The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini menjelaskan beberapa etnobotani tanaman pulai di berbagai wilayah, baik sebagai obat, bahan kerajinan, pakan ternak, pewarna alami, herbisida nabati, relief, upacara adat, tanaman peneduh, maupun mitos tentang tanaman pulai. Diharapkan dengan membaca e-book ini, pembaca akan lebih mengenal dan memahami tentang tanaman pulai.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by eniiaintulungagung, 2021-11-29 05:07:39

Etnobotani Tanaman Pulai (Alstonia scholaris)

Buku ini menjelaskan beberapa etnobotani tanaman pulai di berbagai wilayah, baik sebagai obat, bahan kerajinan, pakan ternak, pewarna alami, herbisida nabati, relief, upacara adat, tanaman peneduh, maupun mitos tentang tanaman pulai. Diharapkan dengan membaca e-book ini, pembaca akan lebih mengenal dan memahami tentang tanaman pulai.

Keywords: etnobotani,pulai,pengetahuan,masyarakat

E-BOOK

ETNOBOTANI
TANAMAN PULAI
(Alstonia scholaris)

DR. ENI SETYOWATI, S.PD., MM.

NOPEMBER 2021

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG

DR. ENI SETYOWATI, S.PD., MM.

ETNOBOTANI

T(AAlNstAonMiaAs
NchPoUlaLriAs)I

Kupersembahkan karya ini untuk keluarga kecilku
yang selalu mensupport penulis

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, atas berkat rahmad dan
hidayahNya-lah, e-book etnobotani
tanaman pulai ini dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya e-book ini. E-book ini
disusun guna meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang tanaman pulai.

Akhirnya, tak ada gading yang tak retak,
penulis menyadari e-book ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu saran
yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.

Tulungagung, Nopember 2021
Penulis

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iv
Rasional vi
BAB I. Pendahuluan 1
2
A. Latar Belakang 3
B. Ruang Lingkup 4
BAB II. Pulai dan Etnobotani 5
A. Klasifikasi 6
B. Sifat Botani 9
C. Persebaran 10
D. Hama dan Penyakit 11
E. Pembibitan 16
F. Pengertian Etnobotani
BAB III. Etnobotani Tanaman Pulai 19
Di Berbagai Wilayah
A. Etnobotani Tanaman Pulai 21

untuk Obat 27
B. Etnobotani Tanaman Pulai
28
untuk Bahan Kerajinan
C. Etnobotani Tanaman Pulai

untuk Herbisida Nabati

ii

D. Etnobotani Tanaman Pulai

untuk Pakan Ternak 29

E. Etnobotani Tanaman Pulai

untuk Pewarna Alami 30

F. Etnobotani Tanaman Pulai

untuk Relief Candi Borobudur 31

G. Etnobotani Tanaman Pulai

untuk Upacara Ritual 32

H. Etnobotani Tanaman Pulai

untuk Peneduh 33

I. Mitos Tanaman Pulai 34

BAB IV. Penutup 35

A. Kesimpulan 36

B. Kontribusi 38

Daftar Pustaka 40

iii

DAFTAR GAMBAR

1.Ruang Lingkup Kajian 3
2.Tanaman Pulai 5
3.Batang dan Kulit Batang Tanaman
6
Pulai 7
4. Daun Pulai 8
5. Bunga Pulai 9
6. Persebaran Pulai 10
7. Hama pada Pulai 11
8. Buah dan Biji Pulai 12
9. Penanganan Benih Pulai 22
10. Simplisia Kulita Batang Pulai 25
11. Ramuan Obat dari Tanaman Pulai 27
12. Kerajinan dari Batang Pulai
13. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pulai 28

untuk Herbisida Nabati 29
14. Pemanfaatan Daun Pulai untuk
30
Pakan Ternak
15. Pemanfaatan Tanaman Pulai untuk 31

Pewarna Alami
16. Pemanfaatan Tanaman Pulai untuk

Relief Candi Borobudur

iv

17. Pemanfaatan Pohon Pulai untuk 32
untuk Upacara Ritual di Bali 33
34
18. Pemanfaatan Pohon Pulai untuk
Peneduh dan Hiasan Rumah

19. Pohon Pulai dianggap Pohon
Keramat di Bali

v

RASIONAL

Tanaman pulai merupakan tanaman jenis
pohon, yang banyak tumbuh di hutan. Saat ini
tanaman pulai sedang digemari di masyarakat
sebagai tanaman peneduh. Banyak perkantoran
dan hotel yang mengganti tanaman peneduhnya
dengan tanaman pulai. Tanaman peneduh yang
lama di sepanjang jalan juga banyak diganti
dengan tanaman pulai.

Tanaman pulai, selain batangnya besar,
daunnya juga lebat dan rindang, serta tidak
mudah rontok, sehingga sangat cocok untuk
dijadikan tanaman peneduh. Saat ini banyak
yang membutuhkan tanaman pulai, akibatnya
harga bibit pulai pun menanjak tajam.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
masyarakat, menunjukkan bahwa beberapa dari
mereka ada yang sudah tahu tentang tanaman
pulai, tetapi juga ada yang belum mengenalnya.

vi

Berdasarkan hasil kuesioner kepada
masyarakat tentang tanaman pulai sebanyak 90
responden yang berasal dari berbagai profesi
dengan usia rata-rata 18 – 50 tahun, dari
berbagai daerah di Indonesia, seperti Bandung,
Depok, Jakarta, Tangerang, Gorontalo,
Lamongan, Nganjuk, Ponorogo, Trenggalek,
dan Tulungagung, diketahui bahwa sebanyak
50,6% tidak mengetahui tanaman pulai, dan
yang mengetahui sebesar 49,4%. Bagi yang
mengetahui, pada umumnya mereka
mengetahuinya karen tanaman pulai ada di
sekitar rumah, di pinggir jalan, dan di
perkantoran.

Salah satu media yang efektif dan mudah
dipahami oleh masyarakat adalah dalam bentuk
buku. Berdasarkan hasil kuesioner tentang
pengetahuan masyarakat tentang tanaman
pulai, diperoleh hasil bahwa sebesar 71,3%
tidak mengetahui dan memahami tentang
pemanfaatan tanaman pulai.

vii

Perkembangan teknologi yang pesat, akan
berdampak pula pada perkembangan buku.
Buku cetak mulai beralih menjai buku digital
atau yang disebut buku elektronik atau e-book.
E-book mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan buku cetak, antara lain e-book
mudah di dapat, fleksibel, bisa dibaca di
manapun tanpa harus membawa buku cetak,
dapat disimpan di smartphone ataupun laptop,
harga lebih murah, dan tdiak mudah rusak.

Oleh karena itu, sebagai salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk membantu memberikan
informasi kepada masyarakat tentang tanaman
pulai adalah dengan mengembangkannya
dalam e-book yang berisi tentang tanaman
pulai, mulai dari morfologi, manfaat dan
etnobotaninya.

viii

BAB I P E N D A H U L U A N

1

A. Latar Belakang A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara tropis yang luas.
Kekayaan alamnya sangat vital bagi
perekonomian Indonesia, salah satunya adalah
sumber daya hutan. Namun, adanya aktivitas
manusia seringkali menyebabkan kerusakan
lingkungan hutan. Kerusakan hutan menyebabkan
pengurangan area vegetasi, dan menyebabkan
adanya kepunahan pada suatu jenis.

Tantangan ini harus segera diatasi, yaitu
dengan membangun hutan dengan tanaman yang
produktif, kompetitif, efisien, dan lestari. Salah
satu tanaman hutan yang berpotensi bagus untuk
dikembangkan adalah tanaman pulai. Pulai
merupakan jenis tanaman lokal, tumbuh cepat,
dan tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.
Saat ini permintaan kayu dari pulai cukup tinggi,
karena kegunaan kayunya cukup banyak. Selain
kayunya, daun, dan kulit batangnya juga cukup
banyak manfaatnya. Pulai juga seringkali
dianggap sebagai tanaman keramat, sehingga
sering digunakan untuk upacara ritual.

Terdapat dua jenis pulai di Indonesia, yaitu
pulai gading (Alstonia scholaris) dan pulai darat
(Alstonia angustiloba). Kedua jenis pulai tersebut
mempunyai kegunaan yang hampir sama, tetapi
yang banyak ditemukan adalah pulai gading
(Alstonia scholaris). Pulai gading mempunyai
nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Tanaman pulai mempunyai manfaat yang
cukup banyak, tetapi masyarakat masih banyak
yang belum mengenalnya. Berdasarkan hasil
penyebaran kuesioner kepada masyarakat yang
tersebar di berbagai wilayah di Indonesia,
sebanyak 51% masih belum mengenal tanaman
pulai. Sebagian besar ketidaktahuan ini karena
masih terbatasnya buku atau referensi lain tentang
pulai.

2

B. Ruang Lingkup B. RUANG LINGKUP

Buku ini perlu ditulis untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pulai, agar
masyarakat mengetahui dan memahami budidaya
dan manfaat dari pulai. Diharapkan dengan
memahaminya, masyarakat akan menerapkannya,
sehingga dapat meningkatkan potensi tegakan
pulai, serta dapat membantu mengatasi kerusakan
lingkungan.

Buku ini mengkaji tentang etnobotani tanaman
pulai, yang meliputi:
Bab I Pendahuluan, meliputi: latar belakang dan
ruang lingkup.
Bab II Pulai dari Etnobotani, meliputi: klasifikasi,
sifat botani, persebaran, hama dan penyakit,
pembibitan, dan pengertian etnobotani.
Bab III Etnobotani Pulai di Berbagai Wilayah.
Bab IV Penutup

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup

BAB II ETNOBOTANI BAB III
PULAI DAN ETNOBOTANI TANAMAN PULAI ETNOBOTANI PULAI
(Alstonia scholaris) DI BERBAGAI WILAYAH





BAB IV
PENUTUP

Gambar 1. Ruang Lingkup Kajian

3

BAB II PULAI DAN
ETNOBOTANI

4

A. KLASIFIKASI
TANAMAN PULAI

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

A. Klasifikasi Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales

Famili : Apocynaceae

Genus : Alstonia

Spesies : Alstonia scholaris (L.) R.Br.

Gambar 2. Tanaman Pulai 5
(Sumber: Dokumen Pribadi)

B. Sifat Botani B. SIFAT BOTANI

BATANG

Pohon pulai mempunyai ukuran yang besar
dan tinggi.
Batangnya lurus, bulat, mempunyai akar
papan/banir ataupun tanpa akar papan/banir.
Percabangan bertingkat dan berkarang.
Kulit batang luar kasar, warna abu-abu putih,
abu-abu coklat sampai hitam.
Batang bagian dalam berwarna putih sampai
kuning muda.
Kulit batang mengandung getah.
Tebal kulit 8 - 11 mm.

Gambar 3. Batang dan Kulit Batang
Tanaman Pulai

(Sumber: Internet)

6

DAUN

Daun tersusun dalam lingkaran, terdiri dari 4
- 8 lembar.
Berbentuk lanset memanjang.
Tipis sampai tebal, dengan 30 - 50 pasang
tulang daun.
Panjang daun 12 - 25 cm.
Lebar daun 3 - 8 cm.
Helai daun atas berwarna hijau mengkilap,
daun bawah hijau agak muda buram.

Gambar 4. Daun Pulai
(Sumber: Dokumen Pribadi)

7

BUNGA

Bunga dan buah berbeda waktu antar lokasi.
Buah berbentuk polong, panjang 30 - 50 cm,
berisi biji yang banyak.
Jumlah biji kering kurang lebih 357.000
butir/kg.

Gambar 5. Bunga Pulai
(Sumber: Dokumen Pribadi)

8

C. Persebaran C. PERSEBARAN
TANAMAN PULAI

Pulai tersebar di seluruh wilayah
Indonesia, mulai dari lahan gambut,
pasang surut hingga kering, baik dataran
rendah maupun dataran tinggi.
Dapat tumbuh pada tanah liat, tanah
berpasir, ataupun pada bukit berbatu
dengan ketinggian 0 - 1.000 m di bawah
permukaan laut, dan hutan hujan tropis.

Gambar 6. Persebaran Pulai
(Sumber: Dokumen Pribadi)

9

D. Hama dan Penyakit D. HAMA DAN
PENYAKIT

Hama yang sering dijumpai adalah penggerek
daun (Clauges glaucalis), dengan ciri daun
terlipat.
Cara mengatasinya dengan pemberian
insektisida Florbac FC konsentrasi 6 ml/l air,
Condor 70 F konsentrasi 2 ml/l air, Turex WP
konsentrasi 1 g/i air.
Hama lain: Deilephila hypothous, Margaroria
sp., Valanga nigricornis dan Penticodes
intricola.

Gambar 7. Hama pada Pulai
(Sumber: Internet)

10

E. Pembibitan E. PEMBIBITAN

1.PEMBIBITAN SECARA
GENERATIF

a. Pemanenan Buah dan Biji

Buah berbentuk polong
Buah muda berwarna hijau, yang sudah tua
berwarna kuning kecoklatan hingga coklat
tua.
Pemanenan buah dilakukan sebelum polong
terbuka.

Gambar 8. Buah dan Biji Pulai
(Sumber: Internet)

11

b. Penanganan Benih

Setelah buah diunduh, lalu dilakukan
ekstraksi benih ke dalam kantong, agar benih
tidak terbang.
Buah dalam kantong dijemur lebih kurang 2
hari sampai berpolong terbuka dan benih
keluar dari polong.
Dilakukan sortasi (pemisahan benih dari
polongnya).
Benih yang sudah bersih dimasukkan ke
dalam kantong dan disimpan dalam ruang
dengan suhu kamar.

Gambar 9. Penanganan Benih Pulai
(Sumber: Dokumen Pribadi)

12

c. Pembibitan

1) Tahap Perkecambahan

Diperlukan kelembaban yang tinggi dan
sirkulasi oksigen untuk respirasi.
Benih dapat ditanam di polybag yang diisi
tanah ataupun ditabur secara langsung di
tanah.
Media perkecambahan sebaiknya digunakan
pasir halus dan kompos (3 : 1).
Setelah media disiapkan, media tabur
dimasukkan dengan ketebalan lebih kurang 5
cm, permukaan diratakan, kemudian dibasahi
dengan siraman air secara halus.
Benih ditabur di media secara merata,
kemudian ditutup tipis dengan pasir halus.
Diberi naungan yang cukup, yang dapat
dibuat dengan paranet atau green house.
Penyiraman dilakukan secara rutin dengan
sprayer, 2 - 3 kali sehari.
Biji mulai berkecambah pada hari ke 4 - 6
hari setelah tanam, dan dibiarkan sampai
lebih kurang 8 minggu.

2) Tahap Penyapihan

Penyapihan adalah pemindahan kecambah
dari media semula ke bedeng dengan jarak
yang lebih longgar.
Media penyapihan bisa dalam bentuk polybag
ukuran 7 cm x 12 cm atau 10 cm x 15 cm.
Media harus cukup unsur hara, porositas baik,
mampu mengikat air, kuat menahan benih,
keasaman netral, bebas dari organisme
pengganggu tanaman, dan cukup ringan.
Media biasanya berupa top soil ditambah
kompos (3 : 1).
Dilakukan pada pagi atau sore hari.

13

d. Pembesaran

Penyiraman dilakukan sehari sekali, dan jika
kering bisa dilakukan 2 - 3 kali sehari.
Pemupukan dilakukan untuk memacu
pertumbuhan dan mengatasi kekurangan
unsur hara.
Pupuk yang digunakan mengandung N, P, K,
dan unsur mikro magnesium, sulfur, kalium,
boron, tembaga, seng, besi, mangan, dan
kobal.
Pupuk dicampur dengan media basah dan
diberikan 2 minggu sekali.
Penyiangan gulma dilakukan secara rutin jika
tumbuh gulma.
Pemberantasan hama penyakit dilakukan
dengan penyemprotan insekstisida dengan
dosis yang telah ditentukan.
Pemangkasan dilakukan dengan memotong
akar yang keluar dari polybag.
Penjarangan dilakukan saat bibit mulai
tumbuh besar, yang membutuhkan ruang
tumbuh.

14

2. PEMBIBITAN SECARA
VEGETATIF

Dilakukan dengan stek cabang maupun stek
pucuk.
Stek cabang dilakukan untuk mendapatkan
klon dari pohon induk.
Stek pucuk dilakukan jika untuk produksi
bibit dalam jumlah banyak.

a. Stek Cabang

1) Pengambilan Materi Vegetatif
Dilakukan dengan memanjat pohon
induk dan memotong cabangnya.
Batang yang diambil berdiameter 2 - 5
cm.
Panjang cabang atau batang lebih kurang
50 cm.

2) Persiapan Media
Pasir sungai yang ditempatkan dalam
polybag 10 x 15 cm.
Polybag yang diisi media ditutup plastik
sungkup untuk menjaga kelembaban.

3) Pembuatan dan Penanaman Stek
Penanaman stek pada kedalaman 5 - 10
cm.
Siram dan tutup dengan plastik sungkup.
Setelah 1 minggu tunas akan muncul.

15

4) Penyapihan Stek
Lebih kurang 3 bulan, stek siap disapih
dan diletakkan pada media baru dengan
jarak yang longgar dan ditutup plastik
sungkup.
Lebih kurang 1 bulan, dapat dikeluarkan
dari plastik sungkup.
Stek siap ditanam pada umur lebih
kurang 6 bulan.

5) Pemeliharaan
Dilakukan dengan penyiraman,
penyiangan, penyemprotan, dan
pemupukan.

b. Stek Pucuk

1) Penyiapan Materi
Dilakukan dengan pengambilan stek
pucuk pada pagi atau sore hari.

2) Penyiapan Madia Tanam
Pasir sungai, arang sekam, sabut kelapa
dimasukkan dalam polybag, ditutup
plastik sungkup.

3) Penanaman Stek
Penanaman dilakukan dengan beda lebih
kurang 5 cm.

16

4) Penyapihan Stek
Lebih kurang 3 bulan, stek siap disapih
dan diletakkan pada media baru dengan
jarak yang longgar dan ditutup plastik
sungkup.
Lebih kurang 1 bulan, dapat dikeluarkan
dari plastik sungkup.
Stek siap ditanam pada umur lebih
kurang 6 bulan.

5) Pemeliharaan
Dilakukan dengan penyiraman,
penyiangan, penyemprotan, dan
pemupukan.

17

F. Pengertian Etnobotani F. PENGERTIAN
ETNOBOTANI

Tumbuhan merupakan sumber daya hayati
yang telah digunakan manusia sejak lama.
Interaksi manusia dengan tumbuhan sangat
penting, sehingga keinginan untuk
mempelajari tentang tumbuhan sangat besar.
Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan
disebut dengan botani.
Tumbuhan banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, mulai sebagai bahan
pakan ternak, bahan pewarna alami, penghias
rumah, sebagai bahan obat, dan juga banyak
digunakan untuk upacara-upacara ritual adat
ataupun keagamaan di suatu daerah.
Ilmu yang mempelajari interaksi antara
manusia dan tumbuhan disebut dengan
etnobotani.
Etnobotani dapat diartikan sebagai hubungan
antara etnik/budaya di masyarakat dengan
tumbuhan.
Etnobotani dapat digunakan sebagai alat
untuk mendokumentasikan pengetahuan
masyarakat tradisional dalam menggunakan
tumbuhan, guna menunjang kehidupannya,
seperti untuk makan, obat, bahan bangunan,
upacara adat, budaya, dan sebagainya.
Etnobotani akan mampu meningkatkan daya
dan kualitas hidup manusia.
Mengingat Indonesia yang kaya akan
keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah
Brazil, maka Indonesia memiliki keunggulan
untuk menumbuhkan ilmu pengetahuan.
Hal ini memungkinkan bangsa Indonesia
untuk meningkatkan ekonomi, wisata, dan
kesehatan.

18

ETNOBOTANI PULAI

BAB III DI BERBAGAI

WILAYAH

19

Tanaman pulai merupakan tanaman yang
mudah ditemukan di hampir setiap wilayah,
oleh karena itu, banyak masyarakat di
Indonesia yang memanfaatkan tanaman pulai
untuk keperluan hidupnya.
Etnobotani tanaman pulai di berbagai wilayah
akan dipaparkan pada bab ini.
Informasi tentang etnobotani di berbagai
wilayah diperoleh dari berbagai literatur, baik
buku, majalah, artikel di jurnal, hasil
penelitian terdahulu, ataupun sumber lain di
internet.
Pada BAB ini akan dipaparkan tentang:
1.Etnobotani Tanaman Pulai untuk Obat
2.Etnobotani Tanaman Pulai untuk Bahan

Kerajinan
3.Etnobotani Tanaman Pulai untuk Herbisida

Nabati
4.Etnobotani Tanaman Pulai untuk Pakan

Ternak
5.Etnobotani Tanaman Pulai untuk Pewarna

Alami
6.Etnobotani Tanaman Pulai untuk Relief Candi

Borobudur
7.Etnobotani Tanaman Pulai untuk Upacara

Ritual
8.Etnobotani Tanaman Pulai untuk Peneduh
9.Mitos Tanaman Pulai

20

A. Sebagai Obat A. ETNOBOTANI
TANAMAN PULAI
UNTUK OBAT

Banyak yang memanfaatkan pulai
sebagai obat herbal, karena pulai
mempunyai kandungan metabolit
sekunder, yaiutu alkaloid, flavonoid,
polifenol, terpenoid/steroid, anti bakteri,
anti oksidan, dan anti diabetes.
Kulit pulai mengandung senyawa aktif
pikrinin, alstonin, ekitamin, dan
akuamisin.
Pemanfaatan pulai sebagai obat antara
lain sebagai obat anti malaria, mengatasi
kesuburan wanita, anti diabetes militus,
anti kanker, dan anti mikroba.

21

1.OBAT MALARIA

Untuk obat malaria, dapat dibuat sirup
dari ekstrak kulit batang pulai.
Kulit batang pulai dicuci bersih dengan
air, ditiriskan, kemudian ditimbang berat
simplisia basahnya.
Simplisia di potong-potong kecil, lalu
dikeringkan pada oven dengan suhu
50°C.
Setelah kering dihaluskan dengan
blender dan diekstraksi.
Kemudian ditambah gula dan air matang,
dengan konsentrasi ekstrak kulit pulai
1,5 g, gula 36 g, dan air 60 ml.

Gambar 10. Simplisia Kulit Batang Pulai
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Pada simplisia kulit batang pulai
mengandung alkaloid, flavonoid,
saponin, triterpenoid/steroid.
Warna sirup kuning muda hingga
kuning.
Rasa manis pahit, dan mempunyai bau
yang khas.

22

2. OBAT GANGGUAN
KESUBURAN WANITA

Gangguan kesuburan pada wanita
disebut dengan amenorea sekunder.
Gejalanya adalah tidak terjadi menstruasi
selama tiga bulan atau lebih pada wanita
yang sudah pernah menstruasi.
Hal ini disebabkan kadar FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) yang rendah.
Salah satu obat herbal yang dapat
digunakan dan aman adalah ekstrak
rebusan kulit batang pulai.
Ini banyak dilakukan oleh penduduk di
pulau Alor.
Hasil penelitian Koly menunjukkan
ekstrak kulit batang pulai dapat
meningkatkan FSH dan LH pada
penderita amenorea sekunder.
Kandungan saponin bermanfaat aktif
dalam meningkatkan FSH dan LH yang
memicu disekskresi FSH ke dalam
ovarium.

23

3. OBAT DIABETES
MILITUS

Diabetes militus adalah penyakit
gangguan metabolisme, sehingga kadar
gula darah di atas normal
(hiperglikemia).
Ekstrak etanol daun pulai mempunyai
aktivitas sebagai anti diabetes.

4. OBAT KANKER

Kanker adalah penyakit yang disebabkan
adanya pertumbuhan sel yang tidak
terkendali, sehingga mengganggu proses
metabolisme di dalam tubuh.
Pulai memiliki aktivitas sebagai
antioksidan dan kemo preventif.
Alkalod dan triterpen daun pulai
memiliki aktivitas apoptosis dan
immunomodulatori.

24

5. OBAT ANTI MIROBA

Berbagai penyakit yang terkait pada
infeksi mikroba adalah diare dan TBC.
Ekstrak kulit batang, daun, dan bunga
pulai memiliki aktivitas untuk
menghambat pertumbuhan bakteri M.
tuberculosis, Staphylococcus aerus,
Eschericia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Bacillus subtilis, B. cereus,
Aspergiluus niger, Candida albicans,
Fusarium oxysporum.
Ekstrak butanol kulit batang pulai
menghambat pertumbuhan M.
tuberculosis.
Ekstrak butanol bunga mampu melawan
M. tuberculosis.
Kandungan alkaloid pada pulai mampu
sebagai anti mikroba.
Alkaloid terbanyak terdapat pada daun.

Gambar 11. Ramuan Obat dari Tanaman Pulai
(Sumber: Internet)

25

6. PEMANFAATAN
TANAMAN PULAI
SEBAGI OBAT DI
BERBAGAI WILAYAH

Aceh : obat malaria

Riau dan Jambi : obat sakit perut

Sumatera : obat demam, sakit

Selatan gigi, malaria, dan

sesak napas

Sunda : obat perut kembung,

pegal linu,

memperlancar

keluarnya darah nifas

Bengkulu : obat sakit gigi

Jawa : obat luka, demam,

panu, perut kembung,

dan kencing nanah

Bali : obat kencing manis

Timor : obat malaria, demam,

limpa, dan radang

Sumba : obat batuk dan

malaria

Dayak : obat malaria

Manado : obat malaria

Sulawesi Tengah : obat batuk

Irian Jaya : obat malaria, maag,

muntaber, dan diabetes

Flores : obat malaria, sakit

perut, memperlancar

keluarnya darah nifas

Alor : obat malaria,

memperlancar

keluarnya darah nifas,

gangguan haid, dan

mengatasi bisul

26

B. Bahan Kerajinan B. ETNOBOTANI
TANAMAN PULAI
UNTUK BAHAN
KERAJINAN

Sebagai industri kerajinan, batang pulai
dapat digunakan untuk topeng, wayang,
dan ukiran lainnya. Banyak diproduksi
di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta.
Juga dapat digunakan sebagai kerajinan
ukir, ornamen kapal. Limbah kayunya
digunakan untuk pembuatan jong titis
atau sarung parang. Banyak diproduksi
di Kabupaten Bengkalis.
Dapat digunakan sebagai peti, korek
api, hak sepatu, wayang golek, topeng,
cetakan beton, dan pensil. Banyak
diproduksi di daerah Blitar Selatan,
Jawa Timur.
Dapat digunakan sebagai bahan pensil
'state'. Banyak diproduksi di Lubuk
Linggau, Sumatera Selatan.
Dapat digunakan sebagai perisai.
Banyak diproduksi di daerah Dayak.

Gambar 12. Kerajinan dari Batang Pulai
(Sumber: Internet)

27

C. Herbisida Nabati C. ETNOBOTANI
TANAMAN PULAI
UNTUK
HERBISIDA NABATI

Daun tanaman pulai dapat dimanfaatkan
sebagai penghambat pertumbuhan
gulma.
Pada ekstrak daun pulai terdapat
senyawa alelokimia yang larut dalam
pelarut etanol.
Beberapa senyawa alelokimia seperti
fenol dapat menghambat pembelahan
sel pada tumbuhan, menurunkan daya
permeabilitas membran sel, dan
menyebabkan kerusakan hormon auksin
dan giberelin.
Jika proses fisiologis tanaman
mengalami gangguan, maka tumbuhan
menunjukkan gejala yang tidak normal,
seperti perubahan warna, pertumbuhan
terhambat, dan bahkan mati.

Gambar 13. Pemanfaatan Ekstrak Daun
Pulai untuk Herbisida
(Sumber: Internet)

28

D. Pakan Ternak D. ETNOBOTANI
TANAMAN PULAI
UNTUK
PAKAN TERNAK

Tanaman pulai dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak.
Kualitas hijauan tanaman pulai
mempunyai kandungan nutrisi, antara
lain: kandungan protein kasar, serat
deterjen netral.
Kandungan tanin tanaman pulai
mencapai 0,67%, saponin 1,92%,
sehingga ternak yang memakan ini tidak
akan mengalami gangguan dalam
pertumbuhannya.

Gambar 14. Pemanfaatan Daun Pulai
untuk Pakan Ternak
(Sumber: Internet)

29

E. Pewarna Alami E. ETNOBOTANI
TANAMAN PULAI
UNTUK
PEWARNA ALAMI

Kulit kayu pulai dapat dimanfaatkan
sebagai pewarna alami.
Menghasilkan warna kuning yang
natural.
Selain itu, bunga pulai juga
menghasilkan minyak esensial dengan
aroma yang menenangkan.
Biasanya berbunga pada bulan Oktober.
Dimanfaatkan sebagai pewarna batik.

Gambar 15. Pemanfaatan Tanaman Pulai
untuk Pewarna Alami
(Sumber: Internet)

30

F. Relief Candi F. ETNOBOTANI
TANAMAN PULAI
UNTUK
RELIEF CANDI
BOROBUDUR

Tanaman pulai digunakan sebagai salah
satu relief pada candi Borobudur.
Daunnya yang khas menjadi ciri utama.

Gambar 16. Pemanfaatan Tanaman Pulai
untuk Relief Candi Borobudur
(Sumber: Internet)

31

G. Upacara Ritual G. ETNOBOTANI
TANAMAN PULAI
UNTUK
UPACARA RITUAL

Di Bali, pulai adalah tanaman yang
disakralkan karena mempunyai umur
panjang, batang menjulang tinggi, dan
digunakan sebagai perlengkapan ritual
keagamaan di Bali.
Pulai telah dimanfaatkan di Indoensia
sejak abad ke-9.
Pulai dimanfaatkan sebagai ritual
beliatn di suku Dayak Benuaq Kutai
Barat, yaitu ritual untuk orang yang
masing hidup, juga digunakan untuk
membuat patung silih (patung pengganti
diri pasien) bernama patung belimai,
patung harimau, rumah-rumahan juata
(roh air), perisai untuk upacara
pesengkeet nayuq puas utaas.

Gambar 17. Pemanfaatan Pohon Pulai
untuk Upacara Ritual di Bali
(Sumber: Internet)

32

H. Peneduh H. ETNOBOTANI
TANAMAN PULAI
UNTUK
POHON PENEDUH

Hampir di semua daerah, pohon pulai
digunakan sebagai peneduh, penghias
rumah, jalan, hotel, maupun
perkantoran.
Beberapa daerah yang memanfaatkan
tanaman pulai sebagai peneduh adalah
di Tulungagung, Semarang, Bali,
Pekanbaru, Makasar, Pelabuhan Bandar
Sri Seta Raja (BSSR) Kecamatan
Bantan, dan beberapa daerah lainnya.

Gambar 18. Pemanfaatan Pohon Pulai
untuk Peneduh dan Hiasan Rumah
(Sumber: Dokumen Pribadi)

33

I. Mitos I. MITOS TANAMAN
PULAI

Selama ini pulai dianggap sebagai
tumbuhan magis, tumbuhan yang berada
di tempat suci, seperti di kuburan dan di
pura.
Pulai dianggap sebagai tanaman yang
memiliki penunggu.
Pulai dianggap sebagai tanaman yang
dihuni oleh raja jin, di bagian tengahnya
untuk menyimpan mustika raja.
Pulai dianggap sebagai tanaman untuk
mengobati kesurupan, karena kayu pulai
mempunyai kekuatan supranatural.
Di Tekorejo, Kecamatan Buay Madang,
Kabupaten Ogan Komering Ulu (Oku)
Timur, pohon pulai digunakan sebagai
upacara sesaji kautaman, sebagai
perwujudan rasa hormat terhadap roh
leluhur yang ada dalam pohon pulai.

Gambar 19. Pohon Pulai dianggap Pohon
Keramat di Bali

(Sumber: Internet)

34

BAB IV P E N U T U P

35

A. Kesimpulan A. KESIMPULAN

Tanaman pulai adalah tanaman yang
mudah ditemukan di sekitar kita, yang
banyak difungsikan sebagai peneduh
dan bahan obat.
Nama Alstonia merupakan nama genus
yang diberikan kepada Charles Alston,
seorang Dokter dari Skotlandia yang
juga Profesor Botani Universitas
Edinburg.
Nama scholaris diambil dari
pemanfaatannya sebagai bahan dasar
papan tulis di sekolah Asia Tenggara.
Banyak istilah lain dari Alstonia
scholaris antara lain blackboard tree,
devil tree atau milkwood tree.
Tanaman pulai masuk dalam famili
Apocynaceae.
Pulai mempunyai nama lokal pule,
lame, lamo, dan kayu gabus.
Tingginya mencapai 40 – 45 m, panjang
batang yang bebas cabang mencapai 6 –
30 m, diameter 40 – 60 cm, mempunyai
batang yang lurus dan beralur, berbanir,
dengan tinggi 4 – 5m.
Kulit berwarna abu-abu putih atau abu-
abu coklat.
Pohonnya mengeluarkan getah putih,
dan kedudukan daun dalam lingkaran di
ujung ranting.
Pulai mempunyai buah yang berbentuk
polong, panjang 30 – 50 cm.
Biasanya berbuah antara bulan Mei –
Agustus.

36

Buah berisi biji dalam jumlah yang
banyak.
Buah muda berwarna hijau, sedang yang
tua berwarna hijau kuning kecoklatan.
Biasanya tumbuh pada ketinggian 1 –
1.230 mdpl.
Dapat tumbuh normal pada tanah
tekstur kasar, bersolum dalam,
kandungan C tinggi, dan pH di atas 5.
Daun pulai berwarna hijau mengkilat,
melebar ke samping dan rimbun yang
memberi kesejukan.
Bagian bawah daun berwarna hikau
pucat, yang menjari dengan jumlah 3 –
10 daun dan petiole sepanjang 3 cm.
Kulit kayu pulai tidak berbau, namun
mempunyai rasa pahit dan getah yang
banyak.
Tanaman pulai mudah diserang jamur
biru dan bubuk kayu kering. Kayu pulai
mudah diawetkan dan mudah
dikeringkan.

37

B. Kontribusi B. KONTRIBUSI

Etnobotani tanaman pulai dapat
dimanfaatkan sebagai bahan informasi
bagi masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan tentang tanaman pulai.
Masyarakat dapat memanfaatkan
tanaman pulai untuk berbagai hal, antara
lain: untuk obat, bahan kerajinan,
herbisida nabati, pakan ternak, pewarna
alami, untuk upacara ritual, dan untuk
peneduh dan penghias.
Etnobotani tanaman pulai
mendokumentasikan pemanfaatan
tanaman pulai dan masyarakat serta
lingkungan.
Etnobotani tanaman pulai juga dapat
dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran di sekolah maupun di
perguruan tinggi.
Dengan mempelajari etnobotani
tanaman pulai, akan memahami makna
ganda daripada tanaman pulai.

38

Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K., Mardhiansyah, M. & Yoza, D.
(2020). Pemanfaatan Ekstrak Daun Tanaman
Pulai Sebagai Herbisida Nabati Untuk
Menekan Pertumbuhan Gulma Rumput
Teki. Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan. 4(2), 22-
28.
Gunawan E. & Simaremare, E.S. (2016).
Formulasi Sirup Anti Malaria Ekstrak Kulit
Batang Kayu Pulai. PHARMACY. 3(1), 1-9.
Hakim, L. (2014). Etnobotani dan
Manajemen Kebun Pekarangan Rumah.
Malang: Selaras. hal. 1.
Indartik. (2009). Potensi Pasar Pulai Sebagai
Sumber Bahan Baku Industri Obat Herbal:
Studi Kasus di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan. 6(2), 159-175.
Intan, R.R., Winarno, M.W., & Prihaartini,
N. (2016). Efek Ekstrak Campuran Kulit
Batang Pulai dan Meniran pada Mencit
Swiss Webster yang Diinfeksi Plasmodium
berghei. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 6(2),
79-88.
Kuspradini, dkk. (2016). Pengenalan Jenis
Getah Gum-Lateks-Resin. Samarainda:
Mulawarman University Press.
Mashudi. (2015). Kemampuan Tumbuh Stek
Pucuk Pulai Gading Dari Beberapa Posisi
Bahan Stek dan Pemodelan Bahan Stek.
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 4(1),
63-69.
Silalahi, M. (2019). Botani dan Bioaktivitas
Pulai. Jurnal Pro-Life. 6(2), 136-147.
Yuniarti, N., dkk. (2016). Teknologi
Pembenihan 10 Jenis Tanaman Hutan
Andalan. Bogor: IPB Press.

39

Silalahi, M. (2019). Botani dan Bioaktivitas
Pulai. Jurnal Pro-Life. 6(2), 136-147.
Yuniarti, N., dkk. (2016). Teknologi
Pembenihan 10 Jenis Tanaman Hutan
Andalan. Bogor: IPB Press.

40


Click to View FlipBook Version