The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Panduan_Penguatan_Literasi_dan_Numerasi_di_Sekolah_bf1426239f

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by aisyamaqdisiana47, 2023-09-04 00:03:29

Panduan_Penguatan_Literasi_dan_Numerasi_di_Sekolah_bf1426239f

Panduan_Penguatan_Literasi_dan_Numerasi_di_Sekolah_bf1426239f

P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Reading Strategy Memprediksi Memvisualkan Menggunakan konteks kalimat dan gambar untuk memprediksi makna kata baru atau sesuatu hal yang akan terjadi. Membayangkan benda, orang, kejadian dalam teks menggunakan konteks kalimat atau gambar pada bacaan. Menghubungkan Menanya Menghubungkan materi bacaan dengan pengalaman dan teks lain yang pernah dibaca. Menuliskan daftar pertanyaan terhadap materi bacaan yang belum dipahami. Mengklarifikasi Mengevaluasi Menyimpulkan materi bacaan dengan kata-kata sendiri dan menggunakan simpulan tersebut untuk memeriksa pemahamannya terhadap bacaan. 43 : Menilai tokoh, tindakan tokoh, kejadian, dan informasi dalam bacaan fiksi dan nonfiksi.


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Beberapa Strategi Membaca: 1) Mampu merumuskanpertanyaan pemantik saat mengajak siswa berkegiatan dengan buku. 2) Memberikan umpan balik yang bermakna dalam proses Edit-Revisi-Tulis Ulang (dalam “konferensi menulis”). 3) Mengembangkan rubrik penilaian atau indikator pencapaian untuk kegiatan menyimak, membaca, memirsa, berbicara, menulis. 4) Berkolaborasi memetakan kompetensi dasar lintas mapel untuk menyelenggarakan proyek lintas mapel. 5) Berkolaborasi dengan tim guru untuk menyelenggarakan proyek kokurikuler lintas mapel dan lintas kelas. 6) Merumuskan dan melaksanakan asesmen untuk mengukur hasil pembelajaran sekaligus untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Pengembangan aktivitas penguatan literasi dilakukan pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler bertujuan untuk meningkatkan kecakapan literasi siswa melalui proses pembelajaran menggunakan beragam teks. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pemahamannya terhadap materi pembelajaran dalam simulasi proyek untuk menyelesaikan permasalahan di lingkungannya sesuai minat dan bakatnya. 44


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h c. Kegiatan Intrakurikuler Contoh strategi penguatan literasi di kelas awal: 1. 2. APEL Penguatan fonemik (membaca dengan melafalkan bunyi huruf). Kosakata sehari-hari diperkenalkan secara berulang menggunakan alat peraga visual (dalam konteks maknanya). 3. 4. Penjadwalan membaca nyaring, membaca bersama, membaca terbimbing untuk meningkatkan pemahaman terhadap bacaan melalui elemen visual. Penjadwalan kegiatan menulis tematik secara terbimbing. 5. Mengintegrasikan menyimak, membaca, memirsa, menulis, berbicara secara seimbang. 45


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Contoh strategi penguatan literasi di kelas tinggi:: 1. 2. Menggunakan berbagai teks bacaan fiksi dan nonfiksi sesuai jenjang membaca. 3. Kegiatan membaca terbimbing dalam kelompok kecil sesuai kemampuan membaca untuk melatih kemampuan membaca kritis dan reflektif. 4. Penjadwalan membaca nyaring, membaca bersama, membaca terbimbing untuk meningkatkan pemahaman terhadap bacaan melalui elemen visual. Kosakata akademik/bahasa tertulis mulai diperkenalkan dalam beragam tema. 46


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h c. Kegiatan Intrakurikuler Contoh strategi penguatan literasi di kelas awal: 1) Penguatan fonemik (membaca dengan melafalkan bunyi huruf). 2) Kosakata sehari-hari diperkenalkan secara berulang menggunakan alat peraga visual (dalam konteks maknanya). 3) Penjadwalan membaca nyaring, membaca bersama, membaca terbimbing untuk meningkatkan pemahaman terhadap bacaan melalui elemen visual. 4) Penjadwalan kegiatan menulis tematik secara terbimbing. 5) Mengintegrasikan menyimak, membaca, memirsa, menulis, berbicara secara seimbang. Contoh strategi penguatan literasi di kelas awal: 1) Menggunakan berbagai teks bacaan fiksi dan nonfiksi sesuai jenjang membaca. 2) Kegiatan membaca terbimbing dalam kelompok kecil sesuai kemampuan membaca untuk melatih kemampuan membaca kritis dan reflektif. 3) Kegiatan membaca nyaring, membaca bersama, membaca terbimbing, menulis tematik terjadwal secara seimbang dalam setiap minggu seiring dengan penerapan model pembelajaran lainnya. 4) Kosakata akademik/bahasa tertulis mulai diperkenalkan dalam 47


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h d. Kegiatan Kokurikuler Berupa Proyek Lintas Mata Pelajaran Proyek kokurikuler memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang didapatnya dalam menyelesaikan permasalahan di lingkungannya. Proses persiapan, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi proyek merupakan strategi penguatan literasi yang melatih kemampuan siswa untuk menemukan dan mengenali permasalahan di lingkungannya, merumuskan pertanyaan, merancang organisasi dan langkah-langkah pengerjaan proyek, melakukan evaluasi, serta merefleksi proses pengerjaan proyek. Persiapan Proyek Guru mendampingi siswa mendiskusikan permasalahan di lingkungan mereka dan memilih kasus yang akan menjadi fokus proyek. Guru membantu siswa merumuskan pertanyaan tentang bagaimana mereka dapat menyumbangkan solusi terhadap permasalahan tersebut. Perancangan Proyek Guru mendampingi siswa merancang organisasi proyek: pembagian peran dan tanggungjawab, langkah-langkah pengerjaan, alat dan bahan, pendanaan, jadwal pengerjaan proyek. Pelaksanaan Proyek Guru memfasilitasi dan memantau pelaksanaan proyek oleh siswa, membantu mengumpulkan sumber pembelajaran yang dibutuhkan, membantu menghubungkan siswa dengan mitra sekolah, mengajarkan keterampilan proses inkuiri selama proyek berlangsung. Refleksi dan Evaluasi Proyek Guru merancang kegiatan pameran atau presentasi hasil/laporan proyek. Guru memandu siswa melakukan refleksi diri dan kelompok. Guru memberikan umpan balik kepada hasil atau laporan proyek, serta proses pengelolaan proyek. Gambar 3.11 Tahapan Persiapan, Perancangan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Proyek Kokurikuler 48


249 3 P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Warga sekolah dan pemangku kepentingan dapat memeriksa apakah sekolah telah melakukan upaya untuk mengembangkan strategi penguatan literasi di lingkungan akademik melalui daftar periksa bagi pengawas, kepala sekolah, dan guru yang tersedia pada daftar lampiran di bagian akhir panduan ini. f. Contoh Pelatihan dan Pendampingan untuk Guru Tabel 3.1 Contoh Pelatihan dan Pendampingan untuk Guru Mengkurasi dan Menjenjangkan Bahan Pengayaan untuk Siswa Kurikulum Berbasis Teks Berdiskusi Tentang Buku Pembelajaran Berbasis Proyek Bacaan ramah anak. Perjenjangan buku. Mengakses bacaan ramah anak. Pengadaan buku ramah anak. Penataan koleksi (cetak dan digital). Memahami Kompetensi Dasar, merumuskan indikator, tujuan dan tema pembelajaran. Merencanakan model dan strategi literasi yang relevan. Memilih buku dan media pembelajaran sesuai tema. Membaca nyaring. Membaca terpandu. Merumuskan pertanyaan pemantik diskusi. Kegiatan tindak lanjut. Manfaat, cakupan pembelajaran berbasis proyek. Simulasi persiapan dan perancangan proyek lintas mapel. Simulasi persiapan dan perancangan proyek kokurikuler lintas kelas. Merumuskan asesmen proyek 1


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Tabel 3.2 Contoh Strategi Asesmen, Pengelolaan Kelas, Pelibatan Mitra, dan Mengajar Bersama Strategi Asesmen dan Penilaian Strategi Pengelolaan Kelas Pelibatan Mitra dalam Pembelajaran Mengajar Bersama(Team Teaching) Jenis-jenis Pembagian Membangun Manfaat tim guru asesmen. kelompok belajar. jejaring dengan sebagai komuniPrinsip asesmen. Penataan kelas mitra. tas belajar. Umpan balik yang untuk ragam Mengidentifikasi Simulasi peranefektif. model mitra sekolah. cangan program Pengolahan pembelajaran. Menjalin mengajar asesmen dan Pengelolaan komunikasi bersama. tindak lanjut. jadwal klasikal, dengan orang tua. Simulasi praktik Portfolio. kelompok, Simulasi mengajar mandiri. penulisan bersama. proposal untuk Evaluasi dan DUDI. refleksi. g. Asesmen untuk Menguatkan Lingkungan Akademik yang Literat Sesuai dengan Kepmendikbud Nomor 719/P/2020, asesmen pembelajaran harus bersifat: 1. Valid menggambarkan kompetensi siswa, 3. Adil yaitu tidak merugikan siswa, 2. Reliabel konsisten dan dapat dipercaya, 4. Fleksibel sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa, 50


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h 5. Otentik menggambarkan capaian siswa sesungguhnya, 6. Terintegrasi dengan pembelajaran. Asesmen tidak hanya mengukur hasil belajar siswa (assessment of learning). Asesmen juga juga berperan memberikan umpan balik terhadap mutu dan proses pembelajaran (assessment for learning) serta melibatkan guru dan siswa untuk merefleksi proses pembelajaran yang telah dilakukannya (assessment as learning). Oleh karena itu, asesmen tidak hanya dilakukan pada akhir masa pembelajaran (asesmen sumatif). Asesmen perlu dilakukan di awal pembelajaran dalam bentuk asesmen diagnosis dan secara berkala dalam proses pembelajaran. Asesmen sumatif dan formatif dapat berupa hasil kegiatan literasi produktif, yaitu portofolio, pameran, dan pementasan karya siswa, serta proyek kolaboratif di akhir tahun ajaran. h. Asesmen Diagnosis Kognitif dan Nonkognitif Salah satu peran asesmen diagnosis di masa pemulihan sekolah ini adalah untuk memitigasi ketimpangan belajar dan membantu guru memetakan strategi pembelajaran di masa pemulihan sekolah. Asesmen diagnosis tidak hanya mengukur pencapaian kompetensi siswa selama belajar di masa pandemi, namun juga kondisi psikososial siswa ketika belajar di rumah. 51


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Asesmen Diagnosis memetakan kesejahteraan emosional Asesmen nonkognitif dan psikologi siswa agar mendapatkan penanganan yang tepat mengidentifikasi capaian kompetensi Asesmen kognitif siswa sehingga guru dapat memetakan dan mengidentifikasi siswa yang perlu mendapatkan remedial atau pengayaan. Gambar 3.12 Asesmen Diagnosis Dalam melakukan asesmen nonkognitif, guru perlu menyesuaikan jenis pertanyaan asesmen dengan kemampuan pemahaman siswa, serta metode asesmen (wawancara, menggambar, atau menulis karangan) dengan kemampuan membaca dan menulis siswa. Bagaimana, dengan siapa, kapan, di mana kamu belajar di rumah? Bagaimana perasaanmu? Apa yang kamu inginkan? Pertanyaan apa saja yang ditanyakan? Wawancara menggunakan simbol emosi. Meminta siswa bercerita. Meminta siswa menggambar atau menulis pengalamannya. Bagaimana menanyakannya? Hasil pemetaan: siswa yang memiliki emosi negatif dan siswa yang memiliki tantangan. Tindak lanjut dengan tim guru dan kepala sekolah. Tindak lanjut dengan siswa dan keluarganya. Bagaimana tindak lanjutnya? Gambar 3.13 Tahapan Asesmen Nonkognitif 52


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Sementara itu, dalam merencanakan asesmen kognitif, guru mengidentifikasi Kompetensi Dasar yang akan diukur di awal tahun. Kompetensi ini dapat diambil dari Kompetensi Dasar yang dianggap esensial pada jenjang ketika siswa belajar di rumah. Pengukuran berdasarkan KD esensial ini memastikan bahwa siswa mencapai kompetensi sebagaimana seharusnya. Merencanakan soal Mengidentifikasi KD esensial dan prasyarat Menurunkan KD menjadi indikator Membuat soal Pevmetaan siswa Siswa dengan kemampuan sesuai kompetensi KD Siswa yang kompetensinya tertinggal 1 semester Siswa yang kompetensinya tertinggal 2 semester Perencanaan penanganan siswa Guru mengajar siswa yang memenuhi kompetensi KD Guru memberikan pelajaran tambahan kepada siswa yg tertinggal Guru memberikan layanan kepada kelompok siswa yang tertinggal dengan bantuan pengajar lain Gambar 3.14 Tahapan Asesmen Kognitif Asesmen diagnosis ini perlu dilakukan secara berkala untuk memberikan umpan balik terhadap mutu pembelajaran. Penanganan pembelajaran sebagai tindak lanjut pemetaan siswa setelah asesmen diagnosis dapat berupa beberapa strategi pendampingan sebagai berikut: 1) Kepala sekolah menugaskan tim guru untuk mengajar sesuai dengan jenjang kompetensi siswa. 2) Guru mengatur jadwal belajar (di rumah dan tatap muka). 3) Guru memilih bahan ajar dan materi yang sesuai dengan peta kompetensi siswa. 4) Guru merencanakan bagaimana berkomunikasi dengan orang tua. 5) Guru mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. 53


i. Asesmen Formatif dan Sumatif yang Menguatkan Kecakapan Literasi Produktif P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Dalam masa pemulihan sekolah, asesmen formatif perlu mendapat penekanan ketimbang asesmen sumatif. Asesmen formatif dapat berupa kompilasi karya siswa dalam proses belajar dan catatan pengamatan terhadap proses belajar yang memberikan umpan balik baik kepada siswa maupun kepada guru tentang pencapaian kompetensi siswa. Asesmen sumatif pun dapat berupa penampilan, pameran karya, dan proyek yang memberikan ruang bagi siswa untuk menerapkan pengetahuan terhadap materi ajar. Dengan demikian, asesmen formatif dan sumatif dapat menguatkan kecakapan literasi produktif siswa. Tabel 3.3 Bentuk Asesmen Formatif dan Sumatif Bentuk Tertulis Gabungan Tertulis dan Tidak Tertulis Bentuk Tidak Tertulis Esai, tulisan reflektif, jurnal, poster. Presentasi individual dan kelompok. Diskusi, diorama, drama atau penampilan lain. Guru dapat memeriksa pelaksanaan asesmen di kelasnya dengan merujuk pada daftar periksa asesmen yang tersedia di bagian lampiran di panduan ini. j. Menguatkan Rumah dan Masyarakat sebagai Ekosistem yang Literat Di masa pandemi dan kenormalan baru ini, rumah perlu dikuatkan perannya sebagai ekosistem belajar dengan lingkungan fisik, sosial afektif, dan akademik yang literat. Hal ini penting karena di masa pemulihan sekolah, pembelajaran di sekolah belum dapat berperan secara optimal dengan pertemuan tatap-muka sebagaimana pada masa sebelum pandemi. Dengan demikian, orang tua/wali siswa, anggota masyarakat, dan pegiat literasi perlu berkontribusi menciptakan rumah dan pusat belajar di masyarakat yang literat. Indikator untuk menguatkan rumah dan masyarakat sebagai ekosistem yang literat dapat ditemukan pada bagian lampiran panduan ini. 54


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Sumber: Dharmawati Gambar 3.15 Siswa sedang membaca buku 55


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h B. STRATEGI PENGUATAN NUMERASI Penguatan kemampuan numerasi peserta didik dapat dilakukan melalui strategi berikut: Menyediakan sarana lingkungan fisik yang memberikan stimulus numerasi kepada peserta didik serta lingkungan berkarya (makerspace) yang memfasilitasi interaksi numerasi. Membangun lingkungan sosial-afektif positif yang mendukung growth mindset bahwa numerasi merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh semua peserta didik dan merupakan tanggung jawab semua orang, bukan hanya peran dari guru matematika saja. Mengimplementasi berbagai program sekolah yang komprehensif dan sesuai untuk berbagai kelompok peserta didik yang ditargetkan, misalnya program numerasi dini untuk peserta didik pendidikan usia dini. Menekankan penalaran dan proses pemodelan pemecahan masalah di dalam mata pelajaran matematika dan menerapkan numerasi lintas kurikulum di mata pelajaran nonmatematika. 1. Strategi Implementasi pada Lingkungan Fisik dan Membangun Lingkungan Berkarya (Makerspace) Berikut ini beberapa strategi implementasi penguatan kemampuan numerasi pada lingkungan fisik dan membangun lingkungan berkarya (makerspace): a. Gambar 3.16 Sarana Penunjang Pembelajaran Numerasi 56 Pengembangan sarana penunjang dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran numerasi sehingga tercipta ekosistem yang kaya numerasi. Contohnya dapat dilihat pada gambar berikut:


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h b. c. d. Pengukur tinggi badan Pengukur suhu ruangan Sumber: G 57 Pemanfaatan fasilitas di sekolah untuk tampilan-tampilan numerasi, misalnya, alat pengukuran tinggi badan, termometer suhu ruangan, dan nomor ruang kelas yang menarik. Tampilan informasi yang biasanya hanya dalam bentuk teks, dapat diperkaya dengan unsur numerasi. Misalnya, staf perpustakaan dapat menampilkan informasi mengenai jumlah peminjam buku (contoh: berdasarkan genre, gender, dan sebagainya) setiap bulannya dengan menggunakan diagram lingkaran, tabel, atau grafik. Tampilan informasi yang memunculkan numerasi dalam berbagai konteks. Misalnya, di kamar kecil dapat ditampilkan informasi mengenai berapa jumlah volume air yang diboroskan jika keran tidak tertutup penuh dan masih meneteskan air selama satu hari, atau informasi mengenai bagaimana memperkirakan waktu 20 detik untuk mencuci tangan dengan sabun sebagai protokol kesehatan. p.lefux.com Sum ambar 3.17 Fasilitas Sekolah dengan ber: thumbs4.ebaystatic.com Tampilan Numerasi


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h e. Sumber: c8.alamy.com Sumber: northiowatoday.com Gambar 3.18 Fasilitas dengan Tampilan Numerasi di Taman Sekolah f. 58 Ketersediaan lingkungan atau ruang berkarya untuk numerasi yang memberikan kesempatan peserta didik untuk berinteraksi melalui alat matematika dan permainan tradisional maupun permainan papan (board games) yang membutuhkan dan melatih keterampilan numerasi. Ruang ini dapat berada di salah satu bagian dari perpustakaan, ruang kelas khusus, atau bahkan ruang pada fasilitas umum atau sosial, misalnya di balai desa, sehingga memberikan akses bahkan untuk anak prasekolah dan anak pendidikan usia dini. Gambar berikut adalah contoh permainan dan alat matematika yang dapat digunakan dalam ruang berkarya baik di sekolah maupun fasilitas umum/sosial. Tersedianya fasilitas atau tampilan-tampilan numerasi di taman sekolah yang mendorong peserta didik untuk bermain numerasi seperti pada gambar berikut:


59 P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Gambar 3.19 Alat dan Permainan Tradisional yang Melibatkan Keterampilan Numerasi


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h 2. Strategi Implementasi pada Lingkungan Sosial-Afektif Berikut ini beberapa strategi implementasi penguatan kemampuan numerasi pada lingkungan sosial-afektif: a. b. Pesan positif (growth mindset) bahwa semua peserta didik memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menjadi numerat (yaitu seorang yang dapat menggunakan fakta, konsep, keterampilan, dan alat matematika untuk memecahkan masalah pada berbagai konteks). c. Guru dan orang tua mengomunikasikan growth mindset kepada peserta didik secara konsisten, baik secara lisan maupun melalui perlakuan kepada peserta didik. Adanya dialog antara guru dan orang tua untuk membicarakan berbagai strategi yang dapat digunakan, serta proses tindak lanjut yang dilakukan. d. Memunculkan tokoh masyarakat (figur publik) yang dikenal peserta didik, misalnya youtuber seperti Jerome Polin, untuk mengubah persepsi umum mengenai matematika dan numerasi. Mengangkat topik mengenai pekerjaan di masa yang akan datang dan peran penting matematika. 60


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h e. Mengubah paradigma bahwa mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi peserta didik merupakan tanggung jawab semua pihak (guru semua mata pelajaran, staf, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya). 3. Strategi Implementasi pada Lingkungan Akademis Berikut ini beberapa strategi implementasi penguatan kemampuan numerasi pada lingkungan akademis: a. b. Penyediaan buku-buku yang berkaitan dengan numerasi, baik buku bacaan fiksi, nonfiksi, cara mengajarkan numerasi, maupun cara membuat alat peraga numerasi di perpustakaan sekolah. Sebagai contoh, berikut tautan sebuah buku yang dibuat sebagai hasil praktik baik dari guru dalam pembuatan alat peraga matematika yang dapat digunakan di kelas: https://www.inovasi.or.id/wp-content/u ploads/2019/08/Booklet-Ide-Ide-Pemb elajaran-Numerasi-di-Kabupaten-Sidoa rjo-FINAL-min.pdf Program numerasi sekolah untuk mengaitkan matematika dengan kehidupan nyata, misalnya berupa seri topik mengenai matematika dalam kehidupan di rumah, matematika dalam berbagai pekerjaan yang ada saat ini, matematika dalam pekerjaan di masa depan, dan matematika di kehidupan bermasyarakat. 61


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h c. d. Program numerasi peserta didik PAUD dan SD melalui permainan baik permainan tradisional, misalnya congklak. atau permainan papan (board games), misalnya permainan ular tangga. Saat ini sudah ada berbagai permainan papan (board games) dan permainan kartu (card games) hasil karya putra-putri Indonesia yang memuat unsur numerasi. Program membuat permainan numerasi yang mengundang peserta didik dan orang tua untuk membuat dan memainkan permainan numerasi sederhana yang dapat dibawa pulang untuk dimainkan di rumah. 4. Strategi Implementasi pada Lingkungan Akademis: Numerasi dalam Pembelajaran a. Numerasi pada Mata Pelajaran Matematika Numerasi berperan menentukan cara dan arah pembelajaran matematika di sekolah, sehingga pembelajaran matematika lebih bermakna bagi peserta didik secara kontekstual. Beberapa prinsip penguatan numerasi dalam mata pelajaran matematika mencakup (1) memberikan perhatian pada konteks kehidupan nyata; (2) penerapan pengetahuan matematika; 62


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h (3) penggunaan alat fisik, representasi dan digital; 4) peningkatan sikap positif terhadap penggunaan matematika untuk memecahkan masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari; dan (5) orientasi kritis untuk menginterpretasi hasil matematika dan membuat keputusan berbasiskan bukti. Tuntutan numerasi dalam matematika melibatkan pengetahuan dan kapasitas untuk memanfaatkan keterkaitan ide-ide matematika (antara berbagai topik dan domain matematika). Untuk guru matematika, tantangannya adalah memberikan perhatian khusus pada bagaimana matematika digunakan di luar kelas matematika, misalnya memberikan masalah yang solusinya bergantung pada konteks dan meminta peserta didik untuk membenarkan solusi mereka dan pilihan keterampilan matematika yang mereka gunakan. Penguatan numerasi di matematika dapat dilakukan dengan melihat mata pelajaran lain sebagai penyedia konteks yang bermakna di mana konsep matematika dapat diperkenalkan atau dikembangkan. 63


64 P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h b. Numerasi Lintas Kurikulum (Mata Pelajaran Non Matematika) Agar numerasi berguna bagi peserta didik maka haruslah dipelajari dalam berbagai konteks dan melalui semua mata pelajaran sekolah, bukan hanya matematika. Pendekatan yang dibutuhkan adalah apa yang disebut sebagai numerasi lintas mata pelajaran, yaitu peran aktif dari guru mata pelajaran selain matematika untuk mengidentifikasi kesempatan numerasi di dalam mata pelajaran yang diajarnya dan untuk menstimulasi diskusi mengenai numerasi dalam kurikulum semua mata pelajaran. Ini tidak berarti bahwa guru non-matematika berubah fungsi menjadi pengajar matematika, melainkan mereka menanamkan (embed) numerasi dalam mata pelajaran yang mereka ajar tanpa kehilangan fokus pada mata pelajaran tersebut. Guru dapat menciptakan berbagai jenis kesempatan belajar numerasi melalui hal berikut: 1) Mengidentifikasi tuntutan numerasi spesifik dari mata pelajaran mereka dengan menganalisis kurikulum mata pelajaran disiplin ilmu yang diajar. 2) Memberikan pengalaman dan peluang belajar yang mendukung penerapan pengetahuan dan keterampilan matematika umum peserta didik. 3) Menyadari penggunaan yang benar dari terminologi matematika di mata pelajaran mereka dan menggunakan bahasa ini dalam pengajaran mereka yang sesuai.


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Pada saat guru non-matematika turut memperhatikan numerasi dalam mata pelajaran lintas kurikulum sebenarnya dapat meningkatkan pembelajaran pada mata pelajaran tersebut. Sebagai contoh, seorang guru IPS ketika turut melatih siswa dalam membaca dan menginterpretasi data yang disajikan melalui grafik dengan baik akan membantu siswa juga dalam memahami pelajaran, misalnya mengenal ketidakmerataan distribusi kekayaan dan kekuasaan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, ketika guru memperkuat kemampuan numerasi siswa, secara timbal balik, kemampuan siswa untuk memahami disiplin ilmu tersebut juga meningkat. 65


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Berikut ini contoh numerasi lintas kurikulum untuk beberapa mata pelajaran non matematika: IPA Mengestimasi pertumbuhan makhluk hidup menyatakan prediksi dengan membuat bagan IPS Membuat grafik penggunaan air pribadi dan membandingkannya dengan ketersediaan ari di berbagai daerah di Indonesia Bahasa Membandingkan istilah-istilah matematika yang memiliki pengertian yang berbeda dari penggunaan sehari-hari Sejarah Menggunakan diagram batang untuk membandingkan persediaan makan pada Perang Dunia II dengan konsumsi makanan peserta didik Seni Memperkirakan ruangan yang dibutuhkan untuk menggambar dengan proporsi yang tepat PJOK Memperkirakan berapa kalori yang dibakar untuk kegiatan fisik tertentu PKn Membandingkan tingkat pertumbuhan ekonomi di berbagai era Presiden Indonesia Gambar 3.20 Contoh Numerasi Lintas Kurikulum 66


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Dalam implementasi strategi penguatan kemampuan numerasi pada pembelajaran, bapak/ibu guru dapat mengawalinya dengan Asesmen Diagnosis, yakni melalui Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Kelas, kemudian dilanjutkan dengan Pembelajaran Remedial. 1. Asesmen Diagnosis Kognitif a. Teori Asesmen adalah proses sistematis dalam pengumpulan, pengolahan, dan penggunaan data aspek kognitif dan nonkognitif untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Selanjutnya yang dimaksud asesmen diagnostik adalah asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik. Asesmen diagnosis pada aspek kognitif bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dalam topik sebuah mata pelajaran. Pada konteks pedoman ini, yang didiagnosis adalah kemampuan numerasi peserta didik, melalui Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) kelas. b. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Kelas Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua peserta didik untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia. Kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang 67


1. Tujuan AKM P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h telah dipelajari, serta keterampilan memilah serta mengolah informasi. Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk menghasilkan informasi yang memicu perbaikan kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pelaporan hasil AKM dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi siswa. Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat capaian siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai konten atau kompetensi yang diharapkan pada suatu mata pelajaran, sebagaimana ilustrasi berikut: Konten Mata Pelajaran Kompetensi membangun kompetensi Kompetensi Mendasar: Literasi Membaca dan Numerasi Kompetensi untuk menguasai konten Konten Mata Pelajaran Gambar 3.21 Konten dan Kompetensi pada Mata Pelajaran 68


1. Komponen AKM Numerasi P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Untuk memastikan AKM mengukur kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan, juga sesuai dengan pengertian numerasi yang telah disampaikan, soal AKM diharapkan tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu, tetapi berbagai konten, berbagai konteks, dan pada beberapa tingkat proses kognitif. Berikut ini adalah rincian konten, proses kognitif, dan konteks pada AKM Numerasi: Bilangan, meliput representasi, sifat urutan, dan operasi beragam jenis bilangan (cacah, bulat, pecahan, desimal). KONTEN Pengukuran dan geometri, meliputi mengenal bangun datar hingga menggunakan volume dan luas permukaan dalam kehidupan sehari-hari. Juga menilai pemahaman peserta didik tentang pengukuran panjang, berat, waktu, volume dan debit, serta satuan luas menggunakan satuan baku. Data dan ketidakpastian, meliputi pemahaman, interpretasi, serta penyajian data maupun peluang. Aljabar, meliputi persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan fungsi (termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi. Pemahaman, memahami fakta, prosedur, serta alat matematika. PROSES KOGNITIF Penerapan, mampu menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata yang bersifat rutin. Penalaran, bernalar dengan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah bersifat non rutin. Personal, berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi. KONTEKS Sosial Budaya, berkaitan dengan kepentingan antarindividu, budaya, dan kemasyarakatan. isu Saintifik, berkaitan dengan isu, aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang telah dilakukan maupun futuristik. 69 Gambar 3.22 Rincian konten, proses kognitif, dan konteks pada AKM Numerasi


3. Contoh Soal Numerasi AKM P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Contoh Soal Kelas 5 Membuat Bolu Kukus Fitri akan membuat bolu kukus. Untuk setiap resep ia memerlukan 1⁄5 kg gula, ¼ kilogram tepung, serta 150 gram mentega, dan 300 gram bahan-bahan lainnya. • Fitri memerlukan 1⁄5 kilogram gula. Ia meletakkan sejumlah gula di timbangan dan ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 3.23 Ilustrasi Timbangan Berapa gram kah gula yang harus dikurangkan? ...... gram Jika Fitri membuat 6 resep adonan, jumlah gula, tepung dan mentega yang dibutuhkan dalam kilogram adalah .... A. 1⁄6 x (1⁄5 gula + ¼ tepung + 150 mentega) B. 6 x (1⁄5 gula + ¼ tepung + 150 mentega) C. 1⁄6 x (200 gula + ¼ tepung + 150 mentega) D. 6 x (1⁄5 gula + ¼ tepung + 0,15 mentega) Setiap resep adonan menghasilkan 16 buah bolu kukus dengan berat masing-masing 50 gram. Apakah benar proses memasak bolu kukus mengurangi berat adonan? Ya Tidak 70


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Tunjukkan perhitunganmu! Berikut ini tautan ke buku panduan lengkap untuk AKM: https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/akm/file_akm2_202101_1.pdf c. Sarana Pendukung Berikut adalah tautan buku tanya jawab tentang AKM dan contoh soal AKM serta uji coba AKM secara mandiri: Tautan buku tanya jawab AKM https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/akm/file_akm_202101_ 1.pdf Tautan contoh soal AKM serta uji coba AKM secara mandiri: https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/AKM/ 271 3 1


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h 2. Remedial a. Teori Pembelajaran remedial merupakan tindak lanjut dari asesmen diagnostik yang telah dilakukan oleh bapak/ibu guru. Pembelajaran remedial adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai kompetensi tertentu. Remedial bukan mengulang tes (ulangan harian) dengan materi yang sama, tetapi guru memberikan perbaikan pembelajaran yang belum dikuasai oleh peserta didik melalui upaya tertentu. Setelah perbaikan pembelajaran dilakukan, guru melakukan penilaian untuk mengetahui apakah peserta didik telah memenuhi kompetensi yang diremedialkan. b. Metodologi Teknik pembelajaran remedial bisa diberikan secara individual, berkelompok, atau klasikal. Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial, yaitu pembelajaran individual, pemberian tugas, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, dan tutor sebaya. Aktivitas guru dalam pembelajaran remedial, antara lain memberikan tambahan penjelasan atau contoh, menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya, mengkaji ulang pembelajaran yang lalu, menggunakan berbagai jenis media. Setelah peserta didik mendapatkan perbaikan pembelajaran dilakukan asesmen kembali, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai KD yang diharapkan. 72


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h c. Perangkat Guru perlu menyiapkan hal-hal yang mungkin diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial, seperti: 1. 2. Menyiapkan media pembelajaran. 3. 4. Menyiapkan media pembelajaran. Menyiapkan contoh dan alternatif aktivitas. Menyiapkan materi dan alat pendukung. 73


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h d. Sarana Pendukung Berikut ini beberapa sarana pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran remedial melalui pemberian tugas, dengan memanfaatkan program/aplikasi konten pendidikan melalui: 1) Rumah Belajar:https://belajar.kemdikbud.go.id/ 2) TV Edukasi: https://tve.kemdikbud.go.id/ 3) Radio Edukasi: https://radioedukasi.kemdikbud.go.id/ 4) Buku Digital: https://budi.kemdikbud.go.id/ e. Pelaksanaan Pembelajaran remedial dapat dilakukan: 1) Dalam jam belajar efektif atau terintegrasi dalam pembelajaran. Setelah guru melakukan asesmen diagnostik kesulitan peserta didik dalam proses pembelajaran, guru dapat secepatnya mengambil tindakan berupa pembelajaran remedial untuk peserta didik yang teridentifikasi, dan pelaksanaannya terintegrasi dalam proses pembelajaran. Strategi yang digunakan meliputi diskusi kelompok, tanya jawab, dan tutor sebaya. 2) Menetapkan waktu khusus di luar jam belajar efektif. Pembelajaran remedial di luar jam pelajaran dapat melibatkan orang tua di rumah. 74


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Pelaksanaan pembelajaran remedial dapat dilakukan secara individual, kelompok, maupun klasik 1. Remedial secara individual dilakukan jika hasil penilaian dalam satu rombongan belajar, menunjukkan satu atau beberapa orang peserta didik (biasanya tidak lebih dari 15% dari jumlah peserta didik di kelas) mengalami kesulitan terhadap materi atau KD atau menunjukkan perilaku khas yang perlu penanganan secara individual. 2. Remedial yang dilakukan secara kelompok, didasarkan pada pertimbangan bahwa sejumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar menunjukkan kesulitan yang relatif sama pada materi atau KD dalam subtema tertentu. 3. Remedial secara klasikal dilakukan jika sebagian besar atau sekitar 75% peserta didik mengalami kesulitan. Dalam pelaksanaannya, berdasarkan hasil asesmen diagnostik, strategi pembelajaran remedial ditekankan pada: 1. 2. 3. Keunikan peserta didik. Alternatif contoh dan aktivitas terkait materi ajar. Strategi/metode pembelajaran. 75


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Gambar 76


BAB IV PENGUATAN LITERASI DAN NUMERASI MELALUI PEMBENTUKAN TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h A. Penguatan Literasi dan Numerasi melalui Pembentukan TPLD dan TLS Dalam pelaksanaan penguatan literasi dan numerasi di sekolah saat ini, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah. Untuk merealisasikannya maka perlu dibentuk Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD) sebagai wadah kolaboratif para pemangku kepentingan di daerah dan Tim Literasi Sekolah (TLS) di sekolah. Peran LPMP, PP/BP PAUD dan Dikmas, serta Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk menjalankan peran pendampingan di satuan pendidikan sangat dibutuhkan dalam merealisasikannya. Keberadaan TPLD dan TLS sangat strategis dalam penguatan literasi dan numerasi di sekolah, terutama di saat dan setelah pandemi Covid-19 atau masa normal selanjutnya (next normal) di mana akan terjadi penyesuaian di segala bidang termasuk pendidikan terutama aktivitas pembelajaran di sekolah. Peran dan fungsi TPLD dan TLS berfokus kepada akselerasi penguatanliterasi dan numerasi dimana pada saat sebelum pandemi indeks literasi dan numerasi Indonesia masih berada di level yang belum menggembirakan terlebih dikarenakan pandemi kondisi penurunan indeks akan sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, TPLD dan TLS diharapkan dapat bahu membahu dalam mempercepat penguatan literasi dan numerasi di sekolah agar dapat mengejar ketertinggalan serta memperbaiki kualitas kecakapan literasi dan numerasi di sekolah. Baik TPLD dan TLS diharapkan memiliki strategi implementasi penguatan literasi dan numerasi yang taktis di ranah fisik, sosialafektif, dan akademik yang menjadi pintu masuk bagi terciptanya budaya literasi di sekolah. Bersama sekolah, TPLD dan TLS menyokong aktivitas penguatan literasi dan numerasi yang akan menjadi simpul kolaborasi dan bertujuan membangun warga sekolah sebagai warga masyarakat sebagai pembelajar sepanjang hayat. 78


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Selain berkolaborasi aktif dengan sekolah sebagai pemangku utama gerakan literasi, TPLD dan TLS juga berfungsi sebagai penjembatan antara sekolah dengan pemangku kunci yang memiliki otoritas penuh dalam mengeluakan kebijakan terkait dengan isu pendidikan. Pemangku kunci dalam konteks ini adalah pemerintah pusat yang diwakilkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), pemerintah daerah tingkat I dan II, DPR, DPRD I dan DPRD II. Peran TPLD terutama adalah memberikan masukan dan rekomendasi berdasarkan fakta berbasis data yang ditemukan di lapangan terkait dengan kondisi dan situasi pendidikan di daerah dalam rangka memperbaiki kualitas pendidikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui penguatan literasi dan numerasi di sekolah. TPLD dan TLS juga memiliki peran untuk mengajak dan mendorong pihak pemangku pendukung seperti pegiat dan komunitas literasi, lembaga akademis, organisasi masyarakat, media, dan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) untuk memberikan dukungan dalam bentuk apapun guna mempercepat penguatan literasi dan numerasi di sekolah. Dengan kekuatan jaringan dan kolaborasi antar pemangku yang dimotori oleh TPLD diharapkan terjadi perbaikan kualitas pendidikan dimana salah satu indikatornya adalah menguatnya kecakapan literasi dan numerasi seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. TPLD TLS PEMDA 79


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h B. Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD) Mengingat keberadaan dan fungsinya yang krusial, TPLD dan TLS haruslah berisikan sejumlah figur yang memiliki kompetensi dan kapasitas mumpuni serta memiliki pengetahuan dan pengalaman di dalam isu pendidikan terutama dalam konteks daerah masing-masing di mana setiap daerah di Indonesia tentu memiliki perbedaan karakteristik. 1. Tentang Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD) Dalam rangka menguatkan peran sekolah dalam mempercepat penguatan literasi dan numerasi terutama menyongsong masa normal selanjutnya, TPLD memiliki sebuah sistem pendukung (supporting system) yang mampu membantu sekolah. Sistem ini merupakan inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah baik pusat dan daerah sebagai pemangku utama yang akan berfungsi untuk mengatasi dampak learning loss sekaligus mengejar ketertinggalan terutama dalam ranah literasi dan numerasi. TPLD merupakan sebuah sistem pendukung yang memiliki peran sentral dalam mendorong sekolah sebagai motor penggerak pendidikan. TPLDjuga memberikan masukan kepada pemerintah daerah untuk melakukan akselerasi kebijakan terkait pendidikan terutama penguatan literasi dan numerasi untuk mengatasi dampak learning loss. Selain itu, TPLD mendorong setiap sekolah untuk membentuk Tim Literasi Sekolah (TLS) dengan harapan mampu menjadi lokomotif penggerak pelaksanaan dan penguatan literasi dan numerasi di sekolah. Baik TPLD dan TLS berkoordinasi dan bersinergi melakukan serangkaian kegiatan yang akan diuraikan pada bagian berikutnya yaitu tugas dan tanggung jawab TPLD dan TLS. 80


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h 2. Tugas dan Tanggung Jawab TPLD Secara spesifik TPLD memiliki tugas utama yaitu melakukan penguatan kemampuan literasi dan numerasi di sekolah terutama yang terkena dampak dari learning loss yang diakibatkan oleh pandemi Covid 19. Untuk mencapai tujuan, TPLD bertanggung jawab untuk melakukan sejumlah langkah strategis dan taktis yang membantu sekolah mengejar ketertinggalan pembelajaran yang disebabkan oleh pembelajaran jarak jauh yaitu: Pemetaan Asesmen Melakukan pemetaan terhadap kebutuhan di lapangan dalam rangka penguatan literasi dan numerasi di sekolah berdasakan kondisi dan situasi di daerah. Membantu TLS melakukan asesmen untuk mempersiapkan sekolah dalam menyongsong masa normal selanjutnya. Advokasi Dukungan Membekali dan membantu TLS dalam merancang strategi yang taktis dan efektif dalam penguatan literasi dan numerasi pada masa normal selanjutnya. Memotivasi dan mendorong TLS dalam bentuk dukungan psikologis untuk bersiap dalam menyongsong masa normal selanjutnya. Monev Asesmen Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk Memberikan laporan kepada kepala daerah berdasarkan mengetahui keefektifan temuan di lapangan untuk pelaksanaan lapangan. 81 program di menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan.


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h 3. Pembentukan TPLD Keanggotaan TPLD terdiri dari keterwakilan pemangku kepentingan, antara lain: Dinas Pendidikan, Dinas Perpustakaan dan Arsip, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), unsur pegiat/tokoh pendidikan, pegiat literasi, tokoh masyarakat, penerbit, penulis, media, Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), serta pemangku lainnya sesuai kebutuhan setiap daerah. Adapun mekanisme pembentukan TPLDadalah sebagai berikut: 1) Dinas pendidikan menyeleksi anggota TPLD . 2) Dinas pendidikan mengajukan calon anggota TPLD terpilih untuk disahkan. 4. Struktur Organisasi TPLD Struktur TPLD Kepala Daerah LPMP/PP-BP PAUD dan Dikmas Dinas Pendidikan Tim Pendamping Literasi Daerah Tim Literasi Sekolah 5. Dukungan UPT dan Pemda pada TPLD 1) Anggaran operasional, logistik, dan infrastruktur. 2) Regulasi dalam bentuk Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur/Wali Kota/Bupati. 82


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h 5. Dukungan UPT dan Pemda pada TPLD 1) Anggaran operasional, logistik, dan infrastruktur. 2) Regulasi dalam bentuk Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur/Wali Kota/Bupati. TPLD dapat memetakan: Peran Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten Kota). Peran Pemerintah Pusat (Kemendikbud dan UPT) Peran pemangku pendukung (pegiat dan komunitas literasi, lembaga akademis, organisasi masyarakat, media, dan DUDI) di daerah. Rancangan Struktur Organisasi Tim Pendamping Literasi Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota ... Tahun 2021 S.D.Tahun .... No Nama Institusi Jabatan Dalam Organisasi Peran dan Tanggung Jawab 1 Ketua 2 Wakil Ketua 1 3 Wakil Ketua 2 4 Sekretaris 1 5 Sekretaris 2 6 Bendahara 7 Humas 8 Anggota 9 Anggota 10 Anggota 11 Anggota Tabel 4.1 Rancangan Struktur Organisasi TPLD Struktur kepengurusan TPLD dapat dikembangkan sesuai kebutuhan daerah. Surat Keputusan(SK) pembentukan TPLD diterbitkan oleh Gubernur, Bupati dan/atau Walikota. 83


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h C. Tim Literasi Sekolah (TLS) Dalam merealisasikan peningkatan mutu dengan penguatan literasi dan numerasi di sekolah dilaksanakan pembentukan Tim Literasi Sekolah (TLS). 1. Tentang Tim Literasi Sekolah (TLS) Agar implementasi literasi dan numerasi serta program membaca dapat berjalan dengan baik, sekolah perlu memastikan bahwa warga sekolah memiliki persepsi dan pemahaman yang sama tentang prinsip-prinsip kegiatan membaca bebas dan bagaimana cara pelaksanaan dan pengelolaan program (Pilgreen, 2000) sebagai landasan awal. Di sinilah pentingnya membentuk Tim Literasi Sekolah (TLS). Pembentukan TLS adalah untuk membantu para guru dan tenaga kependidikan; membuat dan menyepakati petunjuk praktis pelaksanaan program membaca yang mendukung literasi dan numerasi di tingkat sekolah. Dalam konteks sekolah, subjek dalam kegiatan literasi adalah semua warga sekolah, yakni peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan (pustakawan), dan kepala sekolah (Desain Induk GLS, 2016/2018). Secara lebih khusus, supaya tugas pokok dan fungsi lebih fokus dan terjaga, kepala sekolah perlu membentuk TLS yang dikuatkan dengan Surat Keputusan (SK) atau Surat Tugas (ST). Semua komponen warga sekolah hendaknya berkolaborasi dengan TLS di bawah koordinasi kepala sekolah. Dalam ekosistem sekolah, TLS diharapkan mampu memastikan dan mengembangkan terciptanya suasana akademik yang kondusif dan literat yang mampu membuat seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar. 84


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h 2. Pembentukan Tim Literasi Sekolah (TLS) Dalam konteks penguatan literasi dan numerasi serta Gerakan Literasi Sekolah (GLS), TLS merupakan tulang punggung yang perlu terus diperkuat dan dikembangkan. Berikut ini adalah alternatif langkah-langkah pelaksanaan pembentukan TLS: 1. 2. Kepala sekolah mencermati para guru yang diyakini dapat menumbuhkembangkan literasi di sekolah. Kepala sekolah dengan kewenangannya atau melalui rapat menetapkan TLS yang terdiri atas minimal satu guru bahasa, satu guru mata pelajaran lain, serta satu petugas perpustakaan/tenaga kependidikan. 3. 4. Kepala sekolah menugasi TLS dengan surat keputusan atau surat penugasan resmi (diharapkan ke depan surat keputusan atau surat tugas ini dapat diperhitungkan sebagai tugas tambahan yang dapat dihargai sama dengan jam mengajar). Para personel TLS diberi kesempatan (diberikan tugas) mengikuti pelatihan-pelatihan atau workshop literasi sebagai wujud pengembangan profesional tentang literasi. Hal itu dapat dilakukan melalui kerja sama dengan institusi terkait atau pihak eksternal (perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi pengalaman dengan sekolah lain). Bahkan dimungkinkan pula adanya pendampingan dari pihak eksternal. 85


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h 3. Struktur Organisasi Tim Literasi Sekolah (TLS) Struktur Organisasi TLS di Sekolah terdiri atas Ketua TLS (guru) dan anggota (minimal ada pengurus perpustakaan/taman baca sekolah dan guru lain). Posisi TLS dalam Struktur Organisasi Sekolah setara dengan Tim Adiwiyata sekolah. Struktur Organisasi TLS Kepala Sekolah Ketua TLS (Guru) Ketua Tim Adiwiyata Pustakawan Guru Siswa Komite Sekolah Pegiat Literasi Anggota 1 Gambar 4.2 Contoh Struktur Organisasi TLS 86


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h 4. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Literasi Sekolah (TLS) TLS memiliki tugas utama melakukan penguatan kemampuan literasi dan numerasi di dalam lingkungan sekolah terutama yang terkena dampak dari learning loss yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Untuk mencapai tujuan, TLS bertanggung jawab dalam melakukan langkah strategis dan taktis yang menjadikan sekolah dapat mengejar ketertinggalan karena learning loss dengan langkah-langkah: Melakukan asesmen pada kebutuhan sekolah mengatasi learning loss di sekolah. Mendukung sekolah melakukan asesmen untuk mengetahui tingkat dan dampak learning loss yang dialami oleh peserta didik. Merancang program dan aktivitas dalam mengatasi learning loss sesuai dengan kondisi sekolah. Melakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan program literasi dan numerasi dalam praktik di sekolah. Melakukan laporan kepada kepala sekolah berdasarkan temuan di lapangan untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan sekolah terkait penguatan literasi dan numerasi. 87


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h Dalam kedudukannya sebagai sebuah tim, tugas pokok dan fungsi (tupoksi) TLS adalah menumbuhkembangkan GLS dan penguatan literasi numerasi di sekolah. Adapun tugas-tugas minimal TLS berdasarkan tahap-tahapnya adalah merencanakan, melaksanakan, melaporkan, dan melakukan asesmen, serta mengevaluasi pelaksanaan GLS dan penguatan literasi numerasi. Selain tugas pokok di atas, TLS juga memiliki tanggung jawab untuk menggerakkan program lima belas menit dengan uraian sebagai berikut: Program lima belas menit membaca 1. Perencanaan dilakukan untuk program membaca dengan menjadwalkan lima belas menit membaca setiap hari dan berbagai langkah untuk menyukseskan peningkatan daya baca peserta didik (mengubah pola pikir dan menjadikan membaca sebagai suatu kebutuhan). Dalam hal ini dapat dibuat survei sederhana mengenai minat baca untuk menjaring tema-tema yang disukai peserta didik; membuat daftar buku yang direkomendasikan berdasarkan hasil survei; merancang pengembangaan perpustakaan dan sudut baca; merancang pengembangan jejaring internal dan eksternal. 88


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h 2. Perencanaan dilakukan untuk program membaca dengan menjadwalkan lima belas menit membaca setiap hari dan berbagai langkah untuk menyukseskan peningkatan daya baca peserta didik (mengubah pola pikir dan menjadikan membaca sebagai suatu kebutuhan). Dalam hal ini dapat dibuat survei sederhana mengenai minat baca untuk menjaring tema-tema yang disukai peserta didik; membuat daftar buku yang direkomendasikan berdasarkan hasil survei; merancang pengembangaan perpustakaan dan sudut baca; merancang pengembangan jejaring internal dan eksternal. 3. Asesmen dilakukan tiap minggu untuk kegiatan yang sudah dilaksanakan. Adapun evaluasi dilaksanakan setiap semester. Hasil evaluasi akan menentukan apakah sebuah sekolah melaksanakan implementasi penguatan literasi dan numerasi. Dalam melaksanakan tugas, TLS sebaiknya berkoordinasi dengan wali kelas, guru Bimbingan dan Konseling (BK), kepala sekolah dan jajarannya, serta pihak eksternal (dinas pendidikan, perpustakaan, perguruan tinggi, sekolah lain, orang tua, alumni, jejaring masyarakat). Koordinasi dengan pihak internal dapat dilakukan setiap minggu atau sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Koordinasi dengan orang tua dapat dilakukan dengan buku penghubung atau pertemuan terjadwal. 89


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h D. Koordinasi dan Pembagian Peran Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan Unsur Masyarakat Mendukung Tim Pendampingan Literasi Daerah (TPLD) dan Tim Literasi Sekolah (TLS) Dalam masa normal selanjutnya ditengarai sejumlah adaptasi dalam berbagai hal termasuk dunia pendidikan menjadi keniscayaan. Salah satu adaptasi pembelajaran model baru di dalam masa normal selanjutnya adalah penggunaan dan pemanfaatan teknologi digital dalam aktivitas pembelajaran di sekolah. Kombinasi pendidikan konvensional dan modern menjadi model yang diterapkan dalam proses transfer ilmu pengetahuan di segala jenjang pendidikan. Guna menyosialisasikan sejumlah adaptasi, maka persiapan yang menyeluruh terutama SDM pendidikan dan infrastruktur menjadi agenda utama yang harus mendapat perhatian penuh dari pemerintah pusat dan daerah. Dalam konteks ini, TPLD harus mampu menjadi hub atau penghubung antara pemerintah pusat dan daerah, sekaligus juga menjadi penghubung antara pemangku kepentingan di daerah masing-masing. TPLD dapat memetakan: • Peran Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten Kota). • Peran Pemerintah Pusat (Kemendikbud dan UPT). • Peran pemangku pendukung (Pegiat dan komunitas literasi, lembaga akademis, organisasi masyarakat, media, dan DUDI) di daerah. Selain itu, TPLD juga bekerja sama dengan TLS dalam rangka membantu memantau pelaksanaan aktivitas penguatan literasi dan numerasi di sekolah, yang nantinya akan menjadi data temuan, yang dapat dilaporkan kepada pemerintah untuk mengambil langkah solutif dalam mempercepat penguatan literasi dan numerasi di daerah. 90


91 P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h TPLD danTLS duduk bersama dan merumuskan sejumlah langkah yang dapat dilakukan oleh masing-masing, kemudian saling berkomunikasi dan berkordinasi tentang pelaksanaan tugas sehingga tidak terjadi tumpang tindih (overlapse) antara satu sama lain dan kemubaziran (redundant) dalam pelaksanaan tugas. Koordinasi antara TPLD dan TLS dapat dilakukan secara terjadwal, mengikuti jadwal koordinasi rutin dengan Dinas Pendidikan, dan juga berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dengan dukungan LPMP dan PP/BP PAUD Dikmas sebagai perpanjangan koordinasi daerah dari Kemendikbud. Di akhir masa tugas, TPLD akan membuat laporan akhir pertanggungjawaban yang memuat fakta berbasis data di lapangan guna memberikan masukan kepada pemangku kunci dalam hal ini pemerintah pusat yang diwakili oleh Kemdikbud dan pemerintah daerah.


P a n d u a n P e n g u a t a n L i t e r a s i d a n N u m e r a s i d i S e k o l a h ii


Click to View FlipBook Version