The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by REKAYASA LINGKUNGAN- KELAS REGULER 6A BANJARMASIN, 2021-05-06 17:00:51

REKAYASA LINGKUNGAN-SULAIMAN-18640033

REKAYASA LINGKUNGAN-SULAIMAN-18640033

8.2.3 Sumber-Sumber Sampah

Sampah yang dikelola oleh pemerintah kota di Indonesia sering dikategorikan dalam
beberapa kelompok, yaitu :

1. Sampah dari rumah tinggal, merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan atau
lingkungan rumah tangga atau sering disebut dengan istilah sampah domestik. Dari kelompok
sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa sisa makanan, plastik, kertas, karton, kain,
kayu, kaca, daun, logam dan kadang-kadang sampah berukuran besar seperti dahan pohon.
Praktis tidak terdapat sampah yang biasa dijumpai di negara industri seperti mebel, TV bekas,
kasur dll. Kelompok ini dapat meliputi rumah tinggal yang di tempati oleh sebuah keluarga,
atau sekelompok rumah yang berada dalam suatu kawasan pemukiman, maupun unit rumah
tinggal yang berupa rumah susun. Dari rumah tinggal tinggal juga dapat dihasilkan sampah
golongan B3 (bahan berbahaya dan beracun), seperti misalnya baterei, lampu TL, sisa obat-
obatan, oli bekas, dll.

2. Sampah dari daerah komersial, sumber sampah dari kelompok ini berasal dari pertokoan,
pusat perdagangan, pasar, hotel, perkantoran, dll. Dari sumber ini umumnya dihasilkan
sampah berupa kertas, plastik, kayu, kaca, logam dan juga sisa makanan. Khusus dari pasar
tradisional banyak dihasilkan sisa sayur, buah, makanan yang mudah membusuk. Secara
umum sampah dari sumber ini adalah mirip dengan sampah domestik tetapi dengan
komposisi yang berbeda.

3. Sampah dari perkantoran/institusi : sumber sampah dari kelompok ini meliputi
perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga pemasyrakatan dll.

4. Sampah dari jalanan/ taman dan tempat umum : sumber dari sampah ini dapat berasal dari
jalan kota, tempat parkir, tempat rekreasi, saluran drainase kota dll. Dari daerah ini umumnya
di hasilkan sampah berupa daun/dahan pohon, pasir/lumpur, sampah umum seperti plastik,
kertas dan lain-lain.

5. Sampah dari industri dan rumah sakit yang sejenis dengan sampah kota : kegiatan umum
dari industri dan rumah sakit tetap menghasilkan sampah sejenis sampah domestik, seperti
sisa makanan, kertas, plastik dan lain-lain. Yang perlu mendapat perhatian adalah, bagaimana
sampah yang tidak sejenis sampah kota tersebut tidak masuk dalam sistem pengelolaan
sampah kota.

8.2.4 Pengelolaan Sampah

Menurut PP No. 81 tahun 2012, tentang Pengelolaan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah
dimulai dari sumber, pewadahan, pengumpulan, transfer/pemindahan dan
transport/pengangkutan, pengolahan serta pembuangan akhir. Pengurangan meliputi
pembatasan timbulan, pendaur ulangan sampah dan atau pemanfaatan kembali sampah.
Penanganan sampah meliputi kegiatan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, dan
pemrosesan akhir sampah.

Dalam perencanaan sistem pengelolaan persampahan suatu kota perlu diketahui data
awal berupa timbulan, komposisi dan karakteristik sampah, sehingga pengelolaan
persampahan mulai dari sumber, pewadahan, pengumpulan, transfer dan transpor,
pengolahan serta pembuangan akhir akan lebih optimal. Timbulan (kuantitas) sampah
merupakan volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber sampah di
wilayah tertentu per satuan waktu.

Ada beberapa kajian teoritis sistem pengelolaan sampah. Analisisnya seperti terlihat
pada Tabel 8.1. Pada tabel terlihat perbandingan antara sistem pengelolaan sampah
konvensional/tradisional, kumpul-angkut buang, mandiri dan proaktif, serta bank sampah.
Tabel 8.1 Kajian Teoritis Berbagai Sistem Pengelolaan Sampah

8.2.5 Permasalahan Pengelolaan Sampah
Masalah- masalah pokok dalam pengelolaan persampahan kota diantaranya yaitu :
1. Perbedaan tingkat sosial budaya penduduk kota

2. Sirkulasi dana serta prioritas penanganan yang relatif rendah dari pemerintah daerah
merupakan masalah umum dalam skala nasional

3. Pergeseran teknik penanganan makanan, misalnya menuju pengemas makanan yang tidak
dapat terurai seperti plastik

4. Keterbatasan sumber daya manusia

5. Pengembangan perancangan peralatan persampahan yang bergerak sangat lambat

6. Partisipasi masyarakat yang masih kurang terorganisir di lapangan

Kariskou, dkk (2009) menyatakan bahwa permasalahan sampah disebabkan oleh
ketidakmampuan pemerintah dalam penanganan sampah. Peneliti berpendapat bahwa
permasalahan sampah tidak hanya disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah, akan tetapi
disebabkan peran serta masyarakat yang masih kurang. Permasalahan sampah bukan hanya
berdampak pada persoalan lingkungan, tetapi juga telah menimbulkan kerawanan sosial dan
bencana kemanusiaan. Ada beberapa hal kreatif dan efektif yang bisa kita lakukan agar
sampah tidak menggunung dan menyebabkan kerusakan lingkungan yaitu menerapkan
prinsip 3R yaitu :

1. Reduce (mengurangi sampah); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Beberapa cara diantaranya :

- Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik pembungkus
barang belanjaan

- Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli botol baru ataupun
shaset sekali pakai setiap kali habis

- Membeli susu, makanan kering, deterjen dan lain-lain dalam paket yang besar daripada
membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama

2. Reuse (memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Beberapa cara diantaranya :

- Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah

- Memanfaatkan kantong plastic bekas kemasan belanja untuk pembungkus

- Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan tangan, perangkat
pembersih (lap), maupun berbagai keperluan lainnya.

3. Recycle (mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi
bisa didaur ulang. Beberapa cara diantaranya :

- Mengumpulkan kertas, majalah dan surat kabar bekas untuk di daur ulang

- Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur ulang

- Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil daur ulang

Pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan memperkecil
atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Cara penyelesaian
yang ideal dalam penanganan sampah di perkotaan adalah dengan cara membuang sampah
sekaligus memanfaatkannya sehingga selain membersihkan lingkungan, juga menghasilkan
kegunaan baru. Hal ini secara ekonomi akan mengurangi biaya penanganan.

Beberapa permasalahan yang mungkin timbul dalam sistem pengelolaan sampah yaitu :

1. Dari segi pengumpulan sampah dirasa kurang efisien karena mulai dari sumber sampah
sampai ke tempat pembuangan akhir, sampah belum dipilah-pilah sehingga kalaupun akan
diterapkan teknologi lanjutan berupa composting maupun daur ulang perlu tenaga untuk
pemilahan menurut jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan dan hal ini akan memerlikan
data maupun menyita waktu.

2. Pembuangan akhir ke TPA dapat menimbulkan masalah, diantaranya :

a) Memerlukan lahan yang besar bagi tempat pembuangan akhir (TPA) sehingga hanya
cocok bagi kota yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. Apalagi bila kota
menjadi semakin bertambah jumlah penduduknya, maka sampah akan menjadi bertambah
juga sehingga lahan TPA yang diperlukan menjadi bertambah luas.

b) Biaya operasional sangat tinggi bagi pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan lebih
lanjut. Apalagi bila letak TPA jauh dan bukan di wilayah ekonomi.

8.3 TINJAUAN UMUM TENTANG BANK SAMPAH

8.3.1 Pengertian dan Fungsi Bank Sampah

Menurut permen LH RI No 13 Tahun 2012 Bank Sampah adalah tempat pemilihan
dan pengumpulan sampah yang dapat di duar ulang dan atau digunakan ulang yang memiliki
nilai ekonomi. Bank Sampah merupakan tempat menabung sampah yang telah terpilah
menurut jenis sampah, sampah yang ditabung pada bank sampah adalah sampah yang
mempunyai nilai ekonomis. Cara kerja bank sampah pada umumnya hampir sama dengan
bank lainnya, ada nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya, apabila
dalam bank yang biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang. Akan tetapi, dalam
bank sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis, sedangkan
pengelola bank sampah harus orang yang kreatif dan inovatif serta memiliki jiwa
kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

8.3.2 Standar Manajemen Bank Sampah

Merujuk pada Permen LH No 13 Tahun 2012 berikut adalah standar menajemen dalam bank
sampah ;

1. Menabung sampah ;

a) dilakukan penyuluhan Bank Sampah paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan b)
setiap penabung diberikan 3 (tiga) wadah/tempat sampah terpilah

c) penabung mendapat buku rekening dan nomor rekening tabungan sampah d) telah
melakukan pemilahan sampah

e) telah melakukan upaya mengurangi sampah.

2. Pelaksana Bank Sampah ;

a) menggunakan alat pelindung diri (APD) selama melayani penabung sampah

b) mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah melayani penabung sampah

c) direktur Bank Sampah berpendidikan paling rendah SMA/sederajat d) telah mengikuti
pelatihan Bank Sampah

e) melakukan monitoring dan evaluasi (monev) paling sedikit 1 (satu) bulan sekali dengan
melakukan rapat pengelola Bank Sampah

f) jumlah pengelola harian paling sedikit 5 (lima) orang g) pengelola mendapat
gaji/insentif setiap bulan

3. Pengepul/pembeli sampah/industri daur ulang ;

a) tidak melakukan pembakaran sampah

b) Mempunyai naskah kerjasama/mou dengan Bank Sampah sebagai mitra dalam
pengelolaan sampah

c) mampu menjaga kebersihan lingkungan seperti tidak adanya jentik nyamuk dalam
sampah kaleng/botol

d) mempunyai izin usaha

4. Pengelolaan sampah di Bank Sampah ;

a) sampah layak tabung diambil oleh pengepul paling lama sebulan sekali b) sampah layak
kreasi didaur ulang oleh pengrajin binaan Bank Sampah c) sampah layak kompos dikelola
skala RT dan/atau skala komunal

d) sampah layak buang (residu) diambil petugas PU 2 (dua) kali dalam 1 (satu) minggu

e) cakupan wilayah pelayanan Bank Sampah paling sedikit 1 (satu) kelurahan (lebih besar
dari 500 (lima ratus) kepala keluarga)

f) sampah yang diangkut ke TPA berkurang 30-40 % setiap bulannya

g) jumlah penabung bertambah rata-rata 5-10 penabung setiap bulannya h) Adanya
replikasi Bank Sampah setempat ke wilayah lain.

5. Peran pelaksana Bank Sampah ;

a) sebagai fasilitator dalam pembangunan dan pelaksanaan Bank Sampah
b) menyediakan data “pengepul/pembeli sampah“ bagi Bank Sampah
c) menyediakan data “industri daur ulang”

d) memberikan reward bagi Bank Sampa

Catatan : Fasilitator adalah orang yang memfasilitasi keperluan pembangunan dan
pelaksanaan Bank Sampah, antara lain :

- membantu dalam memfasilitasi penggalangan dana corporate social
responsibility (CSR)

- penyediaan infrastruktur, sarana dan prasarana bagi berdirinya Bank Sampah;

- pengurusan perijinan usaha Bank Sampah

- Membantu dalam memasarkan produk daur ulang sampah (kompos, kerajinan).

8.3.3 Tujuan dan Manfaat Bank Sampah

Pendirian bank sampah bertujuan untuk menangani pengelolaan sampah perkotaan
secara lebih efektif dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Masyarakat harus disadarkan
mengenai tanggung jawabnya sebagai pihak yang memproduksi sampah, dan oleh karenanya
harus ikut bertanggungjawab dan terlibat dalam kegiatan penanganan sampah serta
pengelolaannya. Hal itu harus dilakukan agar sampah tidak menumpuk di luar kendali
sehingga mengganggu kebersihan dan kesehatan lingkungan akibat pencemaran. Bank
sampah secara tidak langsung berperan dalam mengurangi dampak perubahan iklim.
Sampah ternyata juga menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya jumlah emisi gas
rumah kaca di atmosfer, selain kegiatan manusia lainnya yang berhubungan dengan energi,
kehutanan, pertanian dan peternakan.

8.3.4 Proses Pengelolaan Sampah di Bank Sampah

Untuk melihat proses atau pengelolaan sampah rumah tangga di bank sampah dapat
dilihat pada diagram alur berikut ini

8.3.5 Mekanisme Kerja Bank Sampah

Mekanisme kerja bank sampah adalah sebagai berikut :

1. Pemilahan bank sampah rumah tangga

Nasabah harus memilah sampah sebelum disetorkan ke bank sampah. Pemilahan
sampah tergantung pada kesepakatan saat pembentukan bank sampah. Misalnya,
berdasarkan sampah organik dan anorganik. Biasanya sampah anorganik kemudian
dipisahkan lagi berdasarkan jenis bahan: plastik, kertas, kaca dan lain-lain. Pemgelompokkan
sampah akan memudahkan proses penyaluran sampah ke beberapa tempat sasaran, yaitu
ketempat pembuatan kompos, pabrik plastik atau industri rumah tangga. Praktik bank sampah
secara tidak langsung akan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan
akhir (TPA), karena sebagian besar sampah yang telah dipilah dan dikirimkan ke bank akan
dimanfaatkan kembali. Sampah yang dibuang ke TPA adalah sampah yang tidak punya nilai
ekonomi atau tidak dapat dimanfaatkan lagi atau didaur ulang, termasuk diantaranya sampah
B3.

2. Penyetoran sampah ke bank

Waktu penyetoran sampah biasanya telah disepakati sebelumnya. Misalnya, dua hari
dalam sepekan setiap rabu dan sabtu. Penjadwalan ini maksudnya untuk
mensinkronisasikan waktu nasabah menyetor dengan waktu pengangkutan ke pengepul. Hal
ini diperlukan agar sampah tidak bertumpuk di lokasi bank sampah.

3. Penimbangan

Sampah yang sudah disetor ke bank kemudian ditimbang. Berat sampah yang bisa
disetorkan sudah ditentukan pada kesempatan sebelumnya, misalnya minimal harus satu
kilogram.

4. Pencatatan

Petugas akan mencatat jenis dan bobot sampah setelah penimbangan. Hasil
pengukuran tersebut lalu dikonversikan kedalam nilai rupiah yang kemudian ditulis dibuku
tabungan. Pada bank sampah, tabungan biasanya bisa diambil setiap tiga bulan sekali.
Tabungan bank sampah bisa dimodifikasi menjadi beberapa jenis: tabungan hari raya,
tabungan pendidikan dan tabungan yang bersifat sosial untuk disalurkan melalui lembaga

kemasyarakatan. Pada tahapan ini, nasabah akan merasakan keuntungan sistem bank sampah,
bahwa dengan menyisihkan sedikit tenaga memilih sampah, masyarakat dapat memperoleh
uang tabungan. Dibandingkan dengan pengelolaan sampah secara “konvensional”,
masyarakat justru harus mengeluarkan uang, untuk membayar retribusi petugas kebersihan
yang menangani sampahnya.
5. Pengangkutan

Bank sampah sudah bekerjasama dengan pengepul yang sudah ditunjuk dan di
sepakati. Setelah sampah terkumpul, ditimbang dan dicatat, sampah langsung diangkut
ketempat pengelolaan berikutnya, sehingga sampah tidak menumpuk di lokasi bank sampah.
Bank sampah bisa berkembang menjadi sumber bahan baku untuk menjadi industri rumah
tangga di sekitar lokasi bank. Pengelolan sampah bisa dilakukan oleh masyarakat yang juga
menjadi nasabah bank. Masyarakat bisa mendapat keuntungan ganda dari sistem bank
sampah yaitu tabungan dan laba dari hasil penjualan produk dari bahan daur ulang.
8.3.6 Integrasi Bank Sampah dengan Aplikasi Extended Producer Responsibility (EPR)

EPR adalah strategi yang didisain dalam upaya mengintegrasikan biaya lingkungan ke
dalam seluruh proses produksi suatu barang sampai produk itu tidak dapat dipakai lagi
sehingga biaya lingkungan menjadi bagian dari komponen harga pasar produk tersebut. EPR
diartikan sebagai strategi yang didisain dalam upaya mengintegrasikan biaya-biaya
lingkungan ke dalam seluruh proses produksi suatu barang sampai produk itu tidak dapat
dipakai lagi (post consumer) sehingga biaya-biaya lingkungan menjadi bagian dari komponen
harga pasar produk tersebut. Masyarakat wajib memilah, mengumpulkan dan menyerahkan
produk dan/atau kemasan yang sudah habis masa gunanya ke tempat-tempat yang ditentukan
(collection point) atau droping point. Bank sampah dapat diperankan sebagai
collection/dropping point, yaitu tempat dimana masyarakat dapat mengembalikan sampah
dari produk dan/atau kemasan yang layak daur ulang, guna ulang, dan/atau layak jual yang
dikenai ketentuan EPR.
Nilai ekonomi dari sampah yang ditabung di bank sampah merupakan insentif bagi
masyarakat agar mereka mau memilah dan mengumpulkan sampah. Integrasi bank sampah
dengan penerapan Extended Producer Responsibility (EPR) dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 8.3 Bank Sampah Dengan EPR

Ditinjau dari sudut pandang produsen, bank sampah adalah collection/ dropping point
yang didisain sebagai titik awal proses penarikan kembali produk dan/atau kemasan yang
habis masa gunanya serta dikenai ketentuan EPR. Pengoperasian bank sampah akan
memudahkan pihak produsen karena tidak perlu membangun collection/dropping point yang
baru. Konsekuensinya, pihak produsen wajib membiayai modal dan pelaksanaan bank
sampah yang besarannya disepakati bersama berdasarkan berat dan harga sampah yang
ditransaksikan

DAFTAR PUSTAKA

cerita kemul: MAKALAH REKAYASA LINGKUNGAN

TUGAS REKAYASA LINGKUNGAN MAKALAH TENTANG LIMBAH DOMESTIK
(123dok.com)

JASA DAN ETIKA LINGKUNGAN UNTUK PENGENDALIAN AIR DAN BANJIR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN DAN SERANG Agung Setyawan , Totok Guawan ,
Suprapto Dibyosaputro , Sri Rum Giyarsih

Journal Pembangunan wilayah dan kota 14 (4) , 241- 151. 2018

http://itheng.blogspot.com/2011/09/ipal-instalasi-pengolahan-air-
limbah.html
https://www.academia.edu/35564723/MAKALAH_PENGOLAHAN_LIMBAH
https://id.wikipedia.org/wiki/Instalasi_pengolahan_air_limbah

https://media.neliti.com/media/publications/212028-perencanaan-pengolahan-air-
limbah- sistem.pdf

36704-91650-1-PB.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5099c1d958ba3deb6270dea7d2

bc8
bf6.pdf

https://www.iuwashplus.or.id/cms/wp-content/uploads/2017/04/Buku-San1-
SPALD- Setempat.pdf

http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/8059/mod_resource/content/1/CK
02- Spesifikasi%20Teknis%20Air%20Limbah-
Sistem%20Pengelolaan%20Air%20Limbah%20Domestik-
Terpusat%20Skala%20Permukiman.pdf

http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/92631/mod_resource/content/1/Puti%20Sri%20Kom
ala- Pengelolaan%20Air%20Limbah%20Domestik.pdf

https://dlhk.sidoarjokab.go.id/downloads/PENGELOLAAN%20LIMBAH%20CAIR%20
DO MESTIK%20KAB.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/18605614.pdf
http://repository.lppm.unila.ac.id/7519/1/SISTEM%20DRAINASE%20SALURAN%20T
ER
BUKA.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/144141-ID-perencanaan-sistem-drainase-
berwawasan-l.pdf

http://eprints.polsri.ac.id/1241/3/BAB%20II.pdf

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/12890/8.%20BAB%203%20TA%20.
pdf

?sequence=8&isAllowed=y

Anih Sri Suryani. “Peran Bank Sampah Dalam Efektivitas Pengelolaan Sampah (Studi Kasus
Bank Sampah Malang)”. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI, Volume 5 No. 1. Jakarta. 2014.

Dwi Wulandari,dkk. “Waste Bank : Waste Management Model in Improving Local
Economy”. International Journal of Energy Economic, and Politic, Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Malang, Vol. 7 No. 3. 2017.

I Nyoman Nurjaya. “Dinamika Hukum Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Dalam

Rangka Pengelolaan Sumber Daya Alama”. Jurnal Hukum Vol. 4 No. 2, (Juni 2015)

: 25. diakses pada 7 Desember 2019 https://rechtsvinding.bphn.go.id


Click to View FlipBook Version