The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by arie.tiyawarman, 2022-01-22 02:02:55

Jangan Abaikan Kami

Jangan Abaikan Kami

Kisah Pemuda Yang Menjadi Guru di
Pojok Timur Singkawang

JANGAN ABAIKAN KAMI

Arie Tiyawarman, S.Pd.

Jangan Abaikan Kami
Kisah Pemuda Yang Menjadi Guru di Pojok Timur
Singkawang
Arie Tiyawarman, S.Pd.

Editor : Tim Editor WLG
Tata Letak : Tim Layout WLG
Sampul
: Tim Desain WLG

Hak cipta dilindungi oleh undang undang. Dilarang
memperbanyak atau mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apapun tanpa seizin penulis dan penerbit.

Cetakan ke-1 : November 2021

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Wisata Literasi Guru

Jangan Abaikan Kami / Arie Tiyawarman, S.Pd., Editor, Tim
Editor- Cetakan 1; Pontianak: Literasi Khatulistiwa, 2021

vi + 90 hlm; 14x21 cm

ISBN : 978-623-5783-39-0

I. Jangan Abaikan Kami II. Arie Tiyawarman, S.Pd.

III. Tim FIM

Mono Literasi
CV. MONO LITERASI
Jln. Sepakat 2. Ruko Samara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Email: [email protected]

2 | Jangan Abaikan Kami

KATA PENGANTAR

Ruahan syukur kepada Sang Maha Sastra Saya sembahkan
karena Ialah yang telah mengisi ghirah dan kekuatan. Dia yang
menebarkan ujian, lalu menyemaikan hikmah dari tiap sari
patinya. Sehingga Penulis bisa menyelesaikan buku ini yang
berjudul “ Jangan Abaikan Kami “.

Alhamdulillah, akhirnya tulisan ala kadar ini mampu Saya
rampungkan dan sampaikan ke tangan pembaca yang budiman.

Tentu tidak sendiri saya menyelesaikan karya ini. Banyak
pihak yang membantu membangunkan semangat saya,
memberikan saya masukan saat saya kehabisan energi,
memberikan Saya asupan kisah saat ide saya mulai mengering,
untuk mereka, ucapan terima kasih ini tidak akan cukup adanya.

Pertama, teruntuk Istri dan anak, keluarga kecil saya yang
Allah berikan dan rahmati, keluarga yang selalu menguatkan dan
menyemangati saya. Serta seluruh keluarga yang saya cintai,
terima kasih sudah memberikan saya kesempatan untuk belajar
dan menimba ilmu. Bahagia memiliki keluarga seperti kalian.

Berikutnya untuk sahabat baik saya, Bang Endra, Bang
Arnold, Bang Alkindi, Bang Agung, Andri. Terima kasih sudah
menjadi sahabat yang baik dalam bertukar ilmu juga Sharing and

Arie Tiyawarman, S.Pd | 3

Growing Together. Semoga komitmen kita dalam berbagi dan
berkolaborasi demi mengembangkan kompetensi guru berjalan
dengan baik dan lancar. Senang bisa mengenal kalian.

Teman-teman guru seperjuangan dan anak didik saya
khususnya keluarga besar SD Negeri 74 Singkawang. Terima
kasih sudah berbagi banyak hal dan selalu semangat untuk
perjuangan kita mendidik masa depan bangsa.

Terakhir, terima kasih saya ucapkan kepada segenap Tim
Wisata Literasi Guru (WLG) POP Kota Singkawang, mulai dari
Mentor, panitia Forum Indonesia Menulis (FIM) Kal-Bar, dan
teman-teman peserta lainnya yang ikut menyukseskan agenda
“TEACHER WRITER Season 1 Tahun 2021” serta editor,
layouter dan semua yang terlibat dalam penerbitan karya ini.
Semoga buku ini bermakna bagi pembaca, seperti halnya makna
buku ini bagi saya. Semoga menjadi dorongan dan pemacu rekan
guru dalam bertugas untuk tetap profesional dimana pun bertugas.
Selamat membaca!

Singkawang, Oktober 2021

Penulis

4 | Jangan Abaikan Kami

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
AKU VS GURU 1
HARI PERTAMA KULIAH GURU 9
AWAL MENJADI GURU 15
HIJRAH KE KOTA SINGKAWANG 35
SERAGAM KUNING EMAS 43
LOVE OF MY LIFE 51
KATANYA SEKOLAH KOTA 57
JIWA-JIWA KSATRIA DI GAMBIR OF THE JUNGLE 63
TERUS BERGERAK ! 75
SHARING and GROWING TOGETHER! 83
PROFIL PENULIS 89

Arie Tiyawarman, S.Pd | 5

6 | Jangan Abaikan Kami

AKU VS GURU

Perkenalkan namaku, Arie Tiyawarman, biasa dipanggil
Arie. Aku lahir di sebuah kampung tepatnya di Siduk, Kabupaten
Ketapang pada tanggal 27 Oktober 1992. Aku adalah anak
pertama dari dua bersaudara. Aku besar dan bergaul di Tebas.

Arie Tiyawarman, S.Pd | 1

Pasti kalian heran, dari Ketapang koq bisa ke Tebas? Hehe. Nah,
begini ceritanya…

Pada tahun 1980, ayahku yang berasal dari Tebas
memutuskan untuk merantau ke Ketapang, dengan harapan
mengubah nasib. Dan Alhamdulillah, mendapatkan pekerjaan
menjadi Pengawas Lapangan di salah satu PT. Perkebunan Kelapa
Sawit pada saat itu. Nah setelah 2 tahun bekerja, bertemulah
dengan sosok perempuan yang kemudian menjadi istrinya, yaitu
Ibu ku. Singkat cerita, saat aku berumur 4 tahun, ayah dan ibu ku
memutuskan untuk menetap di domisili ayahku yaitu Kota Tebas.

Aku pun sekolah di sana, yaitu SDN 08 Sekadim,
kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Tebas dan SMAN 1 Tebas,
kemudian kuliah di Universitas Tanjungpura Pontianak, dengan
mengambil Jurusan Pendidikan Dasar, Prodi PGSD pada tahun
2009.

Nah, Guru SD, ada yang menarik dan lucu, dengan gelar
tersebut. Di awal pendaftaran kuliah, tepatnya 2009 silam,
keluarga ku menyuruh aku untuk melanjutkan kuliah di PGSD
Universitas Tanjungpura Pontianak. Aku menolak dan berkata,
lebih baik jangan kuliah kataku. Tapi keluargaku tetap ngotot
dengan pilihan mereka, mau jadi apa kamu dengan ijazah SMA ?
Apa kamu pikir, selamanya kamu bisa kerja keras ? Apa

2 | Jangan Abaikan Kami

selamanya kami bisa membiayai kehidupanmu? Kamu harus
mandiri Arie, kata mereka. Aku yang dengan jiwa mudaku
ditambah sedikit idealisme, berpikir, apa itu guru SD ? Kenapa
aku harus menjadi guru SD, apa karena rata-rata bibi dan
pamanku jadi guru SD, lantas aku harus menjadi seperti mereka ?
Ini tidak adil, pikirku. Sementara teman-teman dari SMA ku yang
lain, rata-rata mendaftar pada jurusan teknik sipil dan arsitek.
Pilihan dan paksaan keluarga membuat aku merasa kecewa,
kenapa tidak ada toleransi, kenapa harus memaksakan kehendak ?

Saking aku kecewanya, aku sampai tidak mau mengurus
pendaftaran kuliah tersebut. Aku berkata kepada keluarga ku, jika
tetap memaksa untuk kuliah di PGSD, urus saja sendiri
pendaftarannya, aku tidak mau. Beruntung pada saat itu, ada
paman dan bibi ku yang tinggal di Pontianak. Keluarga ku
menceritakan kejadian dan kelakuan ku kepada mereka. Mereka
pun mengerti dan menawarkan diri untuk mengurus pendaftaran
kuliah ku. Terbayangkan betapa ngototnya perjuangan mereka
untuk membuat ku kuliah di PGSD.

Singkat cerita waktu seleksi mahasiswa Universitas
Tanjungpura pun tiba, aku pun tes tanpa belajar sebelumnya,
karena berharap tidak lulus, agar aku bisa pindah ke jurusan
teknik bareng teman-temanku. Di awal mengisi soal, aku tidak

Arie Tiyawarman, S.Pd | 3

bersemangat dan mencoba untuk asal-asalan, tapi hal tak terduga
terjadi, ternyata aku hanyut dengan soal yang diteskan. Entah
kenapa tiba-tiba aku menjadi serius dan tertantang dalam
menjawab soal sehingga aku pun mengerjakan soal tersebut
dengan sungguh-sungguh. Panitia pun memberi tahu bahwa waktu
tes sudah berakhir. Pas aku mengecek lembar jawab, ada sekitar 5
soal belum aku jawab. Aku langsung tersadar, kenapa aku jadi
semangat mengerjakan soal, seharusnya tidak begini. Aku
bergumam dalam hati, ya allah, semoga aku tidak lulus.

Tibalah waktu pengumuman kelulusan, aku sengaja tidak
mencari tahu, apakah aku lulus atau tidak. Masih dengan tekad
awal, berharap tidak lulus. Apalagi jumlah pendaftar pada saat itu
sekitar seribu lebih, sementara yang di cari hanya 60 orang saja.
Dan yang membuat aku menjadi yakin tidak akan kuliah di PGSD,
tidak ada jurusan tersebut di gelombang ke-2 pendaftaran
UNTAN. Pagi-pagi sekali keluarga ku membangunkan aku,
mereka menyuruh aku pergi ke pasar untuk membeli koran dan
mengecek kelulusan (maklum, pengumuman kelulusan pada
zaman itu.. hehe). Aku membuat berbagai alasan, agar
berlama-lama pergi ke pasar, dengan berkata sibuk, tidak enak
badan, dan lain-lain, hehe. Aku masih baring di kamarku, sambil
bermain game di hp. Tiba-tiba terdengar suara dari luar kamar

4 | Jangan Abaikan Kami

berkata, Alhamdulillah… dan terjadilah kehebohan di tengah
keluargaku. Aku langsung berpikir, apa yang terjadi, kenapa
keluarga ku bisa sampai seheboh itu, mungkin ada rezeki dadakan
atau berita bahagia lainnya, dari keluarga ku, pikirku. Tidak
sedikitpun aku berpikir tentang berita kelulusan ku, aku masih
sibuk bermain game di hp ku.

Tiba-tiba terdengar suara orang menggedor kamarku,
sambil berkata, Arie, bangun, ada berita bagus. Wah, apa lagi ini,
tidak penting sekali, mengganggu saja, mana lagi asyik-asyiknya
bermain game, pikirku dalam hati. Aku pun segera membuka
pintu kamar, dan terlihat lah sosok bibi ku di depan pintu, yang
biasa ku panggil dengan nama “Mak Ning”. Dia langsung berkata,
Arie, kamu lulus! Lulus apa kata ku menjawab! Lulus jadi
mahasiswa UNTAN bibiku berkata lagi. Dorr… Dadaku langsung
mendadak terasa sesak seketika seperti di tusuk sesuatu. Aku pun
berkata, eh, pasti itu berita tipu, mana mungkin aku bisa lulus, aku
mengisi soal saja asal-asalan kataku. Benar kata bibiku, barusan
pamanmu menelepon dari Pontianak, dia sudah beli koran,
katanya ada namamu di pengumuman kelulusan. Selamat,
akhirnya kamu akan jadi calon guru. Lebih tepatnya “guru SD”
jawabku menyela.

Arie Tiyawarman, S.Pd | 5

Dalam hati aku berkata, Ya Allah cobaan apa lagi ini,
kenapa aku harus lulus, gumam ku dalam hati. Bagaimana
nantinya aku menjalani perkuliahan, sementara jiwaku tidak
berada di sana ? Apa aku sanggup ? Apa aku bisa lulus ? Apa kata
temanku nanti ? dan masih banyak lagi pikiran berkecamuk
lainnya yang muncul dipikiranku. Aku langsung menutup kembali
pintu kamarku dan melanjutkan bermain game online. Kurang
fokus sih sebenarnya bermain game tersebut, tapi demi menghibur
hati yang kecewa, aku lakukan saja, yang penting ada kegiatan
yang membuat aku kelihatan sibuk. Sampai-sampai aku tidak
sadar aku tertidur lagi. Saat aku terbangun, waktu menunjukkan
jam 2 sore. Aku langsung buru-buru mandi dan izin dengan
keluarga untuk menikmati kopi di warung kopi terdekat. Aku
menghubungi teman-temanku untuk santai bersama sembari
membahas pengumuman kelulusan. Ternyata banyak temanku
yang juga lulus di UNTAN tapi dengan beragam jurusan yang
dipilih. Salah satu temanku bertanya, kamu lulus jurusan apa Arie,
aku bingung mau jawab atau tidak, tapi aku jawab pasrah saja, aku
lulus di PGSD, kataku. Teman-temanku mendadak tertawa. Orang
nakal seperti mu koq mau jadi guru SD ? Mau kamu ajar apa
siswa mu nanti ? Jangan-jangan nanti malah kamu ajak nakal.
Berhamburanlah opini teman-teman meledek ku. Aku hanya bisa

6 | Jangan Abaikan Kami

tertawa cengengesan sambil menahan sedikit malu. Setelah sekian
lama asyik bersantai dan mengobrol, waktu pun menunjukkan
hamper maghrib. Teman-temanku berpamitan pulang dan kami
pun langsung pulang ke rumah masing-masing.

Sesampai di rumah, aku buru-buru mandi kemudian
langsung sholat maghrib. Setelah selesai sholat, aku berdo’a
kepada Allah SWT, Ya Allah yang Maha Segalanya, kenapa
hamba harus lulus di PGSD ? Ini bukan ingin hamba, hamba takut
mengecewakan keluarga hamba tapi hamba juga bingung
bagaimana hamba nantinya menjalani hari-hari diperkuliahan,
hamba takut tidak bisa serius dalam perkuliahan. Mohon beri
hamba petunjuk, jika memang ini jalan yang engkau tuliskan
untuk hamba, tolong mudahkan jalan hamba, jika ini cobaan untuk
hamba, tolong kuatkan dan beri kesabaran kepada hamba dalam
menjalaninya. Hamba yakin, Engkau tidak akan memberi cobaan
di luar batas kemampuan hambamu, hamba pasrah, hanya Engkau
yang lebih tau, mana yang terbaik untuk hambamu. Aamiin ya
robbal alamin.

Mungkin menurut beberapa pendapat teman pasti aku
sangat berlebihan atau lebay. Tapi ya, namanya juga idealisme
anak muda. Wah, malah curhat, kita lanjut ke cerita hehe. Setelah
berdo’a tadi, aku langsung berbicara kepada keluarga ku, aku

Arie Tiyawarman, S.Pd | 7

menjelaskan bahwa ini sebenarnya bukan inginku, tapi aku akan
coba untuk menjalaninya. Mohon do’a dan dukungan dari kalian
semua. Mendengar ucapan ku, keluarga ku pun bahagia.
Alhamdulillah, kami tetap mendukung kamu Arie, tenang saja.
Kami yakin kamu akan berhasil nantinya, kata mereka. Aamiin …

8 | Jangan Abaikan Kami

Arie Tiyawarman, S.Pd | 9

HARI PERTAMA KULIAH GURU

Mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak, Prodi
PGSD, Tahun 2009. Ya itu statusku sekarang. Rasanya masih
tidak percaya, aku sekarang menjadi mahasiswa PGSD UNTAN.
Mahasiswa Kampus Oren, begitu julukannya. Sekedar informasi,
Kampus PGSD bukan di UNTAN nya, kampus 1, tapi di kampus
2 bareng dengan Prodi Seni, tepatnya di Jl. Karya Bakti,
Pontianak. Oh, iya, sebelum melanjutkan cerita perkuliahan, aku
mau cerita dulu tentang dimana aku kost. Jadi, sebelum hari
pertama perkuliahan dimulai, aku dan temanku melakukan survey
10 | Jangan Abaikan Kami

untuk mencari lokasi kampus dan sekalian mencari kost yang ada
di dekat kampus, berhubung belum punya motor. Dapat lah aku
sebuah kost tepat di belakang kampus, Kost Pakde, begitu sebutan
dari orang-orang. Otomatis untuk kuliah nanti, tidak susah bagiku
untuk pergi dan pulang dari kampus. Hanya dengan jalan kaki,
aku bisa sampai di kampus. Aku ngekost bersama teman satu
kelas sekaligus satu daerah asal dengan ku, yaitu sama-sama
berasal dari Tebas.

Tibalah, hari pertama perkuliahan dimulai. Aku bangun
subuh sekali. Setelah sholat subuh, aku langsung mandi dan
sarapan. Waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB, aku bersama
temanku langsung menyiapkan perlengkapan dan berpakaian rapi.
Tepat jam 06.30 WIB, aku sudah tiba di kampus. Aku sengaja
datang awal ke kampus khawatir akan ada info penting mengenai
perkuliahan dan lain-lain. Sesampai di kampus, aku kaget melihat
seragam senior-senior ku, kostum putih-putih dan almamater
kampus. Ini seragam apa ? Apa setiap hari seperti ini nanti kostum
yang aku kenakan ? waduh, aneh sekali kampus ini, seragam nya
saja seperti ini. Dan tiba-tiba saja suasana seakan menjadi kalut,
orang-orang kelihatan sibuk, seperti ingin menyiapkan suatu
acara. Aku heran, ini ada apa ? oh, mungkin, acara penyambutan
mahasiswa baru, pikirku. Tiba-tiba terdengar suara dari depan

Arie Tiyawarman, S.Pd | 11

berbicara menggunakan microphone, menyebutkan agar para
mahasiswa termasuk mahasiswa baru untuk segera berkumpul di
lapangan, karena upacara senin akan dimulai. Apa ??? Upacara
Senin ??? Bukan berarti aku tidak nasionalisme atau pun tidak
suka upacara, Cuma baru ini, aku mendengar orang kuliah upacara
senin. Aku kira dari SD sampai SMA saja yang upacara senin,
ternyata kuliah juga.

Aku pun langsung buru-buru mengikuti rombongan dan
berbaris sesuai barisan yang sudah di arahkan oleh seniorku untuk
mahasiswa baru. Terlaksanalah Upacara Senin seperti bagaimana
layaknya Upacara Senin dilaksanakan pada umumnya. Saat
Pembina upacara diberikan kesempatan untuk Amanat, terlihatlah
sosok Dosen berbicara sekaligus memperkenalkan dirinya, yang
ternyata punya jabatan sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Dasar.
Beliau pun mengucapkan selamat datang kepada kami mahasiswa
baru, Prodi PGSD Angkatan 2009. Dia juga berkata, pasti kalian
heran, kenapa di Kampus PGSD ini masih tetap melaksanakan
Upacara Senin ? Hal ini karena kalian nantinya akan jadi Guru
SD, otomatis suatu saat kalian akan dituntut untuk menjadi
Pembina Upacara seperti saya ini. Jadi dari sekarang lah, kita
mempersiapkan karakter tersebut, agar nantinya kalian tidak grogi
ataupun merasa canggung lagi. Inilah bedanya kampus kita

12 | Jangan Abaikan Kami

dengan kampus yang lain. Petugas Upacara juga nantinya akan
kita gilir. Setiap angkatan akan terlibat menjadi Petugas Upacara.
Peserta Upacara akan kita absen. Jadi, jika ada mahasiswa yang
tidak mengikuti Upacara Senin, akan kita beri hukuman dan akan
kita catat di buku kasus.

Setelah Upacara Senin selesai, kami pun dibubarkan untuk
masuk ke kelas masing-masing. Tidak hanya itu, sebelum bubar,
kami secara bergantian bersalaman mulai dari bersalaman dengan
dosen sampai bersalaman dengan sesame mahasiswa. Setelah
selesai bersalaman, Ketua Jurusan menunjuk salah satu senior
untuk mengarahkan kami menuju kelas. Sambil berjalan menuju
kelas, aku mengobrol dengan temanku, kampus apa ini ?
kostumnya aneh, peraturan nya juga aneh, jadi apa kita nanti
setelah keluar dari kampus ini, candaku kepada temanku. Teman
ku tertawa mendengar candaanku, dia hanya berkata, jalani dan
nikmati saja, kita sudah mulai, akan rugi jika kita mundur. Siap,
kataku, dan kami berdua pun tertawa ngakak.

Tibalah kami di depan kelas, mendadak kami langsung
berebut kursi untuk mencari posisi yang strategis menurut
persepsi masing-masing. Aku dan temanku langsung mengambil
posisi paling belakang. Lucunya lagi, baris pertama paling depan
kosong, semua pada mundur ke belakang. Aku tersenyum melihat

Arie Tiyawarman, S.Pd | 13

kondisi ini, ternyata teman-teman kami, juga berpikiran yang
sama dengan kami, ucapku dalam hati. Senior yang tadi
menghantar kami, ke kelas, langsung berpamitan, dan memberi
tahu agar kami jangan kemana-mana lagi, karena dosen sebentar
lagi akan masuk. Kami pun saling berkenalan dengan teman yang
berada di sekitar kursi tempat duduk kami, dan saling mengobrol.

Tak lama kemudian, datang lah sosok perempuan tua
masuk ke kelas kami, mungkin ini dosen nya, kataku dalam hati.
Kami langsung duduk rapi dan serius. Anehnya dosen tersebut
tidak membawa buku atau modul yang nantinya akan kami
pelajari. Dosen tersebut hanya membawa buku absen, laptop dan
tas berisi alat mirip kotak, tebal, dengan kabel colokan. Benda apa
itu yang di bawa dosen, pikirku ? maklum, mahasiswa dari
kampung, mana mengenal benda-benda canggih seperti itu. Dosen
tersebut langsung berkata, ada yang bisa membantu Ibu untuk
memasang dan memfungsikan benda ini, katanya ? Kami saling
menoleh ke kanan kiri dan depan belakang. Tiba-tiba salah satu
mahasiswa, yang berada tepat di sampingku, mengacungkan jari
sambil berkata, “saya coba bu”, dia langsung maju ke depan kelas.
Dia pun segera mencolokkan kabel-kabelnya dan menghidupkan
benda tersebut serta menghubungkan ke laptop. Alhamdulillah,
benda tersebut langsung menyala. Tampaklah di papan tulis,

14 | Jangan Abaikan Kami

sebuah power point yang sudah disiapkan dosen tersebut
sebelumnya. Mahasiswa tadi langsung kembali ke posisi
duduknya. Aku langsung bertanya kepada dia, benda apa itu tadi
yang kamu hdupkan, apa namanya ? Dia tersenyum sambil
berkata, itu namanya infocus, dengan benda itu lah nanti dosen
akan menyampaikan materinya. Emangnya di sekolah kamu,
guru-guru tidak ada yang pernah menggunakan benda tersebut ?
Iya, benar, jangankan menggunakan lihat aja belum pernah,
kataku. Komputer saja aku masih gagap. Apalagi mengenal
benda-benda seperti itu kataku. Wah, pantas, kalau guru-guru
kami di SMA dulu, rata-rata mengajar menggunakan infocus. Tapi
nanti kamu pasti akan paham dan bisa belajar menggunakannya,
sama-sama nanti kita belajar, katanya. Semoga, jawabku
bercanda. Disitu aku menyimpulkan, dari segi teknologi, kami
jauh sekali ketinggalan. Di SMA dulu, guru-guru kami rata-rata
mengajar model ceramah dan memberi tugas, lebih banyak
mengandalkan hafalan. Tapi pada saat kuliah ini, ternyata jauh
sekali perkembangannya, kami bisa mendengar dosen
menyampaikan materi sambil melihat langsung materiya,
kadang-kadang dosen juga menanyangkan video dan lain-lain,
kami pun lebih sering diminta menyampaikan pendapat dan
berdiskusi mengenai suatu masalah, juga mencari solusinya

Arie Tiyawarman, S.Pd | 15

bersama-sama. Ternyata dengan bantuan teknologi, pembelajaran
menjadi lebih mudah dipahami, menyenangkan dan bermakna.

16 | Jangan Abaikan Kami

AWAL MENJADI GURU

April 2014, aku menyelesaikan kuliah ku di Prodi PGSD,
Universitas Tanjungpura. Melaksanakan wisuda dan mendapatkan
gelar S.Pd. Aku pun mendapat tawaran untuk menjadi Tenaga
Honorer Sekolah dari salah satu senior ku di perkuliahan, yaitu di
SD Negeri 36 Pontianak Kota. Aku berkonsultasi dengan keluarga
ku tentang tawaran itu, keluarga ku pun menyetujuinya, anggap

Arie Tiyawarman, S.Pd | 17

saja sebagai batu loncatan atau pun langkah awal untuk menjadi
guru.

Juli 2014, masa kerja ku pertama kali ku sebagai guru di
SD Negeri 36 Pontianak Kota. Walaupun masih sebagai tenaga
honorer sekolah, banyak pengalaman dan motivasi yang aku
dapat. Di SD Negeri 36 Pontianak Kota juga jati diti ku sebagai
guru mulai terbentuk. Di sana, pertama kalinya aku jadi sangat
menyukai dan bangga terhadap profesi ku sebagai guru.

Hari pertama bertugas, yang dimulai dengan Upacara
Senin, Kepala SD Negeri 36 Pontianak Kota yang menjadi
Pembina upacara pada hari tersebut, langsung mengenalkan aku
kepada guru dan siswa. Beliau juga menyampaikan bahwa aku
adalah guru baru di sana dan aku mendapat tugas untuk menjadi
wali kelas 4. Aku yang belum punya pengalaman menjadi guru
akhirnya mencoba menunaikan tugas tersebut, hanya dengan
bermodal niat dan do’a orang tua. Selesai pelaksanaan upacara
senin, aku langsung masuk ke kelas. Pertama kali masuk kelas,
suasana hening mulai terasa. Aku mencoba untuk mencairkan
suasana dengan memperkenalkan diri, mulai dari nama, asal
daerah, dan lain-lain. Setelah aku mengenalkan diri, secara
bergantian aku juga menyuruh siswa untuk mengenalkan diri
mereka. Selesai lah perkenalan kami, terlihat wajah siswa di

18 | Jangan Abaikan Kami

dalam kelas menjadi penuh semangat dan ceria. Aku langsung
melanjutkan untuk mengabsensi siswa, Alhamdulillah, semua
siswa di kelas 4 pada hari itu masuk semua. Aku langsung
memberi tahu tentang pelajaran yang akan dipelajari pada hari itu,
kemudian langsung menjelaskan materi. Pelajaran matematika
tentang sifat operasi hitung. Saat aku sedang menjelaskan materi,
wajah siswa menjadi sedikit tegang dan kelihatan bingung. Aku
menghentikan penjelasan ku, aku bertanya, apakah kalian tidak
mengerti dengan apa yang bapak jelaskan ? atau bapak
menjelaskan materi terlalu cepat ? Tidak ada satu pun siswa yang
menjawab pertanyaanku, semua siswa hanya terdiam. Aku jadi
bingung dan berpikir sejenak, apa sebenarnya yang menjadi
masalah sehingga mereka bisa mendadak terdiam seperti ini.

Aku bertanya kembali, apakah materi ini sulit ? Akhirnya
ada satu siswa yang mengacungkan jari dan menjawab,
teman-teman banyak yang kurang bisa perkalian dan pembagian
pak, makanya diam gitu. Teman-teman memang selalu terdiam
seperti ini, jika mereka tidak memahami materi pelajaran pak,
jawabnya menjelaskan kepadaku. Yakin ? Kalian kan sudah kelas
4, apa memang benar kalian belum bisa perkalian dan pembagian
? Berarti kita tidak bisa melanjutkan materi, kalau kondisinya
seperti ini. Ya udah, sekarang, bapak minta kalian kerjakan soal

Arie Tiyawarman, S.Pd | 19

tentang perkalian, yang akan bapak tuliskan di papan tulis. Bapak
mau cek, apakah benar kalian tidak hafal perkalian, bapak kasi
waktu 30 menit. Setelah menunggu agak lama, waktu sudah
menunjukkan tepat 30 menit sudah berjalan, aku meminta siswa
ku untuk mengumpulkan hasil kerjaan mereka ke depan untuk ku
koreksi. Aku terkejut dengan hasilnya, dari total 25 siswa, hanya
10 siswa yang menjawab dengan benar. Aku bergumam dalam
hati, koq bisa dengan kemampuan yang seperti ini, anak-anak bisa
naik sampai ke kelas 4 ? Apa guru kelas rendah tidak mengajarkan
materi dasar seperti ini ? Atau apa mungkin guru memanipulasi
nilai siswa agar semua siswa bisa naik kelas ? Waduh, banyak
sekali nanti PR yang aku kerjakan ini. Ini hari pertama ku menjadi
guru, kenapa sudah pahit begini ?

Bel pun berbunyi, menandakan waktu istirahat telah tiba.
Aku langsung menyuruh siswa untuk istirahat. Aku pun kembali
ke ruang guru. Begitu masuk ke ruang guru, baru satu guru
laki-laki yang berada di ruangan tersebut. Pak Is, begitu nama
panggilannya. Beliau bertanya kepadaku, bagaimana Arie,
pengalaman hari pertama masuk kelas ? ucapnya dengan nada
bercanda. Aku langsung refleks menjawab, pahit pak, kataku.
Lho, hari pertama koq sudah pahit saja katanya sambil tersenyum.
Sambil memperlihatkan hasil kerjaan siswa, aku menjawab,

20 | Jangan Abaikan Kami

bagaimana tidak pahit, baru masuk kelas saja saya sudah
menemukan, banyak siswa yang tidak hafal perkalian. Bagaimana
mau melanjutkan pelajaran jika seperti ini ? Dia tersenyum
kemudian langsung menghampiri serta duduk di sampingku. Ya,
itulah tugas guru Arie, memang berat jika menghadapi siswa yang
seperti itu, tapi justru itu tantangannya. Kamu masih muda,
apalagi kamu baru lulus kuliah, pasti penuh dengan semangat
yang membara. Masa hari pertama, kamu sudah mengeluh dan
semangatmu sudah mengendor ? Belum, ini perjuangan awal
kamu. Jika nanti siswa-siswa kamu berhasil, pasti kamu akan
merasa bangga, sehingga lebih semangat lagi dalam mengajar.
Jika berbicara tentang cara dan solusinya bagaimana, kamu pasti
akan menemukannya sendiri nanti, seiring berjalannya waktu. Jika
kamu bingung, kami selalu terbuka lebar sebagai tempat kamu
untuk sharing dan berbagi pengalaman. Tapi, yang pertama, kamu
harus semangat dulu, usaha yang ikhlas dari hati, insyaallah jika
ilmu yang disampaikan itu sudah ikhlas dan dari hati, pasti akan
sampai juga ke hati siswa, disitulah pertolongan Allah SWT akan
datang. Pekerjaan kita ini, pekerjaan yang mulia. Dari segi gaji,
memang tidak terlalu besar, tapi di akhirat nanti akan dibalas
amalan kita. Tetap Semangat ya ! Sekarang, ayo kita istirahat
dulu, bapak traktir di kantin belakang, ucapnya sambil tersenyum.

Arie Tiyawarman, S.Pd | 21

Kami pun lansung menuju ke kantin yang berada di belakang
sekolah.

Di kantin, aku bertanya kepada Pak Is, Saya masih heran,
koq siswa yang memiliki kemampuan seperti itu, bisa naik kelas
ya pak, sampai naik ke kelas 4 lagi ? Padahal kan, kelas 4 itu
materinya sudah lumayan sulit, apalagi nanti jika siswa-siswa
tersebut naik kelas 5 dan 6, wah, makin gawat pasti gurunya,
ucapku sambil bercanda. Pak Is pun tersenyum mendengar
pertanyaanku, sambil berkata kepadaku, jika kita membahas
tentang itu, berarti secara tidak langsung, kita membandingkan
ilmu antara guru yang satu dengan yang lainnya, kesannya kita
jadi sombong dan meremehkan kawan. Hal itu pasti akan
mengganggu keharmonisan diantara rekan guru. Kasian guru yang
mengajar di kelas rendah, yang umurnya sudah tua, secara tidak
langsung kita melabeli guru tersebut tidak professional. Mereka
pasti punya pertimbangan sendiri, kenapa siswa-siswa tersebut
bisa naik kelas. Dan usaha mereka pasti sudah maksimal dalam
menangani hal tersebut. Seperti yang kita lihat sekarang,
kemajuan jaman, penyalahgunaan undang-undang tentang HAM
anak, kemudian ada beberapa orang tua siswa yang hobi
memviralkan guru, dari situ bisa dikatakan hak guru sudah banyak
di atur sekarang, otomatis pasti berpengaruh kepada hasil belajar

22 | Jangan Abaikan Kami

siswa. Dari segi ekonomi orang tua juga, perceraian orang tua, itu
semua juga berpengaruh, kita tidak bisa menyebut itu 100% salah
guru. Jika kita hanya melihat dari segi update ilmu, kita memang
punya kemampuan yang lebih di atas guru-guru tua tersebut, tapi
jika dilihat dari pengalaman, kita kalah jauh, tidak bisa kita
pungkiri itu. Sayangnya saja di umur mereka yang sudah tua ini,
hanya ada sebagian kecil yang masih punya semangat muda, yang
mau selalu mengembangkan kompetensinya, mengupdate ilmu
untuk mempelajari hal-hal baru dan lain-lain. Itu lah tugas kita
sebagai guru muda, untuk mendampingi dan berkolaborasi dengan
mereka agar sistem pendidikan di sekolah tetap berjalan dengan
teratur dan optimal. Jadi, saran bapak, masalah siswa kamu, kamu
cari solusinya bagaimana siswa kelas 4 itu bisa menjadi hafal
perkalian, bila perlu kamu buat siswa kelas 4 tersebut jadi siswa
yang berprestasi. Kan sering ada lomba siswa berprestasi tuh, jika
kamu berhasil mendidik siswa kamu, tidak menutup
kemungkinan, pada saat lomba nanti, siswa kamu yang terpilih,
dan tidak menutup kemungkinan juga siswa kamu bisa juara. Oh,
iya, satu lagi, emosi kamu dikontrol ya Arie, kamu masih muda,
bapak yakin pasti semangat kamu masih membara. Jangan sampai
emosi kamu itu, membuat stigma guru menjadi jelek dan sekolah

Arie Tiyawarman, S.Pd | 23

kita khususnya SD Negeri 36 Pontianak Kota ini menjadi viral,
ucapnya sambil tersenyum dan bercanda kepadaku.

Terima kasih pak, setelah sharing dengan bapak, pikiran
saya tentang guru, menjadi agak sedikit terbuka dan tercerahkan.
Saya merasa beruntung, bisa menjadi guru di sini, bisa mengenal
bapak, juga dapat sharing ilmu yang sangat bagus dan bermanfaat
bagi profesi saya. Dengan sharing kita ini, saya jadi sadar,
ternyata selama ini pikiran dan pendapat saya tentang guru sangat
sempit. Ternyata ada hal lebih dari guru bukan hanya sekedar
profesi, banyak pelajaran dan pengalaman ilmu yang kita dapat
dengan profesi ini. Mendengar perkataan saya, Pak Is hanya
tersenyum, sambil berkata, bapak bicara dengan kamu seperti ini,
bukan berarti bapak sekarang sudah menjadi guru yang hebat,
apalagi sampai menghakimi kamu karena kamu guru yang masih
muda. Bapak hanya membagikan pengalaman yang bapak
dapatkan selama ini, tinggal kamu lagi, di filter dan di sesuaikan
dengan kebutuhan kamu. Jangan sampai sharing kita ini, jadi yang
terakhir. Karena bapak khawatir juga, kamu jadi jera dan
menganggap bapak ini, banyak omong saja dan lebih banyak sok
taunya, ucapnya sambil bercanda kepadaku. Aku langsung
menjawab, tidak lah pak, saya bukan orang yang kayak gitu, saya
malah senang dengan sharing-sharing seperti ini, karena ini

24 | Jangan Abaikan Kami

merupakan sharing yang berkualitas menurut saya. Daripada kita
mengghibahkan orang dan hal yang tidak-tidak, balasku
menjawab candaan Pak Is. Kapan-kapan jika kamu butuh sharing
dengan bapak, infokan saja, insyaallah, bisa kita atur, ucapnya
menambahkan. Bel pun berbunyi, menandakan waktu istirahat
sudah habis dan harus masuk kelas kembali melanjutkan
pelajaran. Yok Arie, kita lanjutkan perjuangan kita ! Yok,
semangat ! jawabku. Kami berdua pun tertawa terbahak-bahak
sambil menuju kelas masing-masing.

Begitu sampai di kelas, aku langsung membuat tabel
dengan format nama siswa dan perkalian 1 sampai 10, dengan
setiap 1 perkalian 1 kolom, agar aku mengetahui persentase siswa
yang hafal dan tidak hafal perkalian dari 1 sampai 10. Aku
menyuruh semua siswa secara bergantian maju ke depan untuk
menyetor perkalian. Kita coba dari perkalian 1 sampai 4 saja dulu,
karena menurutku perkalian 5 sampai 9 nanti bisa menggunakan
teknik jarimatika. Akhirnya selesai lah semua siswa maju dan
menyetor perkaliannya kepadaku, dari jumlah total 25 siswa,
hanya 15 siswa yang hafal perkalian 1 sampai 4, sisanya hanya
bisa perkalian 1 sampai 3. Aku terkejut melihat data tersebut,
bagaimana bisa hasilnya seperti ini. Jiwa ku langsung bergejolak,
apalagi tadi setelah mendapat amunisi semangat dari rekan

Arie Tiyawarman, S.Pd | 25

sejawat. Ini tidak bisa dibiarkan, gumamku dalam hati. Materi
kelas 4 ini, lumayan sulit, jika tidak bisa perkalian dan pembagian,
otomatis pembelajaran akan berjalan dengan lambat, aku juga
nantinya pasti akan kesulitan untuk mengejar ketertinggalan
materi. Aku mengumumkan kepada siswa, mulai besok, sebelum
pembelajaran dimulai, kalian harus menyetor perkalian dulu
kepada bapak, hafalan perkalian akan kita jadikan rutinitas dan
kebiasaan, agar kalian semakin terbiasa dengan yang namanya
perkalian. Kita mulai dari perkalian 1 sampai 4 dulu, selanjutnya
untuk perkalian 5-9 kita akan menggunakan teknik jarimatika.
Jadi bagi yang hafalannya masih sedikit, tolong ditingkatkan,
yang sudah hafal, pertahankan. Jadi nanti bagi yang belum hafal,
harus remedial lagi, kemudian yang sudah hafal, akan bapak kasi
bintang, kita pasang nama kalian dan jumlah bintang yang kalian
dapatkan, begitu ucapanku, dengan harapan agar anak-anak lebih
termotivasi lagi untuk menghafal perkalian. Mulai besok dan
selanjutnya, rutinitas menghafal perkalian pun berjalan dengan
baik. Pelan-pelan, terjadi peningkatan hafalan perkalian siswa.
Akhirnya dalam waktu 2 minggu, semua siswa ku sudah hafal
perkalian 1 sampai 4. Tibalah untuk perkalian 5 sampai 9, aku pun
mengajarkan perkalian dengan teknik jarimatika. Setelah aku
menjelaskan teknik tersebut, dan siswa pun memberi tahu bahwa

26 | Jangan Abaikan Kami

mereka sudah paham, aku bilang lagi kepada mereka, bahwa
teknik jarimatika ini juga akan menjadi rutinitas dan kebiasaan
kita setiap pagi, agar kalian semakin terbiasa. Dan baru 2 minggu
dijalankan, aku terkejut melihat hasil tabel persentase perkalian
yang ku buat tadi. Semua siswa sudah bisa perkalian 1-10. Aku
tersenyum bahagia, sambil berkata kepada semua siswa ku,
selamat anak-anak ! Dalam waktu sebulan, kalian sudah bisa
mencapai perkalian 1-10. Kalau dilihat dari segi waktu, memang
kelihatannya lambat, tapi jika dilihat dari hasil, ini pencapaian
yang membanggakan kita semua. Usaha dan lelah kita selama ini,
alhamdulillah, berhasil. Bapak senang dan bangga punya siswa
hebat seperti kalian. Kami pun bertepuk tangan, menandakan
selebrasi keberhasilan kami. Semua siswa bersorak, horee… Kelas
pun menjadi heboh seketika. Di tengah kehebohan, tiba-tiba
kepala sekolah masuk ke kelas 4. Ada apa Arie, koq ribut sekali,
apa yang terjadi ? ucap kepala sekolah, keheranan. Aku langsung
menjawab, maaf bu, tidak terjadi apa-apa. Kami cuma selebrasi
keberhasilan kami. Alhamdulillah, dalam waktu satu bulan, semua
siswa saya sudah hafal perkalian 1 sampai 10. Ini tabel
persentasenya, kataku. Mana sini ibu liat, kata beliau. Setelah
melihat persentase nya, kepala sekolah langsung berkata, Wah,
bagus ini, ini yang ibu suka. Ini baru siswa yang membanggakan.

Arie Tiyawarman, S.Pd | 27

Kalian beruntung dapat wali kelas yang sabar mendidik kalian,
seperti Pak Arie ini. Setelah ini, kalian harus lebih semangat lagi
belajarnya ya agar kalian menjadi siswa yang berprestasi, SD
Negeri 36 Pontianak Kota pasti akan sangat bangga. Ya udah, ibu
tinggal dulu, kalian lanjutkan lagi belajarnya. Oh, iya, jangan
terlalu ribut ya, khawatir nanti akan mengganggu kelas lain yang
juga sedang belajar. Iya bu, terima kasih, kata semua siswa. Aku
pun tersenyum mendengar jawaban kompak dari siswa ku.

Setelah sekian lama menjelaskan materi, bel pulang pun
berbunyi, menandakan pembelajaran di hari itu sudah selesai. Aku
pun menyuruh siswaku untuk bersiap-siap pulang, pembelajaran
akan kita lanjutkan lagi besok. Setelah berdo’a, aku langsung
menyuruh siswa ku untuk segera pulang dan tidak lupa untuk
mengingatkan agar mereka jangan kemana-mana lagi, langsung
pulang dan istirahat di rumah. Tidak lupa juga mengingatkan
semua siswa, supaya tetap rajin belajar. Kami saling pun
berpamitan pulang.

Setelah semua siswa pulang, aku langsung kembali ke
ruang guru, menyiapkan peralatan ku, untuk segera pulang ke
rumah juga. Sesampai di ruang guru, aku langsung mendekati Pak
Is, sambil memperlihatkan tabel persentase dan berkata,
Alhamdulillah Pak Is, setelah perjalanan panjang, akhirnya siswa

28 | Jangan Abaikan Kami

saya sudah bisa perkalian dari 1-10. Sebulan, waktu yang sangat
lama, tapi dengan keberhasilan siswa, walaupun hanya sebatas
perkalian, saya cukup bangga. Mungkin, ini yang dibilang Pak Is
kemarin, lelah akan terbayarkan dengan keberhasilan siswa. Pak
Is pun langsung menjawab, Ini baru guru muda yang mantap, wah,
kayaknya sudah ada calon penerus kami. Hehe kata beliau. Aku
pun langsung menjawab, wah, jika dibilang penerus, kayaknya
masih jauh, tapi insyallah, saya akan terus belajar agar ke
depannya bisa menjadi guru hebat, seperti senior-senior kami ini,
hehe kataku. Kami (termasuk kepala sekolah dan guru-guru) pun
saling berpamitan pulang.

Di perjalanan pulang, aku berpikir, ternyata guru memang
harus update dalam hal metode dan strategi belajar. Variasi dalam
metode mengajar ternyata berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa, semakin sering kita melakukan inovasi dan variasi dalam
mengajar, siswa akan selalu merasa penasaran dan menunggu,
kira-kira kegiatan apa lagi yang akan dia lakukan dalam
pembelajaran di kelas besok. Otomatis, semangat belajar siswa
jadi meningkat, dia akan merasa rugi, jika tidak ke sekolah, karena
akan ketinggalan hal baru di kelas. Suasana seperti itu yang
menjadi PR bagi ku, bagaimana menciptakan antusias siswa agar
semangat dan senang ke sekolah. Dampak panjang dari semangat

Arie Tiyawarman, S.Pd | 29

itu, pasti mengarah kepada peningkatan hasil maupun prestasi
siswa. Sehingga harapan ke depannya, tidak akan ada lagi mata
pelajaran yang menjadi momok menakutkan bagi siswa, entah itu
pelajaran matematika, IPA, dan lain-lain, yang ada hanya “ belajar
apa lagi kira-kira besok di sekolah”. Semangat !, kataku dalam
hati.

Singkat cerita, tidak terasa sudah 1 tahun aku bertugas di
SD Negeri 36 Pontianak Kota. Aku mendapat informasi bahwa
bulan depan akan ada lomba, yang dikenal dengan nama O2SN (
Olimpiade Olahraga Siswa Nasional ) dan FLS2N ( Festival dan
Lomba Seni Siswa Nasional ). Kegiatan ini ternyata acara rutin
yang dilaksanakan setiap tahunnya. Untuk Cabang O2SN, antara
lain : badminton, tenis meja, voli mini, catur, dan atletik.
Sedangkan untuk Cabang FLS2N, antara lain : Menyanyi,
menggambar, tari dan pantomim. Siswa nantinya akan melewati
seleksi gugus dulu. Jika menang di tingkat gugus, akan dibawa
untuk mengikuti lomba di tingkat kecamatan. Dan jika menang di
tingkat kecamatan, siswa tersebut akan mewakili Kota Pontianak
untuk bersaing dengan siswa di kabupaten atau Kota lainnya di
Kalimantan Barat. Kami pun mengadakan rapat sekolah yang
dipimpin oleh Kepala Sekolah. Para guru disuruh untuk
memahami juklak juknis perlombaan dan mendata siswa yang

30 | Jangan Abaikan Kami

punya potensi pada bidang-bidang tersebut untuk dilatih agar bisa
ikut di perlombaan tersebut. Kalau menang syukur, kalau tidak
menang pun tidak apa-apa, yang penting kita harus bekerja sama
secara maksimal dalam persiapan, khususnya dalam melatih siswa
kita.

Aku ditanya oleh Kepala Sekolah, apakah kamu pernah
melatih siswa, Arie ? Belum pernah bu. Cuma, di cabang
olahraga, saya lihat ada badminton, sepertinya saya bisa melatih
pada cabang ini, jawabku. Saya tidak cukup ahli sih, tapi paling
tidak saya cukup memahami dasar-dasar dalam bermain
badminton, kataku menegaskan. Bagus itu Arie, boleh di coba,
kebetulan SD kita belum pernah mengirim siswa pada cabang itu,
karena selama ini terkendala tidak ada pelatih. Berarti untuk
cabang badminton, ibu percayakan kepada kamu untuk melatih
dan mengkoordinir siswa, kata kepsek ku. Guru yang lain juga
mendapat bagian untuk melatih. Kepsek langsung mengatur
pembagian tugas tersebut.

Selesai rapat, aku langsung masuk ke kelas 4 dan 5, untuk
mendata siswa, yang punya hobi atau kemampuan dalam bermain
badminton. Kebetulan peraturan lombanya, siswa kelas 6 tidak
boleh ikut. Aku mendapat masing-masing 2 siswa putra dan putri,
yang nantinya akan di seleksi menjadi 1 putra dan 1 putri untuk

Arie Tiyawarman, S.Pd | 31

ikut lomba. Untuk siswa putra, aku pilih 1 siswa dari kelas 4 dan 1
siswa dari kelas 5, begitu juga untuk siswa putri, pembagian
kelasnya juga sama. Aku sengaja memilih masing-masing 1 siswa
dari kelas 4, walaupun pada akhir latihan nanti aku
memprioritaskan siswa kelas 5 yang akan ikut lomba. Aku juga
menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada siswa ku
tentang hal tersebut. Agar siswa kelas 4 yang nantinya juga ikut
latihan, tidak merasa sia-sia, malah tetap semangat, walaupun
tidak ikut lomba. Kenapa ? karena siswa yang sekarang kelas 5,
tahun depan akan naik ke kelas 6, siswa tersebut tidak akan bisa
lagi mengikuti perlombaan. Otomatis, aku akan melatih lagi bibit
baru, dari awal. Itu pekerjaan yang kurang efektif. Harapannya,
aku sekalian mempersiapkan siswa tersebut, agar bisa ikut
perlombaan pada tahun depan. Sesuai dengan pepatah yang
berbunyi, “Sekali mendayung, dua pulau terlampaui”. Walaupun
belum tentu menang, paling tidak strategi ku lumayan efektif,
Hehe.

Tibalah hari pertama melatih. Aku mengatur teknik latihan
yang akan diterapkan, menghubungkan dengan kemampuan
sederhana yang ku miliki. Aku mengatur waktu latihan untuk
dilakukan pada sore hari, agar tidak mengganggu jam belajar
siswa di sekolah. Latihan dilaksanakan setiap jam 15.00-17.00

32 | Jangan Abaikan Kami

WIB, dari hari Senin-Jum’at. Hari Sabtu dan Minggu nya, kami
gunakan untuk istirahat dan refreshing, untuk mengimbangi
kesehatan. Karena kami cuma punya waktu satu bulan, jadi
memang harus dituntut untuk mengatur waktu latihan yang cukup
intensif. Beruntungnya, siswa yang ku latih, maupun orang tua
siswa itu sendiri, tidak ada yang berkomentar negatif dan
mengeluh akan latihan yang begitu intensif tersebut. Semuanya
semangat dan gigih, mendukung latihan yang dilaksanakan. Itu
membuat semangat ku menjadi bertambah. Semoga usaha yang
kami jalani, tidak mengkhianati hasil yang diharapkan.

Tak terasa sudah sebulan latihan yang kami jalani. Waktu
pertandingan pun tiba. Jam 7 pagi, aku bersama siswa dan orang
tua siswa sudah berada di gedung badminton, tempat dimana
pertandingan akan berlangsung. Kami langsung melakukan
pemanasan. Entah kenapa, mendadak ambisi ku untuk menang,
menjadi biasa-biasa saja. Aku tidak lagi memikirkan kemenangan,
karena bagiku sebulan ini, kami sudah menang. Mulai dari latihan
yang intensif selama sebulan, dukungan orang tua siswa,
semangat siswa dalam mengikuti latihan. Itu semua sudah
membuat aku sangat bangga. Bagiku, walaupun hanya sebulan,
persiapan kami sudah cukup matang dan kami sudah menjadi
pemenang.

Arie Tiyawarman, S.Pd | 33

Sebelum pertandingan dimulai, aku mengingatkan kepada
siswaku, agar dalam bermain nanti, jangan terlalu beban dan
berambisi untuk menang. Tapi bagaimana bermain dengan
maksimal dan tetap tenang. Temukan dan serang kelemahan
lawan. Tunjukkan hasil latihan selama ini. Masalah menang atau
kalah, itu urusan belakang, bapak tidak akan marah. Bapak
bangga punya siswa hebat seperti kalian. Bapak akan selalu
mendo’a kan yang terbaik untuk kalian, ucapku menyemangati
siswaku.

Singkat cerita, alhamdulillah, siswa ku berhasil lolos ke
Tingkat Kota, berarti bersaing dengan siswa semua perwakilan
kecamatan di Kota Pontianak. Sayangnya, hanya berhasil lolos
memperebutkan juara 3 dan 4 bagi yang putra. Untuk yang putri,
kalah di perdelapan final Tingkat Kota juga. Tapi, walau hanya
sampai di tahap itu, bagiku ini merupakan pencapaian yang luar
biasa. Bagaimana aku tidak bangga, ini tahun pertama SD kami
ikut, ditambah siswa yang hanya dilatih selama satu bulan.
Bayangkan saja, untuk sampai di tahap ini, berarti siswa ku sudah
mengalahkan sekian banyak SD yang ada di Kota Pontianak.
Mungkin, cukup di situ aku curhatnya, aku lanjutkan ke cerita
dimana pertandingan memperebutkan juara 3 dan 4 dimulai. Set
pertama dimulai, pertandingan berlangsung tegang dan heboh,

34 | Jangan Abaikan Kami

karena ternyata lawan untuk siswaku adalah salah satu didikan
club badminton yang ada di Pontianak. Set pertama pun dimulai,
dan benar saja, siswa ku langsung kalah di set pertama tersebut.
Selesai pertandingan di set pertama, siswa diberikan waktu untuk
istirahat sebentar. Siswaku tersebut langsung mendekati ku sambil
berkata, maaf pak, saya telah mengecewakan bapak, lawannya
sangat kuat, katanya. Terlihat raut sedih di muka beliau. Aku
langsung menjawab untuk mencoba menenangkan dirinya, baru
set pertama, belum selesai. Kamu lihat lawan mu di sana,
kelihatannya dia sudah sangat kelelahan. Kamu serang terus, buat
dia semakin kelelahan. Jika kamu bisa kalahkan dia di set ke dua
nanti, bapak yakin kamu berpeluang untuk menang juga di set
ketiga. Bapak lihat kamu masih kuat, mungkin pengaruh latihan
fisik yang kita jalani selama ini. Apa pun hasilnya, kamu tetap
hebat, karena sudah bisa sampai di tahap ini, Ayok, semangat !
kataku. Dia langsung berkata, siap pak ! Dan ternyata, benar
dugaanku, lawannya sudah kelelahan sekali, pukulannya menjadi
lemah, tidak beraturan lagi, dan sering keluar lapangan. Siswa ku
akhirnya memenangkan set ke 2 tersebut. Kami pun bersorak
gembira. Skor imbang, 1-1, otomatis, harus ada pertandingan set
ke 3 sebagai penentuan pemenang. Peserta diberikan kesempatan
lagi untuk beristirahat sebentar, sebelum melanjutkan

Arie Tiyawarman, S.Pd | 35

pertandingan pada set ke 3. Siswa ku langsung berlari keluar
lapangan, sambil tersenyum mendekatiku. Aku langsung berkata,
benarkan kata bapak ? Kamu bisa menang, kamu harus percaya
diri, kamu itu hebat, kataku menyemangatinya. Lanjutkan, dia
tidak akan mampu lagi untuk bermain, kalahkan dia pada set
terakhir ini. Siap pak ! katanya. Dan tidak diragukan lagi, set ke 3
berlangsung tidak lama. Siswa ku dengan mudah, mengalahkan
lawannya. Horee… kata kami bersorak gembira. Alhamdulillah,
akhirnya siswaku menjadi Juara 3 putra. Walaupun belum bisa
jadi wakil Kota Pontianak untuk bersaing dengan Kabupaten dan
Kota lain yang ada di Kalimantan Barat, berhubung yang
diikutkan hanya juara 1 dan 2, aku sudah sangat bangga pulang
dengan membawa piala dan prestasi sampai ke tingkat Kota
Pontianak. Prestasi awal yang keren, ucapku dalam hati, dengan
sedikit sombong. Hehe Aku pun langsung menelpon kepala
sekolah yang kebetulan masih berada di sekolah bersama
guru-guru. Aku pun segera memberitahukan berita bahagia ini,
bahwa SD Negeri 36 Pontianak Kota menjadi Juara 3 Putra di
Tingkat Kota Pontianak untuk cabang Badminton, terdengarlah
kehebohan, sambil berkata horee… (di telpon), ternyata telpon ku
tersebut, sengaja di loudspeaker kepala sekolah, Selamat Arie,
kami bangga pada kalian, kata Kepala Sekolah dan guru-guru.

36 | Jangan Abaikan Kami

Dari hasil prestasi tadi, aku pun diberikan bonus berupa piagam
penghargaan dan uang (maaf tidak bisa ku sebutkan jumlah
nominalnya berapa, rahasia, hehe), sebagai tanda terima kasih atas
prestasi kami. Untuk siswa, diberikan medali dan uang pembinaan
bagi putra dan untuk yang putri diberikan uang pembinaan. Untuk
tahun-tahun berikutnya aku jadi sering dilibatkan pada
perlombaan-perlombaan yang diadakan. Alhamdulillah, setiap
ikut andil dalam perlombaan, kami selalu menang, walaupun tidak
semua bidang menjadi juara 1, lebih banyak juara 2 dan 3 sih.
Yang pasti, piala dan prestasi SD Negeri 36 Pontianak Kota
menjadi meningkat. Dibanding dulu, yang hanya meramaikan
peserta, sampailah kami menjadi Sekolah yang masuk kategori
salah satu pesaing yang dipertimbangkan, dalam perlombaan apa
pun, baik itu olahraga, seni dan mata pelajaran. Setelah prestasi
itu, banyak kepala sekolah dan guru dari sekolah lain yang
menanyakan dan mengenal aku, sampai ada kepala sekolah yang
menawarkan untuk pindah ke sekolahnya, hehe tapi aku tetap
memilih bertahan di SD Negeri 36 Pontianak Kota. Karena di
sekolah tersebut, semua itu berawal, aku banyak mendapat sharing
ilmu dan pengalaman yang luar biasa, yang belum tentu aku
dapatkan di sekolah lain. Dari beberapa prestasi itu juga,
kecintaan ku akan profesi guru, mulai bertambah. Aku mulai

Arie Tiyawarman, S.Pd | 37

menyenangi profesiku sebagai guru. Walaupun aku hanya sebagai
guru honorer, aku tidak gengsi, malah menjadi bangga. Aku
menjadikan profesi ini sebagai ladang ibadah, menimba ilmu dan
pengalaman, mendewasakan perilaku, serta tempat sharing banyak
hal khususnya demi kemajuan pendidikan.

HIJRAH KE KOTA SINGKAWANG

38 | Jangan Abaikan Kami

Pagi itu, tepatnya di tahun 2017, aku tiba-tiba mendapat
telpon dari salah satu paman ku. Dia menginformasikan bahwa
ada pembukaan Guru Kontrak di Kota Singkawang, yang dikenal
dengan nama Guru Tidak Tetap (GTT) Kota Singkawang. Dari
sekian pelamar nantinya, yang dicari dan lolos sebanyak 100 guru.
Dari syarat, memang mengutamakan yang berdomisili di Kota
Singkawang. Tapi jika dilihat dari peluang dan linearitas,
sepertinya ada peluang untukku lolos, begitu menurut pamanku.

Arie Tiyawarman, S.Pd | 39

Aku langsung bertanya, GTT, apa lagi itu ? Apa bedanya
dengan statusku yang sekarang ? Pamanku menjawab, jelas beda
jauh, kalau GTT SK nya dari Daerah yaitu Dinas Pendidikan,
sementara untuk Honorer Sekolah, itu SK nya dari Kepala
Sekolah. Dari SK nya saja sudah kelihatan, mana yang tinggi jika
dilihat dari status. Juga untuk ke depannya, kemungkinan untuk
diangkat itu lebih diutamakan. Dulu itu ada yang namanya Guru
Bantu, Guru Honda (Honor Daerah), dan sejenisnya, cuma beda
nama aja, tapi status sama. Rata-rata yang memiliki status itu, ada
jalur tersendiri, siapa tau bisa diangkat dari jalur tersebut.
Sementara jika honorer sekolah, akan lama dan susah untuk jalur
ke situ, begitu kata pamanku.

Setelah panjang lebar pembahasan kami tadi, aku bilang
kepada pamanku, agar memberi waktu kepada ku untuk
memikirkan ini matang-matang, aku takut salah langkah. Aku pun
langsung menemui kepala sekolah ku untuk berkonsultasi dan
menceritakan tentang pembukaan GTT di Singkawang, kebetulan
saat itu aku sedang berada di sekolah. Kata kepsek ku, wah, bagus
itu Arie, apalagi dengan kondisi yang sekarang, moratorium dari
pemerintah sudah menegaskan bahwa 5 tahun ke depan,
perekrutan CPNS guru akan dihentikan sementara. Siapa tau ini
jalan yang Allah pilihkan untuk kamu. Apalagi di Peraturannya

40 | Jangan Abaikan Kami

GTT tidak boleh lebih dari 3 tahun, siapa tau langsung bisa
diangkat menjadi PNS melalui jalur GTT, kata kepsek ku. Tapi
dipengumumannya, kontrak pertama hanya 6 bulan bu.
Bagaimana nasib saya, jika nanti tiba-tiba kontraknya diputus ?
Apa tidak sayang, masa kerja saya yang sekarang, saya harus
memulai dari nol lagi ? tanyaku. Masalah masa kerja, jangan
kamu pikirkan nanti data kamu bisa ditarik melalui dapodik. Jadi,
bisa lanjut terus, malah akan bertambah dengan masa kerja GTT
kamu. Masalah jika kontraknya diputus, setelah 6 bulan, SD
Negeri 36 Pontianak Kota insyaallah akan selalu terbuka lebar
untuk kamu kembali lagi ke sini. Tapi menurut ibu sih, jarang
terjadi putus kontrak, pasti akan lanjut, kamu tenang saja, ucap
beliau. Guru-guru yang lain pun mendukungku untuk daftar GTT
tersebut.

Mendengar penjelasan dari kepala sekolah, dan dukungan
dari guru-guru, aku pun izin pulang kampung sementara waktu
untuk mengurus berkas pendaftaran GTT tersebut. Sampai lah aku
di Tebas, Kabupaten Sambas. Aku pun langsung bersalaman
dengan keluargaku dan segera mengurus berkas-berkas ku.
Keluarga ku menyambut hangat kedatanganku dan memberi
semangat juga do’a semoga aku bisa lulus GTT di Kota
Singkawang. Besok harinya, aku langsung pamit kepada

Arie Tiyawarman, S.Pd | 41

keluargaku, untuk berangkat ke Kota Singkawang mengurus
pendaftaran GTT. Aku berangkat pagi sekali, sekitar jam 06.00
WIB dari rumah, karena pendaftaran dibuka pada jam 08.00 WIB.
Dengan maksud, jika ada yang kurang atau perlu diperbaiki pada
berkasku, masih ada waktu untuk ku menyelesaikannya. Juga
karena aku cuma mendapat izin 3 hari, kemudian harus kembali
lagi ke Pontianak, melanjutkan tugas mengajar ku di sana. Sangat
mepet sekali waktu ku, tapi syukurnya, berkasku aman. Selesai
melakukan pendaftaran, aku segera pulang ke Tebas. Dan ke
esokkan harinya, aku berpamitan lagi dengan keluarga ku untuk
segera kembali ke Pontianak.

Singkat cerita, pengumuman seleksi administrasi telah
diumumkan, aku lolos pada seleksi administrasi tersebut. Betul
dugaan awal ku, ternyata jumlah pendaftar hanya ada 101 guru.
Sementara untuk kelulusan GTT nanti, yang dicari 100 guru.
Berarti hanya ada 1 guru yang akan gugur, peluang lulus untukku,
terbuka lebar. Tapi, aku tetap tidak memandang remeh hal
tersebut, aku mempersiapkan semuanya dengan matang. Karena
bisa saja, 1 orang guru yang tereliminasi nantinya, itu aku. Aku
harus belajar dengan giat dan tetap berdo’a agar aku bisa lulus
GTT.

42 | Jangan Abaikan Kami


Click to View FlipBook Version