The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4_SYARIFUDIN_CGP8hsu

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Syarifudin Espede, 2023-07-17 12:03:11

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4_SYARIFUDIN_CGP8hsu

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4_SYARIFUDIN_CGP8hsu

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4 Oleh : SYARIFUDIN CGP Angkatan 8- HSU


Modul 1.1 Modul 1.3 Modul 1.2 Saya mempelajari Filosofi Pemikiran KHD. Pengertian pendidikan, prinsip among (3 Semboyan Pendidikan), kodrat alam, kodrat zaman hingga konsep manusia merdeka. Saya mempelajari Nilai & Peran Guru Penggerak menambah ilmu saya lagi tentang Nilai kemanusiaan, cara kerja otak, 5 kebutuhan dasar manusia, tahap tumbuh kembang anak, nilai dan peran guru penggerak, teori identitas gunung es dan profil pelajar Pancasila Saya mempelajari Visi Guru Penggerak belajar pentingnya membuat visi. Visi menjadi langkah awal untuk memandang kedepan. Inkuiri Apresiatif (IA) dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas dalam diri seseorang, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa dengan berbasis kekuatan dan kolaborasi. peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas , segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional K i Hadjar Dewantara , Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.


Pada Modul ini saya banyak belajar bagaimana cara mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal. jauh sebelum saya mempelajari modul 1.4 ini, saya berpikir kalau posisi kontrol sebagai penghukum, pembuat merasa bersalah, dan pemantau adalah posisi kontrol yang tepat dan wajar dalam menjalankan tugas sebagai guru. Namun ternyata pandangan tersebut salah dan keliru, dimana sebagai guru saya harus dapat memanajemen posisi kontrol manajer dalam membangun dan menciptakan budaya positif di sekolah. Budaya Positif Modul 1.4 peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas , segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional K i Hadjar Dewantara , Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.


Koneksi antara materi modul 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4--- yaitu dalam rangka mewujudkan nilai, peran, dan kompetensi guru penggerak yang berorientasi pada pembelajaran yang berpihak pada murid untuk menuntun mereka mencapai kebahagiaan dan keselamatan (mewujudkan siswa yang memiliki profil pelajar pancasila) sangat dibutuhkan kemampuan dalam menentukan serta membuat visi sehingga mengejawantahkannya dalam sebuah prakasa perubahan dengan jelas (bertumpu pada nilai kekuatan atau aset positif yang dimiliki serta menganggap masalah sebagai tantangan) untuk membangun budaya positif di sekolah. Kesimpulan


Dalam penerapan budaya positif di sekolah, saya perlu mengambil peran untuk melakukan restitusi, daripada memberi hukuman atau konsekuensi. Restitusi mendorong terciptanya disiplin positif pada siswa. Siswa menyelesaikan permasalahannya sendiri sehingga menimbulkan motivasi intrinsik. Gossen menyatakan bahwa restitusi mengembalikan anak kepada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat. Proses restitusi dapat dilakukan dengan segitiga restitusi yaitu: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Keyakinan yang dimaksud adalah keyakinan kelas. Guru dan siswa menyusun dan menyepakati keyakinan kelas. Guru memainkan peran pendorong kolaborasi untuk menyusunnya. Keyakinan kelas dibentuk dengan kesepakatan bersaman anggota kelas yang di dasarkan atas nilai-nilai Kebajikan universal dan menekankan pada keyakinan diri sesrta memotivasi dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna. Ada, bahwa selama ini saya keliru. Dulu saya beranggapan bahwa posisi kontrol diri sebagai penghukum, pembuat merasa bersalah, dan pemantau adalah posisi kontrol yang tepat dalam menjalankan tugas sebagai guru. REFLEKSI - Modul Budaya Positif c. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, kontrol posisi guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga ganti rugi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?


Perubahan yang saya alami setelah mempelajari modul 1.4 ini adalah, saya mulai mempolakan pikir sebagai seorang pendidik dalam menghadapi semua tindakan maupun perilaku siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal yaitu dengan memposisikan diri sebagai manajer dan menggunakan tahapan-tahapan dari segitiga restitusi untuk membuat murid saya mengetahui bagaimana seharusnya mereka bertanggung jawab dari tindakan mereka dengan penuh keyakinan dan rasa tanggung jawab. Bahwa jika ada murid yang berperilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, dikarenakan mereka gagal memenuhi salah satu atau beberapa kebutuhan dasar mereka. Maka sebagai guru saya harus mengambil peran kontrol manager untukl membantu murid mendapatkan solusi atas permasalahannya melalui langkah segitiga restitusi D. PERUBAHAN APA YANG TERJADI PADA CARA BERPIKIR ANDA DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF DI KELAS MAUPUN DI SEKOLAH ANDA SETELAH MEMPELAJARI MODUL INI ?


Pertama murid saya canggung, murid saya bingung dan merasa aneh dengan kegiatan yang saya laksanakan, saya pun sebenarnya masih belum terbiasa menetapkan konsep budaya positif, terutama dalam menyelesaikan permasalahan murid, namun setelah saya menerapkan budaya positif di sekolah saya yaitu salah satunya dengan membuat keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi, saya melihat murid lebih antusias termotivasi serta aktif dalam pembelajaran. Mereka menjadi lebih percaya diri dan disiplin dalam menjalankan nilai-nilai positif / kebajikan yang telah mereka yakini tanpa paksaan. Mungkin karena di sini saya mengambil peran kontrol sebagai teman dan manajer sehingga bisa melakukan tahapan tahapan segitiga restitusi dengan tenang dan tidak membuat anak-anak merasa takut atau tertekan, Saya berusaha untuk memposisikan diri saya sebagai manajer semaksimal mungkin titik dengan berbagai pertanyaan saya mengajak siswa untuk mencari solusi dari setiap permasalahan dan bagaimana siswa dapat mengembangkan kepribadiannya sesuai dengan kebajikan yang mereka yakini dan mempertanggungjawabkan semua tindakannya dengan rasa ikhlas bukan karena paksaan dari siapapun E. PENGALAMAN SEPERTI APAKAH YANG PERNAH ANDA ALAMI TERKAIT PENERAPAN KONSEP-KONSEP INTI DALAM MODUL BUDAYA POSITIF BAIK DI LINGKUP KELAS MAUPUN SEKOLAH ANDA?


Tertantang dan bahagia, juga semangat untuk belajar menerapkan budaya positif di sekolah. Serta mulai tergugah untuk mewujudkan usaha berbagi praktik baik ke komunitas praktisi yang ada di sekolah. Saya mulai bisa mengontrol diri. Sebagai guru merasa lebih dekat dengan murid, komunikasi berjalan baik, saling menghargai satu sama lain. F. BAGAIMANAKAH PERASAAN ANDA KETIKA MENGALAMI HAL-HAL TERSEBUT?


Setelah saya mencoba menerapkan konsep budaya positif dalam pembelajaran, ada beberapa hal yang sudah baik menurut saya yaitu adanya keyakinan kelas yang sudah disepakati bersama, mulai munculnya motivasi dalam diri pribadi murid untuk melaksanakan budaya positif sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang telah diyakininya. Yang terpenting adalah, yang harus saya perbaiki adalah bagaimana langkah guru untuk menanamkan nilai kebajikan kepada murid bahwa mereka melakukan segala sesuatu disiplin positif untuk menghargai dirinya sendiri dan juga orang lain, bukan sekedar menghindari hukuman atau mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang lain.. G. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?


Dulu ketika berinteraksi dengan murid, saya sering memposisikan diri sebagai teman dan pemantau. Tapi seandainya masih tidak efektif, langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah dengan memposisikan diri sebagai penghukum. Karena dengan memberikan hukuman saat murid melanggar kesepakatan adalah cara yang ampuh dan membekas dalam menangani berbagai kasus indisipliner, dengan maksud agar mereka tidak mengulanginya kembali. Tapi kenyataan di lapangan berbeda dengan apa yang diharapkan, kasus terulang lagi. Setelah mempelajari modul 1.4 ini, semoga mulai sekarang dan ke depannya saya ingin meningkatkan peran kontrol saya sebagai seorang manager dalam menyelesaikan masalah murid. Yang saya rasakan sekarang adalah saya mulai bisa mengontrol emosi dan bahagia karena bisa membimbing dan me nuntun siswa untuk menemukan solusi sendiri atas permasalahan mereka. Perbedaan yang paling msaya rasakan adalah dari segi emosional saya sebagai guru dan respon baik dari murid. H. SEBELUM MEMPELAJARI MODUL INI, KETIKA BERINTERAKSI DENGAN MURID, BERDASARKAN 5 POSISI KONTROL, POSISI MANAKAH YANG PALING SERING ANDA PAKAI, DAN BAGAIMANA PERASAAN ANDA SAAT ITU? SETELAH MEMPELAJARI MODUL INI, POSISI APA YANG ANDA PAKAI, DAN BAGAIMANA PERASAAN ANDA SEKARANG? APA PERBEDAANNYA?


I. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya? Sebelum mempelajari modul 1.4 ini, saya pernah melaksanakan tahapan segitiga restitusi dalam mengatasi pemasalahan murid. Kadang saya secara tidak sadar sudah menerapkan langkah segitiga restitusi, terutama dalam menstabilkan identitas dan memvalidasi tindakan yang salah, tetapi jujur saya belum sampai memposisikan diri sebagai manajer untuk menanyakan keyakinan kepada murid, agar murid dapat menanamkan nilai kebajikan dalam dirinya sendiri sehingga akan datang murid tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.


J. SELAIN KONSEP-KONSEP YANG DISAMPAIKAN DALAM MODUL INI, ADAKAH HALHAL LAIN YANG MENURUT ANDA PENTING UNTUK DIPELAJARI DALAM PROSES MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF BAIK DI LINGKUNGAN KELAS MAUPUN SEKOLAH? Hal-hal yang menurut saya juga penting adalah : Bagaimana menciptakan kolaborasi yang efektif (murid, guru, rekan sejawat, pemangku kepentingan dan orang tua) sehingga budaya positif ini dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan di sekolah.


latar belakang : Budaya positif akan menumbuhkan suasana pembelajaran yang aman, nyaman, serta menyenangkan bagi siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya disiplin positif di sekolah. Salah satu cara untuk menerapkan disiplin positif adalah melalui proses pembentukan keyakinan kelas dan pelaksanaan segitiga restitusi. Keyakinan yang dimiliki oleh sekolah saya saat ini merupakan nilai dasar yang masih perlu diselaraskan dengan baik kepada siswa. tujuan : Dengan adanya keyakinan kelas dan penerapan segi tiga restitusi di SD negeri Murung Padang akan dapat menumbuhkan disiplin positif pada siswa, terutama disiplin positif dalam perilaku sehari-hari siswa di sekolah. tolak ukur : Guru/rekan sejawat dapat menerapkan segitiga restitusi dalam menangani permasalahan siswa Terdapat poster keyakinan kelas, pada masing-masing kelas Permasalahan mengenai pelanggaran tidak memakai sepatu, datang terlambat, dan malas mengerjakan tugas berkurang Judul Modul "Pembuatan Keyakinan Kelas serta Penerapan Segitiga Restitusi untuk mengejawantahkan budaya positif di sekolah" Nama Peserta : Guru Kelas, Guru Mapel, Staff SD Negeri Murung Padang Kec. Banjang


Linimasa Tindakan yang akan dilakukan Membuat modul tentang Budaya Positif di sekolah Membuat Presentasi powerpoint Izin kepada kepala sekolah untuk menyampaikan modul dan presentasi, serta mengatur jadwal Menemui rekan sejawat mengenai hal-hal yang dibutuhkan Berlatih presentasi Diskusi dan Tanya Jawab 1. 2. 3. 4. 5. 6. Dukungan yang dibutuhkan Tersedianya waktu khusus Tersedianya Ruangan untuk diseminasi dan presentasi Pembuatan modul dan powerpointuntuk presentasi (mandiri) Peralatan untuk workshop (meminta bantuan rekan sejawat atau Penjaga Sekolah) Fasilitas jaringan Internet memadai (cadangan jika diperlukan) Judul Modul "Pembuatan Keyakinan Kelas serta Penerapan Segitiga Restitusi untuk mengejawantahkan budaya positif di sekolah" Nama Peserta : Guru Kelas, Guru Mapel, Staff SD Negeri Murung Padang Kec. Banjang


TERIMA KASIH (sENIN, 17 jULI 2023)


Click to View FlipBook Version