muncul Pemberita Betawi (1884-1914), dan Bintang
Betawi (1893-1906). Pada awal abad XX, seiring dengan
kebangkitan nasionalisme Cina di Jawa, orang-orang
Cina penarakan juga ikut meramaikan usaha penerbitan
surat kabar (Lapian, A. B, dkk, 2012:299).
R.M. Koesoemo Oetoyo dapat disebut sebagai (Surat Kabar
orang Jawa pertama yang menerbitkan surat Medan Prijaji 1910)
kabar yakni Pertawa Prijaji (pada pertengahan
1900). Tokoh pers bumiputra lainnya yang 3
dikenal sebagai pelopor jurnalistik Indonesia
adalah raden Mas Djokomono, yang berganti
nama menjadi Raden mas Tirtoadisoerjo.
Tokoh ini menerbitkan surat kabar yakni,
Medan Prijaji (1910) (Lapian, A. B, dkk,
2012:299).
Surat kabar yang paling banyak mendapat (Surat Kabar
perhatian dari kolonial Belanda adalah De De Ekpress)
Ekpress, yang pelopornya adalah Douwes
Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan
Soewardi Soejaningrat, Surat kabar tersebut
berbahasa Belanda yang mengekspresikan
cita-cita untuk mencapai kesatuan dan
kemerdekaan Indonesia, karena sikap politik
ini, Tiga orang Serangkai ini diasingkan ke
negeri Belanda tahun 1913 (Lapian, A. B, dkk,
2012:300).
C. Bangkitnya Nasionalisme
Munculnya kelompok priyayi baru ini memunculkan pergerakan
kebudayaan yang terorganisir yang dicetuskan anata 1906-1908.
Hal ini terwujud atas berkat kegiatan pensiunan dokter Jawa,
wahidin Sudirohusodo yang berusaha meningkatkan martabat
bangsa Jawa melalui pengetahuan barat maupun warisan
budaya bangsa sendiri. Berkat dukungan dua orang siswa
STOVIA, Soetomo dan Gunawan, hasil perjuangan pemuda pada
masa awal ini akhirnya memungkinkan berdirinya Organisasi
Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 (Lapian, A. B, dkk,
2012:353).
Organisasi berikutnya adalah Sarekat Islam (SI). Pada
mulanya SI ini lahir karena adanya dorongan dari R.M.
Tirtoadisuryo. tahun 1909 ia mendirikan perkumpulan
dagang bersma yang bernama Sarekat Dagang Islam
(SDI). Tahun 1911, K.H Samanhudi secara remsi mendirikan
SDI dan pada tahun 1912 nama SDI berubah menjadi SI
4
oleh HOS. Coakroaminoto.
Tahun 1912 berdiri organisasi bercorak politik yakni,
Indische Partij. Pendiri oragnisasi tersebut dikenal
dengan sebutan "Tiga Orang Serangkai", Douwes
Dekker, Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat.
Kemudian muncul organisasi Perhimpunan Indonesia
(PI). Organisasi ini berkembang cukup pesat. Dibawah
kepimpinan Moh. Hatta, PI juga menuntut kemerdekaan
Indonesia secepatnya.
Tri Koro Darmo (Tiga tujuan mulia ) adalah Organisasi
Pemuda pertama yang berdiri pada 7 Maret 1915. Tri
Koro Darmo diharapkan menjadi satu yempat latihan
untuk calon pemika nasional yang cinta tanha air.
Kebanyakan angotanya berasal dari pelajar STOVIA
(Jawa Tengah dan Jawa Timur) (Lapian, A. B, dkk,
2012:354).
Pada kongres pertama di Solo tahun (Organisasi Tri Koro
1918, nama Tri Koro Darmo berubah Darmo)
menjadi Jong Java dengan maksud
untuk menarik golongan dari Sunda, 5
Bali dan Madura (Lapian, A. B, dkk,
2012:354). Berkembangnya Jong Java
ini telah mendorong munculnya
organisasi pemuda di berbagai daerah.
Misalnya 9 Desember 1917 berdiri
organisasi Jong Sumatranen Bond,
tahun 1918 berdiri organisasi Jong
Minahasa, disusul oleh Jong Celebes,
Jong Ambon, Jong Borneo, dll.
Selain berkembangnya organisasi pemuda dari berbagai
daerah, juga muncul organisasi pemuda dari kelompok agama,
yakni Jong Islamieten Bond (JIB). Organisasi ini atas ide Agus
Salim, setelah usulnya untuk memasukkan unsur islam didalam
Jong Java tidak diterima. Sekalipun berbasis Islam, JIB
memperjuangkan persatuan nasional.
Selain berkembangnya organisasi pemuda dari berbagai
daerah, juga muncul organisasi pemuda dari kelompok
agama, yakni Jong Islamieten Bond (JIB). Organisasi ini atas
ide Agus Salim, setelah usulnya untuk memasukkan unsur
islam didalam Jong Java tidak diterima. Sekalipun berbasis
Islam, JIB memperjuangkan persatuan nasional.
Jong Sumatrenan Bond mangadakan Lustrum pertama pada
1923 di Jakarta. Masalah yang hangat dibicarakan dalam
lustrum tersebut adalah masalah bahasa. Moh. Yamin
menyampaikan pidato dengan judul De Maleische Taal in het
verleden, heden en ini de toekomst (Bahasa Melayu di Masa
Lampau, Sekarang dan Masa Datang). Pada saat itu pula Yamin
melontarkan gagasan perlunya sebuah majalah kebudayaan
yang kemudian diberinama Malaya dengan tujuan untuk
merangkul dan mengambil hati penduduk Malaya yang masih
berada dibawah penjajahan Inggris (Lapian, A. B, dkk,
2012:356).
Pidato Yamin mendapat tanggapan bermacam-
macam. Sebagian besar menyambut dengan
gembira karena dapat merasakan betapa besarnya
cita-cita Muh. Yamin agar bangsanya mempunyai
bahasa pengantar yang bersumber dari budayanya
sendiri (Lapian, A. B, dkk, 2012:356). 6
Kongres Pemuda I
Pada tanggal 15 November 1925 dilaksanakanlah pertemuan
organisasi-organisasi pemuda. Hadir dalam pertemuan itu
antara antara lain perwakilan dari Jong Java, Jong Sumatrenan
Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Pelajar-Pelajar Minahasa,
Sekar Rukun. Dalam Pertemuan tersebut membahas mengenai
rencana kongres pemuda yang dipimpin oleh Tabrani.
Pada tanggal 30 April - 2 Mei 1926 berlangsunglak Kongres
Pemuda I di Jakarta, yang diketuai oleh M. Tabrani. Tujuan
Kongres ini mencapai jalan pembina perkumpulan pemuda
yang tunggal yaitu, membentuk sebuah badan sentral
dengan maskud memajukan paham persatuan
kebangsaan dan mempererat hubungan antar semua
perkumpulan -perkumpulan pemuda kebangsaan (Lapian,
A. B, dkk, 2012:359).
Dalam kongres ini diambil suatu keputusan yang sangat
mendasar, yaitu penetapan bahasa kesatuan. untuk itu diajukan
pilihan antara bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Bilamana sudah
ada pilihan, maka salah satu bahasa yang telah dipilih itu harus
dinamakan Bahasa Indonesia (Lapian, A. B, dkk, 2012:360).
7
Hasil utama dalam Kongres Pemuda I ini adalah bahwa kongres
mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia, walapun
masih samar-samar. Pada tanggal 15 Agustus 1926 diadakan lagi
pertemuan antara Jong Java, Jong Sumatrenan Bond, Jong
Minahisa, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks Bond, Jong
Celebes, Sekar Rukun, Vereeniging Voor Ambonsche
Studeerenden dan Komite Kongres Pemuda I (Lapian, A. B, dkk,
2012:360).
Rapat tersebut membahas usulan Jong Java untuk
mengadakan federasi antar berbagai organisasi pemuda.
Dalam rapat ini belum ada rumusan yang jelas tentang
federasi organisasi pemuda pemuda yang ada. Pada tanggal
20 Februari 1927, diadakan lagi pertemuan. Dalam rapat ini
membahas masalah fusi antar organisasi yang ada (Lapian, A.
B, dkk, 2012:360).
Pada bulan September 1926 diadakan pertemuan para pelajar.
Dalam pertemuan itu berhasil dibentuk perkumpulan yang diberi
nama Perhimpunan Pelajar-Pelajar di Indonesia (PPPI). PPPI
bertujuan untuk memperjuangkan Indonesia merdeka. Ketua
perkumpulan itu Soegondo Djojopoespito, tokoh-tokoh lainnya
adalah Muh. Yamin, Abdullah Sigit, Suwiryo, Sumitro
Reksodiputro, A. K. Gani, Sunarko, Amir Syarifuddin dan
Sumanang. Pada tanggal 28 Desember 1927, Jong Indonesia
menyelenggarakan kongres di Bandung. Dalam kongres ini Ir.
Soekarno memberikan ceramah yang dapat menambah
semangat para pemuda. Dalam kongres ini menetapkan nama
Jong Indonesia diganti dengan Pemuda Indonesia. 8
Kongres Pemuda II
Untuk merealisasikan gagasan fusi tersebut, PPPI segera
mengambil langkah-langkah. Diadakanlah pertemuan
membentuk panitia yang dikenal dengan Panitia Kongres
Pemuda II. Pada bulan Juni 1928, panitai kongres dibentuk.
Ketua : Soegondo Djojopoespito dari PPPI
Wakil Ketua : Djoko Marsaid dari Jong Java
Sekertaris : Muh. Yamin dari Sumatrenan Bond
Bendahara : Amir Sjarifuddin dari Jong Bataks Bond
Pembantu I : Djohan Muh. Thai dari Jong Islamieten Bond
Pembantu II : Kotjosungkono dari Pemuda Indonesia
Pembantu III : Senduk dari Jong Celebes
Pembantu IV : J. Leimena dari Jong Ambon
Pembantu V : Rohyani dari Pemuda Kaum Betawi (Lapian, A. B,
dkk, 2012:361).
9
Kongres Pemuda II dilaksanakan pada tanggal 27-28
Oktober 1928 dan rapat dilakukan sebanyak 3 kali.
Rapat Pertama
Rapat pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27
Oktober 1928 malam bertempat di gedung Katholik
Jongelingen Bond, Waterloopen. Dalam sidang ini Muh.
Yamin memberikan ceramah tentang persatuan dan
kebangsaan Indonesia. Dalam ceramahnya, Yamin
menegaskan ada 5 faktor yang dapat memperkuat
persatuan bangsa yakni, sejarah, bahasa, hukum adat,
pendidikan, dan kemauan.
Rapat Kedua
Rapat kedua dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 28
Oktober 1928, berlangsung pukul 08:00-12:00. Sidang ini
dilaksanakan di Oost Java Bioscoop Koningsplein. Rapat ini
membahas tentang pendidikan.
10
Rapat Ketiga
Rapat ketiga pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 1928,
pada pikul 17:30-20:00. Rapat ini dilaksanakan di gedung
Indonesische Clubgebouw. Rapat ini direncanakan semeriah
mungkin dengan acara pawai atau arak-arakan, akan tetapi
hal ini digagalkan oleh pihak Belanda. Walaupun demikian,
hal ini tidak menyurutkan semangat para pemuda. Rapat
ketiga ini di isi dengan ceramah-ceramah. Misalnya Sunario
menyampaikan materi tentang "Pergerakan Pemuda fdan
Persatuan Bangsa" dalam ceramah ini ditekankan
pentingnya persatuan dan kehidupan yang demokratis dan
patriotis.
11
Rapat diistirahatkan. Pada saat itu tampillah W.R.
Supratman untuk memainkan lagu yang diber judul
"Indonesia Raya". Namun untuk menyiasati agar tidak
dilarang oleh pihak Belanda, W.R. Supratman
memainkan lagu tersebut secara instrumental dengan
biola. Lagu inilah yang dikenal dengan lagu kebangsaan
Indonesia dan Bendera Merah Putih diakui sebagai
bendera kebangsaan.
Setelah istirahat rapat dilanjutkan. Puncak Kongres Pemuda
II ini diikrarkan sebuah sumpah yang dikenal dengan
Sumpah Pemuda. Naskah Sumpah Pemuda dirumuskan
oleh Muh. Yamin.
12
Pada waktu Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, sebenarnya
belum seluruh organisasi pemuda siap untuk bergabung
dalam satu organisasi pemuda. Maka organisasi pemuda
mengadakan persiapan untuk mengadakan fusi. Sebagai
persiapan untuk pembentukan perkumpulan pemuda yang
telah mengadakan fusi, pada tanggal 23 April dan 25 Mei
1929 di Gedung Indonesia Clubgebouw diadakan rapat. Hasil
dari pertemuan antara perwakilan Jong Java, Pemuda
Sumatera, dan Pemuda Indonesia adalah akan berganti
nama dan menjadi perserikatan baru berdasar kebangsaan
Indonesia. Untuk itu didirikan komisi besar, yang anggotanya
diambil dari perkumpulan tersebut. (Lapian, A. B, dkk,
2012:363).
Jong Java sebagi organisasi tertua dan terbesar,
menyetujui ide fusi dalam kongres ke XI tanggal 25-29
Desember 1928 di Yogyakarta. Sebagai tindak lanjut dari
hasil kongres tersebut, Jong Java dalam kongresnya di
Semarang 23-29 Desember 1929, membubarkan diri dan
bergabung dengan perkumpulan Indonesia Muda (Lapian,
A. B, dkk, 2012:363).
Tujuan Indonesia Muda adalah membangunkan dan
mempertahankan keinsyafan antara anak bangsa
yang bertanah air satu agar tercapai Indonesia Raya.
Indonesia Muda memajukan rasa saling menghargai
dan memelihara rasa persatuan semua anak
Indonesia, bekerjasama dengan perumpulan
pemuda, mengadakan kursus-kursus untuk
memberantas buta huruf, memajukan olrahrga, dll
(Lapian, A. B, dkk, 2012:365). 13
Nilai dan Makna
Sumpah Pemuda
A. Nilai Sumpah Pemuda
Nilai utama Peristiwa Sumpah Pemuda adalah persatuan.
Persatuan yang diilhami oleh asas perjuangan Perhimpunan
Indonesia ini sudah lama diperjuangkan oleh para pemuda.
Banyaknya organisasi yang berdiri pada saat itu adalah adalah
masih bersifat kedaerahan dan setiap organisasi masih
cenderung berjuang dengan organisasinya masing-masing.
Oleh karena itu, berbagai organisasi pemuda berusaha sekuat
tenaga untuk mewujudkan persatuan diantara anak bangsa.
minimal dikalangan pemuda. Lahirnya Indonesia Muda
diharapkan dapat menggerakkan seluruh komponen bangsa
untuk menciptakan Indonesia Raya, membebaskan diri dari
penjajahan, dan akhirnya tercapai kemerdekaan.
Nilai berikutnya adalah kemandirian, jati diri, dan
penguatan nasionalisme. Hal ini tercermin dalam suatu
ikrar satu tanah air, satu bangsa dan keikhlasan
menjunjung satu bahasa Indonesia. Nilai lainnya adalah
nilai demokrasi. Mereka pada saat berjuang tidak lagi
dengan fisik dan kekerasan, tetapi mereka berjuang
dengan musyawarah, berdemokrasi misalnya melalui
Volksraad.
14
B. Makna Sumpah Pemuda
Isi dari ikrar Sumpah Pemuda dipatuhi oleh semua
perkumpulan kebangsaan Indonesia. Keyakinan
persatuan Indonesia diperkuat dengan memperhatikan
dasar persatuan, yaitu Kemauan, Sejarah, Bahasa,
Hukum adat dan Pendidikan.
Adapun makna Sumpah Pemuda menjadi tonggak
penegas yang sangat penting dalam sejarah atau lebih
jelasnya, bahwa kita wajib menjujung tinggi persatuan
Indonesia berdasarkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Kita bangga bertanah air, berbangsa dan berbahasa
Indonesia; Karena itu kita wajib mencintai tanah air,bangsa
dan bahasa Indonesia (Karyanti, Tri, 2010:99)
15
EVALUASI
01 Perhatikan gambar berikut.
Coba jelaskan masing-masing bidang
Politik Etis sebagai pintu pembuka dalam
membangun kesadaran persatuan
bangsa!
Bidang Bidang Bidang
Edukasi irigasi transmigrasi
Bagaimana peran pers dalam memajukan
02 pola pikir para pelajar pada saat itu?
Seperti halnya muncul surat kabar Medan
Prijaji, De Ekspres untuk mendapatkan
kemerdekaan Indonesia.
16
03 Mengapa para pemuda berusaha keras
untuk mewujudkan cita-cita persatuan
Indonesia?
04 Mengapa pada saat itu banyaknya
organisasi yang berdiri, tetapi tidak
tidak berhasil dalam mewujudkan
persatuan dan kemerdekaan
Indonesia?
05 Menurut pendapat kalian, hasil apa
yang terpenting dalam Kongres
Pemuda I tahun 1926?
06 Coba bandingkan dan analisislah hasil
dari Kongres Pemuda I dan Kongres
Pemuda II!
17
07 Jelaskan nilai-nilai sumpah pemuda dan
mengapa nilai tersebut dianggap
penting?
08 Bagaimana keterkaitan antara
kebangkitan rasa nasional dengan
munculnya Sumpah Pemuda?
09 Mengapa dalam ikrar Sumpah Pemuda
terikat dengan Bahasa Indonesia dan
tanah air dan bangsa?
10 Bagaimana kaitan antara Sumpah
Pemuda dengan penguatan jati diri
keindonesiaan?
18
DAFTAR
PUSTAKA
AM. Sadirman dan Amurwani D.L. 2017.
Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK
Kelas XI Semester 1: Edisi Revisi 2017.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan 2017: Pusat Kurikulum ,
dan perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
Karyanti, Tri. 2010. Sumpah Pemuda
dan Nasionalisme Indonesia. Jurnal
Majalah Ilmiah Informatika, Vol. 1, No. 3
Lapian, A.B, dkk, 2012.
Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid 5:
Masa Pergerakann Kebangsaan. Jakarta:
PT.Ichtiar Baru Van Hoeve.
Leirissa, R.Z dan Soejono, R.P. 2010.
Sejarah Nasional Indonesia Jilid V: Zaman
Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia
Belanda (1900-1942). Jakarta: Balai
Pustaka.
19
PROFIL
Nama : Jasuma Damayanti
NIM : 190210302005
Pendidikan :
S1 Program Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
jasuma_damay
[email protected]
Prodi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Jember