KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan subbab bahan ajar teks cerita
pendek ini. Salawat serta salam senantiasa dipanjatkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan kita selaku umatnya hingga akhir
zaman.
Subbab bahan ajar bahasa Indonesia yang berisi materi teks cerita pendek untuk
siswa SMA kelas XI ini disusun berdasarkan Kurikulum 2013 Revisi. Bahan ajar ini
memperkenalkan pada siswa mengenai unsur-unsur pembangun dan mengkonstruksi
teks cerita pendek. Materi tersebut dibahas secara rinci. Setelah mempelajarinya, siswa
diharapkan mampu menganalisis unsur-unsur pembangun dan mengkonstruksi teks
cerita pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun. Hal ini sangat penting
bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penulis berharap subbab bahan ajar ini dapat membantu guru dan siswa dalam
menunjang proses belajar mengajar. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan subbab
bahan ajar ini masih terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penyajiannya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam bahan ajar ini.
Cirebon, 18 Mei 2022
Penulis,
Galih Ahmad Dinata
i|Bahan Ajar Teks Cerita Pendek
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
KI & KD Teks Cerita Pendek ........................................................................... iii
Peta Konsep......................................................................................................... iv
Pembelajaran I Menganalisis Unsur Pembangun Teks Cerita Pendek ........ 1
1
A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 1
B. Pengertian Cerita Pendek.......................................................................... 2
C. Unsur-Unsur Pembangun Teks Cerita Pendek ......................................... 3
D. Analisis Unsur Pembangun Teks Cerita Pendek ...................................... 6
E. Latihan Soal.............................................................................................. 13
F. Rangkuman............................................................................................... 14
Pembelajaran II Mengkonstruksi Teks Cerita Pendek .................................. 14
A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 15
B. Langkah-Langkah Mengkonstruksi Teks Cerita Pendek.......................... 15
C. Latihan Soal.............................................................................................. 16
D. Rangkuman............................................................................................... 22
Glosarium ............................................................................................................ 23
Daftar Pustaka .................................................................................................... 24
Profil Penulis ......................................................................................................
ii | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
KI-3 Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif)
berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
KI- 4 Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara; efektif, kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif,
komunikatif, dan solutif, dalam ranah konret
dan abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah, serta
mampu menggunakan metode sesuai dengan
kaidah keilmuan
3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun teks
cerita pendek
4.9 Mengkonstruksi teks cerita pendek dengan
memperhatikan unsur-unsur pembangun teks
cerita pendek
iii | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
PETA KONSEP
Menganalisis unsur-unsur
pembangun teks cerita pendek
3.9 Menganalisis unsur-unsur
pembangun cerita pendek
dalam buku kumpulan cerita
pendek
Menganalisis unsur-unsur
pembangun teks cerita pendek
4.9 Mengontruksi cerita Menulis cerita pendek dengan
memperhatikan unsur-unsur
pendek dengan pembangun
memperhatikan unsur Menentukan topik tentang
kehidupan dalam cerita pendek
pembangun cerita pendek
iv | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
PEMBELAJARAN 1
MENGANALISIS UNSUR PEMBANGUN
TEKS CERITA PENDEK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bahan ajar pada kegiatan pembelajaran
satu ini diharapkan kalian dapat menganalisis unsur-unsur
pembangun yang terkandung dalam cerita pendek dengan jujur,
disiplin dan kerja sama.
B. TEKS CERITA PENDEK
1. PENGERTIAN TEKS CERITA PENDEK
Apa itu
cerpen?
Apakah kalian pernah membaca cerpen? Kalian tahu tidak apa itu cerpen?
Apakah kalian pernah mendengar ungkapan “cerita yang dapat dibaca hanya
sekali duduk”? Dalam ungkapan ini dapat disimpulkan bahwa cerita yang
dimaksud adalah cerita pendek atau cerpen. Ya, cerpen merupakan salah satu
bentuk karya sastra yang digemari banyak orang. Cerpen merupakan salah satu
karya sastra yang membahas satu peristiwa atau kejadian. Kosasih (2017: 111)
menyatakan bahwa cerita pendek adalah sebuah karya sastra yang ceritanya
bertujuan untuk menghibur para pembaca. Selain dapat menghibur, cerita
pendek juga mengandung unsur-unsur pembangun di dalamnya. Hal ini
1|Bahan Ajar Teks Cerita Pendek
menjelaskan bahwa cerita pendek dapat diartikan sebagai rangkaian cerita yang
bersifat menguraikan atau menjelaskan suatu kejadian namun dalam bentuk
rekaan. Berdasarkan penyataan di atas teman-teman mungkin sudah bisa
mendefinisikan apa itu cerpen menurut persepsi masing-masing. Cerita pendek
bukan lagi hal yang tabu bagi generani milenial, sejak sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama kita sudah dikenalkan oleh guru kita mengenai puisi. Bahkan
mungkin sebagian dari teman-teman ada yang merasakan indahnya cerita
pendek dalam kehidupan sehari-hari atau mungkin ada yang sangat mencintai
dan mengagumi cerita pendek dari sastrawan Indonesia.
2. UNSUR-UNSUR PEMBANGUN TEKS CERITA PENDEK
Cerpen adalah karya sastra merupakan salah satu karya sastra yang
membahas satu peristiwa atau kejadian. Dari setiap peristiwa atau kejadian itulah
terdapat unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Apakah kalian masih
mengingat apa saja unsur-unsur pembangun cerpen? Unsur-unsur pembangun
cerpen meliputi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Berikut adalah
penjelasannya.
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur unsur pembangun yang
berada di dalam cerita pendek. Jika diibaratkan
bangunan, maka unsur intrinsik adalah komponen
bangunan tersebut yang terdiri dari tema, tokoh atau
penokohan, alur cerita, latar, sudut pandang dan amanat.
Berikut adalah penjelasannya.
1) Tema
Tema adalah gagasan utama yang menjadi dasar jalannya cerita pendek.
Tema memiliki sifat umum dan general yang dapat diambil dari lingkungan
sekitar, permasalahan yang ada di masyarakat, kisah pribadi pengarang
sendiri, pendidikan, sejarah, perjuangan romansa, persahabatan dan lain-lain.
2|Bahan Ajar Teks Cerita Pendek
2) Tokoh dan Penokohan
Penokohan adalah gambaran atau karakter tokoh yang ada di dalam
sebuah cerita pendek. Karakter tersebut dilengkapi dengan kualitas moral
dan watak yang diungkapkan oleh apa yang akan dikatakannya pada dialog
dan melalui tindakan tokoh tersebut.
3) Latar
Latar merupakan tempat dan urutan waktu terjadinya peristiwa dalam
suatu cerita. Latar terdiri atas tiga, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar
sosial budaya.
4) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa yang disusun oleh pengarang
yang melibatkan tokoh. Alur mengacu pada sebuah peristiwa yang di
dalamnya akan ada sebab akibat.
5) Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara yang digunakan oleh pengarang dalam
menempatkan dirinya dalam sebuah cerita.
6) Amanat
Amanat adalah pesan atau maksud yang ingin disampaikan pengarang
dengan tujuan mengharapkan emosi yang akan diberikan oleh pembaca.
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik ialah unsur luar yang berada
dalam sebuah cerita yang mana juga ikut membangun
jalannya suatu cerita. Unsur ekstrinsik juga pada
umumnya berupa keadaan subjektivitas sang pengarang
yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup
yang nantinya akan mempengaruhi hasil tulisan suatu
karya sastra. Berikut adalah penjelasannya.
3|Bahan Ajar Teks Cerita Pendek
1) Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat adalah ideologi negara, kondisi politik,
kondisi sosial dan kondisi ekonomi.
2) Latar Belakang Penulis
Latar belakang penulis adalah riwayat hidup penulis, kondisi psikologis
dan aliran sastra penulis.
3) Nilai-Nilai
Nilai-nilai yang termasuk ke dalam unsur ekstrinsik adalah nilai agama,
nilai sosial, nilai agama dan lain- lain.
C. ANALISIS UNSUR PEMBANGUN CERITA PENDEK
Untuk mengetahui unsur-unsur pembangun dalam cerita pendek kita harus
menganalisis cerpen dengan baik dan benar. Nah, berikut adalah cerpen karya Ade
Ubaidil yang berjudul Gadis di Pulau Seberang. Berikut analisis cerpen karya Ade
Ubaidil yang berjudul Gadis di Pulau Seberang. Cermati dengan teliti, ya!
1) Tema
Kepergian dan kehilangan. Berikut adalah kutipannya.
Tapi ibu punya firasat lain. Dia meminta kedua kakaku mencarinya.
Namun, apa daya. Mereka tidak menemukan keberadaan bapak dan
perahunya. Ketika itu, aku baru pulang dari Kampung Pulo. Selama
seminggu, aku menginap di rumah sahabatku, Imron namanya. Dan entah
tersebab apa, ada perasaan yang mengajakku untuk segera pulang. Seperti
ada pertautan khusus antara aku dan bapak. Siang itu, aku mendapati wajah
pucat bapak dengan jejak lebam dan luka. Tubuh bapak yang pernah
mendekap masa kecilku, akan segera dikafani, dikuburkan. Aku menangis
dalam kesunyian batinku. Di hadapan ibu, aku karang yang dihantam
ombak kepergian dan kehilangan. (Hlm. 6)
4|Bahan Ajar Teks Cerita Pendek
2) Latar
Dalam cerita pendek karya Ade Ubaidil terdapat satu latar yaitu latar
tempat yang bertempat di Kampung Pulo dan Kampung Tanjung Lesung.
Berikut adalah kutipannya.
a) Kampung Pulo
Tapi ibu punya firasat lain. Dia meminta kedua kakaku mencarinya.
Namun, apa daya. Mereka tidak menemukan keberadaan bapak dan
perahunya. Ketika itu, aku baru pulang dari Kampung Pulo. Selama
seminggu, aku menginap di rumah sahabatku, Imron namanya. Dan
entah tersebab apa, ada perasaan yang mengajakku untuk segera
pulang. Seperti ada pertautan khusus antara aku dan bapak. Siang itu,
aku mendapati wajah pucat bapak dengan jejak lebam dan luka. Tubuh
bapak yang pernah mendekap masa kecilku, akan segera dikafani,
dikuburkan. Aku menangis dalam kesunyian batinku. Di hadapan ibu,
aku karang yang dihantam ombak kepergian dan kehilangan. (Hlm. 6)
b) Kampung Tanjung Lesung
Konon, kata bapak lesung itu sengaja diletakkan tak jauh dari bibir
pantai. Selain untuk menghibur para nelayan saat pergi atau pulang di
waktu senja tiba, para tetua ingin penerus berikutnya lahir di kampong
ini. Kampung Tanjung Lesung. (Hlm. 7)
3) Sudut Pandang
Sudut pandang dalam cerita pendek Ade Ubaidil yang berjudul Gadis di
Pulau Seberang yaitu sudut pandang campuran. Berikut adalah kutipannya.
Ketika ibu masih gadis, ia belajar menumbuk padi dengan lesung. Ibu
dan teman-teman seusianya senang menyenandungkan lagu-lagu khas
daerah kami. Sayangnya, aku tak hafal lagi meski di waktu kecil, setiap kali
aku akan tidur, ibu menyanyikan syair itu untukku. Hingga sekarang, para
gadis generasiku pun masih sering mendengarkan. Ada yang memulai sejak
subuh, mengiringi para nelayan melaut; ada pula yang berkumpul di pesisir
pantai bakda asar. Mereka membawa alu masing-masing. Kemudian
berjalan beriringan dengan tawa yang renyah. Setelah itu, mereka mulai
5|Bahan Ajar Teks Cerita Pendek
memainkan alu dengan memukul bagian dalam dinding lesung yang usianya
sudah puluhan tahun. Mereka bukan sekadar memukul dan menumbuk,
tetapi menciptakan irama. (Hlm. 7)
Kemarin, tiga hari setelah bapak dimakamkan. Aku bertandang lagi ke
rumah Imron. Kuceritakan kegelisahanku. Imron, mulanya mengira aku
akan menceritakan kematian bapak. Dia keliru. Seperti seminggu yang lalu,
sewaktu aku mengunjunginya, aku justru kembali cerita ihwal mimpiku.
Hanya pada Imron aku berani bekisah secara detail. Sebab, mungkin hanya
ia pula yang masih percaya padaku dan menganggap aku masih waras.
(Hlm. 7-8)
4) Tokoh dan Penokohan
Dalam cerita pendek karya Ade Ubaidil terdapat beberapa tokoh
diantaranya yaitu 1) wak kaji, 2) ibu 3) bapak 4) run (aku), 5) zaenab, dan 6)
imron. Berikut adalah kutipannya.
a. Wak Kaji
Tokoh Wak Kaji dalam cerpen Gadis di Pulau Seberang adalah
berkarakter jahat. Hal itu dideskripsikan dalam tingkah laku yang bersifat
tidak langsung. Tingkah laku tersebut dilakukan melalui penggambaran
pada saat berhubungan atau berinteraksi dengan tokoh lain. Berikut adalah
kutipannya.
Badai tak kunjung berhenti mengombang-ambingkan perahu. Aku
tahu kemungkinan ini penuh resiko, namun keputusan sudah ditetapkan.
Aku harus berjumpa dengan gadis dalam mimpi itu. Wak Kaji, tetua di
kampungku, mencibir dan berkata bahwa aku sudah sinting. Disusul
komentar tetangga dan warga lainnya. Mustahil, kata sinis ibu tua yang
sedang menyuapi anaknya, sangat mustahil kau bisa menemukan
seseorang yang hanya pernah bersua dalam bunga tidur. (Hlm. 5)
b. Ibu
Tokoh Ibu dalam cerpen Gadis di Pulau Seberang adalah tokoh
pendamping yang berkarakter baik hati. Karakter tersebut dapat dilihat
6|Bahan Ajar Teks Cerita Pendek
dalam tingkah laku Ibu yang selalu menyanyikan syair ketika Run (tokoh
aku) akan tidur. Berikut adalah kutipannya.
Ketika ibu masih gadis, ia belajar menumbuk padi dengan lesung. Ibu
dan teman-teman seusianya senang menyenandungkan lagu-lagu khas
daerah kami. Sayangnya, aku tak hafal lagi meski di waktu kecil, setiap
kali aku akan tidur, ibu menyanyikan syair itu untukku. Hingga
sekarang, para gadis generasiku pun masih sering mendengarkan. Ada
yang memulai sejak subuh, mengiringi para nelayan melaut; ada pula
yang berkumpul di pesisir pantai bakda asar. Mereka membawa alu
masing-masing. Kemudian berjalan beriringan dengan tawa yang
renyah. Setelah itu, mereka mulai memainkan alu dengan memukul
bagian dalam dinding lesung yang usianya sudah puluhan tahun.
Mereka bukan sekadar memukul dan menumbuk, tetapi menciptakan
irama. (Hlm. 7)
c. Bapak
Tokoh bapak dalam cerpen Gadis di Pulau Seberang adalah tokoh
pendamping yang berkarakter baik hati. Karakter tersebut terlihat dalam
tingkah laku tokoh pada saat beraktivitas atau sedang berinteraksi dengan
tokoh lain. Berikut adalah kutipannya.
Aku yang paling merasa kehilangan. Aku sulit percaya kalau bapak
benar-benar sudah tiada. Sejak kecil, aku yang paling dekat dengan
bapak, disbanding dua kakaku. Bapak sering mengajakku bermain di
pantai sambil memandangi para gadis menumbuk padi di dekat rumah,
atau menjemur ikan di para-para bambu, seprti yang dilakukan oleh ibu
di masa lalu. (Hlm. 6)
d. Run (Aku)
Tokoh Run dalam cerpen Gadis di Pulau Seberang merupakan tokoh
utama yang berkarakter percaya diri. Karakter tersebut terlihat dalam
tingkah laku tokoh pada saat beraktivitas atau sedang berinteraksi dengan
tokoh lain. Berikut adalah kutipannya.
7|Bahan Ajar Teks Cerita Pendek
Badai tak kunjung berhenti mengombang-ambingkan perahu. Aku
tahu kemungkinan ini penuh resiko, namun keputusan sudah ditetapkan.
Aku harus berjumpa dengan gadis dalam mimpi itu. Wak Kaji, tetua di
kampungku, mencibir dan berkata bahwa aku sudah sinting. Disusul
komentar tetangga dan warga lainnya. Mustahil, kata sinis ibu tua yang
sedang menyuapi anaknya, sangat mustahil kau bisa menemukan
seseorang yang hanya pernah bersua dalam bunga tidur. (Hlm. 5)
e. Imron
Imron adalah tokoh tambahan yang muncul dari pertengahan cerita.
Imron adalah teman sekaligus sahabat Run yang memiliki karakter baik
hati. Ia selalu menjadi pendengar yang baik dan sekaligus memberikan
pendapat ketika Run menceritakan kegelisahan dalam kehidupannya.
Berikut adalah kutipannya.
Kemarin, tiga hari setelah bapak dimakamkan, aku bertandang ke
rumah Imron. Kuceritakan kegelisahanku. Imron, mulanya mengira aku
akan menceritakan kematian bapak. Dia keliru. Seperti seminggu yang
lalu, sewaktu aku mengunjunginya, aku justru kembali bercerita ihwal
mimpiku. Hanya pada Imron aku berani berkisah secara detail. Sebab,
hanya hanya ia pula yang masih percaya padaku dan menganggap aku
masih waras. (Hlm. 8)
5) Alur
Alur dalam cerita pendek karya Ade Ubaidil yaitu alur campuran. Di
mana setiap cerita bisa maju dan mundur.
6) Amanat
Amanat yang terdapat dalam cerpen karya Ade Ubaidil yang berjudul
Gadis di Pulau Seberang yaitu bahwa sebagai manusia, kita harus percaya
diri dan jangan mudah patah semangat.
Badai tak kunjung berhenti mengombang-ambingkan perahu. Aku tahu
kemungkinan ini penuh resiko, namun keputusan sudah ditetapkan. Aku
harus berjumpa dengan gadis dalam mimpi itu. Wak Kaji, tetua di
kampungku, mencibir dan berkata bahwa aku sudah sinting. Disusul
8|Bahan Ajar Teks Cerita Pendek
komentar tetangga dan warga lainnya. Mustahil, kata sinis ibu tua yang
sedang menyuapi anaknya, sangat mustahil kau bisa menemukan seseorang
yang hanya pernah bersua dalam bunga tidur. (Hlm. 5)
Di atas perahu ini, aku melayang. Tak peduli dengan suara ombak yang
menerjang dengan keras pada dinding luar perahu. (Hlm. 11)
D. LATIHAN
Cermatilah cerpen dibawah ini!
DOA ALI SAHAB
Karya Ade Ubaidil
Kalau saja Ali Sahab tidak lancang memasuki rumah Pak Kiai hanya perkara
ingin mengintip Halimah yang sedang tidur di malam hari, barangkali nasib Ali
Sahab tak seburuk apa yang ia alami saat ini. Ia adalah lelaki ceroboh dan
pemberani. Bagaimana tidak berpikir panjang perihal risiko. Pak Kiai yang
belum tidur dan sedang memperdalam ilmu tafsir sebagai persiapan mengajar
esok hari, mengetahui gerak bunyi langkah Ali Sahab memasuki rumah. Pintu
depan rumah Pak Kiai memang nyaris tidak pernah dikunci. Wajar saja, Ali
Sahab seenaknya masuk. Sialnya, malam itu adalah malam yang tidak berpihak
pada dirinya. Padahal, keinginan ini sudah lama terpendam.
Pagi yang dingin menyebarkan rasa malu dan ngilu di dada Ali Sahab. Ia
duduk dengan kaki terlihat di tengah lapangan yang dikelilingi para santri. Pak
Kiai langsung menghampirinya. Tanpa pikir panjang, Pak Kiai langsung meminta
salah satu santri mengambilkan gunting. Rambut Ali Sahab di pangkas habis oleh
tangan Pak Kiai sendiri. Setelah itu ia dipulangkan ke rumahnya, di Jepara, Jawa
Tengah. Itu membuat diri Ali Sahab malu. Membuat ia menyesal selama-
lamanya.
Ali Sahab meminta maaf. Namun sayang, Pak Kiai tidak bisa menerima Ali
Sahab sebagai murid di pesantren lagi. Pak Kiai berbicara baik-baik saja kepada
orang tua Ali Sahab. Setelah berbicara panjang lebar tentang ulah Ali Sahab, Pak
9|Bahan Ajar Teks Cerita Pendek
Kiai bergegas pulang. Masih banyak urusan pesantren yang tidak bisa
ditinggalkan. Pesantren sangat bergantung kepadanya. Ia perlu mencari generasi
yang kelak mampu membantunya; mengurus santri, berdakwah, dan menyebar
ilmu-ilmu kebaikan. Jalan satu-satunya adalah Halimah agar lekas menikah. Biar
pesantren jatuh di tangan yang kerabat. Di pegang oleh negara tangan orang yang
tepat.
“Saya meminta maaf atas kejadian ini, Gus!”
Bapaknya mengulang kalimat yang sama berkali-kali kemudian ia menyalami
lembut Pak Kiai. Ia mengantarkan sampai pintu gerbang halaman rumah.
Melambaikan tangan motor Astrea keluaran tahun 90-an itu melaju perlahan.
Lamat-lamat motor Pak Kiai sudah tidak terlihat, hilang dari pandangan.
Seketika itu, ibu dan bapaknya meloncat, bergegas masuk rumah. Bapaknya
melihat Ali Sahab sedang menyeduh kopi di dapur. Air belum panas, kopi belum
diaduk, apalagi diteguk. Napas masih ngos-ngosan, tetapi petir lebih dulu
menggeleger dari mulut bapaknya. Ali Sahab tersambar, tersentak ketakutan.
Suara itu menggema sampai beberapa tetangga mengelus dada.
“Anak setan! Kau taruh di mana muka bapakmu ini, hah?!”
Ibu dan bapaknya murka. Berkali-kali mereka memaki Ali Sahab. Merutuki
dengan tamparan ke mukanya. Ali Sahab tersungkur di pojok dapur. Sebelum ia
dipulangkan, sebenarnya ia sudah meminta ampun, mengakui kesalahannya. Ia
menyesali perbuatannya. Berdasarkan pengakuannya, ia seperti digerakkan oleh
alam bawah sadar yang mengantarnya ke depan pintu kamar Halimah.
Sebenarnya ia sudah mengakui bahwa dirinya sangat mencintai Halimah. Cinta
yang belum tersalurkan. Akan tetapi, Pak Kiai tetap tidak bisa memaafkan.
***
Berbulan-bulan Ali Sahab merenungkan nasibnya. Ia sangat menyesali
perbuatannya. Selain, mempermalukan dirinya sendiri, nama orang tuanya jatuh.
Kehormatannya hilang. Akhirnya, untuk memperbaiki martabat dan nasib
pendidikan Islam bagi dirinya yang lebih baik, serta menghapus segala kenangan
pahit, Ali Sahab kembali mendaftar menjadi santri di Pesantren Salafiyah An-nur
di Surabaya yang jaraknya lima belas kilo meter dari pondok pesantren
10 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
sebelumnya – Ar-rahman. Di sini, Ali Sahab memperbaiki tujuan hidupnya.
Menebus kesalahan kepada orang tuanya.
“Tahukah kau bahwa kegelisahan yang ada di dalam dadamu adalah rasa
kehilangan yang kau cipta beberapa tahun yang lalu, Sahab?”
Ali Sahab menjadi anak pendiam. Ia seperti batu-batu di sungai belakang
pesantren. Ia tidak dihiraukan apa yang dikatakan karibnya, Darwanto. Setiap
hari, ia kerap murung sendiri, diam tanpa mengamati peristiwa yang dilakukan
orang-orang. Ali Sahab sudah tidak mau berurusan lagi dengan rasa cinta yang
pernah ia rasakan. Baginya, cinta yang ia ciptakan pertama kali telah membawa
petaka bagi dirinya. Maka jangan sampai terulang yang kedua kali. Di podoknya
sekarang tidak ada yang tahu soal itu, kecuali Darwanto. Tentu, Darwanto
dipaksa tutup mulut setelah Ali Sahab menceritakan panjang lebar di suatu
malam dan meminta Darwanto merahasiakannya sampai kapan pun.
Di Pesantren An-nur, Ali Sahab menjadi santi yang santun dan penurut. Ia
kerap membantu Pak Kiai; merangkai taman di halaman, memperbaiki atap, serta
sekali waktu menangani urusan dapur kawan-kawannya di asrama putra. Tentu
saja, itu dipandang baik oleh semua ustadz dan ustazah. Di pandang baik pula
oleh kawan-kawannya. Betapa senangnya Pak Kiai ketika santri-santri tergerak
mengikuti apa yang dilakukan oleh Ali Sahab.
Bagaimanapun Ali Sahab tidak ingin pulang ke rumah. Ia memiliki tanggung
jawab; mengangkat kembali nama baik orang tua. Ia mengadi di pesantren atas
dasar dorongan hati. Hal itu sebagai bentuk terima kasih kepada pesantren.
Pernah sekali waktu, ketika menginjak di tahun kedua setelah kelulusannya, ia
meminta Pak Kiai agar diizinkan pulang ke rumah dan mengabdi ke masyarakat.
Akan tetapi, keinginannya ditolak Pak Kiai, Pak Kiai ingin Ali Sahab tinggal di
pesantren untuk mengajarkan ilmu-ilmu kebaikan. Sebab ia adalah anak yang
dipandang baik akhlaknya, santun tutur katanya. Pak Kiai sangat sayang
kepadanya.
“Setiap manusia berhak mendapatkan hidup yang lebih baik. Setiap orang
bisa menjadi lebih baik atas perbaikan kesalahan di masa lalu,”
Darwanto duduk bersila. Ia meyakinkan sembari memegang pundak Ali
11 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
Sahab. Ali Sahab sedang mencangkang. Ia gelisah mengingat masa lalu.
***
Pada malam 1 muharam, para santri riuh membuat acara musahabah. Ali
Sahab tidak ada di pesantren. Ia mendadak hilang. Darwanto di rumah Pak Kiai.
Dia menemani dan membantu Pak Kiai menerima tamu karibnya. Pondok
Pesantren An-nur pun kelabakan mencarinya. Teman-temannya menyebar
mencari sampai ke sudut-sudut pesantren, ke tepian danau, juga ke saung-saung.
Tapi nihil. Ketika ditanya, Darwanto tidak tahu apa-apa. Biasanya ketika Ali
Sahab hendak pergi, pasti pamit pada Darwanto.
“Kemana perginya, Ali Sahab?”
“Mohon maaf, Pak Kiai saya tidak tahu”
“Coba kamu cari di kamarnya! Jika tidak ada, cari di belakang pesantren!
Biasanya ia duduk di tepi sungai.”
“Baik, Kiai.”
Darwanto langsung bergegas mencari Ali Sahab sesuai dengan perintah.
Namun, tidak mendapatkan hasil. Ali Sahab seperti raib di antara ruang, lesap di
dalam waktu.
Malam semakin larut ketika Ali Sahab datang dengan muka pucat. Ia tergesa.
Ia dari rumah Halimah. Seperti yang dicerikan sendiri; mengendap seperti
pencuri cinta yang memasuki pintu gerbang rumah kerinduan. Kali itu, dia telah
berpengalaman. Dia tidak mau ketahuan lagi. Benar kata orang, pikir Ali Sahab
sambil melangkah, cinta memang memabukkan. Membuat seseorang mau
melakukan apa saja. Apa pun meski risiko yang akan melanda. Apa aku mabuk?
Duh, anggur pesonamu Halimah, mengalir dalam darahku, membuatku bersaksi
tiada perempuan lain selain engkau, batin Ali Sahab.
Ali Sahab berdoa agar rencananya berhasil. Doa-doa pilihan dia rapal agar
apa yang dilakukan tidak berakibat pahit seperti beberapa tahun silam.
Pintu kamar Kiai kali ini tertutup, tetapi Ali Sahab yakin itu tetap tidak
terkunci. Ali Sahab berjalan semakin pelan dan hati-hati. Ia menuju kamar
Halimah. Pintu kamar Halimah sedikit terbuka. Dari celananya, ia memandangi
Halimah yang sedang tidur. Ia buka pelan-pelan pintu kamar benar-benar seperti
12 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
seorang pencuri. Halimah tidur sambil memeluk guling. Wajahnya menghadap ke
sisi kamar. Ali Sahab memandang wajah Halimah yang keindahannya membuat
bunga-bunga tertunduk layu. Ali Sahab meninggalkan secarik surat. Ia letakkan
di atas meja, di sisi kiri tempat tidur Halimah. Dengan harapan, begitu terbangun,
surat itu pertama Halimah lihat dan baca.
Sungguh, kebahagiaanku hanyalah melihatmu. Kau tampak cantik ketika
tidur, Halimah. Salahkah aku mencintaimu?
Salam,
Ali Sahab
Menjelang subuh santri-santri, seperti biasanya riuh; bangun, bersiap untuk
pergi ke masjid. Halimah bangun dari tidurnya. Masih setengah sadar,
pandangannya terkejut dengan secarik kertas yang ada di atas meja. Dia meraih.
Dia membaca. Dada Halimah seperti terbakar. Bagaimana mungkin lelaki yang
dulu sudah ketahuan mengintipnya tidur, kini bisa kembali dan melakukan hal
serupa? Ditambah lagi, ia meninggalkan surat.
“Lelaki bodoh,” batinya
“Aku bukannya tidak suka kau kirimi surat seperti ini, Sahab. Namun,
kelakuanmu ini sangat bodoh. Aku sangat membenci lelaki yang bersikap tidak
sopan,” tambah Halimah sambil merobek, kemudian meremas-remas robekan
surat itu.
***
Darwanto menceritakan bagaimana kepanikan Pak Kiai dan dirinya ketika Ali
Sahab menghilang. Ali Sahab hanya tersenyum kecut.
“Kemana kau semalam?”
“Aku pergi ke rumah Halimah. Aku sudah cerita, kan?”
“Jadi benar?”
Ali Sahab mengangguk. Ia tersenyum bahagia. Bibirnya mekar seperti bunga-
bunga kamboja di tepian sungai belakang pondok pesantren.
“Setan, kau! Bagaimana bisa? Mereka akan menghabisimu jika sampai
ketahuan,”
“Buktinya, sekarang aku kembali di sini dan baik-baik saja, bukan?”
13 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
Mereka tertawa terpingkal-pingkal sambil menepuk-nepuk paha. Siang yang
terik, tamu-tamu sudah berdatangan. Semakin riuh. Merek ingin menemui Pak
Kiai untuk berkirim doa. Meminta pendapat, petunjuk, dan pertolongan atas hati
yang bimbang, atau soal pekerjaan. Orang-orang datang membawa berbagai
makanan. Darwanto dan Ali Sahab diminta membantu menerima tamu.
Ada lelaki berpeci putih, berpakaian rapih datang dengan muka kebingungan.
Ia bercerita kepada Pak Kiai bahwa dirinya dipinta oleh warga di kampungnya
untuk menjadi imam salat Muharam demi kemakmuran dan hidup yang lebih
baik. Adakah keharusan salat Muharam yang dilakukan secara bersamaan untuk
ketaatan perayaan tahun baru?
“Apa yang harus saya lakukan, Gus?”
Pak Kiai diam, ia menarik napas dalam, kemudian mengembuskannya
perlahan.
“Pulanglah, rayakan dengan pengajian! Sampaikan kepada mereka, jangan
terlalu terbenam oleh berita-berita di internet yang tidak jelas asal muasalnya!”
***
“Apa yang kau harapkan, Sahab?”
Pak Kiai menepuk pundak kanan Ali Sahab. Ia tersentak. Bibirnya mengatup
dan sudah berucap.
“Dia mencintai seseorang, Pak Kiai.”
“Lancang, Darwanto,” Ali Sahab menggerutu sambil menatap muka
Darwanto yang menyebalkan. Darwanto menahan tawa.
“Siapa yang kau cintai, Sahab? Lelaki baik sepertimu, pasti banyak yang
ingin memiliki,”
Ali Sahab diam. Ia tidak mampu berkata-kata. Dalam diam ia berdoa agar
dipersatukan dengan Halimah. Ia hanya ingin mencintai Halimah untuk selama-
lamanya. Hari demi hari, rasa cinta itu semakin tumbuh menjalar seperti pohon
anggur, menjerat seluruh keberadaan jiwanya.
***
14 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
Malam yang dingin. Ali Sahab berharap rencananya kembali berhasil. Ia
ingin menikmati wajah Halimah ketika tidur. Akan tetapi, kali ini langkahnya
terhenti ketika ia baru sampai di bibir gerbang. Rumah Halimah terbuka lebar. Ia
melihat orang-orang riuh di depan rumah. Berbagai tikar terhampar di beranda.
Sambil memegang dada, mata Ali Sahab mendelik ketika memandang di tepian
langit-langit depan rumah telah melingkar janur kuning.
Tanggerang, 20 September 2018
Setelah kalian membaca membaca cerpen di atas. Nah, selanjutnya kalian
analisislah unsur inrtinsik cerpen tersebut dengan mengisi tabel berikut!!
Unsur Intrinsik Cerita Jawaban
Pendek
Tema
Tokoh dan Penokohan
Alur
Latar
Sudut Pandang
Amanat
Selamat mengerjakan!
15 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
RANGKUMAN
1. Cerita pendek karya prosa yang berupa gagasan, pikiran dan
pengalaman dalam rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi
satu yang di dalamnya terjadi konflik antartokoh atau dalam diri
tokoh itu sendiri dalam latar dan alur. Peristiwa dalam cerita
berwujud hubungan antartokoh, tempat, dan waktu yang
membentuk satu kesatuan.
2. Cerpen memiliki dua unsur pembangun yaitu unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun
cerpen yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri. Jika
diibaratkan sebuah bangunan, maka unsur intrinsik adalah
komponen-komponen bangunan tersebut. sedangkan unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen yang berada diluar karya
sastra. Akan tetapi, secara tidak langsung unsur ini
mempengaruhi proses pembuatan suatu cerpen.
16 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
PEMBELAJARAN II
MENGONTRUKSI CERITA PENDEK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul kegiatan pembelajaran 2 ini
diharapkan kalian dapat mengontruksi salah satu cerpen
dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerita pendek
dengan teliti, cermat dan terampil.
B. MENGONTRUKSI CERITA PENDEK
Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya, kalian sudah
menganalisis unsur pembangun dalam cerita pendek. Pada
pembelajaran kedua ini kalian akan mengontruksi cerita pendek
dengan memerhatikan unsur-unsur pembangunnya. Dengan
demikian, hasil konstruksi akan menjadi baik karena
menyertakan semua unsur pembangun dala cerpennya.
1. Menentukan Topik Kehidupan dalam Cerita Pendek
Cerpen adalah karya sastra yang terus menerus
dibaca dan diproduksi karena manfaatnya besar bagi
kehidupan. Oleh karena itu dalam mengontruksi cerpen
topik dapat diambil dari kehidupan diri sendiri ataupun
pengalaman orang lain.
17 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
Tugas seorang penulis cerpen adalah memperlakukan pengalaman itu sesuai
dengan emosi dan nuraninya sendiri. Unsur emosi memang penting dalam
menulis cerpen. Kata-kata yang tidak mampu membangkitkan suasana ”emosi”,
sering membuat karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun
demikian, kata- kata tersebut tidak harus dibuat-buat. Kata-kata atau ungkapan
yang kita pilih adalah kata-kata yang mempribadi. Kata-kata itu dibiarkan
mengalir apa adanya. Dengan cara demikian, akan terciptalah sebuah karya yang
segar, menarik, dan alamiah.
Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang apik dan kreatif.
Pemilihan kata-kata yang biasa- biasa saja, tanpa ada sentuhan emosi, tidak akan
begitu menarik bagi pembaca. Jika penulis melukiskan keadaan kota Jakarta,
misalnya, tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan
keramaian kotanya, berarti dalam karangan itu tidak ada yang baru. Akan tetapi,
ketika seorang penulis melukiskan keadaan kota Jakarta dengan mengaitkannya
dengan suasana hati tokoh ceritanya, maka penggambaran itu menjadi begitu
menarik.
2. Langkah-Langkah Mengontruksi
1) Bacalah cerita pendek yang akan dikontruksi
2) Tentukanlah fokus cerita yang akan dikontruksi
3) Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topic
4) Susunlah menjadi kerangka cerpen
5) Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen yang utuh
18 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
C. MENGONTRUKSI CERITA PENDEK DENGAN MEMPERHATIKAN
UNSUR PEMBANGUN
Mengontruksi adalah kegiatan menulis kembali. Pada
pembelajaran kali ini mengontruksi dilakukan dari cerpen
menjadi cerpen juga. Yang perlu diperhatikan dalam
mengontruksi ini adalah kalian tetap memperhatikan unsur-unsur
pembangunnya, seperti tema, amanat, sudut pandang dan lain-
lain. Menulis memerlukan latihan.
Kata kunci
Dalam menulis cerpen, ide
merupakan masalah yang
bersumber dari peristiwa
ataupun benda
19 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
D. LATIHAN SOAL
Petunjuk!
1. Bacalah sebuah cerpen di atas!
2. Kontruksilah cerpen tersebut!
3. Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik; lalu susunlah menjadi
kerangka cerpen secara kronologis.
4. Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen
MAWAR DI SUDUT JENDELA
Karya Muh. Ramli
Sehelai daun kembali jatuh tepat didepan Bu Harti yang menyapu halaman
rumahnya. Memang, kemarau belum beranjak meski sudah semestinya datang
musim hujan. Namun, apalah artinya pergantian musim bagi Bu Harti, jika
harapannya kian pupus bersama dengan silih bergantinya kelam malam dan
terangnya mentari. Harapan itu sudah lama mendera sanubarinya. Bahkan ia
sendiri tidak tahu kapan akan sampai. Angin menerbangkan harapan itu untuk
kesekian kali, tetapi masih berakhir di dalam angan.
Sesekali ia mengatur napasnya, sebelum melanjutkan menyapu. Maklum, Bu
Harti sudah dimamah usia. Menyapu halaman rumah ia jadikan mengisi waktu
luang. Daripada berdiam di beranda. Ia sebenarnya kesepian. Bagaimana tidak,
hidupnya sebatang kara. Bukan karena ia tidak memiliki suami dan anak, tetapi
suaminya telah mendahuluinya menghadap Sang Pemilik Kehidupan, sementara
anak semata wayangnya tidak tahu di mana keberadaannya sekarang.
Meninggal? Tidak ada kepastian. Pernah, suatu ketika, datang sebuah kabar
bahwa anak semata wayangnya ditemukan meninggal tertabrak truk di kampung
sebelah. Kabar itu membuat Bu Harti sakit. Dia bahkan tidak sadarkan diri dalam
beberapa hari. Namun, setelah dicek ternyata yang ditemukan meninggal itu
bukan anaknya. Pernah juga di suatu malam, Pak Dalbo, penjaga kampong
datang membawa kabar. Ia menerima pesan: anak Bu Harti meninggal dengan
20 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
luka tusukan tepat didada, kejadiannya di kampung sebelah. Sayangnya, lagi-lagi
kabar itu palsu.
Lalu kemana anak semata wayangnya Bu Harti? Tidak ada satu pun yang
mengetahuinya, termasuk Bu Harti. Sampai hari ini, sehelai daun kembali jatuh
di hadapannya. Karena tidak ada kabar, warga kampung menganggap anak Bu
Harti sudah meninggal. Tapi tidak bagi Bu Harti. Bu Harti yakin, anak semata
wayangnya masih hidup. Di suatu tempat yang jauh, anak itu sedang bekerja
keras demi kehidupan yang lebih baik.
Sehelai daun kembali jatuh tepat di depan Bu Harti. Kenangan masa silam
kembali runtuh. Saat-saat bersama suami kini memenuhi ruang kepalanya yang
beruban seperti reruntuhan salju. Bu Harti tak tahu harus bagaimana. Kenangan
senantiasa datang tiba-tiba. Ia hanya bisa membiarkan dirinya larut dalam
bayang-bayang masa silam bersama suami tercinta.
“Dede, jika anak kita laki-laki, aku ingin ia menjadi seperti Ibu Batutah yang
menjelajahi dunia. Aku ingin ia mewujudkan mimpi-mimpi bapaknya yang tak
mungkin lagi diwujudkan,” Kata suaminya penuh semangat.
“Jika ia perempuan, bagaimana? Tanyanya.
“Jika ia perempuan, ia harus menjadi perempuan tegar, yang akan selalu
memberi manfaat kapan dan di mana pun ia berada. Ia harus menjadi inspirasi
bagi orang lain,”
Ia dan suaminya saling berpelukan haru. Ia sangat bahagia bisa bersatu
dalam ikatan pernikahan, meski harus menghadapi beragam ujian dan rintangan.
Orang tua mereka tidak setuju. Suku mereka berbeda.
“Apapun nantinya anak kita, biarkan menjadi dirinya sendiri! Biarkan
memilih jalan hidupnya! Kita sebagai orang tua harus mendukung dan
membimbing menjadi anak yang berbakti dan lebih utama, tidak menjadi anak
yang lupa pada Tuhannya,”
Tiba-tiba kalimat itu membuyarkan lamunan Bu Harti. Suara itu masih jelas
terngiang, seperti baru kemarin suaminya berkata.
Anak yang berbakti? Tanya Bu Harti pada dirinya. Jangankan menjadi anak
berbakti, anak yang mengingat orang tua nya saja tidak. Kemudian, tetesan
21 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
hangat mengalir di antara keriput pada pipi. Kesedihan Bu Harti tak bisa
dibendung lagi. Kerinduan kepada suami dan anaknya terlampau dalam.
Di tengah kesedihan yang begitu lama, Bu Harti semakin dengan kesepian.
Namun, kesepian yang mendera selalu menyisakan rindu, yang membuncah,
yang membuat tersiksa. Bukan hanya rasa sepi itu, tetapi kerinduan tanpa alamat
tujuan, tanpa labuhan kemungkinan bertemu, kian menyiksa hari-harinya yang
semakin rapuh. Ia begitu merindukan anak semata wayangnya. Musim berganti.
Hujan dan kemarau bertukar cuaca. Tapi keberadaan dan kabar anaknya belum
datang juga.
Haruskah ia menerima kenyataan bahwa anaknya sudah meninggal? Tidak,
tidak, pikir Bu Harti. Ia yakin anaknya belum meninggal. Suatu hari, anaknya
datang. Meski ia meyakinkan dirinya sedemikian rupa, bukan berarti Bu Harti
kuat sepenuhnya. Dia juga manusia, kadang rapuh, bahkan hampir saja
kehilangan harapan. Tetapi, ketika semua itu terjadi, ia bangkit dan kembali
menguatkan dirinya.
“Sabar, Dede!” Tiba-tiba suara itu terngiang. Dede adalah panggilan khusus
yang hanya disematkan padanya. Bu Harti kembali medengar perkataan
suaminya, yang kini membawa kembali pada beberapa tahun silam.
“Sabar, Dede kita harus kuat! Kita berbaik sangka saja, mungkin kedua orang
tua Dede lagi sibuk sehingga tidak bisa bertandang ke rumah,” Nasihat suaminya
sesaat setelah Bu Harti melahirkan.
“Akan tetapi, mereka seharusnya menemani Dede di sini juga, Mas. Dede
ingin mereka melihat cucunya saat pertama kali terlahir ke dunia ini,” Istrinya
protes.
“Sabar. Insyaallah semua akan baik-baik saja. Bukankah ada diriku di sini
yang akan selalu menemanimu? Lihatlah betapa tampannya anak kita.”
Keduanya kemudian mengarahkan pandangan pada bayi merah yang baru
saja bergabung dalam keluarga kecil.
“Oh, ya, ada sesuatu yang harus kulakukan. Aku akan pulang ke rumah
sebentar. Jika sudah kembali ke rumah bersama dengan anak kita, aku akan
memberitahumu, Dede,” Katanya penuh semangat dengan senyum di wajah.
22 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
Istrinya hanya mengangguk sambil melihat sang suami berlalu meninggalkannya.
“Mas…,” Suara lirih Bu Harti membuatnya kembali sadar; apa yang baru saja
terjadi hanya kenangan yang pernah mereka lalui bersama. Air matanya masih
terus membasahi wajahnya yang telah dimamah usia. Namun, dia tidak berhenti
menyapu halaman ruamh.
Sehelai daun kembali terjatuh dengan desiran angina yang begitu jelas
terdengar. Daun dan desiran angin itu seakan-akan ikut menghibur kesepian dan
penantian Bu Harti. Penantian yang menyisakan luka karena harapan yang terus
terpupus dari hari ke hari.
Air matanya masih saja terlihat. Tak terbendung oleh kenangan. Mendiang
suaminya yang sangat ia cintai. Ia ingin kembali merekam kenangan bersama
suaminya, namun kali ini tidak lagi. Tidak bisa. Entah apa yang terjadi.
Bukankah kenangan, yang baru saja muncul kembali itu, di luar keinginannya? Ia
hadir dengan sendirinya. Dan tak mampu ditepis olehnya. Lalu, mengapa saat Bu
Harti ingin merekam kenangannya dengan penuh kesadaran, ia tak mampu lagi?
Entahlah.
Ia kemudian memandangi seluruh halaman rumahnya. Pandangannya terpaku
pada sebuah sudut. Tepat di bawah jendela, ada mawar yang sudah beberapa kali
berbunga. Ia memandangnya dengan penuh rindu. Air mata itu kembali tak
terbendung. Ia tahu mawar itu, pemberian suaminya. Hadiah kelahiran. Khusus
untuk dirinya. Mawar itu sebagai tanda; anak yang mereka rindukan sebagai
pelengkap keluarga telah dihadirkan oleh Tuhan.
Bu Harti mendekati mawar itu. Langkahnya terbalut kenangan dan sesekali
air mata. Sampai tepat di depan mawar, Bu Harti menyebut nama suaminya.
Tiba-tiba, pandangannya buram. Tubuhnya yang lebih ambruk. Samar-samar, ia
melihat dua orang laki-laki yang ia rindukan hadir di depannya kemudian
mengenggam tangannya.
Apakah ia berhalusinasi? Pikirnya. Namun, semakin ia menatap kedua lelaki
tersebut, semakin jelas bahwa merekalah yang selama ini ia rindukan. Mereka
yang selama ini ia harapkan kedatangannya di dalam penantian panjang. Meski
musim berlalu dan berganti, meski rembulan dan mentari datang bersusulan,
23 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
meski malam dan siang saling bertukar tangkap dengan waktu, namun
penantiannya belum juga berlabuh pada muaranya.
Tapi kali ini, sosok yang ia rindukan tiba-tiba hadir. Ia semakin memejamkan
pandangan. Ia ingin memastikan bahwa dirinya tidak berhalusinasi. Tapi,
kesadarannya terhentak. Lelaki yang pertama telah meninggalkannya untuk
selamanya. Lelaki itu kini telah kembali kepada penciptanya. Atau inikah
pertanda bahwa lelaki yang ia panggil dengan sebutan anak juga telah lama
menghadap Sang Pencipta menyusul suaminya?
Lalu apa artinya sekarang ini?
Apakah inilah akhir dari penantianku untuk juga kembali kepada-Nya dan
disatukan di alam keabadian?
Sederet pertanyaan memenuhi kepalanya, sebelum tiba-tiba suara lelaki itu
tersebut membuatnya bungkam.
“Dede, penantianmu telah berlabuh,” Kata lelaki pertama dan diikuti senyum
oleh lelaki kedua. Kemudian Bu Harti tak sadarkan diri. Ia hanya tahu bahwa
malaikat Izrail telah melaksanakan titah dari Tuhannya.
Selamat mengerjakan!
24 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
RANGKUMAN
1. Menulis cerpen bisa berdasaran pengalaman diri atau
pengalaman orang lain.
2. Menentukan topik kehidupan yang menarik adalah langkah
selanjutnya yang harus dilakukan.
3. Mengontruksi adalah proses menyusun atau menulis kembali.
4. Menulis cerpen dilakukan dengan terlebih dahulu menulis
kerangka mengembangkannya menjadi cerpen, melakukan
proses editing dan merevisi.
25 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
GLOSARIUM
Cerita Pendek : cerita fiksi cerita pendek atau tidak benar-benar terjadi
tetapi bisa terjadi kapan saja dan dimana saja dimana cerita ini relatif
singkat.
Mengontruksi : kegiatan menulis kembali berdasarkan kerangka yang
telah disusun.
Unsur Pembangun Cerpen : unsur-unsur yang berperan dalam
pembentukan cerpen yang meliputi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur Intrinsik : unsur yang membangun cerpen dari dalam.
Unsur Ekstrinsik : suatu norma yang berlaku di masyarakat untuk
memenuhi hidupnya.
26 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
DAFTAR
PUSTAKA
Ade Ubaidil. (2019). Pulang Melepas Dada. Basabasi: Yogyakarta
Dewojati. (2019). Sastra Populer Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Kurniasih, I. & Sani, B. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
Lilis. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Digital Pada Mata Pelajaran Dasar Listrik
dan Elektronika Kelas X. Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, 5.
Rozak, A., & Rasyad, S.. (2016). Pembelajaran Sastra Berbasis Teks. Yogyakarta:
Framepublising.
Sumardjo, J, dan Saini, K, M. (1986). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Widayati. S. (2020). Buku Ajar Kajian Prosa Fiksi. Sulawesi Tenggara: LPPM
Universitas Muhammadiyah Buton Press
Yuberti. (2013). Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam
Pendidikan. Bandar Lampung: Printing & Publishing.
27 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k
PROFIL PENULIS
Galih Ahmad Dinata, lahir di Cirebon, 21 Oktober
2000. Riwayat pendidikan sekolah dasar di SDN 1
Cipeujeuh Kulon. Riwayat pendidikan sekolah
menengah pertama di SMPN 2 Lemahabang. Riwayat
pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1
Karangwareng. Saat ini sedang menempuh pendidikan
sarjana di FPS UGJ Cirebon. Aktif dalam organisasi
kampus di HMJ Diksatrasia (Himpunan Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Menyukai musik, membaca buku, dan
menulis. Beberapa tulisannya yang berjudul Menjelang Senja, Sepanjang Malam, Suara
Rumput, dan Burung Gereja telah diterbitkan oleh media metamorfosa.co.
28 | B a h a n A j a r T e k s C e r i t a P e n d e k