The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Widya Pustaka SMP N 5 Melaya, 2022-04-21 19:43:53

AROK DEDES-Pramoedya Ananta Toer

AROK DEDES-Pramoedya Ananta Toer

Keywords: Arok,Dedes

Lohgawe dan Arok menoleh padanya.

"Mengapa kau menangis, Cucu?"

"Ayah sahaya, Yang Suci."

Tanca mendesak ke depan dan memberitakan:

"Yang Terhormat Mpu Parwa menolak menginjakkan kaki di bumi Tumapel."

Tangis Dedes sekaligus padam. Ia tahu ayahnya tidak dapat mengampuni dirinya: ia
tidak lebih tinggi daripada Umang.

"Teruskan, Arok!"

Orang mulai berseru-seru kehilangan kesabaran.

"Ingat-ingat kalian, kita tidak melawan Kediri. Belakangka kita adili, tetapi belum
kita putuskan. Kita tidak mengadili Kediri, kita mengadili Belakangka yang
melakukan persekutuan dalam kejahatan dengan Tunggul Ametung di Tumapel.
Sekiranya Sang Akuwu tidak terburu mati, dia pun akan kita adili. Tetapi kalau Sri
Baginda Kretajaya tidak senang pada kita dan mengirimkan balatentaranya, kita
akan hadapi."

Sorak riuh bertalu-talu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Tumapel tanpa Akuwu Tunggul Ametung sekarang tetap berada dalam kawasan
Kediri."

"Tidak perlu!" orang ramai-ramai memekik membantah.

Dang Hyang Lohgawe mengangkat satu tangan. Orang pun berlutut dan
mengangkat sembah.

"Dengarkan kalian semua yang telah memenangkan perang. Dengan kemenangan
ini telah selesai babak perlawanan terhadap

Akuwu Tumapel Tunggul Ametung. Kita semua memasuki babak lain, yang sama
sekali berlainan daripada sebelumnya. Jangan bangunkan macan tidur. Para dewa
telah membenarkan kejatuhan Tunggul Ametung dan kemenangan kita. Akuwu itu
mati di bawah pedang Kebo Ijo atau kita, sama saja, karena itulah kehendak para
dewa."

Di belakang Lohgawe kembali Dedes menangis tersedan-se-dan mengetahui tak
ada seorang pun memperhatikan dan menghormati dirinya. Kenikmatan kekuasaan
itu ia rasai mendadak lenyap dari tangannya. jatuh pecah-belah di lantai, tak
terbetul-kan lagi. Ia merasa sebatang kara di tengah-tengah keriuhan ini, seorang
yatim-piatu di tengah-tengah padang batu. Ia melihat kekuasaan itu tanpa
semaunya telah beralih tangan, pada Arok dan Lohgawe. Dalam hati ia bermohon
pada Hyang Mahadewa agar tempat dan kedudukannya tidak akan terdesak oleh
sudra berbibir tebal, bermata kecil dan hanya berdaging pada dada, yang bernama
Umang itu. Ia tak dengarkan ucapan Lohgawe.

"Aku, Dang Hyang Lohgawe, merestui kemenangan ini, kemenangan kita semua."
Orang kembali bersorak-sorai.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan aku benarkan Arok sebagai orang pertama untuk seluruh Tumapel!"

Sorak-riuh rendah bergelombang-gelombang menjelang tengah malam seakan
tanpa habis-habisnya. "Bicara, kau, Arok!"

"Dengarkan, kalian!" keadaan reda, "bahwa kemenangan bukan satu-satunya buah
usaha. Maka jangan ulangi kejahatan Tunggul Ametung dan balatentaranya. Jangan
ada seorang pun yang merampok, mencuri, merampas, menganiaya, memperkosa
seperti mereka. Dalam hal ini aturan dari Sri Baginda Erlangga masih tetap berlaku:
hukuman mati terhadap mereka itu. Juga terhadap diriku bila dalam babak baru ini
melakukannya."

Sorak menggelombang lagi, beralun dan beriak.

"Aku, Arok, adalah seorang sudra seperti kalian semua. Karena itu semua sudra,
jangan bertengkar. baik kaum Wisynu, Syiwa, Buddha, Kalacakra dan Tantrayana,
jangan bertengkar karena berlainan mengagungkan para dewa ..."

Perasaan tidak menentu dalam dada Ken Dedes mendadak hilang mendengar itu.
Nafasnya terengah-engah menolak, membangkang terhadap pernyataan itu.

Tantripala merangkul Arok dan membisikkan sesuatu.

"Kalian lihat, aku adalah seorang Syiwa, istriku, Umang, orang Wisynu, bapa
angkatku, Bango Samparan dan Ki Lembung juga orang Wisynu, guruku. Yang
Terhormat Tantripala adalah Buddha, mahaguruku, Yang Suci Dang Hyang Lohgawe
adalah Syiwa. Aturan-aturan yang baik selama dua ratus tahun ini adalah karunia

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

raja Wisynu, Sri Erlangga. Yang jadi ukuran baik tidaknya seseorang bukan
bagaimana menyembah para dewa, tapi dharma pada sesamanya."

Dedes merasa tersinggung namanya tiada disebut-sebut, tapi ia berdiam diri,
mengetahui balatentara yang diserahkan kepadanya telah ditumpas oleh pasukan
luar kota Arok.

"Arok! Kaulah raja kami!" seseorang memekik.

"Tidak! Tak diperlukan dua orang raja di bumi Jawa."

Dang Hyang Lohgawe buru-buru mengangkat tangan minta perhatian:

"Kalian telah dengarkan dia, Arok, orang yang cakap, pandai dan bijaksana, yang
akan membawa kalian pada kegemilangan. Dia mendapat pancaran sepenuhnya
dari Hyang Bathara Guru. Dia adalah orang terbaik dari kalian. Dia adalah titisan
Hyang Wisynu, karena dialah yang memeliharakan kalian dari bencana Tunggul
Ametung dan balatentaranya. Dia adalah Akuwu-mu, Akuwu Tumapel!"

Orang kembali bersorak-sorai.

"Bebaslah kalian kini bertemu dengan keluarga kalian, dengan orangtua, anak dan
istri. Sebelum ini perbudakan telah dihapuskan oleh Arok dengan senjata. Tak ada
perbudakan lagi boleh berlaku."

Sorak-sorai kembali menggelombang, beralun, beriak. Lohgawe memberi isyarat
pada Arok untuk berlutut di hadapannya. Arok berlutut dan ia angkat tangan
kanannya di atas kepalanya:

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku, Dang Hyang Lohgawe, dengan petunjuk Hyang Mahadewa telah benarkan
dia, Arok, menjadi Akuwu Tumapel. Semua kawula Tumapel, berilah hormat pada
Akuwu baru ini..."

Kecuali Dang Hyang Lohgawe dan Tantripala semua berlutut dan mengangkat
sembah. Juga mereka yang di belakang, juga para tangkapan, yang mengangkat
sembah sambil menoleh ke samping.

Suatu tekanan berat telah memaksa Ken Dedes berlutut di hadapan umum dan
mengangkat sembah. Ia menyadari: riwayat dirinya sebagai pemegang kekuasaan
telah selesai, dan justru karena itu ia merindukannya.

Orang telah kembali berdiri. Juga Arok.

Lohgawe berbalik, dan:

"Dalam kemenangan kalian ini semua telah memberikan dharmanya. Juga
Paramesywari Tumapel, anak Mpu Parwa, Ken Dedes, telah menduduki tempat
penting di antara semua kalian. Yuddhagama[hukum perang] tidak membenarkan
ia jadi orang jarahan perang. Paramesywari Tumapel adalah juga bersama semua
kalian dalam pergulatan ini. Karenanya Ken Dedes tetap Paramesywari Tumapel."

"Umang Paramesywari!" pekik Oti dari belakang Umang.

"Umang Paramesywari!" sambut semua pasukan. "Umang! Umang! Tidak lain dari
Umang!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Lohgawe mengangkat tangan mendiamkan:

"Dang Hyang Lohgawe belum selesai bicara. Lihatlah, semua diatur secara terbuka.
Aku ulangi: Ken Dedes tetap Paramesywari Tumapel. Tentang Umang, istri Arok?
Dia juga Paramesywari." ia menyilakan Umang dan Dedes tampil ke depan, dan
ditariknya Arok berdiri di tengah-tengah.

"Lihatlah, Dang Hyang Lohgawe tidak menyalahi kehendak para dewa, mereka
ditempatkan sesuai dengan dharmanya. Hormatilah mereka bertiga."

Sekali lagi orang berlutut dan mengangkat sembah.

"Sambutlah pengukuhan ini!"

Sorak-sorak bertalu menantang tengah malam. Sekilas alam terang oleh petir yang
dibarengi ulah ledakannya.

"Bicara kau, Arok!" perintah Lohgawe.

"Dengarlah aku berjanji, sebagai Akuwu Tumapel perbudakan tidak akan diadakan
lagi, aku lawan dan aku hapuskan. Dengan bantuan semua kalian akan kutumpas
kejahatan dalam bentuk dan cara apa pun. Aku tidak akan menghaki milik kalian,
juga tidak akan merampas apa pun dari siapa pun. Dua orang wanita ini saja yang
akan menyertai hidupku sebagai istri. Dan akan aku pimpin kalian menghadapi dan
melawan kejahatan dari luar Tumapel, dari siapa pun datangnya."

Kembali orang bersemangat perang. Dan orang mengerti kata-kata itu ditujukan
pada Kediri.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Sejenak keadaan menjadi tenang. Lohgawe mengangkat tangan:

"Akuwu Tumapel baru, Arok, adalah sudra, berlaku satria dan berhati brahmana.
Paramesywari Ken Dedes adalah brahmani, dengan gelar Ken bikinan Belakangka,
dan barangtentu dibenarkan oleh Kediri. Aku sendiri tidak tahu artinya.
Bagaimanapun gelar itu telah berlaku. Maka pada kesempatan ini, dengarkan
semua kalian, mulai saat ini Arok juga bergelar Ken. Umang, Paramesywari
Tumapel adalah juga seorang sudra. Untuknya, juga pada malam ini bergelar Ken."

Kembali orang bersorak riuh-rendah, kecuali para tangkapan di latar belakang.

"Bicaralah kau, Arok, semua anak buahmu telah lelah dengan pertempuran sehari
ini."

"Terimakasih pada semua kalian. Berasramalah kalian di bawah petunjuk pasukan
kota. Dan hubungkan svukur kepada para dewa untuk kemenangan kita semua ini,
kemenangan yang menjamin tak seorang pun akan jadi budak lagi."

Kepungan itu bersorak-sorai, makin lama kepadatan itu makin menipis. Akhirnya
hanya tinggal pasukan pengawal.

Tanca, Bana, Rimang, Oti, Arih-Arih, Santing, Tantripala, Lohgawe dan Mundrayana
mengiringkan Akuwu Tumapel baru masuk ke dalam pekuwuan, ke Bilik
Paramesywari setelah perintah dijatuhkan untuk menyingkirkan para tangkapan.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Memasuki Bilik Paramesywari Ken Dedes berhenti di depan peraduan, yang
ditidurinya pada bulan pertama ia memasuki pekuwuan. Kini ia harus berbagi
tempat dengan seorang lelaki yang jadi suaminya. Arok - seorang lelaki yang
dicintainya dengan tulus. Tapi ia tidak rela berbagi kekuasaan dengannya. Dan kini
ia pun harus berbagi tempat dengan Paramesywari lain, Ken Umang - seorang
wanita yang baru dikenalnya. Ia tidak rela

berbagi peraduan dan berbagi kekuasaan dengannya. Ia sadar akan dirinya waktu
lengan Arok memeluk lehernya

dengan tangan kanan. Dan ia lihat tangan kirinya memeluk Ken Umang.

"Jangan kalian berdua sampai pernah bertengkar. Kalian berdua adalah kakak-
beradik demi keselamatan semua. Pertengkaran kalian bisa merambat keluar dan
jadi pertengkaran umum."

Bertiga lewat tengah malam itu turun dari pekuwuan menuju ke pura dalam untuk
menyampaikan puji-syukur kepada para dewa.

Ken Dedes kehilangan kedamaiannya memasuki pura bersama dengan orang
Wisynu, juga Paramesywari Tumapel. Dilihatnya Ken Arok dan Ken Umang telah
tenggelam dan puji syukur. Dan waktu ia berpaling ke belakang dilihatnya Bango
Samparan dan Bana juga sedang tenggelam. Dari cara mereka bersimpuh dan
menunduk dapat diketahuinya: dua-duanya orang Wisynu.

Ia melirik pada suaminya yang sedang tenggelam di samping kirinya. Apakah benar
ucapan Lohgawe, dia mendapat pancaran sepenuhnya dari Hyang Bathara Guru
dan titisan Hyang Wisynu Untuk pertama kali ia meragukan brahmana puncak itu.
Lelaki di sebelah kirinya memang sangat berharga untuknya, sangat berharga
untuk cinta dan hidupnya. Dia telah persembahkan kemenangan untuk kawula

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Tumapel dengan muslihat bermuka ganda dan cara tanpa bilangan. Dan ia tahu,
kemenangan itu tidak dipersembahkan kepada dirinya. Sejak pertama kali naik ke
panggung kekuasaan Tumapel dia telah membawa serta dengannya orang Wisynu,
Buddha, Tantrayana dan Kalacakra, orang-orang bodoh yang hanya menyembah
leluhur. Ia tidak yakin Ken Arok akan mendudukkan kembali Hyang Syiwa pada
cakrawartinya.

Ia mengerti Ken Arok mempunyai cara berperang tanpa membuka gelar, tidak
seperti para satria sebelum ini. Dan dengan cara-cara berperang itu ia takkan
mungkin terkalahkan. Keselamatan dan keagungan Tumapel terjamin di dalam
tangannya. Hanya ia sendiri kehilangan tempat di samping suami yang dicintainya,
kehilangan balatentara yang dapat diperintahnya, kehilangan kepercayaan dari
orangtua yang dicintai dan dipujanya setulus hati. Dan dalam kandungannya
seorang bayi, anakku dari musuh suaminya, sedang menunggu giliran untuk jadi
berkuasa atas Tumapel. Dan Paramesywari lain itu, juga sedang mengandung. Juga
dalam kandungannya seorang bayi sedang menunggu giliran untuk jadi penguasa
atas Tumapel. Dan bayi itu adalah anak Ken Arok yang menang atas Tumapel.
Bayinya adalah anak dari yang dikalahkannya.

Ia pejamkan dan kedipkan mata. Ia lihat kegelapan di hadapannya, dan ia tidak
rela.

Untuk pertama kali ia biarkan airmatanya berlinang.

***

Naskah "Arok dan Dedes". diselesaikan: 1 Oktober - 24 Desember 1976

Mako, Buru, 24 Desember 1976

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi


Click to View FlipBook Version