The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by muhammad ajis, 2020-08-15 09:08:51

QYV Prospectrum

QYV Prospectrum

Heru Joni Putra
(Kurator Galerikertas)

Yuda Optiffiny Okta Putra Vicky Saputra Qiyam Krisna Aji

JARAK Vicky memberikan kepada kita suatu
Heru Joni Putra pemandangan tubuh yang berada di antara
(Kurator Galerikertas) tubuh manusia dan tubuh dari sesuatu
makhluk yang tampak asing. Kita bisa meli-
TIGA perupa muda dalam pameran “Q Y V: hat bahwa landasan gambarnya memang
Prospectrum” di Galerikertas kali ini menun- tubuh manusia, tapi tubuh manusia yang ia
jukkan tiga corak karya yang berbeda satu tampilkan adalah tubuh yang patuh seka-
sama lain. Kita berhadap-hadapan dengan ligus tidak patuh pada anatomi tubuh
yang figuratif sekaligus yang dekoratif, yang manusia umumnya. Di satu sisi, pemandan-
bermain-main dengan garis sekaligus yang gan tubuh itu tampak sedikit mengerikan,
bersiasat dengan simbol, yang lembut-rapi serupa tubuh yang hancur atau poton-
sekaligus yang riuh-kotor, yang bergerak tak gan-potongan tubuh yang berselisih
terduga sekaligus yang repetitif. Di dalam tempat, di beberapa bagian penuh corak
satu momen, karya-karya mereka memberi- lelehan darah, namun tidak sampai jadi
kan kita pengalaman-pengalaman-rasa yang horor. Sementara itu, di sisi lain, tubuh yang
katakanlah bertentangan. Kita merasakan tidak normal itu tidak sampai jadi horor
semacam kengerian dan kelembutan di saat karena Vicky membuatnya dengan polesan
yang sama. Sebagaimana kita merasakan yang lembut dan halus, gegaris yang tidak
yang kasar dan yang tenang, yang diam dan keras, pilihan warna yang tidak sepenuhnya
yang bergerak, serta yang teratur dan yang suram dan tidak riuh. Bila kita coba berger-
liar, secara bersamaan. ak lebih dalam menikmati karya-karya Vicky
yang seperti itu, ia tampaknya mengajak
Dalam konteks seperti itulah, pamer- kita untuk melihat tubuh kita secara materi-
an tiga perupa ini membawa kita agar sedik- al, yaitu sebagai segumpal daging. Dan
it “bercuriga” pada jarak. Kita butuh jarak darikarya Vicky, kita sejenak disentak bahwa
untuk mencurigai apa yang dapat dijangkau pada segumpal daging itulah sebenarnya
perasaan dan apa yang bisa terlihat oleh kita memberi ataupun menerima kengerian
kedua mata pada pandangan pertama. dan kelembutan.
Pada sesuatu yang tampak mengerikan “Dualisme”
pada pandangan sekilas, bisa saja di sana watercolor on Paper, 2020
kita mendapatkan pengalaman akan kelem-
butan atau sebaliknya, setelah kita curigai
jarak kita dalam memandang suatu karya.
Tidak hanya jarak fisik, tetapi juga jarak
perasaan. Dan mungkin juga jarak pengala-
man. Suatu jarak akan membawa kita pada
sisi lain dari suatu pengalaman. Yang
tampak ekspresif dan liar, misalnya, ternyata
membawa kita pada pengalaman tentang
ketenangan, justru ketika kita mencoba
mencurigai jarak yang kita terapkan pada
karya tersebut. Kita percaya pada mata
justru bukan karena mata yang akan mem-
berikan segala pengalaman, melainkan
karena mata hanya pembuka belaka, sebe-
lum ia memberi kita akses pada pengalaman
berikutnya yang tak bisa diberikannya.

Yudha memberikan kepada kita Bila karya Yudha menghadirkan
hamparan dekorasi yang terinspirasi dari “keindahan”, memanjakan mata kita, lewat
corak-corak batik. Bila dari pandangan jarak corak-corak yang berangkat dari khazanah
jauh kita menikmatinya sebagai hamparan batik, sehamparan motif itu, maka karya
corak batik, maka dalam penglihatan dekat Qiyam membangun “keindahan” yang
kita akan menemukan sesuatu yang tidak disusun dari garis-garis yang ekspresif, naif,
lagi sepenuhnya bisa kita sebut sebagai kotor, dan juga liar. Garis-garisnya selain
corak batik dalam pengertian tradisional sebagai garis-garis yang riuh, garis-garis
belaka. Yudha tetap bermain simbol. Tapi yang tidak ditujukan untuk menjadi gambar
semesta simbol yang ada di dalam karyanya tertentu, juga garis-garis yang membentuk
bukanlah artikulasi dari filosofi tradisi gambar tertentu meski tanpa menghilang-
tertentu. kan keriuhannya.
Yudha memang sengaja tidak menjadikan
semesta simbolnya sebagai simbol yang Gambar yang terbentuk itu pun juga
manasuka, katakanlah semacam simbol bukan gambar yang katakanlah utuh-padu
yang berusaha mengagalkan dirinya bersih-rapi, melainkan tetap mempertah-
sebagai simbol. Justru, sebagaimana para ankan corak kotor dan watak ekspresifnya.
pembatik yang senantiasa berangkat dari Namun, di sisi lain, keriuhan garis-garis
narasi tradisi yang langgeng, motif-motif Qiyam ini tidak bersifat liar, kasar, dan
dalam karya Yudha juga berangkat dari ekspresif secara total. Ia justru tetap ingin
narasi tertentu, namun narasi itu ia ambil memberikan kepada kita semacam pen-
dari kehidupan kita hari ini, yang bisa saja galaman akan kelembutan. Melalui
narasi keseharian belaka dan tak harus selalu sapuan-sapuan luas tapi tipis, kita mera-
“filosofis”. sakan warna terang yang membayangkan
pada warna gelap atau sebaliknya, dan kita
“Tanpa Judul juga merasakan bagaimana dari
Acrylic on Paper, 2020 lapisan-lapisan warna yang dipoles dengan
halus itu kita merasakan sedikit-banyaknya
Narasi-narasi itu kadang berhubun- ketenangan di antara keriuhan yang lainnya.
gan secara dekat satu sama lain dan kadang
tidak harus berhubungan. Selain itu, ketika Selamat berpameran untuk Vicky,
Yudha masih memperpanjang bentuk-ben- Yudha, dan Qiyam. Seperti kata Chairil
tuk repetitif dalam batik, maka repetisi itu Anwar, “kerdja beloem selesai, beloem
bukanlah repetisi yang ketat. Dalam hal ini apa2!”. ***
Yudha tampak lebih riang bermain-main
dengan bentuk dan bentuk-bentuk itu tidak
dibebani oleh keharusan untuk menjadi
simetris, sehingga semesta simbol, garis,
motif dan sebagainya dalam karyanya terse-
but bisa menunjukkan adanya semacam
“gerak yang tidak mekanik” dalam gambar
yang diam-kaku.

Pameran dekorasi yang lebih bebas serta tidak sela-
“Q Y V Prospektrum” manya dibebani semacam ke-simetrisan-an,
Perupa Muda Pilihan Hanafi Qiyam mencoba mengeksplorasi gambar
dengan gegaris naif, kotor, dan riuh.
Setelah pameran “60 Tahun dalam Sedangkan Vicky mencoba menghadirkan
Studio” karya Hanafi (5 Juli-5 Agustus 2020), gambaran manusia sebagai gumpalan
Galerikertas melanjutkannya dengan pamer- daging yang tak utuh, antara lembut dan
an perupa muda pilihan Hanafi dengan tajuk ngeri.”
“Q Y V | Prospektrum”. Pameran ini akan
berlangsung 17 – 31 Agustus 2020. Tiga perupa muda terpilih ini, lebih
kurang dua minggu, menjalani workshop
Sebagaimana biasa, setiap pameran bersama Hanafi sekaligus mempersiapkan
perupa berpengalaman di Galerikertas pameran bersama mereka. Heru Joni Putra
hanyalah titik-mula dari rangkaian agenda mengatakan bahwa situasi pandemi ini turut
berikutnya, yaitu pameran perupa muda mempengaruhi jumlah peserta yang dipilih.
pilihan dari perupa berpengalaman terse- “Pertimbangan utamanya adalah soal
but, dengan mengedepankan aspek pelaksanaan workshop. Biasanya Galeriker-
“belajar pameran”. tas membebaskan kepada perupa berpen-
galaman untuk memilih berapa saja perupa
Dalam pameran Hanafi sebelumnya, yang mereka inginkan. Namun, kali ini,
selama dua hari dibuka kesempatan bagi Galerikertas membatasi 3 perupa saja, agar
perupa muda di Jabodetabek untuk mem- ketika workshop dan seterusnya lebih
bawa karya amereka ke Galerikertas, dipres- mudah untuk mengatur jaga jarak dan
entasikan ke Hanafi, dan kemudian Hanafi protokol kesehatan lainnya,” ujar Heru.
memilih beberapa nama yang akan diberi
workshop. Di Galerikertas, perupa muda terse-
but tidak hanya belajar membuat karya
Selama dua hari, lebih kurang dihad- tetapi juga belajar pameran. Sebagai
iri oleh 15 perupa muda dari Jabodetabek perupa berpengalaman, Hanafi tidak hanya
dan Bandung. Akhirnya Hanafi memilih tiga memberikan workshop tentang penciptaan
perupa muda, yaitu Vicky Saputra (Jakarta), karya, tetapi juga bagaimana menakhlukkan
Qiyam Krisna Aji (Jakarta) dan, Yudha ruangan pameran. Mengenai persiapan
Optiffiny (Bekasi). Hanafi memilih tiga pameran perupa ini, Hanafi mengatakan
perupa ini dengan melihat potensi yang bisa bahwa, “Salah satu hal yang mesti diantisi-
dikembangkan dari setiap karya yang pasi dalam memberi workshop semacam ini
mereka presentasikan. adalah bagaimana agar saya benar-benar
bisa memantik mereka untuk mengem-
Kurator Galerikertas, Heru Joni Putra bangkan potensi masing-masing. Selalu ada
menjelaskan bahwa, ”Yudha mencoba resiko bahwa perupa yang lebih tua menco-
mengeksplorasi khazanah batik tapi dengan ba menumpangkan ambisinya melalui karya
perupa yang lebih muda dan saya selalu
berusaha untuk tidak melakukan itu,” ujar
Hanafi.

Yuda Optiffiny
Okta Putra

Yuda Optiffiny Okta Putra lahir di Jakarta,
20 Oktober 1997.
Ketertarikannya pada seni rupa sudah
mulai sejak kanak-kanak. Sewaktu kelas 5
SD, ia merasa tidak percaya ketika
gambar yang dibuat dalam suatu lomba
mendapat peringkat kedua.
Di kemudian hari, ia memaknai momen
itu sebagai panggilan untuk mempelajari
seni rupa lebih serius. Semangatnya
semakin kuat, saat kelas 2 SMA, mendi-
ang kakak kandungnya menjadi maha-
siswa seni lukis di IKJ.
Ia kemudian juga melanjutkan pendidikan
ke STSRD Yogyakarta dan Desain Komu-
nikasi Visual VISI Yogyakarta, meski
akhirnya ia memilih tidak menamatkann-
ya. Ia sangat tertarik dengan seni tradisi,
khususnya batik. Baginya, seni tradisi
selalu mempunyai nilai transenden yang
luhur dan memiliki bentuk-bentukan artis-
tic yang unik.
Dari seni tradisi itu ia mendapatkan
momentum untuk memaknai hubungan
manusia dengan manusia dan manusia
dengan Tuhan. Kini Yuda aktif di Proyek
Seni 3 Hari dan Majelis Dzikir Mardhotil-
lah Tawasul.

“Selayang Pandang Merespon Ruang”
Crayon on Paper, 2020

Detail

“Selayang Pandang Merespon Ruang”
Crayon on Paper, 2020

Detail

“Selayang Pandang Merespon Ruang”
Crayon on Paper, 2020

“Selayang Pandang Merespon Ruang”
Crayon on Paper, 2020

“Tanpa Judul
Acrylic on Paper, 2020

Vicky
Saputra

Vicky Saputra lahir di Bandung 4 Agustus
1996. Ia merupakan lulusan Desain Komu-
nikasi Visual (DKV) Universitas Bunda
Mulia, Jakarta.
Sejak tahun 2016, ia telah mengikuti
beberapakali pameran bersama. Bebera-
pa pameran terakhirnya, UI Art X (Depok,
2019), Sadar Rasa Dasar (Jakarta, 2019),
XYZ (Bandung, 2018), dan KODE: Pamer-
an Perupa Muda Pilihan Farhan Siki
(Galerikertas, 2018).
Bagi Vicky, ‘bebas’ atau ‘merdeka’ dalam
berkarya menjadi pijakan awal untuk tidak
membatasi diri untuk membuat imaji liar,
walaupun ke-aku-an akan terus muncul;
tanpa dibuat buat; hadir dengan sendirin-
ya. Bebas bukan berarti tanpa muatan
atau sekedar saja. Justru apa yang diren-
canakan sejak awal bisa berarti bukan
ungkapan yang jujur, namun berusaha
mencapai logika logika yang sudah ada.
Vicky sangat tertarik dengan “tubuh”.
Potong-potongan tubuh bisa berarti diri
sendiri atau orang terdekat, atau bahkan
masyarakat. Dalam skala lebih sempit, diri
sendiri ialah orang terdekat bahkan mas-
yarakat.
Dalam skala besar, diri sendiri mencakup
seluruh aspek alam semesta. Distorsi
anatomi kehilangan sistem hukum tulang
dan realita, seperti pikiran. Ia tidak pada
tempatnya dan cacat, seperti sistem mas-
yarakat dan pemerintah. Ia fleksibel dan
relatif, seperti gravitasi, ruang dan waktu

“Pikiran dan Perjalanan”
watercolor on Paper, 2020

Detail

“Selalu Kosong”
watercolor on Paper, 2020

Detail

“Pikiran dan Perjalanan”
watercolor on Paper, 2020

“Dualisme”
watercolor on Paper, 2020

Detail

“Anak yang Hari ini Lahir”
watercolor on Paper, 2020

Qiyam
Krisna Aji

Qiyam Krisna Aji merupakan perupa dan
performance artist yang berdomisili di
Jakarta. Ia lahir di Jakarta, 5 Maret 1990.
Aji mengenal dunia seni melalui Ayahnya
sendiri, Ki Suhardi, yang juga seorang
seniman. Sejak tahun 2007, Aji aka Qiyam
fokus melakukan eksplorasi pada
multi-media art.
Pada tahun 2009, Aji memutuskan untuk
studi Seni Murni di Institut Seni Budaya
Indonesia (ISBI) Bandung, Jawa Barat, dan
kemudian melanjutkan studi Desain
Komunikasi Visual di Universitas Indra
Prasta (UNINDRA) Jakarta. Baginya, seni
mampu menjadi cara pembebasan atas
kedirian yang paling personal sekaligus
terapi dalam mengolah intuisi di dalam
keseharian.
Dunia anak-anak telah memberi inspirasi
kepada dirinya dalam mengolah seni
visual untuk spirit raw, experimental.
Selama berdomisili di Bandung, Aji
melakukan riset tentang dunia anak-anak
berbudaya urban, di Kampung Kreatif
Dago Pojok, kota Bandung, Jawa Barat.
Pada tahun 2015, Aji fokus di teknik visual
dan teknik garis dari latihan bersama
anak-anak di Kampung Kreatif Dago
Pojok hingga Ia memulai berpameran
tunggal di tempat tersebut, sebagai karya
kolaborasi bersama anak-anak serta
warga setempat berupa karya seni mural,
installation art untuk seni di ruang publik
(outdoor artspace movement).

“Kaleng Sarden”
Acrylic on Paper, 2020

Detail

“Kabut Hitam dan Kepala”
Acrylic on Paper, 2020

“Victims”
Acrylic on Paper, 2020

“Badai Pasti Berlalu”
Acrylic on Paper, 2020

Detail

“Raincoat Man”
Acrylic on Paper, 2020

“Social Distancing”
Acrylic on Paper, 2020

Detail

“Laa Haola Walaa Kuwwata Illa Billah”
Acrylic on Paper, 2020

Detail

Galerikertas Studiohanafi

0,1#$)2#$+,3

G]07a"#le-$"r#i+k0e3)r6t"#a%s=0$0&) #%0&() ",%$03-) 3"$07-(%3) =#.6.3-) 50&()

,-3",-0$0&) *+%,-.80&0@-) %&+%$) 3"&-60&) 6%,0) ,-) /&,.&"3-0) 50&()
suG09ena"7btl#u4eak$rg)i0k0ase+i#ermt05naie%0msd)ma6)iun0"em=&rmu,0p(mu=(ad%a%katae&n&rdiar0i)ul,$$Iaan0"ntd6ag&ou%ne)ae$d&ps"uaia#k(pa$+uys-0nia&sn3keg04ekm&)a9bluie0)gn=ru-kg$"sak&)rpi$ynra"?ao#n-mm=+po+e0esn0n3igc0y)ig3ap&nu"tagn9)a7a0dnk0(ai0sl-ane&-ind)k6n&iaey"kra,5ta-a.0%ns;,S6bt:u4ad)ik6io0hk+eanr"t#aafs-i
)
Sbk%*eee"mcb&?aeu0rr+ad#ai%p0aban)e$9rbsk)"eae9#nlra"p$im#ak0$maa70nme0#ri)ma5a$n0uk0dad)6na,i0-g)m&ya0aleen)$nr$g0igk"&uej6unrt%g)daa6sa,.n"-bD0&ge&ar(slka%e)amn9ri&ym"ap#,ar0=odn&se0ebn6s(eg)"rba#p3ne0e"rn&k&kager-)ary6t,laaa-0s)mi&t(uua0,nn)7kt9"uua"#knm#-tu$im=ka""ek#&blaa+enk(0ru0kmk3a7ae;r0ny)na6<gp00ade&j7aann0k-)6)
g=a#m.3a"ta3n)d9a"n#$d0ia#lo5g0i)n-te+n%sif4b)e$r0sa6m-)a0s$e0ni&ma)6n"b&er(p0e'n0g$a)l9am"9a"n#t0e=rse0b)3ut"s&ec-a6r0a&lan)g6s%un,g0.)
Pjb,5a0aed0d&ri&pkaae)(ngn),igg-l'i%0raaal7lane(m.nr0(iyk))aaen9-,rt&"lkaa#aslu+r$sy"d0ea&bi#psa5ea3gmn0-ai@)mei,rr"auk)&naann9m(g"p0u#ae&dd3da)a0u$k6tbea"u0rs#sl)ia.e+nb30bu"3et&)rai%k-k6uat&n0n&yd+aib)%. Sa9ih$r"ka)u#s6l=ad"s"a7i&ns0e$d(p0%iek7urt$0ria0i6ns&i0ilao&)hle=)yha"+ns&eg"n(#m0im36e"a0n9n-+%0+&))
3"?0#0) 70&(3%&(;) E0,0) (-7-#0&&504) $0#50) 3"&-60&) 6%,0) +"#3"9%+)
0$0&) ,-90803) ,0&) ,-$%#03-) .7"8) 3"&-60&) 9"#="&(07060&) 707%)
,-=06"#$0&) =0,0) 9%70&) 9"#-$%+&50;) *-#$%703-) 3"="#+-) -&-708) 50&()
6"&'0,-$0&)(07"#-$"#+03)3"90(0-)#%0&()",%$03-;

Selanjutnya, untuk menjalankan fungsi sebagai ruang promosi, dialog antar seniman di galerik-
ertas diperdalam dalam bentuk penciptaan karya yang kemudian dilakukan oleh seniman muda

*ibt"ue7rspe0enn&dgira'i%.laKma+aryn&at-e5kras0eryb4au)mt%dearne&kkae+,mp%uadd$iaa)ng6idlir"ipa&nanmy'0ear,7kaa0kna&dnid$giad0lies&rkiuk)sei@krtaans%dpaa&ndad(wik3au-kra)tus3ib"oe9lerih0ku(ste0nny-iam).#an%0&()=
0D&en+ga0n#b)eg3it"u&, ga-l6er0ik&erta)s,s-e)b(e0na7rn"y#a-s$ed"a#n+g 0be3ru)sa,-h=a "m#e,n0ca7ri0ja6la)n,y0an7g0t6ak)te9r"la&lu k+us%ut$) ="&?
$$ksd00eeahtr##eiinrj55algibl00agana))ta5ut6nam0m"su&#epmna"i(km$y)ba$a0nen"g4ra6b)dsee%a=rlapd0me,i-n,da00gui&an)alia(wmm)-i,l7eaa-myn7-a#p0hd0oa$ysn&ai%sniskge&a$nsnia0m5rnu&0agana4nt)gm).b7eeu0"drd$tu8ao0kl)ada3&ksai"lbad)&emal,an-k-s,raa6-unt3au0gn$.&rguM%ap)anr6ko3gam%-,d$doia,si00ligo&ta)ge-lrel+m)arilk,u%ee0njraj&ta)aud3sh,)i",&-$,%-#-#;0)
3bs"ead&gaian-ng6bd0ea&rrki ep)mr9obs"ae#nsg=ms"ee&cmarp(ar0od7mua0oas6irka0ahn&. b)e+rb"ag#a3i "g9ag%as+an),a0ta&u )pe$r"co6b%aan,-0pe&nc)ip,t-a=an06ya"n#g$0&),-)
$"#+03)=0,0)10$+%)9"#-$%+&50;
)
<"&(0&)9"(-+%4)(07"#-$"#+03)3"9"&0#&50)3",0&()9"#%3080)6"&?
50&()+0$)+"#707%)$%3%+),0#-)'070&)%6%6)50&()3"7060)-&-)6"6
#%0&()",%$03-),0&)#%0&()=#.6.3-)+"#707%)'0%8)3"8-&((0)+06=0$
,-),%0)1-70508)50&()30&(0+)9"#+.70$)9"70$0&(;)C0$04),-)(07"#-$"
$"+"#7-90+0&) 3"&-60&) 9"#="&(07060&) ,0&) 3"&-60&) 6%,0) ,070
#%0&() ,-07.() 6"&'0,-) 90(-0&) ,0#-) =#.3"3) 6"6=#.6.3-$0&) 9"#90(0-)
(0(030&)0+0%)="#?.900&)="&?-=+00&)50&()3",0&()9"#$"690&()3
,%0)0#08;

Studiohanafi

Studiohanafi berdiri pada tahun 1999, sebagai komunitas nirlaba-non profit.
Awalnya Studiohanafi merupakan sebuah studio pribadi bagi Hanafi berk-
arya— terletak di bibir sungai Pesanggrahan, Parung Bingung- Depok, Jawa
Barat. Studiohanafi memulai langkah berkesenian dengan pertanyaan, dari
mana dan hendak kemana?
Studiohanafi semacam gerakan sosial untuk menumbuhkembangkan kesenian
melalui studi ekologi (mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkun-
gannya) dengan pendekatan kultural.
Visi misi studiohanafi adalah berjalan bersama dalam kesenian dan ihtiar
melakukan regenerasi lewat kesenian dan kebudayaan. Dengan memakai pola
residensi, diskusi, pendekatan masalah untuk konsep, festival kesenian, dan
workshop.

Datangnya reformasi sebagai koreksi terhadap Orde Baru, gaungnya seperti suara yang meng-
hormati kebebasan manusia dan sebagai modal utama untuk dapat bergerak maju secara
terbuka. Studiohanafi makin ramai dengan datangnya berbagai kelompok lintas disiplin.
Studiohanafi lebih terasa “sebagai “dapur kreatif” tempat segala ramuan diolah-matangkan,
siap disajikan di panggung-panggung, galeri-galeri, lembaga-lembaga kesenian dan komuni-
tas. Tahun 2005, studiohanafi membuka perpustakaan dan tempat belajar tari, teater, musik,
menulis dan melukis bagi anak-anak dan remaja. Sebuah komunitas anak-anak dan remaja,
berlatih setiap akhir pekan pada sabtu dan minggu.
Studiohanafi, masih berjalan, semoga melebar dan jauh, dalam keterbatasan banyak hal. Akh-
irnya, mudah-mudahan dapur kreatif studiohanafi mampu menjalankan fungsinya sebagai
penghormatan terhadap kebebasan berkarya. Kebebasan bukanlah hadiah dari pemerintah,
bukan jua pemberian yang harus diminta kepada Negara, tetapi merupakan hak yang melekat
dalam kodrat seseorang sebagai manusia, sebagai seniman. Serta bermanfaat terhadap siapa
saja yang peduli terhadap kesenian. Untuk informasi lebih lanjut tentang kerja studiohanafi, bisa
dilihat di www.studiohanafi.com

Staff Galerikertas Studiohanafi

Hanafi

Direktur studiohanafi

Milliya

Pimpinan produksi

Heru Joni Putra

) Kurator ( in House )

Adinda Luthvianti

Konsep Program

Hilda

Hunmas & Marketing

Dewi

Administrasi

Milliya

Pimpinan produksi

Heru Joni Putra

Ita) Kurator ( in House )

Konsumsi

AKFKoohnndssiueikpmnaPsdiroagraLm uthvianti

HAijlidsa

HDuonkmumasen&taMsi arketing

DAeliwi

ADdimsaiinnisGtrraasfiis

Fajar

Display

Sutrisno

Display

Tavitrianti

Display

Ichos

Display

Rinto

Display

Dedeng

Display

Agenda Galerikertas Studiohanafi

“QYV Prospectrum”
Untuk Pengunjung Umum
( Komunitas, Plajar dan Mahasiswa )
Sesi I Pukul, 12.00 - 13.00 Wib ( 4/9 orang )
Sesi II Pukul, 13.30 - 14.30 Wib ( 4/9 orang )
Sesi III Pukul, 15.00 - 16.00 Wib ( 4/9 orang )
Daftarkan Diri Melalui
bit.ly/QYVprospectrum
Kunjungan Jurnalis
Kunjungan atau wawancara dapat dilakukan pada
tanggal 17 Agustus, 24 Agustus, 31 Agustus 2020
Daftarkan diri Melalui
bit.ly/Kunjunganjurnalis

Pameran Irawan Kaseno
7 September - 5 Oktober 2020
Presentasi Perupa Muda Kepada
Irawan Kaseno
13 September

Galerikertas Studiohanafi
Mengucapkan Terima Kasih Kepada:

Depok Broadcaster
Komunitas Akarpohon Mataram

Repliks Graffiti
Rayya Graff
WILDWALL
Milliya

Heru Joni Putra
Adinda Luthvianti

Hilda
Dewi
Fika
Dedeng
Suyatno
Gigin Ginanjar
Fajar
Budi Kurniawan
Ajis

Ali
Sutrisno
Tavitrianti

Rinto
Ichos
Alin

Seluruh pihak yang membantu dalam pameran, “QYV Prospectrum”

Media Partner


Click to View FlipBook Version