Teka Teki dan Rampak Bedug
Copyright @ 2022 Danisha Shifa Ananda,
dkk.
Penulis: Danisha Shifa Ananda, Ahmad
Taufiq Rohman, Belva Aisyah Arifiyanto,
Ghania Fazilatun Nisa, Ghifar Zaki
Firmansyah, Maulana Yusuf Alfarel, Raden
Erlan Pandya, Riza Azmi Nasution.
Editor: Ahmad Taufiq Rohman, Belva Aisyah
Arifiyanto.
Ilustrasi Isi:Ghifar Zaki Firmansyah.
Penata Sampul: Ahmad Taufiq Rohman,
Belva Aisyah Arifiyanto.
Katalog Dalam Terbitan
Hak cipta dilindungi undang – undang dilarang
mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit desain sampul
menggunakan sumber daya dari internet/freepik
iii
Kata Pengantar
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami kemudahan
dan kesempatan sehingga kami mampu membuat antologi
cerpen ini. Tanpa pertolongan-Nya, kami tidak mungkin
mampu melakukan semua ini. Tidak lupa salawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafaatnya di dunia dan akhirat nanti.
Kami selaku penulis antologi cerpen ini tentu saja menyadari
bahwa cerpen yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna.
Kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata. Kami
berterima kasih kepada para sahabat, orang tua, guru-guru
pembimbing yang selalu membantu dibalik pembuatan cerpen
ini.
Harapan kami terhadap para pembaca adalah agar pembaca
dapat lebih mencintai keragaman dan budaya Indonesia.
Kami mempersembahkan beberapa cerita pendek mengenai
kerja sama juga agar pembaca mampu menanamkan sikap
kerja sama dalam diri pembaca. Kami pun berharap agar
pembaca mendapat inspirasi setelah membaca cerita kami.
Sekian dari kami, selamat membaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Cilegon, 8 Agustus 2022
iv
Daftar isi
Hal
1. Akmal dan Rampak Bedug
Ahmad Taufiq Rohman............................................ 1
2. Teka Teki dan Rampak Bedug
Danisha Shifa Ananda.............................................. 4
3. Minggu Pengikat Semangat
Belva Aisyah Arifiyanto ........................................ 14
4. Generasi Muda yang Lestari Dalam Harumnya
Budaya
Raden Erlan Pandya .............................................. 17
5. Hari Pementasan
Maulana Yusuf Alfarel........................................... 19
6. Luar Biasa, Karena Bersama
Ghania Fazilatun Nisa............................................ 27
7. Pensi di Sekolahku
Ghifar Zaki Firmansyah ......................................... 33
8. Semangat Merepresentasikan Budaya Rampak
Bedug
Riza Azmi Nasution ............................................... 35
v
Akmal dan Rampak Bedug
Ahmad Taufiq Rohman
Hari ini adalah hari besar. Semua orang di ruang latihan
tampak sibuk mempersiapkan diri masing-masing, tak
terkecuali Dwi dan Oman.
"Kak, bukannya Rampak Bedug cuma ada pas mau lebaran,
ya?" tanya Akmal, adik Dwi.
"Enggak Mal, Rampak Bedug juga ada kalau hari-hari besar
nasional, coba tebak hari ini hari apa?" sahut Dwi, dia
berbalik tanya.
"Hari Kemerdekaan Indonesia!" seru Akmal.
"Betul! Coba tebak juga, Kakak hari ini mau apa?"
"Mmmm… nari?"
"Betul lagi yee! Kalau Kak Oman mau apa coba pake baju
itu?"
"Main bedug dong," jawab Oman tanpa ragu.
Oman tersenyum melihat Akmal yang antusias bertanya,
dia pun menghampiri bocah 7 tahun itu.
"Besok kalau udah gede… Akmal ikut main Rampak Bedug,
ya?" tanya Oman.
"Tapi Akmal maunya nari, Kak. Enggak mau ngabedug."
"Cowok juga bisa kok nari," sambung Dwi.
"Mau mau mau!!" seru Akmal girang.
"Mantap Akmal! Kayaknya bakal jago nih," sahut Oman.
6
"Kak, tapi nanti Akmal anak kecil sendiri," ujar Akmal
bersedih.
Dwi menatap Oman, apa yang dikatakan Akmal memang
benar. Jarang sekali anak kecil di daerah mereka yang ikut
latihan Rampak Bedug.
"Akmal, Rampak Bedug itu seni asli Pandeglang. Udah ada
dari zaman eyang, sampai sekarang masih ada karena apa?
Karena banyak yang meneruskan Seni Rampak Bedug,
contohnya Kak Dwi, Kak Oman. Kalau enggak ada yang
meneruskan, Rampak Bedug bakal hilang, orang-orang nanti
enggak bisa lihat Rampak Bedug lagi," tutur Oman.
"Iya, Mal. Coba bayangin kalau enggak ada Rampak Bedug
lagi, sepi Mal. Mau ada bulan puasa, mau ada nikahan, mau
ada khitanan.. sepi semua enggak ada Rampak Bedug. Akmal
pengen khitanan ada Rampak Bedug, kan?" sambung Dwi.
"Iya, Kak! Akmal mau khitanan ada Rampak Bedug-nya, biar
temen-temen banyak yang dateng!"
"Nah, Akmal pengen khitan ada Rampak Bedug, temen-temen
Akmal juga pasti pengen, nanti adik-adik yang lebih kecil dari
Akmal juga pengen. Kalau enggak ada yang nerusin latihan
Rampak Bedug, besok-besok siapa coba yang bakal tampil?"
tanya Oman.
"Akmal dong, Kak! Kan Akmal mau ikut latihan biar besok
kalau udah gede bisa tampil juga hihi," seru Akmal antusias.
"Mantaap! Nanti ajak temen-temen buat ikutan juga, ya?
Nanti kita main deh habis selesai latihan," tawar Oman.
7
"Oiya ya, Man. Kita kan punya permainan itu loh, seru
pokoknya. Hari Kamis dateng ke lapangan Pak Haji aja Mal.
Ajak yang lain biar rame. Makin rame, makin seru!" imbuh
Dwi.
"Siap, Kak!!" seru Akmal seraya berpose hormat.
Oman dan Dwi pun tersenyum melihat tingkah lucu
Akmal. Keduanya melanjutkan persiapan diri masing-masing
dan Akmal masih tetap di sana, bocah itu sangat ingin tahu
banyak hal, termasuk cara merias dandanan penari, memakai
kostum, dan menyiapkan alat-alat pentas lainnya. Akmal
sangat antusias, dia tidak sabar menunggu Hari Kamis.
8
Teka-Teki & Rampak Bedug
Danisha Shifa Ananda
“Tampilkan rampak bedug di festival mendatang kalau kalian
semua masih ingin bersekolah disini.” Ujar guru BK dengan
tegas.
“Yang benar saja?! Pelajaran seni budaya saja aku masih
sering tertidur ini aku disuruh untuk menampilkan rampak
bedug?” keluh Paijo sambil mondar mandir tidak jelas.
“Bisa bisanya kamu tertidur saat pelajaran seni budaya,
Paijo.” Ujar Raden.
“Memang nya ada apa dengan pelajaran seni budaya?” tanya
ku bisik bisik kepada Asya
“Biasalah, guru seni budaya kan cantik banget.” Ujar asya.
“Dasar cowok.” Kekeh ku.
Selagi Paijo yang masih saja mengoceh mengenai hukuman
yang diberikan oleh guru BK tadi pagi, yang lain nya hanya
duduk terdiam sembari menatap langit langit kelas. Rampak
bedug? Budaya ini memang budaya yang berasal dari daerah
kami, tapi aku pribadi belum pernah menyaksikan pertunjukan
tersebut secara langsung. Entah karena pertunjukan ini
memang hanya ditampilkan saat acara penting saja atau
9
memang kurangnya rasa antusiasme akan budaya Indonesia
dalam diri ku.
Andai saja masyarakat Indonesia termasuk remaja sepertiku
dapat mencintai budaya Indonesia sendiri sebagaimana
mereka menyukai budaya asing itu. Aku kagum dengan
bagaimana Jepang dapat memperkenalkan budaya nya dengan
sangat baik. Mengimplentasikan budaya mereka sendiri ke
dalam game, anime maupun drama nya sehingga orang orang
banyak yang mengenal bahkan mencintai budaya Jepang
meskipun mereka adalah orang luar Jepang. Andai saja
pemerintah Indonesia dapat melakukan hal yang sama,
bukankah itu mengesankan?
Pintu kelas terbuka, ah itu Dedot. Ia baru saja kembali dari
toilet. Ia berjalan dengan gaya khas nya. Namun ia membawa
sebuah surat ditangan nya. “ Widih, surat dari siapa itu, Dot?
Dekel ya?” goda Raden.
“Bukan.” jawab Dedot.
“Terus dari siapa, Dot?” kini gantian Asya yang bertanya.
“Aku pun gatau. Ini tadi ketemu dibawah lantai depan kelas.”
ujar Dedot.
“Coba buka surat nya, Dot. Penasaran nih,” ujar Caca.
Kami semua membuka suratnya. Kami semua terkejut saat
membaca surat tersebut.
Hai, aku AN. Sebenarnya aku tidak ingin merahasiakan
identitas ku ini tapi biarlah ya hehe. Tenang saja, tidak perlu
khawatir. Tujuan ku disini baik kok. Kudengar kalian harus
menampilkan rampak bedug di festival nanti ya? Aku bisa
membantu kalian meminjamkan semua properti yang kalian
10
butuhkan. Tapi bantuan ini tidak gratis, aku butuh imbalan.
Bagaimana? Kesepakatan yang menguntungkan bukan? Kalau
kalian bersedia bekerja sama dengan ku, robeklah bagian atas
surat ini dan taruh di belakang sekolah. Ku nanti jawaban
kalian, teman ku.
“Tawaran yang menarik, tapi sepertinya tanpa kamu beritahu
aku sudah tahu siapa kamu.” ujar Raden dalam hati.
Setelah membaca surat tersebut, kami semua bergegas menuju
belakang sekolah. “Taro disini saja ini? Abis itu apa lagi ya?”
tanya Paijo. Benar juga, tidak ada perintah lain disurat itu.
Mata ku memicing melihat sebuah surat putih di pot bunga
tersebut. Aku mendekati pot bunga, ah benar, ini adalah surat
lain nya yang dikirimin oleh pengirim misterius itu.
“Buruan kesini deh, ada surat lagi ini.” ujar ku. Kami semua
kembali membaca surat tersebut.
Tingkat kesulitan 0% !
RJ03 – Satu satunya tempat dimana kalian bisa menemukan
bedug di sekolah ini.
“Yee malah disuruh mikir lagi,” ujar Dedot.
“Hmm bentar kok aku bisa langsung konek ya,” ujar Paijo
yang kini mulai memasuki mode serius.
“Asik Paijo mode serius ini bos, senggol dong!” ujar Maul.
Kami semua tertawa. Paijo ini memang jarang sekali serius,
pasti ngelawak saja terus kerjaan nya.
“RJ sepertinya nama sekolah kita, 03 disini entah lagi
ngomongin ruang ke 3 atau lantai ke 3 dan tempat satu satu
nya kita bisa nemuin bedug ya cuman di ... “
11
“Ruang kesenian yang ada di lantai tiga ..” ujar ku. Kami
semua saling menatap satu sama lain. “Ayo kita cek.” ajak
Raden.
Kami semua mengangguk dan bergegas menuju ruang seni
yang ada di lantai tiga. Tepat di depan pintu ruang kesenian,
terdapat kunci dan sebuah tulisan “You found me :D ! 1/3” .
“Berarti masih sisa 2 surat lagi yang harus dicari kan guys?”
tanya Caca.
“Yup, 100 buat Caca.” Ujar Raden. Raden membuka pintu
sesuai dengan kunci yang sudah diberikan. Astaga, berantakan
sekali ruang kesenian ini pikirku. Memangnya ruang kesenian
sudah tidak terpakai berapa tahun sih sampai berdebu seperti
ini?
“Kalau terlalu berantakan seperti ini kayak nya bakal sulit
juga untuk mencari barang yang kita perlukan. Kita bersihin
saja bagaimana?” ujar Maul.
“Ya Maul ada benernya juga sih, lagian ga enak dipandang
mata juga gini.” ujar Raden.
Caca menghela napas, “ Huh, yaudah deh. Woi Sipol beresin
nya jangan tipes tipes lu.” ujar Caca kepada ku.
“Iyadah,” jawab ku. Kami semua mulai mengambil peralatan
untuk bersih bersih dan mulai membersihkan ruang kesenian
yang benar benar mirip dengan kapal pecah kalau kata ibu ibu
di Indonesia. Bayangkan saja, semua peralatan musik
berdebu, lantai benar benar teralengket. Kalau aku adalah Sara
Wijayanto, pasti aku bisa merasakan banyak penghuni dari
dunia lain disini.
“Weh, ini bedug bukan sih?” tanya Maul. Seperti menemukan
sebuah harta karun, terdapat banyak bedug dalam ruangan itu.
12
Namun sayang sekali, semua bedug yang ada disana
kebanyakan sudah rusak, seperti bolong. Bukankah percuma
ada bedug nya namun tidak bisa ditabuh?
“Hadeh, kenapa harus bolong gini ya? Dimakan rayap kah?”
tanya ku.
“Iya sih kayaknya.” Jawab Asya.
“Eh eh, ada surat lagi di dalem,” ujar Maul.
Kami semua spontan mendekati Maul. “Apalagi itu isi nya?”
tanya Raden.
Ndadani kule
Tingkat kesulitan 25%!
“Ada yang bisa bahasa jawa tah disini?” tanya Caca.
“Paijo noh Paijo,” ujar Dedot.
“Apa artinya, Paijo?” tanya Asya.
Muka Paijo tampak serius, namun sebenernya itu mudah
baginya. “Perbaiki aku, itu artinya.” ujar Paijo. Kami semua
terdiam. Perbaiki bedug? Dimana ya tempat untuk
memperbaiki bedug?
“Ada yang tahu tempat buat benerin bedug tah?” tanya Asya.
“Gampang itu mah. Gue sama Maul biar urusin.” ujar Raden.
Asyik, satu permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
Astaga, tanpa sadar hari sudah mulai sore. Aku harus segera
pulang.
“Pulang yuk, mama gue sudah chat ini.” Ujar aku.
13
“Iyasih sudah mau jam enam juga gini,” ujar Asya.
“Balik balik,” sahut Dedot.
Para lelaki bekerja sama membawa turun bedug yang sudah
rusak. Raden itu anak nya punya banyak sekali kenalan. Jadi
tadi semua bedug langsung sigap dibawa oleh kenalan Raden.
Kami yang perempuan segera berlari menuju lantai dasar
sekolah. Sepi sekali. Semua siswa sudah pulang, hanya tersisa
kami dan beberapa guru saja. Untungnya saja gerbang sekolah
benar benar belum ditutup, aku menghampiri driver ojek
online yang ku pesan.
“Atas nama kak Sipol?” tanya mas gojek itu kepada ku.
“Iya mas itu saya.” Jawab ku. Mendengar jawaban ku, mas
ojol itu segera memberi helm kepada ku. Aku pun naik keatas
motor. Namun entah perasaan ku saja atau bagaimana, aku
melihat teman seangkatan ku masih belum pulang juga. Ingin
ku sapa namun aku tidak begitu dekat dengan nya, abaikan
saja kali ya. Tapi dia terus saja menatap ku, mana sambil
tersenyum pula. Kenapa ya?
***
Kini kami semua berkumpul di rumah Raden. Kami benar
benar bingung, bedug sudah selesai diperbaiki, ruang kelas
seni sudah bersih namun benar benar tidak ada teka teki lagi
dari si pengirim misterius. Namun ketika kami semua sedang
melamun, tiba tiba saja ada notifikasi dari ponsel Maul.
14
Temui aku di lantai 4
Kami spontan menatap satu sama lain. Sepertinya sang
pengirim misterius ingin segera menunjukkan identitasnya.
Kami segera menuju lantai 4, akhirnya, sang pengirim
misterius kelihatan juga wujudnya.
“Kalo gue sih jujur saja enggak kaget ya, Atun.” ujar Raden.
“Jadi lo selama ini sudah tahu Den siapa orang misterius itu?”
tanya Asya. Kami semua benar benar terkejut. Selama ini, AN
adalah Atun? Teman seangkatan yang aku lihat sore kemarin.
“Cuman nebak saja, eh ternyata bener.” ujar Raden dengan
senyum nya.
“Hehe, kaget ya?” tanya Atun. Kami hanya terdiam,
menunggu sang empu melanjutkan ucapan nya.
“Maaf ya harus ngerepotin kalian begini tapi aku bener bener
gapunya cara lagi,” ucapnya.
“Sebenernya tujuan lo selama ini apa?” tanya Caca dengan
tegasnya.
“Biar waktu kalian enggak terlalu banyak terbuang, aku
jelasin saja ya biar meluruskan semua kesalahpahaman.”
“Kalian inget kan pengumuman kemaren tentang eskul yang
ga bisa direalisasikan? Kesenian salah satunya. Aku sebagai
ketua eskul Kesenian sekaligus pencinta kesenian dan budaya
tentu saja enggak terima dong?”
15
“Aku sudah capek capek cari anggota biar masih bisa
mempertahankan klub ini tapi mereka sepertinya sudah lelah
juga mempertahankan semuanya.”
“Tapi ketika dengar hukuman kalian berkaitan dengan
kesenian, aku berpikir inilah kesempatan ku. Terima kasih ya,
berkat kalian semua ruang seni sudah bersih, bedug juga
sudah kalian bantu perbaiki. Thanks to all of you.” Ujar Atun
dengan senyum nya. Senyum itu terlihat sangat tulus, bahkan
matanya pun berkaca kaca. Memang sedikit merepotkan
mendapatkan teka teki seperti itu, namun mendengar alasan
dibalik semua itu aku pikir itu tidak masalah.
“Ingatkan kalau aku membuat 3 teka teki? Baiklah, teka teki
terakhir adalah, bisakah kalian segera latihan rampak bedug?”
“Aku butuh promosi untuk klub kesenian.” Ujarnya.
Ditengah keheningan, Paijo segera bersuara “Kalau aku tidak
masalah, malahan semangat banget ini buat latihan nya.” Ujar
Paijo.
“Aku juga tidak masalah.” Ujar Raden.
“Yang lain yang lain?” tanya Paijo. Kami semua mengangguk
dengan setuju. Tidak ada paksaan dibalik semua ini.
“Kalian memang benar benar terbaik.”
***
Dalam sebulan penuh ini, kami benar benar berlatih dengan
bersemangat. Ini cukup menyenangkan. Berlatih bersama
sekaligus membuat kenangan yang baru. Kesulitan pasti tidak
bisa dihindari, apalagi aku perempuan yang bertubuh kaku ini
harus belajar agar dapat lentur saat menari. Kalau kalian
16
bertanya soal Paijo itu tidak perlu ditanyakan lagi sih, soal
tabuh-menabuh itu sih dia memang sudah ahlinya.
Layaknya embun yang cepat pergi setelah hujan, tidak
disangka hari festival sudah tiba. Bayangkan saja, pertunjukan
ini tidak hanya disaksikan oleh hanya teman sekelas, namun
seluruh warga sekolah, bahkan orang tua murid ikut hadir
menyaksikan. Aku benar benar gugup. Bayangkan saja,
seorang introvert seperti ku yang selalu gugup ketika berada
di depan banyak orang kini harus tampil di depan banyak
orang? Tidak perlu gugup selagi ada aku, itu yang diucapkan
Paijo kala itu.
“Selamat pagi semua hadirin! Sebelum berlanjut ke acara
selanjutnya, mari kita saksikan pertunjukan Rampak Bedug
dari teman teman kita!” teriak pembawa acara kala itu.
Kami semua berjalan menuju atas panggung dengan senyum
kami. Benar benar seperti mimpi. Aku mendengar semua
tepuk tangan dari arah penonton. Mata ku menangkap orang
tua ku diujung sana yang sedang memberi isyarat bahwa
semua nya akan baik baik saja. Kami memulai pertunjukan
kami. Tabuhan bedug berbunyi, para lelaki memasuki
panggung dan melakukan gerakan layak nya seperti orang
orang yang sedang bela diri kemudian disusul dengan kami
yang perempuan. Kunci agar pertunjukan enak dipandang
penonton kata Atun adalah menikmati tarian itu sendiri.
Dibawa have fun saja gausah tegang, ujar Atun kala itu.
Pertunjukan selesai, kami akhiri dengan senyum dibibir kami.
Kami diberi tepukan meriah oleh para penonton.
17
“Akhirnya ya!” Kami melakukan tos tangan bersama Atun.
“So ... teka teki ketiga sudah terselesaikan, right?” tanya
Raden.
“Yeah, simbiosis mutualisme kita AHAHAHA !” ujar Atun.
“Bener, promosi klub kesenian menaik dan kita aman dari
amukan BK hoho.” ujar Paijo.
Kami semua tertawa. Bahkan tadi guru BK pun sempat
memuji kami. Sepertinya guru BK sudah berteman baik
dengan kami. Tentu saja di hari festival yang cerah ini tidak
mungkin kami lewati dengan sia sia, kami turut menikmati
festival tersebut. Budaya memang seharusnya tidak pernah
hilang.
18
Minggu Pengikat Semangat
Belva Aisyah Arifiyanto
Pagi yang cerah kala saat masyarakat sibuk
membersihkan jalan dalam rangka gotong royong
membersihkan jalan termasuk solokan dalam menyambut
perayaan spesial di daerah tersebut. Anak mudanya pun
tampak ikut serta membantu dalam kegiatan sosial yang
dilakukan di minggu pagi itu. Terlihat Izza, Galuh, Zaydan,
Nayla, Amara, Khalyla, dan Anetta sibuk bercerita sembari
mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.
“Katanya Blackpink mau comeback, ya?” tanya
Zaydan secara tiba-tiba.
Sudah bukan lagi hal yang mengejutkan jika di era
sekarang para anak muda terkena dampak dari yang namanya
globalisasi, salah satu dampak yang dibawa yakni kegemaran
mereka terhadap budaya asing, contohnya saja tren idol Korea
Selatan yang mendunia. Namun, hal itu tak bisa dihindari
sebab masalah kegemaran selamanya kembali ke pribadi
masing-masing, selama mereka masih mempertahankan,
mengenal, juga masih mencintai budaya sendiri semua itu
menjadi hal yang wajar.
Khalyla mengangkat wajahnya dengan penuh
semangat, “Iya, kalau salah sih bulan Agustus,” jawabnya.
Lantas, merekapun larut dalam cerita, kedua Kpopers
itu benar-benar klop dalam pembahasan tersebut.
19
“Eh, guys, maaf memotong pembicaraannya, tapi ini
gue mau tanya, tadi Pak RT sempat nyebut mau ada perayaan,
itu perayaan apa, ya?” tanya Nayla.
“Lah ... lo nggak tahu?” tanya Izza spontan.
Dengan cepat, Galuh meyenggol Izza lantas berkata,
“Gimana sih kamu ini Nayla mana tau, dia kan pendatang dari
Makassar, bukan lagi beda daerah tapi udah beda pulau,
wajarlah kalau dia nggak tahu.”
“Ya, santai dong, gue juga suka lupa kalau Nayla
pendatang,” kata Izza.
“Udah, udah, kalian jangan sampai berdebat. Nayla, acara
spesialnya itu perayaan Rampak Bedug, nah ... Rampak
Bedug ini semacam acara kesenian gitu. Penamaan Rampak
Bedug memiliki arti, kata “Rampak” yang artinya
“Serempak”. Jadi bisa dikatakan kalau Rampak Bedug itu
adalah seni bedug dengan menggunakan waditra berupa
banyak bedug dan ditabuh secara serempak sehingga
menghasilkan irama khas yang enak didengar, pokoknya khas
gitu, udah gitu seru banget pokoknya,” jelaskan Anetta
panjang lebar.
“Wah ... ini perayaannya di hari bebas nggak. Kek asal ada
dana bisa ngadain acaranya gitu?” tanya Nayla.
Anetta menggeleng. “Nggak gitu, ini diadakan cuma pas
menjelang bulan Ramadan, akhir bulan Ramadan atau kadang
juga di acara-acara hajatan maupun hari-hari peringatan
kedaerahan maupun nasional. Kalau sekarangkan bentar lagi
HUT Banten, nah ... makanya mau adain acara Rampak
Bedug.”
20
Nayla mengangguk paham. Lantas tak lama, terdengar
teriakan yang dilepaskah Amarah, sama seperti namanya,
gadis itu cukup tak sabaran dan gemar berteriak dengan penuh
amarah. “Woi ... bantuin Galuh angkut ini ke truk sampah!
Jangan cuma cerita!” pekiknya.
Galuh ikut berteriak, “Nggak kok ini nggak berat,
kalian fokus nyapu dan bersihin got aja.”
“Apa-apaan, itu lo ngangkat sampah udah kek orang
ngeden dan siap lahiran, jangan sok kuat, kamu bukan Power
Ranger merah,” katanya.
Lantas, teman-temannya yang lainpun berdatangan
saling membantu mengangkat sampah di hari minggu yang
mengikat dan mempertahankan semangat anak muda mereka.
TAMAT
21
22
Generasi Muda yang Lestari dalam Harumnya Budaya
Raden Erlan
Pagi yang cerah kala itu saat tiga orang gadis kini berjalan
meninggalkan parkiran memasuki sebuah gedung besar yang
kini diramaikan oleh begitu banyak remaja seumurannya.
Namun yang membuat ia berbeda yakni baju yang digunakan.
Sebagian besar dari mereka memakai baju khas yang diyakini
akan mereka pakai dalam pentas. Salah satu gadis yang
bernama Sinar itu menarik tangan Mika yangsontak membuat
gadis itu kaget.
“Sejak kapan kamu ada di sini?” tanya Mika.
“Dari tadi aku nungguin kalian lama banget. Buruan ini bentar
lagi sekolah kita tampil.” Sinar dengan begitu bersemangat
memasuki gedung, rupanya di dalam sana ia sudah
mengamankan kursi untuk teman-temannya. Kursi terdepan
yang sangat starategis buat mereka menonton pertunjukan dan
memberikan dukungan langsung kepada teman-temannya
yang segera tampil
Sang pemandu acara tampak mengarahkan penonton untuk
memberi tepuk tangan kepada sekolah yang telah
menampilkan kebolehannya. Lantas, yang mereka tunggu-
tunggu telah tiba, sekolah mereka yang kini memakai baju
dominan hitam naik ke atas panggung dengan langkah yang
gagah. Mereka bersorak.
“Aldi, semangat!” pekik Mawar yang membuat Aldi
memamerkan giginya.
23
Tak menunggu lama, mereka mulai menunjukkan pertunjukan
terbaiknya. Mereka kompak menabuh bedug hingga irama
khas itu sampai di telinga penonton dengan sangat indah.
Beberapa menit mereka menunjukkan aksinya di panggung
namun penampilan itu menyisahkan kesan mendalam di hati
penonton. Hal itu terbukti dari penampilannya yang dihadiahi
tepuk tangan oleh semua penonton.
“Gila keren banget, aku yakin sekolah kita bakal menang sih,”
ucap Sinar.
“Terlepas dari menang tidaknya, kita harus mengapresiasi apa
yang dibawakan teman kita sih, apalagi ini menyangkut
budaya. Asli, aku salut banget sama pihak pemerintah yang
dengan bangga mau mengharumkan budaya rampak bedug
melalui lomba kek gini. Selain mengangkat budaya, inikan
juga melestarikan generasi muda. Salut banget sama
pemerintah kita,” ucap Dinardengan sangat bijak.
Pada akhirnya, mereka kembali fokus menyaksikan
pertunjukan demi pertunjukan sebelum akhirnya memutuskan
pulang setelah acara benar-benar berakhir.
24
25
Hari Pementasan
Maulana yusuf alfarel
Sinar matahri yang masuk melewati kaca jendela kelas
menyilaui seorang pemuda yang menunduk diatas meja, ia
bernama Dzali dia adalah seorang siswa sekolah menengah
pertama dibangku kelas 9. Dzali yang sedang mendudukan
kepalanya Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya
dan terdengar mengucapkan.
“Ayo ke kantin Dzal”
Dzali pun mengangkat kepalanya dan berkata
“Ha, memang sudah istirahat Vin” ucap Dzali yang mata nya
sedikit berkunang kunang
“Sudah dari tadi bel berbunyi Dzal”
Tak terasa ternyata bel istirahat sudah bunyi dari 5 menit yang
lalu, yang menepuknya tadi adalah kevin sahabat dzali. Dzali
dan kevin pun segera bergegas ke kantin, Saat di kantin
Mereka berpencar untuk mencari makan dan janjian untuk
makan bareng di tribun lapangan basket. Setelah memesan
yang Dzali inginkan dia pun bergegas untuk ke tempat yang
dijanjikan, saat Dzali mengarah ke Tribun dia melihat kevin
yang sedang duduk sambil menyantap semangkuk bakso,
Dzali pun duduk di sebelah Kevin dengan membawa
makanannya. Mereka pun berbincang-bincang sambil
menyantap makanan mereka.
“Kenapa Dzal akhir akhir ini kamu kok terlihat murung?”
tanya seorang kevin
26
“iya nih, sebenarnya aku bosan dengan kegiatan sekolah yang
begitu-begitu saja” Ucap kata Dzali
“Memangnya kamu ingin melakukan apa?” Tanya Kevin
kedua kalinya
“Yaa, seperti melakukan pementasan seni misalnya bernyanyi,
drama, menari” tutur kata Dzali
Pada saat lagi asyik mengobrol, bel pun berbunyi menandakan
mereka harus pergi kembali ke kelas
***
Cahaya matahari di sore hari lagi lagi menyinari Dzali yang
sedang memperhatikan guru yang sedang mengajar. Tak lama
kemudian bunyi bel penanda kepulangan pun berbunyi,Pak
guru yang sedang mengajar pun menutup pelajaran di sore
hari itu juga. Dengan segera Dzali membereskan buku-
bukunya dan bergegas pulang. Saat menuruni tangga dia
teralihkan dengan poster yang berada di mading sekolah,
poster itu berisi pementasan festival budaya yang diadakan
oleh pemerintah kota Cilegon, dia pun mengambil poster itu,
dengan senang ia pun bergegas menemui kedua orang tuanya
di dalam mobil. Ayah Dzali adalah seorang yang keturunan
banten sedangkan ibunya adalah orang keturunan jawa,
mereka tinggal di rumah sederhana di kota Cilegon.
“Kenapa nang kok kayanya kamu senang sekali? ” tutur
bunda
“Iya ni bun pemerintah ngadain pementasan festival budaya di
balai kota aku sangatttttt ingin sekali mengikutinya tapi aku
masih bingung” ucap Dzali dengan sangat senang
27
“Bingung kenapa nak? ” tanya bunda sambil kebingungan
“Jadi gini bun aku masing bingung ingin melakukan
pementasan apa nanti” ucap Dzali dengan intonasi datar
Ayah Dzali yang dari tadi diam pun memberikan saran
“Bagaimana kalau menari rampak beduk” ucap ayah Dzali
“Wah ide bagus tuh yah,tapi kan tari rampak beduk harus
berkelompok! “ ucap Dzali
“Ajak saja teman-temanmu” Tutur ayah Dzali
“Ok deh aku ajak teman-temanku besok di sekolah” ucap
Dzali sambal menganggukan kepala
***
Suara adzan yang sangat merdu disertai bunyi alarm berdering
membangunkan seorang Dzali dari mimpiny. Dengan
semangat Dzali pun bergegas mengambil air wudhu dan
sholat, setelah itu Dzali memutuskan untuk mandi dan
menyiapkan buku-buku, setelah siap ibunda Dzali pun
memanggil untuk sarapan.
“Nang sini makanan sudah siap”
“iya bunnnn”
Dzali pun langsung menuju ke meja makan dan menghabiskan
hidangan makanan yang sangat lezat buatan bunda Dzali.
Dzali pun menyelesaikan makanannya dan berpamitan kepada
bunda dan bergegas untuk berangkat ke sekolah yang diantar
oleh ayahnya. Sesampainya di sekolah ia langsung menuju ke
kelasnya, saat memasuki pintu ia melihat Kevin yang sudah
datang lebih dahulu,Dzali pun menghampiri kevin dan
28
mengajaknya untuk berpartisipasi dalam pementasan festival
budaya.
“Vin kamu mau ikut pementasan festival budaya tidak?” tanya
Dzali kepada kevin
“Tentu mau dong Dzal, tetap kita mau melakukan pementasan
apa?” tanya balik Kevin kepada Dzali
“Kita akan mementaskan tari rampak beduk vin” Ucap Dzali
“Owh saya si ayo ayo saja tetapi Tari rampak beduk kan tari
yang termasuk berkelompok kita kan berarti kurang 4 orang
lagi jadi gimana?”Tanya kevin dengan Bingung
“Hmm….” Dzali pun merenung
“Bagaimana kalau kita bagi tugas saya ajak 2 orang dari luar
kelas, kamu ajak 2 orang lagi di kelas ini, kalau sudah ketemu
siapa yang diajak saat pulang kita berkumpul di ruang
belakang sekolah” ucap Dzali
“Oke” jawab Kevin sambil mengangguk
***
Bel istirahat pun berbunyi tanda waktunya untuk
istirahat.Dzali memutuskan untuk pergi ke perpustakaan
untuk mencari kandidat penari, saat Dzali memasuki
perpustakaan dia melihat dua teman alumni SD nya ia
bernama Andre dan Dzulfa.Andre adalah seorang siswa yang
humoris dan suka bercanda sedangkan Dzulfa adalah
seseorang kutu buku yang pendiam, Dzali pun mendatangi
mereka dan membujuk mereka untuk ikut pementasan festival
budaya.
29
“Dre kamu mau ga ikut nari rampak bedug di pementasan
festival budaya?” tanya Dzali kepada andre
“Wahh boleh tuh Dzal gw ikut deh” Andre dengan senang hati
menerima ajakan Dzali
“Kalo kamu gimana Dzulfa kamu mau ga ikut menarikan tari
rampak bedug” tanya Dzali kepada Dzulfa
“Saya orangnya pemalu Dzal kayanya gabisa deh” tanya
Dzulfa dengan suara yang sangat kecil
“Pasti bisa kok, semua orang pasti bisa kalo berusaha” ucap
Andre yang memotivasi Dzulfa
“Tapi-tapikan……” tutur Dzulfa yang masih ragu
“Pasti bisa kok” ucap Andre yang terus memotivasi Dzulfa
“Oke deh aku mau” ucap Dzulfa yang menerima tawaran
Dzali
“Nah kalau begitu nanti kita bertemu ya setelah pulang di
belakang sekolah”Ucap Dzali
“Oke” jawab keduanya dengan senang
Bel penanda pulang seokolah berbunyi, Dzali bergegas
membereskan barang bawaannya dan menuju ke belakang
sekolah. Sesampai nya di belakang sekolah, terlihat Kevin
bersama beberapa orang yaitu Mario dan Edna,Edna adalah
siswi terpintar dan terkaya di sekolah kami sedangkan Mario
adalah anak nakal yang keras kepala. Di sana merekapun
berbincang bincang, yang tak lama kemudian Andre dan
Dzulfa pun datang, dzali pun mulai memberitahu apa yang
akan mereka lakukan.
30
“Untuk latihan nanti kita laksanakan di rumahku saja ya”
Ucap Dzali
“ha latihan gimana alat alatnya saja belum terkumpul” Ucap
Mario dengan nada sinis
“Kalo alat-alat untuk pementasan tari rampak bedug
keluargaku punya kok”tutur Edna kepada semuanya
“Serius na? “ Tanya yang lain sambil kebingungan
“Serius, Bagaimana kalo latihannya di rumah ku saja biar
tidak repot-repot untuk memindahkan alat-alatmya ?” tanya
Edna kepada semuanya
“Wah boleh tuh, Bagaimana yang lain setuju tidak” ucap
Dzali kepada yang lain
“Setujuuuu” jawab yang lain dengan semangat”
“Yasudah besok kita berkumpul dirumah Edna pada pukul
08.00 pagi” tutur Dzali
“Oke”Jawab yang lain
Suara burung berkicauan dan Jam berdering membangunkan
Dzali dari tidurnya yang ternyata sudah menunjukan jam
07.00 pagi. Ia pun bergegas untuk mandi dan sarapan dan
menuju ke rumah Edna menggunakan sepeda, Dzali pun
sampai pukul 08.30, sesampainya disana ternyata yang lain
sudah sampai dari tadi,Dzali pun langsung mendatangi
mereka.
“Maaf ya teman-teman aku telat” tutur Dzali dengan menyesal
“Gimana sih yang ngajak malah telat, ga niat inimah” ucap
Mario dengan sinis
31
“Sudah tidak papa, ayo kita langsung latihan” ucap Edna
dengan semangat
“Ayooo” jawab yang lain dengan semangat pula
Latihan pun berjalan lancar. Tak terasa langit sudah mulai
gelap merekapun memutuskan untuk pulang kerumah masing
masing, tak lupa juga berpamitan kepada orang tua Edna.
***
Tak Terasa hari pementasan pun tiba. Dzali bangun
dengan semangat menuju ke kamar mandi untuk berwudhu
dan melaksanakan sholat shubuh, ia pun mandi dan segera
untuk menghabiskan sarapannya. Dzali diantar oleh kedua
orang tuanya menaiki mobil, Dzali merasa tak yakin.
“Kenapa nang ko kamu keliatan tidak semangat kan ini yang
kamu tunggu tunggu”
“Iya bun aku merasa tidak yakin kalau aku bisa menang ”
jawab Dzali dengan sedih
“Tidak apa-apa nak mau menang atau kalah yang penting kan
sudah ikhtiar” jawab ayah Dzali untuk memotivasi putranya
itu
“iya yah”
Dzali pun merasa ter motivasi dan kembali
bersemangat.sesampainya disana dzali dan teman-temannya
Menyiapkan peralatan sambil menunggu giliran pementasan.
Akhirnya waktu pementasan telah tiba walaupun Dzali agak
sedikit gugup saat ingin menginjakan kaki di stage akan tetapi
pementasan Dzali dan teman-teman berhasil.Pengumuman
juara pun di umumkan,sayangnya kelompok dzali hanya
32
berada di posisi kedua.Walaupun di posisi kedua, tetapi
mereka senang karena melihat hasil kerja keras.
33
Luar Biasa, Karena Bersama
Ghanisa Fazilatun Nisa
Di aula sekolah, tampak Owen, Dasha, El, Valerie, Gavin,
Caca, Matthew, dan Bebel. Mereka berkumpul disana karena
ada panggilan dari Pak Mursid, guru Seni Budaya mereka.
Mereka semua belum tau kenapa bisa kebetulan dipanggil
secara bersamaan.
"Kita mau diapain deh ya?" Tanya El.
"Eksekusi bro" jawab Gavin,
Di susul gelakan teman yang lain. "Heh! Berisik! Nanti kalo
ada guru denger gimana?!" Ketus Bebel,
Yang tidak ikut tertawa bersama mereka. Bukan karena Bebel
tidak punya selera humor, melainkan dia sedang sakit kepala
sehingga kesal mendengar suara bising.
"Sabar Bel.. biasa kan, namanya cowok cowok. Suka ga jelas
jokes nya" Dasha menenangkan.
"Si paling jelas.." sindir Matthew. Ya memang begitu kerjaan
mereka jika bertemu, tapi keributan ini lah yang membuat
pertemanan mereka ber enam semakin akur.
34
"weladalah?! Udah kumpul dari kapan ini anak anak?" Pak
Mursid yang tiba tiba datang dengan membawa secangkir
kopi ditangannya.
Tersenyum tanpa dosa telah mengabaikan ke enam murid
yang ia panggil sejak tadi.
"Seperti nya sudah 3 abad kita disini pak, hampir berlumut."
Lawak Owen.
Pak Mursid hanya ketawa melihat muka masam para
muridnya ini. Ia menyeruput kopi, lalu mulai berbicara kepada
6 anak di hadapannya.
"Begini nak, sekolah mau mengadakan acara ulang tahun
yang ke 30 tahun. Bapak mau, kalian sebagai murid pilihan,
yang bapak rasa mampu kompak untuk menampilkan sesuatu
di depan para alumni. Bapak ingin kalian mempertunjukkan
citra khas kota kita, yaitu rampak bedug. Bapak sengaja
mengajak kalian karena jumlah anak laki laki dan perempuan
yang pas dan ideal untuk penampilan ini. Bagaimana? Apa
kalian bersedia?" Jelas Pak Mursid panjang lebar.
Semua saling bertatapan, dan mengisyaratkan satu sama lain.
Sampai akhirnya Gavin membuka suara "kita pak? Bisa aja
sih, kalo saya.. ga tau yang lain?".
"Saya sama yang lain siap kok pak ya kan? Sha? Ca? Bel?"
Ucap Valerie.
Mereka yang ditanya pun mengangguk semangat, di ikuti
anak laki laki yang lain dengan mantap siap untuk tampil.
Senyum merekah tercipta di wajah Pak Mursid, karena para
murid andalannya ini tidak pernah mengecewakan.
35
"Alhamdulillah kalo gitu, bapak bangga kalian bisa siap
meski di keadaan mendadak. Disamping kalian kompak,
kalian juga pernah juara rampak bedug tahun lalu kan? Oke!
Maka dari itu kita punya waktu 1 minggu full latihan. Bapak
akan mendampingi kalian semua, oke siap ya anak anak!?"
Sorak Pak Mursid. "Siap pak!" Sorak Dasha dan kawan-
kawan.
1 Hari, 3 Hari, 7 Hari. Akhirnya penampilan mereka
mantap untuk di pertunjukan. Mereka merasa puas atas latihan
mereka selama seminggu ini. Pak Mursid yang terus
menaikan semangat murid muridnya dengan caranya yang
khas, yaitu penguatan kepercayaan diri kepada murid-
muridnya itu.
"Wes! Mantap! Kita siap show nih ya?!" Tanya El.
"Yoi pasti!" Jawab Bebel, yang tampak nya tidak badmood
lagi.
"Ih guys baju nya ada di dasha kan?" Tanya Valerie.
"Iya seinget gue sih gitu, ya kan Sha?" Tanya Gavin juga.
Dasha nampak bingung, dia melihat kearah teman temannya
dengan tatapan bingung. "Hah? Ga ada di Dasha kok?!
Bukannya di simpen Matthew?!" Jawab Dasha .
Matthew yang disebut namanya terkejut, "lah?! Eh kan diriku
ini cowok, masa iya megang kostum? Tadi gue cuma megang
bedug nya 2, terus gue titipin ke Owen" bela Matthew pada
dirinya.
36
"APAAN?! BEDUG KAGAK ADA DI GUE?! KAN YANG
2 ADA DI GAVIN, DUA LAGI DI ELO KAN MAT?" panik
Owen.
Semua tercengang, bagaimana ini? Mereka akan tampil besok
sementara perlengkapan mereka hilang entah kemana.
"Ok, tenang, jangan saling nyalahin! Gini, yang cewe cari
kostum nya sampe ketemu, sementara gue sama yang cowo
nyari 2 bedug yang ketinggalan enggak tau dimana. Tapi
inget, pas Maghrib pulang aja dulu ga usah cari lagi. Pulang.
Paham engga?" Tegas Gavin.
Semua menuruti perintah Gavin dan langsung mengerjakan
tugas masing-masing.
Hari-H pun tiba, iya yaitu hari ini. Banyak orang berdatangan
ke sekolah, para alumni alumni datang untuk menghadiri
acara ulang tahun sekolah ini. Sementara di belakang
panggung Gavin dan para anak laki laki sedang terduduk
cemas. “HEIII LIAT! KOSTUM NYA KETEMU!” ternyata
ketinggalan di ruang seni, Alhamdulillah banget. Ayo kita
ganti baju!" Teriak dasha yang berlari sambil membawa tas
berisi baju baju itu. Ada perasaan lega yang dirasakan teman-
teman nya. Namun anak laki-laki kembali murung.
"Heh kenapa kalian?" Tanya Caca.
"Maafin kita ya, kita gagal nyari bedug nya. Ga ketemu..
terpaksa kita tampil pake dua bedug yang tersisa" ucap El
lesu.
"Maafin gue ya, ini semua salah gue.." Matthew berada
sangat bersalah.
37
"Gapapa mat.. semuanya.. kalian udah lakuin yang terbaik,
kita udah berusaha ya kan? Ga apa meski cuma dua bedug
kita ubah sedikit formasi nya ya.." Caca mencoba
menenangkan semuanya.
Akhirnya mereka sepakat dan kembali kompak. Mereka
semua mengganti baju menggunakan baju kostum berwarna
kuning hijau, kostum ala rampak bedug yang biasa mereka
gunakan ketika pentas.
"Dan ini dia pertunjukan special kami, Rampak Bedug!!"
Pembawa acara memanggil mereka ke atas pentas. Mereka
berjalan ke atas sana. Namun tiba tiba El melihat sesuatu,
"Woi?! Itu apaan dah?" Dia berbisik pada Owen.
"Apaan El? Mana?" Jawab Owen berbisik pula.
"Lah?! Itu bedug kita ga sih di pojokan?!" Sontak Valerie.
Semua pun menghampiri pojokan ruangan itu, benar ternyata
bedug mereka tertutup oleh kain tarub sisa. Mereka pun
tersenyum dan membawa dua bedug itu keatas panggung.
Selesai menampilkan Rampak Bedug, Terlihat banyak orang
yang menepuk tangan pada mereka. Akhirnya mereka bisa
menampilkan penampilan yang luar biasa di depan para tamu
hadirin. Akhirnya mereka pun turun dari panggung yang di
sambut Pak Mursid dari belakang layar.
“Hebat, siapa dulu dong yang ngajarin!” kata Pak Mursid
“Iya deh pak, terserah bapak aja.” Sebut Bebel
38
“Yasudah kalian mending ganti baju dulu, nanti setelah itu
bapak traktir deh.” Ucap Pak Mursid
Mereka pun mengganti baju dan setelah itu menghampiri
warung bakso yang terdapat tidak jauh dari sekolahnya. Pak
Mursid menghampiri mereka ber enam
“jangan lupa ya! Kalian tetap harus latihan lagi karena nanti
akan ada lombak yang mewajibkan menampilkan Rampak
Bedug” sebut Pak Mursid.
“siap” sontak mereka ber enam.
Kami pun selalu mengembangkan bakat dan berlatih. Ini
bukan untuk kita tapi untuk Lestarinya kebudayaan Indonesia.
Hal ini tentu harus kita lestarikan, kalo bukan kita siapa lagi.
39
Pensi di Sekolahku
Ghifar Zaki Firmansyah
Halo, namaku Stella. Aku adalah seorang ketua OSIS
di sekolahku. Bisa dibilang aku adalah seorang murid yang
aktif ikut organisasi-organisasi serta perlombaan yang
diadakan di dalam sekolah maupun luar sekolah. Kini, aku
sedang disibukkan dengan acara pentas seni yang akan
diselenggarakan dalam waktu dekat. Semua panitia sesuai
divisi sudah terbentuk, tinggal aku memonitoring dan
mengawasi jalannya proses supaya pensi berjalan lancar.
“Stell, kita tema pensi kan tradisional yaa, gak mungkin kan
kita undang band-band hits zaman sekarang?” ujar Nafisa,
divisi humas.
“Iya nih, Stell. Bagian konsumsi juga udah koordinasi juga
tadi ada beberapa makanan daerah yang bakal jadi souvenir
acara kita.” Nirmala sebagai ketua divisi bagian konsumsi ikut
menimpali.
“Aku udah ngobrol sih sama divisi acara, rencananya kita
bakal nampilin rampak bedug. Itu kan khas daerah kita.”
Kata Rampak mengandung arti Serempak. Jadi
Rampak Bedug adalah seni bedug dengan menggunakan
waditra berupa banyak bedug dan ditabuh secara serempak
sehingga menghasilkan irama khas yang enak didengar.
Rampak bedug hanya terdapat di daerah Banten sebagai ciri
khas seni budaya Banten.
“Wah boleh tuh—“
40
Semua panitia kembali mengadakan rapat guna
membahas pentas seni ini agar berjalan sesuai rencana.
Rampak Bedug resmi ditampilkan saat pensi berlangsung, hal
itu bertujuan agar generasi muda tidak melupakan budaya
leluhurnya akibat pengaruh budaya kebarat-baratan.
Di masa lalu pemain rampak bedug terdiri dari
semuanya laki-laki. Tapi sekarang sama halnya dengan
banyak seni lainnya terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Mungkin demikian karena seni rampak bedug
mempertunjukkan tarian-tarian yang terlihat indah jika
ditampilkan oleh perempuan (selain tentunya laki-laki).
Jumlah pemain sekitar 10 orang, laki-laki 5 orang dan
perempuan 5 orang.
41
“Bismillah, semoga pentas seni kita berjalan lancar yaa
teman-teman.” Seluruh panitia berkumpul membentuk sebuah
lingkaran besar dan berdoa bersama demi kelancaran acara,
kerja keras mereka setidaknya membuat penonton tidak
kecewa dan merasa terhibur.
42
Semangat Merepresentasikan Budaya Rampak Bedug
Riza Azmi Nasution
Sudah 77 tahun semenjak Indonesia dinyatakan merdeka dan
selama itu pula, Indonesia mampu menyipi kebebasan dan
bebas dari penindasan para penjajah. 17 Agustus, hari
merdeka tak cukup jika dirayakan dengan perayaan biasa.
Dibutuhkan berbagai macam perayaan yang memberikan
semangat dan kebahagian di hari Bahagia seluruh rakyat
Indonesia. Demikianlah, pemerintah setempat mengadakan
sebuah lomba rampak beduk antar sekolah yang diikuti oleh
puluhan sekolah. Hari kemerdekaan ini dirayakan dengan
sorakan pendukung kala sekelompok anak muda sibuk
menabuh beduk di hari merdeka ini.
Bukannya Indonesia adalah negara yang kaya? Demikianlah
orang-orang harus menunjukkan kekayaan ini dengan
mengajak anak muda berpartisipasi dalam melestarikan
kebudayaan yang ada, hal itu juga mampu membuat anak
muda cinta akan budaya sendiri terlebih, anak muda akan
melek dengan berbagai macam budaya lainnya.
Kini, Alda, Dela, dan Helga tengah berdiri di barisan paling
depan berteriak memberi dukungan penuh kepada Dewa dan
teman-teman yang lain. Dewa yang tengah menabuh bedug
terlihat begitu gagah dan jauh dari kata gerogi, begitu
bersemangat seolah dadanya tengah terbakar.
“Semangat Dewa,” teriak Alda.
“Kalian semua keren banget!” pekik Dela.
43
“Ayo! Kalian semua pasti bakal jadi juara.” Helga ikut
berteriak meski sebenarnya teriakan itu tidak akan mampu
diterima oleh indra pendengaran teman mereka yang tengah
sibuk melalukan rampak beduk.
Beberapa menit mereka menunjukkan yang terbaik, mereka
menutup penampilan dengan begitu luar biasa. Bahkan, para
dewan juri memberikan tepuk tangan sembari berdiri. Melihat
itu, Alda dan teman-temannya semakin yakin bahwa teman-
temannya tidak akan pulang dengan tangan kosong, mereka
pasti pulang membawa piala.
44
Pada akhirnya, tibalah di acara penilaian dan benar saja,
rampak bedug yang dibawakan Dewa dan teman-temannya
menduduki posisi pertama. Juri dalam penyerahan pialanya
menuturkan bahwa, “Kalau dari pembawaan kalian semua
keren menabuh bedug, namun bukan hanya itu aspek yang
kami lihat, kami juga melihat semangat di mata kalian para
anak muda, jiwa semangat akan kebanggaan kalian
merepresentasikan budaya daerah tercinta kita ini. Lantas,
semangat itu mampu kami lihat di jiwa para pemenang hari
ini. Semangat semuanya, intinya dimanapun kalian berada,
jangan pernah lupa akan budaya sendiri, budaya tempat kalian
dilahirkan, tempak kalian berpijak sekarang ini.”
45
Biodata Penulis
BIODATA
Hai! Saya Danisha Shifa Ananda,
biasa dipanggil Shifa. Saya lahir
di Cilegon, 3 Desember 2007.
Saya suka banget sama hal berbau
jejepangan, kayak anime, dorama
dan suka banget main genshin
impact. Moto hidup saya adalah
“Work smart not hard.” Kenalan
sama aku yuk di ig ku
@Danishashifaa ! :3
Hi! Gue Belva Aisyah Arifiyanto,
Biasa dipanggil Belva. Gue lahir
di Sidoarjo, 04 Mei 2008. Gue
suka banget yang namanya main
Basket, Gue juga suka nongkrong
sama temen², suka ngobrol jadi
langsung aja kalau mau ngobrol²
sama gue nongkrong bareng.
Motto gue “If other people can,
then I can too”. Bisa di follow biar
makin akrab @belvaa._ii
46
Hi! Gua Raden Erlan Pandya,
biasa dipanggil Erlan. Lahir di
Jakarta, 20 Oktober 2007. Gua
suka banget ama yang nama nya
Sepak Bola, hampir tiap hari
gua main bola, latihan bola &
sebagainya. Motto gue “Kunci
sukses suatu hubungan adalah
selalu membersihkan history
chat”. Biar kita bisa kenal lebih
dekat, mending langsung aja
yuk, mampir ke Rdnerr_
Hi! gue Ahmad Taufiq
Rohman, biasa dipanggil
Topiq/oman. gue lahir di
Cilegon, 10 Agustus 2007. gue
suka banget jalan-jalan ke entah
berantah apalagi naik vespa tua.
Motto gue “Arriésgate o pierde
la oportunidad” Mutualan yuk
ig gue @omnflm
47
Hiii! Gua Maulana yusuf alfarel,
biasa dipanggil lana. Gua lahir di
Cilegon, 3 Desember 2007.Gua
suka banget nonton bola sama
beberapa series,Tim Favorit gw
sendiri sih real madrid ya.kalo
series favorit gw stranger
things.Kalo mau kenalan lebih
deket lagi langsung aja mampir
ke ig gw @ lanaalf_
Hello! Aku Ghania Fazilatun
Nisa, kalian bisa panggil aku
nisa, aku lahir di Cilegon, 4 Mei
2008. Aku suka dengerin music
sama nonton film! I’m listening
to Lana Del Rey, Taylor Swift,
Adele, Tulus also Raisa. Of
course watching movie pleases
me a lot and I’m pretty open to
most genres. From action
movies such as the MCU series,
sci-fi, or even cartoons by
Disney. But one fact, I’m not in
good terms with the horror genre. Moto hidup aku adalah
“being kind makes you feel valuable” ig aku @ghanianisaa
then I shall be waiting for your presence, see you in no time :]
48
Hiiiiiiiiiiiiiiiiii! An’a
Ghifar,an’a biasa di panggil
paijo, an’a lahirr dii cilegon
desember 01 2007. an’a shuka
bermain rc drift dan wadon.
Kenalan yuk di ig An’a
@garacewpl
Halloww, Aku Riza Azmi
Nasution,biasa dipanggil rija,
ija or caca aku lahir di serang,
11 Desember 2007. Hobi aku
renang, aku juga anak nya
gabisa diem, aku anak nya
juga percaya diri, kata temen
temen aku, aku anaknya
bawel, suka makan kalo lagi
ada pelajaran, aku juga suka
banget kalo di ajak night ride,
satu lagi suka kamu jugakkk.
Yu yang mau ajak aku NR ke
ig aku @rizaa.az
49
.
Sekumpulan anak nakal itu tiba tiba saja
diberi hukuman menampilkan pentas seni oleh
guru nya. Teka teki dan suka duku ikut
menemani perjalanan mereka. Sanggupkah
mereka memenuhi keinginan guru mereka
tersebut