ORGANISASI
MASA
PENDUDUKAN
JEPANG DI
INDONESIA
Disusun oleh:
CANTIKA PAJRIN
Organisasi Sosial
Kemasyarakatan
1. Gerakan 3 A
Latar Belakang Pembentukan Gerakan 3A
3A adalah propaganda Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia II yaitu "Nippon Pemimpin Asia", "Nippon
Pelindung Asia" dan "Nippon Cahaya Asia".
Gerakan Tiga A didirikan pada tanggal 29 April 1942 Gerakan ini adalah organisasi sosial bentukan Jepang bergerak
dalam bidang pendidikan untuk para pemuda berusia 14-18 tahun.Dengan sistem pendidikan ala Jepang serta
belajar kilat dimana pada bagi hari mereka berolahraga, di dapur, mengurus kebun dan menyapu dan pada siang
hari berlatih silat Jepang serta belajar bahasa Jepang. Namun karena gerakan ini lebih menonjolkan Jepang, gerakan
ini kurang diminati.
Poster gerakan 3A
Tujuan Gerakan 3A
Gerakan 3A dibentuk Jepang dimaksudkan untuk:
-menarik simpati rakyat Indonesia.
-memberi jaminan keamanan bagi rakyat Indonesia.
-menyakinkan bangsa Indonesia bahwa Jepang negara terkuat di Asia.
-member peluang bagi pemimpin Indonesia dalam pemerintahan.
-menarik simpati para pemimpin pergerakan nasional Indonesia.
Tokoh Gerakan 3A 4. Moh. Hatta
Moh. Hatta juga merupakan tokoh atau
1. HITOSHI SHIMZU anggota dari Gerakan 3A. Jepang
Hitoshi Shimizu merupan pelopor dalam pembentukan Gerakan mendekati Moh.
Tiga A. Dia adalah seorang yang ahli dalam hal propaganda pada Hatta karena melihat sosok beliau yang
tahun 30an. cerdas dan ahli dalam bidang ekonomi.
Kemudian Hitoshi Shimizuia ialah menjadi salah satu pimpinan dari Moh. Hatta digunakan oleh Jepang untuk
salah satu cabang Sendebu, yang mana merupakan sebuah menyukseskan Gerakan Tiga A.
cabang dari departemen progaganda Jepang di Pulau Jawa.
5. Ki Hajar Dewantoro
2. Mr. R.Syamsuddin Ki Hajar Dewantoro juga merupakan
Mr. R. Syamsuddin merupakan seorang tokoh nasionalis Indonesia tokoh atau anggota dari Gerakan TigaA .
yang tergabung didalam Gerakan 3A. Beliau yang dikenal dengan sebutan
Perannya dalam Gerakan 3A sangat penting, yaitu ketua atau bapak pendidikan Indonesia.
pemimpin Gerakan Tiga A.
Pada tanggal 12 Mei 1942 dalam menjalankan tugasnya, kemudian 6. H. Mas Mansyur
ia membentuk surat kabar Asia Raya. H. Mas Mansyur adalah tokoh yang
terakhir di dalam gerakan 3 ini. Peran nya
3. Ir. Soekarno dalam Sarikat Islam menarik minat
Ir. Soekarno Juga merupakan salah satu anggota Gerakan Tiga A. Jepang untuk bergabung dalam
Beliau merupakan salah seorang tokoh yang sanagat organisasi tersebut.
diperhitungkan peranan nya di masa itu.
Sebab beliau memiliki karismatik dalam berpidato, nah dengan
keahliannya tersebutlah sehingga keahliannya sangat diperlukan
oleh tentara Jepang agar dapat memberikan sebuah bantuak
untuk mengatur maslah rakyar indonesia apabila sewaktu-waktu
tentara jepang membutuhkan bantuan.
Kemunduran Gerakan 3A
Pada September 1942, Gerakan 3A dibubarkan karena terjadi perpecahan internal di antara penguasa
Jepang. Selain itu, Gerakan 3A dinilai kurang populer karena dipimpin oleh Mr. Syamsudin, seorang tokoh
nasionalis yang disebut kurang dikenal masyarakat Indonesia.
FOTO TOKOH GERAKAN 3A
2. Putera
Latar Belakang Putera
Pusat Tenaga Rakyat (disingkat Putera) adalah organisasi yang dibentuk pemerintah Jepang di
Indonesia pada 16 April 1943.
Strukturnya organisasi Putera dimulai dari pimpinan pusat sampai pimpinan daerah yang dibagi
sesuai dengan tingkatnya, yaitu syu, ken, dan gun. Putera juga mempunyai beberapa orang
penasihat yang berasal dari orang-orang Jepang. Mereka adalah S. Miyoshi, G Taniguci, Iciro
Yamasaki, dan Akiyama. Gerakan ini tidak dibiayai pemerintah Jepang. Walaupun demikian, para
pemimpin bangsa diperbolehkan untuk menggunakan fasilitas Jepang seperti koran dan radio.
Tujuan Putera
Tujuan Putera adalah untuk membujuk kaum Nasionalis dan kaum Intelektual untuk
mengabdikan pikiran dan tenaganya untuk kepentingan perang melawan sekutu, dan
diharapkan dengan adanya pemimpin orang Indonesia, maka rakyat akan mendukung
penuh kegiatan ini.
Dalam tempo singkat Putera dapat berkembang sampai ke daerah dengan anggotanya
merupakan kumpulan organisasi profesi seperti Persatuan Guru Indonesia,
Perkumpulan Pegawai Pos, Radio,Telegraf, Perkumpulan Istri Indonesia, Barisan
Banteng, Badan Perantara Pelajar Indonesia, dan Ikatan Sport Indonesia.
Selain itu, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi rakyat guna membantu
Jepang dalam perang. Selain tugas propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki
bidang sosial ekonomi. Dengan cara ini, para pemimpin dapat berkomunikasi secara
leluasa kepada rakyat. Pada akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil mempersiapkan
mental masyarakat untuk menyambut kemerdekaan dua tahun kemudian. Banyak
unsur masyarakat yang mendukung bergabung. Di antaranya Persatuan Guru
Indonesia, Perkumpulan Pegawai Pos Menengah, Pegawai Pos Telegraf Telepon dan
Radio, serta Pengurus Besar Istri Indonesia di bawah pimpinan Maria Ulfah Santoso.
Tokoh organisasi Putera
Putera dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, M. Hatta, Ki
Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansyur.
Kemunduran Putera
Seiring berjalannya waktu, Jepang akhirnya menyadari bahwa Putera
lebih banyak menguntungkan bagi pergerakan nasional daripada untuk
kepentingan Jepang sendiri.
Maka pada tahun 1944, Jepang resmi membubarkan organisasi Putera
ini.
3. Fujinkai
婦 人 会Fujinkai ( ) adalah salah satu
organisasi perkumpulan perempuan
bentukan Jepang pada saat menjajah
Indonesia. Organisasi ini dibentuk bulan
Agustus 1943. Fujinkai didirikan atas dasar
perkumpulan perempuan militan yang
berada di Jepang dengan nama
Dai Nippon Fujinkai. Para anggota Fujinkai di
negara asalnya berjumlah 15 juta jiwa
dengan rata-rata usia 20 tahun ke atas.
Perkumpulan ini memiliki tugas menjaga
pertahanan peperangan garis belakang,
seperti mendukung majunya perekonomian
dan pengadaan berbagai peralatan perang.
Di Indonesia, Fujinkai mulai didirikan dari tingkat pusat sampai dengan tingkat paling bawah.
Nama kelembagaannya disesuaikan dengan tingkat dan tempat kedudukannya, seperti
penamaan Ken untuk kekuasaan tingkat kabupaten dan Si untuk tingkat kota. Para pemimpin
perkumpulan adalah istri-istri kenko atau disebut juga bupati. Karena diprakarsai oleh para istri
pegawai daerah dan diketuai oleh istri kepala daerah, organisasi ini mirip dengan Dharma
Wanita (organisasi istri para pejabat sipil). Mengikuti organisasi ini adalah keharusan untuk
para pamong praja baik di tingkat atas sampai tingkat kecamatan. Setiap anggota wajib
menggerakkan tenaga para kaum perempuan. Anggota yang bisa berpartisipasi dalam
organisasi ini adalah anak gadis yang berumur 15 tahun ke atas. Kegiatan utama yang
dilakukan adalah melakukan pelatihan pertolongan pertama atau penanganan kesehatan
untuk pejuang yang terluka dalam peperangan, membantu urusan logistik untuk mendukung
tentara Jepang dan digerakan dalam bidang domestik seperti menanam berbagai sayuran dan
membuat baju dari bahan karung goni untuk dipakai para pekerja romusha. Hal ini terjadi
karena di Indonesia belum memiliki industri peralatan perang, sehingga dalam perjalannanya
Fujinkai hanya dilatih pendidikan militer sederhana. Pada tahun 1944 perkumpulan wanita ini
berubah nama menjadi pasukan Srikandi.
Tujuan Fujinkai
Dalam pertempuran, Fujinkai
bertugas melakukan
mobilisasi tenaga perempuan
untuk mendukung tentara
Jepang dalam Perang Pasifik.
Tugas lainnya adalah
menjadi tim paramedis,
memasak, serta memberikan
hiburan pada tentara Jepang
dan PETA.
Sifat dari Fujinkai ialah
diharuskan, terutama di-
kalangan istri pamongpraja,
berbeda dengan
keanggotaan organisasi
wanita sebelumnya yang
bersifat sukarela.
Sedangkan struktur Fujinkai
disesuaikan dengan struktur
pemerintahan.
Tokoh Fujinkai
Anggota yang
bisa
berpartisipasi
dalam
organisasi ini
adalah anak
gadis yang
berumur 15
tahun ke atas.
Kemunduran Fujinkai
Pada masa kemerdekaan,
Fujinkai dibubarkan
setelah proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus
1945 dan melalui kongres
pada 16 Desember 1945.
Mantan anggota Fujinkai
kemudian bergabung
menjadi Persatuan Wanita
Indonesia (Perwari).
Dengan membubarkan
Fujinkai, kemudian kaum
perempuan membentuk
barisan-barisan untuk
mendukung perjuangan
dalam mempertahankan
kemerdekaan.
4.Jawa Hokokai
LATAR BELAKANG
奉公会Himpunan Kebaktian Rakjat ( Hōkōkai) merupakan perkumpulan yang dibentuk oleh
Jepang pada 8 Januari 1944 sebagai pengganti Pusat Tenaga Rakyat. Hokokai awalnya dibentuk
di Jawa oleh Panglima Tentara Keenambelas, Jendral Kumakici Harada. Hal ini dilakukan karena
Jepang sadar bahwa Poetera lebih bermanfaat bagi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia
dibandingkan membela kepentingan Jepang untuk berperang melawan sekutu.
Berbeda dengan Poetera yang telah didirikan sebelumnya, Hokokai tidak memasukkan unsur
pejabat Jepang di dalam organisasinya. Hokokai menghimpun semua pimpinan dari setiap
golongan masyarakat baik pribumi maupun kelompok etnis lain seperti Tionghoa, India, dan
Arab.
Jawa Hokokai berasal dari Hoko Seishin (semangat kebangkitan). Kebangkitan yang dimaksud
memiliki tiga dasar, yaitu mengorbankan diri, memperkuat persaudaraan, dan melakukan seluruh
tugas yang dibebankan oleh Jepang. Tiga hal ini sangat dituntut oleh Jepang karena sudah terdesak
dalam peperangan. Adapun tiga kegiatan yang dilakukan oleh Jawa Hokokai adalah sebagai berikut:
-Melakukan sesuatu dengan ikhlas dan sekuat tenaga untuk mewujudkan kepentingan Jepang.
-Memimpin rakyat untuk menyumbangkan seluruh tenaga berdasarkan rasa persaudaraan antar
sesama bangsa.
-Memperkokoh pembelaan tanah air.
Selain itu, Jawa Hokokai juga merupakan organisasi pusat dengan unit kegiatan di bidang
pembelajaran atau keguruan, organisasi budaya, dan perusahaan. Organisasi ini juga diberi tugas
untuk memobilisasi masa dalam rangka mengumpulkan padi, permata, besi tua, dan menanam
jarak untuk diserahkan ke Jepang.[3] Pengendalian politik yang dilakukan oleh Jawa Hokokai harus
atas sepengetahuan Jepang dan khusus untuk kepentingan Jepang pula.
TUJUAN HOKOKAI Panglima Tentara ke-16
Jepang, Jenderal Kumaikici
Tujuan pendirian organisasi ini adalah Harada membentuk Jawa
untuk penghimpunan tenaga rakyat, baik Hokokai
secara lahir ataupun batin sesuai dengan
hokosishin (semangat kebaktian). Adapun
yang termasuk semangat kebaktian itu di
antaranya mengorbankan diri,
mempertebal persaudaraan, dan
melaksanakan sesuatu dengan bukti.
Tujuan Jepang dalam membentuk organisasi ini adalah untuk
mengerahkan rakyat dalam mengumpulkan kebutuhan perang.
Organisasi ini memobilisasi rakyat untuk mengumpulkan padi,
permata, besi tua, pajak dan menanam tanaman jarak
TOKOH
Susunan dan kepemimpinan organisasi
Jawa Hokokai berbeda dengan Putera.
Jawa Hokokai benar-benar organisasi
resmi pemerintah. Oleh karena itu,
pimpinan pusat
Jawa Hokokai sampai pimpinan
daerahnya langsung dipegang oleh orang
Jepang.
Pimpinan pusat dipegang oleh
Gunseikan, sedangkan penasihatnya
adalah Ir. Sukarno
dan Hasyim Asy’ari. Di tingkat daerah
(syu/shu) dipimpin oleh
Syucokan/Shucokan dan
seterusnya sampai daerah ku (desa) oleh
Kuco (kepala desa/lurah), bahkan sampai
gumi
KEMUNDURAN
Pada bulan Juli 1945, pemerintahan Jepangmelakukan penyatuan
dalamorganisasi kepemudaan seperti organisasi Masyumi dan Jawa
Hakokai, namun upaya penyatuan ini gagal karena para pemimpin
dari organisasimenuntut adanya nasionalisme, yang pada akhirnya
menimbulkan percekcokan. Untuk kedua kalinya upaya penyatuan
berhasil,JawaHakokai dibubarkan dan bersatu dengan gerakan
baru yang lain.
Dengan demikian JawaHakokai dibubarkan pada 1945 dengan
alasan tidak dapat berkembang sesuai keinginan Jepang dan
dibubarkan untuk bergabung dengan organisasi pergerakan baru
lainnya.
Latar belakang
Majelis Islam a'la Indonesia atau MIAI adalah badan federasi bagi ormas Islam yang
dibentuk dari hasil pertemuan 18-21 September 1937.
MIAI mengoordinasikan berbagai kegiatan dan menyatukan umat Islam di Indonesia
dalam menghadapi politik Belanda seperti menolak undang-undang perkawinan dan
wajib militer bagi umat Islam. KH Hasyim Asy'ari menjadi ketua badan legislatif
dengan 13 organisasi tergabung dalam MIAI.MIAI dapat berkembang menjadi
organisasi besar yang mendapat simpati dari seluruh umat islam Indonesia sehingga
Tujuan & tugas
Jepang mulai mengawasi kegiatannya.
Pada tanggal 4 September 1942 MIAI diizinkan
aktif kembali. Dengan demikian, MIAI
diharapkan segera dapat digerakkan
MIAI bertujuan agar ormas-ormas
sehingga umat Islam di Indonesia dapat
Islam yang bernaung di bawahnya
dimobilisasi untuk keperluan perang.
bisa memobilisasi umat untuk
Dengan diaktifkannya kembali MIAI, maka
keperluan perang. Jepang pun
MIAI
mengaktifkan kembali MIAI pada 4
menjadi organisasi pergerakan yang cukup
September 1942. Markasnya di
penting di zaman pendudukan Jepang. MIAI
Surabaya dipindah ke Jakarta
menjadi tempat bersilaturakhim, menjadi
Adapun tugas MIAI saat itu yakni:
wadah tempat berdialog, dan
-Menempatkan umat Islam pada
bermusyawarah
kedudukan yang layak dalam masyarakat
untuk membahas berbagai hal yang
Indonesia.
menyangkut kehidupan umat.
-Mengharmoniskan Islam dengan
tuntutan perkembangan zaman.
-Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia
Timur Raya.
5. MIAI
(Majelis Islam Ala Indonesia)
November 1943 MIAI dibubarkan. Sebagai penggantinya, Jepang membentuk
Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Harapan dari pembentukan majelis ini
adalah agar Jepang dapat mengumpulkan dana dan dapat menggerakkan umat Islam
untuk menopang kegiatan perang Asia Timur Raya. Ketua Masyumi ini adalah Hasyim
Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Orang yang
diangkat menjadi penasihat dalam organisasi ini adalah Ki Bagus
Hadikusumo dan Abdul Wahab.
ORGANISASI
SEMI MILITER
1. Seinendan
青年団Seinendan ( ) adalah
sebuah organisasi barisan
pemuda yang dibentuk pada
tanggal 9 Maret 1943 oleh
tentara Jepang di Indonesia.
Organisasi ini bercorak militer
dan semi militer. Organisasi ini
di bawah kepemimpinan
Gunseikan. Persyaratan untuk
menjadi anggota Seinendan
tidak begitu sulit, seluma
anggotanya tercatat sebanyak
35.500 orang pemuda dari
seluruh jawa. Jumlah ini
berkembang menjadi kira-kira
500.000 orang pemuda pada
akhir masa pendudukan
Jepang.
Tokoh-tokoh Indonesia
yang pernah menjadi
anggota Seinendan
antara lain:
Sukarni
Latief Hendraningrat
KEMUNDURAN
Seinendan akhirnya dibubarkan pada tahun 1943. Dengan demikian, Seinendan
dibubarkan karena organisasi Seinendan lebih berpihak kepada Indonesia. Pada
tahun 1943, Seinendan dibubarkan.
Tujuan
Tujuan dari organisasi seinendan ini adalah untuk mendidik dan
melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah
airnya dengan kekuatan sendiri. Akan tetapi, maksud yang
sebenarnya ialah untuk mempersiapkan pemuda Indonesia
untuk membantu militer Jepang untuk menghadapi pasukan
Sekutu.
2. Keiboudan
警 防 団Keiboudan ( Unit Pertahanan Sipil) adalah
organisasi bentukan Jepang yang juga disebut
Barisan Pembantu Polisi atau Laskar Penjaga
Keamanan rakyat. Keiboudan dibentuk bersama
dengan Seinendan yang dipimpin oleh Gunseikan
Keibodan dibentuk pada tanggal 29 April 1943.
Anggota yang dapat diterima organisasi
semimiliter ini hanyalah laki-laki dengan tubuh
yang sehat dan telah mencapai usia tertentu.
Mulanya, Jepang merekrut pemuda berusia 20-
35 tahun untuk bergabung dalam organisasi ini.
Namun, seiring berjalannya waktu diubah
menjadi pemuda berusia 25-35 tahun.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
diterima dalam Keibodan adalah memiliki
badan yang sehat serta berperilaku baik
Tujuan pembentukan Keiboudan
adalah untuk membantu polisi Jepang
pada masa penjajahan Jepang di
Indonesia. Selain itu, motif yang
diusung adalah memberikan pelatihan
semi militer kepada para pemuda
Indonesia untuk membela tanah air
dari gangguan musuh. Tapi, di balik itu
semua terselip niat Jepang untuk
memiliki cadangan pasukan saat
perang melawan sekutu.
Keibodan berkembang besar di Jawa hingga ke pelosok-
pelosok desa. Sementara di pulau-pulau lain terdapat
organisasi serupa dengan nama berbeda.
Misalnya di Sumatera dan di daerah yang dikuasai
Angkatan Laut, ada organisasi serupa namanya Bogodan.
Sementara di Kalimantan namanya Borneo Konan
Hokokudan. Adapun di kalangan keturunan Tionghoa,
namanya Kakyo Keibotai
TOKOH
KEIBOUDAN
Seperti organisasi semi
militer lainnya, Keibodan
juga memiliki susunan
organisasi yang rapi,
terdiri dari Dantyoo
(Ketua), Hukudantyoo
(Ketua Muda), dan
beberapa orang Hantyoo
(Kepala Bagian). Pembina
Keibodan adalah
Departemen Kepolisia
KEMUNDURAN
KEIBOUDAN
Keiboudan dibubarkan
karena dalam diri para anggoata
Keibodan tumbuh rasa nasionalis,
sehingga mereka berani merebut
kemerdekaan
3. Barisan Pelopor
Barisan Pelopor atau BAPOR, pada awalnya adalah kesatuan militer
sipil yang dibentuk oleh Jepang pada masa pendudukan Jepang di
Indonesia periode tahun 1942-an. Jepang pada saat itu menghadapi
ancaman sekutu yang ingin merebut tanah penjajahan di Asia, yang
salah satunya adalah Hindia Belanda (Indonesia).
Pada pertengahan tahun 1944, diadakan
rapat Chuo-Sangi-In (Dewan
Pertimbangan Pusat). Salah satu keputusan
rapat tersebut adalahmerumuskan cara
untukmenumbuhkan keinsyafan dan
kesadaran yangmendalamdi kalangan rakyat
untukmemenuhi kewajiban dan membangun
persaudaraan untuk seluruh rakyat dalam
rangkamempertahankan tanah airnya dari
seranganmusuh. Sebagaiwujud konkret dari
kesimpulan rapat itumaka pada tanggal1
November1944,Jepangmembentuk
organisasi baru yang didinamakan "Barisan Pelopor"
Setelah kemerdekaan, organisasi ini dikenal dengan nama Barisan Banteng.
Barisan ini dikerahkan untuk mendengarkan pidato dari pemimpin-pemimpin
nasionalis. Selain itu, mereka dilatih untuk menggerakan masa yang banyak,
memperkuat pertahanan militer dan melakukan kegiatan untuk kesejahteraan
rakyat. Melalui Barisan Pelopor, golongan muda terpelajar berusaha
mengorbankan semangat rakyat dalam membela tanah air dan meningkatkan
rasa persaudaraan untuk menguatkan perlawanan.
Tujuan
Suroso
Tujuan organisasi ini adalah untuk mengembangkan
minat masyarakat dalam membantu Jepang melawan Tokoh
sekutu.
Otto Iskandar Sudiro
Dinata
Ir. Soekarno Dr. Moewardi
Dr. Boentaran
Martoatmodjo
Kemunduran
Barisan pelopor (syuisyintai) dibubarkan oleh jepang dengan maksud untuk
menumpulkan semua tenaga masyarakat yang tergabung didalamnya untuk
membantu jepang
4. Hizbullah
Laskar Hizbullah (Tentara Allah) didirikan menjelang akhir
pemerintahan Jepang, tepatnya 8 Desember 1944. Laskar ini terdiri
dari para pemuda Islam dan kaum santri dari seluruh daerah di
Indonesia. Awal mula didirikannya Laskar Hizbullah adalah untuk
menjadi kekuatan cadangan dari pasukan PETA (Pembela Tanah Air).
Sebab kala itu, Jepang, yang telah memberi restu pada tokoh-tokoh
Muslim untuk membentuk kekuatan militer, sedang terdesak akibat
berkonfrontasi dengan sekutu.
Pembentukan hizbullah dilatarbelakangi oleh keinginan yang
berbeda antara pemerintah jepang dan masyumi. Hal ini
dimaksudkan oleh pasukan pendudukan Jepang untuk
mengambil hati rakyat Indonesia pada umumnya dan umat
Islam pada khususnya, terutama bertujuan untuk membantu
Jepang dalam perang Pasifik.
Tugas Pokok Hizbullah 1). Sebagai tentara cadangan
anta lain: dengan tugas:
a) melatih diri jasmani
2). Sebagai pemuda Islam, maupun rohani dengan
dengan tugas:
segiat-giat nya,
a) menyiarkan agama Islam,
b) membantu tentara Dai
b) memimpin umat Islam gar Nippon
taat menjalankan agama, c) menjaga bahaya udara dan
dan
mengintai mata-mata
c) membela agama dan umat musuh,
Islam Indonesia.
d) menggiatkan dan
menguatkan usaha-usaha
untuk kepen tingan
perang.
Untuk mengoordinasikan program dan kegiatan Hizbullah, maka dibentuk
pengurus pusat Hizbullah. Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul Arifin, dan
wakilnya adalah Moh. Roem. Anggota pengurusnya antara lain, Prawoto Mangunsasmito,
Kiai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto. Setelah itu, dibuka pendaftaran untuk anggota
Hizbullah. Pada tahap pertama pendaftaran melalui Syumubu (kantor Agama). Setiap
keresidenan diminta mengirim 25 orang pemuda Islam, rata-rata mereka para pemuda
berusia 17-25 tahun. Berdasarkan usaha tersebut, terkumpul 500 orang pemuda. Para
anggota Hizbullah ini kemudian dilatih secara kemiliteran dan dipusatkan di Cibarusa,
Bogor, Jawa Barat. Pada tanggal 28 Februari 1945, latihan secara resmi dibuka oleh
pimpinan tentara Jepang. Pembukaan latihan ini dihadiri oleh pengurus Masyumi,
seperti K.H. Hasyim Asyari, K.H. Wahid Hasyim, dan Moh. Natsir. Dalam pidato
pembukaannya, pimpinan tentara Jepang menegaskan bahwa para pemuda Islam dilatih
agar menjadi kader dan pemimpin barisan Hizbullah. Tujuannya adalah agar para
pemuda dapat mengatasi kesukaran perang dengan hati tabah dan iman yang teguh. Para
pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta dan di bawah pengawasan perwira
Jepang, Kapten Yanagawa Moichiro (pemeluk Islam, yang kemudian menikah dengan
seorang putri dari Tasik).
OMRIGLIATNEIRSASI
1.HEIHO
兵補Heiho (tentara pembantu) adalah pasukan yang terdiri
dari bangsa Indonesia yang dibentuk oleh tentara pendudukan
Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia II.
pemuda-pemuda Indonesia yang
bergabung dengan Heiho tidak
pernah diberi pangkat atau
jabatan yang tinggi. Berbeda bagi
pemuda yang tergabung dalam
PETA atau Gyugun yang selalu ada
promosi kenaikan pangkat atau
jabatan. Diskriminasi ini berlanjut
ketika seluruh Heiho angkatan
darat atau angkatan laut harus
memberi hormat kepada warga
Jepang, baik itu sipil maupun
militer.
Syarat-syarat untuk menjadi tentara Heiho
antara lain:
1) umur 18-25 tahun
2) berbadan sehat
3) berkelakuan baik
4) berpendidikan minimal sekolah
dasar.
TUJUAN
Tujuan pembentukan Heiho adalah membantu tentara Jepang. Kegiatannya
antara lain, membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu
perang tentara Jepang di medan perang. Sebagai contoh, banyak anggota Heiho yang ikut
perang melawan tentara Amerika Serikat di Kalimantan, Irian, bahkan ada yang sampai
ke Birma.
TOKOH
Tokoh penting Heiho adalah kaisar Hirohito, Marsekal
T. Hisaichi dan Letnan Jenderal Inada Masazumi, dan
Letnan Yanagawa. Sedangkan tokoh Indonesia yang
pernah menjadi Heiho adalah Ahmad Yani, Untung,
Umar Wirahadikusumah, Daan Mogot, dll
KEMUNDURAN
Heiho dibubarkan oleh PPKI setelah Jepang menyerah pada
Belanda dan sebagian anggotanya dialihkan menjadi anggota
Badan Keamanan Rakyat (BKR). Salah satu alasan heiho
dibubarkan karena Jepang telah menyerah kepada sekutu.
Pembubaran ini dilakuan oleh PPKI.
2.PETA
Peta dibentuk atas usulan tokoh bernama Gatot Mangkoepradja yang mengirimkan surat kepada
Gunseikan (pemimpin militer tertinggi Jepang) di Jakarta. Isi surat tersebut adalah memohon
dibentuknya pasukan para pemuda lokal untuk membela tanah air dari serangan Pasukan Sekutu
dalam Perang Asia Timur Raya. Kemudian, pada tanggal 3 Oktober 1943, dibentuklah organisasi militer
bernama Peta. Pembentukan ini berdasar kepada Maklumat Osamu Seirei No.44 yang berisi
pengaturan terkait pembentukan organisasi militer bernama Peta.
Pelatihan Peta dilakukan di kompleks militer Bo-ei Giyugun Kanbu Resentai daerah Bogor (Jawa
Barat). Hasil dari bentukan Peta menghasilkan 66 Batalyon di Jawa, 3 Batalyon di Bali, dan
20.000 pasukan di Bogor.
Selain itu, Peta memiliki beberapa
keunggulan yaitu muda, kuat dan energik.
Hal ini senada dengan salah satu syarat
menjadi Peta adalah berumur muda dan
memiliki hubungan yang baik terhadap
atasan. Peta dididik untuk anti terhadap
Barat sebagai rasa nasionalisme.
Organisasi ini berbeda dengan Heiho yang
ikut berperang ke banyak daerah medan
pertempuran. Peta bertugas sebagai
pasukan pertahanan rakyat apabila sekutu
menyerang dalam Perang Asia Timur Raya.
Tentara Peta dibentuk
sebagai pasukan pertahanan
wilayah. Pemberontakan Peta
di Blitar terjadi pada 14
Februari 1945, dimotori oleh
seorang komandan peleton,
Supriyadi.
Pembubaran PETA dilaksanakan sehari setelah proklamasi
kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Presiden Soekarno
menyetujui dibubarkannya PETA karena ingin membuktika pada
dunia bahwa Indonesia merdeka di atas kaki sendiri.