The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by REKAYASA LINGKUNGAN- KELAS REGULER 6A BANJARMASIN, 2021-05-06 17:00:51

REKAYASA LINGKUNGAN-SULAIMAN-18640033

REKAYASA LINGKUNGAN-SULAIMAN-18640033

BUKU REKAYASA LINGKUNGAN

Dosen Pengampu :
ADHI SURYA, ST., MT

NIDN 1126058001

Disusun Oleh:
SULAIMAN
NPM 18640033
KELAS REGULER SIANG A
BANJARMASIN

PROGRAM STUDI TEKNIK
SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL

BANJARI BANJARMASIN
2021

BAB I

PENGANTAR REKAYASA LINGKUNGAN

1.1 Latar Belakang

Rekayasa lingkungan merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan diProgram
Studi Teknik Sipil. Rekayasa Lingkungan membahas tata cara pengelolaandan pandangan
terhadap pelestarian lingkungan. Rekayasa Lingkungan adalah ilmuteknik sipil yang
mempelajari tentang tata cara membangun konstruksi teknik sipilyang dapat mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan alam.

Manusia merupakan komponen lingkungan alam yang bersama-sama dengan
komponen alam lainnya, hidup bersama dan mengelola lingkungan dunia. Karena manusia
adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran, peranannya dalam mengelola lingkungan
sangat besar. Manusia dapat dengan mudah mengatur alam dan lingkungannya sesuai
dengan yang diinginkan melalui pemanfaatan ilmu dan teknologi yang dikembangkannya.
Akibat perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat, kebudayaan manusia
pun berubah dimulai dari budaya hidup berpindah-pindah (nomad), kemudian hidup
menetap dan mulai mengembangkan buah pikirannya yang terus berkembang sampai
sekarang ini. Hasilnya berupa teknologi yang dapat membuat manusia lupa akan
tugasnya dalam mengelola bumi. Sifat dan perilakunya semakin berubah dari zaman ke
zaman. Sekarang ini manusia mulai bersifat boros, konsumtif dan cenderung merusak
lingkungannya.

Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung berarti
kemampuan lingkungan untuk dapat memenuhi kebutuhan sejumlah makhluk hidup agar
dapat tumbuh dan berkembang secara wajar didalamnya. Daya lenting berarti kemampuan
untuk pulih kembali kepada keadaan setimbang. Kegiatan manusia amat berpengaruh pada
peningkatan atau penurunan daya dukung maupun daya lenting lingkungan. Manusia dapat
meningkatkan daya dukung lingkungan, tetapi karena keterbatasan kemampuan dan
kapasitas lingkungan, tidak mungkin terus ditingkatkan tanpa batas, sehingga manusia
secara sadar ataupun tidak menyebabkan ketidaksetimbangan atau kerusakan lingkungan.
Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain oleh pencemaran.
Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan ada pula yang diakibatkan oleh
perbuatan manusia. Pencemaran akibat alam antara lain letusan gunung berapi. Bahan-
bahan yang dikeluarkan oleh gunung berapi seperti asap dan awan panas dapat
mematikan tumbuhan, hewan bahkan manusia. Lahar dan batu-batu besar dapat merubah
bentuk muka bumi. Pencemaran akibat manusia adalah akibat dari aktivitas yang
dilakukannya. Lingkungan dapat dikatakan tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan
pencemar yang dapat mengakibatkan gangguan pada mahluk hidup yang ada didalamnya.
Gangguan itu ada yang segera nampak akibatnya, dan ada pula yang baru dapat dirasakan
oleh keturunan berikutnya. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia di mulai dari
meningkatnya jumlah penduduk dari abad ke abad.

Populasi manusia yang terus bertambah mengakibatkan kebutuhan manusia semakin
bertambah pula, terutama kebutuhan dasar manusia seperti makanan, sandang dan
perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin banyak yang diambil dari
lingkungan. Disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
memacu proses industrialisasi, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Untuk

memenuhi kebutahan populasi yang terus meningkatkan, harus diproduksi bahan-bahan
kebutuhan dalam jumlah yang besar melalui industri. Kian hari kebutuhan-kebutuhan
itu harus dipenuhi. Karena itu mendorong semakin berkembangnya industri, hal ini akan
menimbulkan akibat antara lain Sumber Daya Alam (SDA) yang diambil dari lingkungan
semakin besar, baik macam maupun jumlahnya, industri mengeluarkan limbah yang
mencemari lingkungan, Populasi manusia mengeluarkan limbah juga, seperti limbah
rumah tangga yang dapat mencemari lingkungan, muncul bahan- bahan sintetik yang tidak
alami (insektisida, obat-obatan, dan sebagainya) yang dapat meracuni lingkungan. Akibat
selanjutnya lingkungan semakin rusak dan mengalami pencemaran. Pencemaran
lingkungan terbagi atas tiga jenis, berdasarkan tempat terjadinya, yaitu
pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah. Di Indonesia, kerusakan
lingkungan akibat pencemaran udara, air dan tanah sudah sangat kritis.

Setiap kegiatan atau usaha pada dasarnya dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup, kegiatan pembangunan yang makin meningkat mengandung risiko
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem
yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak.

Melihat kenyataan tersebut selain makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Rekayasa lingkungan, Tentunya dalam menyusun makalah ini kita dapat
mengetahui dampak negatif dan dampak positif pencemaran lingkungan. Perusahaan
industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta
pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat
kegiatan industri yang dilakukannya.

Pembangunan yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya alam,
menjadi sarana untuk mencapai keberlanjutan pembangunan dan menjadi jaminan bagi
kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Oleh karena
itu, pelaksannan suatu kegiatan harus dikelola dengan prinsip melestarikan fungsi
lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan
generasi masa depan.

2.1 Tujuan dan Manfaat Penyusunan

Dengan demikian dalam penyusunan makalah ini, Saya memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dasar pengertian pencemaran lingkungan.

2. Untuk mengetahui macam-macam pencemaran lingkungan.

3. Untuk mengetahui pencemaran lingkungan di salah satu industri.

4. Untuk mengetahui usaha pencegahan & penanggulangan pencemaran lingkungan.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Memahami apa sebenarnya pengertian dari pencemaran lingkungan.

2. Mampu mengidentifikasi macam-macam pencemaran lingkungan.

3. Memahami apa yang menjadi parameter pencemaran lingkungan.

4. Mengetahui apa saja yang dapat dilaukan sebagai usaha pencegahan &
penanggulangan pencemaran lingkungan.

BAB II

SIKLUS HIDROLOGI DAN SISTEM TATA KELOLA AIR

ALAMIAH

2.1 Siklus Hidrologi

Air secara alami mengalir dari hulu ke hilir, dari daerah yang lebih tinggi ke daerah
yang lebih rendah. Air mengalir di atas permukaan tanah namun air juga rnengalir di
dalam tanah. Air juga dapat berubah wujud, dapat berupa zat cair sesuai dengan nama
atau sebutannya "air", dapat berupa benda padat yang disebut "es", dan dapat pula berupa
gas yang dikenal dengan nama "uap air". Perubahan fisik bentuk air ini tergantung dari
lokasi dan kondisi alam. Ketika dipanaskan sampai100oC maka air berubah menjadi uap
dan pada suhu tertentu uap air berubah kembali menjadi air. Pada suhu yang dingin di
bawah 0oC air berubah menjadi benda padat yang disebut es atau salju. Air dapat juga
berupa air tawar (fresh water) dan dapat pula berupa air asin (air laut) yang merupakan
bagian terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan
aliran air (di permukaan tanah, di dalam tanah dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu
siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi.

Menurut Kodoatie (2012) proses perjalanan air dalam siklus hidrologi seperti
ditunjukkan pada Gambar 1, adalah:

1. Penguapan/evaporasi: Proses ini terjadi pada laut, danau, waduk, rawa, sungai,
tambak dan lain-lain.

2. Evapotranspirasi: yaitu suatu proses pengambilan air oleh akar tanaman untuk
kebutuhan hidupnya, kemudian terjadi penguapan pada tanaman tersebut. Proses
pengambilan air oleh akar tanaman disebut transpirasi, sedangkan proses penguapan
pada tanaman akibat dari sinar matahari disebut evaporasi.

3. Hujan/salju turun: Uap air dari proses evaporasi dan evapotranspirasi di atmosfir akan
berubah menjadi cairan akibat proses kondensasi, tetesan air yang terbentuk tersebut
saling berbenturan satu dengan yang lainnya dan terbawa oleh angin sampai berubah
menjadi butir-butir air. Butir-butir air tersebut akan terakumulasi dan semakin berat,
sehingga secara gravitasi akan turun ke bumi.

4. Air hujan di tanaman: Air hujan yang terjadi akan langsung jatuh (through flow) atau
mengalir melalui batang tanaman (stem flow) serta air hujan tersebut ada yang
tertinggal di atau jatuh dari daun (drip flow). Perlu waktu yang relatif lama untuk air
hujan mencapai tanah apabila tanaman tersebut cukup rimbun.

5. Aliran sungai (run-off): Aliran yang bergerak di atas permukaan tanah. Secara alami
air akan mengalir dari daerah yang tinggi ked aera yang rendah, dari gunung ke
lembah, kemudian menuju ke daerah lebih rendah, sampai ke pantai dan akhirnya
bermuara ke laut atau ke danau.

6. Banjir/genangan: Banjir dan genangan terjadi akibat dari luapan sungai atau daya
tampung drainase yang tidak mampu mengalirkan air.

7. Aliran sungai (river flow): Aliran permukaan mengalir menuju daerah tangkapan air
atau daerah aliran sungai menuju ke system jaringan sungai. Aliran dalam system
sungai akan mengalir dari sungai kecil menuju sungai yang lebih besar dan berakhir
di mulut sungai (estuary), tempat sungai dan laut bertemu.

8. Transpirasi: Proses pengambilan air oleh akar tanaman untuk memenuhi kebutuhan
hidup dari tanaman tersebut.

9. Kenaikan kapiler: Air dalam tanah mengalir dari aliran air tanah karena mempunyai
daya kapiler untuk menaikkan air ke vadose zone menjadi butiran air tanah (soil
moisture), demikian juga butiran air tanah ini naik secara kapiler ke permukaan tanah.

10. Infiltrasi : Sebagian dari air permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah (soil
water).

11. Aliran antara (interflow): air dari soil water yang mengalir menuju jaringan sungai,
waduk, situ-situ dan danau.

12. Aliran dasar (base flow): aliran air dari ground water yang mengisi sistem jaringan
sungai, waduk, situ-situ, rawa dan danau.

13. Aliran run-out: aliran dari ground water yang langsung menuju ke laut.

14. Perkolasi: Air dari soil moisture di daerah vadose zone yang mengisi aliran air tanah.

15. Kenaikan kapiler: aliran dari air tanah (ground water) yang mengisi soil water.

16. Return flow: aliran air dari soil water/vadoze zone menuju ke permukaan tanah.

17. Pipe flow (aliran pipa): aliran yang terjadi dalam tanah.

18. Unsaturated throughflow: aliran yang melewati daerah tidak jenuh air.

19. Saturated flow: aliran yang terjadi pada daerah jenuh air.

Gambar 1. Proses Perjalanan Air dalam Siklus Hidrologi

(Sumber: Kodoatie, 2012)

Menurut Seyhan (1990), daur hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan-
tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer, evaporasi
dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan,
presipitasi, akumulasl di dalam tanah maupun dalam tubuh air, dan evaporasi kembali.
Daur hidrologi mempunyai manfaat yang kecil bagi hidrolog yang terlibat dengan
pengkajian terinci, kuantitatif dari terjadinya air dan gerakannya. Namun, daur tersebut
berguna untuk memberikan konsep pengantar mengenai bagaimana air bersirkulasi
secara umum dan proses-proses yang terlibat dalam sirkulasi ini.

Siklus hidrologi merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus di
mana air yang berada di bumi bergerak ke atmosfir dan akan kembali ke bumi lagi,
Triatmodjo (2008) menjelaskan siklus hidrologi diawali dengan terjadinya penguapan air
yang berada di permukaan tanah, sungai, danau serta laut. Uap air tersebut menuju
atmosfir akan berubah menjadi titik air sehingga terbentuk awan akibat dari proses
kondensasi, kemudian titik-titik air tersebut akan turun menjadi hujan di daratan maupun
lautan. Hujan yang jatuh sebagian ditahan oleh tanaman dan sebagian lagi jatuh ke
permukaan tanah. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap ke dalam
tanah (infiltrasi) dan akan mengalir menjadi aliran permukaan (surface runoff) sebagai
pengisi danau, sungai dan cekungan tanah. Air dari proses infiltrasi akan mengalir di
dalam tanah (perkolasi) dan mengisi air tanah yang nantinya akan keluar sebagai mata air
atau akan mengalir ke sungai yang pada akhirnya akan mengalir menuju ke laut.

Menurut Tchakerian (2015), dasar konsep dari hidrologi adalah siklus hidrologi
yang digambarkan dalam skala ruang dan waktu yang berbeda. Secara global siklus
hidrologi merupakan proses terus menerus yang menghubungkan air di atmosfer dengan
air yang di darat maupun di laut. Pergerakan air dari ruang satu ke yang lain terjadi
melalui tiga fase, misalnya pergerakan air dari permukaan tanah ke atmosfer terjadi
dalam fase uap (penguapan dan kondesasi), fase cair yaitu hujan dan fase padat yaitu
salju.

2.2 Sumber Daya Air

Sumber daya air merupakan bagian dari sumber daya alam yang mempunyai sifat
yang sangat berbeda dengan sumber daya alam lainnya. Air adalah sumber daya yang
terbarui, bersifat dinamis mengikuti siklus hidrologi yang secara alamiah berpindah-
pindah serta mengalami perubahan bentuk dan sifat. Tak seorangpun yang menyangkal
bahwa air merupakan kebutuhan dasar bagi seluruh kehidupan, baik manusia, binatang
maupun tumbuh-tumbuhan yang tidak dapat digantikan oleh substansi lain. Karena itu
hak kepemilikan air hanya pada negara agar dapat menjamin kehidupan. Bagi Indonesia
yang merupakan negara agraris yang tengah merintis arah pembangunan nasionalnya
menuju era industrialisasi, peranan sumber daya air sangatlah menentukan. Di samping
itu, sejalan dengan pertambahan penduduk Indonesia yang terus berlangsung, peranan
sumber daya air dimaksud juga dirasakan semakin menentukan dalam kehidupan sehari-
hari (Sutardi, 2002).

Daerah-daerah yang sumber daya airnya dialokasikan sepenuhnya untuk
mensejahterakan masyarakatnya akan mengalami kesulitan terutama pada musim
kemarau (Pedro-Monzonís et al., 2016). Pengambil keputusan harus mengupayakan
ketersediaan air baik untuk kebutuhan manusia maupun yang disyaratkan oleh
lingkungan, ini berarti bahwa dibutuhkan investasi yang besar dalam pembangunan
infrastruktur serta diperlukan peraturan tentang sumber daya air dan pemakaian secara
intensif sumber daya air non konvensional seperti air yang digunakan kembali dan air
hasil dari proses desalinasi.

Sifat-sifat air menurut Mori et al. (2003) yaitu air berubah ke dalam tiga bentuk/sifat
menurut waktu dan tempat, yakni air sebagai bahan padat, air sebagai cairan dan air
sebagai uap seperti gas. Keadaan-keadaan ini kelihatannya adalah keadaan alamiah biasa
karena selalu kelihatan demikian, tetapi sebenarnya keadaan-keadaan/sifat-sifat ini
adalah keadaan yang aneh di antara seluruh benda- benda. Tidak ada suatu benda yang
berubah ke dalam tiga sifat dengan suhu dan tekanan yang terjadi dalam hidup kita
sehari-hari. Umumnya benda menjadi kecil jika suhu menjadi rendah. Tetapi air
mempunyai volume yang minimum pada suhu 4oC. Lebih rendah dari 4oC, volume air
itu menjadi agak besar. Pada pembekuan, volume es menjadi 1/11 kali lebih besar dari
volume air semula. Mengingat es 23 mengambang di permukaan air (karena es lebih
ringan dari air), maka keseimbangan antara air dan es dapat dipertahankan oleh
pembekuan dan pencairan. Jika es lebih berat dari air, maka es itu akan tenggelam ke
dasar laut atau danau dan makin lama makin menumpuk yang akhirnya akan menutupi
seluruh dunia.

2.3 Limpasan Permukaan

Menurut Asdak (2014) limpasan permukaan adalah air hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan, sedangkan menurut Triatmodjo
(2008) yang dimaksud dengan limpasan permukaan adalah air hujan yang mengalir

dalam bentuk tipis di atas permukaan lahan yang akan masuk ke drainase kemudian
bergabung mengalir menjadi anak sungai dan pada akhirnya menjadi aliran sungai.

Limpasan permukaan berlangsung ketika jumlah curah hujan telah melampaui laju
infiltrasi air ke dalam tanah, setelah itu air akan mulai mengisi cekungan-cekungan pada
permukaan tanah, setelah pengisian terhadap cekungan tersebut selesai, air mengalir di
atas permukaan dengan bebas. Limpasan yang mengalir agak cepat selanjutnya
membentuk aliran debit sedangkan limpasan lain ada yang memerlukan waktu berhari-
hari atau bahkan beberapa minggu sebelum akhirnya menjadi aliran debit karena
melewati cekungan-cekungan permukaan tanah (Asdak, 2014).

Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan dapat dikelompokkan
menjadi faktor yang berhubungan dengan iklim dan faktor yang berhubungan dengan
karakteristik daerah aliran sungai. Laju dan volume limpasan permukaan dipengaruhi
oleh lama waktu hujan, intensitas dan penyebaran hujan. Limpasan permukaan total
untuk intensitas hujan tertentu secara langsung berhubungan dengan lama waktu hujan.
Infiltrasi akan berkurang pada tingkat awal kejadian hujan. Oleh karena itu, hujan dengan
waktu yang singkat tidak banyak menghasilkan limpasan permukaan, sedangkan pada
hujan dengan intesitas yang sama dan dengan waktu yang lama, akan menghasilkan
limpasan permukaan yang lebih besar (Asdak, 2014).

Limpasan permukaan, berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan sebagai aliran air
hujan yang mengalir di permukaan tanah yang akan menjadi aliran sungai setelah
mengalir melewati selokan atau parit-parit yang mengarah ke anak sungai. Limpasan
permukaan sangat dipengaruhi oleh faktor iklim dan karakteristik daerah aliran sungai, di
mana lama intensitas hujan berbanding lurus dengan besarnya limpasan permukaan yang
terjadi. Hujan turun dalam intensitas yang tinggi dan lama dapat memicu limpasan
permukaan, menurut Dehotin et al., (2015) hal ini merupakan salah satu proses yang
terlibat dalam terjadinya banjir, erosi, tanah longsor dan transfer polusi.

2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, memuat pengertian Daerah Aliran
Sungai (DAS) sebagai suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian
rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang
melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah
hujan dan sumber air lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utamanya
(single outlet). Satu DAS dipisahkan dari wilayah lain di sekitarnya (DAS-DAS lain)
oleh pemisah dan topografi, seperti punggung perbukitan dan pegunungan.

Menurut Triatmodjo (2008), Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang
dibatasi oleh punggung-punggung gunung/pegunungan di mana air hujan yang jatuh di
daerah tersebut akan mengalir menuju sungai utama pada suatu titik/stasiun yang
ditinjau. DAS ditentukan dengan menggunakan peta topografi yang dilengkapi dengan
garis-garis kontur. Untuk maksud tersebut akan digunakan peta topografi dengan skala
1:50.000, yang dapat diperoleh dari Direktorat Geologi, Dinas Topografi Angkatan Darat
atau instansi lain. Garis-garis kontur dipelajari untuk menentukan arah dari limpasan
permukaan. Limpasan berasal dari titik-titik tertinggi dan bergerak menuju titik-titik
yang lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan garis-garis kontur. Daerah yang
dibatasi oleh garis yang menghubungkan titik-titik tertinggi tersebut adalah DAS. Luas

DAS diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada peta topografi. Luas DAS sangat
berpengaruh terhadap debit sungai. Pada umumnya semakin besar DAS semakin besar
jumlah limpasan permukaan sehingga semakin besar pula aliran permukaan atau debit
sungai.

Dalam lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, dijelaskan beberapa
prinsip dasar pengelolaan DAS yaitu:

a. Pengelolaan DAS berupa pemanfaatan, pemberdayaan, pengembangan,
perlindungan dan pengendalian sumber daya dalam DAS.

b. Pengelolaan DAS berlandaskan pada asas keterpaduan, kelestarian, kemanfaatan,
keadilan, kemandirian (kelayakan usaha) serta akuntabilitas.

c. Pengelolaan DAS diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan.

d. Pengelolaan DAS dilakukan melalui pendekatan ekosistem yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip “satu sungai, satu rencana, satu pengelolaan” dengan
memperhatikan sistem pemerintahan yang desentralistis sesuai jiwa otonomi yang
luas, nyata dan bertanggung jawab.

• Satu sungai (dalam arti DAS) merupakan kesatuan wilayah hidrologi yang
dapat mencakup beberapa wilayah administratif yang ditetapkan sebagai
satu kesatuan wilayah pengelolaan yang tidak dapat diipisah- pisahkan;

• Dalam satu sungai hanya berlaku Satu Rencana Kerja yang terpadu,
menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

• Dalam satu sungai diterapkan Satu Sistem Pengelolaan yang dapat
menjamin keterpaduan kebijakan, strategi perencanaan serta
operasionalisasi kegiatan dari hulu sampai hilir.

Keterpaduan tersebut diperlukan karena:

• Terdapat keterkaitan antara berbagai kegiatan (multi sektor) dalam
pengelolaan sumbar daya alam dan pembinaan aktivitas manusia dalam
penggunaannya;

• Melibatkan berbagai disiplin ilmu yang mendasari (bersifat multi
disiplin) dan mencakup berbagai kegiatan;

• Meliputi daerah hulu sampai hilir.

Pengelolaan DAS terpadu mempunyai ciri pokok sebagai berikut:

• Sasaran yang jelas, yaitu suatu pencapaian hasil yang telah direncanakan
dan diharapkan akan terjadi pada masa datang;

• Strategi waktu, yaitu penjadwalan untuk mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan setiap kegiatan dalam mewujudkan sasaran;

• Melibatkan berbagai sektor dan disiplin ilmu terkait, yaitu upaya
melibatkan dan mengkoordinasikan peran serta sektor dan disiplin ilmu
menuju sasaran secara bersama;

• Tumbuhnya motivasi setiap sektor, dengan mengacu kepada keterlibatan
berbagai sektor dalam proses penetapan sasaran akan merangsang
keinginan atau tekad untuk mencapai hasil..

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan area yang berada di kondisi dataran rendah
berbentuk cekungan, di mana DAS merupakan tempat berkumpulnya air hujan, air
permukaan atau salju yang mencair (Liu, 2015). Air dari DAS akan bergabung dengan
badan air lain seperti sungai, danau, lahan basah, waduk atau laut. Drainase dalam ilmu
hidrologi merupakan unit logis yang digunakan untuk mempelajari pergerakan air dalam
siklus hidrologi karena sebagian besar air yang mengalir di dalamnya merupakan air
hujan yang berasal dari lembah sungai.

2.5 Daya Dukung Lingkungan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, menyebutkan bahwa pengertian daya dukung lingkungan hidup
adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia,
makhluk hidup lain dan keseimbangan antar keduanya. Padatnya jumlah penduduk
berpengaruh terhadap daya dukung lingkungan baik kebutuhan akan sumber daya air dan
produktivitas lahan yang tersedia. Pertambahan jumlah penduduk membutuhkan
perluasan lahan sebagai wadah aktivitas yang nantinya tumbuh dan berkembang. Apabila
perkembangan tersebut tidak dikendalikan dengan baik maka dapat terjadi konversi lahan
untuk aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi dan daya dukungnya yang akan
berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan (Clark, 1994).

Konsep daya dukung terhadap populasi manusia mulai diterapkan pada tahun 1960-
an. Ditekankan bahwa kebiasaan manusia dalam hal mengkonsumsi sangat bervariasi
dibandingkan dengan jenis hewan, menyebabkan sangat sulit untuk menduga daya
dukung bumi bagi manusia. Oleh karena itu daya dukung lingkungan untuk kehidupan
manusia merupakan fungsi tidak hanya jumlah populasi, tetapi juga perbedaan tingkat
konsumsi yang dipengaruhi oleh teknologi produksi dan konsumsi. Analisis daya dukung
lingkungan aspek sumber daya air dapat dilakukan melalui 4 (empat) hirarki analisis,
yaitu meliputi penetapan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air, kajian
sumber daya iklim untuk pertanian (tipe agroklimat), analisis potensi suplai air dan
kajian indikator degradasi sumber daya air (Prastowo, 2010).

Kang & Xu (2012) mendefinisikan konsep daya dukung berkelanjutan dengan
karakteristik ekosistem regional berdasarkan dua hal. Pertama, daya dukung harus dapat
mempertahankan kelangsungan hidup ekosistem regional secara normal, sehingga
peneliti harus memperhitungkan jumlah sumber daya dan kapasitas lingkungan untuk
mempertahankan fungsi-fungsi tersebut. Kedua, harus dilakukan evaluasi terhadap
pertumbuhan penduduk dan intensitas kegiatannya yang dapat didukung oleh sumber
daya alam setelah mempertimbangkan kebutuhan ekosistem. Pendekatan ini
mengutamakan kondisi ekosistem regional yang baik serta dapat menghindari

kekurangan terkait dengan kelebihan perhitungan karena terbatasnya ruang lingkup
analisis.

Daya dukung lingkungan berbasis neraca air suatu wilayah dapat diketahui dengan
menghitung kapasitas ketersediaan air, yang besarnya sangat tergantung pada
kemampuan menjaga dan mempertahankan dinamika siklus hidrologi pada daerah hulu
DAS. Upaya mempertahankan siklus hidrologi secara buatan sangat ditentukan oleh
kemampuan meningkatkan kapasitas simpan air, baik penyimpanan secara alami melalui
upaya rehabilitasi dan konservasi wilayah hulu DAS, maupun secara struktur buatan
seperti pembangunan waduk/bendungan, embung dan lainnya. Pemanfaatan sumber-
sumber air yang tidak terkendali dapat menyebabkan pasokan air cenderung berkurang
akibat inefisiensi pemakaian air baik untuk pertanian, domestik, industri dan sebagainya.
Pengendalian status daya dukung air ditentukan oleh kemampuan menjaga kapasitas
simpan air, sistem distribusi (alokasi) air, serta pemanfaatan/pemakaian air yang efisien
melalui penyediaan prasarana penyediaan air. Analisis daya dukung lingkungan berbasis
neraca air menunjukkan perbandingan antara kondisi ketersedian air pada suatu wilayah
dengan kebutuhan yang ada. Dari perbandingan keduanya, diperoleh status kondisi
ketersediaan air pada wilayah tersebut (Prastowo, 2010).

Soemarwoto (2004) menjelaskan bahwa daya dukung lingkungan, dapat dilihat secara
alamiah berdasarkan jumlah biomas (bahan organik tumbuhan) yang tersedia untuk
makanan ternak per satuan luas lahan. Daya dukung dibedakan dengan beberapa
tingkatan, yaitu:

a. Daya Dukung Maksimum

Merupakan jumlah maksimum hewan yang dapat didukung per satuan luas
lahan. Dengan jumlah hewan yang maksimum, biomas sebagai sumber
makanan sebenarnya tidak cukup. Walaupun hewan tersebut masih hidup,
namun akan memiliki kondisi yang tidak sehat, kurus, lemah, mudah terserang
penyakit serta mudah diserang hewan pemangsa.

b. Daya Dukung Subsisten

Pada daya dukung kondisi ini, jumlah hewan agak kurang, namun ketersediaan
makanan lebih banyak, tetapi masih pas-pasan. Kondisi hewan masih kurus,
mudah terserang penyakit dan diserang hewan pemangsa. Kondisi ini masih
menyebabkan kerusakan lingkungan.

c. Daya Dukung Optimum

Pada kondisi ini, jumlah hewan lebih rendah dan terdapat keseimbangan yang
baik antara jumlah hewan dengan persediaan makanan. Kondisi optimum
merupakan kondisi ideal bagi lingkungan karena pada kondisi ini lingkungan
tidak mengalami kerusakan serta kecepatan rumput yang dimakan seimbang
dengan kecepatan regenerasi tumbuhan sebagai bahan makanan.

d. Daya Dukung Suboptimum

Pada kondisi ini, jumlah persediaan makanan jauh melebihi kebutuhan hewan
karena jumlah hewan lebih rendah. Dengan kondisi ini, hewan tidak akan

kekurangan makanan, namun akan mengakibatkaan tanaman yang tidak
termakan menjadi layu dan keras sehingga mutu padang penggembalaan turun.
Kondisi ini juga akan merusak lingkungan.

Dalam lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009
tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang
Wilayah, dijelaskan bahwa Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan
cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan
manusia yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut
di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber daya yang ada di
hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan
menjadi faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai. Penentuan
daya dukung lingkungan hidup dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu (1)
Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang. (2) Perbandingan antara
ketersediaan dan kebutuhan lahan. (3) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan
air. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah pendekatan perbandingan antara
ketersediaan dan kebutuhan air.

2.6 Analisi Ketersedian Air

Ketersediaan air menurut Triatmodjo (2008) adalah jumlah air yang diperkirakan akan
terus ada pada suatu lokasi sungai dengan jumlah dan jangka waktu tertentu. Air yang
tersedia tersebut dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti air baku yang
meliputi air domestik, non domestik, pertanian, peternakan, perikanan dan industri serta
dapat dipergunakan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA). PLTA tidak
mengkonsumsi air karena pada PLTA, air hanya dilewatkan untuk memutar turbin
setelah itu air akan mengalir kembali ke sungai sehingga dapat digunakan untuk
keperluan lainnya, sedangkan pada pemanfaatan air untuk keperluan lainnya, air
akan dikonsumsi sehingga mengurangi ketersediaan air.

Aspek ketersediaan air merupakan salah satu aspek yang harus diketahui sebelum
melakukan analisis neraca air pada suatu daerah. Ketersediaan air berasal dari air hujan,
air permukaan dan air tanah. Kejadian hujan pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)
atau Wilayah Sungai (WS), sebagian dari air hujan tersebut akan menguap kembali dan
sebagian akan mengalir menjadi aliran permukaan, melewati saluran drainase,
sungai/danau serta sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah menjadi imbuhan pada
kandungan air tanah.

Sumber air permukaan merupakan sumber air yang memiliki potensi yang besar untuk
dimanfaatkan, sumber air permukaan yang dimaksud adalah air yang ada di sungai,
saluran dan danau/waduk. Penggunaan air tanah juga dapat membantu dalam pemenuhan
air baku maupun air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan, namun
kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan air tanah yaitu pada mahalnya biaya
operasional pompa.

Menurut Triatmodjo (2008), dalam menganalisa ketersediaan air permukaan yang
dijadikan acuan adalah debit andalan (dependable flow), debit andalan didefinisikan
sebagai debit minimum sungai dengan besaran tertentu yang mempunyai kemungkinan
terpenuhi yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Debit minimun sungai untuk

keperluan irigasi, kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80%, sedang untuk keperluan air
baku biasanya ditetapkan 90%. Misal debit andalan 80% adalah 3 m3/d, artinya
kemungkinan terjadinya debit sebesar 3 m3/d atau lebih adalah 80% dari waktu
pencatatan data atau dengan kata lain 20% kejadian debit adalah kurang dari 3 m3/d.

2.7 Analisis Kebutuhan Air

Menurut Triatmodjo (2008), analisis kebutuhan air dipergunakan untuk
memperkirakan kebutuhan air pada suatu daerah tertentu meliputi kebutuhan air
domestik (rumah tangga) dan non domestik (fasilitas umum), industri, peternakan serta
pertanian dan perikanan. Kebutuhan air domestik dan non domestik dihitung berdasarkan
jumlah penduduk dan konsumsi pemakaian air per kapita per hari. Kebutuhan akan air di
berbagai tempat mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya populasi
penduduk. Di perkotaan dengan tingkat pembangunan yang pesat serta dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan air semakin
meningkat, sehingga diperlukan suatu studi/kajian yang akan memberikan hasil seberapa
besar tingkat kebutuhan air di suatu wilayah serta proyeksi kebutuhannya untuk beberapa
tahun ke depan.

Triatmodjo (2008) juga mengetengahkan bahwa kebutuhan air domestik, non
domestik dan pemeliharaan sungai diperkirakan dengan menggunakan dasar jumlah
penduduk saat ini dan tahun yang diproyeksikan. Kebutuhan air domestik dan non
domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan konsumsi air per kapita per hari.
Kebutuhan air untuk industri berdasarkan jumlah karyawan. Kebutuhan air untuk
perikanan dan peternakan dihitung berdasarkan jumlah ternak (sapi, kerbau, kuda,
kambing, domba, babi, uggas) dan luas tambak/kolam ikan. Kebutuhan air untuk irigasi
dipengaruhi oleh kebutuhan air konsumtif tanaman (Etc), penyiapan lahan (IR),
penggantian lapis air (RW), perkolasi (P), hujan efektif (ER), efisiensi irigasi (IE), luas
sawah (A) dan pemakaian air kembali (reuse-factor, RF).

2.8 Proyek Penduduk

Proyeksi penduduk dalam Multilingual Demographic Dictionary diartikan sebagai
suatu perhitungan yang menunjukkan perkembangan penduduk di masa akan datang
dengan menerapkan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan kelahiran, kematian dan
migrasi (IUSSP, 1982). Proyeksi penduduk merupakan langkah estimasi penduduk
dengan metode yang lebih terperinci dengan memperhitungkan perkembangan kelahiran,
kematian dan migrasi pada kurun waktu tertentu, sehingga menghasilkan perhitungan
dengan tingkat kepercayaan tinggi (Tim Penulis Lembaga Demografi FEUI, 2010).

Perhtungan proyeksi penduduk ini dibuat untuk mengetahui jumlah penduduk di masa
yang akan datang atau jumlah penduduk di masa lampau, hal ini dapat dijadikan sebagai
penunjang dalam perencanaan pembangunan baik itu perencanaan yang dilakukan oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dapat dikatakan bahwa proyeksi penduduk
ini merupakan syarat minimum dalam perencanaan pembangunan. Metode proyeksi
penduduk menurut Trisnaningsih (2015) adalah dengan menggunakan rumus balancing
equation, rumus geometri dan rumus ekponensial.

Metode balancing equation dapat dihitung berdasarkan empat komponen variabel
demografi yaitu jumlah kelahiran, jumlah kematian, jumlah migrasi masuk dan jumlah

migrasi keluar di suatu wilayah pada waktu yang sama, pada kenyataannya variabel-
variabel tersebut sulit untuk diperoleh. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut dapat
digunakan metode geometri atau metode eksponensial (Trisnaningsih, 2015).

Proyeksi penduduk geometrik menurut Tim Penulis Lembaga Demografi FEUI
(2010) mengasumsikan jumlah penduduk akan bertambah dengan dasar perhitungan
bunga-berbunga (bunga majemuk), di mana angka pertumbuhan penduduk (rate of
growth) dianggap sama dari tahun ke tahun. Sedangkan metode eksponensial merupakan
metode perhitungan yang menggambarkan pertumbuhan penduduk yang terjadi secara
terus menerus sepanjang tahun.

Metode yang tepat untuk menghitung pertumbuhan penduduk berdasarkan uraian di
atas adalah metode eksponensial karena dua metode yang lain memiliki kekurangan. Jika
menggunakan metode balancing equation dikhawatirkan akan menghadapi kesulitan di
dalam pemenuhan variabel-variabel yang dipersyaratkan sedangkan jika menggunakan
metode geometrik dianggap kurang sesuai sebab metode geometrik hanya
mengasumsikan pertumbuhan penduduk terjadi pada satu saat selama kurun waktu
tertentu. Namun untuk menghasilkan metode proyeksi yang dianggap paling tepat,
peneliti perlu melakukan uji formulasi terhadap metode-metode tersebut sebelum
memilih metode mana yang akan dipergunakan dalam menghitung proyeksi penduduk
(Purba, n.d.).

2.9 Analisis Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2009) metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Lebih lanjut Sugiyono (2009) menjabarkan metode kuantitatif sering disebut dengan
metode tradisional, positivistic, scientific dan metode discovery. Metode ini disebut
sebagai metode tradisional karena telah digunakan cukup lama sehingga sudah
merupakan sebuah tradisi sebagai metode penelitian. Metode ini sebagai metode
positivistic karena metode ini mempunyai landasan pada filsafat positivism. Metode ini
disebut sebagai metode ilmiah/scientific disebabkan karena metode ini telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis.
Metode kuantitatif disebut juga metode discovery karena dengan menggunakan metode
ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi baru.

Menurut Yusuf (2014), terdapat beberapa ciri utama dari penelitian kuantitatif yaitu:

1. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan mengutamakan rancangan yang
terstruktur, formal dan spesifik serta mempunyai rancangan operasional yang
mendetail. Setiap penelitian kuantitatif haruslah melangkah dengan persiapan
operasional yang matang.

2. Data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau dapat dikuantitatifkan
dengan menghitung atau mengukur. Data yang dikumpul merupakan data
kuantitatif, lebih banyak angka bukan kata-kata atau gambar.

3. Penelitian kuantitatif bersifat momentum atau menggunakan selang waktu
tertentu atau waktu yang digunakan pendek; kecuali untuk maksud tertentu.
Apabila melakukan eksperimen, maka waktu yang digunakan dapat diatur setepat
mungkin.

4. Penelitian kuantitatif membutuhkan hipotesis atau pertanyaan yang perlu dijawab
untuk membimbing arah dan pencapaian tujuan penelitian. Hipotesis merupakan
kebenaran sementara yang perlu dibuktikan, untuk itu diperlukan seperangkat
data yang dapat menunjang pembuktian tersebut melalui penyelidikan ilmiah.

5. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik baik diferensial
maupun inferensial. Pembuktiaan hipotesis dapat dilakukan secara manual atau
dengan komputer.

6. Penelitian kuantitatif lebih berorientasi kepada produk daripada proses.
Pengkajian proses tidaklah begitu dipentingkan, sebab yang ingin dilihat adalah
bagaimana hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

7. Sampel yang digunakan luas, random, akurat dan representatif. Dalam penelitian
kuantitatif, peneliti akan selalu berupaya untuk membuktikan hipotesis, untuk itu
peneliti akan menggunakan analisis statistik yang dalam pelaksanaannya
membutuhkan persyaratan tertentu, seperti jumlah sampel, homogenitas dan
linearitas. Hal itu hanya dimungkinkan apabila sampel diambil dari populasi yang
luas, random, akurat dan representatif.

8. Peneliti kuantitatif menganalisis data secara deduktif. Peneliti kuantitatif ingin
membuktikan hipotesis yang telah disusun atau ingin digambarkan sesuatu secara
umum, maka analisis data harus pula dilakukan secara deduktif, dari umum ke
khusus, bukan sebaliknya.

9. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data hendaklah dapat dipercaya
(valid), andal (reliable), mempunyai norma dan praktis. Penyusunan instrumen
yang valid sangat diperlukan, untuk itu perlu diikuti langkah-langkah dalam
penyusunan instrumen yang baik sehingga terdapat “content validity” atau
“predictive validity”. Instrumen ini hendaklah mudah
dilaksanakan/diadministrasikan dan mempunyai norma tertentu dalam
menentukan angka yang didapatkan.

Sugiyono (2009) mengemukakan dalam penelitian kuantitatif, proses
pelaksanaan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Rumusan masalah. Dalam penelitian kuantitatif masalah yang dibawa oleh
peneliti harus sudah jelas. Pada umumnya rumusan masalah dinyatakan dalam
kalimat pertanyaan.

2. Landasan teori. Teori dalam penelitian kuantitatif digunakan untuk menjawab
rumusan masalah penelitian tersebut.

3. Perumusan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara
empiris/nyata.

4. Pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang
telah ditentukan oleh peneliti. Bila populasi terlalu luas, sedangkan peneliti
memiliki keterbatasan waktu, dana dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Jika peneliti bermaksud untuk
membuat generalisasi, maka sampel yang diambil harus representatif, dengan
teknik random sampling.

5. Analisis data. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan
statistik, berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial
dapat berupa statistik parametris dan non parametris. Statistik inferensial
digunakan bila sampel yang diambil menggunakan random sampling.

6. Kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban singkat terhadap setiap
rumusan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul. Sedangkan saran
berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian.

2.10 Manajemen Sumber Daya Air

Pengelolaan sumber daya air menurut Araújo et al., (2015) mencakup bermacam-
macam informasi dari beberapa sumber serta dari beberapa bidang pengetahuan.
Informasi tersebut mencakup informasi teknis, hukum dan kelembagaan yang memiliki
aspek konseptual, ideologi serta aspek etika dan model administrasi baru. Cara berpikir
berbeda dan fenomena baru yang muncul seperti krisis ekonomi, pemanasan global,
perubahan iklim dan aktivitas antropegenik akan terus memberikan dampak pada
lingkungan. UN-Water menegaskan bahwa pengelolaan sumber daya air mempengaruhi
hampir semua aspek ekonomi, kesehatan, produksi pangan dan keamanan, energi dan
industri serta kelestarian lingkungan, jika pengelolaan sumber daya air tidak dikelola
secara tepat akan mengakibatkan target pengurangan kemiskinan dan pembangunan
berkelanjutan di semua dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan akan terancam.
Pengelolaan sumber daya air dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
42 Tahun 2008 didefinisikan sebagai upaya merencanakan, melaksanakan, memantau
dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Aspek pengelolaan sumber daya air
terdiri dari aspek utama yaitu konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya
air dan pengendalian daya rusak air, selanjutnya adalah aspek pendukung terdiri dari
sistem informasi serta pemberdayaan dan peran masyarakat. Aspek pengelolaan sumber
daya air ini masing-masing disusun berdasarkan kondisi wilayah masing-masing.

Global Water Partnership (GWP, 2001) seperti yang dikutip oleh Kodoatie & Sjarief
(2010) menawarkan suatu kerangka konsep keterpaduan yang menarik untuk
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Menurut GWP (2001), elemen- elemen penting
dalam pengelolaan Sumber Daya Air terpadu dapat dikelompokkan dalam 3 elemen
utama yaitu:

a. The enabling environment adalah kerangka umum dari kebijakan nasional,
legislasi, regulasi, finansial dan informasi untuk pengelolaan Sumber Daya Air
oleh stakeholders, berfungsi untuk merangkai dan membuat peraturan serta
kebijakan, oleh karenanya dianggap sebagai rules of the games.

b. Peran-peran institusi (institutional roles) merupakan fungsi dari berbagai
tingkatan administrasi dan stakeholders. Perannya yaitu untuk mendefinisikan
para pelaku.

c. Alat-alat manajemen (management instruments) merupakan instrumen
bersifat operasional untuk menghasilkan regulasi yang efektif, monitoring dan
penegakan hukum, sehingga memungkinkan pengambil keputusan untuk
membuat pilihan yang informatif di antara berbagai altenatif. Pilihan-pilihan
tersebut harus berdasarkan kebijakan yang telah disetujui, sumber daya yang
tersedia, dampak lingkungan serta konsekuensi sosial dan budaya.

Pengelolaan sumber daya air terpadu merupakan suatu pendekatan yang
sistematis yang harus mempertimbangkan semua tujuan dan sasaran dari seluruh
pemangku kepentingan (Geng & Yi, 2006). Tantangan pengelolaan atau
manajemen air dewasa ini adalah perubahan iklim dibarengi tekanan lain pada
sumber daya air seperti peningkatan jumlah penduduk yang mengakibatkan
perubahan gaya hidup sehingga meningkatkan kebutuhan air, perubahan
penggunaan lahan serta pencemaran lingkungan (Kundzewicz et al., 2008).

BAB III

SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH

1. Definisi Air Bersih

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari dan memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk
treatment air minum dan untuk treatmen air sanitasi.

2. Sumber Air Bersih

Banyak sumber air yang bisa dimanfaatkan sebagai air baku untuk air minum,
yaitu air hujan, air permukaan dan air tanah. Sumber air dan kualitas dapat dibedakan
atas tiga jenis, yaitu: air permukaan, air tanah, dan air hujan.

1. Air Permukaan

Air permukaan paling banyak dimanfaatkan sebagai air baku karena
ketersediaannya lebih banyak, namun secara kualitas lebih buruk karena
pengaruh pencemaran dan erosi.

2. Air Tanah

Secara alamiah kualitas air tanah dipengaruhi oleh susunan kimia batuan yang
dilalui Air bersihselama proses peresapan. Kualitas air tanah berbeda-beda
menurut wilayah batuan dan daerah tangkapannya. Selain proses pelarutan
mineral air, tanah juga mengalami proses penyaringan dan pembersihan diri
sehingga kualitasnya cukup baik sebagai air minum.

3. Air Hujan

Pada beberapa daerah yang tidak cukup mempunyai sumber air tanah dan
permukaan. Air hujan bisa dimanfaatkan untuk keperluan sumber air minum
dan rumah tangga. Tekniknya dengan pengumpulan dari atap bangunan. Air
hujan bersifat asam dan bersifat lunak.

4. Mata Air

Mata aiar adalah sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal dari
dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan.

3. Karakteristik Air Bersih

Air bersih disini di kategorikan hanya untuk yang layak dikonsumsi, bukan
layak untuk digunakan sebagai penunjang aktifitas seperti untuk MCK. Karena
standar air yang digunakan untuk konsumsi jelas lebih tinggi dari pada untuk

keperluan selain dikonsumsi. Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui
mengenai kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia dan juga mikrobiologi.

1. Syarat Fisik, antara lain :

• Air harus bersih dan tidak keruh

• Tidak berwarna apapun

• Tidak berbau apapun

• Suhu antara 10-25 C (sejuk)

• Tidak meninggalkan endapan

2. Syarat Kimiawi, antara lain :

• Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun

• Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan

• Cukup yodium

• pH air antara 6,5 – 9,2

3. Syarat Mikrobiologi, antara lain

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan

bakteri patogen penyebab penyakit. Seperti yang kita ketahui jika standar

mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan standar tersebut maka yang

terjadi adalah akan menentukan besar kecilnya investasi dalam pengadaan

air bersih tersebut, baik instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta

pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban

masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Dalam penyediaan air

bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak mengutip

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan

kualitas, yaitu:

• Aman dan higienis.

• Baik dan layak minum.

• Tersedia dalam jumlah yang cukup.

• Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar
masyarakat.

4. Fungsi dan Manfaat Air Bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak
seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air.
Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan
membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk

keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi,
transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat
juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat
menimbulkan wabah penyakit dimana-mana.

Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat
badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang,
bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ
tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang
22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%, dan darah 83%.

Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan
sekitar 2,3 liter diproduksi menjadi urine. Selebihnya diserap kembali masuk
ke aliran darah. Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan antara lain
untuk keperluan minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan rumah,
pelarut obat, dan pembawa bahan buangan industri.

Salah satu kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini
yang tidak dapat terpisahkan adalah Air. Tidak hanya penting bagi manusia
Air merupakan bagian yang penting bagi makhluk hidup baik hewan dan
tubuhan. Tanpa air kemungkinan tidak ada kehidupan di dunia inti karena
semua makhluk hidup sangat memerlukan air untuk bertahan hidup.

Manusia mungkin dapat hidup beberapa hari akan tetapi manusia
tidak akan bertahan selama beberapa hari jika tidak minum karena sudah
mutlak bahwa sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia itu terdiri dari
73% adalah air. Jadi bukan hal yang baru jika kehidupan yang ada di dunia ini
dapat terus berlangsung karen tersedianya Air yang cukup. Dalam usaha
mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berupaya mengadakan air
yang cukup bagi dirinya sendiri.

Berikut ini air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dengan
segala macam kegiatannya, antara lain digunakan untuk:

1. keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan
pekerjaan lainnya.

2. Keperluan umum, misalnya untuk kebersihan jalan dan pasar,
pengangkutan air limbah, hiasan kota, tempat rekreasi dan lain-lainnya.

3. keperluan industri, misalnya untuk pabrik dan bangunan pembangkit
tenaga listrik.

4. keperluan perdagangan, misalnya untuk hotel, restoran, dll.

5. keperluan pertanian dan peternakan

6. keperluan pelayaran dan lain sebagainya

Oleh karena itulah air sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan
makhluk hidup di bumi ini. Penting bagi kita sebagai manusia untuk tetap
selalu melestarikan dan menjaga agar air yang kita gunakan tetap terjaga
kelestariannya dengan melakukan pengelolaan air yang baik seperti
penghematan, tidak membuang sampah dan limbah yang dapat membuat
pencemaran air sehingga dapat menggangu ekosistem yang ada.

5. Masalah dalam Akses Air Bersih

Cadangan air Indonesia mencapai 2.530 km3 /tahun yang termasuk
dalam salah satu negara yang memiliki cadangan air terkaya di dunia. Dalam
data lain menunjukkan, ketersediaan air di Indonesia mencapai 15.500 m3 per
kapita per tahun. Angka ini masih jauh di atas ketersediaan air rata-rata di
dunia yang hanya 8.000 m3 per tahun. Namun jika ditinjau ketersediaannya
perpulau akan sangat lain dan bervariasi.

Pulau Jawa yang luasnya mencapai tujuh persen dari total daratan
wilayah Indonesia hanya mempunyai empat setengah persen dari total potensi
air tawar nasional, namun pulau ini dihuni oleh sekitar 65 persen total
penduduk Indonesia. Kondisi ini menggambarkan potensi kelangkaan air
di Pulau Jawa sangat besar. Jika dilihat ketersediaan air per kapita per
tahun, di Pulau Jawa hanya tersedia 1.750 meter kubik per kapita per tahun,
masih di bawah standar kecukupan yaitu 2000 meter kubik per kapita per
tahun. Jumlah ini akan terus menurun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan
hanya akan tersedia sebesar 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Padahal
standar kecukupan minimal adalah 2.000 m 3 per kapita per tahun . Apabila
fenomena ini terus berlanjut maka akan terjadi keterbatasan pengembangan
dan pelaksanaan pembangunan di daerah-daerah tersebut karena daya
dukung sumberdaya air yang telah terlampaui (Kementerian Pekerjaan Umum.
2010).

Menurut Pakar hidrologi dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali,
Jakarta sudah mengalami krisis air bersih sejak 18 tahun yang lalu, dan saat
ini kondisinya semakin parah. Jakarta memerlukan sekitar 26.938 liter air per
detik, namun yang tersedia hanya17.700 liter air per detik.

6. Kendala dan Hambatan dalam Pengolahan Air Bersih

Masalah pengolahan air bersih di Indonesia berada di ambang kritis air
lantaran minimnya daerah resapan air. Hal tersebut terjadi karena banyaknya
pembangunan gedung-gedung dan perumahan. Sebenarnya, kondisi tersebut
bisa diperbaiki. Caranya, dengan membangun hutan-hutan kota dan sumur
resapan air. Selain itu kurangnya kualitas sumberdaya manusia dalam segi
pemahaman iptek, dalam menerima transfer teknologi pengolahan air menjadi
masalah yang harus segera diperbaiki dengan cara melukan pelatihan-
pelatihan kepada masyarakat.

Diperlukan investasi yang lebih banyak di sektor air bersih dan
sanitasi. Investasi pemerintah di sektor tersebut kurang dari satu persen dari
PDB. Pemerintah sedang melakukan upaya untuk mengatasi masalah ini.
Setelah dimulainya PPSP (Program Percepatan Sanitasi Nasional) tahun 2010,
alokasi anggaran sanitasi oleh pemerintah daerah meningkat sebesar 4 sampai
7 persen pada tahun 2011.

BAB IV

SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH

A. Pendahuluan

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).

Peristiwa pencemaran lingkungan disebut polusi. Zat atau bahan yang dapat
mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila
keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon
dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari

0,033% dapat rnemberikan efek merusak.

Suatu zat dapat disebut polutan apabila :

a) Jumlahnya melebihi jumlah normal. b) Berada pada waktu yang tidak tepat c) Berada pada
tempat yang tidak tepat

Macam-Macam Pencemaran Lingkungan Pencemaran lingkungan berdasarkan medianya
dapat dibagi :

a. Pencemaran udara

Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya, nuklir.
Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan jatuh di bumi.
materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan, tumbuhan, dan juga pada
manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu, dapat
menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan bahkan kematian
Pencemaran udara dinyatakan dengan ppm (part per million) yang artinya jumlah cm3
polutan per m3 udara.

b. Pencemaran air

Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut:
Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik, misalnya,
sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat
terakumulasi dan bersifat racun. Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan
02 di air berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air. Fosfat hasil
pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanian terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi,
yaitu penimbunan mineral yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming
alga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis karena sinar matahari
terhalang. Salah satu bahan pencemar di laut adalah tumpahan minyak bumi. Untuk

membersihkan kawasan tercemar diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan
biaya yang mahal. Bila terlambat penanggulangan-nya, kerugian manusia semakin banyak.
Secara ekologis, dapat mengganggu ekosistem laut. Bila terjadi pencemaran di air, maka
terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin
meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar.

c. Pencemaran tanah

Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini: Sampah-
sampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintesis, pecahan kaca, dan kaleng Detergen
yang bersifat non bio degradable (secara alami sulit diurai).

d. Pencemaran suara.

Pencemaran suara adalah masuknya suatu suara atau bunyi yang tidak diinginkan ke
pemukiman penduduk. Pencemaran suara dapat mengganggu aktivitas manusia. Pencemaran
suara yang berat dapat merusak telinga.

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.112 Tahun 2003, air limbah
domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha atau kegiatan pemukiman (real state),
rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartement, dan asrama. Parameter yang
digunakan untuk menentukan kelayakan sanitasi air limbah domestik di dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut Penentuan debit air limbah domestik dapat juga diperoleh dari besarnya
pemakaian air bersih dengan memperhitungkan faktor kehilangan air, dimana besarnya debit
air limbah sama dengan 80% dari konsumsi air bersih pemakai.

Menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu
usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah
tangga (domestik) maupun industri. Berikut merupakan definisi air limbah dari berbagai
sumber, sbb : Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini merupakan :

a. Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum

lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan
hidup.

b. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan, institusi,
komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.

c. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan serta
buangan lainnya (kotoran umum).

d. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat
yang dapat membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan hidup.

e. Semua air/szat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik.

B. Sumber Limbah Cair Air

Limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :

1. Limbah Cair Domestik

Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan,
perkantoran, dan sarana sejenisnya. volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi,
dari 200 sampai 400 liter per orang per hari, tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar
berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci
otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar 400
liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan perdagangan, ditambah
dengan rembesan air tanah (infiltration). Air limbah rumah tangga sebagian besar
mengandung bahan organik sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya.

2. Limbah cair industri

Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu kegiatan/usaha yang
berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki
lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga cenderung untuk

dibuang. Contoh : air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan dari pabrik karet.
Limbah industri lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat,
dan zat-zat organik lain yang bersifat toksik.

C. Pemantauan Kualitas Air

Peraturan pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi
beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut :

a. Golongan A , yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B , yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

c. Golongan C , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

d. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

D. Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama sebagai berikut:

a. Enviromental surveillance yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur pengaruh yang
ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui perbaikan
kualitas lingkungan setelah pencemar tersebut dihilangkan.

b. Establishing water-quality criteria yakni tujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat
antara perubahan variabel-variabel ekologi perairan dengan parameter fisika dan kimia, untuk
mendapatkan baku mutu kualitas air.

c. Appraisal of resources yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air pada suatu
tempat secara umum.

E. Pemantauan kualitas air pada saluran pembuangan limbah industri dan badan air penerima
limbah industri pada dasarnya memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair yang dihasilkan

b. Membandingkan kualitas limbah cair dengan baku mutu kualitas limbah industri, dan
menentukan beban pencemaran menurut Kep.No.51/MEN-LH/10/1995

c. Menilai efektivitas instalasi pengolahan limbah industri yang dioperasikan

d. Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair tersebut terhadap
komponen lingkungan lainnya.

F. Karakteristik Limbah Cair Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis
sifat yang harus diketahui yaitu :

1. Sifat Fisik

Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut, tersuspensi
dan total padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya hantar listrik, bau dan
temperature. Sifat fisik ini beberapa diantaranya dapat dikenali secara visual tapi untuk
mengetahui secara pasti maka digunakan analis laboratorium.

a. Padatan

Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan kedalam dua
golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi terdiri dari
partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya.
Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis maupun sifat inorganic
tergantung dari mana sumber limbah. Disamping kedua jenis padatan ini ada lagi padatan
yang dapat terendap karena mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam keadaan tenang
dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri karena beratnya.

b. Kekeruhan

Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada partikel
koloidal yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan- bahan, protein dan ganggang yang
terdapat dalam limbah.kekeruhan merupakan sifat optis larutan. Sifat keruh membuat hilang
nilai estetikanya.

c. Bau

Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah
mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak
bagi penciuman disebabkan adanya campuran nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari
pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang

diakibatkan limbah merupakan suatu indicator bahwa terjadi proses alamiah. Dengan

adanya bau ini akan lebih mudah menghindarkan tingkat bahaya yang
ditimbulkannya dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan bau.

d. Temperatur

Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan mengganggu pertumbuhan biota
tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperature alami.
Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan

cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu
tinggi dan pembusukanjarang terjadi pada suhu rendah.

e. Warna

Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara alami), humus,
plankton, tanaman, air dan buangan industri. Warna berkaitan dengan kekeruhan, dan dengan
menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata. Demikian juga warna dapat disebabkan
zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang jelek
dalam air limbah meskipun warna tidak menimbulkan sifat racun.

2. Sifat Kimia

Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh BOD, COD, dan logamlogam berat yang
terkandung dalam air limbah.

a. BOD

Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat- zat organis
denga oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung karena ada sejumlah
bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari sebagian reaksi telah tercapai. BOD
adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan ( mengoksidasikan )
semua zat-zat organic yang terlarut maupun sebagai tersuspensi dalam air menjadi bahan
organic yang lebih sederhana. Nilai ini hanya merupakan jumlah bahan organik yang
dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi secara alami. Aktifnya bakteri-
bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan dengannya habis pula terkonsumsi
oksigen.

b. COD

Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan
oksigen dalam limbah. Metode ini lebih singkat waktunya dibandingkan dengan analisa
BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa
yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secra biokimia. Adanya racun atau
logam tertentu dalam limbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD
menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat menggunakan analisa COD. COD
adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis
sebagaiman pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat
anorganik.

c. Methan

Gas methan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob pada
air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu,
tidak berwarna dan mudah terbakar. Methan juga ditemukan pada rawa- rawa dan sawah.

d. Keasaman air Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi
atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang
diperlukan untuk keperluan biota teetentu. Limbah air dengan keasaman tinggi bersumber
dari buangan yang mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik pembuatan kawat atau
seng.

e. Alkalinitas

Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat,garam-garam
hidrokisda, magnesium dan natrium dalam air. Tingginya kandungan zat tersebut
mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air
berbuih.

f. Lemak dan minyak

kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri
yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi dan proses
perebusan. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput

g. Oksigen terlarut

Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi BOD
semakin rendah oksigenterlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air dapat menunjukkan
tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Semakin banyak ganggang dalam air
semakin tinggi kandungan oksigennya.

h. Logam-logam berat dan beracun

Logam berat pada umumnya adalah metal-metal seperti copper, selter pada cadmium,
air raksa, lead, chromium, iron dan nikel. Metal lain yang juga termasuk metal berat adalah
arsen, selenium, cobalt, mangan, dan aluminium. Logam-logam ini dalam konsentrasi
tertentu membahayakan bagi manusia.

Pengolahan air limbah dapat digolongkan menjadi tiga yaitu pengolahan secara fisika,
kimia, biologi. Ketiga proses tersebut tidak selalu berjalan sendirisendiri tetapi kadang-
kadang harus dilaksanakan secara kombinasi antara satu dengan yang lainnya. Ketiga proses
tersebut yaitu;

1. Pengolahan Secara Fisika

Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak larut (bersifat
tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair yang mengandung padatan, sehingga
menggunakan metode ini untuk pimisahan.

Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan agar
bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang
mengapung mudah disisihkan terlebih dahulu. Proses flotasi banyak digunakan untuk
menyisihkan bahanbahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu
proses berikutnya.

Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

Pemisahan Cair - Padatan antara lain :

a. Penapisan

b. Presipitasi

c. Filtrasi

d. Flotasi

e. Filtrasi

f. Filter membran

g. Filtrasi lambat

h. Filtrasi cepat

i. Tipe bertekanan

j. Tipe gravitasi

k. Mikro filter

l. Ultra filter

m. Reverse osmosis

n. Dialisis elektris

o. Filtrasi precoat

p. Klarifier

q. Tipe resirkulasi berlumpur

r. Tipe pallet selimut lumpur

s. Tipe selimut lumpur

t. Tipe konvensional

u. Dewatering

v. Filter vacuum rotasi

w. Filter tekan/press

x. Belt press

y. Contrifugasi

z. Presipitasi sentrifugasi aa. Dehidrasi sentrifugas

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung
seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga
dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau
pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation).

Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses
adsorbsi atau proses reverse osmosisnya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak
mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau
menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.

Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa
aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan
untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis)
biasanya diaplikasikan untuk unit- unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan
untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat.

2. Pengolahan Secara Kimia

secara kimia adalah proses pengolahan yang menggunakan bahan kimia untuk
mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air limbah. Proses ini menggunakan reaksi kimia
untuk mengubah air limbah yang berbahaya menjadi kurang berbahaya. Proses yang
termasuk dalam pengolahan secara kimia adalah netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi
dan flokulasi.

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-
partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor dan
zat organik beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Pengolahan secara kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi
mahal karena memerlukan bahan kimia.

Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-
bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-
koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai
hasil reaksi oksidasi.

Pengolahan Kimia - Fisik antara lain :

a. Netralisasi

b. Penukar ion

c. Koagulasi & Flokulasi

d. Alumina aktif

e. Karbon aktif

f. Adsorbsi

g. Oksidasi dan/atau Reduksi

h. Aerasi

i. Ozonisasi

j. Elektrolisis

k. Oksidasi kimia/reduksi

l. UV

m. Resin penukar anion

n. Resin penukar kation

o. Resin penukar anion

p. Zeolite

Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan
koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan
larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam
tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air >

10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum
diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom
trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).

3. Pengolahan Secara Biologis

Semua polutan air yang biodegradable dapat diolah secara biologis, sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologis dipandang sebagai pengolahan yang paling
murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah dikembangkan berbagai

metoda pengolahan biologis dengan segala modifikasinya. Pengolahan secara biologi adalah
pengolahan air limbah dengan menggunakan mikroorganisme seperti ganggang, bakteri,
protozoa, untuk menguraikan senyawa organik dalam air limbah menjadi senyawa yang
sederhana. Pengolahan tersebut mempunyai tahapan seperti pengolahan secara aerob, anaerob
dan fakultatif.

Misalnya di dalam reaktor pertumbuhan lekat (Attached growth reactor), mikroorganisme
tumbuh di atas media pendukung seperti pada batu kerikil, dengan membentuk lapisan film
untuk melekatkan dirinya, oleh karena itu reaktor ini disebut juga sebagai bioreaktor film
tetap. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini antara lain : trickling filter,
cakram biologi, filter terendam dan reaktor fludisasi. Seluruh modifikasi ini dapat
menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar

80% – 90%. Apabila BOD air buangan tidak melebihi 4000 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob (Tjokrokusumo, 1995). Pengolahan air limbah secara
biologis, antra lain bertujuan untuk menghilangkan bahan organik, anorganik, amoniak, dan
posfat dengan bantuan mikroorganisme.

Penggunaan saringan atau filter telah dikenal luas guna menangani air untuk keperluan
industri dan rumah tangga, cara ini juga dapat diterapkan untuk pengolahan air limbah yaitu
dengan memakai berbagai jenis media filter seperti pasir dan antrasit. Pada penggunaan
sistem saringan anaerobik, media filter ditempatkan dalam suatu bak atau

tangki dan air limbah yang akan disaring dilalukan dari arah bawah ke atas

BAB V

DRAINASE ALAMIAH DAN BUATAN

Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan dalam
memenuhi salah satu persyaratan teknis prasarana jalan. Saluran drainase jalan raya berfungsi
untuk mengalirkan air yang dapat mengganggu pengguna jalan, sehingga badan jalan tetap
kering. Pada umumnya saluran drainase jalan raya adalah saluran terbuka dengan
menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan air menuju outlet. Distribusi aliran dalam
saluran drainase menuju outlet ini mengikuti kontur jalan raya, sehingga air permukaan akan
lebih mudahmengalir secara gravitasi.

Semakin berkembangnya suatu daerah, lahan kosong untuk meresapkan air secara
alami akan semakin berkurang. Permukaan tanah tertutup oleh beton dan aspal, hal ini akan
menambah kelebihan air yang tidak terbuang. Kelebihan air ini jika tidak dapat dialirkan akan
menyebabkan genangan. Dalam perencanaan saluran drainase harus memperhatikan tata guna
lahan daerah tangkapan air saluran drainase yang bertujuan menjaga ruas jalan tetap kering
walaupun terjadi kelebihan air, sehingga air permukaan tetap terkontrol dan tidak
mengganggu pengguna jalan.

Drainase saluran terbuka adalah sistem saluran yang permukaan
airnyaterpengaruh dengan udara luar (atmosfir). Drainase saluran terbuka biasanya
mempunyai luasan yang cukup dan digunakan untuk mengalirkan air hujan atau air limbah
yang tidak membahayakan kesehatan lingkungan dan tidak mengganggu keindahan.saluran
ini yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak didaerah yang mempunyai luasan
yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/
mengganggu lingkungan.

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan
kota(perencanaan infrastruktur khususnya).Drainase secara umum didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan
dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Drainase berasal dari bahasa Inggris drainage
yang mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara
umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat difungsikan secara optimal.

Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan
kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta caracara penaggulangan akibat
yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah
salah satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju
kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Saluran terbuka berfungsi untuk
menyalurkan air yang belum tercemar atau kualitasnya tidak membahayakan. Lokasinya
terletak pada daearh yang masih tersedia lahan seta tidak pada daerah yang sibuk. a. Menurut
Sejarah Terbentuknya Sistem drainase terbuka ini termasuk kedalam Drainase Alamiah (
Natural Drainase ). Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan

lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat
laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.

a. Menurut Letak Bangunan

Sistem drainase terbuka ini termasuk kedalam Drainase Permukaan Tanah (Surface
Drainage).Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan
air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow

b. Menurut fungsi

1. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis airbuangan, misalnya
air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah industri
dan lain – lain.

2. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik
secara bercampur maupun bergantian.

c. Menurut Konstruksi

Sistem drainase terbuka ini termasuk dalam Saluran Terbuka. Saluran Terbuka yaitu saluran
yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai
luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan
kesehatan/ mengganggu lingkungan.

d. Tujuan drainase

Drainase memiliki beberapa tujuan antara lain sebagai berikut

1. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan permukiman.

2. Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman, lancar dan
efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian lingkungan.

3. Dapat mengurangi/menghilangkan genangan-genangan air yang menyebabkan
bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain, seperti: demam berdarah, disentri
serta penyakit lain yang disebabkan kurang sehatnya lingkungan permukiman.

4. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain : jalan,
kawasan permukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan serta gangguan kegiatan akibat
tidak berfungsinya sarana drainase.

5. Menjamin kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

6. Melindungi alam dan lingkungan seperti tanah, kualitas udara dan kualitas air.

7. Menghidari bahaya, kerusakan materil, kerugian dan beban-beban lain yang
disebabkan oleh amukan limpasan banjir.

8. Memperbaiki kualitas lingkungan

9. Konservasi sumber daya air e. Pola Jaringan

1. Siku

Siku Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai.
Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.

2. Paralel

Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang

(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota,
saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

3. Grid Iron

Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran saluran cabang
dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

4. Alamiah

Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar

5. Radial

Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

6. Jaring Jaring

Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya dan cocok untuk
daerah dengan topografi datar.

Saluran Cabang adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperolah dari
saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya dibuang ke saluran utama.

Saluran Utama adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu daerah
ke lokasi pembuangan tanpa harus membahayakan daerah yang dilaluinya.

f. Fungsi Drainase

Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain:

1. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat
difungsikan secara optimal.

2. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah

becek, genangan air/banjir.

3. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.

4. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

5. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.

6. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan
sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa kerusakan infrastruktur kota dan harta
benda milik masyarakat.

7. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak
membanjiri/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda masyarakat juga
infrastruktur perkotaan.

8. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.

9. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.

10. Mengeringkan daerah becek dan genangan air

11. Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan

12. Mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan bangunan-bangunan. g. Analisa Frekuensi
Curah Hujan

Distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran curah hujan rencana
dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi frekuensi adalah parameter yang
berkaitan dengan analisis data yang meliputi ratarata, simpangan baku, koefisien variasi, dan
koefisien skewness (kecondongan atau kemencengan).

h. Bentuk Penampang Saluran

Bentuk-bentuk saluran untuk drainase tidak jauh berbeda dengan saluran irigasi pada
umumnya. Dalam perancangan dimensi saluran harus diusahakan dapat membentuk dimensi
yang ekonomis, sebaliknya dimensi yang terlalu kecil akan menimbulkan permasalahan
karena daya tamping yang tidak memedai. Adapun bentuk-bentuk saluran antara lain :

1. Trafesium

Pada umumnya saluran ini terbuat dari tanah akan tetapi tidak menutup kemungkinan dibuat
dari pasangan batu dan beton. Saluran ini memerlukan cukup ruang. Berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik dengan debit
yang besar.

2. Persegi

Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton.Bentuk saluran ini tidak memerlukan banyak
ruang dan areal. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air
buangan domestik dengan debit yang besar

3. Segitiga

Saluran ini sangat jarang digunakan tetap mungkin digunakan dalam kondisi tertentu.

4. Saluran ini terbuat dari pasangan batu atau dari beton dengan cetakan yang telah tersedia.
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air

buangan domestik dengan debit yang besar.

i. Drainase Permukaan

Fungsi drainase permukaan pada konstruksi jalan raya pada umumnya berfungsi sebagai
berikut:

1. Mengalirkan air hujan/air seecepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan selanjutnya
dialirkan lewat saluran samping menuju saluran pembuangan akhir.

2. Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran sekitar jalan masuk ke
daerah perkerasan jalan.

3. Mencegah kerusakan lingkungan disekitar jalan akibat aliran air j. Sistem Drainase
Permukaan

Sistem draiase permukaan pada prinsipnya terdiri dari :

1. Kemiringan melintang pada pada perkarasan jalan dan bahu jalan.

2. Selokan samping

3. Gorong-gorong.

4. Saluran penangkap k. Selokan samping

Selokan samping adalah selokan yang dibuat disisi kiri dan kanan badan jalan. Fungsi
selokan samping antara lain sebagai berikut :

1. Menampung dan membuang air yang berasal dari permukaan jalan.

2. Menampung dan membuang air yang berasal dari daerah pengaliran sekitar jalan.

3. Dalam hal daerah pengaliran luas sekali atau terdapat air limbah maka untuk itu harus di
buat sistem drainase terpisah atau tersendiri.Dalam pemilihan jenis material untuk seokan
samping pada umumnya ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran air yang akan
melewati selokan samping tersebut. Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat hidrolis
penampang saluran, salah satunya adalah kemiringan saluran.

l. Drainase Saluaran Terbuka

Drainase saluran terbuka adalah sistem saluran yang permukaan airnya
terpengaruh dengan udara luar (atmosfir). Drainase saluran terbuka biasanya mempunyai
luasan yang cukup dan digunakan untuk mengalirkan air hujan atau air limbah yang tidak
membahayakan kesehatan lingkungan dan tidak mengganggu keindahan.saluran ini yang
lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak didaerah yang mempunyai luasan yang
cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/
mengganggu lingkungan. Drainase terbuka memiliki bentuk berupa saluran air yang
terbuka.Biasanya drainase terbuka dipakai untuk mendukung berbagai fungsi saluran air
terutama untuk menampung dan mengalirkan air hujan. Drainase terbuka yang dibuat di
pinggiran kota tidak perlu dilapisi lining. Tetapi drainase yang dibangun di tengah kota harus
dilapisi pelindung seperti beton, pasangan batu, atau pasangan bata. Ada beberapa macam
bentuk dari saluran terbuka, ada yang bentuknya trapesium, segi empat, segitiga, setengah
lingkaran, ataupun kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut. Sebagai contoh, Anda bisa
lihat contoh saluran yang bentuknya trapesium di bawah ini.

Saluran trapesium berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan
debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil. Bentuk saluran ini
dapat digunakan pada daerah yang masih cukup tersedia lahan. Untuk bentuk-bentuk lainnya
nanti kalau ada waktu kita lihat bersama, karena sudah malam kalau gambar semuanya
capek.Umumnya saluran yang berbentuk trapeseium digunakan pada daerah yang masih
mempunyai lahan cukup luas, dan harga lahan murah, umumnya digunakan untuk saluran
yang relatif besar.

Selain sistem tebuka juga ada sistem tertutup. Drainase sistem tertutup adalah sistem saluran
yang permukaan airnya tidak terpengaruh dengan udara luar (atmosfir). Saluran drainase
tertutup sering digunakan untuk mengalirkan air limbah atau air kotor yang menggangu
kesehatan lingkungan dan menggangu keindahan. Konstruksi saluran tertutup terkadang
ditanam pada kedalaman tertentu di dalam tanah yang disebut dengan sistem sewerage.
Walaupun tertutup alirannya tetap mengikuti gravitasi yaitu aliran pada saluran terbuka

Saluran terbuka ini dapat menampung dan mengalirkan air hujan dari hulu ke hilir. Semakin
ke hilir, saluran terbuka berfungsi sebagai saluran campuran. Ukurannya pun beragam, ada
yang kecil, sedang bahkan besar tergantung dari volume dan debit air pada wilayah tersebut.
Di pinggiran kota saluran ini masih alami dan tidak perlu diberi lining (lapisan pelindung).
Saluran ini dibedakan menjadi :

1. Saluran Alam (natural), meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai
saluran terbuka alamiah.

2. Saluran Buatan (artificial), seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan, dll.

Menurut asalnya dibedakan menjadi :

a. Saluran (canal) Biasanya panjang dan merupakan selokan landai yang
dibuatditanah.

b. Got miring (chute) Merupakan selokan yang curam.

c. Terjunan (drop) Contohnya got miring dimana perubahan tinggi air terjadi dalam jangka
pendek.

d. Gorong-gorong (culvert) Merupakan saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air
melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.

e. Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) Merupakan selokan tertutup yang cukup
panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus

f. bukit/gundukan tanah. m. Persyaratan saluran terbuka

1. Saluran berbentuk ½ lingkaran, diameter minimum 20cm.

2. Kemiringan saluran minimum 2%

3. Kedalaman saluran minimum 40cm.

4. Bahan bangunan : tanah liat, beton, batu bata, batu kali;

n. Manfaat sistem darinase terbuka

1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.

2. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.

3. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

4. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir. o.
Drainase Jalan Raya

Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di

perkotaan dan luar perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah
(Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau
trotoar.Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah
tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air
dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih
tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat
berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal.Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak
saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka

saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan
arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut.
Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti
jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya
pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak
tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk
mengalirkan air dari saluran

p. Drainase Lapangan Terbang

Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run way dan
shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi , maka analisis
kapasitas / debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface
drainage. Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau
samadengan 1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5%.
Kemiringan kea rah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10%
,ketentuan dari FAA. Amerika Serikat , genangan air di permukaan runway maksimum 14
cm, dan harus segera dialirkan. Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway
dan shoulder , harus ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch)
dari sis luar lapangan terbang.

q. Drainase Lapangan Olah Raga

Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada
lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi
genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama dengan
0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik.Batas antara
keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain.
Pelaksanaan Pembangunan Drainase Jalan Mrican Salah satu dari KSM yang telah terbentuk
di Gumawang adalah KSM Dahlia yang bertugas melaksanakan pembangunan drainase
sepanjang 500 meter lebih di sepanjang jalan Mrican.Setelah kemarin material disiapkan,
maka pelaksanaan fisik minggu ini juga kini mulai dilaksanakan. Pekerjaan dimulai dari
menentukan elevasi sesuai dengan hasil pengukuran dengan theodolite yang sudah dilakukan
sebelumnya.Kemudian memasang bowplank di beberapa titik dan dilanjut dengan penggalian
tanah.

r. Sistem Drainase

Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :

a. Sistem Drainase Mayor Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang
menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area).
Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan
utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang
berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanalkanal atau sungai-sungai.
Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10
tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem
drainase ini.

b. Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mekro yaitu sistem saluran dan bangunan
pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan.
Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang
sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota

dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada
umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10
tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan
permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.

s. Jenis Drainase

Drainase dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu : Menurut sejarah terbentuknya

1. Drainase alamiah (Natural Drainage) Drainase alamiah adalah sistem drainase yang
terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia.

2. Drainase buatan (Artificial Drainage) Drainase alamiah adalah sistem drainase yang
dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan,

dan dimensi saluran.

BAB VI

SISTEM PLUMBING (PERPIPAAN)

6.1 LATAR BELAKANG

Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air
bersih ke tempat yang dikehendaki baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang
memenuhi syarat dan membuang air bekas (kotor) dari tempat tertentu tanpa mencemarkan
bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan.

Sistem plambing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan
gedung. Oleh karena itu perencanaan sistem plambing harus dilakukan bersamaan dan sesuai
dengan tahapan- tahapan perencanaan gedung itu sendiri. Dalam rangka penyediaan air bersih
baik dari kualitas dan kuantitas serta kontinuitas maupun penyaluran air bekas pakai (air
kotor) dari peralatan saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian
penting dalam gedung atau lingkungannya

Sistem plambing juga harus dirancang dengan sungguh-sungguh karena tidak hanya
berdampak pada keefektifan dan keefisienan namun juga berdampak pada kesehatan pada
jangka panjangnya. Hal ini tidak kalah penting karena kesehatan merupakan harta paling
berharga yang dimiliki manusia. Untuk menjaga kesehatannya itu manusia dapat memulainya
dengan menjaga kesehatan lingkungan, baik tempat kerjanya maupun tempat pemukimannya
yang dalam hal ini sistem plambing memberikan andil yang sangat penting untuk menjaga
kesehatan di dalam lingkungan gedung tempat bekerja atau bermukim.

Pemerintah juga banyak mengeluarkan kebijakan dalam hal lingkungan hidup yang dikaitkan
dengan pembangunan bidang properti, sehingga kebutuhan akan tenaga ahli dalam bidang
perancangan khususnya perancangan dalam bidang plambing meningkat. Mengingat sistem
plambing merupakan bagian yang sangat vital dalam suatu bangunan gedung, apalagi
perancangan sistem plambing untuk rumah sakit yang memerlukan keahlian yang
memadai dalam

perancangannya.

6.2 TINJAUAN PUSTAKA

6.2.1 Pengertian Sistem Plumbing

Plumbing adalah teknologi pemasangan pipa dan peralatannya untuk menyediakan air
bersih dengan tekanan yang cukup dan disalurkan ke tempat yang dikehendaki, dan
menyediakan sistem pembuangan air kotor dengan tanpa mencemari lingkungan sekitar
sehingga tercipta kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan.

Secara keseluruhan instalasi sistem plumbing ini dilaksanakan di dalam gedung yang
kemudian dihubungkan dengan sistem saluran kota yang berkaitan dengan instalasi air bersih
dan instalasi pembuangan air kotor.

6.2.2 Jaringan Perpipaan (Plumbing dan Sanitasi)

Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan oleh
manusia untuk melakukan kegiatannya ,agar supaya bangunan gedung yang di dibangun
dapat dipakai, dihuni, dan dinikmati oleh pengguna, perlu dilengkapi dengan prasarana lain
yang disebut prasarana bangunan atau utilitas bangunan.

Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan gedung, agar bangunan
gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Disamping itu penghuninya akan merasa
nyaman, arnan, dan sehat. Ruang lingkup dari Utilitas Bangunan diantaranya yaitu :

1. Sistem plumbingair minum

2. Sistem plumbing air koto

3. Sistem plumbing air hujan

4. Sistem pembuangan sampan

5. Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran

6. Sistem instalasi listrik

7. Sistem pengkondisian udam

8. Sistem transportasi vertikal

9. Sistem telekomunikasi

10. Sistem penangkal petir

Salah satu bagian dari utilitas bangunan adalah Plumbing. Termasuk dalam ruang lingkup
plumbing diantaranya adalah :sistem penyediaan air minum, sistem pembuangan air kotor,
dan sistem pembuangan air hujan didalam bangunan gedung.

6.2.3 Prinsip Dasar Plumbing

Prinsip dasar plumbing termasuk masalah kualitas air, dan masalah pencemaran terhadap
lingkungan. Peraturan yang berlaku di Indonesia adalah sesuai dengan standar SNI No. 01-
0220-1987 yang membahas tentang air minum yang boleh dialirkan melalui peralatan
plumbing.

1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan pencemaran
lingkungan adalah :

a) Pelarangan hubungan pintas

b) Perlindungan terhadap pencemaran dengan mencegah backflow (aliran balik) serta efek
siphon balik (back siphonage).

2. Beberapa peralatan yang menyebabkan efek siphon balik antara lain adalah :

a) Penyimpan air, bisa berupa tangki air, menara pendingin, tangki ekspansi, kolam renang,
dan lain – lain.
b) Tempat penampung air seperti bak cuci tangan , bak cuci dapur, dan lain – lain.

c) Peralatan khusus seperti alat dapur, alat-alat kedokteran, mesin cuci, ketel pemanas,
sprinkler, dan lain – lain.

Cara mencegah pencemaran lingkungan karena adanya aliran balik adalah dengan menambah
celah udara atau penahan aliran balik. Celah udara adalah suatu ruang bebas yang berisikan
udara bebas yang dipasang diantara bagian terencah pada lubang pipa / kran untuk mengisi
air ke dalam tangki atau peralatan plumbing.

6.2.4 Jenis Dan Sistem Plumbing

Pada dasarnya ada dua sistem pengaliran air di gedung, yaitu :

1. Pengaliran ke atas yang juga disebut transfer

2. Pengaliran ke bawah yang juga disebut distribusi

Beberapa jenis dan sistem plumbing antara lain adalah :

1) Sistem Penyambungan Langsung

Yaitu pipa distribusi dalam rumah atau gedung disambungkan secara langsung dengan pipa
utama.

2) Sistem Dengan Menggunakan Tangki Atap (Roof Tank)

Sistem ini biasanya digunakan untuk rumah atau gedung bertingkat, dimana tekanan air di
pipa utama tidak mampu memenuhi semua ruang.

Air dari pipa utama di tampung di tangki bawah (Ground Tank), ngan menggunakan pompa,
lalu ditekan ke tangki atas, hal ini disebut instalasi pipa transfer. Dari tangki atas disalurkan
ke semua ruang bisa dengan cukup gaya gravitasi maupun penambahan pompa.

3) System Dengan Menggunakan Tangka Tekan

Berbeda dengan sistem menggunakan tangki atas, pada sistem ini hanya memerlukan tangki
bawah (ground tank) untuk menampung air dari pipa utama, kemudian ditekan dengan
menggunakan pompa ke seluruh instalasi di semua ruang. Sistem ini biasanya diterapkan
pada perumahan dan gedung tidak beringkat.

Pada pompa ditambahkan bejana / tangki tertutup sehingga udara di dalamnya ter-kompresi,
kompresi ini untuk memberikan tekanan standby pada jaringan instalasi, jika penggunaan air
relatif sedikit tidak memerlukan penyalaan pompa.

4) Sistem menggunakan bosster pump secara langsung.

Sebuah pompa di sambungan langsung dari pipa utama sebagai discharge-nya / inputnya, dan
bagian keluaran / suction pompa langsung masuk instalasi rumah atau gedung. Namun sistem
ini sangat dilarang penyedia pasokan air, semisal PDAM.

6.2.5 Pembagian Plumbing

Pembagian plumbing gedung dan perumahan sedikit berbeda, perbedaannya adalah di gedung
lebih lengkap dan biasanya ada peralatan pengolahan dll. Pembagin plumbing antara lain
sebagai berikut :

1. Instalasi Plumbing Untuk Air Bersih

Instalasi ini berfungsi untuk menyalurkan media air yang bersih / layak pakai, misalkan untuk
kebutuhan memasak, mandi, cuci pakaian dan lain – lain.

Instalasi air bersih di gedung dibagi menjadi :

a) Instalasi Suplai Air bersih

Cara kerja bagian instalasi suplai air bersih adalah :

1) Proses dan cara kerja suplai air bersih dimulai dari tangki bawah (ground tank)

2) Pompa transfer menghisap air dari tangki bawah dan menyalurkan melalui pipa transfer
menuju tangki atas (roof tank).

3) Pada sistem otomatis, pompa akan terus menyala hingga tangki atas penuh,

untuk mengetahui bahwa air di tangki atas penuh adalah dengan memasang level switch,
radar air atau bisa menggunakan WLC (Water level Control).

4) Sistem otomatis mengatur

Catatan : - Pompa akan menyala jika air turun hingga di bawah setingan pembaca ketinggian
air,

- Pompa akan mati jika air naik hingga batas setingan pembaca ketinggian air

b) Instalasi Distribusi Air Bersih

Instalasi distribusi dimulai dari tangki atas (roof tank), disalurkan dengan pipa
vertikal, pada gedung yang tinggi perlu penambahan PRV (valve pengatur tekanan, Pressure
Relief Valve) ini berfungsi untuk mengurangi tekanan karena perbedaan pengaruh gaya
gravitasi bumi pada tiap lantainya. Dan menyesuaikan tekanan untuk pemakaian. Memahami
tekanan pengaruhnya terhadap ketinggian pada pipa distribusi gravitasi, secara teori setiap
ketinggian 20 meter, tekanan akan turun sekitar 2 BAR, dan sebaliknya setiap ketinggian
turun tekanan akan terus bertambah.

Misal : sebuah gedung memiliki jumlah lantai 30 tingkat, setiap tingkat memiliki ketinggian 4
meter, maka total ketinggian gedung adalah 80 meter. Jika pada tingkat teratas air di dalam
pipa distribusi memiliki besar tekanan 6 \BAR maka:

- Pada lantai 26 tekanan menjadi 8 BAR,

- Pada lantai 22 tekanan menjadi 10 BAR,

- Pada lantai 17 tekanan menjadi 12 BAR,

- dan seterusnya

2. Instalasi Plumbing Untuk Air Bekas

Instalasi air bekas adalah instalasi plumbing yang menyalurkan air bekas dari
pemakaian, misalkan dari : wastafel, air mandi, dan lain – lain. (perhatikan perbedaan air
bekas dan air kotor). Arah aliran air bekas ini tergantung perencanaan, yaitu bisa
diproses dulu demi kelayakan buang ke saluran kota, atau langsung dibuang. Beberapa
gedung memisahkan antara instalasi pemakaian umum dengan pemakaian khusus, misalnya

air bekas dari dapur restaurant dan lian – lain. Yang banyak mengandung minyak dan bekas
masakan.

3. Instalasi Plumbing Untuk Air Kotor

Untuk air yang dibuang dari closet, urinoir, dan pemakaian khusus seperti minyak bekas dari
dapur restaurant yang memerlukan penanganan khusus masuk pada instalasi air kotor. Arah
aliran air kotor sesuai peraturan harus ke unit proses pengolahan agar layak dibuang ke
saluran kota. Penggunaan STP untuk gedung dengan kapasitas pembuangan air kotor yang
tinggi sangat diperlukan. Sementara untuk perumahan cukup menggunakan septiktank.

4. Instalasi Plumbing Untuk Vent

Instalasi ini yang kurang dipahami oleh banyak orang, secara fungsi, instalasi ini berguna
untuk mengisi udara pada instalasi air kotor dan air bekas. Salah satu penyebabnya mengapa
pembuangan air kotor tidak lancar adalah tidak ada instalasi pipa vent, selain karena masalah
yang lain. Pada saat terjadi pembuangan air kotor atau air bekas ke instalasi pipa air kotor dan
air bekas, terjadi gaya tarik dari bumi (gravitasi), ada beberapa titik pada instalasi air kotor
yang menyebabkan terjadi vakum, hal ini biasanya ber-efek misalkan pada closet atau urinoir
mengeluarkan gelembung yang sebenarnya bukan mengeluarkan, justru membutuhkan udara
untuk mengisi ruang vakum tersebut. Kotoran dan lain-lain di dalam pipa air kotor akan
tertahan karenanya. Penambahan instalasi pipa vent akan mengatasi hal itu yaitu
memasukkan udara bebas ke ruang vakum dan air kotor / bekas akan secara bebas mengikuti
gaya gravitasi bumi. Air vent harus selalu pada posisi atas untuk menghindari masuknya air
ke dalam pipa vent. Untuk gedung bertingkat pipa vent mengambil udara dari atap tertinggi
gedung.

5. Instalasi Plumbing Untuk Air Hujan

Instalasi pipa untuk menyalurkan air hujan dari atap, deck, kanopi, atau tempat yang
menerima air hujan untuk disalurkan hingga saluran kota.

BAB VII

SISTEM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Lingkungan hidup merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, karena seperti yang kita ketahui lingkungan hidup mempunyai tiga unsur utama,
yakni manusia, hewan dan tumbuhan. Manusia merupakan unsur dari lingkungan hidup yang
mempunyai peranan yang sangat penting, karena manusia memiliki kemampuan yang lebih
diandingkan mahluk hidup yang lainya, yakni mempunyai akal. Peranan manusia ini dapat
diwujudkan dengan adanya kemampuan manusia untuk menciptakan suatu inovasi di bidang
lingkungan hidup, seperti adanya teknologi yang dirancang khusus untuk melindungi
manusia dari pengaruh alam yang buruk.

Pada dasarnya manusia dan lingkungan itu memiliki hubungan saling keterkaitan satu
sama lain tidak dapat dipisahkan, itu semua bertujuan untuk memperoleh keserasian,
keseimbangan, dan keselarasan. Istilah lingkungan dan lingkungan hidup atau lingkungan
hidup manusia sebagai terjemahan dari bahasa Inggris environment and human environment,
seringkali digunakan secara silih berganti dalam pengertian yang sama. Keberadaan
lingkungan hidup sebagai salah satu aset bagi manusia merupakan suatu hal yang sangat
mendasar. Itu terbukti dengan adanya perhatian masyarakat dunia yang telah
memberikan gambaran mengenai persoalan lingkungan hidup salah satunya adalah dengan
mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi, dimana masyarakat dunia ini telah tergabung dalam
suatu organisai internasional yakni PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Oleh karena itu kami
rasakan sangat perlu adanya berbagai macam tindakan preventif untuk mengatasi berbagai
kecemasan yang saat ini dirasakan oleh masyarakat inernasional, untuk merealisasikan hal
tersebut diperlukan adanya hal yang sangat mendasar yang perlu diketahui oleh kita semua
mengenai lingkungan hidup, asas-asas dan tujuan dari pengelolaan lingkungan hidup, serta
peran serta didalam masyarakat yang diperlukan didalam pengelolaan lingkungan hidup.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, lingkungan bisa berarti daerah (kawasan),
atau alam keadaan (kondisi, kekuatan) sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan
tingkah laku organisme. Lingkungan atau lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua
benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan
kita. (Otto Sunarwoto, 1976) Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah
istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi
atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang
berlebihan.

Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997[1], lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi
ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berWawasan Nusantara dalam
melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan,
pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.

Sistem pengelolaan lingkungan hidup adalah serangkaian proses dan praktek
yangmemungkinkan suatu organisasi untuk mengurangi dampak dari lingkungan dan
meningkatkan operasionalnya efisien. Sistem pengelolaan lingkungan hidup adalah suatu
kerangka kerja yang membantu sebuah perusahaan mencapai tujuan lingkungan hidup
melalui pengendalian secara konsisten dari operasinya. Asumsinya adalah bahwa kontrol
ini meningkat akan memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan.

Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal
1, Poin (1), mengatakan:
“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan peri kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”

Asas-asas dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 2, mengatakan:

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas:

1. Asas Tanggung Jawab Negara,

2. Asas Kelestarian dan Keberkelanjutan,

3. Asas Keserasian dan Keseimbangan,

4. Asas Keterpaduan,

5. Asas Manfaat, sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat

6. Asas Kehati-hatian

7. Asas Keadilan,

8. Asas Ekoregion

9. Asas Keanekaragaman Hayati,

10. Asas Pencemar Membayar,

11. Asas Partisipatif,

12. Asas Kearifan Lokal,

13. Asas Tata Kelola Pemerintahan yang Baik; dan

14. Asas Ekonomi Daerah

Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal
3, mengatakan:

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:

1. Melindungi wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup;

2. Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia;

3. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem

4. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

5. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

6. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan

7. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari
hak asasi manusia;

8. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

9. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan, dan

10. Mengantisipasi isu lingkungan global

Dan juga untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

Sasaran Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan
hidup;

2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memilik

sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;

3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi mendatang;

4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;

5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;

6. Terlindunginya Negara Kesatuan RI terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar
wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan Lingkungan Hidup.

B. Hak dan Kewajiban dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Hak dalam Pengelolaan Hidup

a. Hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat (Pasal 5 ayat (1) UULH)

b. Hak atas informasi lingkungan hidup (Pasal 5 ayat (2) UULH)

c. Hak untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup (Pasal 5 ayat (3) UULH)

2. Kewajiban dalam Pengelolaan Hidup

a. Kewajiban memelihara kelestarian fungsi LH serta mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan perusakan LH (Pasal 6 ayat (1)

b. Penanggung jawab usaha/kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan
akurat mengenai pengelolaan LH

c. Penanggung jawab usaha/kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha
dan/atau kegiatan

d. Penanggung jawab usaha/kegiatan wajib melakukan pengelolaan B3

e. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memenuhi permintaan petugas pengawas
sewaktu petugas pengawas tersebut melaksanakan tugas pengawasan pada tempat usaha
dan/atau kegiatan yang dipimpinnya (Pasal 24 ayat (2) UU No. 23/1997)

C. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Hidup

Artikel 164 Deklarasi Johannesburg 2002 menegaskan kembali komitmen perlunya peran
serta masyarakat UU Nomor 32 Tahun 2009, Pasal 70, Ayat (1) sampai (3), mengatakan:

1. Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan
aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

2. Peran masyarakat dapat berupa:

a. Pengawasan sosial

b. Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau

c. Penyampaian informasi dan/atau laporan

3. Peran masyarakat dilakukan untuk:

d. Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup e.
Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan

f. Menumbuh kembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat

g. Menumbuh kembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan
sosial; dan h. Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup Dasar pemikiran perlunya peran serta masyarakat
menurut Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, S.H.

1. Memberi informasi kepada pemerintah

2. Meningkatka kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan

3. Membantu perlindungan hukum

4. Mendemokratisasikan pengambilan keputusa

D. Kewenangan dan Kelembagaan Pengelolaan Hidup

1. Kewenangan melakukan pengelolaan LH bersumber dari Pasal 33 ayat (1) UUD
1945: “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”
2. Konsekuensinya memuat prinsip “hak menguasai negara”
3. Pelaksanaannya dilakukan oleh “pemerintah”Kelembagaan Pengelolaan LH di Tingkat
Pusat

1. Pada awalnya dilaksanakan Menteri PPLH pada tahun 1978

2. Perkembangan berikutnya oleh Menteri KLH, kemudian Menteri LH

3. Tahun 1990 dibentuk BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup) yang
membantu secara teknis tugas-tugas Menteri LH berdasarkan Keppres No.23/1990

4. Tahun 2002 BAPEDAL dilebur ke dalam Kementerian LH berdasarkan Keppres No. 2
dan 4 Tahun 2002.

a. Kewenangan Pengelolaan LH di Daerah

5. Pasal 12 UU No. 23 Tahun 1997 --- penerapan asas dekonsentrasi dan mede bewind

6. Pasal 13 ayat (1) huruf j dan Pasal 14 ayat (1) huruf J UU No. 32 Tahun 2004, urusan
lingkungan hidup merupakan urusan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah --- penerepan
asas Desentralisasi Kelembagaan Pengelolaan LH di Daerah

1. Pengelolaan LH di Daerah pada dasarnya menjadi tanggung jawab KDH

2. Pelaksananya dilaksanakan instansi Badan atau Dinas, bahkan ada yang berbentuk Kantor
Contoh BAPEDALDA Propinsi Sumbar, Bapedalda Kota Padang, Bapedalda Kab.
Dharmasraya, Kantor LH Kota Padang Panjang

3. Di beberapa daerah lain ditemui kelembagaan LH digabungkan dengan urusan sektoral,
misal Dinas LH dan Pertambangan di Kabupaten Solok, Solok Selatan, Pasaman

4. Bahkan ada di daerah lain pengelolaan LH berada dalam struktur Sekretariat

Daerah, misal pada Pemkot Bukittinggi, Kab. 50 Kota, Tanah Datar, Payakumbuh, Kab.
Kerinci Jambi

Standar Pelayanan Minimal urusan LH di Daerah

1. Pelayanan perlindungan sumber air

2. Pelayanan pencegahan pencemaran air

3. Pelayanan pemulihan pencemaran air pada sumber air

4. Pelayanan pencegahan pencemaran udara

5. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan dampak lingkungan akibat sampah

6. Pelayanan tindak lanjut laporan masyarakat akibat pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan

BAB VIII

TATA PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI BANK SAMPAH

8.1 LATAR BELAKANG

Bank sampah yaitu suatu unit kerja yang melakukan pengelolaan sampah dimana
kegiatannya meliputi pemilahan sampah dari sumbernya yang kemudian dikumpulkan pada
suatu tempat kemudian dijual ke pihak ketiga atau diolah kembali. Bank Sampah dibuat
dengan menerapkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
bahwa prinsip pengelolaan sampah adalah reduce, reuse, dan recycle yaitu mengurangi,
menggunakan kembali dan mengolah sampah. Dengan permasalahan sampah di Indonesia
yang semakin pelik, keberadaan bank sampah dapat menjadi solusi dalam mengatasi sampah
dengan pengumpulan sampah dan pengolahan sampah.Program bank sampah merupakan
konsep sederhana dalam penerapan di berbagai wilayah dengan karateristik warga yang
beragam. Bank sampah sebagai salah satu strategi pemilahan sampah dalam upaya
pembatasan sampah yang merupakan bagian penting dalam pengelolan sampah di tingkat
masyarakat. Pada pelaksanaan bank sampah semua masyarakat benar-benar dilibatkan dalam
pengelolaan sampah melalui proses pemilahan sampah terlebih dahulu sebelum disetorkan
kepada bank sampah. Masyarakat yang ikut bergabung di dalam naungan bank sampah ini
menabungkan sampah-sampah agar diolah secara kreatif atas ide-ide dan pemikiran kreatif
untuk dijadikan sebuah produk yang bermanfaat melalui bank sampah, kebiasaan banyak
orang yang membuang sampah itu sekarang dengan cara memilah sampah sebelum
membuangnya akan terbentuk suatu kebiasaan yang baru karena terbiasa dengan kegiatan
bank sampah.

8.2 TINJAUAN PUSTAKA

8.2.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat.
Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan sampah menyatakan
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat. Pengertian sampah menurut SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik
dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas , maka secara sederhana sampah dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang berasal dari kegiatan atau aktivitas manusia atau mahluk hidup
lainnya yang berbentuk padat yang tidak diinginkan lagi dan dianggap tidak berguna pada
waktu tertentu.

8.2.2 Klasifiksi Sampah

1. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Thn 2008 Sampah yang dikelola
berdasarkan undang-undang terdiri atas :

a) Sampah rumah tangga, sampah ini berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga,
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

b) Sampah sejenis sampah rumah tangga sampah ini berasal dari kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan/ atau fasilitas lainnya.

c) Sampah spesifik, sampah ini meliputi: sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang
secara tekologi belum dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul tidak secara periodik.

2. Berdasarkan Asalnya

Secara umum, jenis sampah berdasarkan asalnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sampah
organik dan sampah anorganik :

a) Sampah Organik

Sampah organik terdiri dari bahan- bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari
alam atau dihasikan dari kegiatan rumah tangga, pertanian, perkantoran, dan kegiatan lain.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan organik. Sampah organik itu adalah sampah dari dapur seperti sisa
makanan, sayuran, kulit buah, rampah-rempah dan lain-lain.

b) Sampa Anorganik

Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral,
minyak bumi, dan atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam
seperti plastik dan alumunium. Sebagai zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat di urai
oleh alam, sedangkan sebagaian lainya hanya dapat diurai dalam waktu yang sangat lama.
Sampah jenis ini dalam tingkat rumah tangga dalam bentuk botol kaca, botol plastik, tas
plastik, dan kaleng. Kertas, koran dan karton yang berupa perkecualian. Berdasarkan asalnya,
kertas, koran dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran dan karton
dapat di daur ulang seperti sampah anorgaik lain (misalnya gelas, kaleng dan plastik), maka
dimasukkan kedalam kelompok sampah anorganik.

3. Berdasarkan Sifatnya

Secara garis besar sampah dapat di golongakan sebagai berikut :

a) Degradable waste (sampah yang mudah membusuk atau terurai). Sampah ini dapat diurai
secara sempurna oleh proses biologi baik aerob maupun anaerob misalnya: sisa makanan,
sayuran, daging dan lain-lain.

b) Non-Degradable waste (sampah tidak mudah terurai atau membusuk) yaitu: plastik,

kaleng bekas dan lain-lain. Jenis sampah ini dapat dibagi lagi menjadi :

- Recyclable, sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai
ekonomis seperti plastik, kertas, pakaian dan lainya.

- Non-reccyable, sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau
diubah kembali seperti tetra pacs,carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

c) Combustable waste (sampah yang mudah terbakar), misalnya kertas, daun-daun kering,
dan lain-lain.

d) Non- Combustable waste (sampah yang tidak mudah terbakar), misalnya: besi, kaleng
bekas, gelas dan lain-lain.


Click to View FlipBook Version