The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan AKbid Darussalam Martapura, 2024-06-03 23:50:22

KESEHATAN REPRODUKSI

KESEHATAN REPRODUKSI

44 Anindya Hapsari 1) Mencegah dan melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko dan perilaku berisiko lainnya yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Perilaku seksual berisiko antara lain seks pranikah yang dapat berakhir pada kehamilan yang tidak diinginkan, perilaku seksual berganti-ganti pasangan, aborsi tidak aman, dan perilaku berisiko tertular Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV. Perilaku berisiko lain yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi antara lain penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) dan perilaku gizi buruk yang dapat menyebabkan masalah gizi khusus lainnya. 2) Mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggungjawab yang meliputi persiapan fisik, psikis, dan sosial untuk menikah dan menjadi orang tua pada usia yang matang. Sedangkan menurut Soetjiningsih (2008), upaya pencegahan hubungan seks pranikah dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Meningkatkan kualitas hubungan orang tua dan remaja 2) Sebagai orang tua hendaknya bersikap terbuka terhadap masalah seksual, sehinggga bisa menjadi tempat curhat bagi anak yang membutuhkan informasi seksual. Sikap dan perilaku orang tua juga berperan sebagai contoh atau teladan anaknya dalam menyikapi hubungan seks pranikah. 3) Ketrampilan menolak tekanan negatif dari teman. 4) Teman sebaya atau teman bergaul mempunyai pengaruh yang besar dalam mempengaruhi sikap dan perilaku remaja. Untuk itu remaja perlu berinisiatif dalam melakukan penolakan terhadap ajakan teman yang mengarah ke hal yang negatif atau lebih amannya, perlu


Buku Ajar Kesehatan Reproduksi 45 memilih teman yang membawa pengaruh positif dalam bergaul sehingga remaja dapat bersikap bijaksana terhadap hubungan seks pranikah. 5) Meningkatkan relijiusitas remaja yang baik 6) Ajaran agama untuk remaja sebaiknya tidak hanya dikhotbahkan akan tetapi diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang nyata yang dikaitkan dengan dengan masalah-masalah kontekstual dalam kehidupan remaja (misalnya masalah kesehatan reproduksi dan seksual). Dari kegiatan yang nyata akan membentuk sikap remaja yang bijaksana khususnya dalam menyikapi hubungan seks pranikah. 7) Pembatasan atau pengaturan peredaran media pornografi 8) Diharapkan media memberi manfaat yang positif yaitu lebih menampilkan pesan-pesan seksualitas yang mendidik, karena sebenarnya media dapat dimanfaatkan sebagai media yang ampuh dalam menyampaikan materi pendidikan seksualitas. Dengan informasi yang positif maka akan membawa dampak positif pula pada sikap dan perilaku remaja. 9) Promosi tentang kasahatan seksual bagi remaja yang melibatkan peran sekolah, pemerintah dan lembaga non pemerintah. 10) Siswa perlu memanfaatkan layanan bimbingan konseling yang ada dalam memberikan pendidikan seks untuk siswa. Lembaga pemerintah ataupun lembaga non pemerintah perlu mengadakan seminar mengenai kesehatan seksual remaja dan pendidikan seksual secara keseluruhan. Penyampaiannya perlu dibuat secara menarik agar siswa secara sadar diri dapat mengambil sikap terhadap hubungan seks pranikah secara bijaksana


46 Anindya Hapsari dengan sendirinya tanpa paksaan dari siapapun, karena kesadaran diri dari remaja itu sendiri merupakan cara yang paling penting dalam mencegah hubungan seks pranikah. Sedangkan menurut Salisa (2010), upaya-upaya untuk mencegah perilaku seks pranikah dibagi menjadi dua yakni sebagai berikut: 1) Secara Intern (dari dalam) Untuk melakukan suatu perubahan tentunya harus ada niat hati dan keyakinan yang mantap ketika akan mengubah perilaku, harus dari kesadaran pribadi, bukan karena pengaruh lingkungan atau bahkan karena paksaan saja. Selain dengan niat hati, harus memperdalam ilmu agama dengan memperbanyak membaca buku keagamaan, sering menghadiri acara pengajian dan seminar keagamaan, berkumpul/ bersahabat dengan orangorang yang tepat misalnya dengan teman-teman yang ilmu/pengetahuan agamanya lebih tinggi dan rajin beribadah dan tidak suka melakukan pelanggaran/penyimpangan. 2) Secara Ekstern (dari luar) Melakukan perubahan tidaklah mudah, karena itu niat saja belum cukup melainkan harus mendapat dukungan dari luar. Dukungan dari luar bisa dari orang tua/keluarga dengan menerapkan kedisiplinan beragama sejak dini, dan mendukung sepenuhnya ketika seorang anak memutuskan kembali ke jalan yang benar. Selain itu dukungan dari teman yang mungkin pengetahuan agamanya lebih tinggi, yaitu dengan sering menasehati atau berbagi pengalaman tentang ilmu keagamaan, karena biasanya para kalangan muda pengaruh teman/persahabatan lebih besar dibanding keluarga. Kemudian dari lingkungan, yaitu dengan penciptaan lingkungan yang penuh dengan suasana agamis,


Buku Ajar Kesehatan Reproduksi 47 contohnya dengan adanya kegiatan Karang Taruna, pengajian rutin, untuk mengisi waktu luang. Kemudian di lingkunan kampus, dengan organisasi UKMI, SKI disertai kajian keagamaan yang kontinyu. Menurut Kartikasari (2013), untuk mengintervensi masalah kehamilan tidak diinginkan pada remaja, dilakukan strategi pendampingan remaja dengan cara preventif, promotif, rehabilitasi, dan kuratif sebagai berikut (Kartikasari, 2013): a. Strategi Preventif Strategi preventif yaitu suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah yang sedang menjadi fokus, dalam hal ini adalah kasus kehamilan tidak diinginkan. Dalam strategi preventif, persoalan kehamilan remaja dengan melakukan promosi pencegahan kehamilan tidak diinginkan melalui berbagai saluran komunikasi dan pendekatan. Saluran komunikasi dilakukan secara langsung melalui strategi dengan menjangkau kelompok-kelompok didalam masyarakat yang karena faktor tertentu memiliki hambatan untuk mengakses informasi dan layanan publik yang ada didalam masyarakat, pertemuan, diskusi-diskusi dalam kelompok kecil maupun besar. Sedangkan komunikasi melalui media dengan menggunakan media konvensional dan media yang berbasiskan teknologi informasi (Kartikasari, 2013). b. Strategi Promotif Strategi promotif yaitu suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi. Pemberian informasi reproduksi remaja dapat digunakan sebagai strategi promotif dengan pengorganisasian remaja dengan tujuan untuk lebih menjadikan remaja lebih aktif untuk mengetahui informasi kesehatan reproduksi dan kemudian menyampaikan kepada teman sebaya yang ada di lingkungannya. Pengorganisasian remaja disini berusaha


48 Anindya Hapsari mengorganisir atau mengumpulkan remaja untuk lebih peduli dan sadar tentang pentingnya informasi kesehatan reproduksi bagi mereka. Setelah mereka terorganisir atau terkumpul, selanjutnya kaan dilakukan kegiatan pendampingan. Pendampingan yang dilakukan terhadap remaja dengan peran sebagai fasilitator, pendidik, dan konselor. Remaja yang tergabung dalam pengorganisasian remaja diberi informasi melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pengorganisasian remaja antara lain dengan diadakannya pertemuan rutinan, lobbying, pengayaan, membuat media, audiensi, feedback komunitas, pelatihan peer education (Kartikasari, 2013). c. Strategi Rehabilitasi Strategi rehabilitasi dimaksudkan untuk memulihkan kedudukan (keadaan, nama baik) menjadi seperti semula agar menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat. Dibutuhkannya orang-orang terdekat yang mampu membantu memecahkan masalah yang dihadapi dan memberi dukungan kepada remaja yang mengalami kejadian kehamilan tidak diinginkan. Orang-orang terdekat disini memposisikan diri mereka sebagai sahabat bagi para remaja yang mengalami kejadian kehamilan tidak diinginkan sehingga mereka akan merasa lebih nyaman untuk menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan yang mereka alami (Kartikasari, 2013). d. Strategi Kuratif Strategi kuratif yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan pada saat terjadi penyimpangan sosial. Konseling bisa menjadi salah satu strateginya. Dengan berkonsultasi, diharapkan remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan bisa menceritakan segala hal berkaitan dengan kehamilannya. Konseling bisa dilakukan melalui tatap muka, media sosial, dan


Buku Ajar Kesehatan Reproduksi 49 pendampingan sesuai kebutuhan remaja. Dalam melakukan konseling kepada remaja merupakan strategi yang disesuaikan yaitu bagaimana sebenarnya strategi yang dijalankan Dimana dalam pelaksanannya cenderung bersifat tidak kaku atau lebih luwes, sehingga dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh remaja yang saling berbeda antara remaja sau dengan remaja lainnya (Kartikasari, 2013).


50 Anindya Hapsari DAFTAR PUSTAKA Aisyaroh, Noveri. 2014. Kesehatan Reproduksi Remaja. (Online) (http://research.unissula.ac.id/file/publikasi/210104090/635 Kespro_Remaja.pdf) diakses pada 10 Maret 2019. Amrillah. 2006. Perilaku Seksual Wabal Di Tinjau Dari Kualitas Komunikasi Orang Tua-Anak Tentang Seksualitas, Skripsi, UMS,Surakarta. Diakses pada 16 Maret 2019. Andisti, Aulia Miftah & Ritandiyono. Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa Awal. Jurnal Ilmu Psikologi. 1(2): 170- 177. Arsani, Luh Kadek Alit Ni. Peranan Program PKPR Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan Buleleng. 2013. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora. 2(1): 129-142. Batubara, JRL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri Vol 12(1): 21-29 BKKBN. 2009. Analisis Lanjutan SDKI 2007: Kelangsungan Pemakaian Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN. BPS. 2011. Riset Kesehatan Dasar 2010.Biro Pusat Statistik. Jakarta. Ducharne, JR., Forerst, MG. 1993. Normal Pubertal Development dalam Bertrand J, Rappaport R, Sizonenko PC (Penyunting) Pediatric Endocrinology Edisi Ke-2. Baltimore: William; h.372-86 Glasier, A Gulmezoglu. 2006. Sexual and Reproductive Helath (dalam Jurnal Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia: Analisis Data Sekunder Riskesdas, 2013. Hasibuan, Romauli; Dewi, Irvani Yulia; Huda, Nurul. 2015. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kejadian Pranikah Pada Remaja Putri di SMAN 1 Pagai Utara Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Artikel. Pekanbaru: Departemen


Buku Ajar Kesehatan Reproduksi 51 Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Hidayangsih, Puti. 2014. PERILAKU BERISIKO DAN PERMASALAHAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA. (Online).(http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kes pro/article/view/3886). Diakses pada tanggal 17 Maret 2019. Hussain, R, dkk. 2012. Intended and Unintended Pregnancies Worldwide in 2012 and Recent Trends (dalam Jurnal Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia: Analisis Data Sekunder Riskesdas, 2013). Infodatin. 2012. Sexual Health Reproduction. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Pusat Data dan Infromasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Ipa, dkk. 2016. PRAKTIK BUDAYA PERAWATAN DALAM KEHAMILAN PERSALINAN DAN NIFAS PADA ETNIK BADUY DALAM. (Online). (https://www.researchgate.net/publication/313840884_PRA KTIK_BUDAYA_PERAWATAN_DALAM_KEHAMILAN_PE RSALINAN_DAN_NIFAS_PADA_ETNIK_BADUY_DALAM) . Diakses pada tanggal 16 Maret 2019. Ismawarti dan Istri Utami. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan pada Remaja. Jurnal of Health Studies 2( 1): hlm. 168-177 (https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/JHeS/ article/download/336/179), diakses pada tanggal 26 Maret 2019. Kartikasari, Bella Dona. 2013. Strategi PKBI DIY Dalam Pendampingan Remaja dengan Masalah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) di Yogyakarta. Online (http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/adinegara/arti


52 Anindya Hapsari cle/viewFile), diakses pada 27 Maret 2019 pukul 11.00 WIB. Kementerian Kesehatan RI.2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. (Online) (http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pus datin/infodatin/infodatin%20reproduksi%20remaja-ed.pdf) diakses pada 16 maret 2019 Laksmiwati Ida, tanpa tahun. Transformasi Sosial Dan Perilaku Reproduksi Remaja. (Online). (https://ojs.unud.ac.id/index.php/srikandi/article/view/2756). Diakses pada tanggal 15 Maret 2019. Marston, C Cleland. 2003. Do Unintended Pregnancies Carrier to Term Lead to Adverse Outcomes for Mother and Child. Popul Stud 57(1): hlm. 77-93. Meilan, Maryanah, Follona. 2018. Kesehatan Reproduksi Remaja: Implementasi PKPR dalam Teman Sebaya. Malang: Wineka Media. Nugraha, B D. 2009. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta: TIM. 18 PKBI. 1998. KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan): Seri Kesehatan Reproduksi Perempuan. Jakarta. PP No.61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. 2014. Jakarta Pranata, S Sadewo. 2012. Kejadian Keguguran, Kejadian Tidak Direncanakan, dan Pengguguran di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 15(2): hlm. 180-192. Rahardjo, Wahyu; Citra, Furida Ajeng; Saputra, Maizar; Damariyanti, Meta; Ayuningsih, Maharani Aprillia; Siahay, Martha Marcia. Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa Memiliki Peran Harga Diri, Komitmen Hubungan, dan Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah. Jurnal Psikologi. 138- 153.


Buku Ajar Kesehatan Reproduksi 53 Rahyani, Yuni Komang; Utarini, Adi; Wilopo, Agus Siswanto; Hakimi, Mohammad. 2012. Perilaku Seks Pranikah Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 7(4): 180- 186. Salisa, Anna. 2010.Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota Surakarta). Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Saptarini, Ika dan Suparmi. 2016. Determinan Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2013). Jurnal Online (https://media.neliti.com/media/publications/108065-IDdeterminan-kehamilan-tidak-diinginkan-di.pdf), diakses pada 10 Maret 2019. Setyoandrian. 2010. Seks Bebas.(Online) (https://www.scribd.com/doc/213974530/Seks-BebasDitinjau-Dari-Aspek-Kesehatan-Dan-Agama) diakses pada 20 Maret 2019. Soetjiningsih. 2017. Tumbuh Kembang Anak Ed 2. Jakarta: EGC Syamsulhuda; Musthofa; Winarti, Puji. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Mahasiswa di Pekalongat Tahun 2009-2010. Jurnal Kesehatan Reproduksi. 1(1): 33-41. Wong, 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta:EGC


Penerbit: Wineka Media Anggota IKAPI No.115/JTI/09 Jl. Palmerah XIII N29B, Vila Gunung Buring Malang 65138 Telp./Faks : 0341-711221 Website: http://www.winekamedia.com E-mail: [email protected] Playstore: Wineka Media Penulis: Anindya Hapsari Lahir di Mojokerto 29 Januari 1985; S2 Ilmu Kesehatan Reproduksi Universitas Airlangga S1 (Profesi) Pendidikan Dokter Universitas Brawijaya; Instansi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang; Profesi: Tenaga Dosen FIK UM dan Dokter Umum; Gelar: dr., M.Kes; Jabatan: Asisten Ahli Modul ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pengajaran mata kuliah Kesehatan Reproduksi bagi mahasiswa/i Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang. Modul ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa/i dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan lebih terarah. Tentunya modul ini belum sepenuhnya dapat memenuhi semua keinginan pembaca. Oleh karena itu, apabila pembaca ingin mengetahui secara lebih mendalam, pembaca dapat membaca sumber-sumber yang terdapat pada Daftar Pustaka. Demikian pula, untuk kesempurnaan modul ini, penyusun sangat mengharapkan saran-saran dari pembaca.


Click to View FlipBook Version