The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

buku ini bertujuan untuk memperkenalkan keragaman budaya di desa Tanjung Isuy

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by lestarisinta228, 2021-08-10 11:20:35

Mengenal Keragaman Budaya di Desa Tanjung Isuy

buku ini bertujuan untuk memperkenalkan keragaman budaya di desa Tanjung Isuy

Keywords: Keragaman budaya

ARTIKEL ILMIAH
MENGENAL POTENSI KEBERAGAMAN BUDAYA DI

KAMPUNG TANJUNG ISUY

Disusun Oleh :

KELOMPOK KKN 47 UNMUL
Agnes Maria Permata Putri / 1802015002
Desi Martini Gita Lestari / 1801025224

Maksi Milianus Rondy / 1802035052
Andika Hartovani / 1801025234
Sinta Lestari / 1807025001
Hadi / 1704015222

UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021

MENGENAL POTENSI KEBERAGAMAN BUDAYA DI KAMPUNG
TANJUNG ISUY

Maksi Milianus Rondy 1, Agnes Maria Permata Putri 2, Desi Martini Gita
Lestari 3, Andika Hartovani 4, Sinta Lestari 5, Hadi 6
1 Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
2 Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulwarman
3 Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman
4 Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman

5 Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman
6 Kehutanan, Universitas Mulawarman

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan bangsa yang besar. Kebesaran Indonesia ini
tercermin dari banyaknya suku bangsa dengan kebudayaannya yang khas.
Indonesia terwujud karena menyatunya budaya-budaya daerah ke dalam budaya
Indonesia. Indonesia memiliki keragaman budaya yang bisa diamati dari bentuk-
bentuk kebudayaan khasnya seperti adat istiadat, rumat adat, upacara adat, tarian
daerah, dan alat musik daerah. Budaya Indonesia yang beragam ini menjadi aset
besar bagi seluruh masyarakat. Budaya negara kita sangat menarik dan dapat
dimanfaatkan untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara agar
berkunjung ke daerah yang memiliki kebudayaan tersebut. Salah satu daerah yang
memiliki potensi budaya yang beragam yaitu di Kampung Tanjung Isuy.

Kampung Tanjung Isuy adalah sebuah kampung di wilayah Kecamatan Jempang,
Kab. Kutai Barat, Kalimantan Timur. Kampung ini terdiri dari mayoritas
penduduk suku Benuaq Dayak dan juga perantau yang datang dari berbagai
daerah. Kampung Tanjung Isuy merupakan kampung yang memiliki ragam
budaya yang cukup menarik untuk di eksplore seperti Tenun ulap doyo, rumah
adat yang disebut Lamin, danau jempang dan upacara adat belian.

1. Tenun Ulap Doyo
Salah satu budaya yang cukup melekat pada kampung Tanjung Isuy adalan

kerajinan tenun ulap doyo. Tenun ulap doyo terbuat dari serat tanaman doyo
(Curculigo Latifolia) yang merupakan jenis tanaman pandan yang berserat kuat
dan tumbuh liar di pedalaman Kalimantan Timur, di antaranya di Kampung
Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang, Kab. Kutai Barat. Daun Doyo merupakan
sebagai serat bahan baku tenun khas suku Dayak Benuaq. Daun Doyo ini
diambil seratnya dengan dibilas sambil disisir diair sungai, atau disebut dilorot
kemudian dijemur dan dijadikan benang. Kemudian di ikat dan ditenun, serta
diberi pewarna alami yang berasal dari beragam tumbuhan hutan. Berikut
gambar tanaman Doyo:

(a) (b)

Gambar 1. (a) Tanaman Doyo (Curculigo Latifolia) (b) Benang Doyo (Sumber:
Dokumentasi Pribadi, 2021)

Tenun ulap doyo adalah kain tradisional hasil kerajinan tangan kaum
wanita suku Dayak Benuaq di kampung Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang.
Tenun yang terbuat dari serat tanaman Doyo ini bisa dipakai oleh suku Dayak
Benuaq dalam upacara-upacara adat dan digunakan sebagai mahar pada upacara
perkawinan. Kerajinan ulap doyo merupakan salah satu aset wisata yang bisa
dikembangkan menjadi daya tarik wisata budaya yang didukung dengan
keberadaan daya tarik wisata lain di Kampung Tanjung Isuy, seperti Danau
Jempang, dan rumah adat (lamin). Keberadaan Danau Jempang dan rumah adat
(lamin) ini sebagai faktor yang mendorong para wisatawan untuk melakukan
kunjungan wisata ke Kampung Tanjung Isuy.

(a) (b)

Gambar 2. Proses Menenun Ulap doyo (Sumber; Dokumentasi Pribadi, 2021)

2. Rumah Adat (Lamin)
Rumah adat merupakan salah satu bangunan yang dibangun dengan cara

yang sama dari generasi ke generasi dan tanpa mengalami perubahan. Rumah
adat dibangun dengan memperhatikan kegunaan, serta fungsi sosial dan arti
budaya dibalik corak bangunannya. Rumah adat memiliki ciri khas khusus,
yang digunakan untuk tempat hunian oleh suatu suku bangsa tertentu. Salah
satu rumah adat yang cukup dikenal yaitu rumah lamin. Rumah lamin
merupakan karya arsitektur masyarakat Dayak yang berasal dari Kalimantan
Timur. Rumah lamin memiliki ciri khas yaitu berukuran panjang dan besar.
Panjang rumah lamin rata-rata 200-400 m dengan lebar antara 15-25 m, beratap
pelana dan merupakan rumah panggung yang mana dihiasi dengan patung-
patung yang berderet di depan rumah, serta terdapat ukiran-ukiran maupun
lukisan-lukisan khas motif Dayak dengan warna-warna pokok dominan merah,
kuning, hitam, dan putih. Rumah lamin dihuni secara berkelompok yang
dilandasi atas dasar nilai-nilai kebersamaan hal ini terlihat ketika sedang
dilaksanakan upacara-upacara adat dimana seluruh penghuni terlibat dengan
penuh antusias mengikutinya, biasanya upacara selalu diawali dengan saling
berbalas pantun, mulai dari upacara beliatn (mengobati Orang Sakit) Upacara
Kwangkai pada orang meninggal dsb. Di kampung Tanjung Isuy terdapat tiga
rumah lamin yaitu lamin Batuq Bura, lamin Taman Jamrud, dan lamin
Tumenggung Marta. Berikut gambar rumah lamin yang ada di kampung
Tanjung Isuy:

Gambar 3. Lamin Taman Jamrud (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)
Gambar 4. Lamin Batuq Bura (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Gambar 5. Lamin Temenggung Marta (Sumber: Dokumentasi Pribadi,
2021)

3. Danau Jempang
Danau Jempang merupakan sebuah danau yang terletak di provinsi

Kalimantan Timur, Indonesia, tepatnya di Kabupaten Kutai Barat. Danau ini
memiliki luas wilayah 15.000 hektar dengan kedalaman 7-8 meter. Danau
Jempang merupakan salah satu danau yang terbesar dari sekitar 76 danau yang
tersebar di daerah aliran sungai Mahakam. Danau jempang merupakan danau
yang luas dengan pemandangan yang indah di sekelilingnya, danau jempang
sering dijadikan sebagai tempat berkemping para turis dan anak muda saat
berkunjung ke danau jempang, terutama setelah berkunjung ke ke desa budaya
Tanjung Isuy. Danau jempang memiliki luas yang besar hingga terhubung ke
sungai mahakam, pada saat air danau sedang pasang, pelayan akan sering
mencari ikan dan para warga biasanya memancing di pinggiran danau, namun
pada saat musim kemarau di bulan juli-agustus maka air danau akan surut
hingga menyisakan lumpur,peristiwa ini terjadi sekali dalam 10 tahun dan di
saat itu terjadi biasanya masyarakat Tanjung Isuy memanfaatkanya untuk
bercocok tanam seperti padi, jagung, dan beberapa taman rambat lainya.

Gambar 6. Danau Jempang (Sumber:Dokumentasi Pribadi,2021)

4. Tari Belian Bawo
Tari Belian Bawo adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari

suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur. Awalnya merupakan upacara belian
bawo yang bertujuan untuk mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain
sebagainnya. Setelah di adaptasi menjadi tarian, tari ini sering dibawakan pada
acara-acara penerimaan tamu dan acara kesenian. Pada tarian ini, biasanya
terdapat peran penyembuh dan pembantunya dan orang sakit. Tarian ini ditarikan
baik oleh laki-laki dan maupun perempuan. Tarian, symbol, pakaian, musik dan
alat musik tersebut dapat menjadi sumber inspirasi dari pembuatan kerajinan.

Dalam melakukan tarian sang dukun/pawang menggunakan bahasa
khusus untuk berdialog dengan roh-roh halus (“memang”) yang akan
membantunya mengusir gangguan roh-roh jahat. Perlengkapan yang
diperlukan dalam tarian ini adalah daun kelapa dan daun kenjuang (sejenis
tumbuhan yang biasanya ditanam di atas makam) untuk mengusir roh
jahat, dan setangkai mayang kelapa terurai yang digantung di tengah-
tengah sebagai pusat dari pawang belian untuk berhubungan dengan roh-
roh halus. Para dukun/pawang mengenakan “giring-giring” atau bunyi-
bunyian di pergelangan tangan dan kaki.

Irama dan ritme musik pada tari Belian Bawo tidak mentolerir
adanya kesalahan, karena akan mengakibatkan kegagalan dalam ritual dan
kesurupannya para dukun/pawang yang menari. Untuk mengembalikan
keadaan menjadi normal maka musik harus dinetralkan seperti semula.
Ritual yang dilakukan adalah untuk mengambil penyakit. Jika penyakitnya
disebabkan oleh santet maka pasien dapat memutuskan apakah akan
mengirim balik santet tersebut, atau memindahkannya kepada tumbal yang
berupa hewan, seperti ayam atau babi. Namun jika bukan karena pengaruh
magis dan memerlukan obat-obatan, maka salah satu penari akan terjun
dari atas lamin dan menghilang ± 1 jam untuk mencari obat-obatan. Saat
ritual berlangsung terkadang di antara penonton ada yang tanpa sadar ikut
menari. Jika ritual pengobatan sudah selesai, biasanya irama dan ritme
musik berubah menjadi lebih lembut. Ada beberapa pantangan yang wajib
ditaati oleh tuan rumah, yaitu tidak diijinkan menerima tamu, suasana di

rumah harus sepi, dan tidak diperbolehkan berpergian atau keluar rumah.
Biasanya penyelenggara ritual menancapkan daun kayu hidup di samping
pintu masuk rumah bagian luar agar khalayak mengetahuinya. Sedangkan
pasien tidak diperbolehkan memakan makanan terlarang, seperti asam,
rebung, terong, dan semua jenis hewan melata. Pelanggaran atas
pantangan-pantangan tersebut bisa mengakibatkan kambuhnya penyakit
dan sulit untuk disembuhkan kembali.

Gambar 7. Tarian Belian Bawo (Sumber: Any, 2010)


Click to View FlipBook Version