The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pedoman_Teknis_Pengendalian_Kanker_Payudara_Kanker_Leher_Rahim

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan Akbid Harapan Bunda Bima, 2021-01-06 20:28:21

Pedoman_Teknis_Pengendalian_Kanker_Payudara_Kanker_Leher_Rahim

Pedoman_Teknis_Pengendalian_Kanker_Payudara_Kanker_Leher_Rahim

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

n) Lepaskan spekulum secara halus. Jika hasil tes IVA negatif, c) Cuci tangan dengan air sabun sampai benar-benar bersih
letakkan spekulum ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 lalu keringkan dengan kain yang bersih atau dengan cara
menit untuk didesinfeksi. Jika hasil tes IVA positif dan diangin-anginkan.
setelah konseling pasien menginginkan pengobatan segera,
letakan spekulum pada nampan atau wadah agar dapat d) Jika hasil tes IVA negatif, minta ibu untuk mundur dan bantu
digunakan pada saat krioterapi. ibu untuk duduk. Minta ibu agar berpakaian.

o) Lakukan pemeriksaan bimanual dan rectovagina (bila e) Catat hasil temuan tes IVA bersama temuan lain seperti
diindikasikan). Periksa kelembutan gerakan leher rahim; bukti adanya infeksi (cervicitis); ectropion; kista Nabothian,
ukuran, bentuk, dan posisi rahim; apakah ada kehamilan ulkus atau “strawberry serviks”. Jika terjadi perubahan
atau abnormalitas dan pembesaran uterus atau kepekaan acetowhite, yang merupakan ciri adanya lesi-prakanker,
(tenderness) pada adnexa. catat hasil pemeriksaan leher rahim sebagai abnormal.
Gambarkan sebuah ”peta” leher rahim pada area yang
3) Setelah Tes IVA berpenyakit pada formulir catatan (lampiran B)
a) Bersihkan lampu dengan lap yang dibasahi larutan klorin
0.5% atau alkohol untuk menghindari kontaminasi silang f) Diskusikan dengan klien hasil tes IVA dan pemeriksaan
antar pasien. panggul bersama Ibu/klien. Jika hasil tes IVA negatif,
b) Celupkan kedua sarung tangan yang masih akan dipakai lagi beritahu kapan klien harus kembali untuk tes IVA
ke dalam larutan klorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan
dengan cara membalik sisi dalam ke luar lalu letakkan ke g) Jika hasil tes IVA positif atau diduga ada kanker, katakan
dalam wadah anti bocor atau kantung plastik. Jika pada ibu/klien langkah selanjutnya yang dianjurkan. Jika
pemeriksaan rectovaginal telah dilakukan, sarung pengobatan dapat segera diberikan, diskusikan
tangan harus dibuang. Jika sarung tangan bedah akan kemungkinan tersebut bersamanya. Jika perlu rujukan untuk
dipakai ulang, rendam kedua sarung tangan dalam larutan tes atau pengobatan lebih lanjut, aturlah waktu untuk rujukan
klorin 0,5% selama 10 menit untuk desinfeksi. dan berikan formulir yang diperlukan sebelum ibu/klien
tersebut meninggalkan puskesmas/klinik. Akan lebih baik
76 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim jika kepastian waktu rujukan dapat disampaikan pada waktu
itu juga.

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 77

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Catatan: Mengaitkan pengobatan dengan tes dapat Bagan 4. Keterkaitan yang mungkin antara tes IVA dan
berbeda-beda pada tiap program atau klinik dan terkait
dengan beberapa faktor seperti alur klien, sarana yang Pengobatan
tersedia, tenaga/petugas dan waktu. Beberapa skema
alternative untuk pengaturan hubungan yang penting ini IVA ABNORMAL
dijelaskan dalam Bagan 2.
(lesi<75%, lesi < 2 mm di luar batas krioprob
Tabel 3 Kategori Klasifikasi IVA termasuk ujung prob, tidak ada perluasan dinding
vagina ke dalam kanal di luar jangkauan krioprob)

KLASIFIKASI IVA KRITERIA KLINIS Tawarkan Tawarkan Tawarkan
Tes negatif Halus, berwarna merah muda, seragam, pengobatan pengobatan pengobatan
tidak berfitur, ectropion, cervicitis, kista waktu kunjungan
Test positif Nabothy, dan lesi acetowhite tidak segera setelah
signifikan konseling berbeda
Dicurigai kanker
Bercak putih (acetowhite epithelium sangat Ibu tidak pindah Ibu meninggalkan Ibu mendapat janji
jelas terlihat) dengan batas yang tegas dan
meninggi, tidak mengkilap yang terhubung, ruang antara tes ruang pemeriksaan untuk konseling dan
atau meluas dari squamocolumnar junction
IVA dan dan mendapat pengobatan pada hari
Pertumbuhan massa seperti kembang kol
yang mudah berdarah atau luka pengobatan. Dia konseling di ruang lain atau di tempat
bernanah/ulcer.
harus menerima yang berbeda. lain. W aktu

konseling mengenai Setelah konseling kunjungan harus

pengobatan selesai, dia dapat spesifik. Petugas

sebelum tes dimulai kembali ke ruang harus mampu

dan diberi periksa/pengobatan menghubungi ibu jika

kesempatan untuk untuk mendapat ada perubahan

bertanya atau pengobatan. jadwal atau jika ibu

memperkuat tidak datang.

konseling di antara

tes dan

pengobatan.

Untuk kriteria klinis lebih lanjut dari tiga klasifikasi IVA tersebut, Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 79
serta foto-foto yang sesuai, silakan merujuk pada alat bantu kerja
“Atlas IVA”. (lihat Form P).

78 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

d. Konseling setelah Tindakan IVA Ibu dengan hasil tes positif yang Beritahu mengenai kelebihan dan
memenuhi kriteria untuk mendapat kekurangan semua metode
1) Jika hasil tes IVA negatif, beritahu ibu untuk datang pengobatan segera tetapi meminta pengobatan. Rujuk ke fasilitas
menjalani tes kembali 5 tahun kemudian, dan ingatkan ibu diobati dengan tindakan lain, bukan terdekat yang menawarkan
tentang faktor-faktor risiko. dengan krioterapi pengobatan sesuai keinginan klien.

2) Jika hasil tes IVA positif, jelaskan artinya dan pentingnya Ibu dengan hasil tes positif yang Rujuk ke fasilitas tersier yang
pengobatan dan tindak lanjut, dan diskusikan langkah- meminta tes lebih lanjut (diagnsis menawarkan klinik ginekologi (bila
lankah selanjutnya yang dianjurkan. tambahan), yang tidak tersedia di diindikasikan).
fasilitas
3) Jika telah siap menjalani krioterapi, beritahukan tindakan Beritahu tentang kemungkinan
yang akan dilakukan lebih baik pada hari yang sama atau Ibu dengan hasil tes positif yang pertumbuhan penyakit dan
hari lain bila klien inginkan. menolak menjalani pengobatan prognosisnya. Anjurkan untuk
datang kembali setelah setahun
4) Jika tidak perlu merujuk, isi kertas kerja dan jadwal untuk menjalani tes IVA kembali
pertemuan yang perlu. Lihat Tabel 4 untuk tindakan rujukan untuk menilai status penyakit
yang dianjurkan. tersebut.

Tabel 4. Tindakan Rujukan yang Dianjurkan Pada semua kasus, khususnya jika pengobatan diberikan
segera, konseling harus selengkap mungkin untuk memastikan agar
TEMUAN IVA TINDAKAN RUJUKAN ibu dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang didapat
(informed decision).
Bila ibu dicurigai menderita kanker Segera rujuk ke fasilitas yang dapat
leher rahim memberikan pengobatan yang
memadai untuk kanker invasif.

Ibu dengan hasilt tes positif yang Rujuk untuk penilaian dan 7. Pemberian Pelayanan Krioterapi
lesinya menutupi cervix lebih dari pengobatan di fasilitas terdekat
75%, meluas ke dinding vagina atau yang menawarkan LEEP atau cone Krioterapi mencakup proses pembekuan leher rahim, baik
lebih luas 2 mm dari probe biopsy. Jika tidak mungkin atau menggunakan CO2 terkompresi atau NO2 sebagai pendingin.
krioterapi termasuk ujung probe dianggap tidak akan pergi ke Pengobatan berupa penerapan pendinginan terus menerus selama 3
fasilitas lain, beritahu tentang (tiga) menit untuk membekukan (freeze), diikuti pencairan selama 5
kemungkinan besar persistensi lesi (lima) menit kemudian 3 (tiga) menit pembekuan kembali.
dalam waktu 12 bulan dan tentang
perlunya pengobatan ulang.

80 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 81

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

a. Siapa yang Memenuhi Syarat untuk Krioterapi b. Dimana Pelayanan Krioterapi Dapat Diberikan
Tindakan pengobatan dengan cara krioterapi dapat diberikan Dengan pendekatan kunjungan tunggal krioterapi harus

pada klien di Puskesmas dan unit pelayanannya dengan kriteria tersedia di semua fasilitas yang memberikan tes IVA.
sebagai berikut:
1) Lesi acetowhite yang menutupi leher rahim kurang dari 75% c. Konseling Sebelum Menjalani Krioterapi

(Jika lebih dari 75% leher rahim tertutup, krioterapi harus Sesuai dengan kode etik kedokteran, informed consent
dilakukan oleh seorang ginekolog), tidak lebih dari 2 mm di secara verbal dan tertulis harus diperoleh sebelum melakukan
luar diameter kriotip. tindakan. Klien harus mendapat penjelasan yang lengkap
2) Lesi yang tidak meluas sampai dinding vagina tentang tindakan krioterapi yang akan dijalaninya, risiko,
3) Tidak dicurigai kanker manfaat, angka keberhasilan, dan alternatif lain. Serta
Krioterapi tidak boleh dilakukan oleh tenaga dokter umum memberikan dorongan agar klien dapat memberikan
di Puskesmas, dengan kriteria sebagai berikut : pendapatnya dan menanyakan kembali apakah klien telah
1) Lesi acetowhite lebih dari 75% dari permukaan leher rahim. memahami tindakan dan bersedia menjalani krioterapi. Dan
2) Lesi acetowhite meluas sampai ke dinding vagina atau lesi memberikan informasi tambahan mengenai IMS dan cara
lebih dari 2 mm dari tepi probe alat krioterapi (kriotip). mencegahnya.
3) Lesi acetowhite namun klien menginginkan pengobatan lain
selain krioterapi atau meminta tes diagnosa lebih lanjut di d. Melakukan Tindakan Krioterapi
pelayanan kesehatan lain.
4) Dicurigai kanker. 1) Peralatan dan Perlengkapan
5) Pada saat pemeriksaan bimanual, dicurigai adanya massa
ovarium (ovarian mass) atau fibroid. Krioterapi adalah tindakan yang mengalirkan gas
bertekanan tinggi dari tabung gas ke ruang
82 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim ekspansi/pembekuan pada bagian krioprobe. Unit krioterapi
tersebut terdiri dari (lihat Gambar – 11):

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 83

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

a) Regulator dengan penunjuk tekanan dan dudukan Untuk unit krioterapi dirancang untuk terhubung dengan
penyemprot gas (cryogun); tabung gas CO2 atau N2 terkompresi. Bahan – bahan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan krioterapi hampir sama
b) Selang fleksibel yang menghubungkan regulator dengan dengan bahan dan alat yang dibutuhkan untuk memeriksa
penyemprot; IVA yaitu:
a) Kapas lidi
c) Penyemprot dengan pegangan dan tombol freeze b) Sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan
(beku)/ defrost (cair);
bedah yang telah di DTT
d) Probe yang terisolasi; dan c) Spatula baru berbahan kayu
e) Kriotip metal/besi yang dirancang agar pas pada leher d) Larutkan (3–5%) asam asetat (dengan cuka jika dapat

rahim dan menutup seluruh daerah sekitar SSK dan diterima)
daerah yang berpenyakit. e) Larutan klorin 0.5% untuk dekontaminasi alat dan
Gambar – 11. Peralatan krioterapi dan gasnya
sarung tangan
84 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim f) Status klien/ Ibu.

2) Penilaian Klien/ Persiapan untuk Krioterapi

Sebelum melakukan krioterapi perlu dilakukan persiapan
dan penilaian klien dengan langkah-langkah berikut ini :
a) Sebelum melakukan krioterapi, diskusikan tindakan

yang akan dilakukan dengan ibu/ klien. Jelaskan
mengapa perlu dilakukan pengobatan, apa saja
alternatif pengobatan selain krioterapi dan mengapa
abstinensi (atau pemakaian kondom) penting setelah
menjalani tindakan. Jelaskan langkah-langkah tindakan,
suara keras yang mungkin ditimbulkan oleh alat

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 85

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

tersebut, ketidak nyamanan yang mungkin dirasakan meja pemeriksaan untuk tindakan dan nyalakan lampu,
dan efek samping yang akan dialami setelah tindakan. arahkan ke vagina ibu/klien.
Pastikan ibu/klien tidak sedang hamil. e) Cuci tangan secara merata dengan menggunakan
b) Pastikan semua peralatan dan bahan yang diperlukan sabun dan air dan keringkan dengan kain bersih atau
telah tersedia. Di antaranya spekulum yang telah di diangin-anginkan. Kemudian pakai sarung tangan
DTT, kapas lidi dalam wadah bersih, sebuah wadah periksa yang baru atau sarung tangan bedah yang telah
berisi asam asetat/cuka yang telah diencerkan 3–5%, di-DTT3.
spatula berbahan kayu dan lampu/senter yang memadai f) Atur peralatan dan bahan pada nampan atau wadah
(tes lampu/senter untuk memastikan masih bekerja yang telah di-DTT, jika belum dilakukan.
dengan baik). Gas harus dibuka pada katup utama
tabung dan tekanan minimal harus berada pada 40–70 3) Tindakan Krioterapi
kg/cm2. Terakhir, timer, jika tersedia, harus diset pada
posisi nol. Tindakan krioterapi dilakukan dengan langkah-langkah
c) Masukkan kriotip yang telah di-DTT ke dalam pelindung sebagai berikut:
plastik (protective sleeve). Posisikan tabung plastik tepat a) Katakan kepada ibu bahwa spekulum akan dimasukkan
pada takik/lubangnya di bawah ujung kriotip dan
kencangkan pada posisinya2. dan kemungkin akan merasakan tekanan.
d) Sebelum membawa ke ruang pemeriksaan/tindakan, b) Dengan lembut masukkan spekulum sepenuhnya atau
pastikan dia sudah buang air kecil atau pastikan bahwa
klien telah mengosongkan kandung kemihnya. Minta sampai terasa ada tahanan lalu perlahan-lahan buka
klien membuka pakaian dari pinggang ke bawah ganti bilah/cocor bebek agar leher rahim dapat terlihat.
dengan memakai sarung. Setelah itu, bantu ibu naik ke Sesuaikan spekulum sampai seluruh leher rahim dapat
terlihat. Hal ini mungkin akan sulit bila leher rahim
2 Instruksi ini adalah untuk kriotip merek wallach LL 100. Meskipun prinsip berukuran besar, parous, patulous atau sangat anterior
krioterapi sama, instrument dari merek lain mungkin berbeda dalam menyiapkan atau posterior. Mungkin perlu menggunakan lidi kapas
instrumennya atau memproses setelah digunakan.
3 Bila tersedia tambahan sarung tangan, gunakan sarung tangan kedua, sehingga bila
86 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim perlu pengaturan lampu sarung tangan yang luar dan mengatur lampu dengan sarung
tangan yang bersih.

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 87

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

besih, spatula atau forsep untuk mendorong leher rahim g) Pasang kriotip yang terbalut sleeve pada ujung probe.
ke atas atau ke bawah secara perlahan agar terlihat. Kencangkan hanya menggunakan tangan. Jangan
gunakan alat lain untuk mengencangkan kriotip pada
c) Bila leher rahim dapat terlihat seluruhnya, kunci bilah/ probe.
cocor bebek spekulum dalam posisi terbuka sehingga
tetap berada di tempatnya. Dengan cara ini petugas Catatan: jika kriotip tidak mau terpasang pada
memiliki satu tangan yang bebas bergerak. probe dengan benar, periksa apakah ujung
pelindung probe telah terpasang dengan benar
d) Gerakkan lampu/senter agar leher rahim dapat terlihat ke dalam takik/lobangnya pada kriotip.
dengan jelas
h) Tempelkan kriotip pada leher rahim, pastikan ujung tip
e) Gunakan kapas lidi bersih untuk menghilangkan telah masuk dalam ostium uteri seperti pada Gambar –
discharge, darah atau mukosa dari cervix. Identifikasi 12 dan diletakkan secara seimbang pada permukaan
ostium uteri, SSK, serta lokasi dan ukuran lesi. Bila leher rahim. Tidak perlu memegang leher rahim dengan
perlu, oleskan asam asetat sehingga lesi dapat terlihat. tenaculum atau forseps. Pastikan dinding vagina lateral
Buang kapas lidi tersebut ke dalam wadah anti bocor tidak bersentuhan dengan kriotip. Ingatkan ibu bahwa
atau kantung plastik. mesin/ unit tersebut akan mengeluarkan suara bising
selama tindakan.
f) Tes alat krioterapi dengan mengarahkan probe ke langit-
langit. Tekan tombol “freeze” selama 1 detik kemudian Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 89
tekan tombol “defrost” selama 1 detik untuk
mengeluarkan gas melalui lubang metal tipis. Alat
berfungsi dengan baik bila ujung kriotip terlihat
berembun,

Catatan: Beritahu pasien bahwa akan terdengar
suara dari unit krioterapi.

88 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Catatan: Mungkin perlu menggunakan spatula kayu atau i) Gunakan teknik „freeze – clear – freeze.“ Setelah 15
alat lain untuk mendorong jaringan yang menonjol diantara detik dilakukan freeze, tekan tombol “defrost” tidak lebih
bilah/ cocor bebek spekulum. Cara lain, sebelum dari 1 detik. Segera tekan tombol “freeze” kembali.
memasukkan spekulum, pasangkan kondom pada cocor Tekan tombol “defrost” setiap 15 detik, lakukan hal yang
bebek dan potong ujung kondom. Pada saat spekulum sama selama 3 menit proses pembekuan. Catatan: Jika
dimasukkan dan cocor bebek dibuka, kondom dapat memungkinkan, minta asisten memberi aba-aba
mencegah dinding vagina agar tidak masuk celah di antara (contoh, Clear!) setiap 15 detik. Perhatikan saat
bilah/cocor bebek. terbentuk bola es di sekitar kriotip (perhatikan Gambar
5).
Gambar – 4 Penempatan kriotip pada leher rahim
Gambar – 13 Perubahan leher rahim setelah dilakukan
90 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim krioterapi

Sebelum krioterapi Setelah krioterapi

j) Setelah melakukan pembekuan selama 3 menit, kriotip
akan menempel pada leher rahim, karena bola es.
Jangan menarik kriotip secara paksa. Tunggu sampai

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 91

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

mencair (defrost) dan alat terlepas dengan sendirinya m) Diakhir tindakan, periksa leher rahim secara hati-hati
dari leher rahim (biasanya hanya memakan waktu untuk memastikan apakah telah terbentuk ”bola es”
kurang dari 30 detik), jangan dipaksa melepaskan yang putih, keras, benar-benar beku. Jika tidak, ulangi
kriotipnya . langkah 8–11 minimal sekali dengan menambahkan
tekanan pada leher rahim. Yakinkan bahwa tekanan gas
k) Letakkan alat krio pada tempatnya (pada tempat yang ditampilkan pada pengukur tekanan sudah cukup.
penggantungnya) atau baki instrumen yang sudah di- Jika tekanan kurang, minta pasokan ulang gas dan
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT). jadwal ulang tindakan.

l) Tunggu 5 menit dan ulangi kembali proses pembekuan n) Setelah tindakan, tutup katup tabung utama.
menggunakan teknik freeze – clear – freeze. Mungkin o) Periksa apakah leher rahim apakah terjadi perdarahan.
perlu menambah waktu pembekuan sampai 5 menit jika
bola es tidak terbentuk di luar tepi probe. Jika terdapat perdarahan, tekan area perdarahan
dengan kapas lidi bersih. Setelah itu buang kapas lidi
Catatan: Selama tindakan krioterapi, tabung tersebut pada tempatnya.
menjadi dingin, bagian luar tabung dan selang p) Lepaskan spekulum dan letakkan dalam larutan klorin
mungkin mengeluarkan semacam embun. 0,5% dalam wadah tertutup selama 10 menit untuk
Selain itu, alat penunjuk tekanan akan desinfeksi, atau apabila petugas terbatas dipisahkan
menunjukkan penurunan tekanan. Semua dulu spekulum di wadah yang kering dan tertutup
perubahan tersebut adalah normal. Bila karena bila dibiarkan spekulum terendam dalam larutan
tekananan pada regulator memperlihatkan klorin dalam waktu lebih 10 menit dapat menimbulkan
bahwa tekanan gas di bawah 50 kg/cm2, korosif pada spekulum.
hentikan tindakan krioterapi. Tunggu sampai
tabung gas kembali pada suhu kamar dan 4. Tugas Pasca Krioterapi
tekanan gas naik di 50 kg/cm2. Ada
kemungkinan keluar serpihan es dari saluran a) Bersihkan lampu/senter dengan kain/kasa yang telah
pengeluaran gas, keadaan ini normal terjadi dan dibasahi larutan klorin 0,5% untuk menghindari
tidak akan mengganggu tindakan krioterapi yang kontaminasi silang antar ibu/klien.
sedang dilakukan.
Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 93
92 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

b) Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung 5. Konseling Pasca krioterapi
tangan ke dalam larutan klorin 0,5%. Lepaskan sarung
tangan dengan membalik sisi dalam keluar. Jika sarung Sebagian besar perempuan/ibu tidak akan mengalami
tangan dibuang, masukkan ke dalam wadah tahan bocor masalah setelah menjalani krioterapi. Beritahu ibu bahwa
atau kantung plastik. Jika sarung tangan akan dipakai dia mungkin akan mengalami kram dan mengeluarkan
ulang, dekontaminasi dengan merendam dalam larutan cairan bening (atau sedikit bercampur darah) yang biasanya
klorin 0,5% selama 10 menit. berlangsung selama 4 sampai 6 minggu. Jika menjadi
berbau atau berwarna seperti nanah, atau jika ibu merasa
c) Cuci tangan dengan sabun dan air kemudian keringkan nyeri, dia harus segera kembali ke klinik untuk memeriksa
dengan kain yang bersih dan kering, atau dianginkan. kemungkinan terjadinya infeksi.

d) Pastikan ibu/perempuan tidak mengalami kram atau Anjurkan ibu agar tidak menyemprotkan air obat
flashing sebelum duduk, turun dari meja periksa dan (douche), menggunakan tampon atau berhubungan seks
berpakaian. Jika masih terasa sangat kram setelah 5– selama 4 minggu, atau sampai cairan tersebut benar-benar
10 menit, berikan analgesik oral (acetaminophen atau hilang.
ibuprofen).
Catatan: Jika ibu tidak dapat menghindari hubungan
e) Beri anjuran mengenai asuhan pasca pengobatan, seksual, sarankan untuk menggunakan kondom saat
tanda-tanda peringatan dan jadwal tindak lanjut. berhubungan. Berikan 15–20 kondom kepada ibu.

f) Catat hasil pengobatan dan jadwal kunjungan Bicarakan mengenai jadwal tindak lanjut dan tanda -
berikutnya pada status pasien . tanda peringatan yang mengharuskan dia untuk kembali ke
fasilitas untuk mendapat perawatan, yaitu:
g) Amati ibu/klien, minimal selama 15 menit. Tanyakan
bagaimana keadaannya sebelum mengijinkannya a) Demam selama lebih dari 2 hari.
pulang.
b) Nyeri pada abdomen yang amat sangat khususnya jika
h) Bersihkan unit krioterapi sesuai instruksi dalam dibarengi dengan demam.
Lampiran.
Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 95
94 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

c) Pendarahan selama lebih dari 2 hari yang lebih banyak Discharge vagina  Beritahu pasien bahwa ia akan mengalami
dari menstruasi terbanyak. (carian keluhan keluar cairan dari vagina/discharge
berlebihan) selama sekitar 4 minggu
d) Pendarahan disertai gumpalan
 Beritahu pasien bahwa akan terjadi perubahan
Buat jadwal tindak lanjut enam bulan kemudian setelah warna discharge dari merah muda menjadi
tindakan, dan beri nama pusat pelayanan atau klinik yang bening atau agak kekuningan
harus didatangi oleh ibu. Jika mungkin, informasi ini harus
diberikan secara tertulis. Terakhir, si ibu harus diberi  Beritahu klien untuk kembali jika discharge
kesempatan untuk bertanya jika ada pertanyaan. berubah menjadi bau tak sedap, gatal atau
berwarna seperti nanah (dan obati sesuai
e. Tindak Lanjut Setelah Krioterapi panduan standard IMS)
Tabel 5. Penatalaksaan Efek Samping
 Anjurkan agar tidak berhubungan badan selama
empat minggu

 Jika tidak mampu menghindari hubungan
seksual (abstain), anjurkan untuk memakai
kondom minimal selama 4 minggu

Bercak/menstruasi  Beritahu pasien bahwa dia akan mengalami

ringan pendarahan atau bercak selama satu atau dua

EFEK SAMPING PENATALAKSANAAN minggu

 Beritahu pasien agar kembali untuk dievaluasi

Kram  Beritahu pasien sebelum tindakan bahwa dia jika terjadi pendarahan berat
akan mengalami kram pada saat tindakan dan
setelahnya Ibu/klien harus kembali untuk melakukan tes ulang IVA dalam
enam bulan. Pada kunjungan ini, setelah memperoleh riwayat
 Kurangi kram dengan menekan ringan pada masalah, tes IVA harus dilakukan dan segala macam abnormalitas
leher rahim dengan menggunakan krioterapi dicatat. Karena SSK mungkin tidak dapat dilihat, leher rahim harus
probe diperiksa secara seksama untuk menilai seberapa jauh
kesembuhannya dan apakan masih terdapat lesi. Kriteria pengobatan
 jika sangat kram berikan paracetamol atau atau rujukan pada kunjungan ini dapat dilihat pada daftar dalam tabel
aspirin berikut ini:

96 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 97

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Tabel 6. Status Pengobatan dan Tindakan yang Dianjurkan 8. Rujukan

KLASIFIKASI IVA PENJELASAN TINDAKAN YANG Bidan dan dokter umum harus merujuk klien yang mengalami
Tes IVA Negatif DIANJURKAN kondisi-kondisi di bawah ini ke tingkat fasilitas perawatan yang
SSK terlihat lebih tinggi:
Tidak dapat hilang Tidak ada lesi Ulangi tes IVA setelah a. Lesi acetowhite lebih dari 75% dari permukaan leher rahim, lesi
(Persistent) acetowhite 5 tahun
Progressed Tes IVA positifa, tetapi acetowhite meluas sampai dinding vagina atau lebih dari 2 mm
lesi < 75% dari Obati kembali dengan tepi luar probe kriotherapi
Rujukan ke Pusat permukaan leher rahim krioterapi b. Lesi acetowhite positif, tetapi klien meminta pengobatan lain
kesehatan lain selain kriotherapi atau meminta tes diagnosa lain
Tes IVA positif dengan Rujuk ke pusat kanker c. Dicurigai kanker
lesi lebih besar dari atau fasilitas terdekat d. Kondisi ginekologis lain (misalnya massa ovarium, miom, polyp)
waktu diobati atau yang menawarkan Dokter umum yang terlatih, mengkaji lesi berukuran besar dan
sekarang menutupi diagnosis dan jika dicurigai kanker, segera rujuk kepada dokter spesialis obgin.
lebih dari 75% pengobatan Selanjutnya dokter obgin yang akan melakukan pemeriksaan dan
permukaan leher rahim terapi lanjutan seperti LEEP, konisasi, histerektomi, atau perawatan
paliatif sesuai indikasi.
Lesi yang persistent dan Bicarakan kembali
butuh pengobatan tentang keunggulan
dengan krioterapi, tetapi dan kekurangan
ibu/klien meminta semua metode
rujukan untuk metode pengobatan; rujuk ke
pengobatan yang fasilitas terdekat yang
berbeda menawarkan
pengobatan yang
sesuai pilihan

98 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 99

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Bagan 5. Algoritma Rujukan Kanker Leher rahim IV. MANAJEMEN PENGENDALIAN KANKER PAYUDARA DAN
KANKER LEHER RAHIM

A. PERSIAPAN
1. ANALISA KEBUTUHAN PEMERIKSAAN

Penghitungan kebutuhan sumber daya, target cakupan, dan
penyiapan lapangan dilakukan dengan menggunakan data-data yang
ada di puskesmas, dan rumah sakit rujukan. Data-data yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a. Data demografi (khususnya perempuan berusia 30 - 50 tahun)

dan data sosial budaya
b. Data dasar berupa data kasus kanker payudara dan kanker leher

rahim yang bersumber rumah sakit kabupaten, puskesmas dan
sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas tersebut selama kurun waktu 3 tahun terakhir.
c. Data sumber daya (sarana, prasarana, SDM, dana) di tingkat
Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten/Kota dan sarana
pelayanan kesehatan yang lain.
d. Data lembaga, yayasan, atau organisasi profesi maupun
masyarakat yang ada di wilayah setempat yang berperan serta
dalam upaya pengendalian penyakit kanker.

1) Perkiraan target sasaran

Perhitungan target sasaran dibutuhkan untuk
merencanakan sumber daya yang diperlukan oleh
puskesmas dan strategi teknis yang harus dilakukan untuk

100 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 101

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

mencapai target tersebut. Target adalah persentase dari Bagan 6. Metode Perhitungan Target Angka Cakupan Penapisan
jumlah populasi perempuan yang seharusnya menerima
pelayanan penapisan dalam kurun waktu yang ditentukan. Bulanan*
Populasi sasaran yang akan ditapis adalah perempuan
berusia 30 – 50 tahun. Sehingga jumlah target cakupan A. Dari data dari Kantor kecamatan,
dihitung berdasarkan data demografi jumlah perempuan
yang berusia 30 – 50 tahun. sensus atau survey populasi

Sesuai dengan rekomendasi WHO, bahwa keberhasilan A. Perkirakan jumlah penduduk pada masyarakat
kegiatan penapisan untuk mencegah kanker akan terjadi bila lokasi yang dipilih
penapisan dapat mencakup minimal 80% dari populasi yang B. Bila tidak diketahui, perkirakan
berisiko, yang berarti 80 % dari populasi perempuan berusia B. Perkirakan jumlah perempuan
30 – 50 tahun. berdasarkan proporsi BPS

Bagan 6 di bawah ini, memberikan gambaran cara (46,69% penduduk, SUPAS 2005)
menghitung target cakupan yang harus dilakukan perbulan.
C. Bila tidak diketahui, gunakan

proporsi BPS (SUPAS 2005,

C. Perkirakan jumlah sasaran yaitu SPAN 2005 )
perempuan berusia 30 – 50 tahun

D. Tentukan jumlah target penapisan D. Kalikan C dengan 80% untuk target
dalam yaitu 80% dari sasaran yang 5 tahun
dicapai dalam 5 tahun
E. Bagi D dengan jumlah tahun yang
E. Tentukan jumlah target penapisan diproyeksikan untuk program. Lalu
tiap tahun dan berapa banyak yang dibagi dengan 12 untuk target
harus dilakukan tiap bulan. bulanan

Catatan :
*Metode ini mengasumsikan tidak ada perempuan yang telah

ditapis di populasi target (Sumber: diadaptasikan dari CHIP 2004a,
ACCP).

Untuk memberikan ilustrasi cara memperkirakan target
penapisan bulanan dengan target cakupan penapisan 80% populasi
perempuan usia 30 – 50 tahun, selama periode 5 tahun, pada
Puskesmas A yang mempunyai jumlah penduduk 250.000, melalui
tahap-tahap sebagai berikut:

102 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 103

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

a) Identifikasi besaran populasi di daerah tersebut (misalnya Dari ilustrasi di atas, dapat dikatakan bahwa beban tiap
dari data sensus). bulan dari Puskesmas A untuk melakukan kegiatan adalah
Contoh : Data sensus melaporkan ada 250.000 penduduk di 473 pemeriksaan.
daerah tsb.
2) Perkiraan kebutuhan pelayanan pengobatan
b) Hitung jumlah perempuan di daerah tsb.
Contoh : Berdasarkan hasil Supas 2005, persentase jumlah Perhitungan kebutuhan pengobatan melalui estimasi
perempuan 49% dari penduduk adalah perempuan. Jumlah jumlah hasil penapisan yang positif. Perhitungan dilakukan
perempuan di wilayah Puskesmas A diperkirakan 122.500 dengan cara sebagai berikut :
perempuan (49% dari 250.000).
Berdasarkan penelitian Dr. Laila N, & Dr. Dwiyana O,
c) Perkirakan jumlah sasaran : perempuan pada kelompok usia tahun 2006, estimasi lesi prakanker yang ditemukan dengan
yang akan tapis. metode IVA sebesar 5-10 dari 100 perempuan. Dari jumlah
Contoh : Data Supas 2005, perempuan usia 30 – 50 tahun yang positif tersebut hanya 80-85% - nya yang
29% dari jumlah perempuan. Jumlah sasaran penapisan membutuhkan pengobatan krioterapi (ACCP 2004).
Puskesmas A sebanyak 35.525 (29% dari 122.500). Berdasarkan estimasi insidens kanker leher rahim dari WHO
(16 per 100.000 perempuan), dapat diperkirakan jumlah
d) Hitung jumlah target perempuan yang akan ditapis. kanker leher rahim yang akan ditemukan (Globocan, 2002).
Contoh : Target penapisan 80% sasaran, yaitu sebanyak
28.420 perempuan (80% dari 35.525). Tabel 7. Contoh Estimasi Hasil Penapisan Kanker Leher Rahim

e) Hitung jumlah target perempuan yang akan ditapis tiap Kategori Klien Estimasi Target
bulan.
Jumlah perempuan dengan Jumlah perempuan yang telah
Contoh : 28.420 perempuan yang akan ditapis dalam 5
tahun, dalam 1 (satu) tahun Puskesmas harus menapis hasil penapisan positif yang ditapis dikali rasio jumlah tes
sebanyak 5.684 perempuan tiap tahun dan 680 perempuan
per bulan (5.684 dibagi dalam 12 bulan). membutuhkan follow-up penapisan positif (5 – 10 dari

100 perempuan yang ditapis)

104 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 105

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Jumlah perempuan dengan 80-85% perempuan dengan lesi e) Yang membutuhkan rujukan untuk pengobatan kanker
hasil penapisan positif yang prakanker akan membutuhkan payudara sebesar 26/100.000 x 5.684 = 1,4 atau sekitar
membutuhkan pengobatan pengobatan krioterapi 1 – 2 perempuan
dengan krioterapi
Jumlah perempuan dengan 16 per 100.000 dari seluruh 3) Pemetaan klien
kanker leher rahim yang perempuan yang ditapis
membutuhkan rujukan untuk Tujuan utama dari pelayanan adalah mempermudah
pengobatan kanker. perempuan untuk mencapai akses penapisan kanker yang
Jumlah perempuan dengan 26 per 100.000 dari seluruh berkualitas dan pengobatannya. Banyak perempuan di
kanker payudara yang perempuan yang ditapis berbagai negara terutama di daerah pedesaan yang sulit
membutuhkan rujukan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan dikarenakan jarak
pengobatan kanker. yang jauh dari tempat tinggalnya, biaya transportasi,
tanggungjawabnya akan keluarga atau pekerjaan yang tidak
Sumber : ACCP,2004 bisa ditinggal, dan lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan
strategi yang dapat mengurangi kunjungan perempuan ke
Contoh perhitungan perkiraan hasil penapisan dari 8.160 klinik dan jaminan untuk mendapatkan pelayanan yang
perempuan: mereka butuhkan, dan meningkatkan follow-up.
a) Hasil IVA positif sebesar 5-10/100 x 5.684 = 280 - 570
Kader kesehatan mempunyai peran penting dalam
orang. melakukan kunjungan rumah untuk memotivasi klien agar
b) Yang membutuhkan krioterapi adalah 80 - 85% x 280 - bersedia mengikuti program penapisan hingga tindak
lanjutnya. Kader juga dapat membantu dalam membuat
570 perempuan = 224 - 485 orang. pemetaan klien. Peta ini dibutuhkan untuk mengetahui lokasi
c) Yang membutuhkan rujukan untuk tindak lanjut lesi pra keberadaan klien terutama di daerah pedesaan serta jarak
yang harus mereka tempuh untuk menerima pelayanan.
kanker 15 - 20% x 280 - 570 perempuan = 42 - 114
orang
d) Yang membutuhkan rujukan untuk pengobatan kanker
leher rahim sebesar 16/100.000 x 5.684 = 0,9 atau
sekitar 1 perempuan

106 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 107

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Gambar 13 : Contoh peta daerah untuk pemetaan klien Perhitungan kebutuhan 1 (satu) tahun bahan dan alat
disesuaikan dengan jumlah perempuan yang akan ditapis dan
2. ANALISA KEBUTUHAN BAHAN DAN ALAT yang membutuhkan pengobatan krioterapi sesuai estimasi di
atas.
Setelah diketahui perkiraan jumlah pemeriksaan dan
pengobatan yang akan dilakukan dalam satu tahun pada puskesmas Mengikuti contoh perhitungan di atas, kebutuhan bahan
atau kabupaten tersebut, perencanaan akan kebutuhan alat dan untuk pemeriksaan dan pengobatan IVA:
bahan yang diperlukan selama setahun sampai dengan lima tahun
dapat dihitung dengan cara seperti di bawah ini : 1) Bahan pemeriksaan IVA:
a. Perhitungan Kebutuhan Bahan Pemeriksaan IVA dan
a) Kebutuhan asam asetat: 100 ml asam asetat 3 – 5%
Pengobatan Krioterapi dapat digunakan untuk memeriksa lebih kurang 25-50
perempuan. Untuk memeriksa 5.684 perempuan
dibutuhkan 5.684/25 x 100 ml = 50 x 100 ml = 11.400 –
22.800 ml atau 11 – 22 liter asam asetat.

b) Kebutuhan kapas lidi untuk mengaplikasikan asam
asetat: satu klien membutuhkan kapas lidi sekitar 4 – 5
batang. Untuk memeriksa 5.684 perempuan dibutuhkan
lidi 5.684 x 4 – 5 batang = 22.800 – 28.500 batang

c) Kebutuhan kapas kesehatan: untuk kapas lidi, 100 gram
kapas kesehatan dapat digunakan untuk 500 lidi untuk
22.800 sampai 28.500 batang lidi dibutuhkan kapas
kesehatan sebanyak 22.000 – 28.800/500 x 100 gram =
4.600 – 5.700 gram atau 6.5 sampai 8.5 kilogram kapas
kesehatan.

108 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 109

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

d) Kebutuhan sarung tangan: satu klien membutuhkan 2 – 1) Penyebarluasan informasi dan edukasi untuk
4 buah sarung tangan. Untuk memeriksa 5.684 menggerakkan masyarakat :
perempuan dibutuhkan sarung tangan 5.684 x 2 – 4 a) Insentif bagi kader kesehatan (bila memungkinkan)
batang = 11.400 – 22.800 buah. Dalam satu kotak b) Biaya pencetakan bahan-bahan promosi/penyuluhan
sarung tangan sekali pakai terdapat 100 buah, berarti c) Biaya pemakaian media yang tersedia di daerah seperti
dibutuhkan 114 sampai 228 kotak sarung tangan. radio dll
d) Biaya transport untuk mengunjungi masyarakat.
2) Bahan pengobatan krioterapi:
2) Pelatihan :
Bahan krioterapi hanya membutuhkan gas CO2 atau N2 Pelatihan untuk petugas kesehatan dilaksanakan di
non medik (industrial) tergantung ketersediaan yang ada di
daerah. Dalam 1 tabung berisi 40 liter, dapat dipakai untuk kabupaten. Sedangkan untuk puskesmas dilakukan
40 klien. Sesuai dengan perhitungan kebutuhan terapi, pelatihan kepada kader kesehatan yang akan membantu
dalam satu tahun diperkirakan 32 - 68 orang akan untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat serta
membutuhkan terapi. Untuk memperkirakan kebutuhan gas memotivasi klien agar mau datang untuk mendapatkan
CO2 atau N2 non medik (industrial) dalam satu tahun sekitar pelayanan penapisan.
1-2 tabung besar. a) Honor untuk pelatih
b) Biaya transport untuk pelatih dan peserta
b. Penghitungan Pembiayaan c) Kebutuhan fisik untuk pelatihan :

Setelah memperkirakan cakupan pelayanan, strategi (1) Sewa ruangan bila dilakukan di luar gedung
pencapaian target/ cakupan, kebutuhan bahan dan alat habis Puskesmas
pakai, perlu diperkirakan juga biaya operasional di setiap jenjang
wilayah/tingkat pelaksaan kegiatan. (2) Bahan presentasi (proyektor, layar, kertas, dsb.)
d) Dukungan administratif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menghitung biaya
yang dibutuhkan seperti: 3) Pelayanan Penapisan :
a) Biaya bahan habis pakai untuk puskesmas guna
pelaksanaan penapisan

110 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 111

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

b) Biaya ATK dan penggadaan. tokoh masyarakat yang membentuk opini para perempuan, dan
c) Biaya perjalanan petugas untuk pelayanan di luar keluarganya serta pihak-pihak lain yang berperan.

gedung. Upaya penyebaran informasi dilakukan dengan dengan
d) Penyimpanan dan pendistribusian peralatan dan bahan mengembangkan strategi KIE yang efektif dan menyediakan serta
mengembangkan pesan-pesan yang informatif dengan cara
di pusat kesehatan. pendekatan sosial budaya yang tepat.
e) Perbaikan dan pemeliharaan alat untuk diagnosis dan
Strategi KIE harus disesuaikan dengan kebudayaan yang
terapi. berlaku di masyarakat. Strateginya adalah:
a. Berbasis masyarakat : perorangan atau kelompok untuk
4) Pencatatan, Pemantauan dan Penilaian :
menginformasikan masarakat yang berada di rumah maupun
a) Kertas, fotokopi dan bahan ATK lainnya dalam kegiatan lingkungan masyarakat
pencatatan, pemantauan dan penilaian. b. Berbasis fasilitas : perorangan dan kelompok untuk
mengiformasikan pasien yang datang ke fasilitas kesehatan
b) Komputer dan software sistem informasi dalam kegiatan c. Berbasis media : menggunakan media seperti televisi, radio,
monitoring dan pelaporan. media cetak untuk menyampaikan pesan ke masyarakat luas
Selanjutnya untuk persiapan masyarakat perlu dilakukan
c) Biaya pertemuan (ruangan, konsumsi, transport) secara advokasi dan sosialisasi, bina suasana, penggerakan masyarakat,
regular dengan supervisor area untuk mendiskusikan dan menjalin kemitraan dengan LP/LS/LSM.
permasalahan, hasil cakupan dan lain-lain.
a. Advokasi & Sosialisasi
d) Biaya transportasi supervisor membuat kunjungan pada
pusat pelayanan. Advokasi ditujukan kepada para pengambil keputusan atau
orang/ institusi yang berpengaruh seperti gubernur/ bupati,
3. PERSIAPAN LAPANGAN camat, kepala desa, ketua tim penggerak PKK, Dharma Wanita,
LSM, dan lain-lain.
Sebelum perempuan dan keluarganya bersedia dan mendukung
program kegiatan penapisan mereka harus mengerti apa perlunya
dan apa pentingnya deteksi dini ini bagi mereka. Untuk itu dibutuhkan
penyebaran informasi dan edukasi kepada semua pihak baik kepada
perempuan tersebut, keluarga yang akan mendukung keputusan, dan

112 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 113

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Tujuannya adalah agar para pengambil keputusan atau 3) Menetapkan metode dan teknik yang telah diujicoba dan
pimpinan memberikan dukungan baik dana maupun moril guna disempurnakan.
peningkatan kegiatan. Advokasi dilakukan oleh kepala dinas
kesehatan beserta jajarannya. 4) Membuat format penilaian dan memilih hasil kegiatan
Langkah-langkah kegiatan : bersama-sama dengan LP dan LS.
1) Tentukan sasaran yang akan diadvokasi
2) Siapkan informasi berdasarkan baseline data 5) Menyusun laporan serta menyajikan dalam bentuk tertulis.
3) Tentukan kesempatan dimana dan kapan melakukan
c. Penggerakan Masyarakat (Empowerment)
advokasi
4) Simpulkan dan sepakati hasil dari advokasi tersebut Strategi ini ditujukan kepada sasaran primer yaitu
5) Tindak lanjut hasil kesepakatan tersebut wanita/perempuan usia subur (W US), dan perempuan yang
6) Beri informasi umpan balik berisiko. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat
pengetahuan, kesadaran, maupun kemampuannya dalam
b. Bina Suasana (Social Support) melaksanakan pengendalian kanker payudara dan kanker leher
rahim.
Strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran sekunder Langkah-langkah kegiatan :
seperti toma, keluarga, PKK, organisasi perempuan keagamaan, 1) Dimulai dengan pemberian pelatihan/pembekalan kader
dan lain-lain. Tujuannya agar kelompok ini dapat
mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung kesehatan tentang kanker payudara dan kanker leher rahim,
peningkatan pengendalian kanker payudara dan kanker leher panapisan dan pengobatannya, untuk dipakai sebagai dasar
rahim. penyebaran informasi dan edukasi bagi calon klien.
Langkah-langkah kegiatan : 2) Mengadakan pertemuan dengan kelompok ibu-ibu/keluarga
1) Mengkaji dan menetapkan sasaran secara rinci dan tepat atau kunjungan rumah yang dapat dilakukan oleh tenaga
2) Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan kesehatan dan kader..
3) Mengembangkan pesan-pesan kesehatan khususnya
dukungan suasana seperti pelatihan, sosialisasi, mengenai pengendalian kanker payudara dan kanker leher
penyebarluasan informasi, kampanye, dll rahim yang sesuai dengan kondisi setempat

114 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 115

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

4) Mendekatkan pelayanan kesehatan yang menyediakan 3) Yakinkan mitra bahwa mereka adalah orang yang turut
fasilitas deteksi dini dengan biaya pelayanan yang menentukan keberhasilan dalam meningkatkan kesehatan
terjangkau masyarakat khususnya dalam pengendalian kanker
payudara dan kanker leher rahim.
5) Memberikan pelayanan deteksi dini yang bersifat ramah dan
memuaskan klien serta lengkap informasi 4) Cari waktu yang tepat untuk melakukan komunikasi
5) Ajak mereka sebagai mitra kerja dengan jalan menetapkan
d. Kemitraan dengan LP, LS, dan kelompok potensial setempat
perencanaan kegiatan dalam menanggulangi permasalahan
Petugas tidak mungkin bekerja sendiri tetapi perlu yang ada
bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait seperti lintas 6) Beri mitra tugas dan tanggung jawab yang jelas tentang
program, lintas sektor serta kelompok potensial setempat seperti peranan mereka dalam upaya peningkatan pengendalian
tokoh agama, tokoh masyarakat, kader, organisasi perempuan kanker payudara dan kanker leher rahim yang ada di
keagamaan, PKK, dan lain-lain. Tiga prinsip dasar kemitraan wilayahnya
yang harus diperhatikan adalah (1) kesetaraan, yaitu kesediaan 7) Ajak mereka untuk melihat atau menilai hasil kerja mereka
berada dalam kedudukan yang sederajat, (2) keterbukaan, yaitu dan beri tanggapan atau umpan balik yang bisa
adanya kejujuran dalam setia langkah menjalin kemitraan, (3) menumbuhkan semangat kerja mereka selanjutnya.
saling menguntungkan, yaitu jalinan kemitraan yang dibuat
hendaknya saling menguntungkan kedua belah pihak. B. PELAKSANAAN PENAPISAN
Langkah-langkah kegiatan : Agar penapisan dapat dilaksanakan dengan baik dan
1) Membina hubungan baik, professional dan mau bekerja
mencapai tujuan yang diinginkan, dilakukan dengan langkah-langkah
demi peningkatan kesehatan masyarakat khususnya dalam sebagai berikut :
pengendalian kanker payudara dan kanker leher rahim. 1. Persiapan tempat, bahan, peralatan, SDM, dan penentuan waktu
2) Mampu menyampaikan pesan-pesan kesehatan dengan
baik, jelas serta sesuai budaya atau norma yang berlaku, pelaksanaan
sehingga petugas mendapat dukungan dari mitra 2. Penetapan jumlah target per hari dan wilayahnya
3. Penginformasian kegiatan kepada masyarakat melalui bidan

desa, kader kesehatan, dan perangkat desa.

116 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 117

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

4. Penetapan teknis pelaksanaan : kabupaten/kota. Kasus yang tidak dapat ditangani di rumah sakit
a. Pendaftaran dengan pembagian nomor urut kabupaten/kota, dapat dirujuk ke rumah sakit propinsi yang ditunjuk.
b. Pembuatan kartu status Rumah sakit rujukan harus memberikan umpan balik kepada rumah
c. Pemanggilan klien dan suaminya sakit atau puskesmas asal.
d. Pemberian konseling dan informed consent (meminta
kesediaan klien dan suaminya untuk dilakukan tindakan). D. MONITORING DAN EVALUASI
e. Pemeriksaan payudara dengan cara CBE oleh bidan dengan
dikonfirmasi oleh dokter puskesmas bila ditemukan benjolan. Penemuan dan tatalaksana penyakit kanker merupakan sub
f. Pelaksanaan IVA oleh Bidan dengan dikonfirmasi oleh sistem pengendalian penyakit kanker secara umum, output kegiatan
dokter puskesmas. diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian melalui
g. Pelaksanaan Krioterapi oleh dokter/bidan puskesmas untuk kegiatan deteksi dini, penapisan, diagnosis, terapi dan perawatan
IVA positif. paliatif. Kegiatan ini akan berdaya guna apabila ditunjang oleh
h. Penjelasan rencana tindak lanjut/follow-up baik pada kasus sumber daya yang memadai serta mekanisme kegiatan dilakukan
positif maupun negatif. (lihat Bagan 3 untuk kanker leher sesuai perencanaan.
rahim, dan Bagan 4 untuk kanker payudara)
i. Pencatatan dan pelaporan pada form yang telah tersedia. Untuk mengukur sampai seberapa jauh sumber daya tersedia
(lihat bab V) serta tahapan pelaksanaan dilakukan, diperlukan kegiatan
j. Pemulangan klien. penunjang, yaitu monitoring dan evaluasi.

C. SISTEM RUJUKAN Pendataan dan pencatatan klien yang telah dilakukan
pemeriksaan merupakan salah satu proses yang tidak dapat
Apabila pada pemeriksaan di puskesmas ditemukan benjolan dipisahkan dari kegiatan monitoring dan evaluasi. Data lengkap
pada payudara, lesi pra kanker yang tidak dapat ditangani di setiap klien harus dicatat pada status pasien (contoh formulir dapat
Puskesmas, dan kanker leher rahim, klien dirujuk ke RS dilihat dalam Formulir A) dengan tujuan agar terdapat catatan
mengenai pelayanan dan rujukan. Bila klien bertemu dengan seorang
spesialis untuk histopatologi, data-data tersebut dapat dicatat dalam
Formulir Histopathology (Formulir B).

118 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 119

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Monitoring yang dilakukan sewaktu-waktu bertujuan untuk INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME
mengetahui kemajuan program dan kualiti pelayanan. Monitoring
program dilakukan secara berjenjang baik melalui pertemuan bulanan  SDM  Deteksi  Menurunnya Meningkatnya
yang diadakan oleh puskesmas atau peninjauan lapangan oleh Kesehatan Dini angka derajat
Kepala Puskesmas juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan kesakitan dan kesehatan
Kabupaten/Kota dan Propinsi secara berjenjang. Monitoring kualiti  Sarana &  Penapisan kecacatan masyarakat
pelayanan secara teknis medis juga dilakukan secara berjenjang oleh Prasarana  Diagnosa
dokter puskesmas yang terlatih, dokter sepesialis Obstetry dan  Menurunnya
ginekologi, juga dokter spesialis bedah di RS Kabupaten/Kota dan  Sumber  Perawatan angka
Propinsi. Daya Paliatif kematian

Hasil temuan kegiatan monitoring tersebut ditindak lanjuti dengan - Peralatan  Meningkat-nya
melakukan koreksi secepatnya terhadap kegiatan yang dianggap - Dana kualitas hidup
tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya, baik kegiatan yang - Metode
berada dalam indikator input, indikator proses, maupun indikator
output. E. PENGORGANISASIAN
1. Pusat
Sedangkan evaluasi dapat dilakukan sebelum atau sesudah Depkes mempunyai tugas:
kegiatan dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan sebelum kegiatan a. Penyiapan kebijakan pengendalian kanker
bertujuan untuk melihat hasil yang telah dicapai pada tahun b. Advokasi dan sosialisasi tingkat pusat
sebelumnya dan digunakan sebagai dasar perencanaan tahun c. TOT manajemen pengendalian kanker
berikutnya. Sedangkan evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan d. TOT deteksi dini kanker payudara dan kanker leher
bertujuan untuk membandingkan antara perencanaan awal dengan rahim
hasil yang didapat pada akhir kegiatan. e. Pengaturan, bimbingan, dan pengawasan program
f. Dan lain-lain sesuai peraturan perundang-undangan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut : yang berlaku

120 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 2. Dinas Kesehatan 121
a. Dinas Kesehatan Provinsi
Mempunyai tugas :

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Sebelum Pelatihan Provider Deteksi Dini 3) Assessment/penilaian sarana-prasarana, SDM,
1) Sosialisasi dan advokasi dengan LS, LP. data demografi (bersama Dinas Kesehatan
2) Pertemuan koordinasi/persiapan di propinsi. Provinsi).
3) Membentuk jejaring pengendaian kanker.
4) Membentuk tim pelatih provinsi. 4) Pertemuan Tim Pelatih Provinsi, Dinas Kesehatan
5) Pertemuan tim pelatih provinsi untuk persiapan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten, Kepala
PKM. Pelatihan Provider: menunjuk dokter umum
pelatihan. dan bidan PKM
6) Assessment/penilaian: sarana-prasarana, SDM, Setelah Pelatihan

data demografi di kabupaten/kota. 1) Menerima laporan skrining dari Puskesmas, RS
Kabupaten sebagai rujukan.
Setelah Pelatihan
1) Menerima data laporan skrining yang telah 2) Memfasilitasi pelatihan kader di Puskesmas.
3) Bintek oleh Petugas Kabupaten dan RS Kab
dilaksanakan di kabupaten.
2) Mengolah dan menganalisa data skrining dan (Obsgyn & dokter bedah).
4) Mengolah data dan melaporkan ke propinsi dan
mengirimkan laporan ke pusat.
3) Bimbingan teknis. pusat.
4) Monitoring dan evaluasi kegiatan. 5) Melaksanakan pertemuan evaluasi.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota 3. Rumah Sakit
Mempunyai tugas : a. Menyediakan dan mempersiapkan petugas pelatih
Sebelum Pelatihan Provider Deteksi Dini b. Menerima rujukan
1) Sosialisasi dan advokasi. c. Menegakkan diagnosis
2) Rapat koordinasi/ persiapan. d. Memberikan umpan balik
e. Memberikan pengobatan

122 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 123

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

f. Apabila tidak mampu menangani pasien, merujuk ke RS F. NSPK Pelatihan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
yang mempunyai fasilitas pelayanan kanker payudara Norma Standart Prosedur Kriteria (NSPK) adalah suatu
dan kanker leher rahim
langkah prosedur yang harus dilaksanakan saat melakukan pelatihan
g. Menyelenggarakan registrasi kanker berbasis rumah maupun saat implementasi program prosedur deteksi dini kanker
sakit, selanjutnya dilaporkan ke dinas kesehatan payudara dan leher rahim di pelayanan kesehatan agar tercapai
kabupaten/kota kualitas kompetensi petugas pelaksana.

4. Puskesmas Saat ini kasus kanker payudara dan kanker leher rahim
a. Sosialisasi dan advokasi cenderung semakin meningkat, sehingga sangat diperlukan upaya
b. Rapat koordinasi di puskesmas deteksi dini agar dapat ditemukan dalam stadium awal atau
c. Pelatihan kader prekanker leher rahim. Apabila memungkinkan langsung diberikan
d. Penyuluhan oleh petugas puskesmas di kecamatan tindak lanjut berupa penatalaksanaan pada factor risiko atau pre
e. Skrining kanker payudara dan kanker leher rahim (di kanker.
dalam dan luar gedung)
f. Pengumpulan dan pelaporan data ke kabupaten Salah satu upaya menindaklanjuti permasalahan dengan
g. Mengikuti pertemuan evaluasi semakin meningkatnya kasus tersebut di atas, pemerintah yang
dalam hal ini Kementerian Kesehatan memfasilitasi dalam
peningkatan sumber daya manusia baik dari segi kuantitas maupun
kualitas melalui suatu pelatihan teknis yang menekankan pada
pengetahuan serta keterampilan. Pelatihan yang dilaksanakan, yakni
pelatihan yang terakreditasi bagi pelatih (training of trainer =TOT) dan
provider.

124 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 1.1 Pelatihan untuk tim pelatih (TOT Tim Pelatih) 125
Pelatih untuk TOT terdiri dari:

- Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI)
- Perhimpunan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI)

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

- Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) - praktik mengajar sesuai kompetensinya,
Peserta TOT merupakan satu tim yang terdiri dari: - ketrampilan konseling,
- deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim pada
- dokter obsgin onkolog/obsgin sosial
- dokter obsgin umum model panthom payudara dan panggul/pelvis,
- dokter bedah onkolog - berlatih menginterprestasikan pemeriksaan IVA
- dokter bedah umum
- dokter umum menggunakan flash card, atlas IVA interaktive,
TOT dilaksanakan selama 7 hari, dengan tahapan sebagai berikut : - krioterapi pada model sesuai langkah-langkah penuntun
 Sebelum memulai pelatihan, peserta mengikuti BLC (Building
Learning Comimitmen) untuk membangun komitmen belajar belajar/ceklist.
yang efektif.  Praktik di klinik dengan memberikan pelayanan deteksi dini
 Materi teori di kelas disampaikan dalam 2 hari, tentang :
- Kebijakan Kemenkes/Program pengendalian Kanker selama 3 (tiga) hari. Setiap peserta memeriksa CBE dan IVA
- HPV, patofisiologi Kanker Leher Rahim terhadap minimal 6 klien dan melakukan krioterapi.
- Konseling tentang kanker payudara dan leher rahim  Kemajuan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, diukur
- Deteksi dini kanker payudara menggunakan pre test, penilaian image/citra tengah pelatihan
- Deteksi dini kanker leher rahim gambar IVA, keterampilan pemeriksaan payudara IVA
- Pencegahan infeksi krioterapi sesuai cek lis, serta post test pada model maupun
- Pengobatan dan tindak lanjut klien.
- Kanker lain pada perempuan
- Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kompetensi peserta adalah :
- Teknik melatih
- Rencana tindak lanjut 1. Dokter Spesialis obgin onkolog mampu:
a. Sebagai pelatih Provinsi di wilayah kerjanya
 Praktek di kelas selama 2 hari meliputi : b. Membina obgin umum, dokter umum, dan bidan dalam
melakukan deteksi dini dan tatalaksana kanker leher rahim
c. Melakukan supervisi teknis dan menerima rujukan dari
dokter obgin umum.

126 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 127

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

2. Dokter Spesialis obsgin umum mampu: 5. Dokter umum mampu:
a. Sebagai pelatih Provinsi di wilayah kerjanya a. Sebagai pelatih Provinsi di wilayah kerjanya
b. Membina dokter umum dan bidan dalam melakukan b. Membina tenaga bidan/perawat
deteksi dini dan tatalaksana kanker leher rahim c. Melakukan supervisi teknis dan menerima rujukan dari
c. Melakukan supervisi teknis dan menerima rujukan dari bidan di wilayah kerjanya
dokter umum dan bidan/perawat di wilayah kerjanya d. Melakukan rujukan kepada obgin umum dan bedah
d. Melakukan rujukan kepada obgin onkolog pada kasus- umum pada kasus-kasus yang tidak dapat ditangani di
kasus yang tidak dapat ditangani di tingkat tingkat Puskesmas
Kabupaten/Kota e. Melakukan penatalaksanaan lesi pra-kanker leher
e. Melakukan pengobatan dengan krioterapi rahim dengan Krioterapi
f. Melakukan penapisan kanker leher rahim dengan
3. Dokter Spesialis Bedah Onkolog mampu: metode IVA
a. Sebagai pelatih Provinsi di wilayah kerjanya g. Mengajarkan SADARI (perikSA payuDAra sendiRI)
b. Membina dokter bedah, dokter umum, dan bidan di kepada klien dan melakukan penapisan kanker
wilayah kerjanya payudara dengan tehnik CBE (Clinical Breast
c. Melakukan supervisi teknis dan menerima rujukan dari Examination)
dokter bedah umum
1.2 Pelatihan Provider Deteksi Dini Kanker Payudara dan
4. Dokter spesialis Bedah Umum mampu: Kanker Leher Rahim.
a. Sebagai pelatih Provinsi di wilayah kerjanya Pelatih pelatihan provider merupakan tim yang telah mengikuti
b. Membina dokter umum dan bidan dalam melakukan TOT.
deteksi dini kanker payudara Peserta pelatihan provider terdiri dari dokter umum dan bidan.
c. Melakukan supervisi teknis dan menerima rujukan dari Pelatihan provider dilaksanakan 5 (lima) hari, dengan tahapan
dokter umum sebagai berikut :
d. Melakukan rujukan kepada bedah onkolog pada  Sebelum memulai pelatihan, peserta mengikuti BLC(Building
kasus-kasus yang tidak dapat ditangani di tingkat
Kabupaten/Kota

128 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 129

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Learning Comimitmen) untuk membangun komitmen belajar menggunakan pre test, penilaian image/citra tengah pelatihan
yang efektif. gambar IVA, ketrampilan pemeriksaan payudara IVA
 Materi teori di disampaikan dalam 1 hari di kelas, tentang : krioterapi sesuai cek lis, serta post test pada model maupun
- Kebijakan Kemenkes/Program pengendalian Kanker klien
- HPV, patofisiologi Kanker Leher Rahim
- Konseling tentang kanker payudara dan leher rahim Kompetensi provider :
- Deteksi dini kanker payudara
- Deteksi dini kanker leher rahim 1. Dokter umum mampu:
- Pencegahan infeksi a. Mengajarkan SADARI (perikSA payuDAra sendiRI)
- Pengobatan dan tindak lanjut kepada klien dan melakukan penapisan kanker
- Kanker lain pada perempuan payudara dengan tehnik CBE (Clinical Breast
- Sistem Pencatatan dan Pelaporan Examination)
- Rencana tindak lanjut b. Melakukan penapisan kanker leher rahim dengan
 Praktek di kelas selama 1 hari meliputi : metode IVA
- ketrampilan konseling, c. Melakukan penatalaksanaan lesi pra-kanker leher
- deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim pada rahim dengan Krioterapi
d. Melakukan rujukan kepada obgin umum dan bedah
model panthom payudara dan panggul/pelvis umum pada kasus-kasus yang tidak dapat ditangani di
- berlatih menginterprestasikan pemeriksaan IVA tingkat Puskesmas

menggunakan flash card, atlas IVA interaktive 2. Bidan mampu :
- krioterapi pada model sesuai langkah-langkah penuntun a. Mengajarkan SADARI (perikSA payuDAra sendiRI)
kepada klien dan melakukan penapisan kanker
belajar/ceklist. payudara dengan tehnik CBE (Clinical Breast
 Praktik di klinik dengan memberikan pelayanan deteksi dini Examination)

selama 3 (tiga) hari. Setiap peserta memeriksa CBE dan IVA
terhadap minimal 6 klien dan dokter melakukan krioterapi.
 Kemajuan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, diukur

130 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 131

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

b. Melakukan penapisan kanker leher rahim dengan - Telah melakukan pemeriksaan CBE dan IVA
metode IVA terhadap minimal 50 klien, dan menemukan 3
IVA positif dengan benar (melalui konfirmasi
c. Melakukan rujukan apabila ditemukan IVA (+) dan atau oleh supervisor)
benjolan pada payudara
- melakukan krioterapi terhadap 3 klien IVA
SERTIKASI : positif, dengan pendampingan supervisor
1. certicate of attendence / sertifikat kehadiran
Sertifikat of attendence dikeluarkan dengan persyaratan  Bidan (kompetensi sebatas IVA)
peserta : - Telah melakukan pemeriksaan CBE dan IVA
a. Telah mengikuti TOT (7 hari) terhadap minimal 50 klien, dan menemukan 3
b. Telah mengikuti pelatihan provider (5 hari) IVA positif dengan benar (melalui konfirmasi
c. Mengikuti workshop (< 5 hari) kemudian dilanjutkan oleh supervisor)
dengan melakukan pemeriksaan CBE dan IVA terhadap
minimal 50 klien (diisikan pada logbook) Materi yang diujikan disesuaikan dengan kompetensi atau
Serticate of attendence dikeluarkan oleh penyelenggara standard profesi yang dibutuhkan provider. Proses penentuan
pelatihan (pusat/dinkesprov/dinkeskabkota) dengan diketahui standar kelulusan dilakukan dengan melibatkan komponen
lembaga akreditasi (PPSDM, Bapelkes). yang mewakili pemegang kebijakan yaitu dinas kesehatan
setempat dan supervisor klinis (profesi terkait). Hal ini
2. Sertifikat kompetensi dimaksudkan agar dapat terjaga akurasinya serta
Setelah memperoleh certicate of attendence, provider menghindari penyalahgunaan.
melakukan pemeriksaan yang diisikan pada logbook untuk
dinilai oleh supervisor. Sertifikat kompetensi diberikan kepada G. PENGOBATAN
provider yang telah dinyatakan kompeten, apabila : Pengobatan kanker dilkukan secara individual tergantung jenis,
 Dokter (kompetensi IVA dan krioterapi) lokasi, stadium. Digunakan sebagai pengobatan tunggal (hanya
operasi saja, kemoterapi saja, radiasi saja) atau kombinasi dari 2
atau lebih jenis pengobatan. Bertujuan untuk memusnahkan kanker

132 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 133

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-  Adriamicin (Doxorubicin dan Epirubicin)
gejalanya.
a. Pembedahan 

Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya  Cytoxan
diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau
kemoterapi. 
b. Radiasi
Merupakan jenis terapi menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk  Methotrexate
merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi sel-sel
kanker akan terhambat. Berperan sebagai pengobatan secara 
radikal, sebagai terapi paliatif yaitu untuk mengurangi dan
menghilangkan rasa sakit atau tidak nyaman akibat kanker, dan  5-Fluorouracil
sebagai adjuvant yakni bertujuan untuk mengurangi risiko
kekambuhan dari kanker. Seiring dengan perkembangan 
teknologi, terapi radiasi lebih tertarget dan lebih efektif. Terdapat
2 jenis terapi penyinaran yaitu penyinaran external dan  Paclitaxel
penyinaran internal (brachytherapy).
c. Kemoterapi 
Merupakan suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk
membunuh sel kanker. Obat ini menyasar sel kanker dengan cara  Docetaxe
merusak dan menghambat factor-faktor pertumbuhan sel. Obat
kemoterapi biasanya diberikan secara sistemik melalui intravena 
(IV) atau per oral, dapat digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan.  Cisplatin
Obat kemoterapi yang sering digunakan antara lain :


 Carboplatin



 Paclitaxel



 Fluorouracil (5FU)



 Cyclophosphamide



 Docetaxel



 Ifosfamide



 Gemzitabin

H. MENYUSUN RENCANA KEGIATAN
I. PROPINSI
SEBELUM PELATIHAN
1. Pertemuan persiapan di propinsi
Pertemuan persiapan dilaksanakan di provinsi, dengan
melibatkan lintas program dan lintas sektor (Yayasan
kanker,P2KS,Organisasi perempuan,dll).
Pada pertemuan tersebut membahas tentang :
- Sosialisasi tentang kegiatan penyakit kanker, khususnya
kanker leher rahim dan payudara

134 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 135

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

- Gambaran umum penyakit kanker di wilayah tersebut, isu  Waktu pelaksanaan : 5 hari (2 hr teori dan praktek
tentang kanker, khususnya kanker payudara dan kanker di kelas, 3 hr praktek penapisan di Puskesmas/RS)
leher rahim  Sasaran : 20 orang, terdiri dari: dokter umum,
bidan puskesmas, bidan RS
- Menggali kegiatan apa saja yang sudah ada terkait Materi dan jadwal sesuai standar Kemenkes.
pengendalian faktor risiko kanker

- Menggali organisasi apa saja yang bermitra dalam
pengendalian kanker Pelatih : tim pelatih provinsi dan pusat,

2. Assesment/penilaian: 
- Sarana, prasarana, dan ketersediaan SDM provinsi
(Dokter Onkolog Provinsi, Obgin Provinsi, Bedah Dari pelatihan diharapkan peserta mampu :
Onkologi, Bedah)  Melatih SADARI (periksa payudara sendiri)
- Data jumlah penderita kanker payudara dan kanker kepada klien dan melakukan CBE (Clinical
leher rahim di provinsi tersebut Breast Examination) yaitu pemeriksaan klinis
payudara oleh petugas terlatih untuk kanker
3. Pertemuan tim terlatih (Trainer) payudara, bila menemukan benjolan langsung
- Pesertanya adalah tim pelatih provinsi, dinas dirujuk ke dokter bedah; serta dapat
kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten mempengaruhi sikap positif klien terhadap
- Melalui pertemuan tim pelatih ini diharapkan manfaat dari skrining/penapisan dengan
memperoleh informasi tentang hasil kegiatan menggunakan metode IVA untuk kanker leher
penapisan deteksi dini kanker payudara dan kanker rahim dan bila positif diberi pengobatan dengan
leher rahim, rujukan, masalah dan kendala yang krioterapi,
dihadapi, serta rencana pelaksanaan pelatihan  Bidan dapat melakukan skrining CBE dan IVA,
berikutnya sedangkan dokter dapat melakukan CBE, IVA,
- Rencana pelaksanaan pelatihan provider deteksi dini dan Cryterapi
 Tempat : dapat dilaksanakan di provinsi maupun di  Memberikan keterampilan konseling saat
kabupaten berbicara dengan klien tentang faktor risiko dan

136 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 137

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

pemeriksaan kanker payudara dan kanker - Menggali kegiatan terkait pengendalian faktor risiko penyakit
leher rahim tidak menular
 Di dalam kelas: belajar teori, praktek gambar,
deteksi dini kanker payudara dan kanker leher - Menggali Organisasi apa saja yang telah bermitra dalam
rahim menggunakan panthom, sedangkan kegiatan penanggulangan kanker
praktek dilaksanakan di puskesmas dengan
memberikan pelayanan penapisan kepada - Sosialisasi tentang kanker secara umum, khususnya kanker
klien. leher rahim dan payudara
 Pada akhir pelatihan, peserta membuat
rencana kegiatan sebagai tindak lanjut 2. Assesmen/penilaian
pelatihan, jadwal rujukan dengan dr.obgin dan - Sarana (Meja gyn, spekulum, lampu sorot, kapas lidi, dll) dan
dr.bedah. prasarana, ketersediaan SDM (dr.Obgin dan dr.Bedah di
Kabupaten) sebagai rujukan kasus dari puskesmas.
SETELAH PELATIHAN - Diperolehnya informasi tentang data jumlah kasus kanker
- Mendapat data laporan skrining yang telah payudara dan kanker leher rahim
dilaksanakan, baik dari Puskesmas, rujukan ke RS
Kabupaten, dan rujukan ke RS.Provinsi. 3. Pertemuan Tim pelatih Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi, dan
dinkes Kabupaten, pimpinan puskesmas yang akan dipilih
II. KABUPATEN/KOTA menjadi tempat pelatihan sebagai persiapan pelatihan deteksi
SEBELUM PELATIHAN dini kanker payudara dan kanker leher rahim :
1. Rapat koordinasi yang dilakukan di kabupaten - Menunjuk puskesmas tempat praktek lapangan
- Gambaran umum penyakit kanker di wilayah tersebut, isu - Pembagian tugas pada saat pelatihan
- Menentukan sasaran/klien yang diperiksa untuk praktek
tentang kanker, khususnya kanker payudara dan kanker leher lapangan
rahim - Inventarisasi kebutuhan peralatan dan bahan

4. Pelatihan Kader
Pelatihan kader oleh petugas puskesmas yang sudah dilatih, hasil
kegiatan yang diharapkan adalah :

138 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 139

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

- Meningkatnya pengetahuan kader tentang kanker payudara Dr. SpOG Kabupaten juga mempresentasikan hasil bintek yang
dan kanker leher rahim telah dilaksanakan maupun hasil rujukan dari puskesmas.
- Pengumpulan dan pengolahan data hasil deteksi dini kanker
- Meningkatnya pengetahuan kader tentang metode penapisan payudara dan kanker leher rahim. Harus disepakati tanggal
kanker leher rahim dan payudara laporan kegiatan dari puskesmas ke dinkeskab secara rutin.
- Bintek oleh Petugas Kabupaten dan Rumah Sakit. Bimbingan
- Meningkatnya keterampilan kader untuk melakukan dan teknis dilakukan oleh dr. Obsgin kabupaten dan petugas dinkes
mengajarkan cara melakukan SADARI. kabupaten terhadap puskesmas dalam hal :

- Terbentuknya komitmen kader untuk mengajak masyarakat 1. Mengevaluasi pelaksanaan penapisan dan
agar bersedia melakukan penapisan. rujukan

SETELAH PELATIHAN 2. Cakupan sasaran yang telah dicapai
- Mendapat data laporan skrining yang telah dilaksanakan, baik 3. Pelaksanaan laporan
dari Puskesmas, rujukan ke RS.Kabupaten
- Melaksanakan pertemuan evaluasi, masing-masing puskesmas III. PUSKESMAS
mempresentasikan hasil seluruh rangkaian kegiatan seperti a. Rapat koordinasi di puskesmas
sosialisasi, pelatihan kader, penyuluhan, hasil kegiatan deteksi Rapat koordinasi di puskesmas dilaksanakan sebagai
dini kanker payudara dan kanker leher rahim dan yang telah persiapan kegiatan program deteksi dini kanker payudara
dilakukan; meliputi jumlah klien yang telah diperiksa, jumlah dan kanker leher rahim. Melibatkan lintas program dan
yang ditemukan curiga kanker leher rahim, IVA (+), yang dirujuk lintas sektor antara lain camat, Ketua PKK, Pimpinan
untuk konfirmasi IVA (+) dengan kolposkopi, yang dirujuk untuk puskesmas, Pimpinan KBPM, Kepala Desa, pembina
penanganan selanjutnya, jumlah klien dengan benjolan desa, Kapolsek, Danramil, kader kesehatan, bidan, lintas
payudara, dan jumlah klien yang dilakukan krioterapi. Di sektor dan lintas program lainnya.
samping itu, juga disampaikan hambatan dan kendala yang b. Sosialisasi oleh petugas puskesmas di kecamatan
ditemukan selama pelaksanaan skrining dan rujukan.

140 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 141

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Sasaran penyuluhan adalah PKK, kader, dan lintas 5.1 Pencatatan dan Pelaporan
sektor lainnya. Melalui penyuluhan diharapkan Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya deteksi
dini kanker payudara dan kanker leher rahim diharapkan merupakan salah satu kegiatan dalam pengendalian kanker
meningkat; masyarakat sadar dan tergerak untuk payudara dan kanker leher rahim. Agar data dapat dianalisa,
memeriksaan diri CBE dan IVA petugas harus mencatat secara lengkap informasi dan hasilnya
c. Pengumpulan data puskesmas pada formulir yang telah ditetapkan. Kejujuran mutlak diperlukan
Mengumpulkan data jumlah penduduk, PUS, WUS, supaya data yang didapatkan benar-benar valid.
sasaran IVA (WUS usia 30-50 thn), dan jumlah kader
kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Kegiatan deteksi dini tersebut dicatat dan dilaporkan
d. Pelayanan petugas di dalam dan luar gedung secara rutin dan berjenjang, mulai dari pelayanan kesehatan
Dilakukan oleh petugas puskesmas yang telah dilatih dasar (Puskesmas), pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit),
dengan mengadakan penapisan kanker payudara dan dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan
kanker leher rahim disertai promosi kepada masyarakat. Kementerian Kesehatan. Adapun tahapannya sebagai berikut :
Dilaksanakan antara lain di pustu, polindes dan balai 1. Puskesmas
desa. Harap diperhatikan sarana air bersih yang cukup
agar sterilitas alat dan jaminan proteksi petugas a. Petugas Puskesmas melakukan anamnese terhadap
terjamin. klien, kemudian mencatat data dan informasi klien secara
Catatan : lengkap ke dalam formulir Catatan Medis (Form B).
Untuk serangkaian kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan Identitas pasien dan faktor risiko diisi oleh petugas
payudara, perlu perencanaan anggaran bersumber dari APBD terkait pendaftaran, sedangkan pemeriksaan dan hasil deteksi
kegiatan tersebut. dini kanker payudara dan kanker leher rahim diisi oleh
petugas medis (provider). Persetujuan tindakan medis
V. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN (informed concent) harus disampaikan pada klien, apabila
dilakukan tindakan pengobatan, selanjutnya klien
menandatanganinya persetujuan tersebut.

142 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 143

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

b. Hasil deteksi dini diinformasikan kepada klien 2. Rumah Sakit
menggunakan Kartu Deteksi Dini (Form C) yang diisi oleh
provider. Kartu tersebut disimpan oleh pasien dan dibawa Non Rujukan
pada waktu kontrol atau kunjungan ulang
a. Petugas rumah sakit yang telah dilatih, baik RS
c. Hasil pemeriksaan IVA yang tidak tampak SSK nya, harus pemerintah/swasta, di tingkat provinsi maupun
dilakukan pemeriksaan Papsmear. Klien harus dirujuk kabupaten/kota, dapat melakukan deteksi dini dengan
untuk pemeriksaan Papsmear ke RS kabupaten/kota (RS IVA/Papsmear dan CBE (non rujukan) dengan mengikuti
rujukan) menggunakan formulir/pengantar rujukan yang prosedur yang dilaksanakan oleh Puskesmas. Sehingga,
sudah ada di Puskesmas. petugas RS mengisi formulir B, C, D, dan E.

d. Klien yang telah diperiksa, dicatat pada Register Deteksi a. Hasil deteksi dini kanker leher rahim dilaporkan ke dinas
Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim kesehatan kabupaten/kota menggunakan Rekapitulasi
Puskesmas. (Form D). Formulir register tersebut direkap Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Rumah Sakit
setiap 1 bulan. Kabupaten/Kota (Form G, pilih Non-Rujukan). Laporan
disampaikan setiap bulan sebelum tanggal 10 bulan
e. Untuk memudahkan tindaklanjut kasus lesi prakanker, berikutnya
apabila ditemukan kasus IVA (+), klien dicatat dalam
Formulir Register IVA + (Form E). Formulir register IVA + b. Hasil deteksi dini kanker payudara dilaporkan ke Dinas
tersebut direkap setiap 1 bulan. Kesehatan kabupaten/kota menggunakan Rekapitulasi
Deteksi Dini Kanker Payudara Rumah Sakit
f. Puskesmas merekap data dari Form D dan E berdasar Kabupaten/Kota (Form H, pilih Non-Rujukan). Laporan
kelompok umur, ke dalam formulir Rekapitulasi Deteksi disampaikan setiap bulan sebelum tanggal 10 bulan
Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim berikutnya
Puskesmas (Form F). Selanjutnya, hasil rekapitulasi
dilaporkan secara rutin setiap bulan ke dinas kesehatan Rujukan
kabupaten/kota, maksimal tanggal 10 bulan berikutnya. a. Petugas rumah sakit baik RS pemerintah/swasta, di

tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, menerima

144 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 145

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

rujukan baik rujukan leher rahim maupun rujukan b. Dinas kesehatan kabupaten/kota melaporkan hasil
payudara dari Puskemas. Petugas RS melakukan rekapitulasi (Form I) kepada Dinas kesehatan provinsi
pemeriksaan lanjutan dan penatalaksanaannya, serta setiap triwulan.
melakukan pencatatan menggunakan catatan medis yang
sudah ada di RS. c. Untuk mengetahui cakupan (coverage) deteksi dini
b. Hasil rujukan leher rahim dilaporkan ke Dinas Kesehatan selama setahun, Dinas kesehatan kabupaten/kota
kabupaten/kota menggunakan Rekapitulasi Deteksi Dini melakukan rekapitulasi menggunakan formulir
Kanker Leher Rahim Rumah Sakit Kabupaten/Kota (Form Rekapitulasi Tahunan Deteksi Dini Kanker Payudara dan
G, pilih Rujukan). Laporan disampaikan setiap bulan Kanker Leher Rahim Kabupaten/Kota (Form J).
sebelum tanggal 10 bulan berikutnya Selanjutnya, rekapitulasi tersebut dilaporkan ke Dinas
c. Hasil rujukan payudara dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kesehatan Provinsi setiap awal tahun.
kabupaten/kota menggunakan Rekapitulasi Deteksi Dini
Kanker Payudara Rumah Sakit Kabupaten/Kota (Form H, d. Dinas kesehatan kabupaten/kota memberikan umpan
pilih Rujukan). Laporan disampaikan setiap bulan balik terhadap laporan bulanan yang diberikan
sebelum tanggal 10 bulan berikutnya. Puskesmas dan RS.
d. RS memberikan umpan balik kepada Puskesmas yang
mengirimkan rujukan. 4. Dinas Kesehatan Provinsi
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota a. Dinas kesehatan provinsi menerima laporan triwulanan
a. Dinas kesehatan kabupaten/kota menerima laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota di wilayah
bulanan dari Puskesmas dan Rumah Sakit. Dinas kerjanya. Dinas merekap dan menvalidasi laporan
merekap dan menvalidasi laporan bulanan tersebut triwulanan tersebut menggunakan formulir Rekapitulasi
mengunakan formulir Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
Payudara dan Kanker Leher Rahim Kabupaten/Kota Provinsi (Form K).
(Form I). b. Dinas kesehatan provinsi melaporkan hasil rekapitulasi
(Form K) setiap triwulan kepada Subdit Penyakit Kanker
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM),
Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit dan

146 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 147

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) Kementerian c. Kementerian Kesehatan memberikan umpan balik
kesehatan RI. terhadap laporan triwulanan yang diberikan dinas
c. Untuk mengetahui cakupan (coverage) deteksi dini kesehatan provinsi.
selama setahun, Dinas kesehatan provinsi melakukan
rekapitulasi menggunakan formulir Rekapitulasi Tahunan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada alur pencatatan dan
Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim pelaporan sebagai berikut:
Provinsi (Form L). Selanjutnya, rekapitulasi tersebut
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi setiap awal Alur Pencatatan dan Pelaporan
tahun.
d. Dinas kesehatan provinsi memberikan umpan balik Keterangan:
terhadap laporan triwulanan yang diberikan dinas
kesehatan kabupaten/kota = Melaporkan
5. Kementerian Kesehatan = Umpan balik
a. Kementerian Kesehatan (Subdit Penyakit Kanker, = Merujuk
Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL) menerima laporan
triwulanan dari Dinas Kesehatan provinsi. Selanjutnya,
data direkap dan divalidasi menggunakan formulir
Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker
Leher Rahim Nasional (Form M).
b. Untuk mengetahui cakupan (coverage) deteksi dini
selama setahun, Kementerian Kesehatan melakukan
rekapitulasi menggunakan formulir Rekapitulasi Tahunan
Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
Nasional (Form N).

148 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 149

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

VI. PENUTUP

Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan kanker
terbanyak pada perempuan yang ditemukan di Indonesia dan
mempunyai angka kematian yang tinggi.

Kanker leher rahim merupakan kanker yang sudah diketahui
patofisiologinya dengan pasti dan tersedianya teknologi untuk
memeriksa lesi prakanker serta pengobatannya yang efektif
menjadikan kanker leher rahim adalah salah satunya kanker yang
dapat dicegah.

Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang dapat
ditemukan pada stadium dini sehingga dapat diobati dengan efektif.

Keterpaduan dalam penanggulangan adalah kunci
keberhasilan program pengendalian kedua kanker melalui KIE
kepada masyarakat, penapisan yang diikuti dengan pengobatan yang
adekuat. Baik yang dilakukan di puskesmas maupun proses rujukan
yang efektif ke rumah sakit tingkat kabupaten/ kota, propinsi serta
rumah sakit regional yang menyediakan pengobatan radioterapi dan
sebagainya.

Dengan dukungan manajemen oleh tim yang ada di
puskesmas, kabupaten/ kota, propinsi dan pusat dalam perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan, monitoring dan evaluasi diharapkan
pelaksanaan kegiatan ini dapat berjalan dengan baik.

150 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 151

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Alliance for Cervical Cancer Prevention (ACCP). Cervical Cancer

Preventation Fact Sheet. 2002

Cox TJ. Management of Intraepithelial Neoplasia. Lancet 353

(9156):941-943.1999. Http://Www.Path.Org/Files/RH_

Visual_Screening.Pdf

Kitchener HC and P Symonds. Detection of Cervical Intraepithelial

Neoplasia in Developing Countries. Lancet 353:856-

857.1999

Nuranna L. Cervical Cancer Control, Focus on VIA Sceening 2006

National Cancer Institute. Breast Cancer. U.S.National PInstitute of

Health.Http://www.cancer.gov/cancertopics/pdg/treatment/br

east/Patient.2005

Rubin MM.Cytologic Concerns In Adolescents : Entering The

Transformation Zone. ADVANCE for Nurse Practitioners 7 : 53-54,

56. 1999

Purwoto G. Mengenal dan Diagnosis Dini Kanker Kandungan.

Jakarta, April 2005

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 2001

Sutjipto. Skrining Kanker Payudara dan Problemnya di Indonesia.

Naskah Sambutan. Jakarta, 2006

Sankaranarayan R Et A1. Visual Inspection of The Uterine Serviks

After The Aplication of Acetuc Acid In The Detection of

152 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 153

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Cervical Carcinoma and Its Precursors. Cancer 83:2150- FORM A
2156. 1998
Tietjen L, D Bossemeyer and N McIntosh. Infection Prevention PERALATAN BAKU UNTUK FASILITAS PENAPISAN DAN
Guidelines for Healthcare Fasilities with Limited Resources. PENGOBATAN KANKER LEHER RAHIM
JHPIEGO:Baltimore, Maryland. 2004
University of Zimbabwe/JHPIEGO. Cervical Cancer Project. Visual (dibuat untuk melayani maksimal 24 klien per hari)
Inspection with Acetic Acid for Cervical Cancer Screening :
Test Qualities In A Primary Care Setting. Lancet 353 (9156) : Item Jumlah
869-873.1999 Meja peralatan 1
WHO. Comprehensive Cervical Cancer Control : A Guide to Essential Wadah peralatan dengan tutup 1
Practice. Switzerland.2006 Meja pemeriksaan 1
WHO. Cervical Cancer Screening in Developing Countries. Report of Sumber cahaya (60 watt) 1
WHO Consultation, 2002 Bivalved speculum 24 (20 medium dan 4 besar)
Kain perlak untuk table 12
Chucks 12
Penutup nampan 5
Penutup trolley 5
Kursi beroda 1
Torch/senter 1
Forceps untuk spons 24
Gallipots antikarat 24
Unit Cryotherapy** 1
Cryotherapy tip 2 (1 untuk cadangan)
Karet penahan untuk cryo unit 1 per unit
Tabung C02 2 (1 untuk cadangan)
Kereta dorong untuk tabung C02 1
Tang/spanner 1
Mur/baut W ashers untuk cryo machine 5 (bila dibutuhkan)
Ember plastik untuk dekontaminasi 2, satu untuk air sabun, satu untuk
alat dalam
Tempat sampah plastic 1 untuk masing-masing
ruang pemeriksaan
Sarung tangan rumah tangga 2 pasang
Antibiotik untuk IMS* Suplai awal dengan 50 packet
Baterai kering untuk senter* 2 buah/bulan
Sarung tangan sekali pakai(disposable) * 700 (14 boks @50)
Asam asetat * 12 botol ukuran 750 ml / bulan

154 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 155

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Item Jumlah
Cotton wool* 5 gulung/bulan
Swab panjang 8” untuk kapas, atau spatula 1 boks berisi 50 – sesuai kebutuhan
kayu
Bahan klorin 12 liter/bulan
60/bulan
Kantung plastik * 1 kotak besar atau 2 kotak kecil
Sabun bubuk* 100 / bulan
Swab kassa* 20 / bulan
Sanitary pads/cotton for post-cryo 200 / bulan
Kondom 1
Sikat gigig* (untuk cuci alat) 2
Masker (untuk PI) 2
Atlas VIA 1
Panduan Perbaikan dan Perawatan 1
Buku Panduan Pelayanan
(Service Delivery Guidelines) 1
Pengatur waktu / Timer 2
Panduan pemeriksaan VIA 1
Stempel untuk persetujuan ibu di kartu status
ibu 1
Tinta stempel

* Suplai mungkin diperlukan setiap bulan
** Cadangan tabung krioterapi unit harus tersedia di gudang

156 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 157

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

158 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 159

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

160 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 161

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

162 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 163

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

164 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 165

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

166 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 167

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

168 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 169

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN FORM O
REPUBLIK INDONESIA
PENGGUNAAN SISTEM KRIOTERAPI4 DAN PEMROSESAN
PENCEGAHAN INFEKSINYA

Banyak jenis alat krioterapi yang ada di dunia. Petunjuk
penggunaan dapat berbeda-beda, tergantung pada modelnya.
Bacalah petunjuk pembuatnya sebelum mengoperasikan alat
krioterapi. Petunjuk dan ilustrasi yang ada dalam buku ini mengacu
pada Wallach Surgical Devices, Inc., Model #LL100 Krioterapi
Sistem. Tampilan khusus dan fitur-fitur pemakaian alat dari pabrikan
lain mungkin berbeda dengan yang dijelaskan atau digambarkan
dalam buku ini.

KOMPONEN ALAT KRIOTERAPI
Alat Wallach krioterapi (Gambar C-1) terdiri dari komponen berikut :

 Regulator dengan penunjuk tekanan, penahan unit krioterapi,
katup pengaman (safety valve) dan saluran pembuangan
(exhaust port).

 Selang fleksibel yang menghubungkan regulator pada unit
krioterapi.

 “Unit krioterapi” yang dapat dipegang oleh tangan, termasuk
pegangan, tombol FREEZE dan DEFROST, dan prob yang
terinsulasi.

 Kriotip berbahan metal (dengan lapisan plastik).

170 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 4 Berdasarkan alat Merk Wallach. Model LL100 Krioterapi Sistem. 171

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Gambar C-1 Kriosistem2 PERAWATAN ALAT KRIOTERAPI DAN TABUNG GAS

Selama jam buka klinik, alat krioterapi harus tetap terpasang
pada tabung gas. Di akhir hari, lepaskan alat tersebut dari tabung
kemudian simpan perlengkapan dan semua komponen ke dalam
tempatnya. Jika kriotip dilepaskan dari prob krioterapi, pasang tutup
pelindung berbahan plastik pada tabung besi tipis yang terbuka yang
berada di ujung prob (Gambar C-2).

Gambar C-2. Memasang Tutup Pelindung Plastik pada Prob

Setiap alat krioterapi dirancang agar dapat dihubungkan dengan Tabung gas harus selalu disimpan dalam posisi tegak. Tabung
tabung gas5 yang mengandung gas karbon dioksida (CO2) atau tersebut juga harus diletakkan dalam posisi tegak saat sedang
natrium oksida (N2O) yang terkompresi sebagai pendingin (coolant).6 digunakan. Tabung gas sangat berat dan dapat menyebabkan
kecelakaan jika jatuh dan menimpa seseorang. Untuk mencegah
5 Tabung gas dapat dibeli dalam berbagai ukuran. Tabung ukuran tinggi 1,2 - 1,5 terjadinya kecelakaan, jangan memindahkan tabung gas bila tidak
perlu. Biarkan tabung tetap pada tempatnya yang dibuat sesuai
m cukup baik untuk digunakan diklinik.Tabung yang kecil mungkin isi gasnya keperluan atau ikat ke dinding (Gambar C-3).

hanya cukup untuk 1-2 kali pemakaian. Tabung gas kecil memadai hanya untuk
penggunaan mobil unit. Gunakan tabung “non siphon” (yaitu tabung tanpa pipa

penyambung dari katup bagian atas ke dasar selinder). Pastikan penjual Gas

memberikan tabung gas non siphon.
6 Baik Gas CO2 atau N2O yang digunakan tergantung pada harga dan ketersediaan

172 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 173

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Gambar C-3. Tabung Gas Terikat ke Dinding PENGGUNAAN ALAT KRIOTERAPI DAN TABUNG GAS

Simpan tabung gas pada suhu ruang, idealnya antara 20–30°C Pasang regulator pada tabung gas. Pada saat memasang
(68–86°F), dan jauhkan dari sinar matahari. Panas dapat regulator Wallach LL100, kencangkan sambungan cukup dengan
meningkatkan tekanan gas dalam tabung. Tekanan berlebih dapat tangan. Jika menggunakan regulator dengan penghubung yang
merusak unit krioterapi atau mematahkan rupture disk yang ada memerlukan sekrup, cukup putar sampai terpasang dengan kencang.
dalam katup pengaman pada regulator. Jangan memasang terlalu kencang.

Jangan gunakan tabung gas yang panas bila disentuh. Tabung Ada 2 jenis penghubung tabung CO2 (lihat Gambar C-4)
yang baru dikirim mungkin terasa panas karena terkena sinar untuk memasang regulator pada tabung:
matahari. Sebelum menggunakan tabung yang panas, pindahkan ke
tempat yang sejuk dan diamkan selama semalam. Jika tabung masih  Jenis penghubung tabung CO2 buatan Inggris memerlukan
hangat ketika disentuh, lapisi dengan kain basah/lembab sampai ring/cincin penutup yang terpisah. Sebelum memasang regulator,
tabung menjadi dingin. pasang salah satu cincin (disediakan) pada pentil kuningan yang
menjorok dari penghubung (Gambar C-4). Pasang mur
penghubung yang terbuat dari kuningan melewati pentil
kemudian kencangkan dengan tangan ke penghubung tabung.
Dengan menggunakan kunci pas yang disediakan, kencangkan
mur kuningan.

 Jenis penghubung tabung CO2 buatan AS tidak memerlukan
cincin terpisah. Tutup plastik putih secara permanen terpasang
pada ujung pentil. Geser roda warna hitam dengan mur kuningan
pada ujung penting dan hubungkan ke tabung. Cukup
dikencangkan dengan tangan.

174 Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim 175


Click to View FlipBook Version