ALADIN DENGAN
LAMPU AJAIB
Dahulu kala, di kota Mesir, seorang
Ibu tinggal dengan anak laki-
lakinya yang bernama Aladin.
Suatu hari datanglah seorang laki-
laki mendekati Aladin yang sedang
bermain.
Kemudian laki-laki itu mengakui
Aladin sebagai saudaranya. Laki-
laki itu mengajak Aladin pergi ke
luar kota dengan izin ibu Aladin
untuk membantunya.
Jalan yang ditempuh sangat jauh.
Aladin mengeluh keletihan kepada
bapa saudaranya tetapi ia
dimarah dan disuruh untuk mencari
kayu api, kalau tidak mau Aladin
akan dihukumnya.
Aladin akhirnya sedar bahwa laki-laki
itu mungkin bukan bapa saudaranya
melainkan seorang penyihir.
Laki-laki penyihir itu kemudian
menyalakan api dengan kayu api
dan mulai mengucapkan mantera.
“Kraak…” tiba-tiba tanah menjadi
berlubang seperti gua. Di dalam
lubang gua terdapat tangga yang
menuju ke dasar gua. “Ayuh turun!
Ambilkan aku lampu antik di dasar
gua itu”, seru si penyihir.
“Tidak, aku takut turun ke sana”,
jawab Aladin. Penyihir itu kemudian
mengeluarkan sebatang lilin dan
memberikannya kepada Aladin.
“Ini adalah lilin, lilin ini akan
memberi penerangan di dalam”
kata si penyihir.
Akhirnya Aladin menuruni tangga itu
dengan perasaan takut. Setelah
sampai di dasar ia menemukan
pohon-pohon berbuah permata.
Setelah permata dan lampu yang ada
di situ dibawanya, ia segera menaiki
tangga kembali. Tetapi, pintu lubang
sudah tertutup sebahagian. “Cepat
berikan lampunya !”, seru penyihir.
“Tidak ! Lampu ini akan kuberikan
setelah aku keluar”, jawab Aladin.
Setelah berdebat, si penyihir menjadi
tidak sabar dan akhirnya “Brak!” pintu
lubang ditutup oleh si penyihir lalu
meninggalkan Aladin terkurung di
dalam lubang bawah tanah.
Aladin menjadi sedih, dan duduk
termenung.
“Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan,
tolonglah aku !”, ucap Aladin. Aladin
merapatkan kedua tangannya untuk
memegangi dan mengusap lampunya.
Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah
dan asap bergumpal. Bersamaan
dengan itu muncul seekor raksasa. Aladin
sangat ketakutan.
“Maafkan saya, karena telah
mengejutkan Tuan”, saya adalah jin
lampu kata raksasa itu. “Oh, kalau begitu
bawalah aku pulang ke rumah.” “Baik
Tuan, naiklah ke atasku, kita akan segera
pergi dari sini”, ujar jin lampu.
Dalam waktu singkat, Aladin sudah
sampai di depan rumahnya. “Kalau tuan
memerlukan saya panggillah dengan
menggosok lampu itu.”
Aladin kemudian menceritakan semua
hal yang dialaminya kepada ibunya.
“ooo ternyata penyihir itu menginginkan
lampu ini kerana ada jinnya”, kata Ibu
sambil memegangi lampu itu. setelah
bercerita banyak Aladin dan ibunya
merasa lapar.
Lalu Aladin pun menggosok-gosok
lampu itu,dan “Syut !” Tiba-tiba asap
bergumpal dan muncul seekor raksasa
jin lampu.
“Sebutkanlah perintah tuan”, kata si jin
lampu. Aladin yang sudah pernah
mengalami hal seperti ini memberi
perintah,”kami lapar, tolong siapkan
makanan untuk kami”.
Dalam waktu singkat jin Lampu
membawa makanan yang lazat-lazat
kemudian mempersilakan mereka
makan. “Jika ada yang diinginkan lagi,
panggil saja saya dengan menggosok
lampu itu”, kata si jin lampu.
Hari , bulan, tahun pun berganti, Aladin
hidup bahagia dengan ibunya. Aladin
sekarang sudah menjadi seorang pemuda.
Suatu hari seorang Puteri Raja lalu di
depan rumahnya. Ia sangat terpesona
dan merasa jatuh cinta kepada Puteri
Cantik itu.
Aladin lalu menceritakan keinginannya
kepada ibunya untuk memperisteri puteri
raja.
Akhirnya, ibu Aladin pun punya idea,
lalu berkata kepada Aladin “tenang
nak Ibu akan mengusahakannya”.
Ibu pergi ke istana raja dengan membawa
permata-permata kepunyaan Aladin.
“Tuanku, ini adalah hadiah untuk tuanku
dari anak laki-lakiku.
” Raja amat senang. “Wah…, anakmu
pasti seorang putera yang tampan, besok
aku akan datang ke Istana kalian dengan
membawa puteriku”.
Setelah tiba di rumah Aladin dan
ibunya segera menggosok lampu
dan meminta jin lampu untuk
membawakan sebuah istana.
Aladin dan ibunya menunggu di
atas bukit. Tak lama kemudian jin
lampu datang dengan istana
besar di belakangnya.
“Tuan, ini istananya”. Esok hari
Sang Raja dan puterinya datang
berkunjung ke Istana Aladin yang
sangat besar.
“Maukah engkau menjadikan
anakku sebagai isterimu ?”,
Tanya sang Raja. Aladin sangat
gembira mendengarnya. Lalu
mereka berdua melaksanakan
pesta pernikahan.
Nun jauh di sana, si penyihir
ternyata melihat semua kejadian itu
melalui bola kristalnya.
Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan
pura-pura menjadi seorang penjual
lampu di depan Istana Aladin. Ia
berteriak-teriak, “tukarkan lampu
lama anda dengan lampu baru !”.
Sang permaisuri yang melihat
lampu ajaib Aladin yang usang
segera keluar dan menukarkannya
dengan lampu baru.
Segera si penyihir menggosok lampu
itu dan memerintahkan jin lampu
membawa istana beserta isinya dan
isteri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang, ia sangat
terkejut. Lalu Aladin pun mencari isteri
dan istananya,setelah lama mencari
akhirnya Aladin menemukan istananya
yang di bawa oleh penyihir.
Sesampainya di Istana, Aladin
menyelinap masuk mencari kamar
tempat sang Puteri dikurung.
“Penyihir itu sedang tidur kerana
banyak makan”, ujar sang Putri. “Baik,
jangan kuatir aku akan mengambil
kembali lampu ajaib itu, kita nanti
akan menang”, jawab Aladin.
Aladin mengendap mendekati
penyihir yang sedang tidur. Ternyata
lampu ajaib terkeluar dari poketnya.
Aladin kemudian mengambilnya
dan segera menggosoknya.
“Singkirkan penjahat ini”, seru
Aladin kepada jin lampu. Penyihir
terbangun, lalu menyerang Aladin.
Tetapi jin lampu langsung
menyerang penyihir itu hingga
keluar jauh dari istana.
“Terima kasih jin lampu, bawalah
kami dan Istana ini kembali ke
Mesir”. Sesampainya di mesir. Aladin
hidup bahagia. Ia mempergunakan
sihir dari jin lampu untuk membantu
orang-orang miskin dan kesusahan.
Pesan moral : jadilah orang yang
baik dan saling menolong orang-
orang yang membutuhkan, agar
tercipta kehidupan yang rukun
dan damai.